• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Usaha Kecil dan Ciri-ciri Usaha Kecil. Pengertian usaha kecil secara jelas tercantum dalam Undang-undang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Usaha Kecil dan Ciri-ciri Usaha Kecil. Pengertian usaha kecil secara jelas tercantum dalam Undang-undang"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Usaha Kecil dan Cir i-cir i Usaha Kecil 2.1.1 Pengertian Usaha Kecil

Pengertian usaha kecil secara jelas tercantum dalam Undang-undang tentang usaha kecil Nomor 5 tahun 1995, yang disebut usaha kecil adalah memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan (aset) bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan (omset) paling banyak Rp 1 miliyar. 3. Milik Warga Negara Indonesia.

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, atau terafiliasi baik langsung maupun tidak langsung oleh usaha besar atau usaha menengah, berbentuk badan usaha perseorangan, badan usaha tidak berbadan hukum (Iwantono: 2003:4). Menurut UU Nomor 9 Tahun 1999 ditetapkan bahwa usaha kecil adalah suatu unit usaha yang memiliki nilai asset neto (tidak termasuk tanah dan bangunan) tidak melebihi Rp 200 Juta atau penjualan pertahun tidak lebih besar dari Rp 1 Miliar, milik WNI, berdiri sendiri dan berafiliasi langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau besar dan berbentuk badan usaha perseorangan, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum.

Defenisi yang tercantum dalam UU tersebut sebagai dasar dalam mengelompokkan jenis-jenis usaha.Menurut Kementrian Negara Koperasi dan

(2)

UMKM, kelompok usaha kecil termasuk di dalam kelompok usaha mikro. Usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan bersifat tradisional dan informal dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan berbadan hukum, dan hasil penjualan tahunan paling banyak RP 100 Juta. Sedangkan menurut (Biro Pusat Statistik) BPS (2005), usaha kecil adalah unit usaha dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 19 (sembilan belas) orang termasuk pengusaha.

2.1.2 Ciri-ciri Usaha Kecil

Menurut istilah umum ketenagakerjaan (http://www.usahakecilmenengah) ciri-ciri industri berskala kecil adalah:

1. Pemilik adalah golongan ekonomi lemah dan pada umumnya sekaligus menjadi pimpinan (single ownership and management).

2. Hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja masih bersifat kekeluargaan.

3. Tidak mampu menyediakan jaminan (collateral) yang berguna untuk mendapatkan kredit dari dunia perbankan.

4. Administrasi perusahaan pada umumnya masih bersifat sederhana, kurang teratur, dan belum berbadan hukum.

Menurut Hutasuhut dalam (www.smeru.or.id) ciri-ciri dan watak usaha kecil adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai kepercayaan yang kurang kuat pada diri sendiri.

(3)

tekad dan kerja keras.

3. Mempunyai kemampuan dalam mengambil resiko dan mengambil keputusan secara tepat dan cermat.

4. Mempunyai jiwa kepemimpinan, suka bergaul dan menanggapi saran dan kritik.

5. Berjiwa inovatif, kreatif dan berorientasi kemasa depan.

Menurut Suryana (2013:233) kelemahan perusahaan kecil dapat dikategorikan kedalam dua aspek, yaitu yang mencakup hal-hal berikut:

1. Aspek kelemahan struktural

Kelemahan struktural merupakan kelemahan dalam struktur perusahaan, misalnya dalam bidang manajemen dan organisasi, pengendalian mutu,pengadopsian dan penguasaan tekhnologi, kesulitan mencari permodalan, tenaga kerja masih lokal, dan terbatasnya akses pasar. Jadi, kelemahan struktural adalah kelemahan usaha kecil dalam manajemen, organisasi, tekhnologi, sumber daya, dan pasar. Kelemahan faktor struktural yang satu saling terkait dengan faktor yang lain,kemudian membentuk lingkaran kebergantungan yang tidak berujung dan membuat usaha kecil terdominasi dan rentan.

2. Kelemahan Kultural.

Kelemahan kultural adalah kelemahan dalam budaya perusahaan yang kurang mencerminkan perusahaan sebagai “corporate

culture”.Kelemahan kultural berdampak terhadap terjadinya

(4)

akses informasi dan lemahnya berbagai persyaratan lain guna memperoleh hasil permodalan, pemasaran, dan bahan baku, seperti: a) Informasi peluang dan cara memasarkan produk

b) Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang baik, murah dan mudah didapatkan

c) Informasi untuk memperoleh fasilitas dan bantuan pengusaha besar dalam menjalin hubungan kemitraan untuk memperoleh bantuan permodalan dan pemasaran.

d) Informasi tentang tata cara pengembangan produk, baik, desain, kualitas maupun kemasannya.

e) Informasi untuk menambah sumber permodalan dengan persyaratan yang terjangkau.

2.2 Wirausahawan dan Ciri-ciri Wirausahawan 2.2.1 Pengertian Wirausahawan

Wirausaha atau entrepreneur yang berasal dari bahasa Perancis yaitu “entrepende” yang berarti melakukan (to undertake) atau mencoba ( trying). Kata “entrepende” diartikan juga sebagai “di antara pengambil” ( between taker ) atau “perantara” (go-between).

Menurut Frinces (2011:8) dalam Bahasa Indonesia yang sederhana wirausaha dapat dimaknai sebagai sebuah kemampuan (an ability) yang di dalamnya termasuk dalam artian ‘usaha (effort), aktivitas, aksi, tindakan dan lain sebagainya untuk menyelesaikan suatu tugas (task).

(5)

mereka yang mendirikan, mengolola, mengembangkan perusahaan atau usaha milik sendiri, atau mereka yang bisa menciptakan pekerjaan bagi orang lain. Defenisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemauan normal bisa menjadi seorang wirausahawan asalkan mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha.

Pengertian wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber daya seperti financial (money), bahan mentah (materials), dan tenaga kerja (labour) untuk dapat menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi, dan pergembangan organisasi usaha.

Wirausahawan (entrepreneur) adalah seorang yang mempunyai kombinasi unsur-unsur dan elemem-elemen internal yang memiliki kombinasi motivasi, visi, komunikasi, dan dorongan semangat, serta kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha.Dalam kontek bisnis wirausahawan merupakan seorang pengusaha, tapi tidak semua pengusaha adalah wirausahawan.Karena wirausahawan itu merupakan salah satu pelopor dalam bisnis, inovator, penanggung jawab resiko yang mempunyai visi kedepan dan memiliki keunggulan dalam berprestasi dibidang usaha (Suryana, 2010:4).

Kewirausahaan merupakan semangat perilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri atau pelayanan yang lebih baik terhadap pelanggan / masyarakat, dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, menyediakan produk yang lebih baik dan lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efesien, melalui keberanian mengambil

(6)

resiko, kreativitas, inovasi, serta kemampuan manajemen (Sutrisno, 2003:3). Menurut Hendro (2011:61) setiap wirausahawan (entrepreneur) yang sukses memiliki unsur pokok, yaitu :

1. Kemampuan ( hubungannya dengan IQ dan skill ), dalam membaca peluang, dalam berinovasi, dalam mengelola, dan dalam menjual. 2. Keberanian (hubungannya dengan EQ dan mental), dalam mengatasi

ketakutannya, dalam mengendalikan resiko, dan untuk keluar dari zona kenyamanan.

3. Keteguhan hati (hubungannya dengan mo tivasi diri), keuletan, pantang menyerah, teguh akan keyakinan, dan kekuatan akan pikiran bahwa anda juga bisa.

4. Kreatifitas yang menelurkan sebuah insp irasi sebagai cikal bakal ide untuk menemukan peluang berdasarkan intuisi (hubungannya dengan pengalaman / experiences).

Kewirausahaan (entrepreneurship) menurut Hendro (2011:30) adalah suatu kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada didalam diri Anda untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal sehingga bisa meningkatkan taraf hidup anda di masa mendatang. Kewirausahaan itu adalah:

1. Ilmu Pengetahuan ( Knowledge )

Kewirausahaan itu adalah sebuah pengetahuan yang merupakan hasil uji coba di lapangan, dikumpulkan, diteliti, dan dirangkai sebagai sumber informasi yang berguna bagi orang lain yang membutuhkannya. 2. Kepribadian atau Sikap

(7)

Unsur yang terkandung dalam karakteristik kewirausahaan adalah sikap positif, kepribadian yang ulet, pantang menyerah, menjadi contoh bagi yang lain, dan tidak mudah puas diri.

3. Filosofi

Kewirausahaan bisa digolongkan dalam sebuah filosofi hidup atau landasan hidup dalam meniti karir guna meraih kesuksesan.

4. Skill atau Keterampilan

Karena kewirausahaan adalah penggabungan dua konsep penting dari pengetahuan dan pengalaman yang dira sakan serta dilakukan me lalui jatuh bangun untuk menjadi terampil dan akhirnya menjadi se buah keahlian dalam menjalankan roda bisnis.

5. Seni atau Art

Dalam menemukan ide, inspirasi, dan peluang bisnis dibutuhkan imajinasi, visualisasi, dan pemikiran yang terkadang harus berlawanan dengan logika.

6. Profesi

Menjadi wirausahawan juga merupakan sebuah profesi, sebuah pilihan hidup yang harus dilakukan secara.

7. Naluri

Kewirausahaan itu membutuhkan naluri untuk menemukan sebuah peluang dan ide bisnis yang akhirnya menjadi sebuah bisnis yang sukses.

(8)

Menjadi wirausahawan juga dipahami sebagai mimpi seseorang bahkan cita-cita yang terpendam sejak ia masih remaja atau dewasa.

9. Pilihan hidup seseorang

Menjadi wirausaha agar mampu menghidupi keluarganya sudah menjadi pilihan hidup bagi setiap orang.

Menurut Zimmerer (2008:26) bahwa terdapat keragaman budaya dalam membentuk struktur kewirausahaan, antara lain :

1. Wirausahawan muda, adalah wirausaha yang banyak didominasi oleh generasi muda yang memilih kewirausahaan sebagai jalur karir mereka yaitu mereka yang berumur awal 20-an tahun.

2. Wirausahawan wanita, banyak wanita yang terjun ke dalam bidang bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini didorong oleh faktor– faktor antara lain ingin memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi keluarga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya.

3. Wirausahawan minoritas yaitu kaum minor itas di negara kita Indonesia kurang memiliki kesempatan kerja dilapangan pemerintahan sebagaimana layaknya warga Negara pada umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis dalam kehidupan sehari– hari.Demikian pula para perantau dari daerah tertentu yang menjadi kelompok minoritas pada suatu daerah, mereka juga berniat mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis ini semakin lama semakin

(9)

maju, dan arena mereka membentuk organisasi minoritas di kota–kota tertentu.

4. Wirausahawan imigran yaitu kaum pedagang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu, mereka lebih leluasa terjun dalam pekerjaan yang bersikap non formal yang dimulai dari berdagang kecil–kecilan sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah.

5. Wirausahawan paruh waktu yaitu orang yang memulai bisnis dalam mengisi waktu lowong merupakan pintu gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar. Bekerja paruh waktu tidak mengorbankan pekerjaan di bidang lain misalnya seorang pegawai pada sebuah kantor bermaksud mengembangkan hobinya untuk berdagang atau mengembangkan hobi yang menarik. Hobi ini akhirnya mendapat keuntungan yang lumayan. Ada kalanya orang ini beralih profesi, dan berhenti menjadi pegawai dan beralih bisnis yang merupakan hobinya. 6. Bisnis rumahan, sekarang bisnis rumahan lebih beragam, para

wirausahawan rumahan yang modern lebih cenderung menj alankan perusahaan-perusahaan jasa atau perusahaan-perusahaan berteknol ogi tinggi dengan tingkat keberhasilan bisnis rumahan cukup tinggi.

7. Bisnis keluarga, bisnis yang pengendalian keuangannya dilakukan oleh satu atau lebih anggota keluarga. Sebuah keluarga dapat membuka berbagai jenis cabang dan usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dahulu oleh Bapak setelah usaha Bapak ini maju dibuka

(10)

cabang baru dan di kelola Ibu. Kedua perusahaan ini maju dan membuka beberapa cabang lain mungkin jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda.

8. Wirasutri, adalah sepasang suami-istri wirausahawan yang bekerja bersama sebagai rekan kerja dalam bisnis mereka. Wirasutri di buat dengan cara menciptakan pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing–masing orang. Orang–orang yang ahli di bidang ini diangkat menjadi penanggung jawab divisi tertentu dari bisnis–bisnis yang sudah ada.

9. Wirausahawan sosial, adalah wirausaha yang menggunakan berbagai keahlian mereka tidak hanya untuk membuat bisnis menjadi menguntungkan, tetapi juga untuk mencapai tujuan sosial dan lingkungan bagi kebaikan bersama.

2.2.2 Ciri-Ciri Wirausahawan

Menurut Sulipan (2005), memberikan kesimpulan bahwa ciri-ciri seorang wirausahawan yang baik adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai semangat dan kemampuan untuk mengatasi kesulitan dan permasalahan.

2. Mempunyai kemampuan dalam menilai kesempatan-kesempatan didalam berwirausaha.

3. Mempunyai keberanian untuk mengambil resiko dalam menjalankan usahanya dalan mengejar suatu keuntungan.

(11)

digeluti.

5. Mempunyai cara menganalisa yang tepat, sistematis, dan metodologi dalam mengembangkan usahanya.

6. Memiliki kemampuan, kemajuan, dan tekad bulat dalam mengembangkan bidang usahanya guna mencapai kemajuan dan tujuan.

7. Membawa teknik baru dalam mengorganisasikan usahanya secara tepat guna, efektif, dan efesien.

8. Berusaha tidak komsumtif dan selalu menanamkan kembali keuntungan yang diperoleh di dalam kegiatan bidang usahanya.

Sedangkan ciri-ciri wirausahawan secara umum adalah sebagai berikut: 1. Mempunyai kemauan yang kuat untuk berusaha.

2. Mempunyai perjuangan yang tidak mengenal lelah dalam berusaha. 3. Percaya pada kenyakinan terhadap diri sendiri untuk maju.

4. Bertanggung jawab atas kemampuan, dan kemajuan dalam bidang 
usahanya. 5. Pandai dalam cara bernegosiasi untuk memajukan bidang usahanya.

6. Berpikir positif untuk maju dalam bidang usahanya.

7. Berinisiatif, kreatif, dan disiplin terhadap kegiatan usahanya.

Menurut Adi Sutanto, (2000:11) memberikan kesimpulan bahwa ciri-ciri seorang wiraswatawan yang berhasil mempunyai karakter atau ciri-ciri sebagai berikut:

1. Kreatif dan inovatif. 2. Berambisi tinggi. 3. Energetic. 4. Percaya diri.

(12)

6. Bekerja keras dan berpandangan kedepan. 7. Berani menghadapi resiko.

8. Banyak inisiatif dan bertanggung jawab. 9. Senang mandiri dan bebas.

10. Bersikap optimis.

11. Berpikiran dan bersikap positif, yang memandang kegagalan sebagai pengalaman yang berharga.

12. Beriman dan berbuat kebaikan sebagai syarat kejujuran pada diri sendiri. 13. Berwatak maju.

14. Bergairah dan mampu menggunakan daya gerak dirinya. 15. Ulet, tekun dan tidak cepat putus asa.

16. Memelihara kepercayaan yang diberikan kepadanya. 17. Selalu ingin meyakinkan diri sebelum bertindak. 18. Menghargai waktu.

19. Bersedia melakuka n pekerjaan rendahan (pengorbanan).

20. Selalu mensyukuri yang kecil-kecil yang ada pada dirinya sendiri. 2.2.3 Manfaat Membuka Usaha Sendiri

Kebanyakan wirausahawan membuka usahanya untuk kepusaan diri.Rutinitas yang membosankan, kreasi yang dihambat-hambat, birokrasi yang panjang dan kaku, atau suasana kerja yang tidak menyenangkan.Budaya (culture) perusahaan yang tidak cocok merupakan hal yang bisa menciptakan motif, dan mendorong orang untuk segera mencari kebebasan.Jika mereka bekerja sebagai orang gajian, maka semua yang mereka lakukan hanya untuk pimpinan

(13)

didapatkan dari membuka usaha sendiri (Sarosa, 2003:5) adalah sebagai berikut: 1. Pontensi penghasilan yang tak terbatas

Membuka usaha berbeda dengan bekerja sebagai karyawan di perusahaan orang lain. Kalau bekerja sebagi karyawan, penghasilan adalah sebesar gaji (mungkin ditambah dengan tunjungan-tunjangan bila ada), di mana gaji dan tunjangan tersebut telah ditetapkan berdasarkan jabatan (masa kerja) oleh pemilik perusahaan.Dalam hal ini seseorang hanya bisa menerima keputusan yang dibuat oleh pemilik perusahaan.Sebaliknya, bila membuka usaha sendiri maka penghasilan yang didapatkan bisa dalam jumlah yang lebih besar, bahkan tidak terbatas, tergantung dari kinerja dan pengolahan usaha. Seseorang wirausahawan bebas menentukan berapa yang akan didapatnya, potensi untuk menerima penghasilan yang tidak terbatas ini merupakan daya tarik yang mengiurkan bagi seseorang untuk berwirausaha. 2. Memaksimalkan kemampuan
K em am puan yang dim aksud bisa berupa ide

ataupun kemampuan yang lain seperti menjual, bernegosiasi, dan lain-lain. Dengan memiliki usaha sendiri maka wirausahawan memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk bekreasi dengan ide-ide tersebut. Untuk bekerja dengan adanya batasan-batasan yang mungkin akan sering ditemui jika memilih untuk bekerja sebagai karyawan disuatu perusahaan. Sudah tentu dengan adanya kebebasan bekerja dan berkreasi secara maksimal maka semangat kerjapun tinggi. Semangat kerja yang tinggi inilah yang sangat diharapkan dapat membuahkan hasil yang maksimum bagi usaha sendiri, dengan berwirausaha seseorang bebas beraksi, akan tetapi maju tidaknya

(14)

usaha tersebut tergantung dalam mengelola usaha tersebut. 3. Bebas mengatur waktu kerja

Dengan menjadi karyawan, sebenarnya seseorang telah melakukan suatu transaksi dengan perusahaan tempat bekerja, yaitu jual beli.Seseorang telah menjual waktu dan kemampuannya untuk digunakan oleh perusahaan.Jika bekerja sebagai karyawan maka ada keterbatasan untuk bisa mengatur waktu, sebagian besar waktu dihabiskan di luar rumah.Akan tetapi seseorang, dapat mengatur waktu kerjanya sendiri jika memulai membuka usaha, bahkan jika usaha tersebut di rumah.Wirausahawan adalah seperti orang bebas yang mempunyai tanggung jawab, semakin sukses seorang wirausahawan semakin banyak waktu luangnya.Seorang wirausahawan bukanlah seseorang yang makin sibuk jika usahanya mulai berkembang.

4. Sikap mental yang mandiri

Sebagai seorang manajer dalam usaha sendiri, maka bersikap mandiri dalam menjalankan usahanya yang merupakan tuntutan yang harus dilakukan.Sikap mental yang kuat dan mandiri sangat dibutuhkan pada saat sedang menghadapi masalah yang berat sehingga menuntut untuk dapat mengambil tindakan yang cepat dan tepat.Pada situasi seperti ini tidak ada siapapun yang bisa diandalkan selain diri sendiri, karena setiap wirausahawan merupakan manajer pada usahanya.Justru wirausahawan tersebut yang diharapkan oleh para karyawan untuk dapat mengatasi masalah yang sedang

(15)

kehidupan pribadi si pengusaha sangat berkorelasi dan saling mempengaruhi.Self Management (manajemen diri sendiri) merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan oleh wirausahawan untuk memberi contoh para bawahan atau karyawannya.

2.2.4 Faktor -faktor yang mendorong wir ausahawan memulai usaha K ecil.

Faktor apa sebenarnya yang mengerakkan seseorang untuk memiliki usaha sendiri. Pertanyaan ini kerap muncul ketika kesuksesan seseorang dipublikasi pada media, pengakuan ini bukanlah suatu hal yang mudah didapatkan.Lust of power atau haus akan kekuasaan dapat dikatakan sebagai alasan seseorang ingin menjadi wirausahawan, mereka yakin apabila mereka punya power atau kekuasaan, mereka dapat melakukan sesuatu lebih lancar dan lebih efisien (Abdinagoro, 2004:2).

Dengan pengetahuan dan kemampuan yang mereka miliki dapatlah merubah cara pengerjaan sesuatu apapun (Pandji, 2004:243), maka faktor-faktor yang mendorong wirausahawan memulai usaha kecil adalah sebagai berikut:

1. Modal

Modal merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam berbagai aktivitas yang dilakukan, karena modal dapat membiayai semua kegiatan operasional dalam usaha, seperti: untuk pengadaan bahan baku, membayar upah tenaga kerja, pemasaran, produksi dan lain-lain. Akan tetapi masalah modal kadangkala tidak menjadi masalah bagi orang yang mempunyai kelebihan dana, tetapi bagi orang yang yang mempunyai dana relatif kecil itu memang menjadi masalah. Kedua orang tersebut, ketika akan memulai usahajelas mempunyai keinginan yang sama. Apabila seseorang mempunyai jiwawirausahaan, maka dia mampu menciptakan nilai tambah dari keterbatasan.

(16)

Sedangkan menurut Situmorang (2009:176), suatu aktivitas bisnis tidak akan dapat berjalan dengan baik bila tidak didukung oleh ketersediaan dana yang baik dan mencukupi. Bila suatu aktivitas bisnis tidak dapat memenuhi permintaan barang atau jasa sesuai dengan jumlah dan kriteria pelanggan dikarenakan bisnis tersebut tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukan proses produksinya, maka sudah dapat dipastikan usaha itu akan terancam gagal.

Dalam menentukan besarnya dana yang akan diperlukan untuk menjalankan suatau aktivitas bisnis, dibutuhkan suatu peramalan atau forecasting yang baik. Peramalan atau taksiran ini berbeda-beda untuk masing-masing jenis proyeknya. Pada umumnya, taksiran dana yang dibutuhkan tersebut tergantung pada kompleksitas dari kegiatan pendanaan itu sendiri, misalnya penentuan lokasi bisnis yang bergantung pada harga tanah. Semakin mahal harga tanah maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan oleh bisnis tersebut.

Modal kerja dibutuhkan setiap perusahaan untuk membiayai aktivitasnya sehari-hari.Walaupun perusahaan mempunyai aktiva tetap, tetapi tidak memiliki modal kerja, maka perusahaan tersebut dikatakan perusahaan mati.Kehidupan perusahaan sangat bergantung pada modal kerjanya.

Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk membiayai kegiatan sehari-hari. Secara umum, modal kerja dapat diartikan dalam dua bentuk, yaitu gross working capital adalah keseluruhan aktiva lancar yang akan digunakan dalam operasi dan net working capital menunjukan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar.

(17)

Modal kerja disini akan diartikan sebagai keseluruhan aktiva lancar yang akan digunakan untuk kegiatan operasional bisnis seperti membeli mesin dan bahan baku, sewa ruangan, merekrut karyawan, dan melakukan pemasaran.Estimasi dari modal kerja tergantung pada rencana produksi dan penjualan dari bisnis tersebut. Semakin besar rencana produksi dan penjualan yang akan dilaksanakan oleh suatu bisnis, maka akan semakin besar pula modal kerja.

Pengelolaan modal kerja akan sangat menetukan posisi keuangan perusahaan, sehingga dalam setiap penggunaan modal kerja dapat tercapai tujuan suatu perusahaan jika adanya suatu keseimbangan dalam hal penyediaan dalam modal kerja tersebut. Modal kerja yang lebih kecil dari kebutuhan akan menimbulkan kerugian atau hilangnya kesempatan untuk memperoleh laba. Sebaliknya modal kerja yang jumlahnya terlalu besar dari yang dibutuhkan akanmengakibatkan terjadinya dana menganggur, sehingga tidak efisien dalam penggunaan dana.

Menurut Suryana (2010:5) dalam kewirausahaan, modal tidak selalu identik dengan modal yang berwujud (tangible) seperti uang dan barang, tetapi juga modal yang tidak berwujud (intangible) seperti modal intelektual, modal sosial, modal moral dan modal mental yang dilandasi agama.

a. Modal intelektual dapat diwujudkan dalam bentuk ide-ide sebagai modal utama yang disertai pengetahuan, kemampuan, keterampilan, komitmen dan tanggung jawab sebagai modal tambahan. Ide merupakan modal utama yang akan membentuk modal lainnya.

(18)

b. Modal sosial dan moral diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan kepercayaan sehingga dapat terbentuk citra.

c. Modal mental adalah kesiapan mental berdasarkan landasan agama, diwujudkan dalam bentuk keberanian untuk menghadapi risiko dan tantangan.

d. Modal material adalah modal dalam bentuk uang atau barang. Modal ini akan terbentuk apabila modal-modal diatas sudah dimiliki.

Dari teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi indikator variabel modal adalah:

1. Kebutuhan modal 2. Sumber modal 3. Penggunaan modal 2. Peluang

Banyak orang membayangkan dirinya mengolola bisnis milik mereka sendiri, membuat keputusan-keputusan kunci, dan menghasilkan keuntungan.Peluang merupakan suatu kesempatan dalam menjalankan usaha.Seorang wirausahawan harus dapat melihat dan memanfaatkan peluang sehingga dapat memberikan keuntungan bagi usahanya.Peluang atau kesempatan tidak datang berulang-ulang, tetapi mungkin hanya sekali saja dalam waktu yang sangat singkat, sehingga diperlukan antisipasi dan waktu yang tepat untuk melihat berbagai peluang agar tidak mengalami kegagalan.Para wirausahawan harus dapat mengukur dan memperkirakan ukuran pertumbuhan dan potensi laba dari setiap peluang yang ada, dan

(19)

yang ingin dicapai.

Ada tiga fase pendekatan mengindefikasi peluang dalam bisnis, yaitu: 1. Menemukan gagasan.

2. Mengindefikasi peluang yang ada.

3. Melaksanakan manajemen usaha yang diciptakan.

Menurut Soetadi (2010:31) berikut ini adalah beberapa informasi sederhana cara jitu memberanikan diri kita untuk memulai memanfaatkan peluang wirausaha yang ada untuk berwirausaha dengan sukses dan berhasil :

1. Melakukan riset pasar.

2. Menyusun rencana untuk memulai usaha dengan benar.

3. Memahami dan mematuhi aturan, baik dari yang telah kita buat sendiri atau jenis peraturan lainnya yang diluar wewenang kita (misalnya peraturan daerah).

4. Dan melakukan strategi pemasaran dengan tepat sasaran. 3. Pendidikan

Pendidikan salah satu faktor yang diperlukan dalam memulai dan menjalankan usaha, baik usaha kecil maupun usaha menengah.Pendidikan diperlukan untuk membuat perencanaan bisnis yang meliputi perencanaan keuangan dan pengelolaan usaha.Pada umumnya hanya sedikit yang mempunyai laporan keuangan yang sederhana, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal, seperti: dari SMU atau Perguruan Tinggi, dan pendidikan non formal, seperti: pelatihan tentang UKM atau kursus.

Menurut Hartono (2005:20) kesejahteraan hidup harus dicapai melalui kerja keras dan semangat sesuai kemampuan pribadi.Pekerjaan yang dilaksanakan

(20)

oleh manusia belum tentu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi perwujudan kehidupan kehidupan sejahtera yang mereka idam-idamkan. Agar pekerjaan menjadi efektif, manusia harus banyak belajar melalui pendidikan maupun pengalaman, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain.

Menurut Bongsu menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan usaha skala kecil, dengan asumsi bahwa pendidikan yang lebih baik akan memberi pengetahuan yang lebih baik dalam mengelola usahanya.

4. Emosional

Suatu keadaan yang mampu mempengaruhi tindakan seseorang untuk melakukan suatu rencana yang dikehendakinya.Tindakan emosional itu juga merupakan dorongan pribadi seseorang untuk melakukaan suatu kegiatan.Dengan dorongan emosi maka orang dapatbertindak sesuai dengan keinginannya.Faktor emosional adalah fenomena kelas mental yang secara unik dikarakteristikkan oleh pengalaman yang disadari, yaitu keadaan perasaan subjektif, yang biasanya muncul bersama-sama dengan suasana hati konsumen (Mowen dan Minor, 2004: 208).

Menurut Hendro (2011:61) ada beberapa faktor yang mempengaruhi emosional untuk memilih menjadi wirausaha, antara lain:

1. Dorongan pribadi

Yang dimaksud dengan dorongan pribadi adalah pengaruh pengalaman hidup dari kecil hingga dewasa, baik lingkungan ataupun keluarga.

(21)

diperoleh dari pekerjaan pokok atau pekerjaan utama tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

3. Usaha turun temurun keluarga

Meneruskan usaha keluarga yang sudah ada sangat berperan penting dalam menumbuhkan atau mempercepat seseorang untuk mengambil keputusan berkarier sebagai wirausaha, karena keluarga berfungsi sebagai konsultan pribadi, dan mentornya.

4. Tidak mempunyai pekerjaan lain

Kondisi yang diciptakan atau yang terjadi, misal PHK, pension, dan menganggur atau belum kerja, akan dapat membuat seseorang memilih jalan hidupnya menjadi wirausaha, karena memang sudah tidak ada pilihan lagi untuknya.

2.3 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu N o Peneliti (Tahun

Penelitian) Judul Penelitian Variabel Penelitian

Alat

Analisis Hasil Penelitian

1 Nisa, Khairun (2015) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wanita Pengusaha dalam Memulai Usaha Pakaian Wanita di Pasar Petisah Medan Independen:Kemandirian, modal, emosional, pendidikan Dependen:memulai usaha Analisis Regresi Linear Berganda

1. Dari hasil analisis yang telah dijelaskan pada bab analisis dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa faktor kemandirian, faktor modal, faktor emosional, dan faktor pendidikan baik secara simultan/bersama-sama maupun secara

parsial/individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap wanita pengusaha dalam memulai usaha pakaian wanita di Pasar Petisah Medan.

(22)

2 Siregar Gustina, Salman, Wati Lena (2014) Strategi Pengembangan Usaha Tahu Rumah Tangga

Independent: Faktor Internal (kekuatan dan kelemahan), Faktor Eksternal (Peluang danAncaman). Dependent: Strategi Pengembangan Usaha. Analisis Deskriptif

Kekuatan yang dimiliki usaha tahu memilik skor 1,862, Kelemahan usaha tahu memiliki skor 0,426, Peluang memiliki skor 1,158, dan Ancaman memiliki skor 1,004

3 Yulius Tria, Hattammimi Jurry (2014) Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi wanita Berwirausaha Melalui Bisnis Online (Studi Pada Mahasiswi Sekolah Bisnis di Bandung) Independen: Faktor keluarga, faktor pengalaman, peluang, faktor pengangguran, faktor keinginan pribadi. Dependen: memulai bisnis online Analisis Regresi Linear Berganda

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lima faktor yang terbentuk dalam memotivasi wanita berwirausaha melalui bisnis online khususnya pada mahasiswa sekolah bisnis di Bandung adalah faktor keluarga, faktor pengalaman, peluang, faktor pengangguran, faktor keininginan pribadi.

(Lanjutan) Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti (Tahun Penelitian)

Judul Penelitian Variabel Penelitian Alat

Analisis Hasil Penelitian

4 Putra Aditia Rano (2012) Faktor-Faktor Penentu Minat Mahasiswa Manajemen untuk Berwirausaha (Studi Mahasiswa Manajemen FE Universitas Negeri Padang Independent: Faktor lingkungan faktor harga diri, faktor peluang, faktor kepribadian, faktor visi, faktor pendapatan dan percaya diri. Dependent:Minat Berwirausaha. Analisis Regresi Linier Berganda

Faktor yang menentukan minat berwirausaha yaitu faktor lingkungan, harga diri, peluang, kepribadian, visi, pendapatan,percaya diri. 5 Warren Byabashaija, Isaac Katono, Robert Isabalija (2010) The Impact of College Entrepreneurial Education on Entrepreneurial Attitudes and Intention to Start a Business in Uganda Independent: Personality Factors, Situational Factors (employability,future commitments),Entreprenial Action Dependent: Entrepreneurial Education. Attitudes Variable, Start Up Analisis Multivariate

Memulai bisnis akan menarik di kedua sisi antara pengusaha dan instruktur untuk mengetahui beberapa alasan untuk memulai atau menunda bisnis mereka sendiri secara internal dan eksternal sehingga dapat menambah wawasan terhadap pelaksanaan wirausaha

(23)

(Lanjutan) Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti (Tahun Penelitian)

Judul Penelitian Variabel

Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian

6 JJ Van Vuuren (2007) A CRITICAL ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF START-UP FACTORS IN SMALL BUSINESSES AND ENTREPRENEURIAL VENTURES IN SOUTH AFRICA Independen: personal management and involvement, role models,effective time management, support (partners and advisor) Dependen: Starting up the small bussines analysing the factors that influence start-up, it can make potential entrepreneurs aware of the importance of considering these factors in the start-up and growth of their businesses. 1. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor start-up di usaha kecil dan usaha kewirausahaan di Afrika Selatan menemukan empat kategori besar faktor start-up. Faktor-faktor ini adalah: manajemen pribadi dan keterlibatan; panutan; manajemen waktu yang efektif; dan dukungan dari mitra dan penashat.

2.4 Ker angka Konseptual

Kerangka konseptual adalah pondasi utama di mana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dalam hal ini merupakan jaringan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah yang telah diindentifikasi melalui proses wawancara, obsevasi, dan survei literatur (Kuncoro, 2009:44).

Memulai usaha bukanlah perkara yang mudah. Ada orang memulai usaha karena tidak ada pilihan lain selain membuka usaha sendiri, karena pendidikan yang rendah membuat dia sulit dalam mencari pekerjaan. Dan ada juga orang

(24)

membuka usaha karena lebih senang memilih usaha sendiri dari pada bekerja pada orang lain (Pandji, 2004:234).

Menurut Pandji memulai usaha adalah suatu langkah untuk menjalankan semua rencana usaha, baik rencana yang akan dijalankan itu untuk usaha besar ataupun untuk usaha kecil.

Menurut Situmorang (2009:176), suatu aktivitas bisnis tidak akan dapat berjalan dengan baik bila tidak didukung oleh ketersediaan dana yang baik dan mencukupi. Bila suatu aktivitas bisnis tidak dapat memenuhi permintaan barang atau jasa sesuai dengan jumlah dan kriteria pelanggan dikarenakan bisnis tersebut tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukan proses produksinya, maka sudah dapat dipastikan usaha itu akan terancam gagal.

Menurut Pandji (2004:244) pendidikan salah satu faktor yang diperlukan dalam memulai dan menjalankan usaha, baik usaha kecil maupun usaha menengah.Pendidikan diperlukan untuk membuat perencanaan bisnis yang meliputi perencanaan keuangan dan pengelolaan usaha.Pada umumnya hanya sedikit yang mempunyai laporan keuangan yang sederhana, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal, seperti: dari SMU atau Perguruan Tinggi, dan pendidikan non formal, seperti: pelatihan tentang UKM atau kursus.

Menurut Pandji (2004:244), emosional suatu keadaan yang mampu mempengaruhi tindakan seseorang untuk melakukan suatu rencana yang dikehendakinya. Dengan dorongan emosional maka orang dapatbertindak sesuai

(25)

Menurut Pandji (2004:243), peluang merupakan suatu kesempatan dalam menjalankan usaha. Para wirausahawan harus dapat mengukur dan memperkirakan ukuran pertumbuhan dan potensi laba dari setiap peluang yang ada, dan berhati-hati dalam mengevaluasi peluang sebelum memilih pasar dan sasaran yang ingin dicapai.

Maka dengan demikian dalam kerangka penelitian ini dikemukakan variabel yang akan diteliti, yaitu modal, peluang, pendidikan, dan emosional sebagai X1, X 2, X 3, X4, dan memulai usaha kecil sebagai Y.

Sumber: Pandji (2004) Gambar 1. Kerangka Konseptual

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak dicari kebenarannya melalui riset.Dikatakan jawaban sementara karena hipotesis pada dasarnya merupakan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah, sedangkan kebenaran dari hipotesis perlu diuji terlebih dahulu melalui analisis data (Suliyanto, 2006:53).

Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:“Variabel modal, peluang, pendidikan,

Modal (X1) Peluang (X2) Pendidikan (X3) Emosional (X4) Memulai Usaha Kuliner (Y)

(26)

dan emosional berpengaruh positif terhadap memulai usaha kecil di sekitar Super Swalayan Kompleks Tasbih”.

Referensi

Dokumen terkait

Cikal bakal Sistem Jaminan Sosial (SJS) atau di Jerman dikenal sebagai Kesejahteraan Sosial (social welfare) dan jaminan sosial (social security) yang dimulai

Salah satu indikator kesejahteraan adalah kemiskinan maka penelitian ini akan menggunakan variabel-variabel dalam model dinamika Ibnu Khaldun sebagai varaibel-variabel yang

31 Dengan perkataan lain, strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha- usaha pemasaran perusahaan dari

Perubahan jangka waktu yang diperhitungkan pada penanggalan ini adalah perubahan tanggal (hari), bulan, tahun, tiga puluh tahunan, dan tahun kabisat yang jangka

Walaupun peneterasi sampai ke tanah pendukung pondasi dianggap telah terpenuhi, kadang-kadang terjadi bahwa tiang pendukung kurang sempurna karena adanya lumpur

Hasil perencanaan ini telah memberikan layanan yang sangat baik untuk user dan pelanggan.Setelah diketahui jumlah antena pRRU yang digunakan, panjang kabel, tata

a) Performa switch OF software-based dapat dikatakan baik dengan hasil gap rata-rata pada setiap pengujian menunjukkan angka yang tidak tinggi. Bahkan pada pengujian jitter dapat

“Husukon maho sahali nai ise do ho?” Dungi dialusi si piso sumalim na palsu ma “ai sitakal tabu do ahu tulang”, dungi disukun tulangna muse tu ibana “jadi boasa margabus