• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Hemifacial Spasme

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4. Hemifacial Spasme"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HEMIFACIAL SPASM

HEMIFACIAL SPASM

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Hemifacial Spasm termasuk dalam golongan movement disorders yang secara Hemifacial Spasm termasuk dalam golongan movement disorders yang secara karakteristik ditandai dengan adanya kontraksi involunter otot wajah yang dipersarafi oleh karakteristik ditandai dengan adanya kontraksi involunter otot wajah yang dipersarafi oleh saraf VII (N.facialis), bersifat paroksismal, timbul secara sinkron dan intermitten pada satu saraf VII (N.facialis), bersifat paroksismal, timbul secara sinkron dan intermitten pada satu sisi wajah. Kontraksi bersifat tonik klonik dengan variasi derajat keparahannya. Umumnya sisi wajah. Kontraksi bersifat tonik klonik dengan variasi derajat keparahannya. Umumnya kontraksi dimulai p

kontraksi dimulai pada daerah ada daerah sekitar mata (m. sekitar mata (m. orbicularis oculi), menjalar secara bertahaporbicularis oculi), menjalar secara bertahap ke otot daerah pipi dan akhirnya ke daerah mulut.

ke otot daerah pipi dan akhirnya ke daerah mulut.

Prevalensi spasme hemifasial dilaporkan oleh Auger dan Whisnat (1990) adalah Prevalensi spasme hemifasial dilaporkan oleh Auger dan Whisnat (1990) adalah 14,5 per 100.000 populasi wanita dan 7,4 per 100.000 populasi pria. Spasme hemifasial ini 14,5 per 100.000 populasi wanita dan 7,4 per 100.000 populasi pria. Spasme hemifasial ini timbul pada usia dekade 50-an dan lebih

timbul pada usia dekade 50-an dan lebih banyak dijumpai pada wanita. Di Indonesia belumbanyak dijumpai pada wanita. Di Indonesia belum ada data yang pasti tentang penderita spasme hemifasial. Pada penelitian oleh Jusuf ada data yang pasti tentang penderita spasme hemifasial. Pada penelitian oleh Jusuf Misbach (Agustus 1999

Misbach (Agustus 1999 –  –  Januari 2001) tentang penggunaan injeksi toksin botulinum pada Januari 2001) tentang penggunaan injeksi toksin botulinum pada spasme hemifasial dari 20 pasien yang ada terdapat 19 pasien laki-laki (95%) dan 1 pasien spasme hemifasial dari 20 pasien yang ada terdapat 19 pasien laki-laki (95%) dan 1 pasien wanita (5%).

(2)

DEFINISI

Kejang hemifacial (Hemifacial Spasm) adalah kejang tidak disadari yang tidak terasa sakit pada salah satu bagian wajah disebabkan kerusakan syaraf cranial VII (N. Facialis). Saraf ini menggerakkan otot wajah, merangsang kelenjar ludah dan air mata, dan memungkinkan bagian depan lidah untuk mengetahui rasa.

Kejang hemifacial (Hemifacial spasm) mempengaruhi pria dan wanita tetapi lebih sering terjadi pada usia pertengahan dan wanita yang lebih tua.

Kejang tersebut kemungkinan disebabkan oleh kelainan posisi arteri atau simpul  pada arteri yang menekan syaraf cranial VII dimana terdapat batang otak.

ANATOMI

 Nukleus fasialis menerima serabut-serabut yang menyilang dan tidak menyilang melalui traktus kortikobulbaris. Otot-otot wajah dibawah dahi menerima persarafan korteks kontralateral (hanya serabut kortikobulbaris yang menyilang). Apabila terdapat suatu lesi rostral dari nukleus fasialis akan menimbulkan paralisis dari otot-otot fasialis kontralateral kecuali otot frontalis dan orbikularis okuli. Karena otot frontalis dan orbikularis okuli menerima persarafan dari kortikal bilateral, maka otot-otot tersebut tidak akan dilumpuhkan oleh lesi yang mengenai satu korteks motorik atau jaras kortikobulbarisnya. Saraf kranial N. VII (fasialis) mengandung 4 macam serabut, yaitu:

1. Serabut somato-motorik , yang mensarafi otot-otot wajah (kecuali M. Levator

 palpebra (N. III)), M. Platisma, M. Digastrikus bagian posterior, M. Stilohioid dan M. Stapedius di telinga tengah.

2. Serabut visero-motorik   (parasimpatis) yang datang dari nukleus salivatorius

superior. Serabut saraf ini mengurus glandula dan mukosa faring, palatum, rongga hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksilar serta sublingual dan lakrimalis. 3. Serabut visero-sensorik  yang menghantar impuls dari alat pengecap di 2/3 bagian

depan lidah.

4. Serabut somato-sensorik  rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan rasa raba) dari

(3)

overlapping  (disarafi oleh lebih dari satu saraf (tumpang tindih)) ini terdapat di lidah,  palatum, meatus akustikus elsterna dan bagian luar gendang telinga.

 Nervus fasialis terutama merupakan saraf motorik yang menginervasi otot-otot ekspresi wajah. Disamping itu saraf ini membawa serabut parasimpatis ke kelenjar ludah, kelenjar air mata dan ke selaput mukosa rongga mulut dan hidung. Dan ia juga menghantarkan berbagai jenis sensasi eksteroseptif dari daerah gendang telinga, sensasi 2/3 depan lidah, dan sensasi viseral umum dari kelenjar ludah, mukosa hidung, dan faring. Dan sensasi proprioseptif dari otot-otot yang disarafinya.

Sel sensorik terletak di ganglion genikulatum, pada lekukan saraf fasialis di kanal fasialis. Sensasi pengecapan dari 2/3 depan lidah dihantar melalui saraf lingual ke korda timpani dan kemudian ke ganglion genikulatum. Serabut yang menghantar sensasi eksteroseptif mempunyai badan selnya di ganglion genikulatum dan berakhir pada akar desenden dan inti-inti akar desenden dari saraf trigeminus.

Inti motorik N. VII terletak di pons. Serabutnya mengitari inti N. IV dan keluar di  bagian lateral pons. N. VII bersama N. Intermedius dan N. VIII kemudian memasuki

meatus akustikus internus. Disini N. VII bersatu dengan N. Intermedius dan menjadi satu  berkas saraf yang berjalan dalam kanalis fasialis dan kemudian masuk ke dalam Os.

mastoid. Ia keluar dari tulang tengkorak melalui foramen stilomastoid dan bercabang untuk mensarafi otot-otot wajah.

(4)

ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Beberapa penyebab yang dapat menimbulkan hemifacial spasm adalah:  Idiopatik.

 Vascular compression.

 Facial nerve compression by mass.

 Brainstem lesion such as stroke or  multiple sclerosis plaque.

 Secondary to trauma or  Bell palsy.

Usia setengah baya atau lebih tua adalah faktor resiko pada hemifacial spasm. Jika orang yang lebih muda dari 40 tahun terkena penyakit ini, mungkin ada penyakit neurologis yang mendasarinya (misalnya multiple sclerosis).

Hemifacial spasm bisa disebabkan cedera pada saraf kranial ketujuh (N. Facialis). Sebuah tumor atau pembuluh darah yang menekan saraf atau Bell’s Palsy. Penyebabnya mungkin juga tidak diketahui. Salah satu pemicu yang paling umum adalah pembuluh darah menekan nervus facialis, yang menyebabkan otot-otot sekitarnya untuk kedutan atau kejang.

PATOFISIOLOGI

Pertama dijelaskan oleh Gowers pada tahun 1884, Hemifacial Spasme (HFS) merupakan suatu mioklonus otot segmental yang diinervasi oleh nervus facialis. Gangguan ini terjadi dalam dekade kelima atau keenam dari kehidupan, hampir selalu unilateral, meskipun gangguan bilateral dapat terjadi jarang pada kasus yang berat. Hemifacial spasm  biasanya dimulai dengan gerakan klonik singkat dari otot orbicularis oculi dan menyebar dalam beberapa tahun ke otot wajah lainnya (corrugator, frontalis, orbicularis oris, platysma, zygomaticus).

Gerakan klonik berlangsung untuk kontraksi tonik berkelanjutan dari otot yang terlibat. Iritasi kronis pada nervus facialis atau nukleus facialis merupakan penyebab yang mungkin dari Hemifacial Spasm, mungkin timbul dari kondisi dari penyakit dasar yang dimiliki.

Iritasi dari nucleus nervus facialis diyakini menyebabkan hipereksitabilitas dari nucleus nervus facialis, sementara iritasi pada segmen proksimal saraf dapat menyebabkan

(5)

ephatic transmisi dalam nervus facialis. Mekanisme lain menjelaskan involunter ritmik kontraksi mioclonic diobservasi pada hemifacial spasm.

Lesi kompresi (misalnya tumor, arteriovenous malformation, paget disease) dan lesi non kompresi (misalnya stroke, multiple sclerosis plaque, basilar meningitis) mungkin dapat timbul sebagai hemifacial spasm. Sebagian besar kasus hemifacial spasm sebelumnya yang dianggap idiopatik itu mungkin disebabkan oleh pembuluh darah yang menyimpang (misalnya cabang distal dari arteri anterior inferior cerebellar atau arteri vertebralis) mengompresi nervus facialis dalam cerebellopontine angle.

GEJALA KLINIS

Gerakan involunter pada wajah hanya sebuah gejala. Lelah, anxietas, dan membaca mungkin merangsang gerakan tersebut. Otot pada salah satu bagian wajah tidak sengaja kejang, biasanya diawali dengan kelopak mata, kemudian menyebar menuju pipi dan mulut. Kejang kemungkinan sementara pada awalnya tetapi bisa jadi hampir berlanjut. Gangguan tersebut pada hakekatnya tidak menyakitkan tetapi bisa memalukan.

Gejala dari hemifacial spasm, yaitu:

 Berkedut intermitten dari otot kelopak mata.

 Penutupan mata secara paksa.

 Spasme otot-otot wajah bagian bawah.

(6)

 Kejang terus menerus yang melibatkan semua otot di satu sis i wajah.

Gambar 2. Hemifacial spasm

DIAGNOSIS

Hemifasial spasme secara karakteristik ditandai adanya kontraksi involunter otot wajah yang dipersarafi N.VII (N. facialis), bersifat paroksismal, timbil secara sinkron dan intermitten pada satu sisi wajah.Biasanya timbul pada usia dekade limapuluhan dan banyak dijumpai pada wanita.

Pada spasme hemifasial typical kontraksi dimulai pada musculus orbicularis oculi dan menjalat secara bertahap ke otot daerah pipi dan menyebar ke daerah mulut, meliputi musculus orbicularis oris,buccinator dan platysma. Spasme hemifasial atypical lebih jarang ditemukan. Pada spasme hemifasial typikal kontraksi dimulai pada musculus orbicularis oris dan buccinator, dan menyebar ke musculus orbicularis oculi. Madjid Samii dkk menemukan dari 143 pasien spasme hemifasial, kasus typical ditemukan pada 95,9% dan atypical 4,1%.

Beberapa hal yang dapat mencetuskan timbulnya spasme hemifasial antara lain: stress, kelelahan fisik, kecemasan dan cahaya yang terang.

Pola timbulnya spasme hemifasial pada pasien ini sesuai dengan typical hemifasial spasm, dimana mula-mula pasien merasakan kedutan pada bagian bawah mata kanan yang kemudian secara bertahap menjalar ke daerah pipi dan mulut. Serangan makin sering saat  pasien stress dan kelelahan.

(7)

Spasme hemifasial harus dibedakan dengan tics, blepharospasm dan facial myokimia. Secara klinis karakteristik facial myokimia berupa suatu gerakan menyerupai getaran otot muka yang menetap dan berlanjut. Gambaran EMG berupa salah satu cetusan (discharge) spontan yang asinkron dari motor unit yang berdekatan.

Pada tic’s gerakan biasanya bersifat tiba-tiba, sesaat, stereotipik dan terkoordinasi serta berulang dengan interval yang tidak teratur. Penderita biasanya merasakan keinginan untuk melakukan gerakan-gerakan tersebut. Dengan demikian penderita merasa lega. Penderita tic’s biasanya berhubungan dengan penyakit obsesive compulsive.

Pemeriksaan EMG pada hemifasial spasm secara karakteristik ditandai timbulnya irama gelombang frekuensi tinggi (150-400 Hz), dengan sinkronisasi. Sedangkan pada  blink refleks dengan perekaman elektrofisiologis dapat terlihat sinkinesis dari otot-otot

yang dipersarafi oleh cabang-cabang N.VII secara jelas.

Diagnosa pasti penyebab spasme hemifasial sulit ditegakkan. Ada beberapa  penyebab yang dapat menimbulkan spasme hemifasial, yaitu tumor, malformasi pembuluh darah dan proses infeksi lokal yang semuanya dapat menimbulkan penekanan pada nervus VII.

Sebagai penyebab terbanyak dan telah dibuktikan yaitu adanya penekanan oleh  pembuluh darah. Dari 143 kasus spasme hemifasial yang dilakukan tindakan mikrovaskular dekompresi didapatkan copressing vessel yang paling sering adalah Anterior Inferior Cerebellar Artery (AICA) pada 73 kasus.

Terdapat 2 teori yang menerangkan terjadinya kontraksi tonik-klonik involunter  pada otot-otot wajah yang dipersarafi N.VII yaitu eksitasi ektopik dan transmisi epatik.

(8)

DIAGNOSA BANDING

 Tics

Facial tics yang singkat, berulang, terkoordinasi, gerakan semipurposeful dari otot-otot wajah dan leher yang dikelompokkan. Tics dapat terjadi secara fisiologis atau dalam hubungan dengan encepalopati difus. Beberapa obat (misalnya antikonvulsan, kafein, metilpenidate, antiparkinson agent) berhubungan dengan produksi tics. Tunggal, berulang, gerakan stereotipe (misalnya meringis berulang, throat clearing, vokalisasi) mendefinisikan gangguan tics sederhana.

 Hemimasticatory spasm

Hemimasticatory spasm hampir sama denga hemifacial spasm dan terjadi dengan iritasi pada saraf motorik trigeminal.

Kondisi yang jarang adalah myoclonus segmental dan muncul dengan kontraksi involunter unilateral dari trigeminal yang diinervasi otot pengunyah (biasanya masseter). Mirip dengan Hemifacial spasm, Hemimasticatory spasm merespon  pengobatan dengan obat-obatan dan toksin botulinum. Namun, sedikit bukti yang

mengeksplor manfaat pembedahan pada pasien dengan penyakit ini.

 Myoclonic movement

Gerakan myoclonic mempengaruhi otot-otot wajah juga bisa muncul dari lesi pada level otak atau batang otak. Ini dibedakan dari hemifacial spasm oleh distribusi gerakan abnormal (lebih umum dan mungkin bilateral) dan mungkin dengan  pemeriksaan electrodiagnostic. Central myoclonus merespon anticonvulsant

management.

 Craniofacial Tremor

Craniofacial tremor mungkin terjadi dalam hubungan dengan tremor esensial,  parkinson disease, thyroid disfunction, atau gangguan elektrolit. Kejang focal motor harus dibedakan dari gangguan gerakan wajah. Terutama hemifacial spasm. Kelemahan postictal dan keterlibatan yang lebih besar dari wajah bagian bawah adalah hal yang membedakan dengan kejang focal motor.

(9)

Facial myokimia muncul sebagai vermikular twitching dibawah kulit, sering dengan  penyebaran seperti gelombang. Hal ini dibedakan dari gerakan wajah abnormal

lainnya dengan karakteristik electromyogram. Facial myokimia dapat terjadi dengan  beberapa proses di batang otak. Pada kasus yang berat mungkin bermanfaat jika diberikan toksin botulinum. Kebanyakan kasus adalah idiopatik dan sembuh tanpa  pengobatan dalam beberapa minggu.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada spasme hemifasial sebaiknya diobati terlebih dulu dengan medika mentosa dengan pemberian Carbamazepin dengan dosi s 600-1200 mg/hr. Jesel dkk (1982) memberikan carbamazepin pada 46 kasus spasme hemifasial dan ternyata didapatkan perbaikan pada 16 kasus (35%) dan hilangnya gejala pada 10 pasien (22%). Pada hasil penelitian lain dikatakan carbamazepin efektif pada lebih dari 50% kasus. Dapat pula diberikan pelemas otot (baclofen). Bila dengan kedua macam obat tersebut kurang berhasil maka dapat digunakan Botulinum Toxin injeksi (BOTOX). Toksin  botulinum merupakan neurotoksin hasil produksi Clostridium Botulinum yang menghambat pelepasan asetilkolin di muscular junction. Cara kerjanya yaitu menimbulkan efek paralisis pada otot yang disuntik dengan jalan memblokade secara irreversibel transmisi kolinergik pada terminal saraf presinap. Dosis yang digunakan tergantung dari daerah otot yang akan disuntik. Obat suntikan ini merupakan hasil pengolahan toksin  botulinum serotipe A. Secara klinis kelemahan akan tampak 1-3 hari setelah pemberian

toksin ini dan akan berakhir 3-6 bulan kemudian tergantung dosis dan kepekaan individu. Adapun aplikasi toksin botulinum dalam klinik selain untuk spasme hemifasial adalah untuk: blepharospasm, tortikolis, tremor, tics dan mioklonus palatal.

Operasi dekompresi terhadap pembuluh darah juga merupakan suatu cara  pengobatan terhadap spasme hemifasial. Operasi ini memiliki efek samping yang cukup serius. Menurut penelitian Janneta dkk dekompresi mikrovaskuler merupakan terapi  pilihan bagi spasme hemifasial disamping botox.

(10)

 beberapa mungkin membutuhkan pembedahan. Lainnya mungkin hanya dapat diobati dengan toksin botulinum atau obat-obatan dan akan harus hidup pada tingkat yg lebih  besar atau kecil dari kejang pada wajah pada hari-hari dikehidupan mereka.

Hemifacial spasme adalah kondisi progresif dimana lebih dari waktu pasien akan mengalami gejala yang lebih parah. Kurang dari 10 % pasien mengalami kambuh kembali dari gejala mereka. Pada kasus yang berat, hemifacial spasme menyebabkan penutupan kelopak mata secara tiba-tiba yang membuat mata melihat menjadi sangat sulit. Meskipun  prognosis buruk, harus diingat hemifacial spasme adalah kondisi yang dapat diobati.

Gambar

Gambar 2. Hemifacial spasm

Referensi

Dokumen terkait

Rata-rata efisiensi penyaluran air di tingkat tersier UPT Pengairan Kota Metro adalah sebesar 81,23%. Efisiensi penyaluran air di saluran tersier D.I Sekampung

maka Pokja ULP Kantor Imigrasi Klas III Kalianda Kanwil Kemenkumham Lampung mengundang saudara dapat hadir untuk dilaksanakan Klarifikasi dan Verifikasi Keaslian Data

Untuk mencapai swasembada pangan pada tahun 2031, Kabupaten Muaro Jambi membutuhkan sawah dan lahan kering masing- masing seluas 30.545 ha dan 1.064 ha, sehingga potensi lahan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa galur yang dievaluasi tidak berbeda nyata untuk umur panen dan bobot malai namun berbeda nyata untuk karakter diameter batang,

Frekuensi pelukaan dalam satu lubang bor pada penyadapan getah pinus dengan metode bor mempunyai pengaruh terhadap produktivitas getah pinus, hal ini dibuktikan dengan

Honor verifikasi/review data BOSDA kabupaten (1 org x 4 tw x 341 sekolah) Honor cros cek SPJ BOSDA Kabupaten.. 5.2.2 Belanja Barang dan Jasa 5.2.2.01 Belanja Bahan Pakai

SEFL-ACTUALIZATION OF DARBY SHAW IN JOHN GRISHAM’S THE PELICAN BRIEF : A HUMANISTIC PSYCHOLOGICAL APPROACH: SCHOOL OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION MUHAMMADIYAH UNIVERSITY

( ) adalah ketidakpastian dari ketidakstabilan suhu terhadap meter arus; ( ) adalah ketidakpastian dari sertifikat kalibrasi sumber tegangan; ( )