BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A.
A. LaLatatar Ber Belalakakangng
Ada kekuatan-kekuatan besar dalam sejarah yang tidak bisa di hapus oleh kekuatan Ada kekuatan-kekuatan besar dalam sejarah yang tidak bisa di hapus oleh kekuatan manapun dan oleh peradaban apapun dalam kehidupan suatu umat, suatu bangsa dan golongan. manapun dan oleh peradaban apapun dalam kehidupan suatu umat, suatu bangsa dan golongan. Kekuatan ini merupakan pusat grafitasi sejarah yang menggerakkan dinamika manusia, bukan Kekuatan ini merupakan pusat grafitasi sejarah yang menggerakkan dinamika manusia, bukan saja karena eksisten
saja karena eksistensinya yang terikat oleh sinya yang terikat oleh zaman, ruang dan zaman, ruang dan waktu, tetapi juga karena waktu, tetapi juga karena merekmerekaa lahir bukan menghamba dan mengabdi kepada sejarah. Mereka lahir karena ada misi meluruskan lahir bukan menghamba dan mengabdi kepada sejarah. Mereka lahir karena ada misi meluruskan sejar
sejarah ah manusimanusia, a, merubmerubah ah tragetragedi di dan bencana dan bencana menjamenjadi di rahmarahmat t yang gemilang, menyalayang gemilang, menyalakan apikan api yang terang benderang ketika dunia di selimuti jubah hitam, bahkan ketika mega kelabu berarak yang terang benderang ketika dunia di selimuti jubah hitam, bahkan ketika mega kelabu berarak menjadi ratapan, mereka sudah menyibakkannya untuk suatu cahaya yang tak pernah berhenti. menjadi ratapan, mereka sudah menyibakkannya untuk suatu cahaya yang tak pernah berhenti.
Mer
Mereka eka adaladalah ah oraorang-ng-oraorang ng pilpilihaihan. n. AllAllah ah memmemililih ih bukabukan n karkarena ena kehkehendaendak k sejsejaraarah,h, bahkan bukan karena kerinduan dan kedahagaan akan kebenaran yang telah dipegang zaman bahkan bukan karena kerinduan dan kedahagaan akan kebenaran yang telah dipegang zaman kedzaliman. Allah memilihnya bukan pula karena kemauan-kemauan manusia, bukan karena kedzaliman. Allah memilihnya bukan pula karena kemauan-kemauan manusia, bukan karena pr
prediediksiksi-pr-prediediksi ksi alaalamiymiyah ah dan dan rekrekayaayasa sa perperadaadaban, ban, mermereka eka lahlahir ir bukbukan an oleoleh h leglegitiitimasmasii kebudayaan, bahkan, oleh rekayasa politik yang menyesatkan. Allah memilih mereka karena kebudayaan, bahkan, oleh rekayasa politik yang menyesatkan. Allah memilih mereka karena Allah sendiri yang berkehendak, menurt cakrawala mata pandang dan Amanah-nya.
Allah sendiri yang berkehendak, menurt cakrawala mata pandang dan Amanah-nya.11
Merekalah para Rosul, para Nabi, para Wali, dan para Ulama. Ketika para rosul dan nabi Merekalah para Rosul, para Nabi, para Wali, dan para Ulama. Ketika para rosul dan nabi berlalu, tugas-tugas besar dalam sejarah dunia dan kemanusiaan ini di serahkan sepenuhnya berlalu, tugas-tugas besar dalam sejarah dunia dan kemanusiaan ini di serahkan sepenuhnya
kepada para ulama. Dan karena itulah, tak ada pilihan lain bagi para rosul dan anbiya itu menuju kepada para ulama. Dan karena itulah, tak ada pilihan lain bagi para rosul dan anbiya itu menuju waktu yang berlalu.
waktu yang berlalu.
1
1 Muhammad Luqman HakimMuhammad Luqman Hakim, , ““ NU ditengah Kelemahan Ulama dan Kemunduran Umat” NU ditengah Kelemahan Ulama dan Kemunduran Umat” ((YayasanYayasan
Pondok PETA, Tulungagung, 1994), hal: 1-2 Pondok PETA, Tulungagung, 1994), hal: 1-2
▸ Baca selengkapnya: setelah gerakan mabadi’ khaira ummah terhenti, akhirnya dirumuskan kembali dalam musyawarah nasional ulama’ nu tahun 1992 di ….
(2)(3)Terlintas kembali dalam ingatan kita bahwa ketika Indonesia Merdeka adalah merupakan Terlintas kembali dalam ingatan kita bahwa ketika Indonesia Merdeka adalah merupakan babak baru
babak baru saat itu saat itu bagi bangsa bagi bangsa indoneindonesia setelah bertahun-tsia setelah bertahun-tahun terjajah, namun ahun terjajah, namun bukan berartibukan berarti perjuangan telah tuntas, bangsa Indonesia saat itu harus menentukan kemana arah dan tujuan perjuangan telah tuntas, bangsa Indonesia saat itu harus menentukan kemana arah dan tujuan bangsa ini? Mau di bawa kemana negara ini? Apakah menjadi sekuler ataukah menjadi negara bangsa ini? Mau di bawa kemana negara ini? Apakah menjadi sekuler ataukah menjadi negara
islam. islam.
Ada nuansa sejarah yang tak bisa di lupakan di negeri ini, bahawa sejak awal para ulama Ada nuansa sejarah yang tak bisa di lupakan di negeri ini, bahawa sejak awal para ulama memerankan diri dalam konstelasi bela negara secara tidak tanggung-tanggung. Hal demikian memerankan diri dalam konstelasi bela negara secara tidak tanggung-tanggung. Hal demikian bukan semata-mata karena kebutuhan sosio politis, bahwa indonesia sebenarnya identik dengan bukan semata-mata karena kebutuhan sosio politis, bahwa indonesia sebenarnya identik dengan umat islam namun karena kesadaran sejarah akan kelangsungan ajaran islam itulah maka para umat islam namun karena kesadaran sejarah akan kelangsungan ajaran islam itulah maka para ulama mambangun struktur institusional yang besar lewat organisasi atau jamiyah keag
ulama mambangun struktur institusional yang besar lewat organisasi atau jamiyah keag amaanamaan..22
Jur
Jurang ang pempemisaisah h daldalam am masmasyaryarakat akat IndIndoneonesia sia antantara ara pendpendukuukung ng NegNegara ara seksekulaular r ataatauu netral-agama dan Negara islam tampak sudah menganga lebar pada saat jepang menyerah pada netral-agama dan Negara islam tampak sudah menganga lebar pada saat jepang menyerah pada bulan agustus 1945. Bukan tujuan untuk mengutarakan semua gagasan besar dalam peradaban bulan agustus 1945. Bukan tujuan untuk mengutarakan semua gagasan besar dalam peradaban sengit mengenai bentuk Negara sejak tahun 1920-an. Namun, perlu di catat persamaan pendapat sengit mengenai bentuk Negara sejak tahun 1920-an. Namun, perlu di catat persamaan pendapat yang terda
yang terdapat di kalangan tokoh nasionapat di kalangan tokoh nasionalis Indoneslis Indonesia, dari soekarnia, dari soekarno o hingga Moh. Hattahingga Moh. Hatta, dari, dari suparno hingga Ki Hadjar Dewantara: lebih mementingkan “kebersamaan” kolektivisme, prinsip suparno hingga Ki Hadjar Dewantara: lebih mementingkan “kebersamaan” kolektivisme, prinsip kekeluargaan dan gotong-royong ketimbang individualisme, intelektualisme, materialisme dan kekeluargaan dan gotong-royong ketimbang individualisme, intelektualisme, materialisme dan demokr
demokrasi asi parleparlementer model menter model barat serta barat serta keyakikeyakinan nan bahwa bahwa kebijkebijaksanaaksanaan an traditradisionasional l indoneindonesaisai bisa di gunakan sebagai penunjuk jalan untuk memilih hal-hal baik yang bisa di serap dari dunia bisa di gunakan sebagai penunjuk jalan untuk memilih hal-hal baik yang bisa di serap dari dunia barat.
barat.33 SamSampai pai terterjadjadi i perperselselisiisihan han panjpanjang ang dan dan sensengit git terterutautama ma di di antantara ara kalkalangaangan n kaumkaum
nasionalis (Kebangsan) dan kalangan islam yang ingin mendirikan islam di Indonesia. Tentu saja nasionalis (Kebangsan) dan kalangan islam yang ingin mendirikan islam di Indonesia. Tentu saja
2
2 Ibid, Ibid, hal: 31hal: 31 3
3 Andree Feillard,Andree Feillard, ““ NU Vis-a-Vis Negara Mencari Isi Bentuk dan Makna NU Vis-a-Vis Negara Mencari Isi Bentuk dan Makna”,”, (Yogyakarta, Lkis 1999),(Yogyakarta, Lkis 1999),
hal: 30 hal: 30
perdebatan ini menjadi keretakan dan perpecahan di tubuh bangsa ini. Walaupun di Indonesia perdebatan ini menjadi keretakan dan perpecahan di tubuh bangsa ini. Walaupun di Indonesia
may
mayorioritas pendutas pendudukduknya muslnya muslim, tetaim, tetapi pi hal itu hal itu bukbukan menjaan menjadi di dasdasar, ar, bagabagai i manmana a dendengangan sekelompok masyarakat yang non islam apakah bisa menerima indonesia menjadi negara islam, sekelompok masyarakat yang non islam apakah bisa menerima indonesia menjadi negara islam, mungkin hal ini menjadi pertanyaan bagi bangsa Indonesai.
mungkin hal ini menjadi pertanyaan bagi bangsa Indonesai.
Sebuah aspek
Sebuah aspek lain dari lain dari pertenpertentangan ideologi antara tangan ideologi antara IslaIslam m dan dan MarxiMarxisme-Lesme-Leninisninismeme dap
dapat at di di lihlihat at padpada a funfungsi gsi kemkemasyasyaraarakatkatn n masmasinging-ma-masinsing. g. DalDalam am kerkerangkangka a iniini, , MarMarxisxisme- me-Lenin
Leninisme adalah isme adalah sebuah paham sebuah paham sekulesekuler r yang yang berusberusaha aha mengatmengatur ur kehidupkehidupan an bermabermasyarasyarakatkat secar
secara a menyemenyeluruh atas luruh atas wawasawawasan-wawn-wawasan asan rasiorasional nal belakabelaka, , sedangsedangkan kan IslaIslam m justjustru ru menolmenolak ak sekulerisme seperti itu. Menurut ajaran formal islam, pengaturan kehidupan bermasyarakat harus sekulerisme seperti itu. Menurut ajaran formal islam, pengaturan kehidupan bermasyarakat harus di selaraskan dengan semua ketentuan-ketentuan yang datang dari Allah.
di selaraskan dengan semua ketentuan-ketentuan yang datang dari Allah.
Melih
Melihat at pola hubungan diametral seperti itu pola hubungan diametral seperti itu memanmemang g menghemengherankan. Bahwa rankan. Bahwa masimasih h sajasaja ada kelompok-kelompok Marxis-Leninis dalam masing-masing lingkungan bangsa muslim mana ada kelompok-kelompok Marxis-Leninis dalam masing-masing lingkungan bangsa muslim mana p
pun un di di seselulururuh h didininia. a. BaBahkahkan n di di kalkalanangagan n miminornorititas as mumuslslim im di di negnegarara a yayang ng mamayoyoriritatass penduduknya beragama bukan islam, seperti Sri-langka, Filipina. bukan karena adanya penduduknya beragama bukan islam, seperti Sri-langka, Filipina. bukan karena adanya
orang-orang yang berpaham Marxis-Leninis. karena memang mereka ada di mana-mana orang yang berpaham Marxis-Leninis. karena memang mereka ada di mana-mana..44
Dal
Dalam hubungam hubungan an dengdengan an neganegara, islara, islam m memmemililiki tiga pandaniki tiga pandangan utamagan utama,, pertama,pertama, adanya pandangan untuk mendirikan sebuah negara yang khusus islam, seperti di Iran, Arab adanya pandangan untuk mendirikan sebuah negara yang khusus islam, seperti di Iran, Arab Saudi
Saudi, , dan dan PakisPakistan.tan. Kedua,Kedua, PanPandandangan gan bahwbahwa a islislam am adaadalah lah agamagama a resresmi mi NegNegaraara, , namnamunun negaranya sendiri bukan negara Islam, Seperti Malaysia. Dan
negaranya sendiri bukan negara Islam, Seperti Malaysia. Dan Ketiga,Ketiga, antarantara a negara dan negara dan agamaagama tidak di kaitka
tidak di kaitkan secara konstitn secara konstitusionausional, namun hak melaksanal, namun hak melaksanakan kan syarsyari’ah di benarkan olehi’ah di benarkan oleh negara
negara, , seperseperti ti indonesindonesia. Kenyataan seperti itu ia. Kenyataan seperti itu mengharmengharus us kita untuk kita untuk menerimenerima ma kenyakenyataantaan
4
4 Abdurrahman WahidAbdurrahman Wahid, , ““ Meng Mengurai Hubungan urai Hubungan AgamAgama a dan dan NegarNegaraa”” (Jaka(Jakarta, rta, GrmeGrmedia dia WidiWidiasarasaranaana
Indonesia, 1999), hal: 136-138 Indonesia, 1999), hal: 136-138
sejarah bahwa dimayoritas kawasan dunia islam hanyalah bentuk hubungan ketiga yang dapat di lestarikan, yaitu negara menjamin hak kaum muslimin untuk melaksanakan syari’ah agama mereka, walaupun negara itu tidak mencantumkan islam sebagai agama resmi. dalam kaitan inilah harus “di baca” penegasan Presiden Soeharto kepada sesepuh NU bahwa Pancasila menjamin hak umat beragama islam untuk melaksanakn syari’ah agamanya tersebut. Pancasila tidak berada pada kedudukan yang lebih tinggi dari islam atau agama lain, karena ia hanya menjamin hak pemeluk untuk melaksanakan kewajiban agamanya masing-masing.5
Oleh karena itu penerimaan pancasila sebagai asas itu juga dilakukan secara keagamaan, dalam arti mendudukkan agama dan pancasila pada tempat masing-masing, tanpa harus dipertentangkan. Antara pancasila sebagai landasan ideologis-konstitusional dan aqidah islam menurut faham ahlus sunnah waljama’ah sebagai landasan keimanan, tidak dapat saling dipertrentangkan, karena pada hakikatnya orang berasas pancasila karena kepercayaannya kepada tuhan yang maha esa (dan dengan demikian mengambil salah satu dasar dalam pancasila), sedangkan beraqidah adalah tindakan mengkongkritkan pancasila dalam salah satu bidang kehidupan bangsa, yaitu kehidupan beragama.6
Meskipun pada ahirnya Negara Indonesia tidak menjadi Negara islam dan bukan juga sekuler, tetapi Indonesia menjadi Negara yang mempunyai asas ideology pancasila yang berlandaskan islam yang menguntungkan semua pihak dan itu merupakan suatu keberhasilan.
Keberhasilan itu tentu saja tidak terlepas dari perjuangan para pejuang yang menginginkan Negara ini tetap satu di atas banyaknya perbedaan. Salah satunya adalah islam sebagai agama yang menghendaki persatuan dan kesatuan serta menghargai perbedaan, dan
5 Ibid , hal 91-92
mampu menyisihkan cita-cita keagamaan demi mencapai kemaslahatan bersama.
Islam melalui salah satu wadah organisasi keagamaan yang bernama Nahdlatul Ulama (NU) telah mampu memberikan kontribusi yang sulit di timbang dengan nuansa fisik, karena kontribusi para Ulama dan Kiyai dalam membimbing spiritualitas kebangsaan, melalui motifasi keagamaan telah sampai pada batas-batas tertentu, yang tak di miliki oleh Negara islam lainnya. Bahwa NU telah memberikan inspirasi setiap even paling penting dan sekaligus ketika Negara dalam keadaan kritis, untuk munculnya suatu perubahan dan stabilitas. Di samping itu juga Nahdlatu Ulama telah membuktikan dirinya telah mampu meredam keinginan Umat Islam untuk
mendirikan Negara islam dan mempunyai andil besar dalam perumusan Ideologi Negara Indonesia.7
Kalau di telusuri dengan tekun, dapatlah di buat garis linear dari sikap NU tehadap berbagai aspek pemerintahan dan Negara kita. Sebagaimana dikemukakan diatas. Pada tahun
1945 Nahdlatul Ulama turut menerima dan merumuskan pancasila dan Undang-undang dasar 1945 (Melalui kehadiran KH. A. Wahid Hasim, KH. Mansyur dan Zainul Arifin). Keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan nasional untuk menyongsong lahirnya kemerdekaan.8
Begitu besarnya perana Nahdlatul Ulama dalam sejarah bangsa Indonesia, dengan semangat perjuangannya membela bangsa indonesia dari segala bentuk penjajahan, terutama ketika masa-masa awal kemerdekaan Indonesia untuk menjadikan Negara islam, walaupun itu tidak terlaksana. Tetapi dengan semangat keagamaan dan patriotismenya Nahdlatul Ulama mampu menyelaraskan kepentingan keagamaan dan negaranya.
Meskipun masih banyak anggapan bahwa Nahdlatul Ulama yang sering di kelompokkan
7 Luqman Hakim, Op.Cit. “ NU ditengah Kelemahan Ulama dan Kemunduran Umat ” hal: 54 8 Ibid, hal:
sebagai kaum tradisionalis tapi bukan berarti Nahdlatul Ulama tidak membuka diri terhadap modernisasi dan perkembangan zaman. Tidak juga berarti Nahdlatul Ulama tidak peka terhadap permasalahan yang melanda negeri ini. Setidaknya anggapan negatif terhadap NU tidak lagi
merebak secara berlebihan terutama mengenai kontribusinya terhadap bangsa ini. Sejarah membuktikan bahwa NU mampu turut menentukan nasib bangsa ini dengan memberikan peranan besar pada saat perumusan ideologi Negara.
Dengan kata lain, apa yang harus dilakukan oleh NU tak bisa dilepaskan dengan upaya-upaya mengikuti program-program modernisasi, baik untuk kepentingan dirinya sendiri maupun untuk kepentingan bangsa Indonesia secara keseluruhan. hal ini sudah menjadi komitmen yang mengemuka dalam pemikiran-pemikiran Gus Dur, sebagai seorang tokoh NU progresif pada tahun 1980, dengan menyatakan “apa yang sangat dibutuhkan adalah upaya menciptakan rasa menjadi sebuah bangsa dan mengtasi persoalan-persoalan yang sangat fundamental seperti kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.9 Cara berpikir NU untuk mempertahankan
tradisi tak lain adalah menjaga warisan leluhur yang telah mengembangkan islam sambil terus melakukan perubahan yang lebih baik. Kaidah yang akrab di kalngan Nahdliyyin adalah “mempertahankan warisan lama yang baik dan mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik” inilah yang menjadi pondasi NU tetap mempertahankan tradisi meski tetap melahirkan sesuatu yang baru.10 Oleh karena itulah masalah mengenai peranan NU dalam perumusan ideologi
Negara ini sangat penting dalam kaca mata penulis dan menjadi prioritas utama dalam penelitian ini. Karena sepatutnya bahwa kita tidak bisa melupakan sejarah yang memberikan kita lemah dalam setiap peristiwanya, terutama dalam hal perjuangan para pahlawan bangsa seperti
9 Laode Ida, “ NU Muda Kaum Progresif dan Sekularisme Baru”, (Jakarta, Erlangga 2004), hal: 64
10 Khamami Zada dkk , “ Nahdlatul Ulama Dinamika Idologi dan Politik Kenegaraan ”, (Jakarta, Kompas,
Nahdlatul Ulama dan para pejuang lainnya. Untuk itulah mengapa kemudian penulis merasa perlu mengabadikan peranan Nahdlatul Ulama terutama dalam perumusan ideologi negara ini dengan merefleksikannya kedalam karya ilmiyah yang berupa skripsi dengan judul“ Peranan Nahdlatul Ulama dalam Perumusan ideology Negara Indonesia 1945”.
B. Perumusan Masalah
Dengan adanya latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana sejarah lahirnya Nahdlatul Ulama dan perkembangannya di Indoneisa?
2. Bagaimana kondisi Bangsa Indonesia pada tahun 1945?
3. Bagaimana peranan Nahdlatul Ulama dalam perumusan Ideologi Negara Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Adapun dari beberapa rumusan masalah yang ada terdapat tujuan yang akan di capai di antaranya yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah lahirnya Nahdlatul ulama dan perkembangannya di Indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaimana kondisi bangsa Indonesia pada tahun 1945.
3. Untuk mengetahui bagaimana peranan Nahdlatul Ulama dalam perumusan ideologi Negara Indonesia.
Nahdlatul Ulama sejak berdirinya tahun 1926 telah memberikan banyak pengaruh besar dalam dunia islam di Indonesia, bukan itu saja NU yang merupakan simbol dari kebangkitan ulama yang secara otomatis bernilai keagaman, juga mampu memberikan nafas kehidupan dalam membangun bangsa Indonesia menjadi Negara yang memiliki ideologi nasionalis namun juga memakai agama islam sebagai landasan.
Disamping itu juga sejak enam puluh delapan tahun lalu, NU di dirikan, kehidupan umat islam di Indonesia telah terbangunkan oleh kultur yang berlandaskan ajaran ahlisunnah Wal-Jama’ah. Bangunan besar umat islam ini, termasuk bangunan kebangsaan Indonesia tentu tidak bisa di lepaskan sama sekali dari peran para ulama itu sendiri. Tetapi lambat laun, ketika
kemajuan demi kemajuan di petik, kemerdekaan di raih oleh bangsa Indonesia.11 Begitu
pentingnya peranan Nahdlatul Ulama dalam berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia, sehingga penelitian-penelitian dan study-study mengenai NU banyak di lakukan, tidak hanya oleh kaum intelektual di Indonesia saja melainkan juga oleh kaum intelektual mancanegara.
Di Indonesia sendiri salah satu study atau penelitian tentang NU pernah di lakukan oleh Einar Martahan Sitompul. M. Th. Seorang kristiani namun mampu secara gemilang mengungkap sisi positif NU sebagai organisasi keagamaan yang juga peka terhadap nasionalisme.
Dalam karyanya yang berjudul NU Pancasila. Einar Martahan Sitompul memberikan pandangan bahwa NU berdirinya di pandang sebagai kaitan yang erat dengan perkembangan
islam di nusantara, ia juga berpendapat bahwa NU bersifat fleksibel tetapi tidak terlepas dari sikap keagamaan. Ini terlihat ketika NU secara tepat memutuskan bahwa pancasila dapat di terima sebagai ideologi Negara meskipun terjadi pergolakan yang kontroversial di tubuh bangsa
11Muhammad Luqman Hakim, “ NU ditengah Kelemahan Ulama dan Kemunduran Umat ”, (Tulungagung, Yayasan Pondok PETA, 1994), hal: 20
Indonesia dalam menanggapi pancasila.
Namun dalam studynya mengenai masalah NU, Einar Martahan Sitompul, meski memakai beberapa pendekatan sejarah tapi ia tidak menjadikan studynya sebagai uraian sejarah, ia lebih condong kepada uraian bidang keagamaan dan politiknya saja. Oleh karena itu penulis dalam kesempatan ini ingin melakukan penelitian (study) mengenai peranan NU dalam perumusan Ideologi Negara Indonesia 1945 dengan mengsignifikasikan pendidikan ini sebagai uraian sejarah seutuhnya dengan menggunakan metode penelitian sejarah yaitu tahap Heuristik, kritik, interprestasi dan historiografi.
Dengan demikian dapatlah di ajukan Hipotesa-hipotesa mengenai Peranan NU, dalam perumusan Ideologi Negara Indonesia ini dengan beberapa hipotesa yaitu:
1. Nahdlatul Ulama (NU) berdirinya sebagai organisasi keagamaan atau politik juga dipandang sebagai reaksi para ulama yang ingin mengadakan kebangkitan bagi umat islam mempertahankan kepentingannya di bidang keagamaan dan memperjuangkan nasib bangsa yang hidup dalam penjajahan tanpa kemerdekan. Oleh sebab itu dengan alasan ini perlu juga kiranya kita mengetahui bagaimana sebenarnya kondisi bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan.
2. Sikap NU yang sangat fleksibel dalam menghadapi pergolakan-pergolakan di Indonesia yang menunjukkan kesanggupan mereka untuk mengilhami perlawanan kepada penjajah belanda yang selama ini menjajah Negara Indonesia.
3. Peranan NU yang sangat besar dalam perumusan ideologi Negara Indonesia memberikan implikasi positif terhadap tegaknya Negara Indonesia yang memiliki asas pancasila sebagai ideologi Negara yang isinya:
a. Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara republik Indonesia bukan agama, dan tidak dapat menggantikan kedudukan agama, dan tidak dapat di gunakan untuk menggantikan kedudukan agama.
b. Sila ketuhanan yang maha esa sebagai dasar Negara Republik Indonesia, menurut pasal 29 ayat (1) UUD 1945 yang menjiwai sila-sila lain, mencerminkan tauhid menurut pengertian keimanan dalam islam.
c. Bagi nahdlatul Ulama, islam adalah aqidah dan syari’ah meliputi aspek hubungan manusia dengan allah dan hubungan antar manusia.
d. Penerimaan dan pengalaman pancasila merupakan wujud upaya umat islam Indonesia untuk menjalankan syari’at agamanya.
e. Konsekuensi dari sikap itu , Nahdlatul Ulama wajib mengamankan pengertian yang benar tentang pancasila dan pengamalannya yang murni dan konsekuen oleh semua pihak.12
E. Langkah-langkah Penelitian
1. Tahapan Heuristik
Heuristik berasal dari bahasa Yunani ”Heurishein” yaitu memeliki arti memperoleh, heuristic disini merupakan suatu teknik seni yaitu suatu teknik dan seni umtuk mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Oleh karena itu dalam tahap penelitian ini penulis akan menggunakan study pustaka (Library Research) yaitu mencari sumber dari berbagai buku yang berkaitan dengan topic penelitian yang penulis dapatkan dari beberapa perpustakaan dan koleksi pribadi. Kemudian sumber-sumber yang di dapat ini penulis mengklasifikasikan kedalam dua
12 Khamami Zada dkk , “ Nahdlatul Ulama Dinamika dan Politik Kenegaraan” (Jakarta, PT Kompas
bentuk yaitu sumber perimer dan sumber sekunder.
Pertama: sumber perimer ini penulis gunakan referensi utama dalam proses penelitian ini, terdapat tiga buah buku yang dapat digunakan pada sumber perimer ini yaitu: Muhammad Luqman Hakim, dalam NU di Tengah Kelemahan Ulama dan Kemunduran Umat, Tulungagung: Yayasan Pondok Peta, 1994. Abdurrahman Wahid, dalam Mengurai Hubungan Agama dan Negara, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999. Dan Einar Martahan Sitompul, M.Th.,
dalam NU dan Pancasila, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1989.
Kedua: Sumber skunder yaitu sebagai sumber referensi pembantu pada referensi utama yaitu berupa buku-buku diantaranya: Laode Ida, dalam NU Muda Kaum Progresif Dan Sekularisme Baru, Jakarta: Erlangga, 2004. Andree Feillard, dalam NU Vis-à-vis Negara Pencarian isi Bentuk dan Makna, Yogyakarta: LKIS, 1999. Dan Khamami Zada dan A. Fawaid Sjadzili, adalam Nahdlatul Ulama Dinamika Ideologi Dan Politik Kenegaraan, Jakarta: Kompas, 2010.
F. Tahapan Kritik
Tahapan Kritik adalah tahapan di mana penulis melakukan kritik untuk memperoleh keabsahan sumber. Dan pada tahapan ini penulis menggunakan kritik intern yaitu suatu tahap pengujian keabsahan tentang kesahihan sumber (Kredibilitas)
G. Tahapan Interpretasi
Dalam tahapan ini penulis mencoba untuk menafsirkan data dan fakta yang sudah di dapat untuk merekontruksi ulang dan penulis mengadakan analisis terhadap sumber yang di dapat agar menjadi saling keterkaitan.
H. Tahapan Historiografi
Tahapan ini merupakan tahapan ahir penelitian. Yaitu penulis menuangkan hasil penelitian ini secara imajinatif kedalam sebuah penulisan sejarah dengan menempuh proses penelitian sejarah dan menggunakan metode sejarah.
I. Sistematika Pembahasan
Dalam skripsi ini penulis akan menerapkan sistematika pembahasan yang termuat kedalam beberapa bab diantaranya:
Bab I. Pendahuluan Membahas: Latar BelakangMasalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Kerangka Pemikiran. Langkah-langkah Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
Bab II. Sejarah Lahirnya NU dan Perkembangannya di Indonesia meliputi: Latar belakang Lahirnya NU. NU Sebagai Organisasi Keagamaan dan perkembangan NU di Bidang Politik.
Bab III. Kondisi Bangsa Indonesia Tahun 1945 Meliputi: Masa Pendudukan Belanda. Persiapan Kemerdekaan.
Bab IV. Peranan NU Dalam Perumusan Ideologi Negara Indonesia Meliputi: Piagam Jakarta dan Perumusan PancasilaTahun 1945. Dasar-dasar Pemikiran NU dalam Menerima Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Langkah-langkah NU Sebelum Kemerdekaan.Penerimaan NU terhadap Pancasila.
BAB II
SEJARAH LAHIRNYA NAHDLATUL ULAMA DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
A. Latar belakang lahirnya Nahdlatul Ulama
Selama abad ke IX Indonesia mengalami efek pengaruh barat yang membawa akibat ganda sekaligus yaitu alinasi politik dan kemerosotan ekonomi yang semakin buruk 1. Pemerintah
colonial belanda dalam usaha menunjang kebutuhan dalam negerinya menerapkan politik kerja paksa untuk menenam tanam paksa (1830-1870). Setelah itu disusul para pemodal besar untuk
mengembangkan usahanya memasukkan barang-barang hasil produksi industry belanda ke Indonesia dan sekaligus menanamkan modal mereka dengan membuka perkebunan besar untuk diekspor hasilnya keluar negeri. Tentu saja kebijaksanaan politik itu tidak bisa tidak memerlukan mekanisme politik yang otoriter dengan mengontrol sejumlah bsar elite priyayi dan pamong
praja sebagai bemper pengaman yang tangguh atas kebijaksanaan itu. Sudah tentu mereka memperoleh keuntungan ekonomis atas jerih payah mereka, namun pada sisi lain menimbulkan alinasi antara kelas priyayi dengan para petani kian melebar. Kebijaksanaan itu kemudian diusul liberalisasi ekonomi dan kelonggaran impor barang konsumtif yang menimbulkan kemerosotan ekonomi petani, tidak mampu bersaing melawan pengusaha besar. M. Ali Haidar, Nahdlatul Ulama Dan islam Di Indonesia Pendekatan Fikih Dalam Politik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998, hal 38
Situasi ini membawa akibat disintegrasi dan keresahan sosia yang hampir merata di seluruh Indonesia.2 Ibid hal 38 peang Diponegoro (1825-1830), perang Aceh
(1873-1912), perang Paderi (1821-1838), serta pemberontakan petani banten (1888), merupakan sebagian dari fenomena diatas.3 Ibid hal 39 walaupun pemberontakan pada umumnya
pembrontakan-pemberontakan itu dapat dipadamkan melalui oprasi militer pemerintah colonial, namun benih ketidakpuasan para petani it uterus tumbuh dengan suburnya dan mempengaruhi rakyat pedesaan umumnya. Akibatnya rasa ketidakpuasan itu berubah menjadi sikap anti pemerintah asing yang “kafir” setelah mereka memperoleh legitimasi kepemimpinan para ulama. Kombinasi dari dua hal tersebut bertaut menjadi satu sudah tentu akan tumbuh menjadi kekuatan yang merepotkan pemerintah colonial. Pada umumnya ulama menurut konsep hidup keagamaan yang mereka pegang teguh tidak mungkin menerima kehadiran penjajah belanda yang langsung atau tidak langsung membawa misi agama Kristen yang merugikan mereka, disamping kenyataan yang mereka rasakan sendiri kehadiran penjajah itu membawa akibat buruk bagi kehidupan para petani ummat mereka sendiri.4 ibid hal 39 pada sisi lain para petani sendiri
mereka terhadap kebijaksanaan kolonial yang merugikan mereka.
Seiring dengan gerakan perlawanan yang menyertai keresahan sosial di banyak tempat itu bermunculan pula gerakan kebangkitan kembali agama yang menampakkan diri dalam bentuk-bentuk sekolah dan perkumpulan tarekat dibanyak tempat di seluruh jawa dan luar jawa.5 Ibid hal39 bagaikan tanaman tersiram air hujan, kegelisahan para petani
memperoleh wadah penyaluran aktualisasi diri bersama dengan menjamurnya lembaga-lembaga sosial keagamaan dibawah kepemimpinan para ulama.
Menginjak tahun-tahun pertama abad ini belanda kemudian mengubah kebijaksanaan politik dengan menerapkanpolitik etis untuk menciptakan kondisi-kondisi sosial dan politik yang langgeng dan member kemakmuran rakyat.6 Ibid hal 40 untuk itu maka
dilakukan pembaruan sosial politik antara lain membantu pendidikan rakyat dengan membuka sekolah-sekolah untuk pribumi, perbaikan perasaan dan fasilitas perekonomian dan member otonomi daerah kepada pribumi.7 ibid hal 40 sayangnya kebijaksanaan
politik etis itu tidak di sertai pemahaman yang baik tentang lembaga-lembaga kekuasaan tradisional yang telah mapan dalam kehidupan sosial ekonomi pribumi. Pemerintah tetap menjalankan kekuasaan otoriter memaksakan kehendaknya, akibatnya lembaga-lembaga kekuasaan itu mengalami erosi yang pada ahirnya menimbulkan kegelisahan social yang berkepanjangan.8Ibid hal 40
Tidak seluruh proses modernisasi yang dijalankan pemerintah dengan kebijaksanaan politik etis itu membawa hasil negatif Bagi rakyat pribumi. Sebagian dari mereka yang mengenyam pendidikan yang diselenggarakan pemerintah kolonial tumbuh menjadi pemimpin rakyat. Tumbuhlahlah di awal abad ini sejumlah perhimpunan social pendidikan, yang walaupun pada mulanya bersifat kedaerahan terus berkembang menjadi
gerakan kebangkitan nasional.9Ibid hal 40
Dalam konteks islam peralihan abad yang lalu juga ditandai munculnya gerakan pembaruan di mesir, turki dan india. Meskipun titik tolak mereka berangkat dari latar belakang yang berbeda, namun asumsi mereka memiliki titik persamaan . kesadaran
sosial politik yang di ilhami pengenalan mereka terhadap kebudayaan barat yang telah maju, menjadikan mereka lebih kritis dalam melihat realitas umat islam dinegeri meraka. Sementara dimesir dan sebagian timur tengah lainnya muncul gagasan Pan islamisme yang dipelopori Jamal Al-Din Al-Afghani untuk mempersatukan seluruh dunia islam, di turki muncul gagasan nasionalisme yang meruntuhkan Khalifah Usmani.10Ibid hal 40
Walaupun Pan Islamisme pada mulanya memperoleh sambutan luar biasa di negeri-negeri muslim, termasuk turki pada mulanya, namun lambat laun surut ditengah gelombang gerakan nasionalisme negeri-negeri muslim untuk memperjuangkan kemerdekaan mereka dari penjajahan barat sepanjang paruh pertama abad ke XX.
Pada waktu itu di Indonesia sendiri, seperti telah disinggung di muka, tumbuh organisasi sosial kebangsaan maupun social keagamaan yang bertujuan untuk memajukan kehidupan umat seperti seperti antara lain Budi Utomo11 dan SarIkat Islam12 yang
kemudian disusul Muhammadiyah.13
Peristwa ini membangkitkan obsesi sejumlah pelajar Indonesia yang menuntut pelajaran di Makkah antara lain Abdul Wahab Chasbullah, Muhammad Dahlan, Asnawi dan Abbas merka kemudian mendirikan cabang SI di Makkah.14 belum sempat mereka
mengembangkan organisasi tersebut karena mereka segera segera pulang ke Indonesia setelah perang dunia pecah. Namun obsesi mereka untuk memajukan kaum muslimin tidak berhenti setelah pulang ke Indonesia. Terbukti sekitar tahun 1914 sebagian dari
mereka mendirikan sebuah organisasi pendidikan dan dakwah yang di beri nama Nahdlatul Watan (kebangkitan tanah air) yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan (pengajaran) formal berupa sekolah (madrasah) dan kursusu-kursus praktis kepemimpinan (waktu itu istilahnya perjuangan), organisasi dan administrasi.15
selanjutnya pada tahun 1918 berdiri organisasi lain yaituTaswirul Afkar (Representasi gagasan-gagasan) di Surabaya yang bergerak dalam kegiatan yang sama dengan pendahulunya tetapi lebih menekankan aspek sosialnya.16
Kedua organisasi itu dirintis bersama oleh pemuda Abdul Wahab dan Mas Mansyur dan dibantu oleh beberapa orang lain. Keduanya pernah bertemu di mekkah ketika belajar sama-sama di sana. Abdul Wahab dan Mas Mansyur mempunyai pengalaman belajar dipesantren, Mas Mansyur menghargai Wahab Hasbullah sebagai senior bahkan beliau sebagai tempat bertanya soal-soal pelajaran yang dia terima, sebaliknya Abdul Wahab menghargai Mas Mansyur sebagai pelajar yang cerdas dan memiliki potensi untuk menjadi pemimpin umat.17 setelah akhirnya keduanya bertemu
kembali di Surabaya sepulang mereka dari perantauan belajar di luar negeri, mereka pun kemudian giat dalam aktifitas kemasyarakatan dan pendidikan. Salah satu hasil rintisan mereka adalah dua organisasi yang berdiri di Surabaya.
Nahdlatul Watan dirintis tahun tahun 1914 mendapat pengkuan badan hokum tahun 1916 dengan bantuan pemimpin SI Tjokroaminoto dan seoarang arsitek bernama soejoto.18 menyadari gerakan social pendidikan memerlukan biaya yang tidak sedikit
mereka melibatkan seorang saudagar kaya yang menaruh perhatian besar persoalan kaum muslimin bernama H. Abdul Qahar berasal dari kawatan , perkampungan di sebelah selatan tugu pahlawan, Surabaya. Saudagar itu kemudian di tunjuk sebagai direktur yang
segera memelopori pembangunan gedung sekolah. Mas Mansyur di percaya sebagai guru kepala, sementara Abdul Wahab sendiri sebagai guru.
Kegiatan yang dilakukan Nahdlatul Watan tidak hanya pengajaran sekolah formal belaka melainkan juga kursus-kursus kepemudaan, organisasi, Dakwah (Ketika itu
menggunakan istilah Nadwah berarti pertemuan pengajian untuk menyeru kebenaran), dan perjuangan. Kyai Mas Mansyur lebih berperan memimpin sekolah sementara Kyai Abdul Wahab di bagian kursusnya. Sejumlah Kyai muda turut serta dalam kursus itu yang kelak kemudian mereka inilah yang ikut membidani kelahiran komite Hijaz yang kemudian berubah menjadi NU19.
Adapun alasan komite hijaz itu muncul ialah dimana penguasa baru hijaz mengemukakan rencananya untuk menyelenggarakan pertemuan internasional guna membahas pengaturan Mekkah dan Madinah. Adanya rencana baru ini menimbulkan kesibukan khusus para pemimpin Indonesia. Siding khilafah berlangsung intensif dan kongres Al-Islam meningkatkan frekuensinya setelah kongres 1924 yang membicarakan tentang khilafah. Maka kongres berikutnya agustus 1925, Februari 1926, September 1926, dan desember 1926.
Kemenangan Ibn Sa’ud dan rencananya untuk menyelenggarakan pertemuan mekkah menimbulkan polirisasi orientasi baru islam di Indonesia, khususnya Jawa. Kalangan pesantren menganggap kemenangan itu akan membawa dampak perubahan tradisi keagamaan menurut ajaran mazhab, sebab Ibn Sa’ud dikenal beraliran Wahabi.20
Pengalaman traumatis masa lalu mereka yang dipelopori Abdul Wahab amat keras menentang segala pendirian yang tidak sejalan dengan mereka, maka kalangan pesantren cukup khawatir akan tradisi keagamaan mereka menghadapi penguasa baru di hijaz yang
beraliran wahabi itu. Melalui kyai Wahab mereka mencemaskan kehawatiran itu dalam siding-sidang komite khilafah. Sementara sayap yang lain tetap menghendaki agenda lama dipertahankan untuk dibawa ke makkah. Menurut mereka penyerbuan Ibn Sa’ud atas Husin bertujuan baik untuk memperbaiki tata laksana ibadah haji yang di waktu sebelumnya kacau, sering terjadi perampokan dan banyak suku arab yang melarikan diri.21
Berita-berita yang di muat surat kabar tersebut tidak menggoyahkan kecemasan kalangan pesantren. Pengalaman trumatis masa lalu terus membayangi mereka. Sebenarnya mereka menghendaki agenda masalah yang sederhana saja untuk dibawa kemekkah yaitu tuntutan pelestarian tradisi keagamaan berdasakan ajaran mazhab Ahlusunnah Waljama’ahdan perbaikan tata laksana ibadah haji, khususnya tradisi tarekat sufi dan wirid, pembacaan solawat Nabi dan pengajaran kitab-kitab mazhab agar tetap di izinkan.22 polarisasi orentasi ini di pertegas oleh sekelompok aliran baru nonpesantren
yang menyelenggarakan pertemuan di cianjur sebelum kongres Al-Islam di bandung, mereka mengadakan loby yang dihadiri kalangan mereka sendiri untuk merancang keputusan kongres bandung tentang delegasi ke mekkah. Sebenanya delegasi ke mekkah itu sudah di putuskan setelah kongres di Yogyakarta sebelumnya.23tetapi kemudian di
ubah lagi dalam kongres bandung. Kongres bandung memutuskan delegasi ke kekkah: Tjokroaminoto (SI) dan Mas Mansyur (Muhammadiyah).24 kyai Wahab memang tidak
menghadiri seluruh acara kongres karena ditengah acara tersebut dating telegram bahwa ayahandanya sakit keras.25Kyai Wahab kemudian meninggalkan medan kongres.
Ketika merancang pertemuan komite hijaz dialog antara kyai Abdul Wahab dengan Kyai Abdul Halim mempersoalkan tujuan komite hijaz yang hendak dicantumkan
dalam surat undangan.26Kyai Abdul Wahab menjawab: “tentu syarat tujuan nomer satu
untuk menuntut kemerdekaan. umat islam menuju kejalan itu. Umat islam tidak leluasa sebelumnya Negara kita merdeka.27
Komite hijaz yang di bentuk sebelum januari 1926 di ketuai Hasan Gipo dan wakil Saleh Jamil, sekretaris Muhammad Shadiq Setijo dan wakil Abdul Halim, penasehat KH. Abdul Wahab, KH. Masjhoeri, dan KH. Khalil.28 mereka ini
mempersiapkan pertemuan komite hijaz 31januari 1926. Pertemuan ini selanjutnya di jadikan hari lahir NU, sebab dalam pertemuan tersebut diputuskan mengirim delegasi ke mekkah,29 lalu timbul masalah atas nama organisasi yang di kirim. KH. Mas Alwi
mengusulkan nama Nahdlatul Ulama mengambil nama organisasi pendahulunya Nahdlatul Watan, usul itu disepakati siding maka k omite hijaz di bubarkan.30
Mengapa bukan Nahdlatul Watan dikukuhkan kembali dan di perluas tetapi membentuk perhimpunan baru, barang kali ada beberapa aspek yang dapat di pakai sebagai pertimbangan. Latar belakang orientasi keagamaan yang ahirnya melahirkan pembentkan komite hijazsebelumnya memerlukan wadah organisasi yang berciri
keagamaan islam, sebab misi yang hendak di bawa ke mekkah berada dalam lingkup agama maka di pakailah nama Nahdlatul Ulama. Jika tetap menggunakan Nahdlatu Watan, maka nama organisasi itu tidak mengesankan sebagai organisasi yang berkecimpung dalam soal agama. Dengan nama Watan mengesankan organisasi itu
sebagai organisasi politikdan social, bukan keagamaan. Mungkin juga nama ulama dapat memberi bobot pengaruh yang luas kepada umat islam.
Tiga tahun kemudian, dalam tahun 1929 Nahdlatul Ulama berhasil mengirim utusan yang terdiri dari KH. Wahab Hasbullah dan Syekh Ahmad Genaim Al Amir Al
Misri untuk menghadap Raja Ibnu Sa’ud.
Setelah pulang dari delegasi hijaz ke mekkah ahirnya KH. Wahab Hasbullah membawa berita yang menggembirakan, mengenai ibadah dan pengajian yang dia dakan dalam Masjidil Haram oleh guru dari empat mazhab. Disamping itu juga utusan Nahdlatul Ulama juga telah berhasil mencegah dirusaknya beberapa makam ddari
keluarga nabi dan dapat dicegah pula di rusaknya makam dari imam empat yang ada di sekitar Ka’bah.31 Solihin Salam dkk, Sejarah Ringkas Nahdlatul Ulama, Jakarta,
1966 hal49.
Pada tanggal 31 Januari 1926 Nahdlatul Ulama didirikan bertepatan dengan tanggal 16 Rajab 1344 H. dan resmi berbadan hokum pertama kali pada tanggal 06 Februari 1930. Dengan menunjuk Khdlratus Saikh KH. Hasyim Asyari sebagai rais Akbar (Pemimpin besar). Nahdlatul ulama (NU) menganut faham Ahlussunah Waljama’ah, yaitu suatu pila nalar dalam islam yang merujuk pada Al-Qur’an, Sunnah Nabi Muhammad SAW, serta sunnah Khulafar’ rasyidin (Empat khalifah islam yang sekaligus merupakan para sahabat utama Nabi) yang secara teoritis dan faktual banyak terkait dengan konsep teologis Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansyur Al-Maturidi dan empat Mazhab dalam fikih, yaitu Imam Hanafi, maliki, Syafi’I dan Hanbali, serta tradisi tasawuf Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi.32 Drs. H. Achmad Djauhari, M.SI dkk,
Potret Gerakan Dakwah NU (Hasil Mukernas IV Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama), PP LDNU Publishing, Yogyakarta 2007 hal 3-6
Prinsip dasar Ahlusunnah wal jama’ah, yang bersumber kepada Al-Qur’an, sunnah, ijma, dan qias ini telah menjadi paradigma sosial kemasyarakatan warga NU yang terus di kembangkan sesuai dengan konteks perkembangan masyarakat islam dan
pemikirannya. Prinsip-prinsip dasar itu meliputi: Prinsip Tawassuth
Yaitu, jalan tengah, tidak ekstrim kanan atau kiri. Dalam paham Ahlusunnah wal jama’ah, baik di bidang hukum (syari’ah) bidang aqidah, maupun bidang akhlak, selalu di kedepankan prinsip tengah-tengah. Juga di bidang kemasyarakatan selalu menempatkan diri pada prinsip hidup menjungjung tinggi keharusan berlaku adil, lurus di tengah-tengah kehidupan bersama. Sehingga ia menjadi panutan dan menghindari segala bentuk pendekatan ekstrim.
Prinsip Tasamuh
Yaitu bersikap toleran terhadap perbedaan pandangan, terutama dalam hal-hl yang bersifat Firu’iyah, sehingga tidak terjadi perasaan saling terganggu, saling
memusuhi, dan sebaliknya akan tercipta persaudaraan yang islami (Ukhuwah islamiyyah)
Prinsip Tawazun
Yaitu, menjaga keseimbangan dan keselarasan, sehingga terpelihara secara seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat, kepentingan pribadi dan masyarakat, dan kepentingan masa kini dan masa yang akan datang.
Prinsip Amar ma’ruf nahi munkar
Yaitu menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran . dengan prinsip ini, akan timbul kepekaan dan mendorong perbuatan yang baik dalam kehidupan bersama serta kepekaan menolak dan mencegah semua hal yang dapat
menjerumuskan kehidupan kelembah kemungkaran. Jika empat prinsip ini diperhatikan secara seksama, maka dapat di lihat bahwa ciri dan inti ajaran
Ahl
Ahlusuusunnannah h wal wal jamjam’ah ’ah adaadalah lah pempembawbawa a rahrahmat mat bagi bagi alaalam m semsemestesta.a.3333 TimTim
Pimpinan Pusat Lembaga Pendidikan Ma’arif NU,
Pimpinan Pusat Lembaga Pendidikan Ma’arif NU, Nahdlatul Ulama IdeologiNahdlatul Ulama Ideologi Garis Politik dan Cita-cita Pembentukan Umat, PP. Lembaga Pendidikan Garis Politik dan Cita-cita Pembentukan Umat, PP. Lembaga Pendidikan Ma’arif NU, Jakarta, 2004, hal 33-36
Ma’arif NU, Jakarta, 2004, hal 33-36
Pertemuan ulama pesantren awal tahu 1926 di Surabaya menyepakati pendirian Pertemuan ulama pesantren awal tahu 1926 di Surabaya menyepakati pendirian suatu organisasi yang akan menghimpun kegiatan mereka dengan nama Nahdlatul Ulama suatu organisasi yang akan menghimpun kegiatan mereka dengan nama Nahdlatul Ulama kurang lebih empat bulan sesudah itu telah di rintis penyelenggaraan muktamar yang kurang lebih empat bulan sesudah itu telah di rintis penyelenggaraan muktamar yang pertama. Salah satu masalah yang menjadi perhatian para pendiri organisasi itu ialah pertama. Salah satu masalah yang menjadi perhatian para pendiri organisasi itu ialah
men
mengenagenailailambambang ng orgorganianisassasi i sehsehubunubung g dengdengan an akan akan di di laklaksansanakaakan n mukmuktamtamar. ar. KyaKyaii Abdul Wahab Hasbullah kemudian meminta kepada KH. Ridwan untuk menciptakan Abdul Wahab Hasbullah kemudian meminta kepada KH. Ridwan untuk menciptakan lambing dengan cirri-ciri orisinal, tidak meniru lambang yang sudah ada, tahan lama, dan lambing dengan cirri-ciri orisinal, tidak meniru lambang yang sudah ada, tahan lama, dan mencerminkan sifat ulama.
mencerminkan sifat ulama.3434
Sel
Selama ama kurkurang ang leblebih ih empempat at bulbulan an KyaKyai i RidRidwan wan belbelum um berberhashasil il menmencipciptaktakanan lambang tersebut. Dengan bekerja keras mencari inspirasi dan ilham siang dan malam lambang tersebut. Dengan bekerja keras mencari inspirasi dan ilham siang dan malam ahirnya inspirasi dan ilham itu dating di tengah malam beberapa minggu menjelang ahirnya inspirasi dan ilham itu dating di tengah malam beberapa minggu menjelang muktamar di buka. Segera kemudian kyai Ridwan membuat sketsa di tengah malam itu muktamar di buka. Segera kemudian kyai Ridwan membuat sketsa di tengah malam itu dan menyelesaikan penyempurnaannya keesokan harinya. Setelah lambang itu tercipta dan menyelesaikan penyempurnaannya keesokan harinya. Setelah lambang itu tercipta timbul kesulitan untuk mendapatkan kain warna hijau untuk bahan membuat bendera timbul kesulitan untuk mendapatkan kain warna hijau untuk bahan membuat bendera pet
petaka aka yanyang g di di kalkala a itu memanitu memang g agaagak k sulsulit it di di dapadapat. t. KirKira-ka-kira dua ira dua harhari i menmenjeljelangang mu
muktktamamar ar di di bukbuka a bebendnderera a petpetakaka a dedengngan an lalambmbang ang NU NU beberhrhasasil il di di gegelalar r di di dedepapann jembatan penilih kota Surabaya, dekat tempat berlangsungnya muktamar.
jembatan penilih kota Surabaya, dekat tempat berlangsungnya muktamar. Kem
Kemudiudian an titimbumbul l perpersoasoalan lan laglagi i daldalam am mukmuktamtamar ar ititu u ketketika ika seoseoranrang g pejpejabaabatt pemerintah Hindia Belanda menanyakan arti lambang. Tidak seorang pun dalam siding pemerintah Hindia Belanda menanyakan arti lambang. Tidak seorang pun dalam siding
muk
muktamtamar ar yanyang g dapadapat t memmemberberi i jawjawabaaban n apa apa artarti i lamlambangbang. . KetKetika ika KyaKyai i RidRidwan wan didi hubungi untuk menjelaskan arti lambang yang di ciptakan beliau agak tertegun ditengah hubungi untuk menjelaskan arti lambang yang di ciptakan beliau agak tertegun ditengah kesibukan kepanitiaan muktamar, sebab lambang yang di ciptakannya tidak dibayangkan kesibukan kepanitiaan muktamar, sebab lambang yang di ciptakannya tidak dibayangkan mempunyai arti falsafah tertentu. Kyai Wahab pun ketika memintanya untuk membuat mempunyai arti falsafah tertentu. Kyai Wahab pun ketika memintanya untuk membuat lambang NU tidak disertai permintaan semacam itu. Tidak urung karena desakan Kyai lambang NU tidak disertai permintaan semacam itu. Tidak urung karena desakan Kyai lain terutama kyai Wahab sendiri ahirnya Kyai Ridwan tanpa ekspresi yang menunjukkan lain terutama kyai Wahab sendiri ahirnya Kyai Ridwan tanpa ekspresi yang menunjukkan kesiapannya mengenakan jas dan sorban memasuki ruang sidang. Tanpa di duga tiba-tiba kesiapannya mengenakan jas dan sorban memasuki ruang sidang. Tanpa di duga tiba-tiba Kya
Kyai i RidRidwan wan lanlancer cer seksekali ali menmengurguraikaikan an makmakna na dan dan falfalsafsafah ah lamlambang bang NU NU yanyang g didi ciptakannya sendiri.
ciptakannya sendiri.
Gambar bola dunia dan tali yang melingkar melambangkan asas persatuan dan Gambar bola dunia dan tali yang melingkar melambangkan asas persatuan dan perdamaian, Sembilan bintang salah satu yang paling besar terletak di bagian paling atas perdamaian, Sembilan bintang salah satu yang paling besar terletak di bagian paling atas
mel
melambambangkangkan an Nabi Nabi MuhMuhammammad ad sebsebagaagai i panpanutautan n umaumat, t, empempat at binbintantang g di di bawabawahnyhnyaa melambangkan Khulafa rasyidin, dan empat bintang di bawahnya lagi melambangkan melambangkan Khulafa rasyidin, dan empat bintang di bawahnya lagi melambangkan empat imam mazhab. Seluruh jumlah bintang ada Sembilan buah melambangkan Wali empat imam mazhab. Seluruh jumlah bintang ada Sembilan buah melambangkan Wali Songo, sebuah metodologi islam yang sangat
Songo, sebuah metodologi islam yang sangat popular di nusantara.popular di nusantara.3434
Proses penciptaan lambang NU tersebut di yakini oleh sebagian besar Proses penciptaan lambang NU tersebut di yakini oleh sebagian besar angg
anggota ota NU NU memmempunypunyai ai artarti i mismistitis s sebsebagaagai i petpetunjunjuk uk tuhtuhan an melmelalualui i kontkontempemplaslasi i dandan ibadah. Demikian pula arti lambang di yakini sebagai rahmat tuhan karena Kyai Ridwan ibadah. Demikian pula arti lambang di yakini sebagai rahmat tuhan karena Kyai Ridwan ketika menjelaskan arti lambang di hadapan pesrta muktamar dan pejabat pemerintah ketika menjelaskan arti lambang di hadapan pesrta muktamar dan pejabat pemerintah sedang dalam keadaan Irtijal (Tnpa persiapan), kondisi luar biasa yang di percaya di atas sedang dalam keadaan Irtijal (Tnpa persiapan), kondisi luar biasa yang di percaya di atas kesadaran normal manusia.
kesadaran normal manusia.3535M. Ali Haidar Nahdlatul Ulama dan Islam di IndonesiaM. Ali Haidar Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia
Pendekatan Fikih dalam Politik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998, Hal Pendekatan Fikih dalam Politik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998, Hal 63.
B.
B. NU SebNU Sebagaagai Orgai Organisnisasi Keasi Keagaagamaamaann
Bagi orang yang kurang akrab dengan
Bagi orang yang kurang akrab dengan NU, apabila mendengNU, apabila mendengar nama ar nama itu di sebut,itu di sebut, maka akan berasosiasi pada sosok ulama berjubah dan bersorban, yang bergerak perlahan maka akan berasosiasi pada sosok ulama berjubah dan bersorban, yang bergerak perlahan menjaga keanggunandirinya, yang hanya paham akan hokum-hukum agama saja, dan menjaga keanggunandirinya, yang hanya paham akan hokum-hukum agama saja, dan ka
kalalau u ia ia tatampmpil il di di ararenena a popolilititik k mamaka ka sosososok k ititu u akakan an bebertrtamampapang ng kakkaku. u. ItItu u hahanynyaa gambaran lahiriyah saja. Apabila kita membalik lembaran sejarah, segera terpampang gambaran lahiriyah saja. Apabila kita membalik lembaran sejarah, segera terpampang b
bahwahwa a NU NU adaadalalah h sesebuabuah h ororganganisisasasi i isislalam m yayang ng tetelalah h banbanyayak k memerarasasakakan n gagararamm pergolakan sejarah dan badai perubahan zaman, namun selalu mampu berdiri tegak.
pergolakan sejarah dan badai perubahan zaman, namun selalu mampu berdiri tegak.
Perkumpulan Nahdlatul Ulama seperti yang kita kenal skarang ini adalah pewaris Perkumpulan Nahdlatul Ulama seperti yang kita kenal skarang ini adalah pewaris dan penerus tradisi kyai………NU telah mampu mengembangkan suatu organisasi yang dan penerus tradisi kyai………NU telah mampu mengembangkan suatu organisasi yang stabilitasnya sangat mengagumkan, walau ia sering menghadapi tantangan-tantangan dari stabilitasnya sangat mengagumkan, walau ia sering menghadapi tantangan-tantangan dari luar yang
luar yang cukup berat. Modal utamanya ialah karena cukup berat. Modal utamanya ialah karena para kyai memiliki suatu perasaanpara kyai memiliki suatu perasaan kem
kemasasyayararakakatatan n yayang ng dadalalam m dan dan titingnggi gi dadan n seselalalu lu memengnghohormrmatati i trtradadisisi. i. RaRahahasisiaa keberhasilan kyai dalam mengembangkan system organisasi yang kuat dan stabil itu keberhasilan kyai dalam mengembangkan system organisasi yang kuat dan stabil itu terletak pada kebijaksanaan dan kesadaran mereka bahwa struktur social yang mana pun terletak pada kebijaksanaan dan kesadaran mereka bahwa struktur social yang mana pun haruslah mempercayai general consensus, bukan mempercayakan atau menggantungkan haruslah mempercayai general consensus, bukan mempercayakan atau menggantungkan per
persetsetujuujuan an yanyang g di di pakspaksakanakanataatau u sysystestem m orgorganianisassasi i yanyang g rumrumit.it.3636 Einar Einar MartahaMartahann
Sitopul , M.Th, NU dan Pancasila, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1989, hal 58 Sitopul , M.Th, NU dan Pancasila, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1989, hal 58
Nahdlatul Ulama merupakan organisasi keagamaan dan kemasyarakatan bertujuan Nahdlatul Ulama merupakan organisasi keagamaan dan kemasyarakatan bertujuan mem
membanbangun gun menmengemgembangbangkan kan manmanusiusia a dan dan masmasyaryarakat akat IndIndoneonesia sia yanyang g berberimaiman n dandan bertaqwa, berahlak mulia, cerdas, terampil, tentram, adil dan makmur dalam naungan bertaqwa, berahlak mulia, cerdas, terampil, tentram, adil dan makmur dalam naungan
ridla Allah SWT.
ridla Allah SWT. Drs. H. Achmad Djauhari, M.Si dkk, Potret Gerakan Dakwah NUDrs. H. Achmad Djauhari, M.Si dkk, Potret Gerakan Dakwah NU Hasi
Yogyakarta, 2007, hal 45-46
Pada saat di dirikan, NU merupakan Jam’iyah Diniyah (Organisasi Keagamaan) melengkapi organisasi-organisasi sosial kebangsaan dan organisasi sosial keagamaan (Islam) yang sudah ada sebelumnya, seperti Budi Utomo (1908) sebagai gerakan cultural politik, Serikat Islam (1911) bercirikan politik keagamaan, Muhammadiyah (1912)
gerakan modernis islam bercorak pendidikan keagamaan,37 dan NU mengambil bentuk
dan peran keagamaan sebagai gerakansayap tradisionalis islam. keberadaan NU sebagai gerakan sayap tradisionalis seperti di tunjukkan oleh istilah Nahdlatul Ulama bukan Nahdlatul Umat atau yang lain, bukanlah merupakan suatu yang sifatnya kebetulan, tetapi mengndung konotasi sebagai sebuah organisasi perjuangan, berupa kebangkitan pergerakan para ulama, yang mengandung unsur berupa dinamika, kesadaran yang tinggi
dan keterlibatan warganya menjadi organisasi sebagai alat perjuangan ulama di dalam NU memberikan cirri diferensiasi yang menjadi salah satu unsure pembeda dari
fenomena organisasi islam selain NU. Demikian penting dan sentralnya kedudukan ulama di dalam organisasi bukan sebagai pemakarsa atau pendiri, tetapi karena otoritas tradisional yang melekat pada keberadaa dan kedirian ulama. Kehadiran NU sebagai Jam’iyah Diniyah yang bermotif keagamaan sudah semestinya “menjadikan Agama sebagai landasan sikap, prilaku, dan karakteristik perjuangannya” disesuaikan dengan norma-norma ajaran agama islam menurut paham Ahl al-sunnah Wa al-jama’ah.38
Pada dua dasawarsa pertama setelah pendiriannya, kegiatan NU lebih fokus pada usaha pembinaan keagamaan sesuai dengan aliran paham yang di yakininya, di samping pembinaan masyarakat di bidang pendidikan, social, dan perekonomian, seperti
evaluasi terhadap keberadaannya dan kendala utama yang menghambat kemampuan umat sehingga tidak bisa berperan sebagai Khaira Ummah, maka di cenangkan suatu gerakan keagamaan, Mabadi Khaira Ummah yang mengarah pada semangat tolong menolong (Mu’awanah) di lapangan ekonomi bangsa Indonesia dengan meningkatkan pendidikan moral yang bertumpu pada tiga prinsip, yaitu: Alsidqu (Jujur), Alamanah Wa-alwafa bi-al’ahdi (Dapat dipercaya, menetapi segala janji) Al-ta’awun (Tolong menolong)8 gerakan
Mabadi Khaira Ummah merupakan langkah awal pembentukan umat terbaik, yaitu suatu umat yang mapu melaksanaka tugas Amar ma’ruf nahi mungkar yang merupakan bagian terpenting dari peranan NU. Karena kedua hal tersebut merupakan sendi yang di perlukan untuk dapat mewujudkan tata kehidupan masyarakat yang diridlai Allah SWT. Pada awalnya gerakan ini dapat menumbuhkan semangat berorganisasi dalam berbagai bidang kegiatan organisasi yang membawa dampak positif bagi pembinaan internal dan pengembangan NU keluar. Akan tetapi, kemudian mengalami stagnasi, sehingga pada tahun 1992 (setelah Khittah) gerakan ini perlu di tumbuhkan kembali dengan menambah nilai prinsip dasar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan kehidupan bangsa.39 H. Rozikin Daman, Membidik NU Dilema Percaturan Politik NU Pasca
Khittah, Gama Media, Yogyakarta, 2001, hal 43-48
Seperti telah di singgung dalam uraian terdahulu, maka pembentukan Jam’iyah NU tiada lain merupakan upaya pengorganisasian potensi dan peran ulama pesantren
yang sudah ada, untuk di tingkatkan dan di kembangkan lebih luas lagi. Dengan kata lain, didirikannya NU adalah untuk menjadi wadah bagi usaha memersatukan dan menyatukan langkah para ulama pesantren di dalam tugas pengabdian yang tidak lagi terbatas pada soal kepesantrenan dan kegiatan ritual keagamaan belaka, tetapi lebih di tingkatkan lagi
pada kepekaan terhadap masalah-masalah sosial, ekonomi maupun persoalan kemasyarakatan pada umumnya. Khoirul Anam Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama, Jatalu Sala, Surabaya, 1984, hal 15
Adanya dua kekuatan dalam diri NU sebagai organisasi keagamaan, pertama, NU Jam’iyah dan NU Jama’ah, merupakan kelebihan yang dimiliki oleh organisasi islam terbesar di Indonesia ini. Kelebihan ini merupakan kekuatan yang dahsyat, asalkan di kelola secara terarah, terpadu, dan terjaga. NU Jam’iyah dan NU Jama’ah ialah two in one, tak terpisahkan. NU Jama’ah tannpa NU Jam’iyah hanya akan menjadikan NU sebagai sebuah paguyuban seperti arisan atau rukun kematian. Sebaliknya, NU jam’iyah tanpa NU jama’ah hanya akan menjadikan NU sebagai organisasi yang kering, tidak berakar di masyarakat. Agar NU menjadi besar dan berwibawa, kedua-duanya tidak boleh bertabrakan atau berselisih jalan.
Menurut Mbah Muchith, NU jam’iyah dapat jadi pengikat, NU Jama’ah dan di harapkan menjadi tempat berkumpulnya para tokoh NU. Berkumpul bukan hanya untuk silaturrahmi, melainkan juga untuk mempersatukan pendapat, pendirian, dan langkah agar seluruh warga NU dapat di kerahkan dan diarahkan menuju cita-cita bersama.40 Ayu Sutarto, Menjadi NU menjadi Indonesia, Kelompok Peduli Budaya
dan Wisata Daerah Jawa timur, Surabaya, 2005, hal 20-21. Karena misi NU ialah: 1. Mewujudkan masyarakat yang sejahtera lahiriah maupun batiniah, debgan
mengupayakan system perundang-undangan dan mempengaruhi kebijakan yang menjamin terwujudnya tata kehidupan masyarakat yang adil dan sejahtera.
2. Mewujudkan masyarakat yang berkeadilan dengan melakukan upaya pemberdayaan dan advokasi masyarakat
3. Mewujudkan masyarakat yang demokratis dan berakhlakul karimah.
C. NU Dan Perkembangannya Dalam Bidang Politik
Dalam pertemuan Rembang Jilid 2 yang di hadiri sejumlah ulama NU structural dan cultural, KH. Sahal Mahfudz menyampaikan tujuh seruan kepada Nahdliyin sebagai panduan untuk menyikapi kondisi politik dalam tubuh organisasi yang ahir-ahir ini
mengalami krisis, pada butir pertama seruan itu di sebutkan tiga model politik yang selama ini di laksanakan NU, yaitu politik kenegaraan, politik kerakyatan,dan politik kekuasaan.41
Bagi NU, dari tiga macam politik itu, politik kekuasaan (praktis) menempati kedudukan paling rendah. Pernyataan ini implicit untuk mengingatkan para politisi NU yang sudah keluar dari khittah 1926. Pertanyaannya, mengapa banyak tokoh NU lebih meminati politik kekuasaan praktis, padahal jenis politik ini banyak menimbulkan perpecahandalam tubuh organisasi? Di kalangan NU ada asumsi, politik kerakyatan dan
kenegaraanakan mendapatkan puncak pada peraihan politik kekuasaan.
Secara historis kelahiran Nahdlatul Ulama di bidani Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari dan ulama-ulama terkemuka lain, seperti: KH. Wahab Hasbullah dan KH. Bisri Sansuri, tahun 1926. Salah satu tujuannya untuk melindungi praktik dan pemikiran keagamaan muslim Indonesia yang beda dengan praktik dan pemikiran keagamaan muslim di timur tengah, khususnya Arab Saudi.
Meminjam kerangka teori Elnerst Gellner, NU berdiri untuk membela praktis islam yang cenderung dekat dengan local islam. Dalam kitab Qonun Asasi LI Jami’ati Nahdlatul ulama, KH. Hasyim Asy’ari memprihatinkan adanya geerakan keagamaan baru
yang menyerukan pemberantasan Bid’ah (heterodoksi) dengan “kedok” kembali kepada Al-Qur’an. Padahal, gerakan baru inilah yang sebenarnya memproduksi bid’ah. Pernyataan KH. Hasyim Asy’ari ini bisa di anggap (1) merespon situasi Internasional tentang maraknya gerakan Wahabisme di timur tengah, dan (2) terhadapsituasi nasional tentang maraknya gerakan pembaharuan (puritanisme) islam
Dari sini bisa di simpulkan, pendirian NU bukan untuk tujuan politik kekuasaan, tetapi politik (keagamaan) kerakyatan. Maka, bagi umat islam Indonesia yang menginginkan pelaksanaan praktik dan pemikiran keagamaannya dekat dengan tradisi lokalnya, kehadiran NU di nilai member perlindungan. Bila ini bisa di sebut tindakan politik kerakyatan dalam pengartian luas maka politik jenis inilah yang patut di sebut
tingkatan politik tertinggi NU. Politik kenegaraan belum muncul karena saat itu (1926) diskursus tentang Negara belum ada.42
Seiring kompleksitas perkembangan politik Indonesia, perjalanan politik NU juga berkembang. NU mulai bersentuhan dengan politik kenegaraan (kebangsaan), terutama menjelang pasca kemerdekaan. Persentuhan ini merupakan pengaruh gerakan nasionalisme di beberapa Negara yang bergerak menuju kemerdekaan. Kontribusi politik kenegaraan NU yang paling jelas adalah dukungan Wahid hasyim, wakil NU pada PPKI, untuk tidak mencantumkan piagam Jakarta didalam dasar Negara kita.
Selain itu, selama menjadi organisasi sosial, juga politik keagamaan, NU tidak pernah terlibat kasus kasus pemberontakan islam. Komitmen terhadap Negara dan bangsa
di letakan diatas segala-galanya karena NU menyadari, eksistensi Negara adalah haal utama bagi kehidupan agama dan manusia sesuai dengan garis Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Dua model politik NU itu kerakyatan dan kenegaraan merupakan pengalaman paling ideal dalam sejarah NU. Mengapa? Dua model ini menjadikan NU sebagai
organisasi keagamaan yang berorientasi pada kebaikan dan kepentingan umum (mashlahah ‘ammah). Namun, NU ternyata tidak mampu mempertahankan dua model politik ini Karena godaan poltik kekuasaan, baik dari tokoh NU sendiri maupun dari luar NU.43
Keterlibatan pertama NU dengan politik kekuasaan adalah dukungan organasasi terhadap pendirian masyumi. Ketika menjadi organisasi penyangga masyumi, tokoh-tokoh NU terlibat perebutan kekuasaan baik untuk jabatan dalam tubuh partai maun di luar partai (eksekuip). Politik kekuesaan masa ini akhiri dengan perpecahan keterlibatan paling pekat dengan politik kekuasaan saat NU berdiri sebagai partai politik (1952) pasca pecah dari masyumi. Khamami Zada, Nahdlatul Ulama Dinamika Ideologi dan
Politik Kenegaraan, Kompas, Jakarta, 2010, hal 3-5.
Pada tanggal 3 November 1945 pemerintah RI yang baru di proklamasikan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945 mengumumkan member kesempatan kepada rakyat untuk membentuk partai politik agar segala aliran dapat di arahkan kejalan yang teratur. Keputusan ini kemudian di sambut hangat oleh rakyat dan para politisi. Muktamar islam Indonesia yang di selenggarakan di Yogyakarta tanggal 7-8 November memutuskan membentuk partai politik Masyumi yang di anggap sebagai satu-satunya partai islam.45
Tujuan ini ternyata tidak sepenuhnya tercapai karena pada tahun itu juga organisasi persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) yang berpusat di Sumatra Barat menyatakan tidak bersedia bergabung ke dalam Masyumi dan membentuk partai sendiri
dengan nama Perti. Muhammad Nasir yang dating ke Sumatra barat selaku utusan Masyumi untuk membentuk partai ini di Sumatra barat segera stelah Masyumi berdiri, tidak berhasil meyakinkan pemimpin organisasi Perti untuk bergabung kedalam Masyumi. Barang kali ini akibat dari pengaruh negative pertentangan “Kaum Tua” dengan “Kau Muda” yang berkembang di Sumatra barat tidak sejalan dengan kalangan “kaum tua” yang berada di belakang perti. Bahkan sebelumnya memang sudah terjadi ketidak sesuaian paham dalam Majlis Islam Tinggi (MIT) suatu organisasi islam untuk seluruh sumatra barat yang kemudian di rubah menjadi Masyumi.46
Dukungan NU kepada Masyumi pada mulanya memang tampak bergelora dengan suaranya kepada para anggota sendiri maupun kepada umat islam untuk bergabung ke dalam masyumi. Dalam kongres NU Di Purwokerto tahun 1946 diserukan agar warga NU membanjiri partai politik Masyumi dan di putuskan NU akan menjadi tulang punggung Masyumi.47 perbedaan kepentingan politik antar berbagai kelompok dalam
Masyumi kemudian segera menyusul. Persatuan yang sejak awal kemerdekaan dengan menjadikan Masyumi sebagai satu-satunya partai islam tidak dapat di pertahankan lagi.
Setelah NU keluar dari Masyumi di putuskan dalam kongres ke 19, April 1952, di Palembang. Keputusan itu sebelumnya di dahului kritik dan protes yang di lancarkan terhadap Masyumi. Dalam kongres Masyumi tahun 1949 di Yogyakarta ketegangan sempat terjadi karena salah seorang tokoh Masyumi, Muhammad Saleh (Walikota Yogyakarta) mengatakan”……politik ini saudara-saudara, tidak bisa di bicarakan sambil memegang tasbih,”48 Selanjutnya di katakana bahwa urusan politik ini cukup luas, tidak
hanya berada disekeliling pondok pesantren. Politik itu luas menyebar ke seluruh dunia.234 Segera saja ucapan itu dip rotes delegasi dari NU meninggalkan ruangan. hal
yang mirip dengan itu juga terjadi di bogr dalam sidang dewan partai Masyumi tahun 1952. peristiwa senada barangkali juga terjadi di tempat lain, karena memang hubungan antara pemimpin NU dengan Masyumi kurang serasi, umumnya politisi dan pemimpin NU terdiri atas ulama atau tenaga lain keluaran pesantren, kalaupun ada yang berpendidikan model barat, seperti Zainul Arifin dan Muhammad Iljas, jumlahnya tidak banyak. Sementara dari kalangan Masyumi memandang rendah lulusan pesantren dan
dengan demikian juga memandang rendah pemimpin-pemimpin NU. Mungkin hal ini adalah salah satunya alasan NU keluar dari Masyumi.49 M. Ali Haidar, Nahdlatul
Ulama dan Islam di Indonesia Pendekatan fikih Dalam Politik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998, hal 102-105
Keterlibatan NU secara organisatoris dalam pentas politik sering dinyatakan beawal pada tahun 1952, saat NU menyatakan keluar dari Masyumi dan menegaskan dirinya sebagai partai politik. Mulai saat itu sebutan “Partai NU” lebih popular karena keterlibatannya secara langsung dalam kegiatan-kegiatan dan proses- proses politik, disamping masih tetap melakukan kegiatan keagamaan.keadaan demikian berlangsung sampai dengan tahun1984, tatkala NU secara organisatoris resmi
menanggalkan aktifitas politiknya lewat PPP. pada periode 1952-1984 para ulama dan politisi NU mempunyai peran berlebih terutama para ulamanya disampaing pelaku politik juga sebagai pembimbing umat, sehingga prilaku politiknya merupakan refleksi dan paham keagamaan yang bersumber dari tradisi keberagamaannya, dan sebaliknya prilaku
keagamaannya bernuansa politik. Sehubungan dengan itu, berbagai perubahan dan pergeseran dalam politik NU tidak terlepas “Dimensi kepentingan ideologis dan politis”,
Ngan mempertahankan dan mengembangkan paham Ahl al-sunnah Wa al-jama’ah dan kepentingan memperoleh kekuasaan politik dalam pemerintahan. Oleh karena itu, secara nyata NU menampakkan sikap politiknya, baik dalam percaturan politik diantara sesama tokoh-tokoh islam (Kalangan modernis)yang sering menampakkan adanya persaingan dan menimbulkan ketegangan, maupun ketegangannya dengan pemerintah. berbagai peristiwa apenting berikut ini dapat memberikan gambaran sikap politik NU dalam percaturan di pentas politik pada masa antara 1952-1984.50
Penglaman politik selama kurang lebih lima tahun bersama Masyumi merupakan pelajaran berharga bagi NU dalam memasuki babak baru percaturan politiknya, setelah menyatakan diri sebagai partai politik pada tahun 1952. Para ulama akan terlibat secara langsung di dalam prmainan politik di samping tetap harus mengurus pesantren, sehingga era ini menendai perpolitikan pesantren, karena NU tidak bisa di lepaskan dan berbasis dari pesantren. Kekurangan kader politisi yang matang dan mapan dari kalangan pesantren menyebabkan NU harys merekrut tenaga-tenaga muda yang berpendidikan, sebab tidak semua ulama atau kiai pesantren berkesempatan dan tertarik mengurus partai dan terjun langsung dalam percaturan politik. dalam muktamar di Palembang, NU juga menyampaikan pokok-pokok pikiran yang berkaitan politik pemerintahanagar segera mengadakan pemilihan umum.51
Pemilihan umum bagi NU mempunyai makna yang sangat penting dan strategis. Lewat pemilu ini NU akan mempunyai perwkilan dengan mendudukkan orang-orangnya di DPR dan konstituante yang akan merupakan arena pembukuan bagi kemampuan bermain di pentas politik yang sekaligus berfungsi sebagai sarana dalam rangka pencarian
ragukan oleh Masyumi. Dengan pelaksanaan yang semakin dekat dan mendesak, menjadikan persiapan NU relative kurang, sebab waktu yang ada lebih banyak di gunakan untuk menata dan membenahi intern organisasi, terutama pembentukan pengurus partai di daerah-daerah (Wilayah dan cabang) sampai ke desa-desa, dengan
memanfaatkan pengurus Jam’iyah NU yang sudah ada. oleh karena itu pada muktamar ke 20 di Surabaya September 1954, disamping membicarakan masalah diniyah yang menjadi garapan pokok NU juga membahas masalah strategi yang akan di laksanakan dalam rangka menghadapi pemilu 1955.52 untuk melapangkan jalan dalam percaturan
politik, pada dasarnya sikap politik NU bersifat Akomodasionis luwes di bidang politik dan lebih suka mengambil bagian dalam pemerintahan. Diantara langkah-langkah penting yang menunjukkan sikap akomodasionis NU adalah: mengadakan pendekatan dan koalisi dengan partai-partai yang seiramadalam tradisi poitiknya dan dekat dengan pusat kekuasaan, ikut serta dalam percaturan memperoleh kedudukan dalam cabinet, dan melakukan pendekatan dengan pusat kekuasaan (Presiden). Sehubungan dengan itu, maka langkah yang dilaksanakan NU adalah mengajak PSII, Perti, dan Masyumi membentuk sebuah federasi dan ajakan tersebut mendapat tanggapan positif kecuali dari Masyumi, sehingga pada Agustus 1952 Liga muslimin Indonesia.sebagai badan federasi antara PSII
dan Perti terbentuk di sisi lain dalam banyak hal politisi NU lebih dekat dengan kaum nasionalis sekuler (PNI) dari pada dengan elite Masyumi yang berpendidikan barat, karena NU sebagai mana juga PNI, berbasis kuat di jawa. dan di liputi nilai-nilai tradisi jawa. Kedua partai ini lebih berorientasi ke dalam dari pada keluar dan lebih menghargai
gaya kepemimpinan tradisional dari pada cita-cita demokrasi barat. oleh karena itu, tidak heran apabila dalam polarisasi hubungan antar partai, kemudian NU menjadi lebih dekat