• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep CA Serviks

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep CA Serviks"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori 1. Kanker Serviks

a. Pengertian Kanker Leher Rahim

Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari suatu sel atau jaringan dimana sel atau jaringan tersebut tumbuh dan berkembang tidak terkendali, kecepatan tumbuhnya berlebihan, dan sering mengganggu organ lain. Kanker serviks adalah kanker yang berasal dan tumbuh pada serviks, khususnya berasal dari epitel atau lapisan luar permukaan serviks dan 99,7% disebabkan oleh infeksi virus HPV (Samadi, 2010).

b. Faktor Risiko Kanker Leher Rahim

Penyebab kanker leher rahim belum diketahui dengan pasti. Namun, beberapa faktor risiko terkena kanker leher rahim biasanya sebagai berikut: (1) melakukan hubungan seks sejak usia muda, (2) sering berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, (3) sering mengalami infeksi di daerah kelamin, (4) melahirkan banyak anak, (5) melahirkan anak pertama pada usia diatas 35 tahun, (6) sering terkena asap rokok, terutama wanita perokok aktif, (7) wanita yang berusia 30-49 tahun.

(2)

c. Gejala Kanker Leher Rahim

Beberapa tanda-tanda atau gejala yang timbul dari adanya kanker leher rahim yaitu: (1) timbul perdarahan setelah hubungan seks, (2) keluar cairan encer dari vagina (keputihan), (3) terjadi perdarahan setelah menopause, (4) pada tahap lebih lanjut akan keluar cairan kekuning- kuningan, berbau dan kadang-kadang bercampur dengan darah.

d. Penyebaran Kanker Leher Rahim

Penyebaran kanker serviks ada 3 macam, yaitu: (1) melalui pembuluh limfe (limfogen) menuju ke kelenjar getah bening lainnya, (2) melalui pembuluh darah (hematogen), (3) penyebaran langsung ke parametrium, korpus uterus, vagina, kandung kencing dan rektum.

e. Stadium Pada Kanker Leher Rahim

Stadium pada kanker leher rahim, yaitu: (1) stadium 0, stadium ini disebut juga carcinoma in situ (CIS). Tumor masih dangkal, hanya tumbuh di lapisan sel serviks, (2) stadium I, kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum menyebar kemanapun. Stadium 1 dibagi menjadi menjadi: (a) stadium IA1, kedalamannya kurang dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm, (b) stadium IA2, kedalamannya antara 3-5 mm dan besarnya kurang dari 7 mm, (c) stadium IB1, ukuran tidak lebih besar dari 4 cm, (3) stadium II, kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan diluar panggul.

(3)

Stadium II dibagi menjadi: (a) stadium IIA, kanker meluas sampai keatas vagina, tapi belum menyebar ke jaringan yang lebih dalam dari vagina, (b) stadium IIB, kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks, namun belum sampai ke dinding panggul, (4) stadium III, kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan serviks sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin ke kandung kemih, (5) stadium IV, pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh, seperti kandung kemih, rektum, atau paru-paru. Stadium IV dibagi menjadi: (a) stadium IVA, kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih dan rektum, (b) stadium IVB, kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh, seperti paru-paru.

f. Cara Pengobatan Kanker Leher Rahim

Cara pengobatan pada kanker leher rahim, antara lain: (1) operasi, (2) terapi radiasi, (3) kemoterapi.

g. Cara Menghindari Kanker Leher Rahim

Cara menghindari kanker leher rahim, yaitu: (1) menunda hubungan seksual sampai usia di atas remaja, (2) batasi jumlah pasangan, (3) tidak berhubungan seksual dengan yang memiliki banyak pasangan, (4) tidak merokok.

(4)

2. IVA

a. Pengertian IVA

IVA ( inspeksi visual asam asetat) merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat lansung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5%.

b. Alat

Alat untuk melakukan tes IVA, yaitu: (1) ruangan tertutup, karena pasien di periksa dengan posisi litotomi, (2) meja/ tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi, (3) terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks, (4) spekulum vagina, (5) asam asetat 3-5%, (6) swab- lidi berkapas, (7) sarung tangan. c. Cara Penggunaan

Cara penggunaan IVA adalah sebagai berikut: (1) IVA test dilakukan dengan cara mengoleskan asam asetat 3-5 % pada permukaan mulut rahim. Pada lesi prakanker akan menampilkan bercak putih yang disebut aceto white epithelium, (2) hasil dari pemeriksaan ini adalah bercak putih dapat disimpulkan bahwa test IVA positif. Maka jika hal itu terjadi dapat dilakukan biopsy, (3) untuk mengetahui hasilnya langsung pada saat pemeriksaan, (4) pemeriksaan metode ini bisa dilakukan oleh bidan atau dokter di puskesmas atau di tempat praktek bidan dengan biaya yang cenderung lebih ekonomis.

(5)

d. Kategori Pemeriksaan IVA

Kategori pemeriksaan IVA, yaitu: (1) IVA negatif, maka akan menunjukkan leher rahim normal, (2) IVA radang, serviks dengan radang (servisitis) atau kelainan jinak lainnya (polip serviks), (3) IVA positif, adalah ditemukan bercak putih (aceto white epithelium), inilah gejala prakanker. (4) IVA-kanker serviks, pada tahap ini sangat sulit menurunkan temuan stadium kanker serviks. Walaupun begitu akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).

e. Orang-orang yang dirujuk untuk test IVA

Orang-orang yang dirujuk untuk tes IVA adalah: (1) setiap wanita yang sudah/ pernah menikah, (2) wanita yang beresiko tinggi terkena kanker serviks, seperti perokok, menikah muda, sering berganti pasangan, (3) memiliki banyak anak, (4) mengidap penyakit infeksi menular seksual.

f. Keunggulan IVA

Keunggulan IVA yaitu: (1) sederhana, (2) murah, (3) cepat, (4) hasil segera diketahui, (5) pelatihan kepada tenaga kesehatan lebih mudah dilakukan.

(6)

3. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

b. Tingkatan Pengetahuan

Tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo, yaitu: (1) Tahu (Know),Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang di pelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya, (2) Memahami (Comprehetion), Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

(7)

meramalkan dan sebagainya terhadap suatu obyek yang dipelajari, (3) Aplikasi (application), Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat di artikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain, (4) Analisis (analysis), Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain, (5) Sintesis (syntasis), Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada, (6) Evaluasi (evaluation), Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi suatu obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo, yaitu: (1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan, di bagi menjadi 3 cara, yaitu: (a) Cara coba salah (Trial and Error), cara ini telah di

(8)

pakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan, (b) Cara kekuasaan atau otoritas, sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan-pimpinan masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri, (c) Berdasarkan pengalaman pribadi, pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu, (2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan, cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

(9)

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo, (2010) meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal meliputi: (1) Pendidikan, pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra dalam Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi, (2) Pekerjaan, menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga, (3) Umur, menurut Elisabeth yang

(10)

dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. Sedangkan faktor-faktor Eksternal meliputi: (1) Faktor Lingkungan, menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam 3 lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok, (a) Sosial Budaya, sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

e. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,yaitu: (a) Baik : Hasil presentase 76% - 100%, (b) Cukup : Hasil presentase 56% - 75%, (c) Kurang : Hasil presentase <56%. 4. Perilaku

a. Pengertian perilaku

Perilaku adalah respons individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi

(11)

spesifik, durasi dan tujuan baik disadari atau maupun tidak (Wawan & Dewi, 2010).

b. Respon perilaku

Skinner (1938) membedakan adanya respons dalam perilaku, yakni: (a) respondent respons atau reflexive respons, respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu, (b) operant respons atau instrumental respons, respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu.

c. Prosedur pembentukan perilaku

Prosedur pembentukan perilaku menurut Skinner, yakni: (a) melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk, (b) melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud, (c) dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing komponen tersebut, (d) melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu, apabila komponen pertama telah dilakukan maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering

(12)

dilakukan. Kalau perilaku ini sudah terbentuk kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang kedua, diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi), demikian berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.

d. Bentuk perilaku

Bentuk perilaku berbentuk 2 macam, yaitu: (a) bentuk pasif, adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam diri diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, (b) bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.

(13)

B. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka teori penelitian

Gambar 2.1.Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi Lawrence W Green dalam Notoatmojo (2007). Faktor pemudah Presdisposing factor  Sikap  Kepercayaan  Tradisi  Nilai  Pendidikan  Sosial  ekonomi Faktor pendukung Enabling factor)  Fasilitas kesehatan Faktor penguat (reinforcing factor)  Sikap dan perilaku petugas kesehatan  peraturan Perilaku kesehatan  Pengetahuan

(14)

C. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Ada Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur dengan pemeriksaan diri deteksi dini kanker leher rahim dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat di Kelurahan Penggaron Lor Kota Semarang.

Variabel bebas

Pengetahuan PUS tentang IVA

Variabel terikat Pemeriksaan diri dengan IVA

Gambar

Gambar 2.1.Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Atas uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk menjadikan “ Prosedur Pelaksanaan Audit Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Kantor

Melalui belajar sejarah guru sejarah bisa menanamkan nilai karakter pada siswa, hal ini sesuai dengan Permendiknas no 22 Tahun 2002 yang menyatakan tujuan

Hasil  output  di  atas  menunjukkan  bahwa  model  kubik  dan  kuadratik  lebih  tepat  diterapkan  kepada  model  hubungan  antar  variabel  yang 

SISTEM DRAINASE BAWAH TANAH SERTA ANALISA EKONOMI PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT D I LOKASI

Nindyo Hantoro (UMS, 2004) dengan judul skripsi &#34;Pendidikan akhlaq yang terkandung dalam surat An-Nuur ayat 58-61&#34; berisi tentang hukum dan adab kerumahtanggaan.

Para akuntan juga sekaligus melakukan rekapitulasi rekening koran dari berbagai rekening penerimaan zakat dalam hal ini ada beberapa bank yang digunakan oleh

Berkaitan dengan pembentukan karakter sosial siswa dapat dilakukan oleh guru IPS, karena dalam mata pelajaran IPS memiliki kajian yang luas tentang kehidupan manusia