UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
` SKRIPSI
ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS PAJAK DAN
RETRIBUSI DAERAH SEBAGAI PENDAPATAN ASLI
DAERAH (PAD) SUMATERA UTARA
Diajukan ole
h :
AMRI SIREGAR
030501077
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
ABSTRACT
This study aims to see how large the contribution and efektiveness of regional taxes and levies as a local revenue (PAD) of North Sumatera and see how the influence of several factors on PAD of North Sumatera.
To get results, then examined several variables that PAD, the amount of tax revenue and retribution, then realization of tax revenue and local levies, the tax revenue target and retribution, the regional gross domestic income(GDP) and domestic investment (PMDN). While the data variables used in this research is secondary data into period 1998-2007.
After processing the data throught computer programs excel and eviews 4.1 the obtained result is that the level of efektivness of tax revenue from 2003 to 2007 was high at above 100%, while the contribution of tax revenue and retribution from the years 2007 continued, also note that GDP variables have a significant influence on the PAD. Where as domestic variables do not have a significant influence.
Therefore the government needs to increase the contribution of local taxes and levies and GDP in order to increase revenue of North Sumatera.
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana besar kontribusi dan efektivitas pajak dan retribusi daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sumatera Utara, dan mengetahui bagaimana pengaruh beberapa faktor terhadap PAD Sumatera Utara.
Untuk memperoleh hasilnya, maka diteliti beberapa variabel yaitu PAD, jumlah penerimaan pajak dan retribusi daerah, realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah, target penerimaan pajak dan retribusi daerah, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Sedangkan data variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan kurun waktu tahun 1998 – 2007.
Setelah pengolahan data melalui program komputer Microsoft Excel dan Eviews 4.1, maka diperoleh hasil yaitu bahwa tingkat efektivitas penerimaan pajak dari tahun 2003 sampai 2007 adalah tinggi yaitu berada di atas 100%. Sedangkan kontribusi penerimaan pajak dan retribusi daerah dari tahun 2003 sampai 2007 terus menunjukkan angka penurunan yang berarti. Kemudian dari hasil penelitian juga diketahui bahwa variabel PDRB memberikan pengaruh yang signifikan terhadap PAD, sedangkan variabel PMDN tidak memberikan pengaruh yang signifikan.
Dengan demikian pihak pemerintah perlu meningkatkan kontribusi pajak dan retribusi daerah dan PDRB dalam rangka meningkatkan PAD Sumatera Utara.
Kata kunci: pendapatan, pajak, retribusi, PDRB, dan PMDN
KATA PENGANTAR
Kemuliaan kepada ALLAH BAPA di surga atas segala karunia dan
penyertaannya yang diberikan kepada penulis sehingga dimampukan
menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mencoba
menganalis pajak dan retribusi darah sebagai pendapatan asli daerah Sumatera
Utara. Semoga dengan hasil penelitian ini, banyak manfaat yang diperoleh baik
dalam menambah pengetahuan penulis, bahan referensi, maupun manfaat bagi
masyarakat pada suatu saat nanti.
Banyak kegagalan dan kesalahan yang dialami penulis dalam perkuliahan
maupun dalam penulisan skripsi ini. Akan tetapi sebagai manusia yang tidak
pernah luput dari kesalahan, penulis akan berusaha memperbaikinya dengan
adanya saran, masukan serta kritik yang membangun dari semua pembaca yang
sudi mendukung penulisan ini. Pada kesempatan yang sangat luar biasa ini,
izikanlah saya sebagai penulis dengan segala kerendahan hati ingin
menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung
baik dalam bentuk moril maupun materiil, dan terutama kepada:
• Kedua orang tua saya yaitu Ayahanda M siregar(+) dan Ibunda N br
Simaremare yang telah memberikan dukungan moral serta materiil yang
tak ternilai lagi banyaknya, serta abang dan adik-adik saya yang telah
memberikan perhatian yang tulus serta doa yang tak ternilai harganya.
• Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
• Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku ketua jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Sumatera Utara
• Bapak Prof. DR. Syaad Afifudin, SE, M.Ec selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing
penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.
• Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya Hasibuan, M.Si selaku dosen penguji I
dan Bapak Paidi hidayat, SE, M.Si selaku dosen penguji II yang turut
menyumbangkan saran, pikiran kepada penulis.
• Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution selaku dosen wali penulis yang telah
memberikan bimbingan dan saran pada saat perkuliahan maupun dalam
penulisan skripsi ini.
• Seluruh staf pengajar dan karyawan di Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan
dukungan.
• The last but not the least, kawan-kawan seperjuangan waktu kuliah yang
selalu memberikan motivasi, tenaga, pikiran serta perhatian yang luar
biasa besarnya baik pada saat perkuliahan maupun pada saat penulisan
skripsi ini.
Medan, Desember 2009 Penulis,
DAFTAR ISI
2.1.2. Pembagian Pajak Menurut Golongan,Sifat,dan Pemungutannya ... 9
2.1.3. Asas-asas Pemungutan Pajak ... 10
2.1.4. Tinjauan Pajak Dari Berbagai Aspek ... 15
2.2. Fungsi Pajak... 20
2.3.Retribusi ... 20
2.4. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)... 21
2.5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 23
2.6. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 25
2.6.1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 25
2.6.2. Jenis-jenis Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 25
2.6.3. Jenis-jenis Retribusi Daerah ... 28
2.6.4. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah Yang Dipisahkan ... 29
4.1.Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ... 37
4.1.1. Letak Geografis ... 37
4.1.3. Potensi Wilayah ... 38
4.1.4. Gambaran Perekonomian Provinsi Sumatera Utara ... 39
4.1.5. Historis Provinsi Sumatera Utara ... 40
4.2. Kondisi Keuangan Provinsi Sumatera Utara ... 42
4.2.1. Pajak Daerah ... 42
4.2.2. Retribusi Daerah... 43
4.2.3. Laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ... 44
4.2.4. Lain-lain PAD yang Sah ... 47
4.2.5. Target Pendapatan Asli Daerah ... 48
4.2.6. Dana Perimbangan ... 48
4.2.7. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah ... 50
4.2.8. Permasalahan Keuangan Daerah ... 51
4.3. Hasil dan Analisis ... 54
4.3.1. Tingkat Efektifitas dan Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 54
4.3.2 Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap PAD... 57
4.3.3. Uji Statistik ... 59
4.3.4. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 62
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
5.1. Kesimpulan……… ... 65
5.2. Saran………... 66
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Halaman
1.1. Target dan Realisasi Pajak Daerah T.A.2003-2007 ... 4
1.2. Target dan Realisasi Retribusi Daerah... 6
2.4. Penanaman Modal Dalam Negeri tahun 1998-2007... 23
2.5. Produk Domestik Regional Bruto tahun 1998-2007 ... 24
4.1.2 Kondisi Geografis Provinsi Sumatera Utara ... 38
4.2.3. Target dan Realisasi Laba BUMD... 44
4.2.4. Target dan Realisasi Lain-lain PAD yang Sah ... 47
4.2.6. Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Sumatera Utara 2003-2007 ... 49
4.2.7. Target dan Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah ... 50
4.3.1. Efektifitas Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah ... 54
4.3.2. Kontribusi Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 56
4.3.3. Hasil Estimasi ... 58
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
4.3.1.a. Diagram tingkat Efektivitas Pajak dan Retribusi Daerah
Tahun 2003-2007 ... 55 4.3.1.b Diagram Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah terhadap
PAD tahun 2003-2007 ... 56 4.3.3.a Uji t-statistik Variabel PDRB ... 59 4.3.3.b Uji t-statistik pada Variabel Penanaman Modal Dalam
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pembangunan ekonomi di defenisikan sebagai suatu proses yang
menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan
masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. Oleh sebab itu
pembangunan ekonomi memiliki tiga sifat penting yaitu : suatu proses yang
berarti terjadinya perubahan terus-menerus, adanya usaha untuk menaikkan
pendapatan perkapita masyarakat.
Todaro (2003) mendefenisikan pembangunan ekonomi adalah suatu proses
yang bersifat multidimensional yang melibatkan kepada perubahan besar baik
terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau
menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam
konteks pertumbuhan ekonomi.
Dalam pembangunan, Rodinelli (1961) menyatakan bahwa kebijaksanaan
pemerintah ditujukan untuk mengubah cara berfikir, selalu memikirkan perlunya
investasi pembangunan. Dengan adanya pembangunan akan terjadi peningkatan
nilai-nilai budaya bangsa, yaitu terciptanya taraf hidup lebih baik, saling
harga-menghargai sesamanya, serta terhindar dari tindakan sewenang-wenang.
Pembangunan ekonomi di daerah Sumatera Utara yang dimaksud adalah
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat yang berdomisili di 28
kabupaten dan kota secara keseluruhan baik rakyat yang tinggal di perkotaan
maupun pedesaan. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat, Pemerintah
memperhatikan dan mempertahankan secara konsisten prinsip-prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan , keistimewaan dan kekhususan serta keragaman daerah
Sumatera Utara dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk
mewujudkan tujuan nasional dimaksud,pemerintah menerbitkan undang-undang
nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah yang memberikan hak dan
kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan menurut asas Otonomi dan Tugas Pembantuan.
Selanjutnya, tugas-tugas pemerintah daerah yang berkaitan dengan
penyelenggaraan dekonsentrasi dan penyelenggaraan tugas pembantuan telah
diatur pula pada Peraturan Pemerintah Dekonsentrasi dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 52 tahun 2001 yang mengatur tentang
Penyelenggaraan Tugas Pembantuan.
Salah satu usaha pejabat yang tidak kalah penting adalah memperhatikan
penggunaan atau pengelolaan pendapatan daerah secara efektif. Pendapatan
daerah antara lain Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan Pendapatan
Asli Daerah(PAD). Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mempelajari atau
menganalisis lebih dalam mengenai pendapatan daerah terutama Pendapatan Asli
Daerah. PAD merupakan salah satu modal utama untuk mendukung proses
pembangunan di daerah sehinggga tentu hal ini sangat berkenaan dengan
kepentingan rakyat banyak. Menurut Halim(2004:67), Pendapatan Asli
Daerah(PAD) merupakan “semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber
ekonomi asli daerah”. Dengan demikian, kebijakan dalam usaha penerimaan dan
Dengan diterbitkannya undang-undang otonomi daerah maka daerah yang
mempunyai pendapatan yang besar akan semakin mudah untuk melakukan
percepatan pembangunan disetiap sektor-sektor yang sangat vital dan nantinya
akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak.
Penerimaan dari PAD adalah merupakan refleksi dari 4(empat) jenis
pungutan yakni pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan laba BUMD dan lain-lain Pendapatan asli daerah yang sah. Akan
tetapi dalam penulisan ilmiah ini, penulis hanya akan menjabarkan dan
menganalisis keefektifan pengelolaan pajak dan retribusi daerah sebagai
pendapatan asli daerah. Efektifitas ini dianalisis dengan melihat elastisitas pajak
dan retribusi daerah terhadap realisasi belanja pembangunan daerah
SumateraUtara. Analisis tersebut dilakukan karena pendapatan daerah lebih
ditekankan pada proyek-proyek pembangunan daerah. Dengan demikian
penulisan skripsi ini secara lengkapnya ditulis dengan judul Analisis Efektifitas
Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007.
Untuk menjelaskan sedikit mengenai perkembangan pajak dan retribusi
daerah,maka pajak dan retbusi daerah dijelaskan dengan data-data berikut ini:
a. Pajak Daerah
Secara keseluruhan penerimaan Pajak Daerah dari tahun anggaran 2003
sampai dengan 2007 terus-menerus mengalami peningkatan yang signifikan,
Tabel 1.1.
Target dan Realisasi Pajak Daerah TA. 2003-2007
Tahun PAJAK DAERAH TARGET REALISASI %
2003 1. PKB 286.186.045.000,00 317.961.718.624,00 111,10
2. PKAA 250.000.000,00 39.518.185,00 15,81
3. BBN-KB 364.012.105.000,00 422.875.084.848,00 116,17
4. BBN-KAA 50.000.000,00 101.000,00 0,20
5. PBB-KB 110.000.000.000,00 106.928.327.804,06 97,21
6. ABT-APU 12.000.000.000,00 14.166.613.706,58 118,06
7. P. Hotel 11.099.480.000,00 11.117.519.748,84 100,16
8. P. Restoran 26.350.560.000,00 25.051.845.252,31 95,07
9. P. Reklame 9.500.000.000,00 9.561.949.305,50 100,65
10. P. Parkir 2.340.000.000,00 1.991.327.105,00 85,10
11. P. Hiburan 5.400.000.000,00 4.591.565.890,80 85,03
JUMLAH 827.188.190.000,00 914.285.571.470,09 110,53
2004 1. PKB 336.676.650.000,00 392.925.761.083,00 116,71
2. PKAA 45.000.000,00 49.458.216,00 109,91
3. BBN-KB 460.591.315.000,00 527.981.458.052,00 114,63
4. BBN-KAA 5.000.000,00 5.223.060,00 104,46
5. PBB-KB 134.400.000.000,00 141.726.481.630,37 105,45
6. ABT-APU 16.500.000.000,00 18.683.530.846,75 113,23
7. P. Hotel 15.000.000.000,00 15.055.625.231,70 100,37
8. P. Restoran 29.280.000.000,00 29.343.934.623,08 100,22
9. P. Reklame 13.300.000.000,00 13.303.607.381,00 100,03
10. P. Parkir 3.000.000.000,00 2.741.130.957,00 91,37
11. P. Hiburan 7.000.000.000,00 6.650.284.906,32 95,00
JUMLAH 1.015.797.965.000,0 0
1.148.466.495.987,2
2 110,53 2005 1. PKB 424.300.000.000,00 462.768.823.893,00 109,07
2. PKAA 45.000.000,00 47.173.015,00 104,83
3. BBN-KB 595.700.000.000,00 618.866.087.937,00 103,89
4. BBN-KAA 5.000.000,00 5.089.800,00 101,80
5. PBB-KB 198.000.000.000,00 199.933.368.479,21 100,98
6. ABT-APU 18.900.000.000,00 19.517.298.859,00 103,27
Tahun PAJAK
DAERAH TARGET REALISASI % 8. P. Restoran 35.880.000.000,00 34.136.656.308,58 95,14
9. P. Reklame 23.500.000.000,00 23.503.591.871,50 100,02
10. P. Parkir 3.053.680.000,00 3.057.219.121,00 100,12
11. P. Hiburan 7.250.641.000,00 7.257.170.956,92 100,09
JUMLAH 1.323.134.321.000,00 1.385.599.410.325,43 104,72
2006 1. PKB 480.000.000.000,00 499.955.253.422,00 104,16
2. PKAA 45.000.000,00 51.218.289,00 113,82
3. BBN-KB 490.000.000.000,00 502.466.121.681,00 102,54
4. BBN-KAA 5.000.000,00 2.158.289,00 43,17
5. PBB-KB 327.000.000.000,00 342.212.142.288,36 104,65
6. ABT-APU 21.200.000.000,00 21.758.168.705,00 102,63
7. P. Hotel 17.670.000.000,00 17.684.311.834,64 100,08
8. P. Restoran 35.880.000.000,00 35.910.147.431,00 100,08
9. P. Reklame 25.000.000.000,00 16.057.723.589,50 64,23
10. P. Parkir 3.359.052.000,00 3.366.548.538,00 100,22
11. P. Hiburan 7.975.705.000,00 7.998.696.250,60 100,29
JUMLAH 1.408.134.757.000,00 1.447.462.490.318,10 104,72
2007 1. PKB 555.000.000.000,00 557.359.187.958,00 100,43
2. PKAA 45.000.000,00 46.046.449,00 102,33
3. BBN-KB 520.000.000.000,00 583.958.809.928,00 112,30
4.BBN-KAA 5.000.000,00 1.965.950,00 39,32
5. PBB-KB 362.000.000.000,00 378.195.572.192,00 104,47
6. ABT-APU 21.350.000.000,00 22.784.655.544,00 106,72
7. P. Hotel 18.553.500.000,00 19.717.665.589,08 106,27
8. P. Restoran 36.756.400.000,00 37.254.977.247,00 101,36
9. P. Reklame 8.461.730.000,00 16.070.834.506,70 189,92
10. P. Parkir 3.527.000.000,00 3.679.585.970,00 104,33
11. P. Hiburan 8.354.000.000,00 8.331.428.896,00 99,73
JUMLAH 1.534.052.630.000,00 1.627.400.730.229,78 104,72
b. Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
Provinsi Sumatera Utara untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi
Daerah ini dikelola oleh Instansi teknis di lingkungan Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara. Penerimaan tersebut secara terperinci dipaparkan pada tabel
berikut ini :
Tabel 1.2.
Target dan Realisasi Retribusi Daerah
Tahun Target Realisasi % Selisih
2003 19.958.750.000,00 16.928.483.188,39 84,82 3.030.266.811,61
2004 21.195.434.000,00 23.762.354.666,04 112,11 2.566.920.666,04 2005 16.420.750.000,00 18.852.328.406,22 114,81 2.431.578.406,22 2006 10,394.010.000,00 11.714.727.648,10 112,71 1.320.717.648,01 2007 12.179.350.000,00 13.251.999.446,03 108,81 1.072.649.446,03
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dibuat beberapa
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat efektifitas pajak dan retribusi daerah atau hubungan
antara realisasi penerimaan pajak dan retribusi terhadap target penerimaan
pajak dan retribusi daerah.
2. Bagaimana pengaruh variabel Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) terhadap PAD Sumatera Utara.
3. Bagaimana pengaruh variabel Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
1.3. Hipotesis
1. Tingkat efektifitas pajak dan retribusi daerah Provinsi Sumatera utara
setiap tahun semakin meningkat, cateris paribus.
2. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) memberikan pengaruh
positif terhadap PAD Sumatera Utara, cateris paribus.
3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) memberikan pengaruh positif
terhadap PAD Sumatera Utara, cateris paribus.
1.4. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat efektifitas pajak dan retribusi daerah Provinsi
Sumatera Utara setiap tahun.
2. Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) terhadap PAD Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
terhadap PAD Sumatera Utara.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang pendapatan
daerah Provinsi Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang
ingin melakukan penelitian.
3. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya
pihak pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara untuk kebijakan
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1. Pajak
2.1.1. Pengertian Pajak
Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus
dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut banyak
memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.
Salah satu usaha mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau Negara
dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari
dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang
berguna untuk kepentingan bersama.
Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan
batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh P. J.
A. Andiani (1991:2) yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo
dalam buku”Pengantar ilmu hukum pajak”
“Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan)yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung ditunjuk, dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluran umum berhubung dengan tugas Negara
yang menyelenggarakan pemerintahan”.
Dalam defenisi diatas lebih memfokuskan pada fungsi budgeter dari pajak,
sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lain yaitu fungsi mengatur.Sedangkan
pajak pendapatan” menyatakan: Pajak adalah iuran pajak kepada kas Negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat disahkan) dengan tidak mendapat jasa
timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
yang melekat pada pengertian pajak, adalah:
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaanya yang
sifatnya dapat dipaksakan.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila
dari pemasukanya masih mendapat surplus, dipergunakan untuk membiayai
public investment.
5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.
2.1.2. Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat, Dan Pemungutannya
Pajak dapat dikelompokkan ke dalam berbagai kelompok:
1. Menurut golongan
• Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat
dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib
pajak yang bersangkutan. Sebagai contoh Pajak Penghasilan
• Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat
2. Menurut sifat
Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan pembagian
berdasarkan ciri-ciri prinsip:
• Pajak sujektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti
memperhatikan keadaan dari wajib pajak.
• Contoh: Pajak penghasilan
• Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak
• Contoh: pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang
mewah
3. Menurut pemungut dan pengelolanya
• Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.
Contoh: Pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, dan bea
materai
• Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Contoh: Pajak reklame, Pajak hiburan
2.1.3. Asas-asas Pemungutan Pajak
Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh
keserasiaan pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan lagi
yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Asas-asas pemungutan pajak
sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya An inquiri the
nature of cause the wealth of nations menyatakan bahwa pemungutan pajak
hendaknya didasarkan pada :
• Equaliti
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan
kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan
membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang
diterima. Adil maksudnya bahwa setiap Wajib Pajak memnyumbangkan
uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingan dan
manfaat yang diminta.
• Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu,
Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang
terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.
• Convenience
Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan
saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak sebagai contoh saat wajib
pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut Pay as you
• Economy
Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan
kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminim mungkin, demikian
pula beban yang dipikul wajib pajak.
Asas keadilan dalam prinsip perundang-undangan perpajakan maupun
dalam hal pelaksanaannya harus dipegang teguh, walaupun keadilan itu sangat
relative.
Menurut Richard A. Musgrave dan Peggy B. Musgrave dalam buku public
finance in theory and practice terdapat dua macam asas keadilan pemungutan
pajak, yaitu :
1. Benefit Principle
Dalam system perpajakan yang adil,setiap wajib pajak harus membayar
pajak sejalan dengan manfaat yang dinikmatinya dari pemerintah.
Pendekatan ini disebut Revenue and Expenditure Approach
2. Ability Principle
Dalam pendekatan ini menyarankan agar pajak dibebankan kepada wajib
pajak atas dasar kemampuan membayar.
Asas pemungutan lainnya juga dikemukakan oleh Jhon F. Due dalam buku
Government Finance ,An Economic Analisys yaitu The Natural Principle yang
bermakna bahwa pajak itu harus netral artinya tidak mempengaruhi pilihan
masyarakat untuk mengkonsumsi atau memproduksi barang. Terlihat bahwa asas
ini bertujuan untuk menjaga agar pemungutan pajak tidak mengganggu kemajuan
ekonomi.
Asas pemungutan pajak dapat pula dibagi dalam:
1. Asas Menurut Falsafah Hukum
Hukum pajak harus berdasarkan pada keadilan. Selanjutnya keadilan ini
sebagai asas pemungutan pajak.untuk menyatakan keadilan kepada hak
Negara untuk memungut pajak, muncul beberapa teori dasar, yaitu:
• Teori asuransi
Dalam perjanjian asuransi diperlukan pembayaran premi. Premi
tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha melindungi
orang dari segala kepentingannya, misalnya keselamatan atau
keamanan harta bendanya. Teori asuransi ini menyamakan
pembayaran premi dengan pembayaran pajak. Walaupun
kenyataanya menyatakan premi tersebut tidaklah tepat.
• Teori Kepentingan
Pada teori kepentingan ini memperhatikan beban pajak yang harus
dipungut dari masyarakat.pembebanan ini harus didasarkan pada
kepentingan setiap orang pada tugas pemerintah termasuk
perlindungan jiwa dan hartanya. Oleh karena itu, pengeluaran
Negara untuk melindungi dibebankan pada masyarakat.
• Teori Gaya Pikul
Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan pemungutan
pajak terletak dalam jasa-jasa yang diberikan oleh Negara kepada
masyarakat berupa perlindungan jiwa dan harta bendanya. Oleh
karena itu, untuk kepentingan perlindungan maka masyarakat akan
• Teori Bakti
Teori bakti ini disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. Teori ini
berdasarkan pada Negara mempunyai hak mutlak untuk
memungut pajak. Di lain pihak, masyarakat menyadari bahwa
pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban untuk membuktikan
tanda baktinya terhadap Negara. Dengan demikian dasar hukum
pajak terletak pada hubungan masyarakat dengan Negara.
• Teori Asas Daya Beli
Dalam teori ini mendasarkan bahwa penyelenggaraan kepentingan
masyarakat yang dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan
pajak yang buka kepentingan individu atau Negara, sehingga lebih
menitikberatkan pada fungsi mengatur.
2. Asas Yuridis
Untuk menyatakan suatu keadilan. Hukum pajak harus memberikan
jaminan hukum kepada Negara atau warganya. Oleh karena
itu,pemungutan pajak harus didasarkanpada undang-undang. Landasan
hukum pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23A Amandemen
Undang-undang dasar 1945
3. Asas Ekonomi
Seperti pada uraian sebelumnya,pajak mempunyai fungsi regular dan
fungsi budgeter. Asas ekonomi ini lebih menekankan pada pemikiran
bahwa Negara menghendaki agar kehidupan ekonomi masyarakat agar
terus meningkat. Untuk itu, pemungutan pajak harus diupayakan tidak
4. Asas Pemungutan Pajak Lainnya
Terdapat tiga asas yang digunakan untuk memungut pajak dalam pajak
penghasilan,yaitu:
• Asas tempat tinggal
Negara-negara mempunyai hak untuk memungut atas penghasilan
wajib pajak berdasarkan tempat tinggal wajib pajak. Wajib pajak
yang bertempat tinggal di Indonesia dikenai pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh, yang berasal dari Indonesia atau
berasal dari luar negeri (Pasal 4 Undang-undang Pajak
Penghasilan)
• Asas kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan suatu Negara. Asas ini
diberlakukan kepada setiap orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia untuk membayar pajak.
• Asas Sumber
Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan
yang bersumber pada suatu Negara yang memungut pajak. Dengan
demikian Wajib pajak menerima atau memperoleh penhasilan dari
Indonesia dikenakan pajak di Indonesia tanpa memperhatikan
tempat tinggal wajib pajak.
2.1.4. Tinjauan Pajak Dari Berbagai Aspek
Masalah perpajakan tidaklah sesederhana hanya sekedar menyerahkan
terlihat bermacam-macam tergantung kepada pendekatannya. Dalam hal ini pajak
dapat didekati atau ditinjau dari berbagi aspek.
Aspek Ekonomi
Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang
digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan.
Pajak sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat.
Meskipun kehidupan ekonomi sebagian besar dijalankan dengan
mengandalkan mekanisme pasar bebas, mekanisme tadi tidak akan berjalan
apabila tidak ada pemerintah. Untuk menjalankan roda pemerintahan yang mampu
menggerakkan secara efektif mekanisme pasar bebas pemerintah memerlukan
pajak dari masyarakat.
Pelayanan yang diberikan pemerintah merupakan kepentingan
umum(public utilities) untuk kepuasan bersama, sehingga pajak yang mengalir
dari masyarakat akhirnya kembali lagi untuk masyarakat. Hal ini erat kaitanya
dengan kebijakan ekonomi yang mengarah kepada dukungan kenaikan
pendapatan masyarakat melalui distribusi pendapatan.
Prasarana ekonomi tersebut erat kaitanya dengan pertumbuhan
ekonomi.tanpa pertumbuhan ekonomi, negara tidak dapat meningkatkan
kesejahteran warganya. Demikian pula, tanpa jarak serta tanpa kesadaran
masyarakat membayar pajak, pemerintah tidak dapat meningkatkan prasarana
ekonominya. Untuk itu diperlukan usaha mengerahkan dana-dana investasi yang
bersumber pada tabungan masyarakat, tabungan pemerintah serta penerimaan
harus ditingkatkan dengan cepat, sehingga bantuan luar negeri semakin berkurang.
Aspek Hukum
Pajak merupakan masalah keungan negara. Dasar yang digunakan
pemerintah untuk mengatur masalah keuangan negara yaitu Pasal 23A
Amandemen UUD 1945 (Pajak dan pungutan lainyang bersifat memaksa untuk
keperkuan negara diatur dengan undang-undang). Meskipun UUD 1945 (sebelum
amandemen) sudah berlaku sejak negara merdeka (diganti antara tahun1950
sampai 1959, kemudian diperlakukan kembali dengan dekrit presiden 1959)
Undang-undang pajak masih menggunakan produk undang-undang zaman
kolonial belanda sampai pembaharuan perpajakan selesai tahun 1983.
Undang-undang kolonial yang pada saat itu adalah Aturan Bea Meterai 1932, Ordonansi
Pajak Perseroan 1925, Ordonansi Pajak kekayaan 1932, dan Ordonansi pajak
pendapatan 1944.
Dalam rangka reformasi perpajakan nasional, pemerintah bersama-sama
dengan DPR berhasil melahirkan undang-undang perpajakan yang baru, yaitu
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan umum dan tata cara
Perpajakan, Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan,
Undang-undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan atas barang mewah, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang
pajak bumi dan bangunan, Undang-undang Nomor 13 tentang Bea Materai. Di
dalam undang-undang di atas terdapat pula aspek hukum dengan mencantumkan
sanksi-sanksi hukum apabila wajib pajak lalai atau dengan sengaja tidak
Selanjutnya dilakukan pembaharuan kembali pada tahun 1994 dan pada
tahun 1997 terdapat pula undang-undang baru yang dilahirkan. Pada tahun 1997
telah melahirkan yaitu Undang-undang Nomor 17 tahun 1997 tentang badan
penyelesaian sengketa pajak, undang-undang Nomor 18 tahun 1997 tentang pajak
daerah dan retribusi daerah, undang-undang no 19 tahun 1997 tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa, dan undang-undang Nomor 20 tahun 1997 bea
perolehan Hak atas tanah dan bangunan. Dalam era reformasi ini telah dilakukan
pula pembaharuan terhadap undang-undang perpajakan meliputi: Undang-undang
nomor 16 tahun 2000 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan,
Undang-undang nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak penghasilan, Undang-Undang-undang nomor
18 tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan nilai dan pajak pajak penjualan atas
barang mewah, Undang-undang 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan
surat paksa dan undang-undang nomor 20 tahu 2000 tentang Bea perolehan hak
atas tanah dan bangunan, dan Undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang pajak
daerah dan retribusi .
Keseluruhan ketentuan peraturan perundang-undangan diharapkan
pemerintah dapat menegakkan law enforcement di bidang perpajakan.
Aspek Keuangan
Pendekatan dari aspek keuangan ini tercakup dalm aspek ekonomi hanya
lebih menitikberatkan pada aspek keuangan. Pajak dipandang bagian uang sangat
penting dalam penerimaan negara. Jika dilihat dari penerimaan negara, kondisi
keuangan negara tidak lagi semata-mata dari penerimaan negara berupa minyak
dan gas bumi, tetapi lebih berupaya untuk menjadikan pajak sebagai primadona
dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Salah satu sumber dana untuk
pembiayaan pembangunan yaitu tabungan pemerintah yang merupakan selisih
antara penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin.
Alat ukur yang digunakan sebagai sebagai indikator efektif dan produktif
pemungutan pajak yaitu fungsinya pengumpulan penerimaan negara berupa pajak.
Kecenderungan umum dengan semakin maju suatu sistem pajak suatu negara,
akan semakin tinggi tax ratio.
Tax ratio yatu perbadingan antara penerimaan pajak dan jumlah produk
domestik bruto (PDB) di Indonesia.
Aspek Sosiologi
Pada aspek sosiologi ini bahwa pajak ditinjau dari segi masyarakat yaitu
yang menyangkut akibat atau dampak terhadap masyarakat atas pungutan dan
hasil apakah yang dapat disampaikan kepada masyarakat.
Jelas bahwa pajak sebagai sumber penerimaan negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan juga digunakan untuk membiayai pembangunan. Berarti,
dengan pembangunan ini dibiayai masyarakat. Oleh karena itu, upaya untuk
meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana
yang dihimpun berasal dari rakyat (private saving) masyarakat atau berasal dari
pemerintah (public saving )
Dengan demikian, terlihat bahwa dari pajak sasaran yang disetujui adalah
memberikan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara merata dengan
2.2. Fungsi Pajak
Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak
dari berbagai defenisi, terlihat adanya dua fungsi pajak, yaitu:
• Fungsi Penerimaan (Budgeteir)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh yaitu
dimasukkannya pajak dalam APBD sebagai penerimaan dalam negeri.
• Fungsi Mengatur( Reguler)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: yaitu dikenakanya pajak
yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikian pula
dengan barang mewah.
2.3. Retribusi
Jenis pungutan seperti retribusi mempunyai pengertian lain dibanding
dengan pajak. Retribusi pada umumnya mempunyai hubungan langsung dengan
kembalinya prestasi, karena pembayaran tersebut ditunjukkan semata-mata untuk
mendapatkan suatu prestasi dari pemerintah, misalnya pembayaran uang kuliah,
karcis masuk terminal, kartu langganan.
Pungututan retribusi di Indonnesia didasarkan pada Undang-undang
Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Dalam pasal 1
angka 26 Undang-undang dimaksud menyebutkan bahwa retribusi daerah, yang
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Untuk tata cara pemungutannya, retribusi tidak dapat di borongkan dan
retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau
dokumen yang dipersamakan. Pelaksanaan penagihannya dapat dipaksakan.
Dalam hal wajib Retribusi tertentu kepada mereka tidak membayar tepat pada
waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi, berupa bunga
sebesar 2%(dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan ditagih dengan Surat Tagihan Retribusi Daerah(STRD)
2.4. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa aspek atau faktor-faktor yang
mendukung terjadinya pembangunan perekonomian itu ada beberapa bagian,
penanaman modal dalam negeri juga mempunyai peranan yang besar dalam
pembangunan perekonomian, semakin besar investasi yang ditanamkan akan
berdampak semakin besar pula terhadap pembangunan perekonomian.
Kondisi perkembangan investasi di Indonesia sejak terjadinya krisis
moneter telah mengalami stagnasi dan kelesuan bahkan cenderung menjadi tidak
kondusif sehingga berpengaruh terhadap perkembangan laju pertumbuhan
ekonomi nasional. Salah satu indikator yang dapat dilihat adalah turunnya jumlah
proyek dan investasi PMDN yang telah disetujui dan realisasinya.
Dengan menyampingkan permasalahan nasional, ada beberapa hal yang
1. Menyangkut pada ketersediaan energi listrik, keterbatasan energi listrik
sangat mengurangi minat investor melakukan investasi, baik baru
maupun perluasan karena investor yang lama harus mengurangi
pemakaian mesin-mesin karena keterbatasan energi listrik. Jadi jika
Provinsi Sumatera Utara mau mendorong investasi, maka permasalahan
energi listrik perlu dibenahi.
2. Menyangkut pada aktivitas peyelundupan yang marak di Provinsi
Sumatera Utara, dengan maraknya penyelundupan menyangkut maka
hasrat berinvestasi menjadi turun apalagi jika barang yang dihasilkan
tidak mampu bersaing dengan barang buatan luar negeri.untuk
mengatasi masalah ini diperlukan adanya koordinasi serta itikad yang
tulus dari kita semua. Namun harus disponsori oleh pemerintah daerah
Provinsi Sumatera Utara.
3. Menyangkut pada kondisi jalan dan jembatan yang tidak mulus dan
tidak merata di Provinsi Sumatera Utara. Potensi ekonomi yang dimiliki
oleh daerah Provinsi Sumatera Utara tidak terjangkau oleh jalan dan
jembatan secara ekonomis sehingga potensi itu tidak dapat diolah.Oleh
sebab itu investasi hanya terjadi di daerah yang sudah dapat dijangkau
oleh jalan dan jembatan saja.
Dengan demikian adanya perhatian yang serius untuk membenahi
faktor-faktor yang diatas akan menambah volume investasi yang akan ditanamkan di
Provinsi Sumatera Utara, sehingga pembangunan perekonomian yang
direncanakan dapat terlaksana. Semakin tinggi tingkat perkembangan
Adapun besarnya jumlah PMDN yang ditanamkan didaerah Provinsi
Sumatera Utara antara tahun 1998-2007 ditampilkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.4
Penanaman Modal Dalam Negeri tahun 1998-2007
Tahun PMDN (Juta Rupiah)
1998 102.716.3
2.5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita adalah merupakan
gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil
dari proses produksi. PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi total nilai
PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Nilai PDRB per kapita dapat
menggambarkan tinggkat kesejahteraan penduduk suatu wilayah walaupun
sebenarnya nilai PDRB per kapita ini belum tentu dinikmati oleh masyarakat di
daerah tersebut.
Mulai tumbuhnya perekonomian Indonesia berdampak pada perekonomian
Provinsi Sumatera Utara. Salah satu indikator membaiknya ekonomi Provinsi
Sumatera Utara adalah meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi Provinsi
Sumatera Utara pada tahun 2004 tumbuh sebesar 5,74%. Laju pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi dicapai oleh sektor pengangkutan sebesar 13,49%.
Pertumbuhan yang cukup tinggi dicapai oleh sector konstruksi sebesar 7,65%.
Sementara itu, sektor pertanian yang mentumbang sekitar 24,47%. Perekonomian
di Provinsi Sumatera Utara mampu tumbuh sebesar 3,75%. Pertumbuhan tersebut
lebih tinggi dari pada yang dicapai pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar
2,51%.
Meningkatnya PDRB ini berdampak pada naiknya kesejahteraan penduduk
yang dapat dilihat secaa tidak langsung dari besarnya PDRB perkapita. Hal ini
tidak terlepas dari peranan sektor perbankan sebagai sektor yang sangat
berpengaruh selama krisis ekonomi tetapi sekarang menunjukkan perbaikan dan
ini tercermin dari peningkatnya dana yang dihimpun juga kredit yang disalurkan
pada sektor perbankan memberi peluang dan harapan pada sektor riil untuk
mengembangkanusahanya pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Jumlah Produk Regional Domestik Bruto yang dihasilkan diperoleh daerah
Provinsi Sumatera Utara antara tahun 1998-2007 ditampilkan dalam tabel berikut
ini :
Tabel 2.5.
Produk Domestik Regional Bruto tahun 1998-2007 TAHUN PDRB (juta Rupiah)
1998 22.332.689,00
2.6. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2.6.1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah adalah salah dari sumber pendapatan daerah. Yang
dimaksud Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari
sumber-sumber pendapatan di dalam wilayahnya sendiri. Pendapatan Asli Daerah
tersebut dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Menurut Halim (2004:67), Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah “semua
penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”. Menurut
Kadjatmiko (2002 :77)”, Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang
diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang beralaku”.
Menurut Halim dan Nasir (2006:44), Pendapatan Asli Daerah adalah
“pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
2.6.2. Jenis-Jenis Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Klasifikasi PAD yang terbaru berdasakan Permendagri 13/2006 adalah
terdiri dari: pajak daerah retibusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Menurut Halim (2004:67) Pendapatan asli Daerah dipisahkan menjadi
empat pendapatan, yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik
PAD yang sah. Klasifikasi PAD yang dinyatakan oleh oleh halim adalah sesuai
dengan klasifikasi Kepmendagri 29/2002.
Sumber-sumber dari pendapatan asli daerah akan dijelaskan lebih lanjut
sebagai berikut:
1. Pajak Daerah
Menurut Marihot. P. Siahaan (2005:7) pajak daerah adalah
pungutan dari masyarakat oleh Negara (pemerintah) berdasarkan
uang-uang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib
membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali
(kontraprestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya untuk
membiayai pengeluaran Negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan.
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 pajak
daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang
pribadi atau kelompok tanpa imbalan lansung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah
dan pembangunan daerah.
Dengan demikian, pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan
oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah (Perda), yang wewenang
pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya
digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam
melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, pajak daerah di
Indonesia dewasa ini juga dibagi menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan
pajak kabupaten/kota.
Jenis-jenis Pajak Daerah Kabupaten Atau Kota
Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah Jenis Pendapatan Pajak Kabupaten/kota
tersusun dari :
• Pajak Hotel,
• Pajak Restoran,
• Pajak Hiburan,
• Pajak Reklame,
• Pajak penerangan jalan,
• Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C,
• Pajak Parkir.
Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan
bahwa pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur
dalam undang-undang tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan
Hasilnya digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah itu sendiri.
2. Retribusi Daerah
Menurut Yani (2002:55) ”Retribusi Daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah untuk kepentingan pribadi
2.6.3. Jenis-Jenis Retribusi Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten /kota meliputi
objek pendapatan berikut:
• Retribusi Pelayanan Kesehatan,
• Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan,
• Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP,
• Retribusi Penggantian Biaya Cetak Akta Catatan sipil,
• Retribusi Pelayanan Pemakaman,
• Retribusi Pengabuan Mayat,
• Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum,
• Retribusi Pelayanan Pasar,
• Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor,
• Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran,
• Retribusi Penggantian Biayan Cetak Peta,
• REtribusi Pengujian Kapal Perikanan,
• Reetribusi Pemakaian Kekayaan Daerah,
• Retribusi Jasa Usaha Pasar Grosir atau Pertokoan,
• Retribusi Jasa Usaha Tempat Pelelangan,
• Retribusi Jasa Usaha Terminal,
• Retribusi jasa Usaha Khusus Parkir,
• Retribusi Jasa Usaha Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa,
• Retribusi jasa Usaha Penyedotan Kakus,
• Retribusi Jasa Usaha Pelayanan Pelabuhan KApal,
• Retribusi Jasa Usaha Tempat Rekreasi dan Olahraga,
• Retribusi Jasa Usaha Penyeberangan di atas Air,
• Retribusi Jasa Usaha Pengolahan Limbah Cair,
• Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha Daerah,
• Retribusi Izin Mendirikan Bangunan,
• Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol,
• Retribusi Izin Gangguan,
• Reetribusi Izin Trayek.
2.6.4. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah Yang Dipisahkan.
Menurut Halim (2004:68),”Hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan
daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan”.
Menurut Halim (2004:68), jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan
berikut:
• Bagian laba perusahaan milik daerah
• Bagian laba lembaga keuangan bank
• Bagian laba keuangan nonbank
• Bagian laba atas penyertaan modal/investasi.
Sumber penerimaan PAD yang lainnya yang menduduk i peran penting
Badan Usaha Milik Daerah(BUMD). Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun
2000 Hasil perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pegelolaan Kekayaan Milik
Daerah yang Dipisahkan atau Bagian Laba BUMD merupakan penerimaan daerah
yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan.
BUMD merupakan badan usaha yang didirikan seluruhnya atau sebagian
dengan modal daerah. Tujuan didirikannya BUMD adalah dalam rangka
menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi daerah.
Selain itu, BUMD juga merupakan cara yang lebih efisien dalam melayani
masyarakat, dan merupakan salah satu sumber penerimaan daerah. Bagian laba
BUMD tersebutt digunakan untuk membiayai pembangunan daerah dan anggaran
belanja daerah, setelah dikurangi dengan penyusutan, dan pengurangan lain yang
wajar dalam BUMD.
BUMD sebenarnya juga merupakan salah satu potensi sumber keuangan
bagi daerah yang perlu terus ditingkatkan guna mendukung pelaksaan otonomi
daerah. Besarnya kontribusi laba BUMD dalam Pendapatan Asli Daerah dapat
menjadi indikator kuat dan lemahnya BUMD dalam suatu daerah.
Jenis pendapatan ini meliputi Objek Pendapatan berikut:
• Bagian Laba Perusahaan Milk Daerah,
• Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank,
• Bagian Laba Lembaga Keuangan NonBank,
2.6.5. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Menurut Halim (2004:69)”Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah
yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah”.
Menurut Halim(2004:69) jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan
berikut;1) hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan, 2) penerimaan jasa
giro, 3) penerimaan bunga deposit, 4) denda keterlambatan pelaksanaan
pekerjaan, 5) penerimaan ganti rugi atas kerugian/kehilangan kekayaan daerah”.
Menurut Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, Lain-Lain Pad yang sah meliputi:
• Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan,
• Jasa giro,
• Pendapatan bunga,
• Keuntungan selisih nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing,
dan
• Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan
dalam pengumpulam data ataupun informasi empiris guna memecahkan
permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Yang menjadi ruang lingkup penelitian adalah menganalisis bagaimana
kontribusi dan efektifitas pajak dan retribusi daerah sebagai Pendapatan Asli
Daerah Sumatera Utara dengan menganalisis kontribusi dan efektivitasnya setiap
tahun. Kemudian meneliti pengaruh beberapa faktor yang mempengaruhi PAD
Sumatera Utara yang antara lain PDRB dan PMDN.
3.2. Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder (time series) dengan
kurun waktu tahunan yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS) Sumatera
Utara dan lembaga-lembaga terkait, serta berbagai buku yang berhubungan
dengan pendapatan daerah.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan melakukan
data 10 tahun) untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi PAD. dan data
tahun 2003 – 2007 untuk analisis efektivitas dan kontribusi.
3.4. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan manual dengan aplikasi Microsoft
excel dan program komputer eviews 4.1.
3.5. Model Analisis
3.5.1. Analisis Kontribusi dan Efektivitas.
Analisis data yang digunakan dalam menganalisis kontribusi dan
efektivitas pajak dan retribusi daerah adalah sebagai berikut:
a. Analisis Kontribusi
Yaitu suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan pajak dan retribusi daerah
terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara, maka dibandingkan
antara realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap PAD. Rumus yang
digunakan untuk menghitung kontribusi adalah sebagai berikut:
Pn = ×100%
n n QY QX
Keterangan :
Pn = Kontribusi penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap
Pendapatan asli Daerah (Rupiah)
QY = Jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (Rupiah)
Dengan analisis ini kita akan mendapatkan seberapa besar kontribusi pajak
dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Dengan membandingkan hasil analisis tersebut dari tahun ke tahun selama 5
tahun, kita akan mendapatkan hasil analisis yang berfluktuasi dari kontribusi
tersebut dan akan diketahui kontribusi yang terbesar dan yang terkecil dari tahun
ke tahun. Sehingga dapat diketahui seberapa besar peran pajak dan retribusi
daerah dalam menyumbang terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera
Utara.
b. Analisis Efetivitas
Yaitu merupakan hubungan antara realisasi penerimaan pajak dan retribusi
daerah terhadap target penerimaan pajak dan retribusi daerah yang memungkinkan
apakah besarnya pajak dan retribusi daerah sesuai dengan target yang ada.
Besarnya efektivitas pajak dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Efektifitas = 100%
Apabila hasil perhitungan efektivitas pajak dan retribusi daerah
menghasilkan angka atau persentase mendekati 100%, maka pajak dan retribusi
daerah semakin efektif dan untuk melihat efektivitasnya adalah dengan
membandingkan efektivitas pada tahun bersangkutan dengan efektivitas tahun
sebelumnya.
3.5.2. Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap PAD
Beberapa faktor yang mempengaruhi PAD yang antara lain Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Y = f (X1, X2) ………..(1.1)
Fungsi ini kemudian dispesifikasikan ke dalam model ekonometrik
sebagai berikut:
Y = + 1X1+ 2X2+ ………..(1.2)
Dimana:
Y = PAD
X1 = PDRB
X2 = PMDN
= Konstanta
1… 3 = Koefisien regressi
= Term of Error (kesalahan pengganggu)
3.6. Defenisi Operasional
• Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,dengan tidak
mendapat prestasi kembali
• Retribusi daerah adalah jumlah pungutan resmi yang diperoleh untuk jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara untuk kepentingan orang
pribadi atau badan (Rupiah).
• Realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah adalah jumlah pajak dan
• Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah barang dan
jasa yang dihasilkan dalam kurun waktu satu tahun (juta rupiah).
• Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah jumlah modal yang
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang berasal dari dalam
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara 4.1.1. Letak Geografis
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian Barat Indonesia, terletak pada
garis 1-4 LU dan 98-100 BT dengan luas 71.680 Km atau terbesar ketujuh
wilayah Republik Indonesia. Letak provinsi ini sangat strategis karena berada
pada jalur perdagangan internasional dan berdekatan dengan Malaysia dan
Singapura seta diapit oleh tiga provinsi dengan batas-batas sebagai berikut:
• Sebelah Utara berbatasan dengan provinsi Daerah Istimewa Aceh
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Sumatera Barat dan Riau
• Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia
• Sebelah Timur berbatasan dengan Selat malaka
4.1.2. Kondisi Alam dan Topografi
Provinsi Sumatera Utara terletak dengan garis khatulistiwa dan
mempunyai iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin passat dan angin musson.
Kelembapan udara rata-rata 78%-91% pertahun. Curah hujan kurang lebih
1800-4000 mm pertahun. Ketinggian dataran Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi
sebagian dataranya hanya beberapa meter dari permukaan laut, beriklim cukup
panas yang suhunya bisa mencapai 35 C, sedangkan sebagian daerahnya lagi
berbukit dengan kemiringan landai, beriklim sedang dan berada pada ketinggian
Tabel 4.1.2
Kondisi Geografis Provinsi Sumatera Utara Wilayah
Kabupaten/kota
Letak di atas Permukaan laut
Sumber : Data BPS dan diolah kembali dari beberapa penerbitan
4.1.3 Potensi Wilayah
Wilayah Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi lahan yang cukup luas
untuk dikembangkan menjadi areal pertanian untuk menunjang pertumbuhan
industri. Laut, danau dan sungai merupakan potensi energik untuk pengembangan
industri perdangangan dan lain-lain. Dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara
terkandung bahan galian seperti: kapur, belerang, pasir kuarsa, kuolin, diamtome,
emas, batu bara, minyak dan gas bumi.
Kegiatan perekonomian terpenting di Provinsi Sumatera Utara adalah pada
sektor pertanian yang manghasilkan bahan pangan dan budidaya ekspor dari
perkebunan, tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sedangkan
memproduksi barang-barang kebutuhan dalam negeri dan ekspor meliputi logam
dasar dan industri kecil.
Potensi strategis wilayah Provinsi Sumatera Utara dalam jalur
perdangangan internasional ditunjang oleh adanya pelabuhan laut dan bandara
yaitu bandara Polonia, Pinangsori, Binaka, Aek Godang dan pelabuhan seperti
pelabuhan Belawan, Sibolga, Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Nibung Kuala
Tanjung dan Labuhan Bilik.
Disamping fasilitas ini, sektor jasa berkaitan dengan fasilitas perbankan
dan jasa-jasa perdagangan lainya serta komunikasi seperti: perhubungan darat,
telepon, teleks, faximile, dan giro telah cukup berkembang dan mampu mencapai
sebagian besar kecamatan yang tersebar di wilayah Provinsi Umatera Utara.
Selain itu di Provinsi Sumatera Utara juga terdapat lembaga-lembaga pendidikan
atau penelitian seperti :perguruan tinggi termasuk Politeknik, Balai Penelitian dan
Balai pelatihan kerja yang mampu membentuk tenaga pembangunan yang terdidik
dan terampil serta hasil penelitian bagi pembangunan daerah.
4.1.4. Gambaran Perekonomian Provinsi Sumatera Utara
Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah dambaan semua daerah,
karena pertumbuhan ekonomi mencerminkan tingkat keberhasilan pemerintah
dalam menjalankan tugasnya dan juga umumnya digunakan sebagai indikator
kesejahteraan rakyat. Dalam hal pencapaian pertumbuhan ekonomi, Sumatera
Utara yang mempunyai wilayah yang sangat strategis, di bidang ekonomi selalu di
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2004 sebesar 3,17%
pada tahun 2006 sebesar 6,18%, pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada
tahun 1998, dimana pada tahun tersebut , pertumbuhan ekonomi naik menjadi
13,80% dan kenaikan ini adalah tertinggi sejak tahun 1987 sampi 2006.
Produk Domestik Regional Bruto per kapita adalah gambaran rata-rata
pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi.
Nilai PDRB perkapita dapat menggambarkan tinggkat kesejahteraan penduduk
suatu daerah, walaupun sebenarnya nilai PDRB perkapita ini belum tentu
dinikmati oleh masyarakat di daerah tersebut.
4.1.5. Historis Provinsi Sumatera Utara
Pada tahun 1863, Jacob Nienhuys seorang Belanda pengusaha perkebunan
di Jawa mengunjungi pesisir timur laut Sumatera dan mendapatkan tanah untuk
perkebunan si Labuhan Deli yang merupakan tanah konsesi dari Sultan Deli
Mahmud Perkasa Alam,dan selanjutnya Martubung, Sunggal, Sungai Beras dan
Kelmpang.Keadaan ini membuka peluang kepada para peminat orang Eropah
menanam modalnya di Deli. Setahun kemudian, hasil panen tembakau yang
pertama sekali dikapalkan ke Rotterdam, hasilnya memuaskan kemudian
tembakau Deli menjadi masyur. Inilah awal eksploitasi besar-besaran perusahaan
perkebunan Eropah di pesisir timur laut Sumatera, khususnya daerah Deli dan
sekitarnya. Pada kurun waktu itu mulai dipekerjakan buruh perkebunan yang
didatangkan dari Swatow (China), Singapura, Malaka serta orang Kelling (India)
Tanah Deli Sumatera Timur adalah merupakan wilayah yang sangat subur
untuk melakukan kegiatan pertanian dan perkebunan. Sepuluh tahun kemidian
1872 jumlah perusahaan perkebunan tembakau yang beroperasi di Deli mencapai
13 perusahaan yang tersebar di Langkat dan Deli Serdang. Jumlah orang Eropah
yang bekerja sebanyak 75 orang dan jumlah buruh sebanyak 4000 orang.
Badan Warisan Provinsi Sumatera Utara (Seminar Arsitektur,1995)
dataran yang luas daerah Deli telah diusahakan dengan penanaman tembakau,
kopi, teh, karet, dan kelapa sawit. Lalu kualitas tembakau Deli sebagai pembalut
cerutu amat terkenal pada masa sekitar 1875 sampai 1900 pembangunan dan
perluasan perkebunan berlangsung dengan sangat cepat dan mengagumkan.
Perusahaan Belanda, Deli Maatschappij (Mij) yang kemudian menjadi
perusahaan yang begitu besar dan kuat di daerah Deli. Momentum penting terjadi
pada tahun 1869, Deli Mij membangun pusat administrasinya di sekitar Sungai
Deli dan Babura yang waktu itu dikenal dengan nama Medan Putri.
Pada tahun 1879, asisten Residen deli dan para pamong praja Belanda
pindah dari Labuhan Deli ke Medan dengan menempati rumah-rumah yang
dipinjamkan Deli Mij. Selanjutnya pada tahun 1891, Sultan Deli Maknum
Alrasyid Perkasa Alamsyah pindah ke istana Maimun (dibangun sekitar
tahun1888), Medan. Dengan demikian setelah itu peran Labuhan Deli semakin
berkurang dan sebaliknya peran Medan sebagai pusat daerah Deli semakin kuat.
Di sisi lain, Belawan dipandang sebagai daerah yang lebih baik sebagai pelabuhan
Tahun 1884 di sebelah selatan Esplanade dibangun sebuah hotel kecil di
lokasi Bapindo sekarang. Pada tahun1883, Deli Mij mendirikan jawatan kereta api
Labuhan Deli diresmikan. Sementara stasiun kereta api ditempatkan di sebelah
timur Eslanade, dan yang asli sudah dibongkar.
4.2. Kondisi Keuangan Daerah Provinsi Sumatera Utara
Penerimaan dari PAD adalah merupakan refleksi dari 4 (empat) jenis
pungutan yakni pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan / laba BUMD dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
4.2.1. Pajak Daerah
Secara keseluruhan penerimaan Pajak Daerah dari tahun anggaran 2003
sampai dengan tahun anggaran 2007 terus menerus mengalami peningkatan yang
signifikan, realisasi penerimaan Pajak Daerah dapat melampaui target sebesar
(114,04%). Dari target yang ditetapkan sebesar Rp. 754.498.150.000, di
realisasikan sebesar Rp. 861.971.364.167,64. Dari 6 (enam) jenis pungutan,
terdapat 3 (tiga) jenis yang mengalami over target. Penerimaan terbesar masih
diperoleh dari BBN-KB disusul PKB dan ABT/APU dan seterusnya. Pada tahun
anggaran 2004 Pajak Daerah terus mengalami peningkatan baik dari segi target
maupun realisasi. Dari target sebesar Rp. 948.217.965.000 diperoleh penerimaan
sebesar Rp. 1.081.371.912.888.12 (114.04%). Dari 6 (enam) jenis pungutan
semuanya melampaui target yang ditetapkan. Seperti Tahun sebelumnya,
penerimaan terbesar masih diperoleh dari BBN-KB disusul PKB dan PBB-KB
pada tahun anggaran 2005 Pajak Daerah mengalami peningkatan baik dari segi
target maupun realisasi. Target dinaikkan sebesar Rp. 155.578.087.111.88 dari
direalisasikan sebesar Rp.1.301.137.841.983.21 (105,19%) atau mengalami over
target sebesar Rp. 64.187.841.983.21 (+5,19%).
Seperti Tahun sebelumnya, dari 6 (enam) jenis pungutan, semuanya masih
tetap melampaui target yang ditetapkan. Penerimaan terbesar masih diperoleh dari
BBN-KB disusul PKB dan PBB-KB. Pada tahun anggaran 2006, Pajak Daerah
mengalami peningkatan maksimal baik dari segi target maupun realisasi. Target
Pajak Daerah dinaikkan sebesar Rp. 17.112.158.016.79 dari realisasi Tahun
Anggaran 2005. Dengan target yang ditetapkan sebesar Rp. 1.318.250.000.000.-
direalisasikan sebesar Rp. 1.366.445.063.185.36.- (103,66%) atau over target
sebesar Rp 48.195.063.185.36 (+3.66%). Pada Tahun Anggaran 2007 target
kembali ditingkatkan sebesar Rp.52.804.936.814.64 dari realisasi tahun anggaran
2006 menjadi Rp. 1.458.400.000.000 dengan realisasi penerimaan di atas target
yang ditetapkan sebesar (+05,76).
4.2.2. Retribusi Daerah
Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Retribusi Daerah ini dikelola oleh Instansi teknis dilingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara.
Pada tahun anggaran 2003 realisasi penerimaan Retribusi daerah tidak
mencapai target. Penerimaan hanya mencapai (84,82 %). Pada tahun anggaran
2004, meskipun target dinaikkan, penerimaan retribusi menunjukkan hasil yang
penerimaan terbesar diperoleh dari penyelenggaraan angkutan barang disusul
pengujian kendaraan bermotor dan penjualan produksi usaha daerah. Pada tahun
anggaran 2005 target penerimaan Retribusi Daerah turun drastis namun masih
mampu melampaui target sebesar (+14,81 %). Pada tahun 2006 target penerimaan
Retribusi Daerah mengalami penurunan lagi namun masih mampu meraih target
yang ditetapkan bahkan over target sebesar (+12,71 %). Terakhir pada 2007 target
dinaikkan dan hasilnya cukup positif karena dapat melampaui target yang
ditetapkan.
4.2.3. Laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah Badan Usaha yang dibentuk
oleh Daerah dalam hal ini Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk menopang
keuangan Daerah. Laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi adalah
penerimaan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang diperoleh dari hasil (laba)
pengelolaan BUMD. Realisasi penerimaan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
dari Laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah sebagai berikut :
Tabel.4.2.3
Target dan realisasi laba BUMD
Tahun Sumber Target Realisasi %
2003 1. PDAM TIRTANADI 2.750.000.000,00 2.750.000.000,00 100,00
2. PERKEBUNAN 2.530.000.000,00 2.530.000.000,00 100,00
3. PD PERHOTELAN 225.750.000,00 225.750.000,00 100,00
4. PD AIJ 200.000.000,00 200.000.000,00 100,00
5. PT KIM 175.000.000,00 175.000.000,00 100,00