• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah b Indo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah b Indo"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

DISEMPURNAKAN (EYD)DAN KALIMAT EFEKTIF”

2013

Disusun Oleh:

Anggit Wisnu Pratama

10111897

3KA34

SISTEM INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS GUNADARMA

2013

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Berkat Karunia–Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun dengan judul “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)dan Kalimat Efektif” yang didasari berdasarkan yang berhubungan dengan Ejaan yang Disempunakan (EYD) dan Kalimat Efektif.

Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Allah Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan kesehatan kepada penulis. 2. Orang Tua dan Keluarga penulis, yang senantiasa mendukung penulis. 3. , selaku dosen pembimbing mata kuliah.

4. Sahabat, kerabat, dan teman – teman semua yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu tersusunnya makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik saran yang bersifat membangun penulis harapkan untuk dijadikan acuan dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Bekasi , 18 November 2013

(3)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ... ii DAFTAR ISI ... iii BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan ...

BAB II LANDASAN TEORI ... A. Sekitar Ejaan ...

1. Pengertian Ejaan ... 2. Macam Ejaan ... 3. Ejaan yang (Pernah) Ada dan Berlaku DiIndonesia ...

B. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ... 1. Pemakaian Huruf ...

a. Huruf Abjad ... b. Huruf Vokal ... c. Huruf Konsonan ... d. Huruf Diftong ... e. Gabungan Huruf Konsonan ... f. Pemenggalan Kata ...

2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring ...

a. Huruf Kapital dan Huruf Besar ... b. Huruf Miring ... 3. Penulisan Kata ... a. Kata Dasar ... b. Kata Turunan ... c. Bentuk Ulang ... d. Gabungan Kata ... e. Kata Ganti ku, kau , mu, dan nya ... f. Kata Depan di, ke, dan dari ...

(4)

iv

g. Partikel ...

4. Penulisan Unsur Serapan ... 5. Pemakaian Tanda Baca ...

a. Tanda Titik (.) ... b. Tanda Koma (,) ... c. Tanda Titik Koma (;) ... d. Tanda Titik Dua (:) ... e. Tanda Hubung (-) ... f. Tanda Pisah ( ) ... g. Tanda Elipsis (…) ... h. Tanda Tanya (?) ... i. Tanda Seru (!) ... j. Tanda Kurung ((. . .)) ... k. Tanda Kurung Siku ([]) ... l. Tanda Petik (“…”) ... m.Tanda Petik Tunggal („….‟) ... n. Tanda Garis Miring (/) ... o. Tanda Penyingkat atau Apostrof ( „ ) ...

C. Pengertian Kalimat Efektif ... D. Ciri-Ciri Kalimat Efektif ... C. Syarat-Syarat Kalimat Efektif ... D. Struktur Kalimat ... E. Unsur-Unsur Kalimat ... F. Hubungan EYD dengan Kalimat Efektif ...

BAB III PENUTUP ...

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca.

Ejaan (Bahasa Indonesia) yang disempurnakan (EYD) pada dasarnya merupakan ejaan bahasa Indonesia hasil dari penyempurnaan terkahir atas ejaan - ejaan yang pernah berlaku di Indonesia. Sebelum EYD diberlakukan di Indonesia, pernah berlaku Ejaan Ch.A. Van Ophuysen dan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi). Adapun yang disempurnakan itu bukan bahasa Indonesia, melainkan ejaannya, yakni tata cara penulisan baku.

EYD diberlakukan sejak tanggal 17 Agustus 1972. Berarti, hingga kini EYD telah berlaku seca resmi sebagi ejaan bahasa Indonesia selama tiga dasarwarsa lebih. Namun , selam itu pula belum semua orang mematuhi kaidah yang tercantum didalam EYD , baik karena belum tahu, enggan mematuhi, atau karena sebab lain. Tindakan seperti itu jelas dapat mengacaukan pekembangan bahasa Indonesia. Padahal, dengan diberlakunya EYD, seharusenya setiap warga Negara Indonesia wajib mengikuti dan mematuhi kaidah-kaidah yang tercantum didalammnya.

Dalam rangka menyebarluaskan dan memasyarakatkan EYD Itulah makalah ini dibuat dalam pembahasan pada makalah ini dilengkapi dengan masalah-masalah yang masih berkaitan dengan EYD. Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan petunjuk praktis bagi pembaca makalah ini. Dengan demikian, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat terwujud.

Sedangkan kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat

(6)

mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan.

Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).

Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas EYD dan kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

B. Rumusan Masalah

Makalah ini disusun berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Jelaskan pengertian dari ejaan?

2. Sebutkan macam – macam dari ejaan?

3. Sebutkan dan jelaskan ejaan apa saja yang penah ada dan berlaku di Indonesia?

4. Sebutkan dan jelaskan mengenai pedoman umum apa saja yang ada dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempunakan (EYD)?

5. Jelaskan Pengertian dari kalimat efektif? 6. Sebutkan ciri-ciri dari kalimat efektif ?

(7)

7. Apa saja yang menjadi syarat-syarat dari kalimat efektif ? 8. Jelaskan bentuk dari struktur kalimat ?

9. Jelaskan unsur apa saja yang terdapat pada kalimat ?

10. Jelaskan hubungan EYD dengan kalimat efektif dalam suatu kalimat?

C. Tujuan

Makalah ini di susun dengan tujuan sebagai berikut : 1. Memenuhi tugas individu mata kuliah Bahasa Indonesia

2. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai pengertian dari ejaan. 3. Memberikan informasi berupa penjelasan dari macam – macam ejaan. 4. Mengetahui ejaan apa saja yang penah ada dan belaku di Indonesia.

5. Menjelaskan dan memberikan informasi kepada pembaca mengenai pedoman umum apa saja yang ada dalam ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.

6. Memberikan informasi mngenai pengertian dari kalimat efektif. 7. Menjelaskan mengenai cirri-ciri dari kalimat efektif.

8. Mengetahui syarat –syarat dai kalimat efektif. 9. Mengetahui bentuk dari struktur kalimat.

10. Menjelaskan unsur apa saja yang terdapat pada kalimat.

(8)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sekitar Ejaan 1. Pengertian Ejaan

Ejaan ialah keseluruhan sistem dan peraturan penulisan bunyi bahasa untuk mencapai keseragaman.1 Sedangkan untuk Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan yang dihasilkan dari penyempurnaan atas ejaan-ejaan sebelumnya. Adapun pengertian lain dari ejaan yaitu penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dsb) dengan kaidah tulisan (huruf) yang distandardisasikan dan mempunyai makna. Ejaan biasanya memiliki tiga aspek yaitu2;

1. Aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad

2. Aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis

3. Aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.

2. Macam Ejaan

Ejaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ejaan fonetis dan ejaan fonemis.3 Adapun penjelasanya sebagi berikut ;

a. Ejaan Fonetis ialah ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa fonem dengan lambing atau huruf. Hal itu dilakukan dengan mengukur dan mencatat dengan alat pengukuran bunyi bahasa. Dalam ejaan fonetis jumlah lambing yang diperluas cukup banyak.

b. Ejaan Fonemis ialah ejaan yang berusaha menyataka setiap fonem

dengan satu lambang atau satu huruf. Dalam ejaan fonemis jumlah lambang yang diperlukan tidak terlalu banyak dalam bahasa Indonesia, ejaan yang dipakai ialah ejaan fonetis. Namun, masih terdapat beberapa fonem yang dilambangkan dengan dua tanda. Contoh: [ ng, ny, kh, sy]. Sebaliknya ada dua fonem yang

1

Lima Adi Sekawan, EYD PLUS (Jakarta: Limas , 2007), hal 1.

2

Ibid

(9)

dilambangkan dengan satu tanda. Contoh: e [ pepet: makan apel] dan

e [ taling: apel bendera, rambut perang].

3. Ejaan yang (Pernah) Ada dan Berlaku DiIndonesia

Pada bahasa yang berkembang di Indonesia pernah memiliki Ejaan yang berubah – ubah. Adapun penjelasan dari ejaan yang penah ada dan berrlaku di Indonesia yakni:4

a. Ejaan Van Ophuysen

Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat

Melayoe (1901). Ciri khusus ejaan Van Ophuysen yakni ejaan ini

digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:5

1) Huruf (u) ditulis (oe).

2) Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (‟) pada akhir kata misalnya bapa‟, ta‟

3) Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas akhiran itu diberi tanda trema (”)

4) Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (‟) diatasnya 5) Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda) 6) Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :

 Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)

 Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)

 Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)

Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini. Kebanyakan

4

Ibid, Hal. 2

(10)

catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.

b. Ejaan Republik/Ejaan Suwandi

Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia. Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :

1) Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u). 2) Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.

3) Koma „ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k) misalnya kata‟ menjadi katak.

4) Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya ejaan, seekor, dsb.

5) Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara. Contohnya berlari-larian, berlari2-an.

6) Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara. Contohnya : tata laksana, tata-laksana, tatalaksana.

7) Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet) dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah, misalnya: (putra) bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).

c. Ejaan Malindo

Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan melayu dan Indonesia.Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Sumatera Utara.Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.

(11)

d. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD

Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaianEjaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987. EYD mengatur pemakaian huuf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.

B. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan 1) Pemakaian Huruf

a. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama setiap huruf disertakan di sebelahnya.

Huruf Nama Huruf Nama

A a B b C c a be ce N n O o P p en o pe

(12)

b. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vocal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.

Huruf Vokal Contoh Pemakaian Dalam Kata

Di Awal Di Tengah Di Akhir

a e* i o u api enak emas itu oleh ulang padi petak kena simpan kota bumi lusa sore tipe murni radio ibu c. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y, dan z. Huruf

Konsonan

Contoh Pemakaian Kata

Di Awal Di Tengah Di Akhir

B c bahasa cakap sebut kaca adab - D d E e F f G g H h I i J j K k L l M m de e ef ge ha i je ka el em Q q R r S s T t U u V v W w X x Y y Z z ki er es te u ve we eks ye zet

(13)

d f g h j k l m n p q** r s t v w x** y z dua fakir guna hari jalan kami - lekas maka nama pasang Quran raih sampai tali varia wanita xenon yakin zeni ada kafan tiga saham manja paksa rakyat* alsa kami anak apa Furqan bara asli mata lava hawa - payung lazim abad maaf balig tuah mikraj politik bapak* kesal diam daun siap - putar lemas rapat - - - - juz d. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

e. Gabungan Huruf Konsosnan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsona. Yaitu kh, ng ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

Huruf Diftong Contoh Pemakaian Dalam Kata

Di Awal Di Tengah Di Akhir

(14)

au oi aula - saudara boikot harimau amboi f. Pemenggalan Kata

1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:

a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan kata itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.

Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah

Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu. Misalnya:

au-la bukan a-u-la

sau-da-ra bukan sa-u-da-ra

am-boi bukan am-bo-i

b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.

Misalnya:

ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan,

pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan. Misalnya:

man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa, makh-luk. d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih,

pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.

Misalnya:

(15)

2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.

Misalnya:

makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah Catatan:

a) Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.

b) Akhiran -i tidak dipenggal.(Lihat keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 1.)

c) Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata

dilakukan sebagai berikut.

Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi

3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan kata dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.

Misalnya: bio-grafi, bi-o-gra-fi foto-grafi, fo-to-gra-fi intro-speksi, in-tro-spek-si kilo-gram, ki-lo-gram kilo-meter, ki-lo-me-ter pasca-panen, pas-ca-pa-nen Keterangan :

Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.

(16)

2) Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring

a. Huruf Kapital dan Huruf Besar

1) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya:

Kami menggunakan barang produksi dalam negeri. Siapa yang datang tadi malam?

Ayo, angkat tanganmu tinggi-tinggi.

2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya:

Adik bertanya, ”Kapan kita ke Taman Safari?” Bapak menasihatkan, ”Jaga dirimu baik-baik, Nak!”

3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan nama kitab suci, termasuk ganti untuk Tuhan.

Misalnya:

Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab, Quran, Weda, Injil.

Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hambanya. Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat. 4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar

kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim, Raden Wijaya.

5) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya:

Presiden Yudhoyono, Mentri Pertanian, Gubernur Bali. Profesor Supomo, Sekretaris Jendral Deplu.

6) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

(17)

Siapakah gubernur yang baru dilantik itu? Kapten Amir telah naik pangkat menjadi mayor. Keponakan saya bercita-cita menjadi presiden.

7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya:

Albar Maulana Kemal Hayati

8) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya: mesin diesel, 10 watt, 2 ampere dan 5 volt

9) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa-bangsa dan bahasa. Perlu diingat, posisi tengah kalimat, yang dituliskan dengan huruf kapital hanya huruf pertama nama bangsa,

nama suku, dan nama bahasa; sedangkan huruf pertama kata bangsa, suku, dan bahasa ditulis dengan huruf kecil.

Penulisan yang salah:

 Dalam hal ini Bangsa Indonesia yang ….  …. tempat bermukim Suku Melayu sejak ….  …. memakai Bahasa Spanyol sebagai …. Penulisan yang benar:

 Dalam hal ini bangsa Indonesia yang ….  …. tempat bermukim suku Melayu sejak ….  …. memakai bahasa Spanyol sebagai ….

10) Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

Misalnya: keinggris-inggrisan dan menjawakan bahasa Indonesia 11) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,

hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya:

tahun Saka bulan November

(18)

12) Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.

Misalnya:

 Ir. Soekarno dan Drs. Moehammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

 Perlombaan persenjataan nuklir membawa risiko pecahnya

perang dunia.

13) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.

Misalnya:

Salah Benar

teluk Jakarta Teluk Jakarta gunung

Semeru

Gunung Semeru

danau Toba Danau Toba selat Sunda Selat Sunda

14) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.

Misalnya:

Jangan membuang sampah ke sungai. Mereka mendaki gunung yang tinggi.

15) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.

Misalnya:

 garam inggris  gula jawa  soto madura

16) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, nama resmi badan/ lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

(19)

 Departemen Pendidikan Nasional RI  Majelis Permusyawaratan Rakyat  Undang-Undang Dasar 1945

17) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi lembaga pemerintah, ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi. Perhatikan penulisan berikut.

 Dia menjadi pegawai di salah satu departemen.

 Menurut undang-undang, perbuatan itu melanggar hukum. 18) Huruf kapital dipakai sebagai huruf kapital setiap unsur bentuk ulang

sempurna yang terdapat pada nama badan/ lembaga. Misalnya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa. Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.

19) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) dalam penulisan nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke,

dari, dan, dalam, yang, untuK yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya:

 Idrus menulis buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke R  Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

 Dia agen surat kabar Suara Pembaharuan.

 Ia menulis makalah ”Fungsi Persuasif dalam Bahasa Iklan

Media Elektronik”.

20) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti Bapak, Ibu, Saudara, Kakak, Adik, Paman, yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

Misalnya:

 ”Kapan Bapak berangkat?” tanya Nining kepada Ibu.  Para ibu mengunjungi Ibu Febiola.

 Surat Saudara sudah saya terima.

21) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai dalam penyapaan.

(20)

Kita semua harus menghormati bapak dan ibu kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

22) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.

Misalnya:

 Dr. : doktor

 M.M. : magister manajemen  Jend. : jendral

23) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya:

Apakah kegemaran Anda? Usulan Anda telah kami terima. b. Huruf Miring

1) Huruf miing dalam cetakan dipakai untuk menegaskan nama buku majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan,

Misalnya :

Majalah Bahasa Indonesia dan Kesastraan, buku Negarakertagama karangan Prapanca, dan surat kabarr Surya Kencana.

2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk mengaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata.

Misalnya :

Huruf pertama kata abad adalah a. Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

Buatlah karangan dengan berlepas tangan.

3) Huruf miring dalam tulisan dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Contoh: Nama ilmiah buah Manggis adalah Carcinia mangostana.

Yang harus diingat, penggunaan huruf kapital adalah ketentuan dasar dalam menulis (baik fiksi atau nonfiksi). Alangkah sayangnya jika seorang penulis tidak memahami ketentuan-ketentuan dalam menulis huruf kapital atau huruf miring. Sebaiknya, ilmu yang telah didapatkan digunakan setiap

(21)

saat. Misalnya, dalam mengirim sms, biasakan menggunakan huruf kapital sesuai ketentuan di atas. Oh ya, saya tunggu kritik dan sarannya atas tulisan ini. Apakah tulisan ini cukup komunikatif/mudah dimengerti bagi sahabat semua atau tidak? Selamat belajar berbahasa.

3) Penulisan Kata

a) Kata Dasar

Kata Dasar adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna Kata tersebut belum mengalamipenambahan atau perubahan bentukyang mengakibatkan perubahanmakna. Contoh Kata Dasarmajelis, ulama, Indonesia,harus, lebih, tegas, media,televisi, dan mistik.

b) Kata Turunan

 Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya: bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, dll.

 Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran, ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti/mendahuluinya. Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan.

 Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan.

 Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: ekstrakurikuler, telepon, transmigrasi, pramuniaga, instropeksi, antakota, mahasiswa, pascasarjana, semiprofesional, dll.

Catatan:

-Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya: non-Indonesia, pan-Afrikanisme.

-Jika kata maha sebagai unsur gabungan kata diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah. Misalnya: Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Pengasih.

(22)

c) Bentuk Ulang

Kata ulang yaitu kata dasar yang diulang. Dalam hal ini yang diulang bukan morfem melainkan kata. Contoh Kata Ulang• sepeda-sepeda , berasal dari satu kata sepeda. Sebaliknya, kata kupu-kupu bukanlah kata ulang karena dalam bahasa Indonesia tiak dikenal kupu. Oleh karena itu, bentuk tersebut bukan merupakan kata ulang.

d) Gabungan Kata

 Gabungan kata biasa disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, kambing hitam, kereta api, mata pelajaran, rumah sakit, simpang empat, dll.

 Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan. Misalnya: anak-istri saya, ibu-bapak kami, alat pandang-dengar, dll.

 Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: acapkali, adakalanya, beasiswa, dukacita, kasatmata, saputangan, sekalipun, sukacita, dll.

e) Kata Ganti ku, kau , mu, dan nya

Ditulis serangkai dengan kata yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya: Apa yang kumiliki boleh kauambil.

Bukuku, bukumu, dan bukunya tersusun rapi. f) Kata Depan di, ke, dan dari

Apabila menunjuk kata tempat, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.Misalnya: di dalam, di mana, ke mana, ke depan, dari sana, dari kota, dll.

Catatan:

Untuk kata-kata daripada, kepada, serta imbuhan di- yang merujuk kalimat pasif, ditulis serangkai.

Misalnya:

Dia lebih tua daripada adiknya. Kami percaya kepadanya. Bawa kemari buku itu.

(23)

Dari tadi dia keluar kelas. Kau dipanggil Ibu.

Pestanya dimeriahkan artis ternama. g) Partikel

 Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Bacalah buku itu baik-baik. Siapakah pacarmu itu?

Apakah gunanya bersedih hati?

 Partikel pun ditulis serangkai dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:

Apa pun makannya, minumnya teh kotak. Jangankan rumah, gubuk pun aku tak punya. Kakaknya pintar, adiknya pun pintar.

Catatan: Kelompok kata yang ditulis serangkai apabila menunjukkan hubungan pertentangan. Misalnya: walaupun, meskipun, sekalipun, kendatipun, sungguhpun, kalaupun.

 Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis serangkai dari bagian kalimat yang mendahului/mengikutinya.

Misalnya:

Per 1 Mei tahun depan, buruh diliburkan. (mulai) Mereka keluar kelas satu per satu. (demi)

Aku mendapat uang jajan per bulan. (tiap)

4) Penulisan Unsur Serapan

Bahasa Indonesia telah menyerap berbagai unsur dari bahasa lain, baik bahasa daerah maupun dari bahasai asing Sansekerta, Arab, Pertugis, Belanda, Inggris, dan bahasa asing lain.

Berdasarkan cara masuknya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi dua golongan, yaitu (1) unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia dan (2) unsur asing yang

(24)

pengucapan dan penulisannyadisesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Untuk keperluan itu telah diusahakan ejaan asing hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesia masih dpat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Di dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan dicantumkan aturan penyesuaian itu. Dapat ditambahkan

bahwa hal ini terutama dikenakan kepada kata dan istilah yang baru masuk ke dalam bahasa Indonesia, serapan lama yang sudah dianggap umum tidak selalu harus mengikuti aturan penyesuaian tadi.

Berikut ini contoh unsur serapan itu.

Baku Tidak Baku

Apotek apotik Atlet Atlit

Atmosfer Atmosfir Aktif Aktip

5) Pemakaian Tanda Baca

a) Tanda Titik (.)

 Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Contoh:

Saya suka makan nasi.

Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.

 Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Contoh:

Irwan S. Gatot George W. Bush

Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan. Contoh: Anthony Tumiwa

 Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.

Contoh:

(25)

 Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.

Contoh:

dll. (dan lain-lain) dsb. (dan sebagainya) tgl. (tanggal)

hlm. (halaman)

 Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu. Contoh:

Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

 Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.

 Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Contoh:

Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal. Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.  Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga

pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.

Contoh:

DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) SMA (Sekolah Menengah Atas) PT (Perseroan Terbatas)

WHO (World Health Organization)

 Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.

contoh:

Cu (tembaga) 52 cm

(26)

Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala

karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. contoh:

Latar Belakang Pembentukan Sistem Acara

Lihat Pula b) Tanda Koma (,)

 Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.

Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.

 Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti,

tetapi, dan melainkan.

Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.

 Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

 Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.

Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

 Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan

tetapi.

Contoh: Oleh karena itu, kamu harus datang.

 Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. contoh: O, begitu Wah, bukan main.

 Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

(27)

 Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Contoh: Medan, 18 Juni 1984

 Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik

susunannya dalam daftar pustaka.

Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.

 Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.

 Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

contoh: Rinto Jiang, S.E.

 Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

Contoh: 33,5 m Rp10,50

 Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.

Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.  Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang

keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh. Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.

 Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. contoh: "Di mana Rex tinggal?" tanya Stepheen.

(28)

c) Tanda Titik Koma (;)

 Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.

 Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

d) Tanda Titik Dua (:)

 Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.

Contoh:

Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

 Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

 Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang

menunjukkan pelaku dalam percakapan.

Contoh:

Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!" Rex : "Siap, Boss!"

 Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara

judul dan anak judul suatu karangan.

Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).

Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.

 Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

(29)

e) Tanda Hubung (-)

 Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan

Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.

 Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.

Contoh:

 p-e-n-g-u-r-u-s

 8-4-1973

 Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.

Bandingkan:

 ber-evolusi dengan be-revolusi

 dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).

 Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah

 Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata

berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.

Contoh:  se-Indonesia  hadiah ke-2  tahun 50-an  ber-SMA  KTP-nya nomor 11111  sinar-X  Menteri-Sekretaris Negara

 Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

(30)

di-charter

pen-tackle-a

f) Tanda Pisah ( )

 Tanda pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.

Contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.

 Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.

Contoh:

Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

 Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.

Contoh:

 1919–1921

 Medan–Jakarta

 Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama tanda kurang (−).

Contoh:

dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65

antara tahun 1492 dan 1499, bukan antara tahun 1492– 1499

−4 sampai −6 °C, bukan −4–−6 °C

g) Tanda Elipsis (…)

 Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama. Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.

(31)

 Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.

Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut. Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk

menandai akhir kalimat.

Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....

h) Tanda Tanya (?)

 Tanda tanya dipakai pada akhir tanya. Contoh:

 Kapan ia berangkat?

 Saudara tahu, bukan?

Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.

 Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Contoh:

 Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).

 Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

i) Tanda Seru (!)

 Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,

ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Contoh:

 Alangkah mengerikannya peristiwa itu!

 Bersihkan meja itu sekarang juga!

 Sampai hati ia membuang anaknya!

(32)

Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan atau transkripsi drama.

j) Tanda Kurung ((. . .))

 Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.

Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.

 Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.

Contoh:

 Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.

 Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.

 Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.

Contoh:

Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)

 Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.

 Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.

Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.

Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut. Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya. Contoh:

(33)

 Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.

 Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin Ukraina.

 Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) merupakan seorang pemimpin Ukraina. Dia juga dikenal sebagai Matviy Hryhoriyiv.

k) Tanda Kurung Siku ([])

 Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam

naskah asli.

Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

 Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat

penjelas yang sudah bertanda kurung.

Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.

l) Tanda Petik (“…”)

 Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.

Contoh:

 "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"

 Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."

 Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

(34)

Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu

Tempat.

 Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.

 Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.

 Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

Contoh:

 Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.

 Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".

 Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."

 Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Contoh:

 Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".

 Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.

m) Tanda Petik Tunggal („….‟)

 Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

Contoh:

 Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"

 "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.

(35)

 Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

Contoh: feed-back 'balikan'

n) Tanda Garis Miring (/)

 Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Contoh:

 No. 7/PK/1973

 Jalan Kramat III/10

 tahun anggaran 1985/1986

 Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika. Contoh:

 harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)

 kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik)

 7/8 atau 7⁄8

xn/n!

 Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi ÷ .

Contoh: 10 ÷ 2 = 5.

Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis

pembagi dapat dipakai.

Contoh: .

3. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata ata

(36)

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka

tahun. Contoh:

 Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)

 Malam 'lah tiba. ('lah = telah)

 1 Januari '88 ('88 = 1988)

Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.

C. Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. Kalimat sangat penting dalam sebuah tulisan. Kalimat yang baik mudah dipahami oleh pembaca.

Kalimat lengkap dan bukan fragmentaris. Kalimat yang disusun hendaknya memiliki struktur kalimat bahasa Indonesia yaitu S P O K/pel. Apabila struktur tersebut tidak dipenuhi, maka kalimat yang disusun menjadi tidak lengkap strukturnya yang disebut kalimat yang fragmentaris.

Contoh: 1. ira.

2. ira belajar.

3. ira belajar bahasa Indonesia.

4. ira belajar bahasa Indonesia dikampus.

D. Ciri-Ciri Kalimat Efektif

Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya:

1) Kesatuan

Yang dimaksud dengan kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Dengan satu ide itu kalimat boleh panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari satu kesatuan, bahkan dapat mempertentangkan satu sama lainnya, asalkan ide atau gagasan kalimatnya

(37)

tunggal. Penutur tidak boleh menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama sekali ke dalam suatu kalimat.

 Contoh kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya:

a) Pembangunan gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit. (terdapat subjek ganda dalam kalimat tunggal). b) Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik.

(memakai kata depan yang salah sehingga gagasan kalimat menjadi kacau).

c) Berdasarkan genda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai baru. (tidak jelas siapa yang memberi pengarahan).

 Contoh kaimat yang jelas kesatuan gagasannya:

1. Pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit untuk membangun gedung sekolah baru.

2. Embangunan sangat berkaitan dengan politik.

3. Berdasarkan agenda, sekretaris manajer personalia akan memberi pengaran kepada pegawai baru.

2) Kepaduan (koherensi)

Yang dimaksud koherensi adalah hubungan yan padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur-unsur pembentuk kalimat adalah kata, frasa, klausa, serta tnda baca yang membentuk S-P-O-Pel-Ket dalam kalimat.

 Contoh kalimat yang unsurnya tidak koheren:

a. Kepada setiap pengendara mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat izin mengemudi. (tidak mempunyai subjek/subjeknya tidak jelas). b. Saya punya rumah baru saja diperbaiki. (struktur tidak benar/rancu) c. Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. (unsur

S- P-O tidak berkaitan erat)

d. Yang saya sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran daripada itu proyek. (salah dalam pemakaian kata dan frasa).  Contoh kalimat yang unsur-unsurnya koheren:

(38)

a) Setiap penendra mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat izin mengemudi.

b) Rumah saya baru saja diperbaiki.

c) Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.

d) Yang sudah sya sarankan kepada mereka adaah merevisi anggaran proyek itu.

3) Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-unsur yang sam derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat. Umpamanya dalam sebuah perincian , unsur pertama menggunakan verba, unsur kedua dan seterusnyajuga verba. Jika bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk berikutnya juga harus nomina.

 Contoh kesejajaran atau paralelisme yang salah:

a. Kegiatan di perpustaakan meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan buku-buku diberi label.

b. Kakakmu menjadi dosen atau pengusaha?

c. Demikianlah agar ibu maklum, dan atas perhatiannya aya ucapkan terimma kasih.

d. Dalam rapt itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu eningkatan mutu produk, memperbanyak waktu penyiaran ikan dan pemasaran yang lebih gencar.

 Contoh kesejajaran atau paralelisme yang benar:

a. Kegiatan diperpustakaan meliputi pembelian buku, pembuatan katalog dan pelabelan buku.

b. Kakakmu sebagai dosen atau sebagai pengusaha?

c. Demikianlag agar Ibu maklum, dan atas perhatian Ibu saya ucapkan terima kasih.

d. Dalam rapat ini diputuskan tiga hal pokok, yaitu meningkatkan mutu produk, meningkatkan frekuensi iklan dan lebih menggencarkan pemasaran.

(39)

Yang dimaksud dengan penekanan adalah suatu perlakuan khusus menonjolkan bagian kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Cara yang dipakai untuk memberi perlakuan khusus pada kata-kata tertentu ada beberapa, yaitu:

 Dengan meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat,

 Dengan melakukan pengulangan kata ( repetisi),

 Denga melakukan pengontrasan kata kunci,

 Dengan menggunakan partikel/penegas.

 Contoh penekanan dengan menempatkan kata yang ditonjolkan pada awal kalimat:

a. Pada bulan Desember kita ujian akhis semester. (bukan akhir noember.

b. Kita akan ujiian akhir semester pada bulan Deember. (bukan merreka) c. Ujian akhir semester kita tempuh pada bulan Deember. (bukn ujn

tengah semester)

 Contoh penekanan dengan pengulangan kata:

a) Saya senng melihat panorama alam yang indah; saya senang melihat lukisan yang indah; dan saya juga senang, melihat hasil seni ukir yang indah.

b) Sudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita tidak suka dibodohi.

 Contoh penekanan dengan pengontrasan kata kunci:

Penduduk desa itu tidak menghendaki bantuan yang berifat sementara, tetapi bantuan yang bersifat permanen.

 Contoh penekna dengn menggunakan partikel penegas: a. Hendak pulang pun hari sudah gelap dan hujan pula.

b. Adakah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu. 5) Kehematan

Yang dimaksud dengan kehematan ialah menghindari pemakaian kata yang tidak perlu. Hemat tidak bararti harus menghilangkan kata-kata yang dapat memperjelas arti kalimat. Hemat di sini berarti “ekonomis” tidak memakai kata-kata mubazir, tidak mengulang-ulang subjek, tidak

(40)

menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata-kata, diharapkan kalimat menjadi padat berisi.

 Contoh kalimat yang tidak hemat kata:

a. Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri bahwa mahasiswa itu belajar seharian dari pagi sampai petang.

b. Dalam pertemuan yang mana hadir di sana Wakil Gubernur DKI dilakukan suatu perundingan yang membicarakan perparkiran.

c. Manajer itu dengan segera mengubah rencananya setelah dia bertemu dengan direkturnya.

d. Agar supaya Anda dapat memperoleh nilai ujian yang memuaskan, Anda harus belajar dengan sebaik-baiknya.

 Contoh kalimat yang hemat kata:

a. Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.

b. Dalam pertemuan yang dihadiri Waki Gubernur DKI dilakukan perundingan tentang perparkiran.

c. Manajer itu dengan segera mengubah rencana setelah bertemu direkturnya.

d. Agar Anda memperoleh nilai ujian yan memuaskan, belajarlah baik-baik.

6) Kelogisan

Yang dimaksud dengan kelogisan ialah mengupayakan agar ide kalimat masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola piker yang sistematis (runtut/teratur dalam penghitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata, dan frasa, dapat menjadi salah karena maknanya tidak masuk akal atau lemah dari segi logika. Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi logika berbahasa berikut ini:

a. Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambin tergolong anti air).

b. Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. (apa hubungan tinggal di asrama putra dengan mempunyai anak lelaki?).

(41)

c. Uang yang bertumpuk itu terdiri atas pecahan ratusan, puluhan, sepuluh ribuan, lima puluh ribuan, dua puluh ribuan. (tidak runtut dalam merinci sehingga lemah dari segi logika).

d. Kepaada Bapak Dekan, waktu dan tempat kami persilahkan. (waktu dan tempat tidak perlu dipersilahkan)).

e. Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini tepat pada waktunya. (berarti “modal” untuk menyelesaikan makalah cukuplah ucapan syukur kepada Tuhan.

7) Ketegasan

Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:

a) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat)

Contoh:

a. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.

b. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)

c. Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

d. Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)

b) Membuat urutan kata yang bertahap. Contoh:

a. Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)

b. Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)

c) Melakukan pengulangan kata (repetisi) Contoh:

(42)

d) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan. Contoh:

Anak itu bodoh, tetapi pintar.

e) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel – lah, -pun, dan –kah.

Contoh:

a. Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?

b. Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini

E. Syarat-Syarat Kalimat Efektif

Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:

1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.

2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

F. Struktur Kalimat

Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kestuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.

Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.

Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:

(43)

1. Buat Papa menulis surat saya. 2. Surat saya menulis buat Papa. 3. Menuis saya surat buat Papa. 4. Papa saya buat menulis surat. 5. Saya Papa buat menulis surat. 6. Buat Papa surat saya menulis.

Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.

Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.

G. Unsur-Unsur Kalimat

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang daam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabata kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

1. Predikat

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:

(44)

a. Kuda meringkik. b. Ibu sedang tidur siang. c. Putrinya cantik jelita.

d. Kota Jakarta dalam keadaan aman. e. Kucingku belang tiga.

f. Robby mahasiswa baru. g. Rumah Pak Hartawan lima.

Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata

meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok

kata sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku,

mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima

pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.

Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.

a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.

b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto. c. Bandung yang terkenal kota kembang.

Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan huruf kaital da diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dwngan antor di Jan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.

(45)

2. Subjek

Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:

a. Ayahku sedang melukis. b. Meja direktur besar.

c. Yang berbaju batik dosen saya. d. Berjalan kaki menyehatkan badan. e. Membangun jalan layang sangat mahal.

Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat ada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).

Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan

berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada

“hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awa kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).

Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak

(46)

mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.

a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk. b. Di sini melayani obat generic. c. Memandikan adik di pagi hari.

Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang

memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada,

jawaban itu terasa tidak logis.

3. Objek

Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.

a. Nurul menimang … b. Arsitek merancang … c. Juru masak menggoreng …

Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.

Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive

mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut

untuk dilengkapi.

a. Nenek mandi. b. Komputerku rusak. c. Tamunya pulang.

Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.

Referensi

Dokumen terkait

Seleksi lanjut dengan metode PCR menunjukkan tidak semua DNA genom anggrek tersebut teramplifikasi menghasilkan fragmen KNAT1 berukuran 1,2 kb dengan ditemukan

Para petani akan dikumpulkan di balai desa dan di beri penyuluhan dan pengetahuan tentang konservasi lingkungan, dampak negatif penggunaan pestisida anorganik secara

Melakukan peneli tian dengan judul “ Pengaruh Likuiditas, Kualitas Aktiva, Sensitivitas Terhadap Resiko Pasar, Efesiensi dan Profitabilitas Terhadap Car Pada Bank Umum

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DIPADU DENGAN METODE PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1

mendayagunakan zakat secara produktif sebagai pemberian modal usaha yang tujuannya adalah supaya zakat tersebut dapat berkembang. Zakat didayagunakan dalam rangka

Menentukan kondisi operasi yang optimal (daya microwave , lama waktu ekstraksi, dan rasio antara bahan baku yang akan diekstrak dengan pelarut yang digunakan) dari

Metode dakwah yang melingkupi pendekatan dakwah, strategi dakwah, metode dan teknik dakwah, dan taktik dakwah ini sangat penting dalam proses dakwah. Secara

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti tentang kebutuhan gizi Balita pada bidan diperoleh hasil wawancara menunjukkan bahwa ibu sudah mengerti apa manfaat memenuhi