• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KECAMATAN RATAHAN TIMUR KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KECAMATAN RATAHAN TIMUR KABUPATEN MINAHASA TENGGARA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

28

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KECAMATAN RATAHAN TIMUR KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

Priska Pandaleke*, Jimmy Posangi*, Novie H. Rampengan*

*Program Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK

Pernikahan dini di lingkungan remaja cenderung berdampak negatif baik dari segi sosial ekonomi, mental/psikologis, fisik, terutama bagi kesehatan reproduksi sang remaja tersebut. Dampak dari pernikahan usia dini untuk kesehatan reproduksi kemungkinan dua kali lebih besar meninggal saat melahirkan. Maka dari itu penelitian ini mengenai faktor-faktor mempengaruhi pernikahanusia dini di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara. Waktu Pelaksanaan penelitian bulan September 2016 – Januari 2017 dengan sampel 64 keluarga. Analisis data untuk menjawab permasalahan penelitian dilakukan univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi pendidikan (p=0,007 <0,05), pengetahuan (p=0,007<0,05), persepsi orang tua (p=0,007<0,05), budaya (p=0,272<0,05), virginitas (p=0,008<0,05), hubungan dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari nilai signifikansi pendidikan (p=0,007 <0,05), pengetahuan (p=0,007<0,05), persepsi orang tua (p=0,007<0,05), budaya (p=0,272<0,05), virginitas (p=0,008<0,05), hubungan dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara. Kesimpulannya terdapat hubungan antara pendidikan, pengetahuan, persepsi orang tua dan nilai virginitas dengan pernikahan usia dini sedangkan budaya tidak terdapat hubungan antara dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara. Maka disarankan tenaga kesehatan di puskesmas dan posyandu termasuk BkkbN hendaknya terus melakukan tindakan promotif seperti penyuluhan dan memberikan pengetahuan bagi orang tua tentang pernikahan usia dini untuk mencegah pernikahan usia dini.

Kata Kunci : Pernikahan Usia Dini

ABSTRACT

Early marriage in the neighborhood teens tend to have a negative impact in terms of both social and economic, mental / psychological, physical, especially for the adolescent reproductive health. The impact of early marriage for reproductive health are twice as likely to die in childbirth. Therefore this study regarding the factors influencing early in the District Ratahan pernikahanusia Southeast Minahasa Regency East. This research is a quantitative research with cross sectional study conducted in the District of East Ratahan Southeast Minahasa Regency. Execution time studies in September 2016 - January 2017 with a sample of 64 families. Analysis of the data to answer the problem of research conducted univariate, bivariate and multivariate analyzes.nThe results showed that the value of the significance level (p = 0.007 <0.05), knowledge (p = 0.007 <0.05), the perception of parents (p = 0.007 <0.05), culture (p = 0.272 <0.05 ), virginity (p = 0.008 <0.05), the association with early marriage in the District of Southeast Minahasa Regency East Ratahan. The results showed that the value of educational significance (p = 0.007 <0.05), knowledge (p = 0.007 <0.05), the perception of parents (p = 0.007 <0.05), culture (p = 0.272 <0, 05), virginitas (p = 0.008 <0.05), the association with early marriage in the District of Southeast Minahasa Regency East Ratahan. In conclusion there is a relationship between education, knowledge, perception of parents and the value of virginity with early marriage culture while there was no correlation between the early marriage in the District of East Ratahan Southeast Minahasa Regency. It is therefore advised health workers in health centers and neighborhood health center including BKKBN should continue to conduct promotional measures such as counseling and providing knowledge to parents about early marriage to prevent early marriage.

(2)

29 PENDAHULUAN

Dalam undang-undang perkawinan pasal 2 ayat 7 disebutkan untuk melangsungkan pernikahan, batas minimal usia wanita adalah 16 tahun dan pria 19 tahun. Pernikahan yang berlangsung di bawah itu, disebut dengan pernikahan dini. Konsensus global tentang perlunya penghapusan perkawinan dini, kawin paksa, dan perkawinan usia anak semakin mengemuka dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2014, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) merekomendasikan target khusus dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pasca 2015 untuk menghapus perkawinan usia anak. Rekomendasi ini didukung oleh 116 negara anggota, termasuk Indonesia. (Anonim, 2014) Pada tahun 2014, Uni Afrika juga meluncurkan kampanye untuk menghapus perkawinan usia anak di Afrika. (Minchew and Kennedy, 2014)

Menurut WHO (2014), anak perempuan usia 10-14 tahun memiliki risiko lima kali lebih besar untuk meninggal dalam kasus kehamilan dan persalinan daripada perempuan usia 20-24 tahun, dan secara global kematian yang disebabkan oleh kehamilan merupakan penyebab utama kematian anak perempuan usia 15-19 tahun. Fenomena pernikahan usia dini masih banyak dijumpai pada masyarakat Timur Tengah dan Asia Selatan dan pada beberapa kelompok masyarakat di Sub-Sahara Afrika. Di Asia Selatan terdapat 9,7 juta

anak perempuan 48% menikah dibawah 18 tahun, Afrika sebesar 42% dan Amerika Latin sebesar 29%. Penelitian di Bangladesh terdapat 3.362 remaja putri 25,9% menikah pada usia muda. Penelitian di Jeddah Saudi Arabia tentang menikah usia muda dan konsekukuensi kehamilan menunjukan 27,2% remaja menikah sebelum 16 tahun

Pada tahun 2012 di Indonesia, angka perempuan yang menikah usia 10-14 tahun sebesar 4,2 %, sementara perempuan yang menikah usia 15-19 tahun sebesar 41,8 % (Survei BKKBN dalam Indra, 2013). Pada tahun 2013 terjadi peningkatan rasio pernikahan muda pada daerah perkotaan, diabndingkan dengan daerah pedesaan. Adapun jumlah rasio kenaikan tersebut pada daerah perkotaan tahun 2012 adalah 26 dari 1.000 perkawinan, rasio itu naik pada tahun 2013 menjadi 32 per 1.000 pernikahan, sedangkan pada daerah pedesaan yang menurun dari 72 per 1.000 pernikahan menjadi 67 per 1.000 pernikahan pada tahun 2013.Meskipun terjadi peningkatan jumlah rasio pernikahan di perkotaan, tetapi rasio angka pernikahan dini di daerah pedesaan masih lebih tinggi daripada perkotaan (Eko, 2013).

Permasalahan kesehatan reproduksi dimulai dengan adanya pernikahan dini yang hasilnya yaitu pada perempuan usia 10-14 tahun terdapat 2,6 % menikah pada usia kurang dari 15 tahun kemudian 23,9 % menikah pada usia 15-19 tahun (Riskesdas,

(3)

30 2013). Di Sulawesi Utara usia menikah kurang dari 14 tahun sebesar 0,5 %, sedangkan usia menikah antara 15 – 19 tahun sebesar 33,5 % (Survei BKKBN, 2013).

Menurut BPS dalam analisis data

pernikahan usia anak di

Indonesia,Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 20 - 24 Tahun yang Menikah Sebelum Usia 18 Tahun Menurut Provinsi, 2008-2012 disebutkan Provinsi Sulawesi Utara sebesar 25,0 %pada tahun 2008, 25,3%pada tahun 2009, 25,4 % pada tahun 2010, 22,9 pada tahun 2011, 25,0 % pada tahun 2012,dengan rata rata 24,7%.Berdasarkan Kabupaten/Kota diperoleh data perkawinan remaja di Bolaang Mongondow 22 % dan Bolaang Mongondow Timur 20%. Berdasarkan kecamatan, diperoleh data perkawinan remaja di Touluaan Selatan 33%, Ratatotok 30%, Passi Timur 27%, Bilalang 26%, Lolayan 26% Sangkub 26%.

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan oleh peneliti di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara, pada rentang tahun 2011-2015 didapatkan sebanyak 309 remaja melakukan pernikahan dini yaitu pada usia rentang <20 tahun. Selain itu dari survei awal tersebut diambil 40 responden didapatkan data bahwa 29 orang telah mengalami kehamilan dan persalinan pada usia muda dan 13 orang diantaranya pernah mengalami keguguran, sebanyak 4 orang

mengalami berat badan lahir di bawah 2500 gram. Resiko seperti berat badan bayi rendah, keguguran, hamil dan bersalin pada usia muda telah dirasakan dari beberapa remaja yang telah menikah dini. Oleh karena itu, sosialisasi tentang pentingnya kesehatan reproduksi remaja sangat diperlukan untuk meminimalkan dampak tersebut. Upaya untuk menghapus perkawinan usia anak merupakan respon terhadap semakin banyaknya bukti yang menunjukkan besarnya skala dan cakupan permasalahan tersebut. Maka dari itu penelitian ini mengenai faktor-faktor mempengaruhi pernikahanusia dini di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan metode survei analitik dan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara. Waktu Pelaksanaan penelitian bulan September 2016 – Januari 2017 dengan populasi pada penelitian ini adalah 309 keluarga di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara dan sampel 64 keluarga. Analisis data untuk menjawab permasalahan penelitian dilakukan univariat, bivariat dan multivariat dengan bantuan komputer program Statistical Product Service And Solution (SPSS) for Windows versi 21.

(4)

31 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Pernikahan Usia Dini Di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12 responden (18,8%) yang berpendidikan tinggi yang menjawab menikah di usia dini 10 responden (15,6%) dan yang menjawab tidakmenikah di usia dini 2 responden (3,2%) sedangkan dari 52 responden (81,2%) yang pendidikan rendah yang menjawab menikah di usia dini 21 responden (32,8%) dan yang menjawab tidak menikah di usia dini 33 responden (61,6%). Dilihat dari nilai signifikansi sebesar p=0,007<0,05), maka H1 diterima atau terdapat hubungan antara pendidikan dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara. Peran orangtua dalam menentukan perkawinan anak dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi keluarga, tingkat pendidikan keluarga, kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga dan kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi masalah remaja.

2. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12 responden (18,8%) yang berpengetahuan kurang baik yang menjawab menikah di usia dini 10 responden (15,6%) dan yang

menjawab tidak menikah di usia dini 2 responden (3,2%) sedangkan dari 52 responden (81,2%) yang berpengetahuan baik yang menjawab menikah di usia dini 21 responden (48,4%) dan yang menjawab tidakmenikah di usia dini 31 responden (61,6%). Dilihat dari nilai signifikansi sebesar p=0,007<0,05), maka H1 diterima atau terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara. Pengetahuan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Pengetahuan merupakan informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman. (Notoatmodjo, 2014). Pernikahan di usia dini menurut penelitian UNICEF tahun 2005 berhubungan dengan derajat pendidikan yang rendah.

Hasil ini sesuai dengan Dwinanda (2015) yang meneliti Hubungan Antara Pendidikan Ibu Dan Pengetahuan Responden Dengan Pernikahan Usia Dini. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang sudah menikah di Kec. Plaosan Kab. Magetan Jawa Timur tahun 2014. Pemilihan sampel dengan perbandingan 1: 1, dengan kasus sebanyak 76 responden dan kontrol 76 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan reponden (p-value=0,000;OR= 4,286; 95% CI= 2,082-8,825) dengan kejadian pernikahan usia dini di Kec. Plaosan Kab. Magetan Jawa Timur tahun 2015. Responden yang memiliki

(5)

32 pengetahuan rendah mengenai pernikahan usia dini memiliki risiko untuk melakukan pernikahan dini sebesar 4 kali dibanding responden yang memiliki pengetahuan tinggi mengenai pernikahan usia dini. Demikian juga hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Khomsatun (2012) tentang Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Menikah Dini tentang Kehamilan dengan Kecemasan menghadapi Kehamilan di Kecamatan Pulosaari Kabupaten Pemalang dimana secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan remaja putri menikah dini tentang kehamilan dengan kecemasan menghadapi kehamilan (p=0,038).

3. Hubungan Antara Persepsi Orang Tua Dengan Pernikahan Usia Dini Di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 29 responden (45,3%) yang Persepsi Orang Tua kurang baik yang menjawab menikah di usia dini 18 responden (28,1%) dan yang menjawab tidakmenikah di usia dini 11 responden (17,2%) sedangkan dari 35 responden (54,7%) yang Persepsi Orang Tua baik yang menjawab menikah di usia dini 13 responden (20,3%) dan yang menjawab tidakmenikah di usia dini 22 responden (34,4%). Dilihat dari nilai signifikansi sebesar p=0,007<0,05), maka H1 diterima atau terdapat hubungan antara persepsi orang tua dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Ratahan Timur

Kabupaten Minahasa Tenggara. Penelitian yang dilakukan oleh Haque dkk, didapatkan bahwa sebagian besar responden (99%) pertama kali mendapatkan informasi mengenai pernikahan usia dini dari petugas kesehatan dan pegawai keluarga berencana dan juga dari televisi, radio, koran, lembaga pendidikan, anggota keluarga dan lainnya juga membantu mereka untuk mendapatkan pengetahuan dimana 84,7% responden menonton televisi, 5,7% responden mendengarkan radio, dan 5,33% responden membaca koran secara teratur (13). Sebagian besar dari responden (92,3%) memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pernikahan usia dini bahkan 15,38% memiliki pengetahuan yang baik dan 84,61% memiliki pengetahuan cukup mengenai umur yang sesuai untuk hamil. 4. Hubungan Antara Budaya Dengan

Pernikahan Usia Dini Di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 4 responden (6,2%) yang Budaya kurang baik yang menjawab menikah di usia dini 3 responden (4,7%) dan yang menjawab tidak menikah di usia dini 1 responden (6,2%) sedangkan dari 60 responden (93,8%) yang Budaya baik yang menjawab menikah di usia dini 28 responden (43,8%) dan yang menjawab tidak menikah di usia dini 33 responden (51,6%). Dilihat dari nilai signifikansi sebesar p=0,272>0,05), maka H0 diterima atau tidak terdapat hubungan

(6)

33 antara budaya dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara.

5. Hubungan Antara Nilai Virginitas Dengan Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 6 responden (9,4%) yang nilai virginitas kurang baik yang menjawab menikah di usia dini 6 responden (9,4%) dan tidak ada menjawab tidak menikah di usia dini, sedangkan dari 58 responden (90,6%) yang nilai virginitas baik yang menjawab menikah di usia dini 25 responden (39,1%) dan yang menjawab tidak menikah di usia dini 33 responden (51,6%). Dilihat dari nilai signifikansi sebesar p=0,008<0,05), maka H1 diterima atau terdapat hubungan antara nilai virginitas dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara. Seringkali perkawinan terjadi karena sejak kecil anak telah dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Bahwa perkawinan anak-anak untuk segera merealisir ikatan hubungan kekeluargaan antara kerabat mempelai laki-laki dan kerabat mempelai perempuan yang memang telah lama mereka inginkan bersama, semuanya supaya hubungan kekeluargaan mereka tidak putus.

KESIMPULAN

1. Terdapat hubungan antara pendidikan dengan pernikahan usia dini di

Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara

2. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara

3. Terdapat hubungan antara persepsi orang tua dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara

4. Tidak terdapat hubungan antara budaya dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara

5. Terdapat hubungan antara nilai virginitas dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara

6. Terdapat hubungan bersama-sama dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara

SARAN

1. Bagi tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan di puskesmas dan posyandu termasuk BkkbN hendaknya terus melakukan tindakan promotif seperti penyuluhan dan memberikan pengetahuan bagi orang tua tentang pernikahan usia dini untuk mencegah pernikahan usia dini.

2. Bagi pemerintah, tokoh agama dan organisasi kewanitaan

(7)

34 Pemerintah, toloh agama termasuk organisasi kewanitaan (PKK, Dharma Wanita Persatuan)agar melakukan tindakan preventif promotif di lingkungan organisasi dan memberikan pengetahuan bagi masyarakat tentang pernikahan usia dini untuk mencegah pernikahan usia dini.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, A. Z., dan Maslichah. 2016. Studi Fenomenology Kesehatan Reproduksi Pada Wanita Dengan Usia Pernikahan Dini. STIKES Insan Cendekia Husada Bojonegoro. Vol. 2 No.

Anonimous. 2015a. Profil Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara _________. 2015b. Kemajuan yang

Tertunda: Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia. Unicef

__________.2014a. Child Marriage. UNICEF. Tersedia pada akses : http//www.unicef.org/protection/57929 -58008.html. diakses pada tanggal Oktober 2016.

Dwinanda, A. R., A. C. Wijayanti and K. E. Werdani. 2015. Hubungan Antara Pendidikan Ibu dan Pengetahuan Responden dengan Pernikahan Usia Dini. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas Vol. 10 No. 1 Hal: 76-81. Minchew, T. and Kennedy. 2014. The

Summer of the Summit – Now what for child, early and forced marriage? Girls Not Brides. Available from:

http://www.girlsnotbrides.org/summer- summit-now-child-early-forced-marriage/, Accessed 28 Oktober 2016. Notoatmojo, S. 2012. Ilmu Kesehatan

Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta Puspita, R. 2014. Hubungan Pengetahuan

Siswa Putri dengan Sikap Siswa Putri Terhadap Perkawinan Usia Dini di Desa Kesesi tersedia dalam:

http://www.e-skripsi.stikesmuh-pkj.ac.id (diakses 17 Nopember 2016) Rafidah, E., O. Emilla, dan B. Wahyuni.

2009. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Usia Pernikahan Dini Di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Berita Kedokteran Masyarakat.Volume 25 No. 2 Juni Rahma, E. F. 2014. Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kejadian Pernikahan Usia Dini Pada Wanita Umur Di Bawah 20 Tahun Di Kecamatan Kubung Kabupaten Solok Tahun 2013. Thesis, Universitas Andalas. Sardi, B. 2016. Faktor-Faktor Pendorong

Pernikahan Dini Dan Dampaknya Di Desa Mahak Baru Kecamatan Sungai Boh Kabupaten Malinau. Ejournal Sosiatri-Sosiologi 2016, 4(3): 194-207 Uecker, J. E and C. E. Stokes. 2008. Early Marriage in the United States. Departemen of Sociology, University of Texas at Austin, 1 University Station A1700, Austin, TX 78712-0118.

Referensi

Dokumen terkait

Lanjutan Tabel 4.3 Alur Sistem Program Departemen Bahan Baku, Production Planning Inventory Control, Gudang Barang Jadi dan Produksi.. Departemen

[r]

Peneliti akan memfokuskan Asep Tantan Triatna, 2013 Peranan Ekstra Kulikuler Paskibra Dalm Meningkatkan Nasionalisme Siswa Studi Deskriptif Analisis Terhadap Ekstrakulikuler

TCP tidak digunakan dalam pengiriman data suara pada VoIP karena pada suatu komunikasi data VoIP penanganan data yang mengalami keterlambatan lebih penting

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pelaku bisnis untuk memahami dengan lebih baik peran penting program pengembangan dalam menciptakan

Dalam upaya meningkatkan eksistensi Jurusan Pendidikan Seni Tari kepada masyarakat luas, terutama masayarakat yang memiliki kepedulian dan perhatian terhadap kelestarian

Menurut Permendiknas tersebut, pengawas sekolah adalah guru yang diangkat dan diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk

Untuk lebih jelasnya terkait dengan trayek angkutan umum di Kota Bandar Lampung yang dioperasikan, serta jumlah kuota dan ijin operasi yang telah diberikan, dan