• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi 4 - Pengadilan Pajak.ppt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Materi 4 - Pengadilan Pajak.ppt"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PENGADILAN PAJAK

UU. NOMOR 14 TAHUN 2002

Banding sebagaimana dimaksud dalam Pengadilan Pajak

adalah Hak wajib pajak yang telah diatur dalam Pasal

27 UU Nomor 16 Tahun 2000 KUP

(2)

SEJARAH PENGADILAN PAJAK

1. Di Indonesia untuk pertama kalinya dibentuk institusi yg menangani

sengketa Pajak, yaitu Institusi Pertimbangan Pajak yang dibentuk pada Tahun 1915 (Stbl No. 707) yg berkedudukan di Batavia (Jakarta) 2. Kemudian disempurnakan Dengan stbl Nomor 29 Tahun 1927 tentang

Ordonantie tot Regeling van het Bereop in Belasting zaken yg berkedudukan di Batavia (Jakarta).

3. Pada Tahun 1950 badan ini berganti nama menjadi Majelis Pertimbangan Pajak (MPP) yang bertugas memberi keputusan atas surat permohonan banding tentang pajak-Pajak negara dan pajak-pajak daerah.

4. Kemudian sejak awal Tahun 1998 ditetapkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak. Dengan

ditetapkannya UU ini maka penangan banding pajak beralih ke Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP).

5. Kemudian dengan berlakunya UU Nomor 14 Tahun 2002 tanggal 12 April 2002 maka penyelesaian sengketa Pajak dilakukan di Pengadilan pajak

(3)

PENJELASAN UMUM

1. Pengadilan Pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan

kekuasaan kehakiman bagi Wajib Pajak atau penanggung pajak yang mencari keadilan terhadap sengketa pajak.

2. Sengketa adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara WP/PP dgn Pejabat yg berwenang sbg akibat dikeluarkannya keputusan yg dpt diajukan Banding atau Gugatan kpd Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan per-UU-an perpajakan termasuk Gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

3. Banding adalah upaya hukum yang dilakukan oleh WP atau Penanggung Pajak terhadap suatau keputusan yg dpt diajukan banding berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

4. Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak at/ Penanggung Pajak terhadap pelaksanaan penagihan atau terhadap keputusan yg dpt diajukan gugatan berdasarkan peraturan perundang- undangan perpajakan yang berlaku.

(4)

PENGAJUAN BANDING

Permohonan Banding diajukan oleh :

1. Ahli waris.

2. Wajib Pajak sendiri.

3. Seorang Pengurus.

4. Kuasa Hukum.

5. Pengampu (dalam hal pailit).

6. Pihak yang menerima pertanggungjawaban

(5)

SYARAT-SYARAT BANDING

Persyaratan Banding :

1. Banding diajukan dengan Surat Banding dlm Bhs Indonesia kpd Pengadilan Pajak.

2. Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima Keputusan yang dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan per-UU-an pajak. 3. Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan pemohon Banding.

4. Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.

5. Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan dicantumkan tanggal diterima surat keputusan yang dibanding.

6. Pada Surat Banding dilampirkan salinan Keputusan yang dibanding.

7. Selain dari persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) serta Pasal 35, dalam hal Banding diajukan terhadap besarnya jumlah Pajak yang terutang, Banding hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50% (lima puluh persen).

8. Melampirkan data dan bukti-bukti pendukung

(6)

PENGAJUAN GUGATAN

Permohonan Gugatan diajukan oleh :

1. Ahli waris.

2. Wajib Pajak sendiri.

3. Seorang Pengurus.

4. Kuasa Hukum.

5. Pengampu (dalam hal pailit).

6. Pihak yang menerima pertanggungjawaban

(7)

SYARAT-SYARAT GUGATAN

Persyaratan Gugatan :

1. Gugatan diajukan dengan Surat Gugatan dlm Bhs Indonesia ke Pengadilan Pajak.

2. Gugatan diajukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan pajak.

3. Gugatan diajukan dalam jangka waktu 30 (tigapuluh) hari sejak tanggal keputusan diterima (selain gugatan point 2 di atas).

4. Jangka waktu tsb di atastidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan penggugat.

5. Perpanjangan jangka waktu tsb adalah 14 hari terhitung sejak berakhirnya keadaan di luar kekuasaan penggugat tersebut.

6. Terhadap 1 Keputusan atau 1 pelaks penag diajukan 1 (satu) Surat Gugatan. 7. Gugatan diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

(8)

DENGAN ACARA BIASA

JIKA :

 Memenuhi Persyaratan Formal

DENGAN ACARA CEPAT JIKA :

(9)

DENGAN ACARA CEPAT

JIKA :

a. Sengketa Pajak tertentu;

b. Gugatan yang tidak diputus dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 ayat (2).

c. tidak dipenuhinya salah satu ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 84 ayat (1) atau putusan yg terdpt kesalahan tulis dan/ atau kesalahan hitung, dalam putusan Pengadilan Pajak;

d. sengketa yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan merupakan wewenang Pengadilan Pajak.

e. Sengketa Pajak tertentu sebagaimana dimaksud dalam point (a) adalah Sengketa Pajak yang Banding atau Gugatannya tidak

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 36 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 37 ayat (1), Pasal 40 ayat (1) dan/atau ayat (6).

(10)

ALAT BUKTI

Alat bukti dapat berupa:

a. surat atau tulisan;

b. keterangan ahli;

c. keterangan para saksi;

d. pengakuan para pihak; dan/atau

e. pengetahuan Hakim

(11)

JENIS PUTUSAN

Putusan Pengadilan Pajak dapat berupa :

a. menolak;

b. mengabulkan sebagaian atau seluruhnya;

c. menambah Pajak yang harus dibayar;

d. tidak dapat diterima;

e. membetulkan kesalahan tulis dan/atau

kesalahan hitung; dan/atau

(12)

PELAKSANAAN PUTUSAN

1. Putusan Pengadilan Pajak langsung dapat dilaksanakan dengan

tidak memerlukan lagi keputusan pejabat yang berwenang kecuali

peraturan per-UU- mengatur lain.

2. Apabila putusan Pengadilan Pajak mengabulkan sebagian atau seluruh

Banding, kelebihan pembayaran Pajak dikembalikan dengan ditambah

imbalan bunga 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24

(dua puluh empat) bulan, sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan yang berlaku.

(13)

PELAKSANAAN PUTUSAN(Lanjtn)

3. Salinan putusan atau salinan penetapan Pengadilan Pajak dikirim kepada

para pihak dengan surat oleh Sekretaris dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)

hari sejak tanggal putusan Pengadilan Pajak diucapkan, atau dalam jangka

waktu 7 (tujuh) hari sejak tanggal putusan sela diucapkan.

4. Putusan Pengadilan Pajak harus dilaksanakan oleh Pejabat yang

berwenang dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak

tanggal diterima putusan.

5. Pejabat yang tidak melaksanakan putusan Pengadilan Pajak dalam

jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dikenakan sanksi

sesuai dengan ketentuan kepegawaian yang berlaku.

(14)

PENINJAUAN KEMBALI

(1) Permohonan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77

ayat (3) hanya dapat diajukan 1 (satu) kali kepada Mahkamah Agung

melalui Pengadilan Pajak.

(2) Permohonan peninjauan kembali tidak menangguhkan atau

menghentikan pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak.

(3) Permohonan peninjauan kembali dapat dicabut sebelum diputus, dan

dalam hal sudah dicabut permohonan peninjauan kembali tersebut

tidak dapat diajukan lagi.

(15)

ALASAN PENINJAUAN KEMBALI

a. Apabila putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu;

b. Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan, yang apabila diketahui pada tahap persidangan di Pengadilan Pajak akan menghasilkan putusan yang berbeda;

c. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut, kecuali yang diputus berdasarkan Pasal 80 ayat (1) huruf b dan c;

d. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya; atau

e. Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Permohonan peninjauan kembali hanya dapat diajukan

berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:

(16)

JANGKA WAKTU PENINJAUAN KEMBALI

(1) Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 huruf a dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak diketahuinya kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan Hakim pengadilan pidana memperoleh kekuatan hukum tetap. (2) Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alasan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 91 huruf b dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak ditemukan surat-surat bukti yang hari dan tanggal ditemukannya harus dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan oleh pejabat yang berwenang.

(3) Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 huruf c, huruf d, dan huruf e dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak putusan dikirim.

(17)

JANGKA WAKTU PUTUSAN

PENINJAUAN KEMBALI OLEH MA

(1) Mahkamah Agung memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali dengan ketentuan :

a. dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak permohonan peninjauan kembali diterima oleh Mahkamah Agung telah mengambil putusan, dalam hal

Pengadilan Pajak mengambil putusan melalui pemeriksaan acara biasa; b. dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak permohonan peninjauan kembali diterima oleh Mahkamah Agung telah mengambil putusan, dalam hal

Pengadilan Pajak mengambil putusan melalui pemeriksaan acara cepat. (2) Putusan atas permohonan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud dalam

(18)
(19)

Penyelesaian Sengketa

di Bidang Perpajakan

(Mengubah Ps. 23 ayat (2))

Ketentuan sekarang:

Gugatan diajukan ke Pengadilan Pajak terhadap:

a. Pelaksanaan SP, SPMP atau Pengumuman Lelang

b. Keputusan yg berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain Ps 25 ayat (1) & Ps. 26

c. Keputusan Pembetulan Ps. 16 yang berkaitan dengan STP

d. Keputusan sebagaimana dimaksud Ps. 36 yang berkaitan dengan STP

Usulan Perubahan:

Menambah objek gugatan yaitu Keputusan Pencegahan Alasan Perubahan: Meningkatkan kepastian hukum sehingga penanganan sengketa

pajak hanya dilakukan oleh badan peradilan pajak

(20)

KEBERATAN & BANDING

(Menambah Ps. 26A)

Usulan Penambahan:

Untuk memberikan kesempatan yang luas kepada WP berkaitan dgn permohonan keberatannya, dalam tata cara pengajuan dan penyelesaian permohonan

keberatannya, antara lain diatur WP dapat hadir

untuk memberikan keterangan atau memperoleh penjelasan

Alasan Penambahan:

Untuk lebih memberikan keadilan bagi Wajib Pajak Transparansi

Peningkatan Pelayanan

Ps. 26A:

Tata cara pengajuan & penyelesaian permohonan keberatan diatur dgn

(21)

KEBERATAN & BANDING

(Menambah Ps. 27 ayat (4a))

Usulan Penambahan:

Apabila diminta oleh WP untuk pengajuan banding, DJP wajib memberikan keterangan tertulis hal-hal yg menjadi dasar

Keputusan keberatan

Alasan Penambahan:

-WP dapat menyusun banding dgn alasan yang kuat

-Lebih memberikan keadilan - Transparansi

(22)

LAIN – LAIN / PENUTUP

Proses Penyelesaian Banding / PK adalah pemeriksaan ulang

terhadap hasil Kep. Keberatan.

Yang dapat diajukan Banding hanya Kep Keberatan

( Pasal 26 KUP )

Banding/ PK lebih mengutamakan uji materiil

Pembayarn 50% pajak terutang ………. ?

(23)

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Penghasilan, apabila jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi maka

Pemberian atau penolakan pemberian izin untuk melakukan perceraian, dilakukan oleh pejabat secara tertulis dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung

(3) Apabila Perusahaan Asuransi Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat memenuhi kembali ketentuan Pasal 2 dan/atau Pasal 3 dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan

permohonan diajukan kepada Kepala Dinas Pendapatan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah surat ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

(2) Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lambat 12 ( dua belas ) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian

(3) Dalam hal Pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, jangka waktu pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling lama 3 (tiga) bulan, terhitung

(1) Kepala KPP dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan Pengurangan, harus memberi suatu keputusan atas

Menteri Keuangan, berdasarkan Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Dana Pensiun wajib dalam jangka waktu tiga bulan terhitung sejak diterimanya permohonan pengesahan DPPK secara lengkap