• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya (State of the art)

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, maka akan dicantumkan beberapa penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan. Penelitian sebelumnya akan memperlihatkan persamaan dan perbedaan dengan penelitian “Personal Appearance Dosen dalam Menciptakan Partisipasi Aktif Mahasiswa di dalam Kelas Jurusan Marketing Communication Binus University” dalam bentuk jurnal nasional dan jurnal internasional terkait dengan judul di atas. Berikut adalah hasil penelitian sebelumnya:

(2)

2.1.1 Jurnal Nasional

Tabel 2. 1 Jurnal Nasional ( Penelitian Sebelumnya)

No. Nama

Peneliti

Judul Penelitian

Tahun Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Elan, UPI Kampus Tasikmalaya, Jurnal Komunikasi Pengaruh Penampilan Guru Pkn Terhadap Motivasi Belajar Siswa

2012 Prestasi murid sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi minat dan motivasi belajar siswa adalah penampilan guru. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh penampilan guru PKn terhadap motivasi belajar siswa, dan kesimpulannya adalah terdapat pengaruh yang berarti antara penampilan mengajar guru PKN terhadap motivasi belajar siswa .

Penelitian ini

sama-sama membahas

mengenai penampilan guru dalam memotivasi belajar siswa

Penelitian ini

meng-gunakan metode

penelitian kuantitatif untuk melihat pengaruh antara penampilan mengajar guru PKn (X) terhadap motivasi belajar siswa (Y). Fokus dari penelitian ini adalah penampilan dan media yang di gunakan dalam mengajar.

1

(3)

2. Naniek Risnawati, Dosen Akademi Sekretari Marsudirini ASM Santa Maria Semarang, Jurnal Humaniora. Perlunya Penampilan Dosen dalam Memberikan Kuliah

2012 Seorang dosen perlu tampil prima

pada waktu memberikan

perkuliahan di dalam kelas, ibarat seperti pemain dan penonton. Jadi dosen berperan sebagai pemain, dadn mahasiswa berperan sebagai penonton. Maka pemain harus mempunyai rasa percaya diri sehingga penonton akan cepat menangkap pesan-pesan yang diberikan. Jadi Seorang dosen harus selalu berpenampilan prima agar mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi.

Penelitian ini

sama-sama meneliti

penampilan dosen dalam menyampaikan kuliah di kelas. Penelitian ini juga sama-sama

menggunakan metode kualitatif.

Penelitian di atas tidak hanya fokus pada penampilan, melainkan penguasaan kelas agar menciptakan kelas yang tertib.

1

(4)

12

2.1.2 Jurnal Internasional

Tabel 2. 2 Jurnal Internasional ( Penelitian Sebelumnya)

No. Nama Peneliti Judul

Penelitian

Tahun Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Noureen Asghar Chaudhry & Manzoor Arif, University Islamabad, Pakistan, Journal of Communication by international Education studies. Teachers’ Nonverbal Behavior and Its Impact on Student Achievement

2012 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku nonverbal guru dan prestasi siswa. Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan yang konsisten antara perilaku nonverbal guru dengan verbalnya. Jadi hasil penelitian ini dapat membantu guru untuk melengkapi, memperkuat, mengatur pernyataan mereka dengan pesan non verbal yang sesuai, sehingga berdampak positif terhadap prestasi siswa.

Penelitian ini sama-sama meneliti tentang komunikasi

inter-personal dan

komunikasi nonverbal dalam proses belajar mengajar

Penelitian ini memiliki fokus penelitian keseluruhan

komunikasi nonverbal, jadi tidak hanya dari segi penampilan saja, melainkan seluruh aspek komunikasi nonverbal.

(5)

2. Norah E. Dunbar Department of Communication , The University of Oklahoma, Norman, USA, Journal of Communication by International Scholarly Research Notice. Clothing and Teacher Credibility: An Application of Expectancy Violations Theory

2012 Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru harus berusaha untuk gaya pakaian yang cukup formal, hal ini karena guru dapat memperoleh kredibilitas yang lebih dari siswa ketika mereka berpaikan lebih formal seperti layaknya seorang yang profesional. Jadi pakaian yang dikenakan oleh guru menjadi penentu dalam penanaman kesan kepada siswa terkait konsekuensial mereka sebagai seorang guru.

Penelitian ini sama-sama membahas mengenai penampilan seorang guru atau dosen di dalam kelas untuk menunjukkan kredibilitasnya di hadapan siswa.

Pada penelitian ini lebih

terfokus pada

penggunaan pakaian, khususnya pakaian formal yang seharusnya di kenakan oleh guru.

1

(6)

14 3. Mohammad Aliakbari, Ilam University, International Journal of Humaniora. Does it Matter What We Wear? A Sociolinguisti c Study of Clothing and Human Values

2013 Hasil dari penelitian ini adalah penampilan luar atau mode pakaian dapat mempengaruhi reaksi masyarakat, sehingga penilaian tentang kredibilitas seseorang, likability, daya tarik interpersonal, dan dominasi dipengaruhi oleh cara berpakaian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah pakaian dapat memberikan dasar keberhasilan seseorang dalam kegiatan sosial sehari-hari atau tidak.

Penelitian ini sama-sama membahas mengenai komunikasi non verbal, komunikasi interpersonal

dan sama-sama

membahas personal appearance melalui cara

pemilihan pakaian.

Fokus penelitian ini

hanya sebatas

pemilihan pakaian saja, tidak melibatkan semua unsur-unsur dari

personal appearance.

Penelitian ini juga memiliki studi kasus khusus, yaitu di negara Irak.

(7)

2.2 Landasan Konseptual

2.2.1 Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan, “pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan feedback yang langsung” (Dasrun Hidayat, 2012). Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi di antara dua orang atau lebih dan adanya proses timbal balik. Menurut Joseph DeVito, (2013) “Interpersonal Communication is the verbal and nonverbal interaction between two(or sometimes more two) interdependent people.” Jadi komunikasi interpersonal adalah interaksi verbal dan nonverbal antara dua orang atau lebih yang saling bergantung. DeVito juga mengatakan bahwa komunikasi interpersonal biasanya terjadi antara orang-orang yang terhubung.

Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih, atau biasa dikenal dengan komunikasi antar pribadi. Seperti misalnya sepasang suami istri, dua sahabat, dosen-mahasiswa dan sebagainya. Komunikasi interpersonal adalah jenis komunikasi yang paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang.

Pada dasarnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan sehingga menghasilkan proses timbal balik langsung. Jadi komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya.

(8)

2.2.1.1 Elemen-elemen dalam Komunikasi Interpersonal Dalam komunikasi interpersonal, terdapat elemen-elemen yang harus di perhatikan, (DeVito, 2013) yaitu :

1. Source-Receiver

Komunikasi interpersonal terjadi sedikitnya pada dua orang, Istilah Source–receiver menekankan bahwa kedua fungsi yang dilakukan oleh masing-masing individu dalam komunikasi interpersonal. Siapa Anda, apa yang Anda tahu, apa yang Anda percaya, apa yang Anda hargai, apa yang Anda inginkan, apa yang telah Anda beritahu, pengaruh apa yang Anda katakan, bagaimana Anda mengatakannya, apa pesan yang Anda terima dan bagaimana Anda menerima mereka.

2. Encoding-decoding

Encoding mengacu pada tindakan menghasilkan pesan-misalnya, berbicara atau menulis. Decoding adalah sebaliknya dan mengacu pada tindakan pengertian pesan. 3. Message

Pesan berfungsi sebagai stimulus untuk penerima dan diterima oleh salah satu dari indera-auditori, visual atau kombinasi dari rasa tersebut. Komunikasi interpersonal tidak hanya verbal melainkan nonverbal, baik itu berupa gerakan dan sentuhan, termasuk pakaian yang dikenakan dalam berkomunikasi dengan orang lain, termasuk cara berjabat tangan, senyum, atau mengerutkan kening.

4. Channels

Saluran komunikasi adalah media yang digunakan dalam menyampaikan pesan. Ini adalah semacam jembatan yang menghubungkan sumber dan penerima. Komunikasi biasanya berlangsung minimal menggunakan satu saluran.

(9)

5. Noise

Gangguan adalah segala sesuatu yang mendistorsi pesan, segala apapun yang menghalangi penerima menerima pesan disebut sebagai gangguan. Terdapat empat tipe gangguan:

a. Gangguan fisik adalah gangguan yang berada di luar kedua pembicara dan pendengar; itu menghambat transmisi fisik sinyal atau pesan.

b. Gangguan fisiologis dibuat oleh hambatan dalam pengirim atau penerima, seperti tunanetra, gangguan pendengaran, poblems artikulasi, dan kehilangan memori

c. Gangguan psikologis adalah gangguan mental pada pembicara atau pendengar dan termasuk prasangka, pikiran, bias dan prasangka, menutup pikiran, dan emosionalisme yang ekstrim.

d. Gangguan semantik adalah gangguan yang terjadi ketika pembicara dan pendengar memiliki sistem makna yang berbeda.

6. Context

Komunikasi selalu terjadi dalam penggunaan konteks yang dapat mempengaruhi bentuk dan isi pesan. Konteks tidak terlalu terlihat atau tidak terlalu menganggu. Hal ini karena tampak begitu alami, sehingga kerap dilupakan karena keberadaanya hanya seperti latabelakang saja.

7. Ethics

Interpersonal juga melibatkan etika. Setiap tindakan komunikasi memiliki dimensi moral, suatu kebenaran atau kesalahan. Pilihan komunikasi perlu mempertimbangkan etika untuk mencapai efektivitas dan kepuasan.serta mengurangi kekhawatiran akan masalah yang timbul akibat etika yang tidak baik.

(10)

2.2.1.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan menurut Dasrun Hidayat, (2012) :

1. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Komunikasi interpersonal bertujuan untuk mengenal dirinya sendiri dan orang lain lewat percakapan langsung yang mereka lakukan.

2. Mengetahui dunia luar

Komunikasi interpersonal bertujuan untuk mengetahui dunia luar dalam segala hal. Misalnya dapat mengetahui keadaan politik Indonesia,dsb.

3. Menciptakan dan memelihara hubungan yang bermakna. Komunikasi interpersonal bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang bermakna, seperti misalnya hubungan antara guru-murid, suami-istri, dsb. 4. Mengubah sikap dan perilaku orang lain

Komunikasi interpersonal bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku orang lain dengan cara percakapan yang dilakukan.

5. Bermain dan mencari hiburan

Komunikasi interpersonal bertujuan untuk bermain dan mencari hiburan, maksudnya adalah dengan percakapan seseorang tidak hanya melakukan percakapan yang penting, namun bisa juga untuk menghibur dengan candaan, dsb.

6. Membantu orang lain

Komunikasi interpersonal bertujuan untuk membantu orang lain dengan cara melakukan interaksi atau percakapan. Misalnya curhat, seseorang melakukan komuikasi dengan bercerita dan seseorang lainnya atau audience nya membantu dengan memberikan solusi.

(11)

2.2.2 Komunikasi Nonverbal

Dalam komunikasi interpersonal terdapat komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal yang digunakan dalam komunikasi interpersonal. Pada penelitian ini membahas lebih dalam mengenai komunikasi nonverbal. Komunikasi Nonverbal menurut (DeVito, 2013) adalah komunikasi yang dilakukan tanpa kata-kata. Seseorang dapat melakukan komunikasi dengan gerakan, suara, kontak mata, senyum, perhiasan, personal appearance merupakan bagian dari nonverbal. Sedangkan menurut Goodall, (2010) mengatakan bahwa dalam komunikasi nonverbal terdapat beberapa tipe atau jenis yaitu workspace, clothing and personal appearance, voice, body movement, facial exprssions, eye contact, space, and touching. Pada penelitian ini berfokus pada salah satu jenis komunikasi nonverbal, yaitu personal appearance.

2.2.2.1 Personal Appearance

Personal Appearance atau Penampilan adalah salah satu dari komunikasi nonverbal yang perlu di perhatiakn ketika sedang melakukan komunikasi. berarti penampilan yang rapi, serasi, dan harmonis. Menurut Andersen, 1998 dalam (Goodall, 2010) mengatakan “what does research about personal appearance teach us? For one thing, our culture value and rewards people who are tall, physically fit, appropriately dressed, well groomed, and physically attractive. ” Jadi personal appearance mengajarkan sesuatu, nilai budaya dan penghargaan terhadap orang lain, sehat secara fisik, pakaian yang tepat, perawatan yang baik, berpenampilan menarik secara fisik. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam personal appearance seseorang harus memperhatikan beberapa bentuk sebagai berikut ini:

(12)

a. Culture value

Setiap negara, kota tentu memiliki budaya masing-masing dalam berpenampilan. Tidak semua budaya menilai cara berpenampilan seseorang sama. Seperti misalnya, penampilan seorang profesional dari negara Arab tentu berbeda dengan penampilan seorang profesional dari Indonesia. Biasanya orang Arab menggunakan sorban baik warga biasa maupun seorang yang profesional. Hal ini berbeda dengan budaya Indonesia. Hal inilah yang disebut sebagai nilai budaya dan penghargaan tinggi terhadap orang lain, sehingga harus saling menghargai perbedaan-perbedaan tersebut.

b. Physically fit

Dalam berpenampilan yang profesional juga harus memperhatikan kesehatan fisiknya. Tidak hanya dari kecantikan luarnya saja. Hal ini karena jika fisik tidak sehat akan sangat terlihat walaupun sudah di make-up, sehingga mengganggu jalannya komunikasi, terutama komunikasi profesional. Karena lawan bicara akan merasa tidak nyaman ketika berbicara dengan seseorang yang sedang kurang sehat, tidak ada gairah, ataupun semangat ketika berinteraksi.

c. Appropriately dressed

Memilih pakaian juga menjadi hal yang sangat penting dalam dunia profesionalitas. Goodall, (2010) mengatakan bahwa jangan menggunakan pakaian yang melebihi atasan, jangan juga menggunakan perhiasan yang berlebihan terutama untuk wanita, hal itu akan sangat mengganggu, lebih baik menggunakan pakaian yang bertemakan Chic simple dress smart for men and women.

(13)

d. well groomed

Maksud dari well groomed adalah penataan atau perawatan yang biasanya berhubungan dengan rambut, kuku, gigi, dan tata rias wajah, tata rias rambut.

e. Physically attractive

Berpenampilan menarik adalah salah satu kunci dari personal Appearance untuk mendapatkan a good first impression. Hal ini karena Pada dasarnya personal appearance bertujuan untuk membangun good first impression.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Personal appearance lebih menitikberatkan pada aspek kerapian penampilan seseorang termasuk Kesehatan Fisik dan Mental. Begitu pula dengan penampilan seorang guru atau dosen.

Menurut Ratih Sanggarwati (2005) dalam jurnal STIE Semarang, (2012) dikatakan bahwa dalam berbusana profesional juga memiliki resep, yaitu Basic-Colour-Accessories-Behaviour. Basic adalah sejumlah busana dasar yang dapat dikenakan dalam aktivitas profesional sehari-hari, seperti misalnya blus, rok, celana panjang, blazer dan jas. Selanjutnya untuk Color atau warna ini juga penting untuk di perhatikan dalam berbuasana profesional. Ada tiga pilihan warna dasar, yaitu hitam, putih dan kelompok warna natural seperti cream, coklat atau warna-warna pasir. Selanjutnya untuk accessories atau asesoris yang sebaiknya dikenakan dalam dunia profesional adalah anting, kalung, gelang, bros, sepatu, ikat pinggang, tas, dll. Namun jangan terlalu berlebihan. Terakhir yaitu Behaviour atau tingkah laku “kepribadian” seseorang.

Tuti Srihadi (2010) dalam jurnal STIE Semarang, (2012) mengatakan bahwa berbusana profesional dapat menentukan

(14)

identitas, kepribadian maupun watak seseorang. Hal ini ditunjukkan mulai dari yang pertama, yaitu cara pemilihan baju yang dikenakan. Sebaiknya tidak menggunakan model konservatif, tidak mini, tidak transparan, Asesoris sederhana dan mengenakan sepatu yang tertutup, dan bertumit. Selanjutnya yang kedua adalah tata rias rambut. Model tata rambut sebaiknya disesuaikan dengan bentuk wajah, jangan terjebak dengan trend ala selebritis karena itu belum tentu cocok. Ketiga, tata rias wajah. Sebaiknya dalam dunia profesional, seseorang memperhatikan tata rias wajah ketika berada di depan umum. Ber make up secara natural, harus ada keseimbangan, Selain itu yang tidak kalah penting untuk diperhatikan dalam berbusana profesional adalah bahan/ kain yang digunakan, keserasian antara model baju dengan postur tubuh dan asesoris yang digunakan, serta kebersihannya, perawatan dan pemilihan warnanya dan juga perpaduan warna baju dengan warna asesoris yang dikenakan.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa memperhatikan penampilan sangat penting terutama dalam hal berbusana, tata rias, dan juga kepribadian. Begitu juga dengan dunia pendidikan, dengan menampilkan diri (dosen) secara profesional tentu saja mahasiswa pun paling tidak telah mempunyai pandangan tertentu tentang busana yang dipakai oleh seorang dosen, sebab dengan cara berbusana yang rapi, menarik dan serasi dapat menentukan identitas, kepribadian maupun watak seseorang, maka busana yang serasi bagi seorang dosen ikut berbicara dalam proses perkuliahan.

(15)

2.2.3 Professional Image

Professional adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian yang dimiliki. Hal ini dapat disebut sebagai professional karena ia memiliki profesi tertentu yang diperoleh dari pendidikan maupun pelatihan khusus (baik formal maupun nonformal) dan disamping itu ada semangat pengabdian terhadap profesi atau semangat professionalisme dalam melaksanakan pekerjaannya.

“Your professional image is the set of qualities and characteristics that represent perceptions of your competence and character as judged by your key constituents (i.e. clients, superiors, etc).” Stark (2005) dalam jurnal Angeline, Mia (2013) tentang Image Does Matter Personal Style Vs Professional Image. Jadi professional image adalah sebuah himpunan kualitas dan karakteristik yang mewakili persepsi terkait kompetensi dan karakter sebagaimana yang dinilai oleh masyarakat. Sedangkan menurut Amerpohl (2005) dalam jurnal Angeline, Mia (2013) citra adalah sebuah komponen inti yang membentuk profesionalisme seseorang adalah public image perusahaan, interpersonal image, dan citra diri individu. Public image perusahaan yang dimaksud adalah bagaimana perusahaan dipandang oleh publik, perusahaan dan karyawannya harus dipandang sebagai ahli oleh konsumen agar mereka percaya bahwa produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas. Sedangkan interpersonal image adalah kemampuan komunikasi individu dalam menjalin relasi dengan orang lain. Termasuk di sini adalah keahlian dalam active listening dan berkomunikasi secara aktif (Goodall, 2012). Yang dimaksud dengan citra diri termasuk konsistensi, bertindak sesuai dengan yang dijanjikan, penampilan diri, dan bahasa tubuh.

(16)

2.2.4 Symbolic Interactionism Theory

Teori Interaksionisme Simbolik adalah sebuah cara berpikir dalam menggambarkan komunikasi sebagai suatu proses sosial. Teori ini mengansumsikan bahwa setiap orang memiliki cara tertentu dalam melakukan pemaknaan, interpretatif (penafsiran), tindakan-tindakan. (Ardianto, 2013)

Menurut Morissan, (2013) Teori ini di kembangkan oleh George Herbert Mead, beliau mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi di antara manusia baik secara verbal maupun nonverbal. Melalui aksi dan respon yang terjadi akan timbul makna baik dalam bentuk kata-kata atau tindakan sehingga kita dapat memahami suatu pertistiwa dengan cara-cara tertentu.

Teori ini memiliki tiga unsur yaitu, mind (Pikiran), Self (diri sendiri), dan Society (masyarakat). Ketiga unsur ini digunakan untuk membuat pemaknaan saat melakukan interaksi dengan orang lain. Manford Kuhn menempatkan peran diri sebagai pusat kehidupan sosial. Menurutnya rasa diri seseorang merupakan jantung komunikasi. Diri merupakan hal yang sangat penting dalam berinteraksi. Seorang anak bersosialisasi melalui interaksi dengan orang tua, saudara, dan masyarakat sekitarnya. Orang memahami dan berhubungan dengan berbagai hal atau objek melalui interaksi sosial. Suatu objek dapat berupa aspek tertentu dari realitas individu baik itu benda, kualitas, peristiwa, situasi, atau keadaan. Satu-satunya cara agar sesuatu menjadi objek adalah dengan memberikannya nama dan menunjukkannya secara simbolis. Suatu objek memiliki nilai sosial, maka penamaan objek sangat penting.

Menurut Kuhn, komunikator melakukan percakapan dengan dirinya sendiri sebagai bagian dari proses interaksi. Sehingga dapat dikatakan bahwa kita berbicara dengan diri kita sendiri di dalam pikiran kita guna membuat perbedaan di antara benda-benda dan orang. Ketika seseorang membuat keputusan bagaimana bertingkah

(17)

laku terhadap suatu objek sosial maka orang itu menciptakan apa yang disebut Kuhn “suatu rencana tindakan” (a planof action) yang dipandu dengan sikap atau pernyataan verbal yang menunjukkan nilai-nilai terhadap arahan tindakan tersebut, biasanya ada nilai-nilai pendukung seperti misalnya hal-hal positif dan negatif. Jika positif lebih kuat maka akan dilanjutkan, begitu sebaliknya. Semua ini muncul ketika sedang melakukan interaksi

2.2.5 Image Theory

Image atau biasa dikenal dengan sebutan citra merupakan kumpulan dari pengetahuan, pengalaman, emosi, serta penilaian yang diatur dalam kognisi seseorang, atau pengetahuan pribadi seseorang yang diyakini kebenarannya.

Terdapat sepuluh kualifikasi citra, yaitu : Citra Ruang, Citra Waktu, Citra Rasional, Citra Nilai, Citra Emosional, Citra Kesadaran atau ketidaksadaran, Citra keyakinan atau ketidakyakinan, Citra dalam dimensi realitas dan bukan realitas bahwa citra berkaitan dengan dunianya dengan sesuatu di luar realitas, Citra yang bersifat umum seperti Citra pribadi yang sesuai dengan citra yang ditunjukan oleh kehendak orang lain atau biasa disebut sebagai citra harapan yang diinginkan oleh orang lain.

Citra mencerminkan pemikiran, emosi dan persepsi individu atas apa yang mereka ketahui. Terkadang persepsi diyakini sebagai realitas karena persepsi membentuk citra. Kumpulan citra dibenak komunikan membentuk reputasi. (Ardianto, 2011).

Pada penelitian ini masuk ke dalam kualifikasi citra umum, di mana citra pribadi seorang dosen dinilai sesuai dengan harapan yang diinginkan oleh mahasiswanya sehingga membentuk reputasi yang baik di hadapan mahasiswa. Hal ini termasuk bagaimana cara penampilan dosen di hadapan mahasiswanya untuk membentuk citra dan reputasi yang baik.

(18)

2.2.6 First Impression

Nicholas Boothman dalam mengatakan bahwa first impression dalam face-to-face communication itu sangat penting. First impression atau kesan pertama merupakan senjata ampuh yang banyak digunakan oleh seorang publik speaking. Seorang pembicara sebaiknya mengerti bagaimana cara berbicara dan memilih pemakaian kata, cara bersikap, berpenampilan, kepercayaan diri serta perilaku merupakan sebagian besar faktor yang dapat menciptakan kesan pertama. Penentu kesan pertama yang baik terletak pada menit pertama, mulai dari pembicara menyapa, jika salah dalam pemilihan kata maka seseorang akan membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, untuk memperbaiki reaksi awal, kesan pertama awal (Shalini, 2006)

Dra. Indah Soekotjo yang mengatakan bahwa “Penampilan bukanlah tolak ukur dari budi pekerti seseorang, tetapi merupakan hal yang dilihat pertama kali dan kelak menciptakan first impression dari diri orang tersebut”. Jadi penampilan adalah suatu hal yang dilihat pertama kali terutama ketika sedang berkomunikasi, berpenampilan yang baik tentu akan menghasilkan kesan pertama yang baik pula.

Dalam membangun first impression yang baik, terdapat enam tips menurut (Shalini Verma, 2006) :

1. Membuat orang lain seperti Anda dan menjadi tertarik pada Anda sesegera mungkin.

2. Mulai di jalur yang benar dengan melakukan sesuatu atau mengatakan sesuatu yang akan menempatkan sorotan pada komunikan. Sama hal nya jika seseorang memimpin untuk sebuah artikel majalah; maka ia harus mendapatkan ketertarikan pembaca pada paragraf pertama.

(19)

3. Atasi iri hati dan cemburu

Dalam membangun kesan pertama yang baik, iri hati dan rasa cemburu harus dihilangkan. Hal ini akan membuat kesan pertama menjadi gagal. Karena pada dasarnya sikap iri hati dan cemburu tidak baik dan sangat tidak disukai oleh kebanyakan orang. Maka dari itu iri hati dan cemburu harus di hilangkan.

4. Cobalah untuk berbicara tentang kepentingan rekan yang lain. Misalnya memberikan solusi terkait pertanyaan dari komunikan. Ketika seseorang sedang berbicara di depan maka ia juga harus memperhatikan apa yang diinginkan oleh komunikan. Apakah komunikan membutuhkan solusi, membutuhkan informasi yang jelas dan sebagainya.

5. Mencari keterampilan tersembunyi yang sedikit orang yang tahu, terutama ketika bertemu atau bergaul dengan orang penting. Hal ini bisa menarik perhatian, sehingga apa yang diinginkan bisa tercapai dengan keterampilan tersebut. Misalnya keterampilan dalam presentasi, misalnya komunikator memiliki keterampilan untuk humor, maka dalam presentasi bisa di selipkan beberapa candaan yang dapat mencairkan suasana, sehingga komunikan juga merasa nyaman.

6. Katakan sesuatu atau melakukan sesuatu yang akan membantu untuk membuat orang lain merasa lebih unggul. Misalnya memuji komunikan. Hal ini merupakan salah satu cara yang kerap kali digunakan dalam membangun kesan ketika bertemu.

(20)

2.2.7 Partisipasti Aktif

Partisipasi berasal dari kata bahasa Inggris “participation” yang berarti pengambilan bagian, pengikutsertaan. Aktif menurut kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai giat, (bekerja, berusaha). Keterlibatan siswa bisa diartikan sebagai siswa berperan aktif sebagai partisipan dalam proses belajar mengajar. Keaktifan siswa di dalam kelas dapat didorong oleh peran guru/dosen. Guru/dosen berupaya untuk memberikan peluang atau kesempatan bagi siswanya untuk berpartisipasi aktif di dalam kelas.

Dalam jurnal Student Participation in the College, Kelly A. Rocca dikatakan bahwa Partisipasi dapat dilihat sebagai proses keterlibatan aktif yang dapat diurutkan ke dalam lima kategori: persiapan, kontribusi terhadap diskusi, keterampilan kelompok, kemampuan komunikasi, dan kehadiran (Dancer & Kamvounias, 2005). Jadi pada dasarnya tingkat partisipasi mahasiswa sangat beragam, mulai dari menghadiri kelas, persiapan dalam memberikan presentasi lisan, memberikan tanggapan tanpa harus diminta, (pertanyaan dan komentar), keterampilan kelompok dalam menanggapi pertanyaan ataupun komentar, dan melakukan diskusi bersama terkait masalah yang ada. Wade (1994) menganggap hal tersebut sebagai '' kelas diskusi yang ideal '' di mana hampir semua siswa berpartisipasi dan tertarik, belajar, dan mendengarkan komentar dan saran orang lain.

(21)

2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Personal Appearance dan Partisipasi Aktif mahasiswa di dalam Kelas

Sumber : Kajian Pribadi Personal appearance: • Culture Value • Physically Fit • Appropriately Dressed • Well Groomed • Physically Attractive.

(Sumber: Menurut Andersen (1998) dalam Goodall, 2010)

Komunikasi Interpersonal

Partisipasi Aktif : • Persiapan,

• Kontribusi terhadap diskusi • Keterampilan kelompok • Kemampuan komunikasi • Kehadiran

(Sumber: Student Participation in the College, Kelly A. Rocca, 2010, Journal of Communication Education)

(22)

Gambar

Tabel 2. 1 Jurnal Nasional ( Penelitian Sebelumnya)
Tabel 2. 2 Jurnal Internasional ( Penelitian Sebelumnya)
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Personal Appearance dan Partisipasi Aktif  mahasiswa di dalam Kelas

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Masyithoh (2017) yang menyatakan variabel bauran pemasaran tempat secara parsial berpengaruh terhadap keputusan pembelian madu

Ultra seperti penjelasan rental diatas meminta setiap konsumennya untuk menjadi member dan membeli semacam voucher dengen nilai tertentu yang digunakan untuk menyewa

Sebagai  perguruan  tinggi  terkemuka  di  Indonesia,  seyogyanya  ITB  ikut  berperan  aktif  untuk  mencari  solusi  bagi  penyelesaian  persoalan  bangsa 

Dengan menggunakan dua metode ini maka pada penelitian ini diperoleh metode yang lebih baik digunakan untuk meramalkan jumlah DBD di RSUD Kabupaten Sidoarjo yaitu metode

• Bagaimana penerapan audit kepatuhan terhadap sistem penggajian dalam pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 dan pasal 23 yang dilakukan

Berdasarkan uji validitas pengaruh (uji t) pada signifikansi (α) sebesar 0,05, variabel belanja daerah dan inflasi memiliki pengaruh positi signifikan terhadap

Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah (PP No.24 Tahun 1997) disebutkan, dalam Peraturan Pemerintah yang menyempurnakan Peraturan

menunjukkan bahwa dari 12 orang responden dengan Kepatuhan kontrol gula darah dengan masuk dalam kategori terkontrol, terdapat 11 orang responden yang