• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wacana Merbayopada upacara perkawinan Batak Pakpak: kajian tindak tutur. Oleh Flora Sinamo Hendra K Pulungan, S.Sos, M.I.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Wacana Merbayopada upacara perkawinan Batak Pakpak: kajian tindak tutur. Oleh Flora Sinamo Hendra K Pulungan, S.Sos, M.I."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1

Wacana Merbayopada upacara perkawinan Batak Pakpak: kajian tindak tutur

Oleh Flora Sinamo

Hendra K Pulungan, S.Sos, M.I.Kom ABSTRAK

Merbayo merupakan bentuk perkawinan yang ideal bagi suku pakpak. Karena semua hak dan kewajiban kedua mempelai terpenuhi dengan kesepakan yang baik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pesta adat merupakan serangkaian dari Merbayo pada upacara perkawinan dari Batak Pakpak. Dalam Pesta merbayo perkawinan Batak Pakpak ada beberapa tahapan/ rangkaian peristiwa mulai dari mengririt „meminang‟, mersiberen tanda „Tukar cincin‟ menglolo/mengkata utang „menentukan mas kawin‟, dan upacara adat. Setiap rangkaian tersebut dipandu oleh perkata kata. Ia akan memandu melaluituturan yang disampaikan, namun dalam hal ini peneliti memilih hanya pada tahap upacara adat. Sumber data dalam penelitian inim ialah Perkata-kata dalam upacara perkawinan Batak Pakpak. Adapun kajian yang digunakan adalah kajian Tindak tutur dalam Pragmatik. sebagai teori yang membahas bagaimana konteks mempengaruhi penafsiran kalimat. Dari hasil perolehan data ditemukan 61 tututan ilokusi, dalam wacana Merbayo perkawinan Batak Pakpak yang paling dominan adalah tindak tutur Asertif/representatif sebanyak 26 tuturan (42,62%), selanjutnya tindak tutur Ekspresif sebanyak 12 tuturan (19,67%), tindak tutur direktif sebanyak 10 tuturan (16,39%), tindak tutur deklaratif sebanyak 7 tuturan (11,47%). dan yang terakhir tindak tutur komisif sebanyak 6 tuturan, (9,83%).

Kata Kunci : Wacana, Pragmatik, Tindak tutur, Konteks, Merbayo PENDAHULUAN

Masyarakat Indonesia dalam menjalani kehidupanya ada keterkaitan antara suku yang satu dengan yang lainya, keberagaman tidak menjadikan setiap suku hidup sendiri, akan tetapi sebagai mahluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dalam menjalani kehidupanya. Begitu juga dengan hubungan manusia yang berbeda jenis yaitu laki-laki dan perempuan saling membutuhkan untuk di jadikan

(3)

2

teman hidup,dipersatukan lewat perkawinan sebagai awal kehidupan dalam sebuah keluarga.

Masyarakat Batak Pakpak merupakan salah satu bagian dari kelima suku Batak yang ada di Indonesia, tepatnya di provinsi Sumatera utara disamping Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Mandailing.Upacara perkawinan Merbayo sebagai salah satu sistem adat Batak Pakpak. Disebut pesta merbayo karena pesta tersebut sangat diharapkan dan ideal bagi masyarakat Batak Pakpak( Berutu 2002: 10). Kedua belah pihak memberi kesepatakan yang sama sehingga semua kewajiban adat dipenuhi pada saat upacara dilaksankan. Jika pernikahan tanpa adanya upacara adat bukan disebut merbayo. Kewajiban pihak kerabat pengantin perempuan disebut penjukuti. Jenis dan kelengkapannya ditentukan oleh jenis jumlah uang yang diterima „mas kawin‟ dari pihak kerabat laki-laki. Bilamana uang disertai emas, maka wajib diserahkan ternak yang berkaki empat seperti kambing dan kerbau.Jalannya upacara dipandu oleh perkata kata. Seorang perkata-kata, ditentukan sebelum tahapan mengkata utang yaitu pada saat acara sungkun simpanganen „diskusi keluarga‟, Kedua keluarga mempelai melakukan hal ini untuk mendiskusikan siapa yang pantas menjadi perkata-kata dan kesepakan berapa mas kawain yang mereka akan minta bagi keluarga mempelai perempuan dan berapa mas kawin yang mereka berikan sesuai kemampuan bagi keluarga mempelai laki laki.

Sistem perkawinan Batak Pakpak bersifat exogami marga, artinya hanya boleh kawin dengan marga lain. Pesta adat merupakan serangkaian dari Merbayo pada upacara perkawinan dari Batak Pakpak. Dalam Pesta merbayo perkawinan Batak Pakpak ada beberapa tahapan/ rangkaian peristiwa mulai dari mengririt „meminang‟, mersiberen tanda „Tukar cincin‟ menglolo/mengkata utang „menentukan mas kawin‟, dan upacara adat. Setiap rangkaian tersebut dipandu oleh perkata kata. Ia akan memandu melaluituturan yang disampaikan, namun dalam hal ini peneliti memilih hanya pada tahap upacara adat.Percakapan dianggap satu komunikasi yang wajar apabila pembicara dan pendengar saling memahami topik pembicaraan, dalam kenyatanya tidak semua percakapan berjalan lancar seperti yang dikehendaki karena terkadang suatu pertanyaan tidak

(4)

3

ditanggapai wajar oleh pendengar demikian juga dalam upacara adat Merbayo perkawinan Batak Pakpak tidak jarang terjadi selisih pemahaman anatar kedua belahpihak disebabkan karena berbagai faktor misalnya kurang memahaminya perkata-kata terhadap konteks yang sedang berlangsung atau juga bisa terjadi apabila salah satu pihak tidak memahami secara mendalam budaya dan sistem adat Batak Pakpak

Percakapan yang dilakukan dalam sehari hari baik formal maupun informal mengikuti aturan yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak pembicara dan pendengar untuk mencapai satu tujuan. Percakapan pada haikatnya tindak bahasa lisan anatara dua orang partisipan atau lebih. Demikian juga dalam upacara adat merbayo perkawinan Batak Pakpak, Perkata-kata kedua belah pihak pengantin harus sudah memahami adat istiadat serta norma yang berlaku bagi masyarakat pakpak, agar satu ide dalam aturan yang digunakan dalam pesta. karena selain untuk mencapai keberlangsungan pesta adat yang baik, juga perlu di lakukan perkata-kata untuk bisa memberikan pemahaman kepada seluruh yang datang di upacara tersebut. Tindak tutur perkata kata yang terjadi dalam pesta merbayo menunjukan rasa hormat sesama perkata kata, sehingga dapat dijaga kesopanaan kekerabatan, karena terikat oleh struktur sosial dalam adat istiadat Batak Pakpak. Struktur sosial yang dikenal dan dijunjung tinggi oleh masyarakat Pakpak dikenal dengan sebutan sangkp nggeluh atau dalihan natolu dalam Batak Toba,yaitu kula-kula, dengan sibeltek dan berru, masing-masing keduabelah pihak, kula-kula yaitu saudara laki-laki dari ibu, berru saudara perempuan dari ayah sedangkan dengan sibeltek saudara abang atau adik laki-laki dari ayah.

Dalam perkawainan Batak Pakpak yang disebut Kula-kula ialah pihak perempuan, sedangkan Berru pihak laki-laki dimana Berru harus tunduk pada Kula-kula, dan Dengan sebeltek ialah keluarga masing-masing. Sehingga sangatlah penting tindak tutur dalam hal apapun terkhusus ketika upacara besar dan sakral. Tindak tutur dalam hal ini masuk dalam wacana lisan, Pragmatik mengkaji maksud yang secara tersurat maupun tersirat sesuai dengan konteks pembicaraan, Pragmatik fokus pada bagaimana penutur atau penulis menggunakan pengetahuan mereka untuk menyatakan suatu makna kepada

(5)

4

pendengar sehingga komunikasi berjalan wajar.Pragmatik sangat berhubungan erat dengan tindak tutur bahasa, karena pragmatik menelaah makna dengan kaitanya terhadap kontek atau disebut situasi tuturan (leech 1983 :19)

Menurut Djajaudarma (2012:5) Jenis wacana dapat dikaji dari eksistensinya (realitasnya), media komunikasi, cara pemaparan, dan Jenis pemakaian. Makna wacana yang terkandung baik tersurat maupun tersirat dalam perkawinan Batak Pakpak, dapat dipahami dengan kajian ilmu yang berkaitan dengan hal ini, yaitu Pragmatik yang didalamnya membahas Tindak tutur bahasa. Dalam wacana makna dan informasi yang kita peroleh dan kita tafsirkan tidak dapat dilepaskan dari konteks.Pragmatik dan semantik adalah cabang ilmu bahasa yang kajianya berpusat pada makna, akan tetapi terdapat perbedaan yaitu pada bahasa dan penggunaan bahasa.Wacana tidak terlepas dari kajian Pragmatik, dalam mengkaji wacana didasarkan pada seperangkap prinsip umum tentang kerasionalan perilaku komunikatif, yang mengatakan bagaimana penutur dan mitra tutur untuk mengenali dan menggunakan informasi yang ditawarkan dalam sebuah teks atau sebuah wacana.

Pragmatik dalam kajian Merbayo perkawinan suku pakpak dapat diartikan sebagai interpretasi makna tuturan yang di tuturkan oleh perkata kata dalam pesta adat, baik dari pihak laki - laki maupun perempuan. Dalam setiap tuturan ada makna yang tersirat. Pragmatik dapat dipahami dari berbagai segi, antara lain (1) studi bahasa dalam komunikasi, khususnya penggunaan (hubungan antar unsur bahasa dengan konteks dan situasi; (pragmatic melibatkan masalah interpretasi dan penggunaan tuturan bergantung pada realita dunia; (3) penggunaan dan pemahaman tindak ujar dan (4) pengaruh struktur kalimat yang berhubungan dengan penyapa-pesapa.

Pragmatik dan tindak tutur merupakan disiplin ilmu yang berhubungan erat, menginterpretasi makna berdasarkan hubungannya dengan konteks. Dalam komunikasi unsur yang paling kecil adalah tindak tutur seperti menyatakan, membuat pertanyaan, memberi perintah, menguraikan, menjelaskan, minta maaf, berterimakasih dan lainya (Searle 1975). Tindak tutur juga dapat diartikan sebagai

(6)

5

perilaku ujaran yang digunakan oleh pemakai bahasa sewaktu komunikasi berlangsung, sehingga dalam Pragmatik mengkaji maksud dari sebuah tuturan, yaitu untuk apa tuturan tersebut, apa fungsinya dengan mengaitkanya pada konteks (waktu, tempat, suasana, instrument yang digunakan, cara dan etika tutur, pelibat, rasa , nada dan ragam bahasa). Konteks dapat disebut juga sebagai suatu yang mengelilingi dan meliputi penggunaan bahasa, karena itu konteks bisa di pahami sebagai, situasi, waktu, para pihak yang terlibat pada proses kegiatan berbahasa atau pembicaraan, dan konteks dapat dipahami sebagai sesuatu yang memberikan makna tertentu. wacana selalu dihubungkan dengan konteks tertentu (oka dan suparno 1994 :269)

Searle mengemukakan bahwa secara pragmatik ada tiga jenis tindak bahasa yang dapat diwujudkan seorang penutur yaitu (1) tindak lokusi (2 ) tindak ilokusi (3) tindak perlokusi. Pragmatik mengkaji unsur makna ujaran yang tidak dapat dijelaskan melalui referensi langsung pada pengungkapan ujaran, pragmatik mengkaji studi interaksi antara pengetahuan kebahasaan dan dasar pengetahuan tentang dunia pendengar /pembaca, melibatkan keseluruhan pengetahuan dan keyakinan akan konteks. Melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu, sebuah tuturan selain berfungsi mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan melakukan sesuatu (Searle 1969).Konteks merupakan hal yang sangat penting dalam bahasa, untuk menentukan fungsi, makna jenis suatu tuturan. Konteks dan pragmatik merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, Jika membicarakan pragmatik kita juga harus membicarakan konteks atau sebaliknya juga. Pragmatik harus mengkaji bahasa dan konteks secara bersamaan guna memahamai makna secara utuh dalam sebuah percakapan, konteks sangat penting dalam kajian pragmatik (leech 1983:13).

(7)

6 METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif-deskriptif.Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berlangsung secarasimultan dengan kegiatan menganalisis data berupa ucapan atau tulisan, atau perilaku dari subjek sendiri.

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini memvideokan dan wawancara, video yang diperoleh digunakan untuk mengetahui setiap tuturan yang ada dalam upacara Merbayo perkawinan Batak Pakpak, wawancara dilakukan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam setiap tuturan yang ada, wawancara dilakukan dengan perkata-kata dalam pesta tersebut yang memahami adat istiadat Batak Pakpak

Menurut Arikunto (2005:88) sumber data merupakan benda, hal, orang atau tempat peneliti, mengamati, membaca, atau bertanya tentang data. Bertolak pada pengeertian tersebut maka sumber data dalam penelitian ini yaitu, Perkata-kata dalam Merbayo pada upacara Perkawinan suku pakpak khusus pada upacara adatnya.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian bahwa ketiga jenis tindak tutur menurut Searle, yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi, hanya ditemukan jenis tindak tutur Ilokusi yaitu Asertif, Ekspresif, Direktif, Deklaratif, Komisif. sama seperti yang dikemukakan Searle bahwa tindak tutur berfokus pada tindak tutur Ilokusi. Peneliti membaginya dalam dua kategori yaitu tindak tutur dari perkata-kata pihak perempuan dan tindak tutur perperkata-kata-perkata-kata dari pihak laki-laki.

Pihak pihak yang terlibat dalam perkawinan Batak Pakpak pihak laki laki yang disebut berru, dan pihak perempuan yang disebut kula-kula.Struktur sosial yang dikenal dan dijunjung tinggi oleh masyarakat Pakpak dikenal dengan sebutan sangkp nggelh atau dalihan natolu dalam Batak Toba, yaitu kula-kula, dengan sibeltek dan berru

(8)

7 Tindak tutur Asertif

Tindak tutur Asertif penutur dalam hal ini menggunakan tuturan untuk menjelaskan segala kewajiban Adat baik dari pihak laki laki maupun perempuan, tujuan dari tuturan menjelaskan ini agar setiap yang hadir mengetahui dan memahami maksud penutur sesuai dengan konteks, misalnya pada saat penyerahan kewajiban adat dari pihak perempuan atau sebaliknya penutur melalui tuturanya telah memberikan kewajibanm, selain menjelaskan makna setiap bagian penutur juga menyampaikan doa dan harapan terhadap lawan tuturnya atau disebut Memberkati. Dalam giliran berbicara setelah menjelaskan atau menyatakan segala kewajiban keluarga pihak Perempuan dan laki-laki, selalu di awali atapun dikahiri dengan Permintaan maaf dan dilanjutkan dengan Doa melalui umpama Pakpak

“Ibas pekiroh nami tah oda pe kade kuembah kami , beras si pihir kesa, pihir mo tendi nde marga sinamo mi juma mirumah” (9) “ Jaditahbagipesinipesakat kami ulangpelabakuneukurnde, tapitengenkemololosampangukurnamimerpamilirebakdeketke” (20),

“janahsodipAsaipodinkennenmerbuarbuarmoperejekinmendahike nkemargasinamo” (21)

Tuturan tersebut merpakan permintaan maaf dari kelurga Pengantin perempuan jika mereka tidak bisa memberikan yang lebih secara materi tetapi mereka senang jadi bagian dari kelurga Laki-laki tersebut, (Dalam kehadiran kami jika tidak banyak yang kami bawa mohon dimaklumi, walaupun hanya beras layaklah seperti beras ini jiwa kita kuat) permohonan maaf dan Doa kelurga perempuan terhadap kelurga laki-laki, demikian juga tuturan

Ketika upacara perkawinan berlangsung, pemberian berkat sangat perlu diperhatikan dan menjadi hal yang penting karena pada saat itulah unsur sangkp nggeluh terlihat, baik dari pihak laki laki maupun dari pihak perempuan siapa

(9)

8

yang diberkati dan siapa yang menerimanya. Tindak tutur memberkati biasanya dituturkan oleh pihak perempuan atau disebut Kula-kula untuk pihak laki laki dalam hal ini disebut Berru, umumnya supayabanyak anak, banyak rejeki juga kesehatan dan umur panjang. Dari tindak tutur tersebut dapat dilihat keinginan pihak perempuan supaya kedua mempelai dan keluarga pihak laki laki banyak anak, harta dan kesehatan, bagi masyarakat Batak akan disebut sukes apabila hal tersebut tercapai. Melalui tuturan tersebut penutur mengajarkan kembali kepada mempelai bahwa untuk menjadi yang terpandang harus banyak harta dan anak. Pengajaran tersebut sudah mendarah daging bagi setiap masyarakat Batak, nemun perlu diingatkan kembali melihat respon anak muda zaman sekarang yang kurang terhadap budaya.

Direktif

Tindak tutur Direktif yang digunakan dalam wacana Merbayo perkawinan Batak Pakpak dituturkan oleh pihak perempuan „kula-kula‟ kepada pihak laki-laki „berru‟ supaya memberikan Mas kawin/ Adat yang tinggi, budaya meminta hal yang wajar dalam adat istiadat Pakpak karena dengan meminta pihak perempuan akan menerima hak mereka. Semakin besar yang diberikan pihak laki-laki terhadap pihak perempuan maka semakin terlihat pula kedudukan pihak laki laki dalam status sosial, dalam hal ini pihak laki-laki berusaha memenuhinya sebagaimana dalam adat Pakpak bahwa berru harus tunduk pada kula-kula. Tindak tutur Direktif juga dituturkan untuk memerintah berru dari keluarga laki-laki untuk melakukan sesuai yang dituturkan. Memohon masuk dalam tindak tutur direktif, memohon dilakukan oleh orang yang status yang lebih rendah. Dalam hal ini dituturkan oleh pihak laki-laki kepada orangtua setempat untuk mengajari dan juga kepada pihak perempuan „kula-kula‟ yaitu memohon untuk diberkati supaya banyak Rejeki dan keturunan juga memohon memaklumi dan menerima dengan lapang dada apa yang telah mereka berikan.

“Ibagasen tiki en sa pande-pande mo kene nemuken merembahken sienggo si sepakati kin” (40)

(10)

9

“Bagi aturken kemo bakune mi siselohna” (43)

Tuturan tersebut merupakan permintaan dari pihak perempuan untuk pihak laki-laki, tuturan pertama meminta pihak laki-laki memberikan sesuai yang telah disepakati, kedua meminta supaya mengarahkan acara dengan baik

Ekspresif

Tindak tutur Ekspresif merupakan tuturan yang digunakan sebagai salam dalam menyapa lawan tutur, selain itu tindak tutur ekspresif juga di gunakan sebagai ekspresi ucapan terimaksih/memuji penutur terhadap apa yang telah dilakukan lawan tuturnya. Tindak tutur Memuji dan mengucapkan terimkasih biasanya dituturkan oleh pihak perempuan atau disebut Kula kula kepada pihak laki disebut Berru, tuturan memuji dan mengucapkan terimakasih bermakna supaya mereka tetap senang dalam mengadakan pesta walupun mengeluarkan banyak materi, tenaga dan waktu, tuturanMemuji dan mengucapkan terimkasih dituturkan sebagai rasa Kepuasaan yang dirasakan oleh pihak perempuan terhadap apa yang diberikan pihak laki laki, tuturan tersebut dari zaman dahulu hingga saat ini bertujuan supaya lawan tutur „berru‟ memberikan yang terbaik bagi pihak perempuan „kula-kula‟. Tindak tutur selain bersalam, memuji dan mengucapkan terimkasih juga meminta maaf, tuturan ini diucapkan oleh pihak laki-laki ‟berru‟ kepada pihak perempuan „kula-kula‟ meminta maaf atas segala keterbatasan mereka.

“ Lias ate beru, bere, ibebere nami sai cinari mo kene idike pe ke merbekas” (4).

“Berita Njuah-njuah” (5)

Tuturan pertama ucapan terimakasih terhadap apa yang telah dilakukan berru, ibebere dari kelurga laki-laki dan sebagai balasan mereka berdoa agar kelak mendapat kehidupan yang diberkati, sedangkan yang kedua sebagai salam pembuka Batak Pakpak yang menyatakan bahwa mereka sehat

(11)

10 Deklaratif

Deklaratif merupakan tuturan yang cenderung mendeklarasikan atau mengumumkan suatu hal terhadap lawan tutur atau seluruh yang ada dalam lokasi tuturan berlangsung, dalam wacana Merbayo perkawinan Batak Pakpak misalnya menyatakan kepada lawan tutur apa yang telah mereka berikan atau lakukan untuk diketahui bersama. Tindak tutur deklaratif dituturkan oleh pihak perempuan „kula-kula‟ menyatakan kewajiban telah mereka berikan, Tindak tutur deklaratif dari pihak laki-laki biasanya menjelaskan , yaitu menjelaskan segala hal yang telah disepakati, kewajiban dan hak masing-masing. Kesepatakan yang telah ditentukan tidak boleh diubah lagi tetapi harus dipenuhi bersama. Dalam menjelaskan perlu sopan santun yang baik, sopan santun dan hukum adat sangat diperlukan dalam berbicara di masyarakat Batak Pakpak, demikian juga dalam upacara perkawinan harus dijaga kesantunan dalam menuturkan dan bertindak walaupun hal tersebut sudah disepakati bersama.

“Nai bagendari ijolo kula-kulanta, orangtua, kula kula merdengan sibeltek kupesakat kami mo emas peraleng” (47

“Nai oles nggo mo sakat bari penantum perlebbe, empat naimo tambahna kerna ibas ulanta lima mo ia” (49)

Pihak perempuan mengumumkan atau mendeklarasikan bahawa banyak orang yang menjadi saksi mereka telah menyerahkan “Emas peraleng” sebagai umpan agar mereka meminta emas yang lebih besar, lewat tuturanya penutur menegaskan juga bahwa saksi tersebut bagian dari keluarga mereka yang harus dihormati melalui dipenuhinya segala kewajiban adat, tuturan kedua pihak laki-laki yang diminta pihak perempuan menjelaskan arti dan makna adat tersebut mendeklarasikan kepada seluruh yang turut hadir dalam pesta tersebut terutama keluarga bahwa mereka telah melengkapi jumlah oles

Komisif

Tindak tutur Komisif merupakan tuturan yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam

(12)

11

ujarannya, dalam hal ini tindak tutur komisif dituturkan oleh perkata-kata pihak laki laki „kula-kula‟, berjanji akan memberikan yang lebih baik kepada pihak keluarga perempuan jika kelak mereka dapat rejeki yang lebih baik. Kembali lagi pada sangkp nggeluh bahwa berru harus memberikan yang terbaik untuk kula-kula, tidak bisa hari ini maka ka nada hari esok.

Ibagasen tiki en sa pande-pande mo kene nemuken merembahken sienggo si sepakati kin (40)

“Pos ate nde, sodipken ke ndor beak meranak merberru kela deket berru ndene I” (60)

Pihak perempuan mengingatkan kepada pihak laki-laki, agar mereka memberikan sesuai yang disepakati tidak berubah, hal ini merupakan kepentingan pihak perempuan yaitu hak adat mereka yang akan diterima pada acara adat tersebut, sedangkan tuturan kedua merupakan kepentingan dari pihak laki-laki, meyakinkan pihak perempuan bahwa kelak mereka akan bisa menerima hal yang lebih dari putrid dan menantu mereka tidak perlu dituntut saat pesta.

Jenis tindak tutur yang terdapat dalam penelitian ini hanyalah jenis tindak tutur Ilokusi, sesuai yang dikemukakan oleh Searle bahwa kajian Tindak tutur berfokus pada tindak tutur Ilokusi, yaitu Asertif/representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Peneliti membagia dua bagian yaitu yang pertama tindak tutur dari pihak perempuan “pemberi istri”, Tindak tutur yang pertama Asertif meliputi, menjelaskan (10 tuturan), Asertif memberkati (5 tuturan), Asertif menyatakan (1 tuturan). Kedua yaitu tindak tutur Ekspresif meliputi, Salam (1 tuturan), Permintaan maaf (2 tuturan), menyanjung (2 tuturan), memberkati (1 tuturan). Ketiga yaitu tindak tutur Deklaratif meliputi, menyatakan (2 tuturan), Keempat yaitu tindak tutur Direktif meliputi, meminta (3 tuturan ), menyarankan (1 tuturan). Kelima yaitu tindak tutur Komisif meliputi, komisif memesan (1 tuturan), memberkati (1 tuturan).

(13)

12

Tindak tutur yang kedua yaitu dari pihak Laki-laki “penerima istri”, Tindak tutur yang pertama Asertif meliputi, menjelaskan (4 tuturan), Asertif memberkati (6 tuturan). Kedua yaitu tindak tutur Ekspresif meliputi, menyatakan (1 tuturan), Permintaan maaf (3 tuturan), ucapan terimakasih (1 tuturan), memberkati (1 tuturan). Ketiga yaitu tindak tutur Deklaratif meliputi, menyatakan (3 tuturan), menjelaskan (1tuturan), memutuskan (1tuturan) Keempat yaitu tindak tutur Direktif meliputi, meminta (1 tuturan ), memesan (4 tuturan), menyarankan (1tuturan). Kelima yaitu tindak tutur Komisif meliputi, komisif memohon (2 tuturan), menjanjikan (2 tuturan).

PENUTUP

Berdasrkan hasil analisis tindak tutur yang terdapat dalam wacana merbayo perkawinan batap Pakpak berdasarkan kajian Tindak tutur dalam subdisiplin ilmu Pragmatik, maka tidak ditemukan tindak tutur lokusi dan perlokusi tetapi hanya tindak tutur Ilokusi menurut teori Searle yaitu Asertif, Direktif, Deklaratif, Komisifdan Ekspresif. Tindak tutur Ilokusi yang paling dominan ialah Asertif karena pada perkawinan batak Pakpak tuturan yang digunakan untuk menyatakan,menjelaskan dan memberkati. Dalam wacana Merbayo perkawinan batak Pakpak ditemukan hamper keseluruhan tuturan yang digunakan Perkata kata mengandung makna yang tersirat. Berdasrkan temuan tindak tutur yang memiliki makna tersirat telah terjawab oleh kajian pragmatik,

Dari hasil perolehan data ditemukan 61 tututan ilokusi, dalam wacana Merbayo perkawinan Batak Pakpak yang paling dominan adalah tindak tutur Asertif/representatif sebanyak 26 tuturan (42,62%), selanjutnya tindak tutur Ekspresif sebanyak 12 tuturan (19,67%), tindak tutur direktif sebanyak 10 tuturan (16,39%), tindak tutur deklaratif sebanyak 7 tuturan (11,47%). dan yang terakhir tindak tutur komisif sebanyak 6 tuturan, (9,83%).

DAFTAR PUSTAKA

Berutu. 2002. Adat dan tatacara perkawinan masyarakat pakpak Dairi Medan : Monora

(14)

13

Oka, I.G.N. dan Suparno. 1995. Linguistik Umum. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pelaksanaaan lelang tersebut di atas, pokja akan menyerahkan seluruh berkas admnistrasi dan dokumen penawaran dari seluruh peserta pengadaan yang memasukkan

Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) Pada Mata Pelajaran IPS Sub Mata Pelajaran Ekonomi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII

Keuntungan atas biaya tunai usaha yang dijalankan oleh peternak nonmitra lebih tinggi dibandingkan peternak mitra, namun sebaliknya keuntungan atas biaya total usaha

(Si está presentando esta queja en nombre de una persona que usted alega ha sido discriminada, en la mayoría de los casos necesitaremos un Formulario de consentimiento firmado

( Nemipterus nematophorus ). Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan.. Ingredient and Formulation technology for surimi- based product. New York : Marcell Dekker. Linden,

Hasonlóképpen, mivel az aktívabb hitelezési tevékenység normál gazdasági körül- mények között magasabb jövedelmezőséget jelent, ezért azzal a hipotézissel élünk, hogy

Dalam hal ini Microsoft Office Excel yang kami sajikan adalah berupa aplikasi surat, dimulai dari memberi pengertian surat, isi surat dapat mengisi data umum, data master,

Ciri-ciri yang dimaksud antara lain: di dalam sebuah tangga nada terdapat whole tone di bawah tonika yang jelas bukan tangga nada mayor (yaitu modus