• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Landasan perjuangan inilah yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Landasan perjuangan inilah yang"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Pendidikan Kewarganegaraan

Bangsa Indonesia mengalami perjalanan sejarah yang sangat panjang. Semangat perjuangan pahlawan dalam meraih kemerdekaan dari para penjajah yang patut ditiru. Perjuangan dengan dilandasi keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Landasan perjuangan inilah yang menjadi nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia. Kondisi dan tuntutan sekarang yang berbeda dengan zaman sejarah karena telah mengalami perkembangan teknologi dan komunikasi serta adanya globalisasi. Dari perkembangan tersebut berpengaruh juga terhadap semangat juang para penerus bangsa. Oleh karena itu dalam perjuangan non fisik dalam menghadapi globalisasi dilandasi dengan nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia, sehingga tetap memiliki wawasan dan kesadaran berbangsa, sikap dan perilaku cinta tanah air, dan mengutamakan persatuan dan kesatuan dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perjuangan non fisik tersebut memerlukan sarana pendidikan bagi setiap warga dan negara Indonesia melalui Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan Kewarganegaraan secara substantif mencakup kajian dan pembahasan tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, hak dan kewajiban warga negara, proses demokrasi, partisipasi aktif dan keterlibatan warga negara dalam masyarakat madani, pengetahuan

(2)

tentang warisan politik, administrasi publik dan sistem hukum, pengetahuan tentang proses seperti kewarganegaraan aktif, refleksi kritis, penyelidikan dan kerja sama, keadilan sosial, pengertian antar budaya, dan kelestarian lingkungan hidup, serta hak asasi manusia (ICCE, 2004: 2).

Dalam buku Pendidikan Kewarganegaran (Sumarsono, 2007: 6), tertulis bahwa pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai dengan perilaku yang :

a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa.

b. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

c. Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara.

d. Bersifat profesional, yang dijiwai oleh kesadaran Bela Negara.

e. Aktif menmanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa, dan negara.

Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia (Winataputra, 2007: 1.20). Partisipasi dari warga negara tersebut memerlukan penguasaan terhadap seperangkat ilmu dan keterampilan intelektual serta pengembangan watak-watak yang dapat meningkatkan peran

(3)

serta warga negara dalam politik dan sistem politik untuk perbaikan masyarakat. Selain itu (Balitbang Depdiknas, 2002: 3) tujuan rumpun pelajaran Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut :

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. c. Berkembang secara positif dan demokratis utnuk membentuk diri

berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Winataputra (2007: 1.20) menyebutkan ada empat isi pokok pendidikan kewarganegaraan, yakni :

a. Kemampuan dasar dan kemampuan kewarganegaraan sebagai sasaran pembentukan.

b. Standar materi kewarganegaraan sebagai muatan kurikulum dan pembelajaran.

c. Indikator pencapaian sebagai kriteria keberhasilan pencapaian kemampuan.

(4)

d. Rambu-rambu umum pembelajaran sebagai rujukan alternatif bagi para guru.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan utnuk membentuk pribadi warga negara yang dapat berpartisipasi dalam pembangunan nasional dan berperan aktif dalam kegiatan bela negara serta politik atau sistem politik yang sehat bagi perbaikan masyarakat sehingga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap terjaga.

Materi pembelajaran dalam Pendidikan Kewarganegaraan terdiri dari: a. Individu sebagai Insan Tuhan Yang Maha Esa, Makhluk Sosial dan

Warga Negara Indonesia. (Persatuan bangsa, kebutuhan hidup warga negara)

b. Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia dan Semangat Kebangsaan.

c. Kerangka Sosial Budaya Masyarakat Indonesia dan Kebanggaan sebagai Bangsa Indonesia.

d. Pancasila dan UUD 1945. e. Hak Asasi Manusia. f. Demokrasi.

g. Memahami Materi dan Mampu Membelajarkan Hukum dan Penegakan Hukum. (Peraturan, norma, dan hukum)

h. Komunikasi Sosial Budaya Indonesia dan Karakter WNI Baru. i. Konstitusi Negara.

(5)

k. Globalisasi.

Dari pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan maka perlu diadakan suatu evaluasi untuk mengukur ketercapaian dari kompetensi dan indikator hasil belajar yang diharapkan pada peserta didik. Evaluasi merupakan bagian dari proses belajar mengajar yang secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan. Menurut Purwanto (2010: 3-4) kedudukan evaluasi dalam pengajaran yaitu: a. Kegiatan evaluasi merupakan proses sistematis. Ini berarti bahwa

evaluasi (dalam pengajaran) merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan.

b. Di dalam kegiatan evaluasi diperlukan berbagai informasi atau data yang menyangkut obyek yang sedang dievaluasi. Berdasarkan data itulah selanjutnya diambil suatu keputusan sesuai dengan maksud dan tujuan evaluasi yang sedang dilaksanakan.

c. Setiap kegiatan evaluasi khususnya evaluasi pengajaran tidak dapat dilepaskan dari tujuan-tujuan pengajran yang hendak dicapai.

Dalam kegiatan mengajar, evaluasi berfungsi sebagai berikut (Sukardi, 2008: 4) :

a. Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru.

b. Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.

(6)

d. Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa.

e. Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.

f. Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa. 2. Bentuk Penilaian Hasil Belajar

(Sudjana, 2009: 5) dilihat dari fungsinya jenis penilaian ada beberapa macam, yaitu :

a. Penilaian Formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar itu sendiri. Denga demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar-mengajar. Dengan penilaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya.

b. Penilaian Sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan kepada proses.

c. Penilaian Diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini dilakasanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pegajaran remedial (remedial teaching), menemukan kasus-kasus, dll. Soal-soal tentunya

(7)

disusun agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.

d. Penilaian Selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu. e. Penilaian Penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui

keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. dengan perkataan lain, penilaian ini berorientas kepada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa.

Perbedaan antara penilaian formatif dengan penilaian sumatif tidak hanya terletak pada kapan/waktu pelaksanaan tes, melainkan pada fungsi dan tujuan tes tersebut dilaksanakan. Penilaian formatif bertujuan untuk memperoleh umpan balik yang selanjutnya digunakan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar, sedangkan penilaian sumatif bertujuan untuk mendapatkan informasi ketercapaian belajar siswa dan penguasaan atau prestasi yang selanjutnya digunakan untuk menentukan lulus atau tidaknya seorang siswa.

Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa soal Ulangan Kenaikan Kelas mata pelajaran PKn kelas IV SD Tahun Ajaran 2011/2012 merupakan penilaian sumatif, karena penilaian yang dilakukan pada akhir unit program semester yaitu semester genap dan digunakan untuk

(8)

mengetahui ketercapaian siswa dalam penguasaan materi atau konsep dan belajar siswa.

3. Tes Pilihan Ganda

Tes adalah merupakan suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2007: 53). Sedangkan menurut Sudijono (2011: 67) tes adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee.

Dalam bukunya, Arikunto (2007: 57) menyebutkan bahwa sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki : Validitas, Reliabilitas, Objektivitas, Praktikabilitas, dan Ekonomis. Ciri-ciri tes hasil belajar yang baik adalah : bersifat valid atau memiliki validitas, memiliki releabilitas atau bersifat reliabel, bersifat obyektif, bersifat praktis dan ekonomis (Sudijono, 2011: 93-97).

Sudijono (2011: 97-99) menuturkan bahwa ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut daapt mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta

(9)

didik yang diharapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu. Prinsip-prinsip tersebut yaitu :

a. Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan sebagai tujuan instruksional. Kejelasan mengenai pengukuran hasil belajar yang dikehendaki akan memudahkan bagi guru dalam menyusun butir-butir soal tes hasil belajar. b. Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representattif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap mewakili seluruh performance yang telah diperoleh selama peserta didik mengikuti suatu unit penagajaran.

c. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi, sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu sendiri.

d. Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

e. Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan. f. Tes hasil belajar di samping harus dapat dijadikan alat pengukur

keberhasilan siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.

Tes pilihan ganda atau multiple choice merupakan salah satu bentuk tes obyektif yang berupa pilihan selain benar-salah, mengurutkan atau menjodohkan. Soal dengan bentuk pilihan ganda terdiri dari suatu pertanyaan

(10)

yang diikuti tiga atau lebih pilihan yang menjadi jawabannya. Tes pilihan ganda terdiri atas (Silverius, 1991: 56) :

a. Stem atau pokok soal atau pula acuan, yang berbentuk : 1) Pertanyaan pengantar

2) Pertanyaan tak lengkap b. Jawaban-jawaban, berbentuk :

1) Jawaban yang diusulkan

2) Pengisian / pelengkap pernyataan. Sedangkan jawaban tersebut teridiri dari :

1) Kunci yaitu jawaban atau jawaban-jawaban yang benar, atau jawaban yang paling tepat / benar.

2) Distraktor atau pengecoh yakni jawaban yang tidak benar namun memungkinkan seseorang terkecoh apabila tidak menguasai bahannya.

4. Langkah Pengembangan Tes

Mardapi (2008: 88 ) menyebutkan terdapat delapan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil atau prestasi belajar meliputi:

a. Menyusun spesifikasi tes, yaitu berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal dan siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Penyusunan spesifikasi tes mencakup:

(11)

1) Menentukan tujuan, yang dirumuskan secara jelas dan tegas yang ditentukan sejak awal karena menjadi dasar untuk menentukan arah, ruang lingkup materi, jenis/model dan karakter alat penilaian.

2) Menyusun kisi-kisi, merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi ini sebagai acuan sehingga dapat menulis soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif proporsional. 3) Menentukan bentuk tes, yang sering digunakan adalah bentuk pilihan

ganda, benar salah, menjodohkan, dan uraian obyektif. Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta, waktu yang tersedia, cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran.

4) Menentukan panjang tes, berdasarkan pada cakupan materi. Pada umumnya waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal pilihan ganda adalah 2 sampai 3 menit.

b. Menulis soal tes, merupakan langkah penjabaran indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan pada kisi-kisi yang telah dibuat. Kualitas tes secara keseluruhan sangat berpengaruh dengan tingkat kebaikan dari masing-masing soal yang menyusunnya. c. Menelaah soal tes, dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam

pembuatannya masih ditemukan kekurangan atau kesalahan. Telaah soal ini sebaiknya dilakukan oleh orang lain, bukan si pembuat soal.

d. Melakukan uji coba tes, sebaiknya dilakukan untuk memperbaiki kualitas soal. Uji coba ini dapat dilakukan sebagai sarana memperoleh data

(12)

empirik tentang tingkat kebaikan soal yang telah disusun. Melalui uji coba soal dapat diperoleh data reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, efektifitas pengecoh, daya beda, dan lain-lain.

e. Menganalisis butir soal, setelah dilakukan uji coba soal akan diketahui mengenai kualitas masing-masing butir soal yang meliputi: tingkat kesukaran, efektifitas pengecoh, dan daya beda.

f. Memperbaiki tes, dilakukan tentang perbaikan bagian soal yang masih belum sesuai dengan yang diharapkan.

g. Merakit tes, setelah semua butir dianalisis dan diperbaiki langkah selanjutnya adalah merakit semua tes menjadi satu kesatuan tes. Keseluruhan butir perlu disusun secara hati-hati menjadi kesatuan soal yang terpadu.

h. Melaksanakan tes, yang diberikan kepada testee untuk diselesaikan. 5. Analisis Butir Soal Pilihan Ganda

Nitko dalam buku Panduan Analisis Butir Soal yang dikeluarkan DEPDIKNAS tahun 2008 menyebutkan kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan mutu soal yang ditulis. Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian. Sudijono (2011: 369) menyebutkan detifikasi terhadap setiap butir item tes hasil belajar itu dilakukan dengan harapan akan menghasilkan berbagai informasi berharga, yang pada dasarnya akan merupakan umpan balik (feed back) guna melakukan perbaikan,

(13)

pembenahan, dan penyempurnaan kembali terhadap butir-butir item yang telah dikeluarkan dalam tes hasil belajar, sehingga pada masa-masa yang akan datang tes hasil belajar yang disusun atau dirancang oleh tester (guru, dosen, dan lain-lain) itu betul-betul dapat menjalankan fungsinya sebagai alat pengukur hasil belajar yang memiliki kualitas yang tinggi.

Soal Ulangan Kenaikan Kelas merupakan salah satu bentuk tes sumatif, yaitu tes yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Kurun waktu untuk semester gasal yaitu kurang lebih selama enam bulan. Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama. Butir-butir soal yang dikemukakan dalam tes sumatif ini pada umumnya juga lebih sulit atau lebih berat daripada butir-butir soal tes formatif (Sudijono, 2011: 72).

Cara yang dilakukan untuk mengetahui bahwa soal yang diujikan baik atau tidak, maka perlu adanya suatu analisis. Analisis yang dilakukan berupa analisis kualitatif (logical validity) dan kuantitatif (empiric validity). Penjelasan tersebut menyebutkan kualitas soal yang baik dapat dilihat dari validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis terdiri dari validitas isi dan validitas konstruksi, sedangkan validitas empiris terdiri dari daya pembeda, tingkat kesukaran, dan penyebaran pilihan jawaban atau efektifitas pengecoh/distractor. Selain analisis validitas, untuk mengetahui kualitas soal maka perlu diuji reliabilitas item untuk mengetahui ketepatan alat penilaian dan ketetapan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya.

(14)

a. Analisis Butir Soal secara Kualitatif (Validitas Logis)

Analisis kualitatif sering juga disebut sebagai validitas logis (logical validity) yaitu berupa penelaahan yang dimaksudkan untuk menganalisis soal ditinjau dari segi teknis, isi, dan editorial. Analisis secara teknis dimaksudkan sebagai penelaahan soal berdasarkan prinsip-prinsip pengukuran dan format penulisan soal. Analisis secara isi dimaksudkan sebagai penelaahan khusus yang berkaitan dengan kelayakan pengetahuan yang ditanyakan. Analisis secara editorial dimaksudkan sebagai penelaahan yang khususnya berkaitan dengan keseluruhan format dan keajegan editorial dari soal yang satu ke soal yang lainnya (Surapranata, 2006: 1-2).

(Depdiknas, 2008: 4) Aspek yang diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahsa/budaya, dan kunci jawaban/pedoman penskorannya.

b. Analisis Butir Soal secara Kuantitatif (Validitas Empiris)

Analisis butir soal secara kuantitatif terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan klasik dan modern. Analisis butir soal secara klasik adalah proses penelahaan butir soal melalui informasi dari jawaban peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik. Analisis butir secara modern yaitu penelaahan butir soal dengan menggunakan Item Response Theory (IRT) atau teori jawaban butir soal. Penelitian ini menggunakan analisis butir soal secara klasik. Pemilihan pendekatan klasik karena lebih mudah, murah, sederhana, dapat dilaksanakan sehari-hari dengan cepat menggunakan komputer, dan dapat menggunakan

(15)

data dari beberapa peserta didik atau sampel kecil (Millman dan Greene dalam DEPDIKNAS, 2008: 11). Selain dengan menggunakan cara manual, penelitian ini juga menggunakan program/software komputer yaitu program ITEMAN versi 3.0.

1) Validitas Item

a) Daya Pembeda Item

Arikunto, (2007: 211) daya pembeda item atau soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Daya pembeda item dapat diketahui melalui atau dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi item. Angka indek diskriminasi item adalah sebuah angka atau bilangan yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda (disciminatory power) yang dimiliki oleh sebuah item. Discriminatory power pada dasarnya dihitung atas dasar pembagian testee ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas (the higher group) – yakni kelompok testee yang tergolong pandai – dan kelompok bawah (the lower group) – yaitu kelompok testee yang tergolong bodoh (Sudijono, 2011: 387).

Dalam bukunya, Sudjana (2009: 141) berpendapat bahwa tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut, jika diujikan kepada anak berprestasi tinggi, hasilnya rendah, tetapi bila bila diberikan kepada anak yang lemah, hasilnya tinggi. Atau bila diberikan kepada kedua kategori siswa tersebut, hasilnya sama saja.

(16)

Dengan demikian, tes yang tidak memiliki daya pembeda, tidak akan menghasilkan gambaran hasil yang sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya. Indeks pembeda item pada prinsipnya membedakan pada arah positif atau arah negatif. Indeks pembeda negatif, apabila siswa pada grup atas lebih banyak jumlahnya, jika dibandingkan siswa dengan grup bawah. Indeks positif menunjukkan bahwa item tes memiliki arah yang sama dengan total skor yang merefleksikan pencapaian tujuan yang diinginkan. Sebaliknya, indeks pembeda negatif bearti item menunjukkan adanya ketidaksesuaian dengan tujuan hasil belajar yang sudah direncanakan oleh guru (Sukardi, 2008: 138).

Soal dikatakan memiliki daya pembeda jika (Silverius, 1991: 172):

 Tidak dapat dijawab benar baik oleh siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah, atau

 Dapat dijawab benar oleh siswa kelompok atas tetapi tidak dapat dijawab benar oleh siswa kelompok bawah.

b) Tingkat Kesukaran Item

Menurut Silverius (1991: 166) tingkat kesukaran diperoleh dari menghitung persentase siswa yang dapat menjawab benar soal tersebut. Semakin banyak siswa yang dapat menjawab benar suatu soal, semakin mudah pula soal itu. Sebaliknya, semakin banyak siswa

(17)

yang tidak dapat menjawab suatu soal, semakin sukar pula soal itu. Soal yang digunakan adalah tes objektif.

Butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir-butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup (Sudijono, 2011: 370). Sudjana (2009: 135) mengatakan tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal.

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah (Arikunto, 2007: 207).

c) Penyebaran Pilihan Jawaban

Hampir semua tipe soal tes hasil belajar gaya obyektif menyediakan sejumlah jawaban. Jawaban-jawaban yang disediakan itu teridiri dari jawaban atau jawaban-jawaban benar dan jawaban atau jawaban-jawaban salah. Jawaban atau jawaban-jawaban salah itulah biasanya disebut jawaban pengecoh. Jawaban pengecoh yang baik adalah jawaban atau jawaban-jawaban yang menarik para peserta tes untuk memilihnya sebagai jawaban atau jawaban-jawaban benar

(18)

(Waridjan, 1991: 287). Jawaban pengecoh dikenal dengan istilah distractor. Sudijono berpendapat dalam bukunya (2011: 411), menganalisis fungsi distraktor sering dikenal dengan istilah lain, yaitu: menganalisis pola penyebaran jawaban item. Adapun yang dimaksud dengan pola penyebaran jawaban item ialah suatu pola yang dapat menggambarkan bagaimana testee menentukan pilihan jawabanya terhadap kemungkinan-kemungkinan jawab yang telah dipasangkan pada setiap butir item.

Arikunto menuturkan (2007: 219-220) yang dimaksud pola jawaban disini adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk tes pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, atau d atau yang tidak memilih pilihan manapun (blangko). Dalam istilah evaluasi disebut omit, disingkat ○. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti bahwa pengecoh itu jelek terlalu menyolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan. Sesuatu distraktor dapat diperlakukan dengan 3 cara ;

a) Diterima, karena sudah baik. b) Ditolak, karena tidak baik.

(19)

Sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisisan terhadap fungsi distraktor tersebut maka distraktor yang sudah dapat menjalankn fungsinya dengan baik dapat dipakai lagi pada tes-tes yang akan datang, sedangkan distraktor yang belum dapat berfungsi dengan baik sebaiknya diperbaiki atau diganti dengan distraktor yang lain.

2) Reliabilitas

Sudjana mengemukakan dalam bukunya (2009: 16), reliabilitas penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapan pun alat tersebut digunakan, hasil yang diberikan relatif sama. Keandalan (reliability) adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu tes atau alat evaluasi dikatakan andal jika ia dapat dipercaya, konsisten, atau stabil dan produktif (Purwanto, 2010: 139). Dalam bukunya, Sukardi (2008: 43) menuturkan reliabilitas memberikan konsistensi yang membuat terpenuhinya syarat utama, yaitu validnya suatu hasil skor instrumen. Semakin reliabel suatu tes mempunyai hasil yang sama dan bisa dipakai di suatu tempat sekolah, ketika dilakukan tes kembali.

Jadi, suatu tes dikatakan memiliki reliabel yang baik jika soal tersebut memiliki keajegan terhadap nilai yang dihasilkan baik dimana pun maupun kapan pun.

6. Program Iteman

Penghitungan menggunakan elektronik sangat membantu pada saat jumlah butir dan peserta tesnya banyak. Analisis butir soal dengan komputer

(20)

yaitu penelaahan butir soal secara kuantitatif yang perhitungannya menggunakan bantuan program komputer. Tingkat keakuratan hitungan dengan menggunakan program komputer lebih tinggi bila dibandingkan dengan diolah secara manual. Program komputer yang digunakan untuk menganalisis data modelnya bermacam-macam tergantung tujuan analisis yang diperlukan. Ada beberapa program yang sudah dikenal untuk menganalisis soal, diantaranya (http://search.4shared.com/postDownload/ 1wevwScc/ANA LISIS_BUTIR_SOAL_DENGA_ITEM.html) : a. Excel b. Iteman c. SPSS d. Rascal e. Ascal f. Bilog g. Facet h. Bigstep i. Quest

Dari kesembilan program tersebut, program yang dipilih adalah Iteman karena merupakan program yang cocok pada butir soal pilihan ganda. Iteman merupakan program komputer yang digunakan untuk menganalisis butir soal secara klasik. Program ini termasuk satu paket program dalam MicroCAT™ yang dikembangkan oleh Assessment System Corporation mulai tahun 1982 dan mengalami revisi pada 1984, 1986, 1988, dan 1993;

(21)

mulai dari versi 2.00 sampai dengan versi 3.50. Program ini dapat dipergunakan untuk :

a. Menganalisis data file (format ASCII) jawaban butir soal yang dihasilkan melalui manual entri data atau dari mesin scanner.

b. Menskor dan menganalisis data soal pilihan ganda dan skala likert untuk 30.000 siswa dan 250 butir soal.

c. Menganalisis sebuah tes yang terdiri dari 10 skala (subtes) dan memberikan informasi tentang validitas setaiap butir (daya pembeda, tingkat kesukaran, proporsi jawaban pada setiap option), reliabilitas (KR-20 / Alpha), standard error of measurement, mean, variance, standar deviasi, skew, kurtosis untuk jumlah skor pada jawaban benar, skor minimum dan maksimum, skor median, dan frekuensi distribusi skor (DEPDIKNAS, 2008: 28).

Jadi keunggulan dari program Iteman adalah sangat praktis digunakan oleh para guru yang memang seharusnya melakukan analisis butir soal karena hasil evaluasi tersebut dapat dijadikan bank soal yang dapat digunakan pada periode selanjutnya. Namun di samping keunggulan tersebut, terdapat pula kelemahannya yaitu soal pilihan ganda dengan kategori mudah bagi anak-anak yang unggul belum tentu mudah bagi anak-anak-anak-anak yang sedang.

Langkah-langkah atau tahap menggunakan program Iteman adalah : a. Membuat file data.

1) Kilk Star, pilih Program, pilih Accessories, pilih dan klik Notepad. 2) Masukkan data yaitu :

(22)

a) Baris pertama adalah baris pengontrol yang mendeskripsikan data.

b) Baris ke-2 adalah daftar kunci jawaban setiap butir soal. c) Baris ke-3 adalah jumlah option untuk setiap butir soal.

d) Baris ke-4 adalah daftar butir soal yang hendak dianalisis (jika butir yang akan dianalisis diberi tanda Y (yes), jika tidak diikutkan dalam analisis diberi tanda N (no)).

e) Baris ke-5 dan seterusnya adalah data siswa dan pilihan jawaban siswa.

3) Simpan dengan klik file, pilih dan klik Save As, lalu tulis nama file data, misalnya PKn-1 (paling banyak 8 huruf / angka).

b. Menjalankan program Iteman.

1) Klik Star, pilih Program, pilih dan klik Iteman.

2) Isi nama file data, pada Enter the name of the input file: D:PKn-1.txt, lalu tekan enter.

3) Isikan nama file hasil, pada Enter the name of the output file: D:PKn-1.has, lalu tekan enter.

4) Lalu muncul pertanyaan Do you want the scores written to a file ? (Y/N) maka tulislah Y dan tekan enter.

5) Isikan nama file skor, pada Enter the name of the score file: D:PKn-1.skr, lalu tekan enter terus sampai selesai.

(23)

c. Melakukan interpretasi hasil. 1) Statistik butir soal.

Untuk tes yang terdiri dari butir-butir soal yang bersifat dikotomi misalnya pilihan gandam statistik berikut adalah output dari setiap butir soal yang dianalisis :

a) Seq. No adalah nomor urut butir soal dalam file data. b) Scala item adalah nomor urut butir soal dalam tes.

c) Prop. Correct adalah proporsi siswa yang menjawab benar butir tes. (Indeks kesukaran soal secara klasikal).

d) Biser adalah indeks daya pembeda soal (koefisien korelasi biserial).

e) Point Biserial juga merupakan indeks daya pembeda soal (koefisien point biserial).

2) Statistik tes :

a) N of items adalah jumlah butir soal dalam tes yang dianalisis. b) N of Examines adalah jumlah peserta tes.

c) Mean adalah skor atau rerata peserta tes.

d) Variance adalah varian dari distribusi skor peserta tes yang memberikan gambaran tentang sebaran skor peserta tes.

e) Std. Deviasi adalah deviasi standar dari distribusi skor tes (akar dari varians).

f) Skew adalah kemiringan.

(24)

h) Minimum adalah skor terendah. i) Maximum adalah skor tertinggi. j) Median adalah skor tengah. k) Alpha adalah homogenitas tes.

l) SEM adalah kesalahan pengukuran standar. m) Mean P adalah rerata tingkat kesukaran.

n) Mean item tot adalah rerata indeks daya pembeda (koefisien point biserial)

o) Mean biserial adalah rerata indeks daya pembeda (koefisien korelasi biserial)

p) Scale Intercorelation adalah korelasi antara skor-skor peserta tes.

(http://mustofaabihamid.blogspot.com/2011/05/analisis-butir-soal-dengan program.html)

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian serupa yang pernah dilakukan oleh Lilis Tri Ariyana yaitu berjudul “ Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal IPA Kelas IX SMP di Kabupaten Grobogan”. Penelitian ini dilakukan oleh Mahasiswa UNNES pada tahun 2011 untuk memperoleh gelar sarjana. Dari hasil penelitian tersebut, maka dapat diketahui kualitas soal pilihan ganda dari analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Program Iteman versi 3.00 digunakan untuk analisis kuantitatif soal pilihan ganda.

(25)

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan kajian teoritis di atas tentang analisis pada butir soal pilihan ganda menggunakan program Iteman versi 3.00, maka dapat dibangun kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Analisis kuantitatif

menggunakan Program Iteman versi 3.00 Soal Pilihan Ganda UKK PKn kelas IV SD tahun ajaran 2011/2012

Pembahasan hasil analisis berupa analisis kualitatif dan analisis

kuantitatif

Mengetahui kualitas soal pilihan ganda UKK PKn kelas IV SD tahun ajaran

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Analisis kuantitatif

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis ragam pada penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh kombinasi jarak tanam serta frekuensi pembumbunan terhadap hasil tanaman garut yang meliputi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan pertumbuhan industri meubel di Kota Makassar berpengaruh positif dan

berarti menyerahkan sesuatu yang bernilai harta kepada orang lain untuk mendapatkan manfaatnya, dimana harta yang yang diserahkan tadi tidak boleh dihutangkan

Terpenting, dapat disimpulkan – dari perspektif integrasi ilmu – bahwa para ilmuwan tersebut mengintegrasikan ilmu alam sebagai bagian tak terpisahkan dari Islam;

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Petri Natalia, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Governance

Pemindahan Arsip Inaktif adalah memindahkan arsip inaktif dari Unit Pengolah ke Unit Kearsipan dalam satu pencipta arsip yang Jadwal Retensi Arsipnya (JRA)

Pada pembahasan ini akan difokuskan pada tampilan (user interface) dari aplikasi perangkat lunak penjadwalan guru apakah sudah dapat memenuhi beberapa aspek criteria

0 Sistem Pemrosesan Transaksi Toko Bangunan Pemilik Toko Super Kasir Kasir Pembeli Data penjualan Data Pembelian Data Supplier ID_Pengguna Data_Barang_Baru