• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. (Sumber:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. (Sumber:"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Pengertian panti jompo menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata panti jompo diartikan sebagai tempat merawat dan menampung jompo. Perda No, 15 Tahun 2002 mengenai Perubahan atas Perda No. 15 Tahun 2000 Tentang Dinas Daerah, maka Panti Sosial Tresna Werdha berganti nama menjadi Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha. Tetapi dalam skripsi ini tetap menggunakan panti jompo sebagai objek penelitian.

(Sumber:http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-panti-jompo.html).

Pada dasarnya orang-orang yang sudah memasuki kategori lanjut usia membutuhkan fasilitas khusus untuk memenuhi kebutuhannya yang disesuaikan dengan aktivitas sehari-hari. Desain ruang pada panti jompo tidak hanya mampu menciptakan suasana yang kondusif, tetapi melihat dari kebutuhan khusus untuk kaum lansia yang memiliki keterbatasan dalam bergerak dan rawan terhadap kecelakaan dalam ruang maka perlu memperhatikan standar ergonomi untuk kenyamanan dan keamanan. Oleh karena itu, perlu adanya penerapan aksesibilitas pada desain fasilitas panti jompo. Aksesibilitas adalah keadaan atau

(2)

ketersediaan hubungan dari satu tempat ke tempat lainnya atau kemudahan seseorang untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat lain dengan aman, nyaman, serta kecepatan yang wajar.

(Sumber: http://penataanruang.pu.go.id/taru/nspm/5/Bab2.pdf).

Seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup maka bertambah juga lansia yang terlantar. Untuk menanggulangi masalah maka banyak terbentuk panti jompo baik yang dikelola pemerintah, swasta maupun yayasan keagamaan. Salah satu panti jompo di Bandung sebagai objek dari penelitian ini adalah Panti Tresna Wredha Nazareth yang terbentuk dari kepedulian Suster-Suster Cinta Kasih Carolus Borromeus, Cicadas terhadap pasien lansia di Rumah Sakit Santo Yusup yang tidak mempunyai keluarga/saudara untuk mengurusnya. Panti Tresna Wredha Nazareth bekerjasama dengan Yayasan Santo Camillus yang saat itu mengelola panti asuhan anak, sedangkan lansia diterima dikamar yang tidak digunakan. Hal tersebut mengakibatkan Panti Nazareth kurang memperhatikan fasilitas untuk kebutuhan khusus lansia. Panti jompo memiliki kewajiban membantu memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satu solusinya adalah memberikan kenyamanan, terutama pada ruang-ruang yang digunakan oleh lansia untuk menunjang aktivitasnya sehari-hari, terutama ruang makan. Hal ini dikarenakan ruang tersebut merupakan kebutuhan ruang yang dibutuhkan oleh lansia setiap hari untuk berkumpul dan bersosialisasi dengan lansia lainnya. Area makan pada panti jompo membutuhkan pertimbangan khusus untuk ukuran dan material furnitur, serta sirkulasi sangat perlu diperhatikan mengingat pengguna panti jompo adalah lansia yang memiliki kebutuhan khusus.

1.1 Latar Belakang

Panti jompo adalah sebuah rumah atau tempat dimana berkumpulnya orang-orang lanjut usia, baik secara sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala keperluannya. Sebuah sarana dimana lansia diberikan fasilitas, layanan 24 jam, jadwal aktivitas, dan hiburan yang

(3)

dibutuhkan sesuai kebutuhan lansia. Panti jompo ada yang dikelola oleh pemerintah maupun pihak swasta.

(Sumber: http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2012-2-00191-DI%20Bab1001.pdf)

Sebagian besar lansia memerlukan bantuan orang lain untuk membantu aktivitasnya. Hal tersebut salah satunya karena fungsi fisik lansia sudah mulai berkurang dikarenakan adanya penurunan masa otot, bahkan banyak yang diantaranya sudah sama sekali tidak bisa meninggalkan tempat tidurnya. Maka dari itu merawat lansia akan jadi suatu tantangan besar, bukan hanya memerlukan perhatian dan kasih sayang, juga termasuk waktu, kesabaran, pengertian dan pengetahuan, lingkungan yang sangat mendukung, dan tentu saja keuangan yang memadai.

Kesulitan-kesulitan tersebut dapat menjadi suatu masalah yang dialami oleh banyak keluarga yang memiliki lansia, entah orang tua sendiri ataupun kerabat mereka. Panti jompo adalah salah satu solusinya, dari pada membiarkan orang tua atau kerabat kita yang telah lanjut usia menjadi terlantar karena keterbatasan materi maupun non materi dari keluarga tersebut. Maka panti jompo menjadi jalan terbaik. Banyak sekali manfaat positif lansia hidup atau tinggal dipanti jompo. Salah satunya mereka bisa tetap beraktivitas dan berkomunikasi dengan lansia seusianya.

Sebagian orang memasukkan orang tua atau kerabat yang telah lansia di panti jompo telah menjadi suatu gaya hidup, tetapi kita sebagai orang Timur yang umumnya adat dan kebudayaannya masih kental, memelihara, menjaga, dan merawat orang tua kita atau kerabat yang telah lansia adalah menjadi suatu kewajiban. Tetapi banyak lansia berada di panti jompo karena mereka tidak mau menyusahkan anak-anaknya ataupun sudah tidak memiliki keluarga atau sanak saudara yang bisa merawat dan menampung mereka.

Keberadaan panti jompo di tengah masyarakat perkotaan sebenarnya bisa membantu meringankan tugas keluarga untuk merawat orang tua dan memberi kesempatan mereka beraktivitas dan bertemu teman baru yang sebaya. Hanya saja kesan ‘menitipkan’ orang tua ke panti jompo masih berkonotasi buruk, mengingat masyarakat kita yang mengutamakan nilai

(4)

kekeluargaan. Apalagi anggapan orang selama ini tentang panti jompo adalah tempat yang kotor, tidak manusiawi, dan minim fasilitas. Tetapi kenyataannya ada beberapa panti jompo yang sangat layak huni dan dikelola cukup profesional.

Salah satu alasan meningkatnya kebutuhan panti jompo adalah karena banyaknya lansia yang tidak mendapatkan perhatian dan fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhannya. Untuk menjawab kebutuhan tersebut banyak panti berdiri seadanya, hal ini dapat disebabkan beberapa hal, diantaranya adanya keterbatasan dana, kurangnya pemahaman tentang standarisasi bangunan panti jompo atau kurang pedulinya pihak pembangun atau pengelola. Hal tersebut akan mengakibatkan kurangnya memperhatikan beberapa faktor penting, seperti keamanan, kenyamanan, dan kesehatan lansia. Sebuah panti jompo harus memenuhi standarisasi panti yang baik agar dapat membantu lansia melakukan aktivitasnya dan mengurangi resiko kecelakaan yang berakibat fatal, seperti terjatuh atau terpeleset akibat kesalahan desain atau kurang maksimalnya fasilitas di panti tersebut.

1.2 Batasan Penelitian

Untuk memfokuskan pada tujuan dan waktu penelitian yang terbatas, maka penulis membatasi ruang lingkup. Batasan penelitian ini dibagi berdasarkan batasan tempat, kelompok objek atau subjek yang diteliti, dan batasan objek penelitian.

1. Batasan tempat

Penelitian ini dilakukan di Panti Tresna Wredha Nazareth Bandung. Penulis hanya memfokuskan penelitian pada panti tersebut agar dengan waktu yang terbatas ini penulis lebih fokus khususnya pada lansia perempuan yang berusia antara 66-89 tahun. Selain itu, dari latar belakang Panti Nazareth yang terbentuk dari kepedulian Suster-Suster Cinta Kasih Carolus Borromeus terhadap pasien lansia di Rumah Sakit Santo Yusup yang tidak mempunyai keluarga/saudara untuk mengurusnya yang pada

(5)

saat itu mengelola panti asuhan anak, sedangkan lansia diterima dikamar yang tidak digunakan. Hal tersebut mengakibatkan Panti Nazareth kurang memperhatikan fasilitas untuk kebutuhan khusus lansia. Penelitian ini bertujuan memberikan kriteria fasilitas furnitur pada area makan untuk kaum lansia pada panti jompo dengan berbagai variasi kondisi fisik. 2. Batasan kelompok objek

Kaum lansia perempuan menjadi kelompok objek yang berperan pada penelitian ini. Lansia yang tinggal di Panti Tresna Wredha Nazareth memiliki kondisi kesehatan fisik yang bervariasi, diantaranya lansia yang tergolong aktif dan mandiri hingga lansia tergolong pasif yang membutuhkan perawatan serta pelayanan khusus dari pihak panti. Penelitian ini hanya melibatkan kelompok lansia yang mandiri karena sebagian besar lansia dapat berkomunikasi dengan baik dan penelitian ini membutuhkan lansia yang mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, terutama aktivitas makan. Kelompok lansia yang berperan sebagai sampel pengguna penelitian ini antara lain: lansia yang masih bisa berjalan dengan normal tanpa alat bantu, lansia menggunakan tongkat kaki empat, dan lansia menggunakan wheel rollator walker (alat bantu jalan yang hampir sama dengan walker tetapi memiliki tambahan dudukan, keranjang, beroda empat, dam memiliki rem). Selain itu, pada panti ini ada kondisi fisik lansia lainnya, yaitu lansia menggunakan kursi roda. Akan tetapi, kondisi tersebut tidak memungkinkan untuk sampel pengguna dalam penelitian ini karena lansia tersebut membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan setiap aktivitasnya, termasuk aktivitas makan. 3. Batasan objek penelitian

Panti jompo memiliki kewajiban membantu memenuhi kebutuhan lansia sebagai pengguna. Salah satu solusinya adalah mengutamakan aksesibilitas dalam menangani hal tersebut sehingga pencapaian rasa aman dan nyaman untuk menunjang aktivitasnya sehari-hari, khususnya ruang makan.

(6)

Dalam skripsi ini penulis hanya membahas fasilitas furnitur pada area makan karena mengingat penggunanya adalah lansia yang memiliki kebutuhan khusus dan kondisi fisik lansia yang berbeda-beda. Maka dari itu penulis ingin mengarahkan pada fasilitas desain yang accessible untuk variasi kondisi fisik lansia.

1.3 Rumusan Masalah

Untuk menentukan solusi yang tepat dalam suatu permasalahan, maka terlebih dahulu permasalahan tersebut dianalisis dan disusun ke dalam bentuk formulasi yang sistematis. Adapun perumusan masalah yang akan dibahas pada skripsi ini adalah: Bagaimana kriteria fasilitas furnitur yang accessible untuk aktivitas makan pada berbagai variasi kondisi keterbatasan gerak (mobilitas) penghuni lansia pada panti jompo?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan dalam skripsi ini adalah menjawab pertanyaan dari rumusan masalah yang ada, yaitu memberikan rekomendasi perbaikan desain sebagai pertimbangan khusus aksesibilitas pada desain fasilitas furnitur area makan untuk aktivitas makan bagi penghuni panti yang kondisinya bervariasi.

1.5 Manfaat Penelitian

Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak dan pembaca, antara lain:

1. Memberikan wawasan tentang desain yang accessible karena di Negara Indonesia masih kurang diperhatikan.

2. Memberikan pengetahuan dan pembelajaran bagi desainer interior dalam mendesain fasilitas bagi lansia, terutama area makan.

(7)

3. Bermanfaat bagi yang melakukan perancangan atau penelitian yang terkait dengan panti jompo, khususnya area makan untuk lansia.

1.6 Metode Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan penelitian agar dapat berjalan dengan baik dan sistematis, sedangkan untuk mengetahui bagaimana seharusnya langkah penelitian harus dilakukan dengan menggunakan metode penelitian. Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh.

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan, hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya.

(Sumber: http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/534/jbptunikompp-gdl-gyanherlia-26682-6-unikom_g-i.pdf)

1.6.1 Langkah-langkah Penelitian

Penelitian ini dijabarkan dalam beberapa langkah, yaitu:

1. Melakukan pengamatan lapangan dan mengumpulkan data berupa hasil wawancara dan dokumentasi (foto dan video).

2. Melakukan studi literatur tentang objek studi yang terkait.

3. Mendeskripsikan dan menganalisis objek studi dengan membuat simulasi dan membandingkan objek studi dengan studi literatur.

(8)

4. Menarik kesimpulan dengan membuat kriteria untuk rekomendasi.

1.6.2 Cara Memperoleh Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berdasarkan studi literatur, wawancara, dan observasi.

1. Studi Literatur

Sebagai referensi teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan dalam melakukan studi. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.

2. Wawancara

Sebagai informasi yang relevan karena berhubungan langsung dengan responden yang bertujuan untuk menambah kelengkapan informasi data.

3. Observasi

Meninjau dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati secara langsung/nyata. Objek dalam penelitian ini adalah area makan, yang meliputi

furniture, lay out furniture, dan batas-batas vertikal, serta aktivitas

lansia pada area makan, yaitu jalan-berdiri-duduk dan duduk-berdiri-jalan. Observasi yang dilakukan mengacu pada asas-asas aksesibilitas, yaitu asas kemudahan, asas kegunaan, asas keselamatan, dan asas kemandirian. Beberapa indikator sebagai faktor pendukung untuk membandingkan agar mengetahui sudah atau belumnya memenuhi kriteria dari asas-asas tersebut.

(9)

1.7 Kerangka Pemikiran

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Sumber: Data Pribadi, 2015

Bagaimana kriteria fasilitas furnitur yang accessible untuk aktivitas makan pada berbagai variasi kondisi keterbatasan gerak (mobilitas) penghuni lansia pada panti

jompo? BATASAN 1. Panti Tresna Wredha Nazareth.

2. Lansia dengan 3 variasi kondisi, yaitu lansia bisa jalan normal, lansia menggunakan wheel rollator walker, dan lansia menggunakan tongkat kaki empat.

3. Aksesibilitas area makan.

Panti jompo sebagai fasilitas dengan pengguna berkebutuhan khusus.

Rekomendasi Observasi

Area Makan (termasuk

furniture, lay out furniture,

batas-batas vertikal) Aktivitas Makan (jalan-berdiri-duduk, duduk-berdiri-jalan) Asas Aksesibilitas 1. Kemudahan 2. Kegunaan 3. Keselamatan 4. Kemandirian Indikator 1. Durasi waktu

2. Kesulitan gerak yang dialami 3. Dioperasikan sendiri atau dibantu orang lain

(10)

1.8 Sistematika Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang analisis dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat diadakannya penelitian ini, metode yang digunakan, langkah-langkah penelitian dan cara memperoleh data, batasan dalam penelitian guna memfokuskan arah penelitian, serta sistematika penulisan sebagai landasan dari skripsi ini.

BAB II KAJIAN TEORI AKSESIBILITAS DI RUANG MAKAN

Berisi kajian teori - teori tentang definisi lansia secara lebih luas, sejarah terbentuknya panti jompo, fungsi dan tujuan panti jompo, kebutuhan lansia untuk mendukung aktivitasnya, serta kenyamanan gerak dan aksesibilitas.

BAB III FASILITAS RUANG MAKAN DI PANTI TRESNA WREDHA NAZARETH

Berisi tentang penjabaran objek studi berupa data Panti Tresna Wredha Nazareth secara umum, area makan lansia beserta aktivitasnya dan gambar-gambar yang mendukung.

BAB IV TINJAUAN AKSESIBILITAS AREA MAKAN PANTI TRESNA WREDHA NAZARETH

Bab ini akan membahas data sampel pengguna yang disertai biodata singkat dari responden, analisis aksesibilitas desain pada area makan bagi lansia di Panti Tresna Wredha Nazareth dan rekomendasi dari studi kasus, serta gambar-gambar yang mendukung.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Merupakan simpulan dan saran dari penulis mengenai aksesibilitas desain pada area makan bagi lansia di Panti Tresna Wredha Nazareth.

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran  Sumber: Data Pribadi, 2015

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian lapangan DAN analisa data dapat dilihat bahwa Lemigas melalui Urusan Penatausahaan PNBP telah melakukan banyak perubahan, seperti telah

Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-hubungan fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan

Dengan adanya pemancar ini, maka penjaga penjara dapat memantau posisi setiap narapidana melalui sebuah layar besar yang dihubungkan langsung dengan sebuah satelit yang pada

BAB I Pendahuluan, bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Tinjauan

Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa dalam melakukan layanan konseling ada beberapa keterampilan yang sering digunakan akan tetapi justru belum dikuasai dengan baik oleh

Bagian pertama tentang pendekatan dalam kajian etika komunikasi yaitu pendekatan kultural guna menganalisis perilaku pelaku profesi komunikasi dan pendekatan strukrural

Bangunan megalitik tersebar hampir di seluruh wilayah Bali. Bentuk bangunan ini bermacam-macam dan meskipun sebuah bentuk berdiri sendiri ataupun beberapa bentuk

Seperti halnya penerapan ICT berdasarkan sarana dan prasarana (infrastruktur) yang ada di Museum Angkut, dimana penerapan ICT ini bertujuan untuk mempermudah