• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERBIT PT ELEX MEDIA KOMPUTINDO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERBIT PT ELEX MEDIA KOMPUTINDO"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

The Naked Marquis By Sally MacKenzie

Published in 2006 by Zebra Books.

Zebra Books are published by Kensington Publishing Corp. Copyright © 2006 Sally MacKenzie

All rights reserved. The Naked Marquis Alih Bahasa: Eka Budiarti Hak Cipta Terjemahan Indonesia Penerbit PT Elex Media Komputindo Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Diterbitkan pertama kali pada tahun 2012 oleh Penerbit PT Elex Media Komputindo

Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta 718030222

ISBN: 978-602-04-5439-9

Cetakan pertama: April 2012 Cetakan kedua: Februari 2018

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan seba-gian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan

(5)

“Setiap halaman sungguh menggoda!” – Lisa Kleypas

(6)

Untuk Ibu dan Ayah,

dan Kevin serta anak-anak, tentu saja,

juga untuk Ruth.

Disertai ucapan terima kasih pada Elin

Untuk bunga jagung birunya.

(7)

Bab 1

Kenapa Paul harus mati?

Mayor Charles Draysmith berdiri di jalanan lebar berlapis batu, hujan berderai mengalir di lehernya, dan menatap fasad bangunan batu pasir raksasa yang menju-lang tinggi di hadapannya. Ia tidak ingin masuk.

Ia berlama-lama tinggal di London, bertemu dengan pengacara, dengan bankir Paul, mengurus semua de-tail pewarisan—dan membenci setiap menitnya. Setiap ucap an “Baik, My lord” terasa mengoyak jiwanya.

Gara-gara seorang pencuri Italia tak dikenal, kini ia menjadi Marquis of Knightsdale.

Embusan angin membasahi mantel luarnya, mem-buat semakin banyak air hujan mengalir menuruni le-hernya. Ia tidak bisa terus berdiri di sini seperti orang tolol. Tak lama lagi Bibi Bea akan datang bersama kereta dan para pelayannya serta kucing gemuknya untuk me-nyiapkan pesta rumah.

Aduh. Besok serombongan gadis perawan aristokrat beserta mama mereka akan datang di Knightsdale. Rasa takut mencekamnya dan telapak tangannya mu-lai berkeringat, sama seperti yang terjadi sebelum setiap pertempuran yang ia lakukan di Semenanjung. Rasanya ia ingin berbalik dan lari.

(8)

Sally MacKenzie

2

“Selamat pagi, My lord.”

“Memangnya ini pagi yang indah, Lambert?” Charles membiarkan si kepala pelayan melepaskan topi dan mantelnya yang basah. Sudah sepuluh tahun sejak terakhir kali ia bertemu pria ini—sejak pernikahan Paul. Keriput baru sudah muncul di sekitar mulut dan mata Lambert, dan rambutnya juga sudah menipis.

Tidak diragukan lagi pria itu juga memperhatikan perubahan pada dirinya, pikir Charles. Ia baru saja lulus dari universitas saat terakhir kali ia pulang; kini usianya sudah tiga puluh tahun, menua karena darah dan debu peperangan.

“Bisakah kau menyuruh seseorang mengurus ku-daku?”

“Tentu saja, My lord. Apakah Lady Beatrice datang bersama Anda?”

“Tidak, aku berangkat lebih dahulu. Aku—keri-butan apa itu?” Charles yakin ia mendengar suara ge-muruh artileri di kejauhan.

“Sepertinya itu Miss Peterson, My lord, bersama Lady Isabelle dan Lady Claire.”

“Apa memangnya yang mereka lakukan?” Charles menuju ke tangga. Suara ribut itu datang dari salah satu lantai atas.

“Skittles, semacam bowling, My lord. Di galeri pan-jang.”

Skittles, pikir Charles. Bagaimana anak-anak itu bisa bermain skittles? Mereka kan masih kecil.

Ia mendengar suara gemuruh lagi kemudian jeritan. Apakah ada seseorang yang terluka? Ia berlari, menaiki dua anak tangga sekaligus. Kalau ingatannya benar, di

(9)

The Naked Marquis 3 galeri panjang itu terdapat sejumlah patung dada pua-lam para Draysmiths terdahulu. Kalau salah satunya menimpa anak kecil.... Dan apa itu salakan? Ada anjing juga? Apa sih yang dipikirkan Miss Peterson ini? Ia berasumsi si Pengasuh dan si guru—benarkah namanya Peterson? Rasanya tidak. Ia pasti akan ingat, karena itu adalah nama si pendeta. Ia berasumsi bahwa para kepo-nakannya yang masih kecil diasuh dengan baik. Jelas ia salah. Nah, Miss Peterson ini tak lama lagi akan mencari pekerjaan lain.

Ia tiba di galeri panjang tepat pada waktunya untuk melihat seekor anjing terrier kecil berbulu hitam dan putih menubruk penyangga patung dada Paman-Kakek Randall.

Emma Peterson melompat untuk menahan patung terse-but tepat saat seorang pria berteriak dari tangga. Keka-getan karena mendengar suara pria membuat ia nyaris menjatuhkan patung jelek itu. Tentunya Mr. Lambert tidak akan membiarkan orang gila masuk ke rumah ini, kan?

“Memangnya kau pikir apa yang kau lakukan, Miss, dengan membiarkan hewan itu berlarian? Salah satu anak asuhanmu bisa saja tertimpa.”

Emma menegang. Memangnya siapa pria ini, tiba-tiba datang, memaki, dan mengkritik? Ia menaikkan kacamatanya di hidung. Apakah ia mengenal pria itu? Suaranya terdengar agak akrab di telinga. Kalau saja pria itu mau mendekat.

Apa yang ia pikirkan? Seharusnya ia berharap pria itu kembali menuruni tangga dan keluar dari rumah.

(10)

Sally MacKenzie

4

Pria itu tidak terlalu tinggi, tapi bahunya yang bidang dan aura memerintahnya menunjukkan pria itu terbiasa mendapatkan apa yang ia inginkan. Bagaimana kalau pria itu terbukti berbahaya? Kalau ia berteriak, akankah ada orang yang datang tepat waktu untuk membantu-nya?

“Prinny tidak bermaksud jahat, Sir.” Isabelle yang pemberani menghadapi penyusup itu dengan bahu ke-cilnya ditegakkan, meski ia mendekat ke Emma.

“Tentu saja dia tidak bermaksud jahat.” Claire kecil merangkul leher Prinny. “Kau anjing yang baik, bukan, Prinny?”

Prinny menyalak dan menjilat wajahnya.

“Prinny? Ya ampun, Prinny! Ia mungkin anjing yang baik, Miss, tapi ia tidak boleh berlarian di sini.”

“Sir.” Emma senang karena suaranya tidak gemetar atau menahan tangis. Ia berdiri tegak, meski tubuhnya mungil. “Sir, saya harus meminta Anda untuk pergi. Segera.”

“Anda harus meminta aku pergi? Madam, akulah yang harusnya menyuruh kau segera pergi.”

Emma menelan ludah. Astaga, pria itu mendekat. “Isabelle, Claire, kemarilah, Anak-anak.”

Pria itu berhenti. “Isabelle dan Claire?” “Ya.” Emma mengangkat dagunya.

Sekarang pria itu cukup dekat untuk dapat dilihat Emma dengan jelas. Wajahnya gelap terbakar matahari, rambut cokelat ikalnya dipotong cepak. Pria itu lebih tua, lebih kuat, dan lebih percaya diri ketimbang pria yang terakhir ia lihat sekilas dari kejauhan di pernikahan almarhum marquis, namun Emma mengenalnya. Ia

(11)

The Naked Marquis 5 dak akan pernah dapat melupakan sepasang mata itu— biru jernih, bagaikan danau, dengan tepian yang gelap. Charles Draysmith, pemuda yang ia idolakan dan pria yang ia puja, sudah kembali ke Knightsdale.

“Mereka ini keponakanku?” Charles menatap kedua gadis itu. Yang lebih tua—Isabelle—tampaknya berusia sekitar sembilan tahun. Tubuhnya kurus dengan rambut pirang-platina yang lurus dan tipis, tulang pipi tinggi, serta mata hijau Paul. Yang satunya lagi masih bertubuh montok seperti bayi, tapi ia bukan lagi bayi. Rambut ikal gadis kecil itu liar seperti rambut Charles.

Claire, yang kecil, berkacak pinggang—gerakan yang Charles yakin ia lihat dilakukan pengasuh berkali-kali saat ia masih anak-anak—dan mendongakkan dagunya. “Apakah kau orang jahat?”

“Claire!” Wanita itu mengerutkan alis. “Ini Paman-mu Charles, Marquis of Knightsdale yang baru.”

Charles mengamati sang guru. Bagaimana wanita itu bisa tahu siapa dia? Yah, para pelayan tentu sudah tahu ia akan datang—ia sudah mengirim kabar bahwa ia dan Bibi Bea akan datang—jadi tak perlu seorang genius untuk menebak identitasnya. Tapi wanita itu awalnya tidak tahu siapa dia atau tentunya ia tidak akan meng-usir Charles dari rumah. Charles mau tak mau memuji keberanian wanita itu. Ia berani bertahan menghadapi teriakan Charles. Banyak prajurit yang menjadi pucat saat ia memarahi mereka.

Tinggi wanita itu hanya beberapa sentimeter di atas Isabelle, tapi wanita itu tidak tampak seperti anak kecil. Sama sekali tidak. Charles mengarahkan pandangannya

(12)

Sally MacKenzie

6

lebih tinggi untuk mengamati wajah wanita itu. Rambut pirang gelap, sewarna madu yang hangat dan bahkan lebih ikal dari rambutnya; bintik-bintik di wajahnya; mata berwarna cokelat keemasan, dengan bulu mata yang panjang dan gelap....

“Mungil?” Charles menahan tawa terkejutnya saat mengenali. Bukankah ini Emma Peterson, putri sang pendeta, gadis kecil kurus yang dahulu selalu mengi-kutinya seperti anak anjing yang tersesat? Anak laki-laki lain menggoda Charles karenanya, tapi ia tidak sampai hati mengusir Emma. “Maafkan aku. Maksudku, Miss Peterson. Apakah kau guru anak-anak ini?”

“Bukan, My lord. Guru mereka, Miss Hodgekiss, di-panggil pulang mendadak untuk mengurus ibunya yang sakit. Aku hanya menggantikan tugasnya sementara se-lagi ia pergi.”

Pipi Emma samar-samar merona. Ia tidak menatap mata Charles. Tatapan Charles semakin tajam. Perasaan-nya mengatakan bahwa Miss Emma Peterson masih me-nyimpan secercah pemujaan padanya. Menarik. Wanita ini sangat menarik. Mungkin ia bisa menjadi solusi atas masalah Charles. Bagaimana kalau ia meminta Emma menikahinya? Ia bisa saja mendapatkan wanita yang lebih buruk. Bila ia berhasil mendapatkan persetujuan Emma sebelum pesta rumah sialan itu, ia tidak perlu melewatkan beberapa hari berikutnya berlari-lari meng-hindari para pemburu pernikahan.

Charles merasakan Claire menarik lengan bajunya. “Miss Hodgekiss cemas ibunya akan meninggal.” Sepasang mata cokelat besar menatapnya. “Ibuku me-ninggal di gunung di It-lia.”

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini fiskus memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung sendiri jumlah pajak terutangnya, dengan kepercayaan yang sudah diberikan oleh fiskus kepada

Berdasarkan zona-zona risiko air tanah terhadap dampak negatif pemompaan air tanah dan pencemaran air tanah, maka lokasi- lokasi sumur pantau dapat ditentukan dengan

Permasalahan tersebut dapat teratasi dengan merancang dan membangun sistem informasi manajemen yang baru yang mampu memenuhi kebutuhan pengguna dalam melakukan

Menjadikan Program Studi Magister Ilmu Kedokteran Dasar (IKD) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga terkemuka di tingkat Nasional dan Asia, terutama pemuka

Dalam pelaksanaan pemanenan, perlu diperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah memperoleh produksi yang baik dengan rendemen minyak yang

Bagi mereka wanita bercadar sebagai aktor atau pelaku dalam suatu tindakan sosial, cadar yang mereka kenakan mempunyai makna tersendiri yang dipakai untuk

Lemo atau kilemo (Litsea cubeba Persoon L.) termasuk ke dalam marga Lauraceae dengan nama daerah Kilemo (Jawa Barat), Krangean (Jawa Tengah) dan Antarasa (Sumatera

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Ammar Rifqi, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “Pengaruh Profitability, Debt to Equity Ratio, Firm Size, Innovation, dan Time