PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MATEMATIKA
UNTUK KELAS V SEMESTER GENAP
DI SD NEGERI 4 BEBETIN
Aprilia Dinda Permata
1, I Nyoman Jampel
2, Luh Putu Putrini Mahadewi
31,2,3
Jurusan Teknologi Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {dinda_cyu91t@rocketmail.com
1, nyoman.jampel@yahoo.com
2,
mahadewi@undiksha.ac.id
3}
Abstrak
Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan yaitu rendahnya minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika yang disebabkan keterbatasan waktu yang menyebabkan guru kesulitan memberikan contoh yang konkret untuk materi yang abstrak, dan kurangnya penggunaan media yang dilakukan oleh para guru di sekolah. Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan desain pengembangan multimedia interaktif; dan (2) mengetahui hasil pengembangan multimedia interaktif pada mata pelajaran Matematika kelas V semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri 4 Bebetin. Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Model pengembangan yang digunakan sebagai acuan adalah model Hannafin dan Peck. Tahapannya meliputi fase analisis kebutuhan, fase desain, fase pengembangan dan implementasi. Subyek penelitian terdiri dari seorang ahli isi mata pelajaran Matematika, seorang ahli desain pembelajaran, seorang ahli media pembelajaran, tiga orang siswa untuk uji coba perorangan, dua belas orang siswa untuk uji coba kelompok kecil, dan dua puluh empat siswa untuk uji coba lapangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Desain pengembangan multimedia interaktif menghasilkan storyboard dengan mendokumenkan hasil analisis kebutuhan. Hasil evaluasi terhadap produk menurut review ahli isi mata pelajaran Matematika berada pada kualifikasi sangat baik dengan persentase 96,7%. Hasil review ahli desain pembelajaran berada pada kualifikasi baik dengan persentase 87,5%. Hasil review ahli media pembelajaran berada pada kualifikasi baik dengan persentase 82,85%. Hasil uji coba perorangan berada pada kualifikasi sangat baik dengan persenta se 94,17%. Hasil uji coba kelompok kecil berada pada kualifikasi sangat baik dengan persentase 92,91%. Hasil uji coba lapangan berada pada kualifikasi sangat baik dengan persentase 94,48%. Kata kunci: pengembangan, multimedia interaktif, mata pelajaran matematika
Abstract
This research is motivated by the problems of the lack of students interest in learning math due to time constraints lead to the difficulties of the teachers in providing the concrete examples to abstract material, and the lack of media used by teachers in school. This study aims to (1) describe the design of interactive multimedia development; and (2) determine the result of the development of interactive multimedia on Math for grade V the second semester of academic year 2013/2014 in SD Negeri 4 Bebetin. This research is developmental research. The development model used as a reference is Hannafin and Peck model. The stages included needs analysis phase, design phase, development and implementation phases. The study subjects consisted of a content expert of Mathematics, an expert in instructional design, instructional media expert, three students for individual trials, twelve students to a small test group, and twenty-four students for field trials. The data analysis technique used is quantitative and qualitative descriptive analysis. Design of development of interactive multimedia produce a storyboard through the document results of the needs analysis. The results of the evaluation of the product according to the review contents of Mathematics experts are in very
good qualification with the percentage of 96.7%. The results of the review of instructional design experts is in good qualification with the percentage of 87.5%. The results of the review of instructional media experts is in good qualification with the percentage of 82.85%. Individual trial results is very good with the percentage of 94.17%. The trial results of the small group is in a very good qualification with percentage of 92.91%. The results of field trials is in very good qualification with percentage of 94.48%.
Key Words: Development, Interactive Multimedia, Mathematics
PENDAHULUAN
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat (Arief S. Sadiman, 2012). Kegiatan pembelajaran dikatakan kompleks karena
melibatkan banyak komponen salah
satunya adalah bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dalam bentuk media pembelajaran berfungsi sebagai perantara dalam komunikasi pembelajaran karena media merupakan sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
minat serta perhatian. Pesan
pembelajaran yang didesain dalam bentuk
media pembelajaran akan membuat
komunikasi pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Efisiensi dan efektivitas pembelajaran terwujud dalam bentuk
pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran yang dipelajari, dan respon siswa yang didasarkan atas pemahaman materi pelajaran yang dipelajari.
Namun demikian efisiensi dan
efektivitas pembelajaran tersebut belum terwujudkan di SD Negeri 4 Bebetin
khususnya dalam mata pelajaran
Matematika. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dasar dan diujikan di UAN, seringkali masih menjadi mata pelajaran yang menakutkan bagi beberapa siswa tetapi merupakan mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. Menurut Sobel dan Maletsky (dalam Masnur Munich, 2007: 221) banyak sekali guru
matematika menggunakan waktu
pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas lalu, memberi pelajaran baru,
memberi tugas kepada siswa.
Pembelajaran seperti di atas yang rutin
dilakukan hampir setiap hari dapat di kategorikan sebagai 3M, membosankan, membahayakan, dan merusak seluruh minat siswa. Apabila pembelajaran seperti ini terus dilakukan, maka kompetensi dasar dan indikator pembelajaran tidak dapat tercapai secara maksimal.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru mata pelajaran Matematika di SD Negeri 4 Bebetin ditemukan bahwa
masalah yang menyebabkan belum
tuntasnya nilai matematika siswa adalah rendahnya minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika, keterbatasan waktu
yang menyebabkan guru kesulitan
memberikan contoh yang konkret untuk materi yang abstrak, dan kurangnya penggunaan media yang dilakukan oleh para guru di sekolah. Jika dilihat dari sarana dan prasarana, SD Negeri 4 Bebetin sudah memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai, ini
terbukti dengan tersedianya fasilitas
berupa computer, LCD (Liquid Crystal Display), serta fasilitas penunjang media
pembelajaran lainnya. Namun
penggunaan media yang masih sangat konvensional seperti papan tulis dirasakan
sudah tidak menarik lagi sehingga
cenderung membuat proses belajar
mengajar tidak berjalan dengan efektif.. Hal ini sangat berpengaruh terhadap minat dan motivasi siswa untuk belajar.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan media pembelajaran dalam pendidikan berbasis komputer. Penggunaan media komputer dalam pembelajaran dinilai cukup efektif, karena komputer mampu menyajikan situasi belajar yang kondusif sehingga tujuan belajar dapat tercapai
secara optimal. Dalam konteks
pengembangan, istilah pembelajaran
dengan pengertian CAI (Computer Assisted Instruction) yaitu penggunaan
suatu komputer untuk membantu
menyajikan materi pembelajaran kepada siswa, memantau kemajuan belajarnya
atau memilih bahan pembelajaran
tambahan yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa secara individual.
Media pembelajaran membantu siswa
memperoleh umpan balik terhadap
pelajaran secara leluasa dan bisa
memacu motivasi siswa. Penggunaan multimedia dalam pendidikan mempunyai beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh media lain (Munir, 2012: 24).
Kemampuan multimedia dalam
meningkatkan kreativitas sudah teruji karena multimedia juga memiliki unsur interaktivitas. Romiszowski (dalam Munir, 2012: 29) menterjemahkan interaktivitas sebagai hubungan dua jalur di antara pendidik dengan peserta didik. Multimedia Interaktif merupakan hubungan dua jalur yang dapat dibina dengan memanfaatkan
komputer karena memiliki kapasitas
multimedia yang akan mampu menjadikan proses belajar menjadi interaktif.
Berdasarkan hal tersebut, agar dapat menarik minat dan memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran khususnya
mata pelajaran matematika maka
penelitian ini mengangkat topik mengenai “Pengembangan Multimedia Interaktif Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 Di SD Negeri 4 Bebetin”
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dijadikan dasar pada penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut. (1) Bagaimanakah desain pengembangan multimedia interaktif pada mata pelajaran Matematika kelas V
semester genap tahun pelajaran
2013/2014 di SD Negeri 4 Bebetin? (2) Bagaimanakah hasil pengembangan multimedia interaktif pada mata pelajaran Matematika kelas V semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri 4 Bebetin?
Tujuan yang diharapkan dari
penelitian pengembangan ini adalah
untuk (1) Mendeskripsikan desain
pengembangan multimedia interaktif pada mata pelajaran Matematika kelas V
semester genap tahun pelajaran
2013/2014 di SD Negeri 4 Bebetin. (2) Mengentahui hasil pengembangan multimedia interaktif pada mata pelajaran Matematika kelas V semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri 4 Bebetin.
METODE
Pengembangan yang digunakan
dalam pengembangan multimedia
interaktif pada mata pelajaran Matematika Kelas V adalah model pengembangan produk Hanafin dan Peck. Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan bahwa model ini merupakan salah satu dari banyak model desain pembelajaran
yang berorientasi produk. Model
berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu produk, biasanya media pembelajaran (Afandi dan Badarudin, 2011:22). Menurut Hanafin dan Peck (Afandi dan Badarudin, 2011:26) model desain pembelajaran
terdiri dari tiga fase yaitu Need
Assessment (Fase Analisis Kebutuhan),
Design (Fase Desain), dan
Develop/Implement (Fase Pengembangan dan Implementasi). Dalam model ini disetiap fase akan dilakukan penilaian dan pengulangan.
Produk ini sebagai hasil dari
penelitian pengembangan diuji tingkat validitasnya. Adapun desain validasi untuk
mengetahui tingkat validitas media
dilakukan melalui hasil analisis kegiatan uji validitas yang dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu (1) review oleh para ahli yang meliputi ahli mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran; (2) uji coba produk yang meliputi uji perseorangan, uji kelompok kecil dan uji lapangan.
Data yang diperoleh melalui evaluasi
formatif dikelompokan menjadi dua
bagian. Pertama, data hasil review dari
ahli isi bidang studi, ahli desain
pembelajaran, dan ahli media
pembelajaran. Kedua, data dari hasil uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Seluruh data yang diperoleh dikelompokan menurut sifatnya menjadi dua, yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif berupa masukan, komentar, dan saran tertulis oleh validator maupun peserta didik
(siswa). Sedangkan data kuantitatif
merupakan data pokok, yang dikumpulkan melalui kuesioner dengan skala penilaian 1 sampai 5 yaitu, 1=sangat kurang, 2=kurang, 3=cukup, 4=baik, dan 5=sangat baik.
Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data yaitu metode angket yang berisi item-item pertanyaan dan kotak komentar yang akan diiisi oleh para ahli dan siswa pada saat uji coba.
Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian
pengembangan ini adalah instrumen
lembar angket. Angket digunakan untuk mengumpulkan data hasil review dari ahli mata pelajaran, ahli desain, ahli media
pembelajaran, siswa saat uji coba
perseorangan dan kelompok kecil, siswa saat uji lapangan, dan guru mata pelajaran saat uji lapangan.
Analisis data dilakukan setelah
instrumen didistribusikan kepada
responden. Instrumen yang sudah diisi
responden kemudian dikembalikan
kepada peneliti. Sebelum data di analisis, terlebih dahulu perlu di administrasi secara jelas untuk memudahkan peneliti melakukan analisis, dengan melakukan skoring dan tabulasi (Sukardi, 2008: 84).
Dalam penelitian pengembangan ini
digunakan dua macam teknik analisis data, yaitu analisis deskriptif kualitatif dan
analisis deskriptif kuantitatif.
Mendeskripsikan data dilakukan untuk menggambarkan data guna memperoleh bentuk nyata dari responden, sehingga lebih dipahami oleh peneliti atau orang lain, sedangkan uji statistika digunakan untuk menentukan hasil analisis data yang berasal dari sampel dan menggunakan hasil tersebut sebagai hasil dari populasi.
Analisis deskriptif dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu analisis
deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif (Agung, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Desain pengembangan multimedia interaktif ini telah dilakukan dengan metode pencatatan dokumen. Pencatatan
dokumen mengacu pada fase kedua dan
ketiga dari model penelitian
pengembangan yang digunakan yaitu fase
design dan fase develop/implement.
Berdasarkan pencatatan dokumen yang telah dilakukan, menghasilkan laporan perkembangan produk. Dalam laporan perkembangan produk, terdapat bagian yang menjelaskan desain pengembangan multimedia interaktif.
Hasil pengembangan multimedia
interaktif ini akan dipaparkan enam hal pokok, meliputi (1) review ahli isi mata pelajaran matematika, (2) review ahli desain pembelajaran, (3) review ahli media pembelajaran, (4) uji coba perorangan, (5) uji coba kelompok kecil, (6) uji coba lapangan.
Uji kelayakan media pembelajaran interaktif dari aspek isi mata pelajaran Matematika dilakukan oleh Bapak Made Nesa Andaya, S.Pd. yang juga merupakan guru pengajar Matematika di SD Negeri 4 Bebetin. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah metode
instrumen, dimana instrumen yang
digunakan berupa angket/kuesioner.
Sebagai acuan dalam penyempurnaan produk, adapun masukan, saran, dan komentar dari ahli isi mata pembelajaran Matematika yaitu, diusahakan agar siswa dapat menemukan sendiri jaring-jaring dari beberapa bangun ruang maupun sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang. Secara umum sudah baik, perlu ditingkatkan lagi pembelajaran yang lebih kontekstual.
Melalui masukan ini maka dapat
memperkecil kelemahan - kelemahan multimedia interaktif sehingga memiliki tingkat kelayakan dari aspek isi mata pelajaran Matematika.
Setelah validasi ahli isi mata
pelajaran dilakukan, selanjutnya dilakukan uji ahli desain pembelajaran oleh Bapak I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd. selaku
ahli desain pembelajaran yang
memberikan penilaian serta tanggapan terhadap media ini. Demi kesempurnaan
produk, ahli desain pembelajaran
memberikan saran dan komentar sebagai berikut: 1) stage pada tab beranda diisi
dengan deskripsi singkat tentang
isi/substansi program, bukan diisi dengan
pengembang, karena sudah ada tab tersendiri, 2) pada tab SK/KD tambahkan tujuan pembelajaran, 3) tab menu diganti dengan tab materi 4) pemberian
latihan sebaiknya diberi kunci
jawaban/pembahasan, 5) opening
program tidak sama dengan apersepsi, sebaiknya apersepsi ditempatkan pada komponen materi dan opening isinya identitas mata pelajaran dan lembaga asal pengembang, 6) pada pengembang diisi foto.
Setelah mendapatkan penilaian dari ahli isi mata pelajaran dan ahli desain pembelajaran, media yang dikembangkan selanjutnya di uji cobakan ke ahli media pembelajaran. Ahli media pembelajaran
yang memberikan penilaian serta
tanggapan terhadap media ini adalah Bapak Dr. I Made Tegeh, M.Pd. Beliau adalah seorang teknolog pembelajaran yang memiliki pengalaman dalam produksi
media video pembelajaran sekaligus
sebagai dosen pengampu mata kuliah media video pembelajaran di Jurusan
Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu
Pendidikan Undiksha. Demi
kesempurnaan produk, ahli media
pembelajaran memberikan saran dan komentar sebagai berikut: 1) pada cover CD beri identitas pengembang, 2) pada beranda tak perlu ada pengembang, 3) atur margin pengetikan rangkuman, 4) redaksi tujuan pembelajaran direvisi agar kelihatan ABCD, 5) secara umum media baik.
Selanjutnya produk yang telah direvisi diterapkan pada uji coba perorangan. Sebagai subjek dari uji coba perorangan ini adalah 3 (tiga) orang siswa SD Negeri 4 Bebetin kelas VI dimana sebelumnya siswa sudah pernah diajarkan materi Bangun Datar dan Bangun Ruang di kelas V. Ketiga orang siswa tersebut terdiri atas satu orang siswa dengan prestasi belajar tinggi, satu orang siswa dengan prestasi belajar sedang, dan satu orang siswa dengan prestasi belajar rendah. Sebagai acuan dalam penyempurnaan produk,
adapun komentar dan saran yang
diberikan oleh tiga orang siswa pada uji coba perorangan adalah 1) Tampilannya menarik dan mudah digunakan, 2) Medianya bagus, materi sangat jelas,
saya jadi mudah belajar matematika, 3) Saya suka medianya karena mudah digunakan.
Uji coba kelompok kecil merupakan tahap lanjutan dari uji coba perorangan. Subjek coba dalam penelitian ini adalah 12 (dua belas) orang siswa kelas V SD Negeri 4 Bebetin. Kedua belas orang siswa tersebut terdiri dari empat orang dengan prestasi belajar tinggi, empat orang dengan prestasi belajar sedang, dan empat orang dengan prestasi belajar rendah dalam pelajaran Matematika.
Uji coba lapangan merupakan
tahapan akhir dalam uji coba
pengembangan multimedia interaktif.
Dalam uji coba lapangan, subjek coba dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 4 Bebetin sejumlah 24 (dua puluh empat) orang. Keseluruhan siswa tersebut sudah termasuk siswa yang memiliki prestasi belajar tinggi, sedang, dan rendah.
Revisi produk pengembangan ini akan dipaparkan enam hal pokok, yaitu revisi dari (1) review ahli isi mata pelajaran matematika, (2) review ahli desain pembelajaran, (3) review ahli media pembelajaran, (4) uji coba perorangan, (5) uji coba kelompok kecil, (6) uji coba lapangan.
Berdasarkan hasil penilaian dan masukan, komentar dan saran dari ahli isi mata pelajaran Matematika terhadap produk pengembangan yang dihasilkan berupa multimedia interaktif mencapai tingkat pencapaian sangat baik, maka tidak dilakukan revisi terhadap produk yang dikembangkan.
Berdasarkan hasil penilaian dari ahli desain pembelajaran terhadap produk pengembangan yang dihasilkan berupa multimedia interaktif mencapai tingkat pencapaian baik, sehingga tidak perlu direvisi. Tetapi berdasarkan masukan, komentar dan saran yang diberikan, maka dipandang perlu dilakukan revisi terhadap produk yang dikembangkan. Adapun revisi tersebut yaitu 1) Mengganti komponen pada tab beranda dengan materi pokok yang akan dibahas pada media yaitu bangun datar dan bangun ruang, 2) Menambahkan tujuan pembelajaran pada tab SK/KD, 3) Mengganti tab ‘menu’
menjadi ‘materi’, 4) Jawaban/pembahasan telah dipaparkan pada tab materi maupun rangkuman, 5) Memindahkan apersepsi ke tab materi, dan mengganti opening dengan judul media dan identitas mata pelajaran, 6) Menambahkan foto pada pengembang.
Berdasarkan hasil penilaian dari ahli media pembelajaran terhadap produk pengembangan yang dihasilkan berupa multimedia interaktif mencapai tingkat pencapaian baik, sehingga tidak perlu direvisi. Tetapi berdasarkan masukan, komentar dan saran yang diberikan, maka dipandang perlu dilakukan revisi terhadap produk yang dikembangkan. Adapun revisi tersebut yaitu 1) Melakukan revisi dengan
menambahkan identitas pengembang
pada cover CD, 2) Tab beranda sudah mengalami revisi pada desain yaitu
mengganti komponen dengan
deskripsi/materi pokok yang dibahas pada media, 3) Mengatur margin pengetikan rangkuman, 4) Tujuan pembelajaran telah dipindahkan pada tab SK/KD.
Hasil persentase penilaian multimedia interaktif berdasarkan uji coba perorangan yang terdiri dari tiga siswa SD Negeri 4 Bebetin ini berada pada kualifikasi sangat baik dengan rerata 94,17%. Masukan, saran dan komentar dari ketiga orang siswa dapat dianalisis bahwa tidak ada saran revisi, sehingga multimedia interaktif ini tidak perlu direvisi dan dapat diuji cobakan pada tahap selanjutnya yaitu uji coba kelompok kecil.
Hasil persentase penilaian multimedia interaktif berdasarkan uji coba kelompok kecil yang terdiri dari 12 orang siswa kelas V SD Negeri 4 Bebetin ini berada pada kualifikasi sangat baik dengan rerata 92,91%. Tetapi berdasarkan masukan, saran dan komentar dari kedua belas orang siswa dapat dianalisis bahwa ada salah satu siswa yang menyarankan agar mengubah soal yang dianggap susah, namun faktor penyebabnya adalah siswa tersebut kurang membaca materi dan rangkuman yang disediakan, sehingga multimedia interaktif ini tidak perlu direvisi dan dapat diuji cobakan pada tahap selanjutnya yaitu uji coba lapangan.
Hasil persentase penilaian multimedia interaktif berdasarkan uji coba lapangan
yang dinilai oleh 24 orang siswa kelas V SD Negeri 4 Bebetin ini berada pada kualifikasi sangat baik dengan rerata 94,48%. Masukan, saran dan komentar dari kedua puluh empat orang siswa saat uji coba lapangan telah dianalisis bahwa tidak ada yang memberikan saran revisi, sehingga multimedia interaktif ini tidak perlu direvisi.
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, diketahui dari wawancara dengan guru mata pelajaran Matematika bahwa nilai rata-rata pada pelajaran Matematika kelas V di SD Negeri 4 Bebetin masih belum memuaskan, dimana hasil perolehan nilai pada beberapa siswa mendapatkan skor dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal tersebut didasarkan pada rendahnya minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika, keterbatasan waktu
yang menyebabkan guru kesulitan
memberikan contoh yang konkret untuk materi yang abstrak, dan kurangnya penggunaan media yang dilakukan oleh para guru di sekolah. Seperti salah satu teori yang disebutkan oleh Miarso (dalam Sudatha dan Tegeh, 2009:14) tentang kemampuan atau keterampilan media untuk membuat konkret konsep yang abstrak. Maka solusi yang dibutuhkan adalah dengan mengembangkan produk multimedia interaktif.
Multimedia interaktif yang dihasilkan
dalam penelitian pengembangan ini
dirancang untuk siswa kelas V SD Negeri 4 Bebetin. Pada penelitian ini multimedia
interaktif dikembangkan sebagai
pelengkap Buku Sekolah Elektronik (BSE). Pada fase desain hasil analisis fase
sebelumnya didokumenkan menjadi
storyboard. Storyboard ini dibuat sebagai gambaran isi dari multimedia interaktif yang dikembangkan. Desain storyboard
mencakup tentang layout/tata letak,
warna, teks, dan audio yang akan digunakan pada produk. Berdasarkan
pencatatan dokumen yang telah
dilakukan, menghasilkan laporan
perkembangan produk.
Pada fase selanjutnya yaitu fase
pengembangan dan implementasi
dilakukan pengkajian terhadap multimedia interaktif yang dikembangkan meliputi uji ahli isi mata pelajaran Matematika, uji ahli
desain pembelajaran, uji ahli media pembelajaran, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan.
Dikaji dari aspek isi mata pelajaran matematika diketahui bahwa kualitas hasil pengembangan yang dilakukan adalah
mencapai 96,7% dan setelah
dikonversikan dengan tabel konversi PAP skala 5, persentase tersebut berada pada kualifikasi sangat baik. Media ini dinilai berdasarkan kriteria yang terdapat pada uji ahli isi/materi dan didukung dengan teori oleh Suartama (2012: 21) mengenai kriteria multimedia yang baik dari aspek isi/materi. Kriteria tersebut adalah (1) kebenaran materi,(2) ketepatan materi, (3) kedalaman materi, (4) kemenarikan materi, (5) kesesuaian materi dengan situasi siswa, (6) tujuan pembelajarannya mudah dipahami, (7) penggunaan bahasa yang tepat dan konsisten. Terungkap bahwa sebagian besar penilaian guru mata pelajaran Matematika terhadap komponen-komponen multimedia interaktif tersebar pada skor 5 (sangat baik) dan 4 (baik). Multimedia Interaktif ini termasuk kriteria sangat baik karena mempunyai materi yang jelas, storyboard yang
digunakan untuk menyusun media
pembelajaran ini dibuat berdasarakan RPP dan buku pelajaran Matematika untuk kelas V sekolah dasar, oleh karena itu materi dalam multimedia interaktif ini sudah relevan dengan materi yang harus dipelajari siswa. Hal ini juga didukung berdasarkan komentar yang diberikan oleh ahli isi yang menyatakan bahwa secara
umum multimedia interaktif yang
dikembangkan sudah baik dan perlu
ditingkatkan pembelajaran secara
kontekstual. Atas dasar penilaian dari ahli isi, maka dapat disimpulkan multimedia interaktif ini tidak perlu direvisi.
Dikaji dari aspek Desain
Pembelajaran diketahui bahwa kualitas hasil pengembangan yang dilakukan adalah mencapai 87,5% dan setelah dikonversikan dengan tabel konversi PAP skala 5, persentase tersebut berada pada
kualifikasi baik. Media ini dinilai
berdasarkan kriteria yang terdapat pada uji ahli desain pembelajaran dan didukung oleh teori Suartama (2012: 21) mengenai
kriteria multimedia yang baik sebagai berikut (1) kejelasan sasaran program, (2) konsistensi antara tujuan, materi dan evaluasi, (3) penyampaian materinya mengikuti desain pembelajaran yang efektif dan prinsip-prinsip pembelajaran, (4) diberikan evaluasi untuk mengukur
kemampuan siswa, (5) memberikan
umpan balik hasil evaluasi,
(6)ppenyampaian materi yang menarik, (7) memberikan petunjuk belajar, (8) memberikan kesempatan siswa untuk melatih sendiri. Penilaian ahli desain
pembelajaran terhadap
komponen-komponen multimedia interaktif ini
tersebar pada skor 5 (sangat baik) dan 4
(baik). Multimedia Interaktif ini
memperoleh kualifikasi baik dari aspek
desain pembelajaran. Demi
kesempurnaan produk, ahli desain
pembelajaran memberikan masukan
berdasarkan kekurangan atau kelemahan multimedia ini, sehingga perlu direvisi sedikit sesuai dengan masukan yang
diberikan ahli desain. Revisi bertujuan
untuk meningkatakan kualitas dan
kevalidan media dari aspek desain pembelajarannya.
Dikaji dari aspek Media Pembelajaran
diketahui bahwa kualitas hasil
pengembangan yang dilakukan adalah
mencapai 82,85% dan setelah
dikonversikan dengan tabel konversi PAP skala 5, persentase tersebut berada pada
kualifikasi baik. Tingkat pencapaian
tersebut meliputi beberapa aspek yaitu (1) kemudahan menggunakan media, (2) kualitas tampilan, (3) keterbacaan, (4) navigasi yang memberikan siswa dalam menggunakannya, (5) diberikan petunjuk penggunaan, (6) media yang digunakan dapat membantu pemahaman materi, (7) media yang digunakan dapat membangkitkan motivasi siswa, (8) penggunaan jenis huruf, ukuran huruf, dan spasi tulisan yang tepat, (9) penggunaan gambar, diagram, foto dan grafik yang mendukung pembelajaran, (10) komposisi dan kombinasi warna yang tepat dan serasi, (11) penggunaan animasi yang tepat, (12) dukungan musik yang sesuai, (13) penggunaan sound effect yang tepat, (14) penggunaan narasi
pembelajaran terhadap
komponen-komponen multimedia interaktif ini
tersebar pada skor 4 (baik) dan 5 (sangat baik). Multimedia Interaktif ini memperoleh
kualifikasi baik dari aspek media
pembelajaran. Demi kesempurnaan
produk, ahli media pembelajaran
memberikan masukan berdasarkan
kekurangan atau kelemahan multimedia ini, sehingga perlu direvisi sesuai dengan
masukan yang diberikan ahli media.Revisi
bertujuan untuk meningkatakan kualitas dan kevalidan dari aspek media pembelajarannya.
Dikaji dari aspek uji coba siswa
diketahui bahwa kualitas hasil
pengembangan yang dilakukan pada uji
coba perorangan adalah mencapai
persentase 94,17%, uji coba kelompok
kecil mencapai persentase 92,91%, dan
uji coba lapangan mencapai persentase 94,48%. Setelah dikonversikan dengan tabel konversi PAP skala 5, persentase tersebut berada pada kualifikasi sangat baik. Tingkat pencapaian tersebut meliputi beberapa aspek yaitu, (1) kesederhanaan bentuk tampilan dan tombol navigasinya, (2) kemenarikan tampilan, (3) kejelasan paparan materi yang diberikan, (4) kualitas simulasi, (5) kesesuaian tata letak unsur pendukung multimedia interaktif (teks, gambar, ikon dan judul),
(6) kemudahan dalam penggunaan
media, (7) keinteraktifan sistem (semua tombol navigasi dapat digunakan), (8) kelengkapan informasi yang disajikan
(petunjuk penggunaan). Multimedia
Interaktif ini dikatakan sangat baik dari hasil uji coba karena materi yang digunakan dalam pembuatan media ini
relevan dengan apa yang sedang
dipelajari oleh siswa kelas V SD. Penggunaan Multimedia Interaktif ini juga sangat mudah, yaitu masukkan CD
(Compact Disc) pada PC/Laptop,
selajutnya media dapat dijalankan sesuai petunjuk yang terdapat di dalamnya. Multimedia Interaktif ini dilengkapai juga dengan audio, gambar dan animasi yang
dapat membantu mengembangkan
imajinasi siswa mengenai hal-hal yang konkret dalam mempelajari materi Bangun Datar dan Bangun Ruang. Atas dasar
penilaian dari uji coba ini, maka
multimedia interaktif yang dikembangkan tidak perlu direvisi dan layak digunakan sebagai fasilitas belajar didalam kelas maupun individu diluar kelas.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
Desain pengembangan multimedia interaktif ini menggunakan model Hannafin dan Peck, yang terdiri dari tiga fase yaitu fase analisis kebutuhan, fase desain, fase pengembangan dan implementasi. Pada
fase analisis kebutuhan dilakukan
wawancara dengan guru mata pelajaran Matematika untuk mengetahui kendala yang ditemui guru dan siswa dalam proses
pembelajaran. Pada fase desain,
dilakukan pembuatan storyboard
multimedia interaktif, dan kebutuhan materi untuk produk multimedia interaktif berdasarkan informasi yang didapatkan dari fase sebelumnya. Selanjutnya, pada fase pengembangan dan implementasi dilakukan penilaian terhadap multimedia interaktif. Penilaian dilakukan oleh ahli isi mata pelajaran, ahli desain pembelajaran,
ahli media pembelajaran, uji coba
perorangan, uji coba kelompok kecil, da uji coba lapangan.
Hasil pengembangan multimedia
interaktif pada penelitian ini sebagai berikut.
Hasil uji ahli isi mata pelajaran adalah
mencapai 96,7% dan setelah
dikonversikan dengan tabel konversi PAP skala 5, persentase tersebut berada pada kualifikasi sangat baik, sehingga dari segi isi/substansi materi multimedia interaktif ini tidak perlu direvisi.
Hasil uji ahli desain pembelajaran adalah mencapai 87,5% dan setelah dikonversikan dengan tabel konversi PAP skala 5, persentase tersebut berada pada
kualifikasi baik dari aspek desain
pembelajaran, namun karena adanya masukan yang diberikan oleh ahli desain maka dilakukan revisi terhadap media yang dikembangkan.
Hasil uji ahli media pembelajaran adalah mencapai 82,85% dan setelah dikonversikan dengan tabel konversi PAP skala 5, persentase tersebut berada pada kualifikasi baik. Sama halnya pada uji ahli
desain pembelajaran pada uji ahli media
pembelajaran ini terdapat beberapa
masukan yang diberikan, sehingga
dilakukan revisi terhadap media yang dikembangkan.
Hasil uji coba perorangan adalah
mencapai 94,17%. Hasil uji coba
kelompok kecil adalah mencapai 92,91%.
Pada uji coba kelompok kecil terdapat satu orang siswa yang berkomentar bahwa soal terlalu sulit dan menyarankan agar lebih dimudahkan, namun karena soal yang dibuat pada evaluasi telah disampaikan dengan jelas pada halaman
materi dan rangkuman maka tidak
dilakukan revisi pada produk. Hasil uji coba lapangan adalah 94,48%. Setelah dikonversikan dengan tabel konversi PAP skala 5, persentase ketiga uji tersebut berada pada kualifikasi sangat baik. Dengan demikian multimedia interaktif ini
memiliki kualitas yang sangat baik
sehingga tidak perlu direvisi dan layak digunakan dalam proses pembelajaran.
Saran-saran yang disampaikan
berkenaan dengan pengembangan
multimedia interaktif ini dibagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut.
Kepada siswa diharapkan tidak hanya menjadikan media ini sebagai satu-satunya sumber belajar. Siswa hendaknya
dapat memanfaatkan produk hasil
pengembangan yang sejenis secara aktif, baik di dalam ataupun di luar proses pembelajaran di sekolah dan menggali lebih banyak lagi sumber belajar lainnya.
Kepada guru multimedia interaktif Matematika dapat membantu proses pembelajaran di kelas dan guru sudah terbantu dengan adanya media yang
dihasilkan. Selain itu, kepada guru
disarankan agar mencari dan
menggunakan sumber-sumber belajar
lainnya yang lebih konkret agar siswa dapat belajar dengan maksimal dan tidak hanya melakukan pembelajaran secara monoton dengan menggunakan metode ceramah.
Kepada kepala sekolah dengan
adanya multimedia interaktif terbukti dapat memudahakan guru dan siswa dalam proses pembelajarn. Saran kepada kepala
sekolah adalah agar dapat
mengoptimalkan pengadaan sarana dan
prasarana yang mendukung proses
pembelajaran.
Kepada peneliti lain mengingat
keterbatasan dalam penelitian
pengembangan ini, disarankan kepada peneliti lain agar hasil pengembangan ini
dapat dijadikan referensi dalam
mengadakan atau melakukan penelitian lain yang lebih inovatif lagi, sehingga dapat menghasilkan media yang lebih bermanfaat lagi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti banyak mendapat bantuan, bimbingan, serta motivasi dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini peneliti ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. Ketut Pudjawan, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha yang telah banyak membantu penyelesaian
pendidikan di Fakultas Ilmu
Pendidikan
2. Drs. I Dewa Kade Tastra, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha yang telah banyak membantu penyelesaian pendidikan di Jurusan Teknologi Pendidikan.
3. Drs. I Nyoman Jampel, M.Pd., sebagai Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan serta motivasi yang sangat bermanfaat selama penyusunan skripsi ini.
4. Luh Putu Putrini Mahadewi, S.Pd, M.S., sebagai Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan
serta motivasi yang sangat
bermanfaat selama kuliah serta dalam penyusunan skripsi ini.
5. I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd., selaku ahli desain pembelajaran yang
telah meriview/menilai dan
memberikan masukan untuk media yang dikembangkan dari segi desain pembelajaran.
6. Dr. I Made Tegeh, S.Pd, M.Pd., selaku ahli media pembelajaran yang
telah meriview/menilai dan
yang dikembangkan dari segi rancangan media pembelajaran. 7. Staf dosen di lingkungan Jurusan
Teknologi Pendidikan, yang telah banyak memberikan pengetahuan
melalui materi-materi perkuliahan
serta bimbingan sampai selesainya skripsi ini.
8. Staf Pegawai Fakultas Ilmu
Pendidikan yang telah banyak
membantu dalam menyelesaikan
berbagai administrasi yang
diperlukan.
9. I Gede Raksa, A.Md.Pd., selaku Kepala SD Negeri 4 Bebetin yang
telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian ini.
10. Made Nesa Andaya, S.Pd., selaku ahli isi mata pelajaran Pendidikan
Matematika yang telah
meriview/menilai dan memberikan
masukan untuk media yang
dikembangkan.
11. Siswa-siswi kelas V di SD Negeri 4 Bebetin yang telah dengan tekun berpartisipasi dalam meriview/menilai
media yang dikembangkan oleh
peneliti.
12. Rekan-rekan di Jurusan Teknologi Pendidikan dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, yang juga telah banyak membantu
kelancaran proses penyusunan
skripsi ini. DAFTAR RUJUKAN
Afandi, Muhammad dan Badarudin. 2011.
Perencanaan Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta.
Agung, Anak Agung Gede. 2010. Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Undiksha. Munir. 2012. MULTIMEDIA Konsep &
Aplikasinya dalam Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Sadiman, Arief S. 2012. Media
Pendidikan: Pengertian,
Pengembangan, dam
Pemanfaatannya. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Suartama, I Kadek. 2012. Konsep Dasar Multimedia. Singaraja: Undiksha. Sudatha, I Gde Wawan. & Tegeh, I Made.
2009. Desain Multimedia
Pembelajaran. Singaraja: Undiksha. Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian
Pendidikan Kompetensi dan