• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN ESTIMATOR REGRESI NONPARAMETRIK MENGGUNAKAN METODE FOURIER DAN METODE WAVELET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN ESTIMATOR REGRESI NONPARAMETRIK MENGGUNAKAN METODE FOURIER DAN METODE WAVELET"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

METODE FOURIER DAN METODE WAVELET

Suparti

Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 50275

Abstract. Let

{

(Xi,Yi)

}

in=1 be independent observation data and follows a model Yi = f(Xi) + εI ,

i =1,2,...,n with f is an unknown regression function and εi are independent random variables with mean 0 and variance σ2. The function f could be estimated by parametric and nonparametric appro-aches. In nonparametric approach, the function f is assumed to be a smooth function or quadratic integrable function. If f belongs to the Hilbert space L2(R) then the function f could be

estimated by estimator of orthogonal series, especially by Fourier series estimator. Another estimator of orthogonal series which could be use to estimate f is wavelet estimator. Wavelet estimator is an extention of Fourier series estimator but it is more effective than the Fourier series estimator because the its IMSE converges to zero quicker than the Fourier series estimator.

Keywords: Nonparametric regression estimation, Fourier series estimator, wavelet estimator.

1. PENDAHULUAN

Sebelum dikembangkan wavelet para ilmuwan menggunakan barisan dan transformasi Fourier untuk menganalisa kelakuan fungsi gelombang dan meng-analisa fungsi-fungsi tersebut. Karena tun-tutan dunia terapan antara lain penganali-saan gelombang bunyi, elektromagnetik dan lain-lain yang umumnya bukan gelom-bang periodik sederhana tetapi gelomgelom-bang- gelombang-gelombang lokal sehingga tidak mudah di-hampiri dengan deret Fourier, kalaupun bisa, membutuhkan banyak koefisien Fou-rier sehingga tidak efektif. Metode wavelet merupakan suatu metode yang relatif lebih baru dan lebih efektif dari deret Fourier karena basis dalam wavelet mampu mena-ngani masalah-masalah lokal yang tidak dapat dilakukan oleh Fourier, karena basis wavelet ditentukan oleh letak dan skala-nya.

Misalkan ada sejumlah n data pe-ngamatan independen

{

(Xi,Yi)

}

in=1 dan akan dicari hubungan antara X dan Y yang memenuhi model

Yi = f(Xi) +

ε

i, i=1,2,...,n, (1.1) dengan f fungsi regresi yang tidak diketa-hui dan

ε

i variabel galat random

indepen-den indepen-dengan mean 0 dan varian

σ

2. Jika bentuk fungsi f diketahui maka untuk mengestimasi fungsi f digunakan pendeka-tan parametrik, akan tetapi jika bentuk fungsi f tidak diketahui maka digunakan pendekatan nonparametrik .

Untuk mencari estimator dari fung-si f dengan pendekatan nonparametrik, te-lah diperkenalkan oleh Eubank [2] estima-tor Fourier yang merupakan deret dengan basis fungsi konstan, sinus, dan cosinus. Kemudian beberapa peneliti ([3],[4] serta [6]) mengembangkan estimator deret Fou-rier menjadi estimator wavelet yang mem-punyai basis fungsi wavelet.

Suatu ukuran kebaikan estimator dari f dapat dilihat dari tingkat kesalahan-nya. Semakin kecil tingkat kesalahannya semakin baik estimasinya. Salah satu ukur-an kesalahukur-an dapat dilihat dari IMSE (inte-gral rata-rata kesalahan kuadrat) atau MSE (Rata-rata kesalahan kuadrat). Dalam pe-nelitian ini dibandingkan kebaikan antara estimator regresi nonparametrik menggu-nakan metode Fourier dan metode wavelet khususnya wavelet linier berdasarkan be-sarnya IMSE asimtotis.

(2)

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan kajian li-teratur yang kemudian dikembangkan de-ngan simulasi menggunakan software S+ Wavelets. Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan estimator deret Fourier dan deret wavelet secara teoritik maupun seca-ra visualisasi. Secaseca-ra teoritik kebaikan esti-mator dilihat dari besar kecilnya laju kon-vergensi IMSE dan secara visualisasi ke-baikan estimator dilihat dari kedekatan an-tara fungsi estimasi dan fungsi aslinya. Se-makin besar laju konvergensinya seSe-makin baik estimatornya. Secara visualisasi dila-kukan simulasi pada data yang dibangkit-kan dari suatu fungsi yang diberi error (noise). Dari data yang telah diberi error ini kemudian diestimasi fungsinya meng-gunakan pendekatan deret Fourier dan de-ret wavelet. Hasil estimasi fungsi selanjut-nya dibandingkan dengan fungsi asliselanjut-nya. Semakin cepat mendekati fungsi aslinya semakin baik estimasinya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum dibahas tentang deret Fo-urier dan deret wavelet perlu dijelaskan terlebih dahulu pengertian L2(R). L2(R)

adalah ruang fungsi yang kuadratnya terintegralkan, dengan kata lain L2(R) = {f:

∞ <∞

f(x) dx

2

}. Menurut [7], L2(R) merupakan ruang Hilbert dengan perkalian skalar dan norma yang didefinisikan

seba-gai

∞ ∞ − >= < f,g f(x)g(x)dx dan

= > < = f,f f(x) dx f 2 .

Dengan cara yang sama,

L2[0, 2

π

] = {f :

f(x)2dx<∞

0 }.

Deret Fourier

Jika f

L2[0,2

π

], maka f dapat didekati dengan deret Fourier,

f(x) =

(

)

∞ = + + 1 j j j o a cos(jx) b sin(jx) a 2 1 ,

dengan koefisien Fourier [2]

aj = 1/

π

<f,cos(j.)>, j = 0,1,2,... dan

bj = 1/

π

<f,sin(j.)>, j = 1,2,3,... Deret Fourier (2) dapat didekati oleh

fJ(x) =

(

)

= + + J 1 j j j o a cos(jx) b sin(jx) a 2 1 , (3.2) dengan aj = 1/

π

<f,cos(j.)> =

π π 2 0 1 dx ) jx cos( ) x ( f π 1 , j = 0,1,2,...,J, bj = 1/π <f,sin(j.)> =

π π 2 0 1 dx ) jx sin( ) x ( f , j = 1,2,3,...,J untuk J besar. Deret Wavelet

Fungsi wavelet pertama kali diper-kenalkan oleh Haar tahun 1910. Jenis wavelet dibedakan menjadi 2 yaitu wavelet induk Ψ dan wavelet bapak φ yang kedua-nya melahirkan seluruh keluarga wavelet

Ψj,k(x) = (p2j)1/2Ψ(p2jx-k) dan

φj,k (x) = (p2j)1/2φ(p2jx - k)

untuk suatu skalar p>0, dan tanpa mengu-rangi keumuman dapat diambil p = 1, se-hingga

Ψj,k(x) = 2j/2Ψ(2jx-k) dan

φj,k(x) = 2j/2φ(2jx–k).

Kemudian [1] mengembangkan wavelet Haar menjadi wavelet Daubechies, wavelet simetris dan coiflet. Pendekomposisian sembarang fungsi fL2(R) ke dalam basis

wavelet ortonormal ([3],[4],[6]),

= k k jo, c f(x) φjo,k

≥ + k jo j dj,kΨj,k, (3.3) dengan cjo,k = <f,φjo,k> =

R f(x)φjo,k(x)dx dan dj,k = <f,ψj,k> =

R f(x)ψ jo,k(x)dx.

Deret wavelet (4) dapat didekati oleh

= k k jo, J(x) c f φjo,k

− = + k J jo j 1 dj,kΨj,k, (3.4)

(3)

dengan cjo,k = <f,

φ

jo,k>, dj,k = <f,

ψ

j,k> dan

J besar.

Deret wavelet (5) ekivalen dengan

= k k J, J(x) c f

φ

J,k dengan cJ,k = <f,

φ

J,k>. (3.5) J merupakan parameter pemulus dan dina-makan level resolusi.

Estimator deret Fourier

Jika

{

(Xi,Yi)

}

in=1, data observasi

independen mempunyai model (3.1),

Xi

[0,2

π

], dan f fungsi regresi tidak dike-tahui, maka estimator deret Fourier dari f adalah

(

)

= + + = J 1 j j j o J ^ sin(jx) cos(jx) 2 1 (x) f ,

dengan estimator koefisien Fourier:

)dx cos(jx Y 1 cos(j.) , f ~ n 1 i A i j i

∑ ∫

= = = π π 1 , j = 0,1,2,...,J, )dx sin(jx Y 1 sin(j.) , f ~ n 1 i i A j i

∑∫

= = = π π 1 , j = 1,2,3,...,J,

Ai, i = 1,2,,...,n adalah interval saling asing

sehingga

n 1 i i A = = [0,2π] dan XiAi. Khususnya jika Xi=2πi/n, maka

)dx cos(jX Y n 2 n 1 i i i j

= = , j = 0,1,2,...,J, ) sin(jX Y n 2 n 1 i i i j

= = , j = 1,2,3,...,J.

Tingkat kemulusan estimator deret Fourier fˆJ ditentukan oleh pemilihan

para-meter pemulus J. Semakin kecil parapara-meter pemulus J, semakin mulus estimasinya dan semakin besar parameter pemulus J, semakin kurang mulus estimasi dari f. Oleh karena itu, perlu dipilih J yang optimal. Pemilihan J optimal didasarkan pada IMSE asimtotis minimal dari fˆJ.

Sifat asimtotis estimator deret Fourier Estimator koefisien deret Fourier

j

dan j merupakan estimator tak bias [5] dari aj dan bj, sebab E(aˆj) = aj dan

E(bˆj) = bj. IMSE (fˆ )=

E(f )2dx 0

− = 2π 0 (f fˆ) dx E 2 + − + − =

= J 1 j 2 j j 0 0 ) ((a ) a ( (( E

π

2

π

2 ) b (a ) ) (b 2 j2 1 J j j j j− +

+ ∞ + =

π

2 + + =

= J 1 j j 0 ) (var(aˆ ) var( (

π

π

2 ). b (a ) ) var( 2 j2 1 J j j j +

+ ∞ + =

π

var(0) = 2 4 σ n , var(aˆ ) =j n 2 2σ , j = 1,2,…, J dan var(j) = n 2σ2 , j = 1,2,…,J.

Selanjutnya jika fC2[0,2π] maka aj =

f(x)cos(jx)dx π π 2 0 1 + − + =

(g(π ) (x π )g'(π ) π π 2 0 1 cos(jx)dx )) ( f ! ) x ( π (2) π 2 2 − . bj =

f(x)sin(jx)dx π π 2 0 1 + − + =

( f(π) (x π )f'(π) π π 2 0 1 sin(jx)dx )) ( ! ) ( π (22 f 2 x− Padahal 2 cos(jx)dx 0 0 =

π , 0 2 0 − =

π (x π)cos(jx)dx , 2 j cos(jx)dx ) (x π π π 2 4 2 0 − =

, 0 sin(jx)dx=

2π 0 ,

(4)

j (jx)dx sin ) (x

π

π

π 2 2 0 − =−

dan 0 sin(jx)dx ) (x 0 − =

π 2 . Jadi aj2 = 2 4 [f''( )] j 16 π π , bj2 = 2 )] ( [f' j 4 2 π .

∞ + = ∞ + = + = + 1 J j 2 4 2 j 2 1 J j j [f'( )] j 16 ( ) b (a

π

π ) )] ( [f' j 4 2 2 ππ = dx x A x A 2 2 1 J x 4 1 +

= + , = ∞ + =       − − 1 J x 2 3 1 x A' x A' ,       + + + = 1) (J A' 1) (J A' 2 3 1 , = o((J 1) ) 1 J A'2 + + −1 + , untuk J→∞. Jadi IMSE(fˆ) = 1 J A' ) n n ( n 2 J 1 j + + + +

= 2 2 2 2 2 2πσ π σ σ = 1 J A' 1) (2J n 2 + + + 2 2πσ ≈ J A n J A1 + 2 , untuk n, J →∞.

J optimal adalah nilai J yang memi-nimumkan IMSE(fˆ), yaitu harga J

sehing-ga 0 J ) IMSE( = ∂ ∂ , dan diperoleh 0 J A n 2A 2 2 1 − = sehingga J opt = 1/2 1 2 2A n A      

n1/2. Pada J opt n1/2 dida-patkan IMSE opt ∝n-1/2.

Estimator wavelet

Jika ada sekumpulan data indepen-den

{

(Xi,Yi )

}

in=1, dengan n = 2m, m

bila-ruang [0,1] dengan Xi = i/n, maka estima-tor regresi wavelet pada level resolusi J adalah J(x)=

k k jo, φjo,k(x)+

∑∑

− = 1 J jo j k k j, Ψj,k

( )

x , (3.6) dengan k jo, = i n 1 i Y n 1

= φjo,k(Xi ), k j, = i n 1 i Y n 1

= Ψj,k(Xi ) atau (x) J =

k k , J, φJ,k(x), dengan J,k = i n 1 i Y n 1

= φJ,k(Xi ) (3.7) Estimator (3.6) atau (3.7) dinamakan es-timator wavelet linier. Tingkat kemulusan etimator wavelet ditentukan oleh level re-solusi J. Semakin kecil J semakin mulus estimasinya [6].

Sifat asimtotis estimator wavelet linier Estimator koefisien wavelet j,k

dan dˆj,k merupakan estimator tak bias dari

cj,k dan dj,k [5].

Teorema 3.1. [4] misalkan f mempunyai derivatif yang kontinyu dan terbatas ting-kat 2 sehingga

1 0 r x Ψ

{

0, jika 0 k 1 2 k jika , K 0 (x)dx = < ≤ ≤ = .

Jika n, p → ∞ dan fˆ estimator regresi wavelet pada level nol maka

IMSE ( fˆ ) = E

( )

f dx 2

1 − 0 ) p A p n o(1))(A (1 2 1 1 4 − − + + = , dengan A1=σ2, A2=κ2(1-2-4)-1

01 (f (2) (x))2dx dan κ = 2! 1

01 x 2 Ψ (x)dx. Bukti.

(5)

adalah fˆ =

k k 0, φ0,k dengan k 0, = i n 1 i Y n 1

= φ0,k(Xi) dan IMSE ( fˆ) = dx ) (f E dx ) E(f 2 2

1 − =

− 0 1 0 . IMSE (fˆ )

∫ ∑



(

)

  − = 1 0 k k 0, k 0, E

φ

(

c

)

(d ) dx 2 0 j k k j, k j, k k 0, k 0,    −

∑ ∑

ψ

φ

(

)

∫ ∑

   − − = 1 0 k k 0, k 0, k 0, c ) ( E

φ

dx ) (d 2 0 j k k j, k j,   

∑ ∑

φ

.

Karena keortonormalan φ dan Ψ diperoleh

( )

f dx E 2

1 − 0 =

(

)

∑∑

≥ + − 0 j 2 k k j, 2 k k 0, k 0, c d = S1+ S2. Selanjutnya E(S1) = E (

(

)

2 k k 0, k 0, c

=

= − k 2 n 1 i i k 0, 2 2 )) (X ( n

σ

φ

p n1 =

σ

2 +o(n-1p), untuk n, p→∞. Selanjutnya S2 =

∑∑

0 j 2 k k j, d dan E(S2) =

∑∑

0 j 2 k k j, d . dx k) x (p f(x) p d 1 0 j 1/2 j k j, =

φ − dy (y) ) p y k f( p 1 0 j 1/2 j

+ = −

ψ

.

Deret Taylor dj,k di sekitar k/pj adalah

( )

( )

   + + = − 1 0 j j j 1/2 j k j, f' k/p p y k/p f (y) p d

ψ

dy ) o(y ) (k/p f p 2! y 2 j (2) j 2 2     + = pj(2+1/2)f(2)

( )

k/pj

κ

, dengan dx (x) 2! 2

= 1 0 1 ψ κ . Jadi S2 =

∑∑

≥ + −                 0 j k 2 j (2) 1/2) (2 j p k f p κ

(

)

( )

= 1 0 2 ) ( 2 1 4 4 dx f 2 1 p κ 2 , sehingga IMSE (fˆ ) (1 o (1))(An p A2p 4) 1 1 − − + + = , dengan A1 = σ2, A2 = κ2(1-2-4)-1

1 0 (f (2) (x))2 dx dan dx (x) 2! 2

= 1 0 1 ψ κ . ■

Dari teorema di atas terlihat bahwa untuk n, p → ∞ maka IMSE ( ) → 0. Tingkat kemulusan estimator wavelet ( fˆ)

ditentukan oleh parameter pemulus p (jika

j tetap). Nilai p kecil memberikan estimasi

fungsi yang sangat mulus dan p besar memberikan estimasi fungsi yang kurang mulus, sehingga dengan meminimalkan IMSE ( fˆ) akan didapatkan p yang opti-mal. Dengan kriteria meminimalkan IMSE

)

( maka diperoleh p opt n1/5 dan IMSE opt ∝ n-4/5. Sebaliknya jika p tetap (p=1), maka parameter pemulus j optimal dapat dicari dengan mengganti n1/5 2j, sehingga j opt logn

5 12

dan IMSE opt

n-4/5 .

Berdasarkan sifat asimtotis dari estimator Fourier dan estimator wavelet linier, diperoleh IMSE opt untuk estimator Fourier ∝ n-1/2 dan IMSE opt untuk esti-mator wavelet ∝ n-4/5. Perbandingan ting-kat penurunan IMSE opt secara grafis disa-jikan pada gambar 1. Secara visualisasi ter-lihat bahwa IMSE opt dari estimator wave-let lebih cepat menuju nol dari estimator Fourier. Ini menunjukan bahwa estimator wavelet lebih baik dari estimator Fourier.

(6)

Contoh Simulasi

Diberikan suatu data yang dibang-kitkan dari sebuah fungsi y = (sin x)3 +

ε

dengan ε merupakan suatu noise yang ber-distribusi N(0; 0,1) dan -

π

< x <

π

. Akan

dibandingkan fungsi asli dengan fungsi ha-sil estimasi menggunakan metode Fourier dan metetode wavelet. Data diolah dengan program S+wavelets. Hasilnya sebagai berikut:

Gambar 2. Estimasi regresi dengan metode Fourier

Gambar 3. Estimasi regresi dengan metode wavelet

Keterangan gambar 2 dan gambar 3: ………… : diagram pencar

_______ : fungsi asli _______ : fungsi estimasi

Dari hasil simulasi, secara visual dapat dilihat bahwa pada estimasi fungsi regresi dengan metode Fourier, fungsi esti-masi mendekati fungsi aslinya dimulai pa-da level resolusi 5, 6 pa-dan seterusnya, tetapi untuk estimasi fungsi regresi dengan metode wavelet dimulai pada level resolusi 3, -4 dan seterusnya. Jadi secara visual estima-si fungestima-si regreestima-si menggunakan wavelet le-bih cepat mendekati fungsi aslinya dari es-timasi dengan deret Fourier. Jadi dalam estimasi fungsi regresi, metode wavelet le-bih efisien dari metode Fourier .

4. PENUTUP

Dekomposisi fungsi dalam wavelet merupakan generalisai dari deret Fourier. Deret wavelet dibangun oleh fungsi wave-let ayah dan wavewave-let ibu beserta keluarga-nya, sedangkan dalam deret Fourier diba-ngun oleh fungsi konstan, sinus dan cosi-Gambar 1. IMSE opt dari estimator

Fourier dan estimator wavelet

(7)

konvergensi IMSE dalam estimator wave-let lebih cepat menuju nol dari etimator deret Fourier.

5. DAFTAR PUSTAKA

[1] Daubechies, I. (1992), Ten Lectures on

Wavelets, Capital City Press,

Philadel-pia.

[2] Eubank, R.L. (1998), Spline

Smoo-thing and Nonparametric Regression,

Marcel Dekker.Inc, New York.

[3] Hall,P. and Patil,P. (1995), On

Wave-let Methods for Estimating Smooth Functions, Bernoulli, 1(1/2): 041-058.

[4] Hall,P. and Patil,P. (1996), On the

Choice of Smoothing Parameter, Threshold and Truncation in Nonpara-metrik Regression by non-linier Wave-let Methods, J.R.Statist.Soc.B, 58(2):

361-377.

[5] Suparti (1999), Estimasi Fungsi Mulus

dengan Metode Wavelet, Tesis S-2,

UGM, Yogyakarta.

[6] Odgen, R.T. (1997), Essential Wavelets

for Statistical Applications and Data Analysis, Birkhauser, Boston.

[7] Vetterli,M. and Kovacevic,J. (1995),

Wavelets and Subband Coding,

Gambar

Gambar 2. Estimasi regresi dengan  metode Fourier

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang bahwa surat kuasa khusus tersebut ternyata tidak memuat untuk perlawanan eksekusi di pengadilan Agama Tigaraksa, sehingga kuasa tersebut tidak mempunyai kewenangan

Kabupaten Klaten mempunyai potensi dibidang pariwisata yang cukup besar untuk dikembangkan, hal ini terbukti banyak sekali aset-aset wisata beragam dan ragam budaya yang tidak

Shares Change Last Trading Date Commencement of Recording Commencement of Distribution of Share Trading Period Nominal W/ Old Nominal Value Trading Date Settlement

Berdasarkan analisis yang telah dijalankan diketahui bahwa hipotesis penelitian ini diterima, terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah

Secara umum, pengaruh awal campuran boraks dan asam borat sebagai bahan pengawet kayu khususnya untuk perlakuan A, B, dan C mempunyai pengaruh yang baik terhadap

Hasil pengujian menunjukkan bahwa indeks Strait Times Index mampu menguatkan kurs dengan Indeks Harga Saham Gabungan dan tidak mampu menguatkan suku bunga Bank Indonesia

Oleh karena itu dalam program pelepasliaran burung kakatua hasil penyerahan masyarakat perlu dilakukan identifikasi secara morfologi dan teknik DNA molekuler untuk