Bab 2
Review SSK dan Prioritas Pembangunan
2.1 Profil Kabupaten Jeneponto
2.1.1 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Jeneponto pada tahun 2012 sebanyak 348.138 jiwa yang terdiri dari 169.025 jiwa penduduk laki-laki dan 179.113 jiwa penduduk perempuan, dengan penduduk terbanyak berada di Kecamatan Bangkala yaitu sebesar 50.650 jiwa.
Jumlah penduduk perempuan di semua kecamatan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Hal ini dilihat dari rasio jenis kelamin (sex ratio) yang lebih kecil dari 100. Ratio jenis kelamin di Kabupaten Jeneponto pada tahun 2012 sebesar 94,36%. Artinya dalam setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 94 penduduk laki-laki.
Kepadatan penduduk per Km2 dapat dijadikan salah satu indikator penyebaran penduduk di
suatu wilayah. Kepadatan penduduk di Kabupaten Jeneponto pada tahun 2012 sekitar 464 jiwa/Km2.
Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Binamu yaitu sekitar 766 jiwa/Km2. Sedangkan
kepadatan terendah berada di Kecamatan Bangkala Barat yaitu sekitar 175 Jiwa/Km2.
Data jumlah penduduk Kabupaten Jeneponto 3 tahun terakhir menunjukkan jumlah penduduk pada tahun 2010 sebanyak 342.700 jiwa, sedangkan pada tahun 2011 mencapai 346.149 jiwa. Hal tersebut memperlihatkan adanya perkembangan jumlah penduduk yang tidak menentu. Dimana pada tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah penduduk sebanyak 3.449 jiwa, sedangkan pertambahan jumlah penduduk dari tahun 2011 ke tahun 2012 sekitar 2009 jiwa.
Untuk proyeksi pertumbuhan penduduk Kabupaten Jeneponto digunakan laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2012 sebesar 0,79% seperti yang dilangsir oleh Bappeda 2012.
Dengan Menggunakan persentase laju pertumbuhan tersebut maka untuk menghitung proyeksi pertumbuhan penduduk 5 (lima) tahun kedepan dipakai rumus pertumbuhan Linier sebagai berikut:
Rumus proyeksi jumlah Penduduk; Pn = P0 . (1 + r)
n
Pn = Proyeksi Jumlah Penduduk tahun berikutnya
po = Jumlah penduduk Sekarang
r = Rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk n = Jumlah Tahun Proyeksi
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatannya 3 (tiga) Tahun Terakhir
Nama Kecamatan
Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Penduduk
2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 Bangkala 49.859 50.361 50.650 11.395 17.356 17.868 5,65 1,00 0,57 409 413 416 Bangkala Barat 26.340 26.605 26.758 5.589 1.370 13.725 9,62 1,00 0,57 172 174 175 Tamalatea 40.351 40.757 40.991 9.039 18.067 18.709 2,62 1,00 0,57 701 708 712 Bontoramba 34.975 35.327 35.530 7.794 5.519 5.838 -1,88 1,00 0,57 396 400 402 Binamu 52.420 52.948 53.252 11.172 7.424 8.284 7,24 1,00 0,57 754 762 766 Turatea 29.919 30.220 30.394 6.642 8.258 8.807 2,53 1,00 0,57 557 562 565 Batang 19.192 19.385 19.496 4.347 10.372 10.706 -1,12 1,00 0,57 581 587 590 Arungkeke 18.233 18.416 18.522 4.209 10.382 10.738 2,36 1,00 0,57 609 616 619 Tarowang 22.337 22.562 22.692 4.957 5.745 6.035 2,23 1,00 0,57 549 555 558 Kelara 26.440 26.706 26.860 6.278 5.196 5.880 -2,76 1,00 0,57 601 608 611 Rumbia 22.634 22.862 22.993 5.108 6.980 7.228 -4,78 1,00 0,57 388 392 394 TOTAL 342.700 346.149 348.138 76.530 96.669 113.818 1,97 1,00 0,57 457 462 464
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 (lima) Tahun
Nama Kecamatan
Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan
Penduduk
Kepadatan Penduduk (org/km2)
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 Bangkala 124.847 196.010 307.736 483.145 758.358 44.043 69.147 108.561 170.441 267.592 57 57 57 57 1.024,9 1.609 2.526 3.966 6.225 Bangkala Barat 65.956 103.551 162.574 255.242 400.730 33.831 53.114 83.389 130.921 205.547 57 57 57 57 431,20 677 1.063 1.669 2.620 Tamalatea 101.039 158.631 249.050 391.009 613.884 46.116 72.401 113.671 178.463 280.187 57 57 57 57 1.754,8 2.755 4.325 6.791 10.661 Bontoramba 87.578 137.497 215.871 338.917 532.100 14.390 22.592 35.470 55.688 87.430 57 57 57 57 991,8 1.557,2 2.445 3.838 6.026 Binamu 131.261 206.079 323.545 507.965 797.506 20.419 32.058 50.331 79.020 124.062 57 57 57 57 1.888,9 2.965,6 4.656 7.310 11.477 Turatea 74.918 117.622 184.666 289.925 455.183 21.708 34.082 53.509 84.009 131.894 57 57 57 57 1.393,6 2.187,9 3.435 5.393 8.467 Batang 48.056 75.447 118.452 185.970 291.973 26.389 41.431 65.047 102.123 160.334 57 57 57 57 1.454,5 2.283,5 3.585 5.629 8.837 Arungkeke 45.655 71.678 112.535 176.679 277.387 26.468 41.555 65.241 102.428 160.813 57 57 57 57 1.526,4 2.396,5 3.762 5.907 9.274 Tarowang 55.934 87.816 137.871 216.457 339.837 14.876 23.355 36.667 57.567 90.381 57 57 57 57 1.374,9 2.158,7 3.389 5.321 8.354 Kelara 66.207 88.466 163.194 256.215 402.257 14.493 22.755 35.725 56.089 88.059 34 84 57 57 1.506,4 2.012,9 3.713 5.830 9.153 Rumbia 56.675 88.980 139.699 219.328 344.345 17.816 27.972 43.915 68.947 108.247 57 57 57 57 972,1 1.526,2 2.396 3.762 5.906 TOTAL 858.258 1.331.777 2.115.193 3.320.852 5.213.560 280.549 440.462 691.526 1.085.696 1.704.546 55 59 57 57 1.144,6 1.776,2 2.821 4.429 6.953
2.1.2 Area Beresiko
Resiko sanitasi dapat diartikan terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Dalam penentuan area beresiko sanitasi ditetapkan berdasarkan:
1. Data Sekunder
Penentuan area beresiko sanitasi berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat resiko sebuah area (kelurahan/desa) berdasarkan data yang telah tersedia di SKPD dan tersedia di sumber data lainnya. Data sekunder yang dimaksud adalah data-data mengenai ketersediaan prasarana dan sarana air limbah, persampahan, dan drainase serta data umum wilayah yang meliputi populasi, luas wilayah, kepadatan penduduk, dan angka kemiskinan.
2. Penilaian SKPD
Penentuan area beresiko berdasarkan penilaia SKPD diberikan berdasarkan pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu anggota pokja kabupaten yang mewakili SKPD terkait sanitasi dari Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Permukiman dan Tata Ruang, KP4, Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) dan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Lembang (BPMPL).
3. Studi EHRA
Penentuan area beresiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan penilaian dan pemetaan tingkat resiko berdasarkan kondisi sumber air, pencemaran karena air limbah domestik, pengelolaan persampahan di tingkat rumah tangga, kondisi drainase, perilaku cuci tangan pakai sabun, higiene jamban, penanganan air minum, dan buang air besar sembarangan.
Berdasarkan penggabungan data Sekunder, Penilaian SKPD dan data studi EHRA untuk wilayah kajian sanitasi di 11 Kecamatan dengan 113 kelurahan/desa, diperoleh gambaran area beresiko sanitasi Kabupaten Jeneponto untuk pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan dan drainase perkotaan. (Lihat Peta 2.1.1 Peta Ilustrasi Area Beresiko Sanitasi Air Limbah Domestik, Peta
2.1.2. Peta Ilustrasi Area Beresiko Sanitasi Persampahan, dan Peta 2.1.3. Peta Ilustrasi Area Beresiko Sanitasi Drainase Perkotaan)
Tabel 2.3 Area Beresiko sanitasi
Nama Kecamatan Skor Risiko
Sanitasi (Penyesuaian) Nama Kecamatan Skor Risiko Sanitasi (Penyesuaian) Nama Kecamatan
Skor Risiko Sanitasi (Penyesuaian)
No. Kelurahan Nama No. Kelurahan Nama o. N Kelurahan Nama
Air Limbah Persampahan Drainase Air Limbah Persampahan Drainase
Air Limbah
Persampahan Drainase
Overview Total Overview Total
Overview Total
1 Kecamatan Bangkala Barat 5 Kecamatan Rumbia 8 Kecamatan Kelara
1 Garassikang 1.0 1.0 1.0 4 utara Lebangmanai 1.0 1.0 1.0 7 Gantarang 1.0 1.0 1.0
2 Banrimanurung 3.0 3.0 1.0 5 Palantikang 1.0 1.0 1.0 8 Tombo2lo 1.0 1.0 1.0
3 Pattiro 1.0 1.0 1.0 6 Bontocini 1.0 1.0 1.0 9 Tolo Timur 1.0 1.0 1.0
4 Tuju 2.0 3.0 1.0 7 Bontotiro 1.0 1.0 1.0 10 Tolo Utara 1.0 2.0 2.0
5 Bulu Jaya 3.0 3.0 1.0 8 Kassi 1.0 1.0 1.0
6 Barana 1.0 1.0 1.0 9 Loka 1.0 1.0 1.0 9 Kecamatan Tamalatea
7 Beroanging 3.0 3.0 1.0 10 Tompobulu 1.0 1.0 1.0 1 Bontosunggu 1.0 1.0 2.0
8 Papaluang 1.0 1.0 1.0 11 Ujungbulu 1.0 1.0 1.0 2 Bontojai 1.0 1.0 1.0
12 Jenetallasa 1.0 1.0 1.0 3 Borongtala 1.0 2.0 2.0
2 Kecamatan Bangkala 4 Turatea Timur 1.0 1.0 1.0
1 Malassoro 3.0 3.0 3.0 6 Kecamatan Bontoramba 5 Turatea 1.0 1.0 1.0
2 Punagaya 1.0 1.0 1.0 1 Bulusuka 1.0 1.0 1.0 6 Bontotanga 3.0 2.0 3.0
4 Pantai Bahari 1.0 1.0 1.0 3 Lentu 3.0 3.0 3.0 8 Karelayu 1.0 1.0 1.0
5 Palengu 1.0 2.0 2.0 4 Bulumbungan 1.0 1.0 1.0 9 Tamanroya 1.0 3.0 3.0
6 Tombo Tombolo 1.0 1.0 1.0 5 Bangkalaloe 1.0 1.0 1.0 10 Tonrokassi Timur 1.0 1.0 1.0 7 Jenetallasa 1.0 2.0 2.0 6 Datara 1.0 1.0 1.0 11 Tonrokassi 1.0 3.0 3.0
8 Kalimporo 1.0 1.0 1.0 7 Baraya 1.0 1.0 1.0 12 Tonrokassi Barat 1.0 1.0 1.0
9 Benteng 1.0 1.0 1.0 8 Bontoramba 1.0 1.0 1.0
10 Palantikang 1.0 1.0 1.0 9 Batujala 1.0 1.0 1.0 10 Kecamatan Tarowang
11 Gunung Silanu 1.0 2.0 2.0 10 Bulusibatang 1.0 1.0 1.0 1 Pao 1.0 2.0 2.0
12 Kapita 1.0 2.0 2.0 11 Kareloe 1.0 1.0 1.0 2 Bontorappo 1.0 1.0 1.0
13 Marayoka 1.0 1.0 1.0 12 Tanammawang 1.0 1.0 1.0 3 Allu Tarowang 2.0 2.0 2.0
14 Bontomanai 1.0 1.0 1.0 4 Tarowang 1.0 1.0 1.0
7 Kecamatan Binamu 5 Balangberu 1.0 1.0 1.0
3 Kecamatan Batang 1 Biringkassi 1.0 1.0 1.0 6 Balangloe Tarowang 1.0 1.0 1.0
1 Camba2 1.0 2.0 2.0 2 Pabiringa 1.0 1.0 1.0 7 Bonto Ujung 1.0 2.0 2.0
2 Maccini Baji 1.0 2.0 2.0 3 Panaikang 4.0 4.0 4.0 8 Tino 1.0 1.0 1.0
3 Kaluku 1.0 1.0 1.0 4 Monro2 1.0 1.0 1.0
4 Togo2 1.0 1.0 1.0 5 Sidenre 1.0 1.0 1.0 11 Kecamatan Turatea
5 Bungeng 2.0 2.0 2.0 6 Selatan Empoang 2.0 2.0 2.0 1 Jombe 1.0 1.0 1.0
6 Bontoraya 1.0 1.0 1.0 7 Empoang 2.0 2.0 2.0 2 Kayuloe Barat 1.0 1.0 1.0
8 Balangtoa 4.0 2.0 4.0 3 Kayuloe Timur 1.0 1.0 1.0
4 Kecamatan Arungkeke 9 Balang 2.0 3.0 4.0 4 Bungungloe 1.0 1.0 1.0
2 Bulo2 1.0 1.0 1.0 11 Bontoa 1.0 1.0 1.0 6 Tanjonga 1.0 1.0 1.0
3 Kalumpangloe 1.0 1.0 1.0 12 Sapanang 1.0 2.0 2.0 7 Bululoe 1.0 1.0 1.0
4 Palajau 1.0 3.0 3.0 13 Empoang Utara 1.0 1.0 1.0 8 Mangempong 1.0 1.0 1.0
5 Arungkeke 1.0 3.0 2.0 9 Langkura 1.0 1.0 1.0
6 Boronglamu 1.0 1.0 1.0 8 Kecamatan Kelara 10 Paitana 2.0 2.0 2.0
7 Arpak 1.0 2.0 2.0 1 Tolo 3.0 4.0 3.0 11 Parasangang Beru 1.0 1.0 1.0
2 Tolo Barat 1.0 3.0 3.0
5 Kecamatan Rumbia 3 Tolo Selatan 1.0 3.0 3.0
1 Bontomanai 1.0 1.0 1.0 4 Bontolebang 1.0 1.0 1.0
2 Rumbia 1.0 2.0 2.0 5 Samataring 1.0 1.0 1.0
2.1.3. Zona SIstem
Beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan dalam memecahkan permasalahan pengelolaan air limbah adalah kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah, karakteristik tata guna lahan, serta resiko kesehatan lingkungan. Analisis yang dilakukan menghasilkan suatu peta yang menggambarkan zona dan sistem pengelolaan air limbah yang akan menjadi bahan untuk perencanaan pengembangan sistem pengelolaan air limbah.
Berdasarkan kondisi tersebut serta memperhatikan faktor-faktor lain seperti rencana tata guna lahan dan kondisi tanah, maka sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Jeneponto dibagi ke dalam 3 zonasi sistem. (lihat Peta 2.2. Peta Zona Sistem
Air Limbah Domestik)
Berdasarkan Pemetaan tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi kabupaten dalam merencanakan pengembangan sanitasi. Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut:
• Zona 1, merupakan area dengan tingkat kepadatan rendah yang dapat diatasi dalam jangka pendek melalui pilihan sistem setempat (on-site) dalam skala rumah tangga (household based). Dengan opsi teknologi Jamban tangki septik SNI dan penanganan untuk perubahan perilaku dengan pemicuan (CLTS). Desa dan kelurahan yang termasuk dalam katagori ini adalah Desa Mallasoro dan Kapita Kecamatan Bangkala, Desa Bulujaya Kecamatan Bangkala Barat, Desa Lebang Manai Kecamatan Rumbia, Desa Kareloe Kecamatan Bontoramba, Desa Tolo Selatan Kecamatan Kelara, Desa Tonrokassi Kecamatan Tamalatea, Desa Bonto Ujung Kecamatan Tarowang dan Desa Bululoe Kecamatan Turatea.
• Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko sanitasi yang dapat diatasi dalam jangka menengah dengan perubahan perilaku. Karena merupakan daerah kepadatan penduduk kategori sedang maka pemilihan sistemnya adalah sistem komunal. Dengan opsi teknologi MCK+SR, tangki septik komunal dan IPAL komunal. Desa dan kelurahan yang termasuk dalam katagori ini adalah Desa Tuju Kecamatan Bangkala Barat, Desa Gunung Sinalu Kecamatan Bangkala, Desa Rumbia Kecamatan Rumbia, Kelurahan Pabiringa Kecamatan Binamu, Kelurahan Tolo Kecamatan Kelara, Desa Bontotanga Kecamatan Tamalatea dan Desa Tanjonga Kecamatan Turatea.
• Zona 3, merupakan kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan sedang dan daerah perdagangan yang harus diatasi dengan pilihan sistem terpusat (off-site) dalam jangka menengah. Zona ini mencakup kawasan pusat perkotaan di Kecamatan Binamu yaitu Kelurahan Empoang selatan.
Tabel 2.4 berisi tabel Zona Sistem Air Limbah yang diambil dari Instrumen Profil Sanitasi
Kelurahan/ Desa Kode Zona Kode Zona
Penyesuaian
Catatan (jelaskan jika zona berubah setelah disesuaikan dengan hasil pemetaan) Garassikang 1 1 Banrimanurung 3 3 Pattiro 1 1 Tuju 2 2 Bulu Jaya 3 3 Barana 1 1 Beroanging 3 3 Papaluang 1 1 Malassoro 3 3 Punagaya 1 1 Bontorannu 1 1 Pantai Bahari 1 1 Palengu 1 1 Tombo Tombolo 1 1 Jenetallasa 1 1 Kalimporo 1 1 Benteng 1 1 Palantikang 1 1 Gunung Silanu 1 1 Kapita 1 1 Marayoka 1 1 Bontomanai 1 1 Camba2 1 1 Maccini Baji 1 1 Kaluku 1 1 Togo2 1 1 Bungeng 2 2
Bontoraya 1 1 Kampala 1 1 Bulo2 1 1 Kalumpangloe 1 1 Palajau 1 1 Arungkeke 1 1 Boronglamu 1 1 Arpak 1 1 Bontomanai 1 1 Rumbia 1 1 Lebangmanai 1 1 Lebangmanai utara 1 1 Palantikang 1 1 Bontocini 1 1 Bontotiro 1 1 Kassi 1 1 Loka 1 1 Tompobulu 1 1 Ujungbulu 1 1 Jenetallasa 1 1 Bulusuka 1 1 Maero 1 1 Lentu 1 1 Bulumbungan 1 1 Bangkalaloe 1 1 Datara 1 1 Baraya 1 1 Bontoramba 1 1 Batujala 1 1 Bulusibatang 1 1 Kareloe 1 1
Tanammawang 1 1 Biringkassi 1 1 Pabiringa 4 4 Panaikang 1 1 Monro2 1 1 Sidenre 2 2 Empoang Selatan 2 2 Empoang 4 4 Balangtoa 2 2 Balang 2 2 Balangberu 2 2 Bontoa 1 1 Sapanang 1 1 Empoang Utara 1 1 Tolo 3 3 Tolo Barat 1 1 Tolo Selatan 1 1 Bontolebang 1 1 Samataring 1 1 Bontonompo 1 1 Gantarang 1 1 Tombo2lo 1 1 Tolo Timur 1 1 Tolo Utara 1 1 Bontosunggu 1 1 Bontojai 1 1 Borongtala 1 1 Turatea Timur 1 1 Turatea 1 1 Bontotanga 3 3 Manjangloe 1 1
Karelayu 1 1 Tamanroya 1 1 Tonrokassi Timur 1 1 Tonrokassi 1 1 Tonrokassi Barat 1 1 Pao 1 1 Bontorappo 1 1 Allu Tarowang 2 2 Tarowang 1 1 Balangberu 1 1 Balangloe Tarowang 1 1 Bonto Ujung 1 1 Tino 1 1 Jombe 1 1 Kayuloe Barat 1 1 Kayuloe Timur 1 1 Bungungloe 1 1 Bontomatene 1 1 Tanjonga 1 1 Bululoe 1 1 Mangempong 1 1 Langkura 1 1 Paitana 2 2 Parasangang Beru 1 1
Tabel 2.5 berisi tabel Zona Sistem Persampahan yang diambil dari Instrumen Profil Sanitasi Fitur Zona
(Kepadatan
penduduk dari luas terbangun+
fungsi perkotaan
)
Kelurahan/ Desa Kode
Zona
Kode Zona Penyesuaian
Catatan (jelaskan jika zona berubah setelah disesuaikan
dengan hasil pemetaan) area kepadatan rendah Garassikang
1 1
CBD Banrimanurung 3 3
area kepadatan rendah Pattiro
1 1
area kepadatan rendah Tuju 3 3
area kepadatan rendah Bulu Jaya
3 3
area kepadatan rendah Barana 1 1
area kepadatan rendah Beroanging
3 3
area kepadatan rendah Papaluang
1 1 25-100 pp; Urban/rural Malassoro 3 3 25-100 pp; Urban/rural Punagaya 1 1 25-100 pp; Urban/rural Bontorannu 1 1 25-100 pp; Urban/rural Pantai Bahari
1 1
25-100 pp; Urban/rural Palengu
2 2
25-100 pp; Urban/rural Tombo Tombolo
1 1 25-100 pp; Urban/rural Jenetallasa 2 2 25-100 pp; Urban/rural Kalimporo 1 1 25-100 pp; Urban/rural Benteng 1 1 area kepadatan rendah Palantikang
1 1
area kepadatan rendah Gunung Silanu
2 2
area kepadatan rendah Kapita
2 2
area kepadatan rendah Marayoka
1 1 25-100 pp; Urban/rural Bontomanai 1 1 25-100 pp; Urban/rural Camba2 2 2
25-100 pp; Urban/rural Maccini Baji
2 2 25-100 pp; Urban/rural Kaluku 1 1 25-100 pp; Urban/rural Togo2 1 1 25-100 pp; Urban/rural Bungeng 2 2
area kepadatan rendah Bontoraya
1 1
25-100 pp; Urban/rural Bulo2 1 1 25-100 pp; Urban/rural Kalumpangloe 1 1 25-100 pp; Urban/rural Palajau 3 3 25-100 pp; Urban/rural Arungkeke 3 3 area kepadatan rendah Boronglamu
1 1
25-100 pp; Urban/rural Arpak
2 2
area kepadatan rendah Bontomanai
1 1 25-100 pp; Urban/rural Rumbia 2 2 25-100 pp; Urban/rural Lebangmanai 1 1 area kepadatan rendah Lebangmanai utara
1 1
area kepadatan rendah Palantikang
1 1
area kepadatan rendah Bontocini
1 1
25-100 pp; Urban/rural Bontotiro 1 1
area kepadatan rendah Kassi
1 1
25-100 pp; Urban/rural Loka 1 1
area kepadatan rendah Tompobulu
1 1
25-100 pp; Urban/rural Ujungbulu 1
1
area kepadatan rendah Jenetallasa
1 1
area kepadatan rendah Bulusuka
1 1
25-100 pp; Urban/rural Maero
1 1
area kepadatan rendah Lentu
1 1
25-100 pp; Urban/rural Bulumbungan
1 1
area kepadatan rendah Bangkalaloe
1 1
area kepadatan rendah Datara 1
1
area kepadatan rendah Baraya
1 1 25-100 pp; Urban/rural Bontoramba 1 1 25-100 pp; Urban/rural Batujala 1 1
area kepadatan rendah Bulusibatang 1
1
area kepadatan rendah Kareloe
1 1
25-100 pp; Urban/rural Tanammawang
1 1
area kepadatan rendah Biringkassi
1 1
area kepadatan rendah Pabiringa
4 4 25-100 pp; Urban/rural Panaikang 1 1 25-100 pp; Urban/rural Monro2 1 1 25-100 pp; Urban/rural Sidenre 2 2
25-100 pp; Urban/rural Empoang Selatan
2 2 25-100 pp; Urban/rural Empoang 2 2 25-100 pp; Urban/rural Balangtoa 3 3 25-100 pp; Urban/rural Balang 3 3 25-100 pp; Urban/rural Balangberu 2 2 25-100 pp; Urban/rural Bontoa 1 1 25-100 pp; Urban/rural Sapanang 2 2 area kepadatan rendah Empoang Utara
1 1
25-100 pp; Urban/rural Tolo
4 4
25-100 pp; Urban/rural Tolo Barat
3 3
25-100 pp; Urban/rural Tolo Selatan
3 3
25-100 pp; Urban/rural Bontolebang
1 1
area kepadatan rendah Samataring
1 1
area kepadatan rendah Bontonompo
1 1
25-100 pp; Urban/rural Gantarang
1 1
area kepadatan rendah Tombo2lo 1
1
25-100 pp; Urban/rural Tolo Timur
1 1
25-100 pp; Urban/rural Tolo Utara 2
2 25-100 pp; Urban/rural Bontosunggu 1 1 25-100 pp; Urban/rural Bontojai 1 1 25-100 pp; Urban/rural Borongtala 2 2 25-100 pp; Urban/rural Turatea Timur
1 1 25-100 pp; Urban/rural Turatea 1 1 25-100 pp; Urban/rural Bontotanga 2 2 25-100 pp; Urban/rural Manjangloe 1 1 25-100 pp; Urban/rural Karelayu 1 1 25-100 pp; Urban/rural Tamanroya 3 3 25-100 pp; Urban/rural Tonrokassi Timur
1 1
25-100 pp; Urban/rural Tonrokassi 3
3
25-100 pp; Urban/rural Tonrokassi Barat
1 1
25-100 pp; Urban/rural Pao
2 2
area kepadatan rendah Bontorappo
1 1
25-100 pp; Urban/rural Allu Tarowang
2 2
25-100 pp; Urban/rural Tarowang
1 1
area kepadatan rendah Balangberu
1 1
25-100 pp; Urban/rural Balangloe Tarowang
1 1
25-100 pp; Urban/rural Bonto Ujung
2 2
area kepadatan rendah Tino
1 1
25-100 pp; Urban/rural Jombe
1 1
area kepadatan rendah Kayuloe Barat
1 1
25-100 pp; Urban/rural Kayuloe Timur
1 1 25-100 pp; Urban/rural Bungungloe 1 1 25-100 pp; Urban/rural Bontomatene 2 2 area kepadatan rendah Tanjonga
1 1 25-100 pp; Urban/rural Bululoe 1 1 25-100 pp; Urban/rural Mangempong 1 1 25-100 pp; Urban/rural Langkura 1 1 25-100 pp; Urban/rural Paitana 2 2 25-100 pp; Urban/rural Parasangang Beru
1 1
Terdapat dua kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan, yaitu tata guna lahan/klasifikasi wilayah dan kepadatan penduduk. Kedua kriteria tersebut sangat berhubungan dengan aktivitas penghuninya yang akan mempengaruhi perhitungan jenis dan volume timbulan sampah. Dari hasil analisis yang didasarkan pada kedua kriteria tersebut, rencana pengembangan persampahan diilustrasikan sebagai berikut:
Kelurahan/ Desa beresiko; Prioritas berdasarkan tingkat area merah=tinggi (skor 3 -4); hijau=rendah (skor 1 - 2) Garassikang 1 Banrimanurung 1 Pattiro 1 Tuju 1 Bulu Jaya 1 Barana 1 Beroanging 1 Papaluang 1 Malassoro 3 Punagaya 1 Bontorannu 1 Pantai Bahari 1 Palengu 2 Tombo Tombolo 1 Jenetallasa 2 Kalimporo 1 Benteng 1 Palantikang 1 Gunung Silanu 2 Kapita 2 Marayoka 1 Bontomanai 1 Camba2 2 Maccini Baji 2 Kaluku 1 Togo2 1 Bungeng 2 Bontoraya 1 Kampala 1 Bulo2 1 Kalumpangloe 1 Palajau 3 Arungkeke 2 Boronglamu 1 Arpak 2 Bontomanai 1 Rumbia 2 Lebangmanai 1 Lebangmanai utara 1 Palantikang 1 Bontocini 1 Bontotiro 1 Kassi 1
Loka 1 Tompobulu 1 Ujungbulu 1 Jenetallasa 1 Bulusuka 1 Maero 1 Lentu 1 Bulumbungan 1 Bangkalaloe 1 Datara 1 Baraya 1 Bontoramba 1 Batujala 1 Bulusibatang 1 Kareloe 1 Tanammawang 1 Biringkassi 1 Pabiringa 4 Panaikang 1 Monro2 1 Sidenre 2 Empoang Selatan 2 Empoang 4 Balangtoa 4 Balang 4 Balangberu 2 Bontoa 1 Sapanang 2 Empoang Utara 1 Tolo 3 Tolo Barat 3 Tolo Selatan 3 Bontolebang 1 Samataring 1 Bontonompo 1 Gantarang 1 Tombo2lo 1 Tolo Timur 1 Tolo Utara 2 Bontosunggu 2 Bontojai 1 Borongtala 2 Turatea Timur 1 Turatea 1 Bontotanga 3 Manjangloe 1 Karelayu 1 Tamanroya 3 Tonrokassi Timur 1 Tonrokassi 3 Tonrokassi Barat 1 Pao 2
Bontorappo 1 Allu Tarowang 2 Tarowang 1 Balangberu 1 Balangloe Tarowang 1 Bonto Ujung 2 Tino 1 Jombe 1 Kayuloe Barat 1 Kayuloe Timur 1 Bungungloe 1 Bontomatene 2 Tanjonga 1 Bululoe 1 Mangempong 1 Langkura 1 Paitana 2 Parasangang Beru 1 2.1.4 Keuangan Daerah
Pembangunan ekonomi selalu menjadi sentral dan lokomotif pembangunan bidang lain, oleh karena itu dalam penyusunan strategi pembangunan selalu dimulai dengan pemetaan serta analisa mendalam tentang kondisi perekonomian yang sedang dihadapi dan prospek pengembangannya yang didasari oleh asumsi terhadap variabel yang mempengaruhi pembangunan ekonomi itu sendiri.
Pada bagian ini menjelaskan terkait kondisi keuangan dan perekonomian daerah, dimana pembiayaan dibidang sanitasi dianggarkan pada beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah antara Lain Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kantor Lingkungan Hidup, Dinas Cipta Karya, Dinas Tata Ruang dan Kebersihan, dan Dinas Kesehatan.
Perkiraan kebutuhan pendanaan sanitasi untuk tahun 2015-2019 diproyeksikan berdasarkan asumsi bahwa proses pembangunan sanitasi diupayakan mengalami percepatan dengan indeks kenaikan proporsi anggaran mengikuti rata-rata progres pertumbuhan yang terjadi dalam kurun waktu masa penganggaran tahun 2010-2013. Dalam masa penganggaran tahun 2010-2013, pertumbuhan rata-rata belanja APBD murni untuk sanitasi 45,85%. Untuk mencapai percepatan pembangunan sanitasi, perkiraan besaran komitmen pendanaan sanitasi tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 mencapai Rp.105.742.000.000. (Lihat Tabel 2.5. Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Jeneponto Untuk Sanitasi dan Tabel 2.6. Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke Depan)
Proyeksi kenaikan APBD murni terhadap sanitasi didasari pada pertumbuhan pengalokasian anggaran sanitasi tahun 2010-2013 dari belanja langsung APBD. Berdasarkan alokasi anggaran sanitasi diperkirakan besaran pendanaan APBD Kabupaten Jeneponto untuk kebutuhan operasional/pemeliharaan aset sanitasi terbangun hingga tahun 2019 tiap sub sektor. Dimana, total perkiraan kebutuhan operasional/pemeliharaan sesuai aset sanitasi terbangun
Rp.217.032.700. (Lihat Tabel 2.7. Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Jeneponto untuk Operasional/Pemeliharaan Sanitasi dan Tabel 2.8. Perkiraan besaran pendanaan APBD Kabupaten Jeneponto untuk kebutuhan operasional/pemeliharaan aset sanitasi terbangun hingga tahun 2019)
Kemampuan daerah untuk berkomitmen dalam penganggaran sanitasi diproyeksikan 0,70% dari belanja langsung Kabupaten Jeneponto. Salah satu strategi Pokja Sanitasi dalam pemenuhan kebutuhan pendanan sanitasi adalah mencari alternatif sumber pendanaan diluar APBD Kabupaten. (Lihat Tabel 2.9. Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten Jeneponto dalam Mendanai Program/Kegiatan SSK)
Tabel 2.6..1
Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke Depan
No Uraian
Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp.) Total Pendanaan 2015 2016 2017 2018 2019
1 Perkiraan Belanja
Langsung 875.349.625 1.023.724.399 1.668.355.789 2.190.198.473 3.002.434.788 8.760.063.074
2 Perkiraan APBD Murni
Untuk sanitasi 6.644.535.785 19.591.279.596 20.876.957.691 24.622.908.544 34.993.909.803 106.729.591.419
3 Perkiraan Komitmen
Pendanaan Sanitasi 6.254.000.000 19.673.000.000 20.544.000.000 24.359.000.000 34.914.000.000 105.742.000.000
Tabel 2.6.2.
Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten Jeneponto untuk Kebutuhan Operasional/Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 2019
No Uraian
Biaya Operasional/Pemeliharaan (Rp.)
Total Pendanaan 2015 2016 2017 2018 2019
1 Belanja Sanitasi 1.1 Air Limbah Domestik
1.1.1 Biaya Oprasional/Pemeliharaan
(justified) 3.255.753 5.651.987 9.811.850 17.033.371 29.569.932 65.322.894
1.2 Sampah Rumah Tangga
1.2.1 Biaya Oprasional/Pemeliharaan (justified) 4.726.592 8.205.364 14.244.511 24.728.472 42.928.627 94.833.566
1.3 Drainase Perkotaan
1.3.1 Biaya Oprasional/Pemeliharaan
(justified) 2.834.764 4.921.150 8.543.117 14.830.851 25.746.357 56.876.240
Tabel 2.6.3.
Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten Jeneponto dalam Mendanai Program/Kegiatan SSK
No Uraian Pendanaan (Rp.) Total Pendanaan 2015 2016 2017 2018 2019
1 Perkiraan Kebutuhan
Operasional/Pemeliharaan 10.817.109 18.778.501 32.599.478 56.592.694 98.244.916 217.032.698
2 Perkiraan APBD Murni untuk
Sanitasi 6.644.535.785 19.591.279.596 20.876.957.691 24.622.908.544 34.993.909.803 106.729.591.419
3 Perkiraan Komitmen
Pendanaan Sanitasi 6.254.000.000 19.673.000.000 20.544.000.000 24.359.000.000 34.914.000.000 105.742.000.000
4 Kemampuan Mendanai SSK (APBD Murni) (2-1)
6.633.718.676 19.572.501.095
20.844.358.213 24.566.315.850 34.895.664.887 106.512.558.721
5 Kemampuan Mendanai SSK
(Komitmen) (3-1) 6.243.182.891 19.654.221.499 20.511.400.522 24.302.407.306 34.815.755.084 105.524.967.302
2.2 2.2 peny caci 2,60 EHR saat Peri 2 Air Lim 2.1 Perma Pengelo Perilaku Manfaat yakit yang ad ngan, penya Perilaku 0% dan sele RA dapat dik t sebelum ma laku CTPS s Aspek 1. A S User In mbah asalahan Me olaan Air Lim
Cuci Tangan t mencuci ta
da ditangan, kit kulit, Infek mencuci tan bihnya 97,40 ketahui bahw akan 53,3% sebelum men k Teknis Aspek Peng Sarana dan P nterface : endesak Air mbah Domes n Pakai Sabu angan denga mencegah ksi Saluran P ngan pakai s 0% tidak me wa perilaku cu dan setelah nyiapkan mas gembangan Prasarana Limbah stik un (CTPS) an sabun ap penularan pe Pernafasan A sabun di Kab elakukan cuc uci tangan p buang air be sakan 20,5% Jumlah Pe 117,686 KK Jumlah KK Jumlah KK Jumlah KK 5 4,679 0 .2 9.8 1 1.9 3.08.4 pabila dilaku enyakit yang Akut, flu buru bupaten Jen ci tangan de akai sabun ( esar 77,8%, s % dan setelah enduduk Kab K K yang BABS K akses ke sis K akses ke sy 2 50,506 0 56 00 8.8 7.2 4 ukan sesuai g ditimbulkan ng serta tang eponto masi engan mengg (CTPS) resp sebelum mem menceboki bupaten Tah : 34,908 KK stem tidak la ystem setemp 34,908 27,129 23 0 Jum Akse Akse Akse Jum Jum 57 1.1 dengan ben oleh bakter gan bersih da ih tergolong gunakan sab onden pada mberi dan me bayi sebesar hun 2014 : K, 30% yak : 27,129 pat layak : 50 mlah KK yang B es ke sistem " es ke sistem s es ke jamban mlah MCK++ mlah IPAL Kom 7.1 A. Jamba B. MCK/W C. Ke WC D. Ke sun E. Ke keb F. Ke selo G. Ke lub H. Lainny nar akan me ri (diare, kole an bebas dar sangat rend bun. Berdasa 5 (lima) wak enyuapi anak r 29,8%. 351,110 jiwa KK, 23% 0,506 KK, 43 BABS tidak layak" setempat "laya bersama "lay unal an pribadi WC Umum C helikopter ngai/pantai/la bun/pekarang okan/parit/go bang galian ya, embunuh ku era, disentri, ri kuman. dah yaitu seb
arkan hasil S ktu penting, k sebesar 17 a atau 3% ak" ak" aut an ot uman tifus, besar Studi pada 7,6%.
Akses Sistem Komunal : ± 0,4% Pengumpulan &
Penampungan/Pengolahan Awal
Keterangan :
Tangki Septik aman 96,4% Tangki Septik tidak aman 3,6%
Dari 57,1% total penyaluran ke Tangki Septik. Pengangkutan/Pengaliran Tidak ada
IPLT Belum tersedia
Daur Ulang/Pembuangan Akhir
Belum dilakukan pendeteksian kualitas limbah
Perencanaan Teknis dll Belum ada master plan Air Limbah terintegrasi dengan RTRW Kabupaten
Aspek Non-Teknis
1. Aspek Pendanaan Lemahnya dukungan pendanaan dalam pengelolaan air limbah dapat diliha pada rendahnya tingkat pertumbuhan 4,17% 2. Aspek Kelembagaan • Pengelolaan air limbah domestik menjadi tupoksi lintas SKPD
yang mana secara teknis menjadi kewenangan Bappeda, Dinas PU Cipta Karya, KLH, Dinas Tarkeb dan Dinas Kesehatan
• Sarana sanitasi air limbah wilayah Kabupaten Jeneponto secara kuantitas dan kualitas belum memenuhi kebutuhan masyarakat
3. Aspek Peraturan Perundangan dan
Belum ada perda terkait pengelolaan air limbah
3,6
96,4
Aman Tidak Aman
Penegakan Hukum 4. Aspek Peran serta
masyarakat dan dunia usaha / swasta
1. Secara keseluruhan peran serta atau tingkat kepedulian masyarakat, jender dan kemiskinan dalam penanganan air limbah domestik di Kabupaten Jeneponto masih rendah
2. Program-program yang berbasis masyarakat seperti SLBM dalam hal pembangunan infrastruktur air limbah seperti MCK Komunal, MCK dan MCK++. Bantuan sarana dan prasarana yang ada belum mampu dikelola dengan baik ditingkat masyarakat
3. Sejauh ini belum banyak keterlibatan pihak swasta dalam mendukung masyarakat dan pemerintah kabupaten Jeneponto dalam pengelolaan air limbah
4. Aspek Komunikasi, PMJK, dll
Kabupaten Jeneponto dalam menjalankan kampanye pengelolaan air limbah serta sejauh mana Pemerintah Kabupaten Jeneponto melakukan penyampaian informasi kepada masyarakat, dan mengetahui peran media massa dalam mendukung pengelolaan air limbah sampai saat ini sudah dilaksanakan, namun hasilnya belum memuaskan
Sumber referensi : BPS Bab III
Catatan : disamping dari BPS, untuk grafik prasarana juga mengacu pada bahan Instrumentasi Profil
2.2.2 Sasaran dan Rencana Pengembangan Pembangunan Air Limbah
Sasaran pengembangan Pembangunan sarana dan prasarana Air Limbah di Kabupaten Jeneponto adalah untuk memenuhi universal acces sebagai tujuan utama PPSP. Secara analisis perilaku pengelolaan ari limbah masyarakat yang tergolong cukup memprihatinkan, maka perilaku BABs di tahun 2019 mencapai 0%. Sistem On site yang layak mencapai 100% di tahun yang sama. Serta akses ke system sanitasi di seluruh kawasan Kabupaten Jeneponto diprogramkan tercapai pada persentase 60%. Sehingga, rencana pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah akan meliputi system on-site dan sistem komunal.
Tabel 2.8: Tujuan dan Sasaran Air Limbah Domestik Air Limbah Permukiman
Tujuan :
1. Tercapainya sistem pembangunan yang terintegritas antara perencanaan dan pembangunan 2. Terbangunya sarana prasarana pengelolaan air limbah
3. Akses masyarakat terhadap prasarana Jamban keluarga 100% di tahun 2019
4. Meningkatnya peran serta dunia usaha/swasta dalam pendanaan sanitasi Air Limbah
Sasaran :
1. Tersusunnya Master Plan Sanitasi Kabupaten Jeneponto Tahun 2016 2. Terbitnya PERDA tentang penanganan Sanitasi pada tahun 2016 3. Terbangunnya IPAL kawasan
4. Perilaku stop BABs 100% hingga 2019, melalui terpenuhinya pencapaian masyarakat terhadap akses sanitasi 100%
5. Pembangunan tangki septik yang aman bagi lingkungan
6. Partisipasi pihak swasta dalam distribusi pengelolaan Air Limbah
Tabel 2.9 Rencana Pengembangan Jangka Menengah Air Limbah Domestik Kab./Kota
NOMOR Sistem
Cakupan Layanan Eksisting
Indikasi Biaya (juta rupiah)
2015 2016 2017 2018 2019 Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Pembangunan MCK, Tangki Septik Komunal
2 MCK (Komunal)
3 IPLT
4 Kelembagaan/KSM
2.2.3. Kerangka Kerja Logis Air Limbah
Kerangka Kerja Logis (KKL) merupakan benang merah atau keterkaitan atau rangkuman antara Buku Putih dan SSK yang mencerminkan kondisi eksisting (permaalahan mendesak dan isu strategis), tujuan, Sasaran, Indikator Sasaran, Program dan Kegiatan. Tabel Kerangka Kerja Logis (KKL) dapat dilihat di Lampiran A
Analisis kebutuhan daerah tentang permasalahn mendesak sanitasi telah diformulasikan dalam bentuk analisis prioritas kegiatan air limbah domestic, sebagai berikut :
Tabel 2.10 Prioritas Kegiatan Air Limbah Domestik
No Program
Score (dan bobot) Penerima manfaat Permasala han mendesak Persepsi
Pokja Pro poor Total Score Urutan Prioritas 25% 25% 20% 30% 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Pembangunan MCK, Tangki Septik Komunal 4 4 4 4 4 I 2 MCK (Komunal) 4 4 3 4 3.8 II 3 IPLT 4 3 3 3 3.25 IV 4 Kelembagaan/KSM 3 3 3 3 3 V
5 Master Plan 4 3 4 4 3.75 III
2.3. Persampahan
2.3.1 Permasalahan Mendesak Persampahan
Hitung kembali tingkat pelayanan persampahan wilayah perkotaan dan wilayah pedesaan, bila belum dipisahkan maka pisahkan tingkat pelayanan wilayah perkotaan dan wilayah pedesaan berdasarkan hasil “Instrumen Profil Sanitasi”
Tabel 2.11 Permasalahan Mendesak Persampahan Aspek Teknis
1. Aspek Pengembangan Sarana dan Prasarana Keterangan :
• Sampah RT dikelolah dengan membakar memiliki persentase tertinggi 53,6%.
• Pengelolaan terlayani hanya 0,2% dan pembuangan TPS hanya 11,8% • Sesuai data BPS, pelayanan TPA hanya pada satu kecamatan (Binamu)
dan hanya sebagian.
2. Sistem Pemilihan Sampah
Keterangan :
• Sistem pengangkutan menurut masyarakat beragam waktu. • Beberapa kali dalam seminggu memiliki persentase terbesar 58,8%
• Diperoleh juga data Tidak pernah pada persentase 28,3% 3. Pengumpulan
setempat
• Prasarana pengumpulan setempat adalah becak/becak motor dengan jumlah 6 unit.
4. Penampungan Sementara (TPS)
• Terdapat sejumlah tong sampah dan TPS yang belum mencukupi untuk seluruh wilayah Kabupaten Jeneponto
• Tong sampah sejumlah 93 buah • TPS sejumlah 87 buah
5. Pengangkutan • Prasaran pengangkutan yang ada sangat sedikit dan tidak memenuhi wilayah Kabupaten Jeneponto.
• Dump Truck 3 dan Arm Roll 1 Unit 6. (Semi) Pengolahan
Akhir Terpusat
Sarana TPS 3R dan SPA (Stasiun Peralihan Sementara) belum ada.
7. Daur Ulang/Tempat pemrosesan akhir
Sarana TPA (Open dumping) 2 Ha.
8. Perencanaan Belum tersedia dokumen dan master plan persampahan
Aspek Non Teknis
1. Aspek Kelembagaan • Penanganan pengelolaan persampahan di Kabupaten Jeneponto dilaksanakan oleh Dinas Tata Ruang dan Kebersihan dan didukung oleh Badan Lingkungan Hidup
• Masih kurangnya Perda Kabupaten Jeneponto yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengelolaan persampahan saat ini
2. Aspek Pendanaan • Pengelolaannya sampah belum dilakukan secara optimal dan regulasi yang mengatur tentang hal tersebut juga belum tersosialisasi dengan baik. Sehingga, pendanaan dalam hal retribusi sampah tidak jelas.
3. Aspek Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha / Swasta:
• Berdasarkan hasil survey EHRA, keterlibatan peremuan dalam melakukan pemilahan sampah masih sangat rendah yaitu 30,1%.
• Bank SulSel telah menyumbangkan satu unit Becak Motor dan beberapa unit TPS, demikian pula Bank BNI dan BRI telah menyumbangkan TPS
pada sepuluh titik 4. Aspek Peraturan
Perundangan dan penegakan hukum
Masih kurangnya Perda Kabupaten Jeneponto yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengelolaan persampahan saat ini
(sumber referensi: BPS dan penyesuaian)
2.2.2 Sasaran dan Rencana Pengembangan Pembangunan Air Limbah
Tabel berikut berisi resume sasaran yang akan dicapai terkait pembangunan persampahan sampai tahun 2020. Uraian resume sasaran sudah disusun berdasarkan Tingkat Prioritas dan merupakan hasil kesepakatan seluruh anggota Pokja.
Tabel 2.8: Tujuan dan Sasaran Persampahan
Tujuan :
1. Merningkatkan akses pengelolaan sampah di lingkungan masyarakat. Sehingga perilaku pengelolaan pembakaran sampah turun hingga 0%.
2. Meningkatkan akses pelayanan persampahan di seluruh wilayah termasuk pedesaan. 3. Penyediaan prasarana persampahan menjangkau seluruh wilayah di Kabupaten Jeneponto
Sasaran :
1. Tersusunnya master plan pengelolaan sampah untuk kabupaten Jeneponto di tahun 2016 2. Tersedianya sarana pengelolaan sampah TPS 3R dan TPA
3. Terbitnya perda pengelolaan TPA
4. Tersedianya alat angkut memadai pengelolaan sampah untuk seluruh wilayah. 5. Partisipasi pihak swasta dalam distribusi pengelolaan Persampahan
NOMOR Sistem Cakupan Layanan Eksisting Sasaran Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 A PENANGANAN LANGSUNG Zona 4 Zona 3
B Penanganan tidak langsung
Zona 2
Zona 1
C TPST
B TPA
2.2.3. Kerangka Kerja Logis Persampahan
Kerangka Kerja Logis (KKL) merupakan benang merah atau keterkaitan atau rangkuman antara Buku Putih dan SSK yang mencerminkan kondisi eksisting (permaalahan mendesak dan isu strategis), tujuan, Sasaran, Indikator Sasaran, Program dan Kegiatan. Tabel Kerangka Kerja Logis (KKL) dapat dilihat di Lampiran A
Analisis kebutuhan daerah tentang permasalahn mendesak sanitasi telah diformulasikan dalam bentuk analisis prioritas kegiatan persampahanc, sebagai berikut :
Tabel 2.10 Prioritas Kegiatan Persampahan
No Program
Score (dan bobot) Penerima manfaat Permasala han mendesak Persepsi
Pokja Pro poor Total Score Urutan Prioritas 25% 25% 20% 30% 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Penyusunan Master Plan 4 3 4 3 3.45 II
Persampahan 2 TPS 3R 4 4 4 4 4 I 3 TPA 4 4 4 4 4 I 4 Fasilitas TPA 4 3 3 4 3.55 II 2.4. Drainase
2.4.1 Permasalahan Mendesak Drainase
1. Aspek Pengembangan Sarana dan Prasarana
Keterangan :
• Sistem drainase yang ada tidak terintegrasi dan tidak memadai
• Area genangan yang terjadi di lingkungan RT hamper setengah dari total yakni 48,4%
Data Genangan Keterangan :
• Data genangan diperoleh dari data sekunder (Dinas Cipta Karya 2014). Bila sudah ada Masterplan drainase maka dapat digunakan data genangan dari masterplan drainase yang harus disesuaikan dengan kondisi genangan terakhir/saat ini.
• Ketagori genangan yang ditulis dalam tabel ini adalah:
‐ Genangan dipermukiman dan genangan yang mengganggu aktifitas warga.
‐ Tinggi genangan dalam satuan meter, luas satuan Ha, dan waktu satuan jam.
• frekuensi genangan terjadi minimal 1 kali dalam 1 tahun. 2. Penampungan /
Pengolahan awal
Gary water masih bercampur dengan drainase.
3. Pengangkutan/Pengal Hampir di seluruh wilayah Kabupaten Jeneponto tidak terlayani drainase 51,6
48,4
Tidak ya
iran yang layak dan memadai (bercampur sampah)
4. Data Lain
berdasarkan hasil EHRA
-
Aspek Non Teknis
1. Aspek Kelembagaan • Penanganan pengelolaan saluran drainase lingkungan di Kabupaten Jeneponto merupakan tanggung jawab Dinas Cipta karya.
• Perangkat peraturan terkait pengelolaan drianase belum tersedia
2. Aspek Pendanaan • Dukungan dana (APBD Kab/Provinsi ataupuan APBN) yang masih sangat minim dan cenderung mangalami penurunan dari tahun ke tahun.
3. Aspek Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha / Swasta:
• Masyarakat / pihak swasta dalam peranan penanganan drainase masih terbatas, terutama pada lingkungan perumahan pribadi
• Belum ada sistem kelembagaan atau pemisahan yang jelas tentang peran jender dan masyarakat miskin dalam pengelolaan drainase lingkungan
4. Aspek Peraturan Perundangan dan penegakan hukum
2.2.2 Sasaran dan Rencana Pengembangan Pembangunan Drainase
Tabel berikut berisi resume Sasaran Pembangunan Drainase terkait sanitasi sampai pada tahun 2020. Uraian resume sasaran sudah disusun berdasarkan Tingkat Prioritas dan merupakan hasil kesepakatan seluruh anggota POKJA.
Tabel 2.8: Tujuan dan Sasaran Drainase Air Limbah Permukiman
Tujuan :
1. Meningkatnya pelayanan saluran drainase yang terintegritas 2. Hilangnya genangan sampai 0%
3. Penanganan kelembagaan pengelolaan drainase.
Sasaran :
1. Tersusunnya Master Plan Drainase Kabupaten Jeneponto Tahun 2017
2. Tersedianya pelayanan drainase untuk pengurangan luas genangan sampai 0% di tahun 2020. 3. Tersedianya regulasi drainase pada tahun 2018.
Tabel 2.9 Rencana Pengembangan Jangka Menengah Drainase Kabupate Jeneponto
NOMO R Sistem Cakupan Layanan Eksisting Sasran Tahun 201 5 201 6 201 7 201 8 201 9 Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. Cakupan Pelayanan 2. Luas Genangan
2.2.3. Kerangka Kerja Logis Air Limbah
Kerangka Kerja Logis (KKL) merupakan benang merah atau keterkaitan atau rangkuman antara Buku Putih dan SSK yang mencerminkan kondisi eksisting (permaalahan mendesak dan isu strategis), tujuan, Sasaran, Indikator Sasaran, Program dan Kegiatan. Tabel Kerangka Kerja Logis (KKL) dapat dilihat di Lampiran A
Analisis kebutuhan daerah tentang permasalahn mendesak sanitasi telah diformulasikan dalam bentuk analisis prioritas kegiatan air limbah domestic, sebagai berikut :
Tabel 2.10 Prioritas Kegiatan Drainase
No Program
Score (dan bobot) Penerima manfaat Permasala han mendesak Persepsi
Pokja Pro poor Total Score Urutan Prioritas 25% 25% 20% 30% 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Master Plan Drainase 4 4 4 4 4 I 2 Drainase Primer 3 4 4 4 3.75 II 3 Drainase Sekunder 3 3 4 3 3.2 III 4 Drainase Tersier 3 3 3 3 3 IV 5 Kelembagaan 2 3 3 3 2.75 V