• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tinggi Palatum Berdasarkan Klasifikasi Maloklusi Angle pada Murid SMA Negeri 8 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tinggi Palatum Berdasarkan Klasifikasi Maloklusi Angle pada Murid SMA Negeri 8 Medan"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Maloklusi secara umum dapat diartikan suatu oklusi yang menyimpang dari

bentuk standar yang diterima sebagai bentuk normal. Kondisi ini muncul pada saat

proses perkembangan.1,2 Maloklusi sangat berhubungan dengan yang ada di rongga

mulut salah satunya yaitu palatum. Tinggi palatum di setiap maloklusi berbeda.

Pada maloklusi Klas I tinggi palatum normal, Klas II divisi 1 palatum dalam, Klas II

divisi 2 kedalaman normal, sedangkan Klas III memiliki palatum yang paling

dalam.1,3

Palatum merupakan atap dari rongga mulut dan dasar dari rongga hidung.

Palatum terdiri atas palatum keras 2/3 posterior dan palatum lunak 1/3 anterior.1,2

Palatum memisahkan antara rongga mulut dan rongga hidung serta nasofaring meluas

hingga ke faring. Palatum juga menghubungkan antara kranium dan fasial. Bentuk

palatum akan berpengaruh jika terjadi asimetris pada basis kranium. Pertumbuhan

kraniofasial dikontrol oleh beberapa faktor antara lain: genetik, proses pertumbuhan,

tindakan bedah, malnutrisi, malfungsi dan malformasi kraniofasial.4,5,6

Proses pertumbuhan pada umumnya akan terhenti pada akhir masa remaja,

sedangkan pertumbuhan tulang wajah akan terus mengalami pertumbuhan aposisional

pada usia dewasa. Pertumbuhan aposisional merupakan pertumbuhan pada

permukaan tulang yang akan menunjukkan arah pertumbuhan, yang diimbangi oleh

adanya resorpsi pada sisi yang lain.7 Pertumbuhan maksila berhenti pada usia sekitar

15 tahun untuk wanita sedangkan pada pria sekitar usia 17 tahun.5

Pertumbuhan palatum dimulai sejak awal minggu ke enam sampai minggu ke

duabelas prenatal. Pertumbuhan lebar palatum paling banyak terjadi pada regio

molar pertama dan kedua sisi sutura media. Lima per enam perkembangan palatum

yang matur tercapai rata-rata pada usia 4 tahun dan perkembangan lebar maksimum

palatum dapat tercapai pada usia 19 tahun. Secara keseluruhan, peningkatan lebar

palatum terjadi karena aposisi dari permukaan terluar tulang selama tahun pertama

postnatal.2,5

(2)

Menurut Khorkhaus tinggi palatum yaitu jarak tinggi garis vertikal yang tegak

lurus dengan midpalatal raphe. Garis vertikal ini melintang dari permukaan palatum

sampai bidang oklusal (molar pertama rahang atas).3,8 Pertumbuhan tinggi palatum

telah lengkap pada usia 16 tahun, dan dapat berbeda dipengaruhi oleh jenis

kelamin.5,9 Total rata-rata tinggi palatum pada oklusi normal adalah 20.61 mm, pada

remaja wanita 19.53 mm dan pada remaja laki-laki 21.84 mm.9

Menurut Johnson dkk membandingkan dimensi palatal yaitu lebar dan

kedalamannya pada orang dewasa dengan maloklusi klas I, Klas II divisi 1 dan divisi

2 serta Klas III. Hasil menunjukkan bahwa maloklusi Klas II divisi 1 memiliki lebar

palatum yang sempit, Klas II divisi 2 memiliki palatum yang dangkal sedangkan

maloklusi Klas I dan Klas III memiliki palatum yang paling dalam.10

Menurut Zarringhalam yang menggunakan sampel sebesar 240 sampel yaitu

didapatkan tinggi palatum pada oklusi normal yaitu 20,61 mm. Pada maloklusi Klas I

; 20,43 mm kurang dari oklusi normal, pada maloklusi Klas II Divisi 1 20,65 mm dan

Klas III 21,19 mm lebih dari oklusi normal. Rata-rata tinggi palatum Klas III lebih

besar daripada Klas I dan Klas II. Hal ini terjadi karena posisi lidah yang lebih

rendah pada maloklusi Klas III dan tekanan otot luar pipi dan posisi yang lebih

rendah dari mandibula saat tidur di malam hari.9

Menurut penelitian yang dilakukan Paramesthi dkk pada mahasiswa suku

Jawa di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada angkatan tahun

2006-2009 di peroleh indeks tinggi palatum Korkhaus pada suku jawa sebesar 36,29 mm

sedangkan indeks Khorkhaus pada ras Kaukasoid adalah sebesar 42 mm.5

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian tentang

gambaran tinggi palatum berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle pada murid SMA

Negeri 8 Medan.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diatas maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

(3)

a. Bagaimana gambaran tinggi palatum berdasarkan klasifikasi maloklusi

Angle Klas I, Klas II dan Klas III pada murid SMA Negeri 8 Medan?

b. Berapakah rata-rata tinggi palatum pada murid SMA Negeri 8 Medan?

c. Apakah ada perbedaan rata-rata tinggi palatum pada murid laki-laki dan

perempuan ?

I.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tinggi palatum dengan

klasifikasi maloklusi Angle pada murid SMA Negeri 8 Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mengetahui rata-rata tinggi palatum pada murid SMA Negeri 8

Medan

b. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata tinggi palatum pada murid laki-laki

dan perempuan.

I.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan keilmuan dan memperluas pengetahuan peneliti yang

berkaitan dengan gambaran tinggi palatum berdasarkan klasifikasi

maloklusi Angle pada murid SMA Negeri 8 Medan.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Sebagai sumbangan pustaka dan bahan tambahan pengetahuan mengenai

gambaran tinggi palatum berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle pada

murid SMA Negeri 8 Medan.

b. Dapat dijadikan sebagai penunjang dalam menentukan diagnosa di bidang

kedokteran gigi.

Referensi

Dokumen terkait

Program aplikasi pembayaran rawat inap rumah sakit ini menggunakan Oracle 9i Server untuk database dan Oracle Developer 9i untuk membuat form dan report. Dipilihnya kedua program

 “Haji untuk orang yang sudah mati ada tiga pahala: pahala haji untuk yang dihajikan, pahala haji bagi yang melakukan itu sendiri, dan pahala haji bagi yang berwasiat.” (Dhaif;

Kan- dungan kalsium susu kedelai hanya sekitar sepertiga susu sapi (Atmarita, 2005), sedangkan dari penelitian Yuwono dan Susanto (2006), diketahui bahwa kadar kalsium susu kedelai

Secara khusus, berdasarkan sub-sub masalah yang dirumuskan, maka didapat diberikan kesimpulan sebagai berikut: (1) kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII E SMP

Dinas Bina Marga dan PSDA kota Salatiga memiliki tugas pelayanan masyarakat dalam hal menyediakan infrastruktur kebinamargaan dan sumber daya air di kota Salatiga.

juga memiliki multikanal sebagai masukan sensor tetapi dengan harga yang

Therefore, to examine whether degraded PCs or oxi- dized fatty acids were responsible for the inhibitory effects of oxidative products of PUFA-containing PCs, we

program kerja tepat waktu; 2) SDM yang hadir dalam penyusunan perencanaan terlibat secara aktif; 3) Dana yang diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan sesuai