• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biofarmasetik Mata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Biofarmasetik Mata"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN A.

A. Latar BelakangLatar Belakang

Mata adalah lokasi dengan mudah dapat diakses untuk pemberian Mata adalah lokasi dengan mudah dapat diakses untuk pemberian utama suatu pengobatan. Obat biasanya diberlakukan bagi mata untuk suatu utama suatu pengobatan. Obat biasanya diberlakukan bagi mata untuk suatu tindakan dilokalisir pada permukaan atau di dalam bagian dalam mata.

tindakan dilokalisir pada permukaan atau di dalam bagian dalam mata.

Suatu masalah utama dalam pengobatan penglihatan adalah tindakan Suatu masalah utama dalam pengobatan penglihatan adalah tindakan  pencapaian

 pencapaian konsentrasi konsentrasi obat obat secara secara optimal. optimal. Bioavailabilas Bioavailabilas obat obat yang yang lemahlemah dari format dosis berkenaan dengan penglihatan sebagian besar dalam kaitan dari format dosis berkenaan dengan penglihatan sebagian besar dalam kaitan dengan precorneal yang faktor rugi meliputi dinamika air mata, penyerapan dengan precorneal yang faktor rugi meliputi dinamika air mata, penyerapan tidak produktif, waktu tempat kediaman temporer dan sifat tak tembus yang tidak produktif, waktu tempat kediaman temporer dan sifat tak tembus yang relatif

relatif corneal epithelial corneal epithelial   selaput. Dalam kaitan dengan batasan anatomis dan  selaput. Dalam kaitan dengan batasan anatomis dan fisiologis ini hanya suatu pecahan yang kecil obat, yang secara efektif 1% atau fisiologis ini hanya suatu pecahan yang kecil obat, yang secara efektif 1% atau  bahkan lebih

 bahkan lebih sedikit dosis sedikit dosis yang ditanamkan/disuling secara yang ditanamkan/disuling secara berkenaan denganberkenaan dengan  penglihatan

 penglihatan diserap. diserap. Dosis Dosis pengobatan pengobatan yang yang efektif efektif mengatur mengatur ophthalmicallyophthalmically mungkin

mungkin diubah dengdiubah dengan an bermacam-macam kekuatan, vbermacam-macam kekuatan, volume, atau olume, atau frekwensifrekwensi administrasi pengobatan atau waktu ingatan pengobatan dalam hubungan administrasi pengobatan atau waktu ingatan pengobatan dalam hubungan dengan permukaan mata. Tinjauan ulang ini adalah suatu usaha untuk dengan permukaan mata. Tinjauan ulang ini adalah suatu usaha untuk memusatkan p

memusatkan pada ada penemuan ypenemuan yang ang terbaru, pengembangterbaru, pengembangan didalam an didalam sistemsistem  penyerahan

 penyerahan obat obat yang yang berkenaan berkenaan dengan dengan penglihatan. penglihatan. Berbagai Berbagai pendekatanpendekatan digunakan untuk meningkatkan corneal penetrasi suatu molekul obat dan digunakan untuk meningkatkan corneal penetrasi suatu molekul obat dan menunda penghapusan nya dari mata dibahas secara lebih terperinci didalam menunda penghapusan nya dari mata dibahas secara lebih terperinci didalam tinjauan ulang saat ini.

tinjauan ulang saat ini.

Dalam pengobatan berbagai

Dalam pengobatan berbagai  penyakit  penyakit dan dan kondisi kondisi pada pada mata, mata, adaada  beberapa

 beberapa bentuk bentuk sediaan sediaan pada pada obat obat mata, mata, dimana dimana masing-masing masing-masing obat obat matamata tersebut

tersebut memiliki memiliki mekanisme mekanisme kerja kerja tertentu. tertentu. Salah Salah satunya satunya bentuk bentuk sediaansediaan obatnya

obatnya adalah tetes adalah tetes mata. Namun mata. Namun salah satu salah satu bentuk bentuk sediaan obat sediaan obat matamata konvensional ini dianggap tidak lagi cukup untuk memerangi penyakit mata. konvensional ini dianggap tidak lagi cukup untuk memerangi penyakit mata. Ketersediaan hayati obat sering menjadi tantangan besar untuk diatasi. Ketersediaan hayati obat sering menjadi tantangan besar untuk diatasi. Penghantaran obat ke mata juga terhambat oleh ada barier yang melindungi Penghantaran obat ke mata juga terhambat oleh ada barier yang melindungi mata. Begitu banyak faktor yang mempengaruhi absorpsi sediaan obat mata. mata. Begitu banyak faktor yang mempengaruhi absorpsi sediaan obat mata. Faktor-faktor yang mempengaruhi dibagi menjadi 3 kategori yaitu :

(2)

1.

1. Faktor fisiologiFaktor fisiologi 2.

2. Faktor fisikokimiaFaktor fisikokimia 3.

3. Faktor formulasiFaktor formulasi

B.

B. Rumusan MasalahRumusan Masalah

Bagaimana proses biofarmastika sediaan yang diberikan melalui mata ? Bagaimana proses biofarmastika sediaan yang diberikan melalui mata ?

C.

C. TujuanTujuan

Untuk memahami dan mengetahui lebih dalam mengenai proses Untuk memahami dan mengetahui lebih dalam mengenai proses  biofarmastika sediaan yang diberikan melalui mata.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Mata

Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan, terletak dalam lingkaran bertulang yang berfungsi untuk memberi  perlindungan maksimal sebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Mata mempunyai pertahanan terhadap infeksi, karena sekret mata mengandung enzim lisozim yang dapat menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu mengeliminasi organisme dari mata Mata adalah organ  penglihatan yang mana memiliki struktur yang sangat khusus dan kompleks. Menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Indra  penglihatan yang terletak pada mata ( organ visus ) terdiri dari organ okuli

assesoria (alat bantu mata) dan okulus (bola mata).

Gambar 1. Anatomi mata normal 1. Organ Okuli Assesoria

Organ okuli assesoria (alat bantu mata), terdapat disekitar  bola mata yang sangat erat hubungannya dengan mata dan terdiri

dari : a. Kavum orbita

Merupakan rongga mata yang bentuknya seperti kerucut dengan  puncaknya mengarah ke depan dan ke dalam. Dinding rongga mata dibentuk oleh tulang: os.frontalis, os. Zigomatikum, os. Sfenoidal, os. Etmoidal, os. Palatum, os. Lakrimal, rongga mata mempunyai beberapa celah yang berhubungan dengan rongga otak, rongga hidung, rongga

(4)

etmoidalis, rongga bola mata ini berisi jaringan lemak, otak, fasia, saraf dan pembuluh darah.

 b. Supersilium ( alis mata )

Merupakan batas orbita dan potongan kulit tebal yang melengkung, dan ditumbuhi oleh bulu pendek yang berfungsi sebagai pelindung mata dari sinar matahari.

c. Palpebra ( kelopak mata )

Merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang terletak didepan bulbus okuli. Kelopak mata berfungsi sebagai pelindung mata terhadap gangguan yang datang dari luar misalnya serangga, melindungi  bola mata dari trauma, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Pada bagian kelopak mata yang  berlipat-lipat terhadap tarsus, yang mana pada kedua tarsus terdapat

kelenjar tarsalia. Pada kelopak mata terdapat beberapa bagian antara lain; kelenjar sebasea, kelenjar keringat atau kelenjar Moll, kelenjar zeis pada  pangkal rambut bulu mata, serta kelenjar meibom pada tarsus.Kelopak mata merupakan pelindung mata yang paling baik dengan membasahi mata da melakukan penutupan mata bila terjadi rangsangan dari luar.

d. Aparatus lakrimalis (air mata)

Air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis superior dan inferior. Melalui duktus ekskretorius lakrimalis masuk ke dalam sakus konjungtiva. Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimalis, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal yang terletak di bagian depan rongga orbita, air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.

e. Muskulus okuli (otot mata)

Merupakan otot ekstrinsik mata, yang terdiri dari 7 buah otot, dimana 6 buah otot diantaranya melekat dengan os. Kavum orbitalis dan 1  buah mengangkat kelopak mata ke atas.

(5)

 Muskulus levator palpebris superior inferior, fungsinya mengangkat

kelopak mata.

 Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup

mata.

 Muskulus rektus okuli medial ( otot disekitar mata ), fungsinya

menggerakkan bola mata.

 Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakkan bola mata

ke bawah dank e dalam.

 Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar bola mata ke

atas, ke bawah dan ke luar. f. Konjungtiva

Merupakan membran mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata (palpebra) dan kemudian berlanjut ke batas korneosklera permukaan anterior bola mata (bulbar). Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang  bersifat membasahi bola mata terutama kornea dihasilkan oleh sel Goblet. Terdapat tiga bagian konjungtiva yaitu ; konjungtiva tarsal yang menutup tarsus, konjungtiva bulbi membungkus bulbi okuli serta menutupi sklera, dan konjungtiva forniks sebagai tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

2. Okulus

Okulus ( mata ) meliputi bola mata ( bulbus okuli ) a.) Tunika okuli

Tunika okuli terdiri dari :

 Kornea, merupakan selaput yang tembus cahaya. Kornea

merupakan selaput bening mata dan bagian terdepan dari sklera yang bersifat transparan sehingga memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kornea berperan meneruskan dan memfokuskan cahaya ke dalam bola mata. Kornea terdiri dari beberapa lapis  jaringan yang menutup bola mata bagian depan yaitu epitel, membran bowman, stroma, membran descement dan endotel. Saraf sensoris yang mempersarafi kornea yaitu saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid yang

(6)

masuk ke dalam stroma korneamenembus membran Bowman dan melepaskan selubung Schwannya.

 Sklera, merupakan lapisan fibrosa yang elastis yang merupakan

 bagian putih mata. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata serta bagian putih pada bola mata yang bersama kornea sebagai pembungkus dan pelindung isi bola mata. Kekakuan tertentu pada sklera mempengaruhi tekanan bola mata. Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:

1. Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa. Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian:

a. Bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris  b. Bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa.

Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik  posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian

keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris.

2. Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina.

Segmen anterior berisi humor aqueus yang merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen posterior berisi humor vitreus. Cairan tersebut membantu menjaga bentuk bola mata.

 b.) Tunika vaskulosa okuli

Tunika vaskuli okuli merupakan lapisan tengah dan sangat peka oleh rangsangan pembuluh darah. Lapisan ini menurut letaknya terbagi 3  bagian, yaitu :

 Koroid, merupakan selaput yang tipis dan lembab. Dimana

fungsinya memberikan nutrisi pada tunika.

 Korpus siliaris, merupakan lapisan yang tebal dan berfungsi dalam

terjadinya akomodasi.

 Iris, merupakan bagian terdepan tunika vaskuola okuli, yang

(7)

 bagian yang berlubang yang di sebut pupil. Pupil berfungsi untuk mengatur cahaya yang masuk ke mata.

c.) Tunika nervosa

Tunika nervosa merupakan lapisan terdalam bola mata yang disebut retina. Retina dibagi atas 3 bagian :

 Pars optika retina, dimulai dari kutub belakang bola mata sampai di

depan khatulistiwa bola mata.

 Pars siliaris, merupakan lapisan yang dilapisi bagian dalam

korpussiliar

 Pars iridika melapisi bagian permukaan belakang iris.

Didalam mata terdapat dua macam cairan yaitu: 1. Aqueus humor

Cairan ini berada di depan lensa.Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan belakang. Volumenya adalah sekitar 250 µL dan kecepatan pembentukannya yang memiliki variasi diurnal adalah 2,5 µL/mnt. Tekanan osmotiknya lebih tinggi sedikit dari plasma. Komposisi aqueous humor sama dengan plasma, kecuali konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi, protein, urea dan glukosa yang lebih rendah.

Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Setelah masuk ke  bilik mata belakang, aqueous humor mengalir melalui pupil ke bilik mata depan lalu ke anyaman trabekular di sudut bilik mata depan.. selain itu terjadi pertukaran diferensial komponen-komponen aqueous dengan darah di iris.

2. Vitreus humor

Cairan albumin berwarna keputih-putihan seperti agar-agar yang  berada dibelakang mata, mulai dari lensa hingga retina. (Evelin C Pearce: 317). Dalam hal ini ciran yang mengalami gangguan yang dihubungkan dengan penyakit glaukoma adalah aqueus humor, dimana cairan ini berasal dari badan sisiari mengalir kea rah bilik anterior melewati iris dan pupil dan diserap kembali kedalam aliran darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai saluranschlemm. (Evelin

(8)

C. Pearce : 317). Secara normal TIO 10-21 mmHg karena adanya hambatan abnormal terhadap aliran aqueus humor mengakibatkan  produksi berlebih badan silier sehingga terdapat cairan tersebut. TIO

meningkat kadang-kadang mencapai tekanan 50-70 mmHg.

B. Struktur Pelindung Mata

Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata  bergerak secara bebas ke segala arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, irus, jamur dan bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga cahaya masih bisa masuk. Struktur yang melindungi mata antara lain adalah:

a) Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.

 b)  Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata secara refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya yang sangat terang. Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering dan terluka. Bagian dalam kelopak mata adalah konjungtiva yang merupakan membran mukosa tipis yang vaskular dan transparan, yang juga membungkus permukaan mata.

(9)

c)  Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan berfungsi membantu melindungi mata dengan  bertindak sebagai barrier (penghalang).

d)  Kelenjar lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan air mata yang encer. Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu mencegah terjadinya infeksi. Air mata adalah kelenjar yang diproduksi oleh proses lakrimasi (bahasa Inggris: lacrimation atau lachrymation; (dari bahasa Latin lacrima, artinya "air mata") untuk membersihkan dan melumasi mata.  Sistem lakrimal berfungsi menjaga kelicinan mata, melindungi kornea dari  penguapan dan menetralkan efek sediaan tetes mata. Pada manusia, selaput air mata yang membungkus mata, dikenal sebagai selaput  prekorneal ( precorneal film), terdiri dari 3 lapisan yang berbeda,

dari permukaan paling luar sampai ke dalam:

1) Lapisan Lemak ( Lipid layer ) berfungsi membungkus lapisan berair (aqueous layer ); memberikan halangan tahan air (hydrophobic barrier ) yang membungkus air mata dan mencegahnya meluap ke pipi. Kelenjar ini dijumpai di antara lempengan tarsal (tarsal plates) pada pelupuk mata (tarsus). Jadi, cairan mata disimpan di antara bola mata dan lapisan minyak pada pelupuk mata.

2) Lapisan berair ( Aqueous layer ) berfungsi meningkatkan  penyebaran selaput air mata; meningkatkan penanganan

atas penyebab infeksi; meningkatkan pengaturan osmosis. 3) Lapisan mukosa ( Mucous layer ) berfungsi membungkus

kornea;  meningkatkan lapisan tahan air; meratakan  penyebaran air mata; menutupi kornea

(10)

e) Enam otot ekstraokular mengelilingi tiap bola mata dan menggerakan mata. Kekuatan dan presisi yang diperlukan di sini  benar-benar merupakan hal yang mengagumkan. Selama melakukan gerakan mata yang berlangsung sekitar 1/10 per detik,  bola mata bergerak dengan kecepatan luar biasa dan berhenti hampir seketika. Untuk menghasilkan kekuatan yang cukup untuk melakukannya, otot ekstraokular memiliki kekuatan 200 kali lebih  besar daripada yang dibutuhkan untuk memutar mata dalam

soketnya .

a. Gejala Penyakit Pada Mata

Gejala penyakit pada mata antara lain sebagai berikut : 1) Kehilangan Penglihatan

Bila pasien mengeluh tentang hilangnya penglihatan sangat penting untuk memastikan sifat akut hilangnya penglihatan dan ada tidaknya perasaan nyeri. Hilangnya penglihatan mendadak tanpa rasa nyeri dapat terjadi akibat oklusi pembuluh darah retina atau ablastio retina. Hilangnya penglihatan mendadak dengan disertai rasa nyeri terdapat pada serangan glaukoma sudut sempit akut. Hilangnya penglihatan yang berangsur tanpa rasa sakit biasanya  pada glaukoma simpleks menahun.

2)  Nyeri mata

 Nyeri dimata banyak penyebabnya. Nyeri mungkin dirasakan seperti terbakar, berdenyut, nyeri tekan, atau perasaan tertarik yang kemungkinan hal tersebut berkaitan dengan etiologinya. Nyeri dalam mata sewaktu berkedip terdapat pada abrasi kornea dan  benda asing di dalam mata. Fotofobia adalah nyeri mata yang  berhubngan dengan cahaya, seperti terdapat pada radang iris. Radang konjungtiva (konjungtivitis) menimbulkan rasa gatal. Penyakit pada kornea disertai nyeri yang agak berat karena kornea mempunyai persyarafan yang luas. Nyeri kepala dan nyeri pada mata sering dijumpai pada glaukoma sudut sempit.

(11)

3) Diplopia

Diplopia atau penglihatan ganda merupakan keluhan yang umum. Diplopia terjadi akibat penyesuaian yang keliru dari mata. Biasanya bila mata mengamati suatu objek, objek ini terlihat jelas. Bayangan yang agak berbeda tersebut disatukan oleh otak;  penyatuan ini yang menghasilkan penglihatan binokuler atau  persepsi kedalaman.

4) Mata berair atau kering

Terlalu banyak air mata atau kekeringan merupakan keluhan yang umum. Air mata yang berlebihan mungkin disebabkan produksi airmata yang berlebihan atau oleh karena bendungan/obstruksi aliran keluarnya. Kekeringan terjadi akibat gangguan sekresi kelenjar lakrimal. Penyebab umum ialah Sindrom Sjogren, kegagalan umum kelenjar sekretoris.

5) Mata mengeluarkan secret

Sekret dari mata mungkin sekret berair, agak berlendir atau  bernanah. Yang bersifat cair atau mukoid seringkali berhubungan dengan keadaan alergi atau penyakit virus, sedangkan yang purulen terdapat pada infeksi bakteri.

6) Mata merah

Mata merah seringkali dijumpai. Mata mungkin tampak merah Mata mungkin tampak merah darah. Kemerahan tersebut dapat terjadi karena trauma, infeksi, alergi atau peningkatan tekanan dalam mata. Banyak batuk, muntah berulang dapat berakibat  perdarahan subkonjungtival.

b. Sediaan Obat Mata Sediaan obat mata terdiri dari :

1) Tetes mata

Tetes mata menurut Farmakope Indonesia edisi III adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak

(12)

mata dan bola mata. Tetes mata steril harus memenuhi syarat sterilitas, berupa larutan jernih, bebas partikel asing serat dan  benang, isotonis dan isohidris Pada dasamya komponen tetes mata

steril adalah : a. Zat aktif

 b. Cairan pembawa berair

c. Zat pengawet seperti : fenilraksa (II) nitrat atau fenilraksa (II) asetat 0,002%b/v, benzalkonium klorida 0,01 % b/v atau klorheksidina asetat 0,01 % b/v yang pilihannya didasarkan atas ketercampuran zat pengawet terhadap obat yang terkandung di dalamnya selama waktu tetes mata itu dimungkinkan untuk digunakan, sebagai contoh benzalkonium tidak cocok digunakan sebagai pengawet untuk tetes mata yang mengandung anestetik local.

2) Salep mata

Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar salep yang cocok. Cara pembuatannya bahan obat ditambahkan sebagai larutan steril atau sebagai serbuk steril termikronisasi pada sar salep steril, hasil akhir dimasukkan secara aseptic dalam tube steril . Bahan obat dan dasar salep disterilkan dengan cara yang cocok, sedangkan tube disterilkan dalam otoklaf  pada suhu antara 115 ° sampai 116 ° selama tidak kurang dari 30

menit. Salep mata steril harus memenuhi syarat:

a. Homogenitas , tidak boleh mengandung bagian yang kasar yang dapat

teraba.  b. Sterilitas

(13)

BAB III PEMBAHASAN

A. Penggunaan Obat dengan Rute Melalui Mata

Dibandingkan dengan pemberian obat rute yang lain, penghantaran obat melalui mata harus mengatasi tantangan penting yang ditimbulkan oleh berbagai hambatan okular. Banyak hambatan yang terkait dengan anatomi dan fisiologi mata membuatnya menjadi tantangan untuk memberikan dosis yang tepat pada tempat yang sesuai. Kemajuan yang signifikan telah dibuat untuk mengoptimalkan penghantaran obat yang terlokalisasi pada mata, sehingga rute yang sekarang terkait dengan teknik  pemberian obat yang sangat canggih. Beberapa teknologi ini unik untuk

mata dan banyak juga ditemukan di rute pengiriman lainnya.

Bioavailabilitas sistem pengiriman obat mata tradisional seperti tetes mata sangat buruk karena mata dilindungi oleh serangkaian mekanisme pertahanan yang kompleks yang membuatnya sulit untuk mencapai konsentrasi obat yang efektif dalam area target mata. Anatomi dan fisiologi mata adalah salah satu sistem yang paling kompleks dan unik dalam tubuh manusia. Lachrymasi, drainase efektif oleh sistem nasolakrimalis, bagian dalam dan luar barrier blood retinal, impermeabilitas kornea, dan ketidakmampuan struktur non-kornea lainnya untuk menyerap. Senyawa membuat mata sangat tahan terhadap zat-zat asing. Meskipun hambatan-hambatan ini membuat mata terlindungi dari invasi senyawa asing, patogen dan partikulat yang membahayakan mata, tapi dilain hal ini merupakan tantangan untuk sistem penghantaran obat melalui mata.

B. Mekanisme Umum Perpindahan Obat Melalui Kornea Mata 1. Tingkat Organ

 Rate-limiting membrane  untuk kebanyakkan obat adalah epithelium kornea yang beraksi ganda sebagai penghalang (barrier) untuk penetrasi dan sebagai reservoir untuk obat. The rate-limiting

(14)

barrier   untuk kebanyakan obat tampaknya berada pada lapisan dua sel bagian atas dari epithelium. Stroma adalah rate-limiting untuk obat-obat yang sangat larut lemak.

2. Tingkat Sel

Molekul-molekul kecil, contohnya seperti : air, metanol, etanol, propanol, dan butanol, mudah melintasi kornea diasumsikan melalui pori-pori berair. Konstanta permeabilitas mereka sangat besar. Senyawa larut air melintasi kornea melalui rute para selular. Konstanta permeabilitas adalah konstanta partisi paling kecil. Peptida, ion-ion, dan senyawa muatan lainnya tampaknya berpenetrasi ke kornea melalui rute paraselular. Zat-zat yang memiliki kelarutan ganda lebih mudah melintasi kornea. Zat-zat larut lemak mudah melewati membran selular yang membatasi. Mereka tidak bisa berpenetrasi dalam proporsi konsentrasi mereka.

C. Faktor-faktor formulasi yang mempengaruhi proses biofarmasetik sediaan optalmik

1. Faktor Fisiologi

Hilangnya obat dari area precorneal adalah efek dari drainase sekresi air mata, absorpsi non-korneal, dan kecepatan proses absorpsi korneal. Secara kolektif proses ini menyebabkan waktu kontak kornea yang khas sekitar 2-4 menit pada manusia, untuk memberikan larutan dan bioavailbilitas ocular kurang dari 10%.

a. Faktor Prekorneal

Faktor prekorneal yang menyebabkan hilangnya obat adalah 1. Pergantian air mata yang normal

Air mata mencuci dengan kecepatan kira-kira 16% permenit, kecuali selama periode tidur atau selama anastesi. Volume normal air mata hanya 7 mikroliter, jadi obat yang menghilang besar.

(15)

Area prekorneal bias menampung kira-kira 30 mikroliter, termasuk air mata pada saat mata tidak berkedip. Volume  berkurang menjadi 10 mikroliter ketika mata berkedip. Oleh karena itu, kelebihn volume yang diberikan baik tumpahan atau kecepatan saluran dari mat ke saluran nasokrimal dengan absorpsi ke dalam sirkulasi sistemik. Drainase dari larutan yang diberikan jauh dari mata adalah penyebab hilangnya obat dan karenanya mempengaruhi aktivitas biologis obat pada mata. Kecepatan drainase berhubungan dengan volume larutan obat yang diberikan dan peningkatan seiring dengan meningkatnya volume. Kecepatan drainase dari volume yang diberikan meningkatkan kecepatan sebanding dengan volume cairan pada mata lebih dari volume normal lakrimal. Kecepatan drainase 100 kali lebih cepat dari kecepatan absorpsi.

3. Pengikatan protein

Air mata umumnya mengandung 0.7% protein dan level  protein meningkat dengan adanya infeksi atau inflamasi. Tidak

seperti darah, dimana kompleks protein-obat berlanjut ke sirkulasi, air mata digantikan secara cepat jadi memindahkan kedua bentuk bebas dan terikat dari obat.

4. Absorpsi obat tidak produktif

Setelah pemberian, obat diabsorpsi ke dalam kornea dan konjungtiva. Luas area konjungtiva 17 kali dari luas kornea dengan 2-30 kali permeabilitas yang lebih besar terhadap  banyak obat. Semua jaringan absorpsi yang lain dirasakan sebagai kehilangan yang tidak produktif ketika target jaringan adalah bagian dalam mata.

b. Faktor Membran

Faktor membran termasuk area yang tersedia untuk absorpsi, ketebalan, porosity, dan tortuosity (sifat

(16)

berliku-liku) kornea dan kesimbangan lipofilik /hidrofilik. Kornea terdiri dari tiga lapisan yaitu epithelium, stroma, dan endothelium.

1. Epithelium

Studi permeabilitas pada kornea mengindikasikan lapisan  paling luar dari epithelium sebagai yang menentukan penilaian utama barrier (penghalang) untuk penetrasi untuk obat larut air dan larut lemak. Karena epithelium larut lemak, porositas yang rendah dan secara relatif tortuositas dan ketebalan tinggi,  penetrasi obat yang cepat harus memiliki koefisien partisi lebih

dari 1 untuk mencapai kecepatan penetrasi.

Walaupun epithelium dan endothelium adalah lipofilik,  pengukuran permeabilitas air dari tiap lapisan mengindikasikan

endothelium lebih permeable 2.7 kali dari epithelium. 2. Endhothelium

Penetrasi non elektrolit melalui endothelium terjadi secara utama melalui ruang intraseluler.

3. Stroma

Stroma pada dasarnya merupakan aseluler, hidrofilik, porositas tinggi,dan tortuosity yang rendah tapi karena ini merupakan 90% dari ketebalan kornea, stroma signifikan pada kontribusi keseuruhan terhadap resistensi. Epithelium sebagai penentu  penilaian barrier untuk senyawa hidrofilik dan stroma untuk senyawa lipofilik. Ketika nilai absolut dibandingkan senyawa lipofilik ditemukan memiliki koefisien permeabilitas yang lebih  besar.

Penetrasi kornea dapat ditingkatkan dengan cara :

a. Penyesuaian keasaman sehingga pH sediaan memungkinkan untuk menghasilkan partikel tidak terionisasi secara optimal.

 b. Penggabungan peningkat absorbansi ke dalam komposisi sediaan. c. Produksi prodrug atau pasangan ion.

Karena dual kemampuan untuk mengakhiri aktivitas farmakologi obat inheren aktif dan untuk mengubah obat aktif untuk

(17)

menjadi gugus aktif mereka, metabolisme obat di mata merupakan aspek aksi obat yang penting. Obat yang mengalami degradasi secara oksidasi atau reduksi sedikit dimetabolisme di mata dibandingkan dengan obat yang didegradasi secara hidrolisis.

2. Faktor Fisiokimia

Faktor fisiokimia adalah penentu terbesar untuk difusi pasif melintasi kornea.

a. Koefisien partisi

Koefisien partisi adalah parmeter untuk menentukan status yang cepat dari potensi penetrasi obat ke membrane biologs yang  berbeda. Korelasi hubungan koefisien partisi dengan permeabilitas membantu untuk mendesain obat-obat opthalmik yang  permeabilitasnya optimal. Obat yang hidrofilik (log koefisien  partisi < 0), epitheliummemberikan persentase yang besae dari

resistensi ke penetrasi kornea.

Untuk obat lipofilik dengan log koefisien partisi 1.6-2.5, stroma berkontribusi dengan persentase yang signifikan terhadap resistensi. Keseimbangan lipofilik/hidrofilik yang optimal pada struktur molekul dari penetrant harus dicapai untuk menghasilkan efek penetrasi yangcepat melalui barrier lipofilik dan hidrofilik di kornea.

b. Kelarutan

Kecepatan penetrasi maksimum dicapai oleh permeating obat ke kornea adalah faktor multiplikatif dari koefisien permeabilitas dan kelarutan air mata. Jika kelarutan obat rendah, konsentrasinya pada lapisan air mata perkorneal mungkin dibatasi dan oleh karena itu kecepatan absorpsi mungkin tidak cukup tinggi untuk mencapai konsentrasi yang adekuat untuk aktivitas terapetik.

c. Konstanta Ionisasi

 pKa dari obat-obat yang dapat terionisasi adalah faktor penting  pada penetrasikorneal. Derajat ionisasi mempengaruhi luas difusi yang melewati membran. Banyakobat-obatan adalah asam dan basa

(18)

lemah dan oleh karena itu sebagian terionisasi pada pHfisiologis. Rata-rata pH air mata adalah 7.2 dan pKa dari obat sekitar 1 atau 2 dari nilaitersebut, penetrasi kornea akan lebih karena proporsi yang  besar dari dosis yangdiadministrasikan akan dalam bentuk tidak terionisasi. Bentuk ionisasi dari obat sedikitlarut lemak, jika fraksi ini terlalu besar, kecepatan penetrasi kornea mungkin tidak cukupuntuk menghasilkan efek terapeutik pada mata (Malhorta and Majumdar, 2001)

d. Berat Molekul

Berat molekul berhubungan dengan kekuatan difusional aktif selama permeasi korneal. Untuk molekul kecil, koefisien difusi  berhubungan terbalik dengan akar kuadratdari berat molekul. Molekul besar, koefisien difusi berhubungan terbalik dengan akar  pangkat tiga dari berat molekul. Perubahan berat molekul

menunjukkan hubungan terbalik terhadap permeabilitas. e. Pengikatan Melanin

Kehadiran melanin dapat mengubah disposisi obat mata. Interaksi dengan pigmen ini dapat mengubah ketersediaan obat bebas di tempat yang ditargetkan. Sehingga pengikatan melanin akan menurunkan aktivitas farmakologis. Melanin dalam jaringan okular terdapat pada uvea dan RPE. Melanin mengikat radikal  bebas dan obat dengan elektrostatik dan ikatan van der waals atau

dengan transfer muatan sederhana. Dapat disimpulkan bahwa semua obat lipofilik mengikat melanin. Obat yang terikat dengan melanin biasanya tidak bisa berikatan dengan reseptor sehingga memerlukan pemberian dosis yang lebih besar. Keberadaan melanin dalam koroid dan RPE mempengaruhi tingkat penyerapan obat ke dalam retina dan vitreous transscleral atau pemberian obat sistemik.

(19)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Bentuk Sediaan Tetes Mata dan Metode Sistem Pengiriman Sediaan Obat Mata berdasarkan kondisi fisik antara lain : a. Intravitreal suntikan (IVT), disuntikan ke dalam mata vitreous humor antara lensa dan retina; b. SubTenon, digunakan untuk menggambarkan suntikan melalui membran yang menutupi otot-otot dan saraf di bagian belakang bola mata; c. Sub-retina, disuntikan dibawah retina; d. Obat tetes mata, sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat  pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata; e. Salep

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 1989.  Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat . Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta.

https://kpsfkunmul.files.wordpress.com/2014/02/trapmed-pemeriksaan-mata-funduskopi-blok-16.pdf

Depkes RI. Formularium Nasional, Ed II. 1978.Jakarta. The Pharmaceutical Society of Great Britain. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia twenty eight edition. London : The Pharmaceutical Press.

(21)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. ... DAFTAR ISI ... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Mata... B. Struktur Pelindung Mata ...

BAB III PEMBAHASAN

A. Penggunaan obat dengan rute melalui mata

B. Mekanisme umum perpindahan obat melalui mata

C. Faktor-faktor formulasi mempengaruhi biofarmastik sediaan mata BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... DAFTAR PUSTAKA ...

Gambar

Gambar 1. Anatomi mata normal 1. Organ Okuli Assesoria
Gambar 2. Aliran humor aqueus pada mata normal

Referensi

Dokumen terkait

Variabel independen meliputi volume penjualan, harga ditingkat produsen, harga ditingkat konsumen, biaya pemasaran dan jumlah lembaga pemasaran secara serempak berpengaruh nyata

Dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek dalam serum tali pusat adalah sebesar 1-3 mg/dl dan akan meningkat dengan kecepatan kurang dari 5 mg/dl/24 jam; dengan

sasaran indikator target program indikator target kegiatan indikator target Renja Keterangan Terlaksananya Pemantauan Kualitas Udara. Ambien

Daging merupakan makanan yang sehari-hari dikonsumsi.Daging didefinisikan sebagai urat daging (otot) yang melekat pada kerangka, kecuali urat daging bagian bibir,

b) Fungsi edukatif, bila informasi itu memperkenalkan pada pembaca tentang cara baru untuk melakukan suatu kegiatan atau cara baru mengatasi suatu masalah. c)

Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi pecahan kelas V MI Miftahul Anwar I Pamekasan, melatar belakangi penelitian ini. Berdasarkan

Bakterial vaginosis adalah suatu keadaan yang abnormal pada vagina yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi (Bacteroides Spp, Mobilincus Spp,

{ adalah; tidak boleh diletakkan di permulaan ayat, berpasangan dangan KSN/kata hubung} { Tidak digalakkan kata pemeri dalam ayat ringkas}.. Muhammad Ramli adalah