PERAN GURU BK DALAM MENCEGAH PENYALAHGUNAAAN
NARKOBA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN INFORMASI
DAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI KELAS XII SMK
NEGERI 5 PADANG
ARTIKEL
Oleh:
SILVIA WAHYUNI MONIKA ARYUSDI
NPM:10060228
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
1
PERAN GURU BK DALAM MENCEGAH PENYALAHGUNAAAN
NARKOBA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN INFORMASI
DAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI KELAS XII SMK
NEGERI 5 PADANG
Oleh:
Silvia Wahyuni Monika Aryusdi*
Gusneli, S.S., M.Pd**
Rici Kardo, M.Pd
**
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh remaja yang mudah terpengaruh oleh lingkungan karena rasa keingintahuannya yang tinggi terkadang membuat remaja berperilaku menyimpang, seperti penyalahgunaan narkoba. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya guru bk dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba di kelas XII SMK Negeri 5 Padang melalui layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian adalah peserta didik SMK Negeri 5 kelas XII semua jurusan, dengan sampel 75 orang, menggunakan teknik proposional random sampling. Instrumen yang digunakan angket. Data dianalisis menggunakan teknik persentase. Hasil penelitian diketahui bahwa upaya guru BK dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba melalui layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok dari 75 responden terdapat 57 peserta didik (76,00%) berada pada ketegori cukup banyak, dan 18 peserta didik (24,00%) berada pada kategori sedikit.
Kata Kunci: Penyalahgunaan narkoba, layanan informasi, layanan bimbingan kelompok.
PENDAHULUAN
Manusia mengalami beberapa periode perkembangan dalam hidupnya yaitu, periode
perkembangan anak-anak, periode
perkembangan remaja, dan periode
perkembangan dewasa. Salah satu periode perkembangan dalam kehidupan manusia adalah periode masa remaja. Masa remaja adalah salah satu periode dalam rentangan
kehidupan manusia yang memerlukan
penyesuaian agar tidak timbul kesulitan bagi remaja itu sendiri dan diperlukannya bantuan dari orang dewasa untuk membantu mengatasi kesulitan yang dialami oleh remaja. Perubahan merupakan suatu proses alami yang harus dijalani oleh setiap manusia dalam hidupnya. Salah satu perubahan siklus hidup yang harus dijalani oleh manusia yaitu ketika berada pada masa remaja.
Elida (2002:14) menyatakan “Periode remaja adalah periode dimana individu meninggalkan masa kanak-kanaknya dan mulai memasuki masa dewasa yang di dalamnya terjadi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial.” Santrock (2003:26) mengartikan “Remaja sebagai masa perkembangan transisi antara
masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.” Dalam periode ini individu mengalami banyak tantangan dalam menjalani perkembangannya, baik tantangan dari dalam dirinya maupun tantangan dalam menjalani perkembangannya, dan tantangan dari lingkungan.
Tantangan dari dalam diri sendiri seperti perubahan fisik yang sangat menonjol, yang memerlukan penyesuaian yang tinggi agar tidak menimbulkan kesulitan bagi remaja itu sendiri. Salah satu tantangan dari lingkungan adalah godaan yang banyak untuk
melakukan pergaulan bebas dan
penyalahgunaan narkoba.
Pada periode ini remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan karena rasa keingintahuannya yang tinggi terkadang membuat remaja berperilaku menyimpang, seperti penyalahgunaan narkoba. Hasil Survei yang dilakukan oleh BNN bekerjasama dengan Puslitkes UI pada tahun 2011 tentang
Survei Nasional Perkembangan
Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia,
diketahui bahwa “Angka prevalensi
2
mencapai 2,2% atau sekitar 3,8 juta orang dari total populasi penduduk (berusia 10-60 tahun). Hal ini mengalami peningkatan sebesar 0,21% bila dibandingkan dengan prevalensi pada tahun 2008, yaitu sebesar 1,99% atau sekitar 3,3 juta orang, (Sukandar, 2012:1).” Oleh karena itu sangat penting bagi remaja untuk diberikan bimbingan agar rasa ingin tahunya yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif dan produktif. Namun pada kenyataannya yang terjadi adalah para remaja melakukan kegiatan yang
mengarah ke arah negatif seperti
penyalahgunaan narkoba. Lydia (2006:17) menyatakan “Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang dilakukan tidak untuk maksud pengobatan, tetapi karena ingin menikmati pengaruhnya, dalam jumlah berlebihan yang secara kurang teratur, dan
berlangsung cukup lama, sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosialnya.”
Menurut Taufik (2003:53) “Faktor-faktor penyebab penggunaan narkoba terbagi atas dua faktor utama yakni faktor internal penyebabnya antara lain: perasaan egois, kehendakingin bebas, kegoncangan jiwa, rasa ingin tahu. Selain itu ada faktor eksternal yang penyebabnya antara lain: keadaan ekonomi, pergaulan/lingkungan, kemudahan, kurangnya
pengawasan, ketidaksenangan dengan
lingkungan sosial.” Penyalahgunaan narkoba terutama dikalangan pelajar, pada umumnya diawali atau dilakukan dengan coba-coba, lalu ketagihan. Menurut Sudirman (2000:14) “Masalah narkoba bukan hanya menjadi masalah nasional, namun telah menjadi masalah internasional. Apabila keadaan ini dibiarkan berkelanjutan secara terus menerus maka generasi penerus bangsa akan rusak, untuk itu sangat perlu dilakukan upaya pencegahan.”
Menurut Lydia (2006:3) pencegahan adalah “Mencegah seseorang memakai narkoba ketika ada yang menawarkan dengan melatih keterampilan psikososial dan mengembangkan percaya diri.” Yuanita (2007:101) “Menyatakan yang menjadi sasaran tindakan preventif, penyalahgunaan narkoba ini ada tiga lembaga salah satunya yaitu sekolah. Dan sekolah dapat membuat suatu program yang mengacu kepada sekolah yang bebas narkoba.” Menurut Lydia (2006:38) “Program sekolah bebas narkoba
adalah program yang disusun dan
dikembangkan secara komprehensif dan terpadu di lingkungan sekolah/kampus, dengan membangun budaya anti narkoba, anti
kekerasan, dan penegakan disiplin, untuk mencegah dan menanggulangi masalah penyalahgunaan narkoba dan kekerasan.”
Menurut Badan Narkotika Nasional (2010:19) “Program pencegahan dapat berupa pendidikan pencegahan melalui kurikulum pendidikan sekolah baik secara terpadu dengan mata pelajaran, maupun secara khusus, baik intra maupun ektra kurikuler.” Adapun sistem yang bisa diandalkan sebagai salah satu
problem solver yang efektif dalam
penanggulangan narkoba di lembaga
pendidikan formal yaitu memasukan materi yang berkaitan dengan narkoba kedalam mata pelajaran. Materi yang diberikan adalah sejumlah bahan yang disampaikan oleh guru tentang penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Untuk mata pelajaran yang memungkinkan dimasukannya materi narkoba, maka materi disampaikan seperti materi pelajaran pada umumnya.
Sedangkan untuk mata pelajaran yang tidak berkaitan langsung dengan narkoba, maka materi ini dapat disusun dalam bentuk bahan bacaan, tema diskusi ataupun dikemas dalam bentuk contoh-contoh. Materi tersebut meliputi materi tentang pengertian narkoba, jenis-jenis narkoba, penyalahgunaan dan penanggulangan narkoba serta prinsip atau pola hidup sehat. Menurut Lydia (2006:61) “Materi dan metode yang dapat diberikan dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba harus memenuhi beberapa syarat yaitu:
(1) Dapat dipertanggungjawabkan dari sudut ilmiah kesehatan, pedagogik dan psikologik serta up to date,(2) pesan narkoba harus jelas, tidak ada tawar menawar atau toleransi untuk penggunaannya. Waspadai pesan terselubung pro narkoba yang
mempromosikan penggunaan,
pemasokan, peredaran, dan jual beli, (3) materi harus meliputi napza, termasuk rokok dan minuman keras, (4) harus jelas dinyatakan bahwa anak bertanggung jawab atas keputusannya sendiri dan tidak member peluang untuk alasan lain, (5) tidak memberikan ilustrasi atau dramatisasi yang dapat mengajarkan anak cara memperoleh, menyiapkan atau menggunakannya, (6) materi harus disesuaikan dengan umur, minat, dan kebutuhan anak, (7) merefleksikan pemahaman budaya kelompok sasaran, dan (8) tidak boleh menggunakan eks pecandu sebagai role
model(kecuali bagi siswa SMA kelas
3
Menurut Lydia (2006:38) “Program pencegahan tersebut melibatkan seluruh komponen sekolah yaitu, peserta didik, personil sekolah, orang tua, dan tokoh masyarakat, dengan dukungan lembaga pelayanan kesehatan, sosial, agama, penegakan hukaum, agar tercipta lingkungan sekolah bebas narkoba, sebagai bagian dari lingkungan masyarakat bebas narkoba.”
Menurut Badan Narkotika Nasional (2010:18) “Pencegahan penyalahgunaan narkoba dilakukan di sekolah melalui kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi dengan menggunakan berbagai metode diantaranya yaitu, ceramah, seminar, lokakarya, dialog Interaktif, diskusi, tanya jawab, simulasi, testimony, pemutaran film, dinamika kelompok, pembagian poster, stiker, leaflet, dll.” Jadi berbagai metode dapat digunakan oleh guru dalam penyampaian materi pencegahan penyalahgunaan narkoba.
Selanjutnya Libertus (2006:62) menyatakan “Penerapan aturan dan tata tertib disekolah memiliki peran yang sangat penting.” Dengan penerapan yang tegas dan kondusif membuat peserta didik terkontrol. Peserta didik pengguna narkoba dapat diteksi melalui pemantauan sejauh mana mereka mentaati peraturan sekolah. Bila sekolah menemukan kasus peserta didik sering tidak masuk, sering bolos, tidak betah dikelas, kurang perhatian terhadap mata pelajaran, menunggak bayaran sekolah, atau pandai berbohong patut ditelusuri lebih lanjut jangan-jangan dia memakai narkoba. Jaringan anti narkoba di sekolah perlu dibentuk sebagai tanda bahwa sekolah sangat serius dalam menangani narkoba. Salah satu caranya adalah dengan memfungsikan komponen-komponen penting yang ada di sekolah, seperti bagian kesiswaan, guru bimbingan dan konseling, wali kelas, guru mata pelajaran terkait, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), perwakilan kelas dan unsur-unsur lainnya. Unsur luar yang dapat dikoordinasikan dengan jaringan ini adalah orang tua siswa, alumni, masyarakat sekitar sekolah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), medis dan kepolisian.
Di sekolah guru bimbingan dan konseling berperan penting dalam melakukan upaya preventif, dengan memberikan layanan-layanan bimbingan dan konseling yang berkaitan dengan mencegah penyalahgunaan narkoba melalui pemberian layanan dengan materi, seperti: bahaya narkoba, dampak penyalahgunaan narkoba, dan lain-lain. Unit layanan bimbingan perlu dikembangkan
secara fungsional disetiap sekolah yang beranjak dari program Bimbingan dan Konseling (BK) yang ada di sekolah dengan tenaga konselor terlatih. Menurut Lydia (2006:98) “Unit layanan bimbingan peserta
didik mempunyai tugas membantu
memberikan layanan BK kepada peserta didik yaitu, melakukan deteksi dini dan pertolongan dini dalam penyalahgunaan narkoba dan masalah psikososial lainya, merujuk ke tenaga profesi di sekolah (konselor, psikolog, dokter UKS), memberikan layanan konseling di sekolah, merujuk kasus ke profesi lain di luar
sekolah atau lembaga pendidikan,
mengadakan tindak lanjut. Salah satu tugas dari guru BK melakukan pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah dengan memberikan layanan BK seperti, layanan informasi, bimbingan kelompok, dengan menggunakan metode-metode yang menarik. “
Selanjutnya Lydia (2006:98)
menyatakan “Tugas guru BK dalam
melaksanakan program sekolah bebas narkoba yaitu, mendata faktor resiko tinggi pesera didik dan keluarga dari buku catatan pribadi,
melaksanakan pendidikan pencegahan
penyalahgunaan narkoba di sekolah, melatih peserta didik sebagai konselor sekolah, mendata kasus penyalahgunaan narkoba, kekerasan, dan pelanggaran disiplin, memberikan bimbingan dan konseling secara proaktif, merujuk kasus kepada ahlinya, atau
ketempat rujukan jika perlu,
menyelenggarakan pertemuan teratur dengan orang tua peserta didik dan personel sekolah lain untuk membahas dan mengevaluasi pelaksanaan program.”
Menurut Lydia (2006:5) “Pendidikan
pencegahan adalah pendidikan yang
ditunjukan kepada individu atau kelompok masyarakat terutama anak-anak dan remaja untuk mencegah dan mengurangi atau menghentikan pemakai narkoba, dengan mengubah perilaku dan pola pikirnya, serta memberikan keterampilan psikososial yang diperlukan dan melihat perubahan kognitif (pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (perilaku) dari pendidikan pencegahan yang telah dilakukan.”
Berdasarkan pendapat ahli di atas diketahui bahwa belum optimalnya pemberian informasi tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah, belum optimalnya
pemberian materi tentang bahaya
penyalahguna narkoba, dan intensitas waktu yang digunakan pun sedikit, selain itu banyak peserta didik yang terindikasi terjerumus menyalahgunakan narkoba sehingga perlu
4
dilakukan usaha pencegahan sejak dini oleh berbagai pihak terkait di antaranya pihak sekolah, instansi terkait, dan lain sebagainya. Dilandasi oleh pemikiran tersebut peneliti tertarik untuk mengungkapkan bagaimana
upaya guru BK dalam pencegahan
penyalahgunaan narkoba di SMK Negeri 5 Padang.
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 16 Oktober 2015 dengan lima orang peserta didik SMK Negeri 5
Padang mengenai pencegahan
penyalahgunaan narkoba di sekolah diketahui bahwa pemberian informasi yang diberikan guru BK dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba kurang menarik, metode yang digunakan dalam pemberian layanan informasi oleh guru BK masih belum menggunakan
media yang menunjang pencegahan
penyalahgunaan narkoba di sekolah, informasi yang didapatkan peserta didik tentang bahaya narkoba masih sedikit, kurangnya waktu
dalam pemberian layanan informasi
pencegahan penyalahgunaan narkoba dan media yang digunakan guru BK kurang kreatif karna masih menggunakan media gambar belum video yang membuat peseta didik bosan.
Wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 16 oktober 2015 dengan guru BK dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah diketahui bahwa, media yang dipakai masih menggunakan ceramah, tanya jawab dan gambar belum menggunakan video yang mendukung karena kurangnya LCD Proyektor sekolah yang belum bisa digunakan untuk memperlihatkan video yang menunjang pencegahan penyalahgunaan narkoba.
Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik dan guru BK di atas dapat disimpulkan upaya yang dilakukan guru BK dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba di SMK Negeri 5 Padang kurang karena masih banyak menggunakan metode ceramah belum
menggunakan video yang menujang
pencegahan penyalahgunaan narkoba yang membuat peserta didik bosan karna hanya melihat gambar.
Berdasarkan identifikasi yang telah diuraikan di atas, maka peneliti membatasi permasalahan penelitian pada permasalah
pencegahan penyalahgunaan narkoba,
berkaitan dengan:
1. Peran guru BK dalam mencegah
penyalahgunaan narkoba dengan
menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok di kelas XII SMK Negeri 5 melalui layanan informasi
dilihat dari segi kognitif, afektif dan psikomotor.
2. Peran guru BK dalam mencegah
penyalahgunaan narkoba dengan
menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok di kelas XII SMK Negeri 5 Padang melalui layanan bimbingan kelompok dilihat dari segi kognitif, afektif dan psikomotor.
Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan “Bagaimana peran guru BK dalam mencegah penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok di kelas XII SMK Negeri 5 padang?”
Dari latar belakang permasalahan maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengatahui bagaimana:
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan tentang:
1. Peran guru BK dalam mencegah
penyalahgunaan narkoba dengan
menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok di kelas XII SMK Negeri 5 Padang melalui layanan informasi dilihat dari segi kognitif, afektif dan psikomotor.
2. Peran guru BK dalam mencegah
penyalahgunaan narkoba dengan
menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok di kelas XII SMK Negeri 5 Padang melalui layanan bimbingan kelompok dilihat dari segi kognitif, afektif dan psikomotor.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Arikunto (2010:3) “Penelitian deskriptif memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain.”
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XII SMKN 5 Padang,
sebanyak 300 orang. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik
proportional random sampling dengan jumlah
75 orang.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Menurut Riduwan (2010:85) “Data interval adalah data yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama.”
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber
5
data primer dalam penelitian ini adalah peserta didik di SMK Negeri 5 Padang, sedangkan data sekunder diperoleh dari administrasi di SMK Negeri 5 Padang.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Menurut Yusuf (2005:252) “Kuesioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik tertentu, diberikan kepada sekelompok individu dengan maksud untuk memperoleh data”. Untuk pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus persentase. Menurut Sudijono (2010: 43) persentase dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan: P : Persentase
f : Frekuensi Jawaban
N : Jumlah frekuensi atau banyaknya individu
100 : Bilangan tetap
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Peran Guru BK dalam Mencegah
Penyalahgunaan Narkoba dengan
menggunakan Layanan Informasi dan Layanan Bimbingan Kelompok di Kelas XII SMK Negeri 5 Padang melalui Layanan Informasi
Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa peran guru BK dalam mencegah penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok di kelas XII SMK Negeri 5 Padang melalui layanan informasi dilihat dari segi kognitif (pemahaman) berada pada kategori kurang baik, dari segi afektif (sikap) berada pada kategori baik dan dari segi psikomotor (perilaku) berada pada kategori baik. Berdasarkan hasil rekapitulasi hasil dari peran guru BK dalam mencegah penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok di kelas XII SMK Negeri 5 Padang melalui layanan informasi guru BK diharapkan lebih banyak lagi memberikan layanan informasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba agar peserta didik lebih paham akan bahaya narkoba baik bagi dirinya sendiri maupun di lingkungan tempat tinggal. Karna hasil rekapitulasi dari peran guru BK dalam mencegah penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan
kelompok di kleas XII SMK Negeri 5 Padang melalui layanan informasi peserta didik dari segi afektif (sikap) dan psikomotor (perilaku) sudah baik.
Menurut Lydia (2006:5)
“Pendidikan pencegahan adalah
pendidikan yang ditunjukan kepada individu atau kelompok masyarakat terutama anak-anak dan remaja untuk
mencegah dan mengurangi atau
menghentikan pemakai narkoba, dengan mengubah perilaku dan pola pikirnya, serta memberikan keterampilan psikososial yang diperlukan dan melihat perubahan kognitif (pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (perilaku) dari pendidikan pencegahan yang telah dilakukan.”
Berdasarkan pernyataan di atas,
peran guru BK dalam mencegah
penyalahgunaan narkoba dengan
menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok di kelas XII SMK Negeri 5 Padang melalui layanan informasi dilihat dari segi kognitif (pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (perilaku) peserta didik setelah melakukan layanan bimbingan kelompok peserta didik sudah banyak yang mengetahui bahaya narkoba dan bisa terhindar dari bahaya narkoba. Dan guru BK lebih meningkatkan lagi upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah dengan memberikan pemutaran film pendek kepada peserta didik agar peserta didik lebih mengetahui lebih jelas.
2. Peran Guru BK dalam Mencegah
Penyalahgunaan Narkoba dengan
menggunakan Layanan Informasi dan Layanan Bimbingan Kelompok di Kelas XII SMK Negeri 5 Padang melalui Layanan Bimbingan Kelompok
Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa peran guru BK dalam mencegah penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok di kelas XII SMK Negeri 5 Padang melalui layanan bimbingan kelompok dilihat dari segi kognitif (pemahaman) berada pada kategori sangat baik, dari segi afektif (sikap) berada pada kategori cukup baik dan psikomotor (perilaku) berada pada ketegori baik. Berdasarkan hasil rekapitulasi hasil dari
peran guru BK dalam mencegah
6
menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok di kelas XII SMK Negeri 5 Padang melalui layanan bimbingan kelompok peserta didik sudah banyak yang memahami dalam melakukan bimbingan kelompok dengan teman sebaya dan diharapkan peserta didik dapat memberikan informasi tentang bahaya
penyalahgunaan narkoba kepada
lingkungan keluarga dan tempat tinggal. Karena dari hasil peran guru BK dalam mencegah penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok di kelas XII SMK Negeri 5 Padang melalui layanan bimbingan kelompok dilihat dari segi kognitif (pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (perilaku) peserta didik sudah sangat baik.
Menurut Lydia (2006:5)
“Pendidikan pencegahan adalah
pendidikan yang ditunjukan kepada individu atau kelompok masyarakat terutama anak-anak dan remaja untuk
mencegah dan mengurangi atau
menghentikan pemakai narkoba, dengan mengubah perilaku dan pola pikirnya, serta memberikan keterampilan psikososial yang diperlukan dan melihat perubahan kognitif (pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (perilaku) dari pendidikan pencegahan yang telah dilakukan.”
Berdasarkan pernyataan di atas,
peran guru BK dalam mencegah
penyalahgunaan narkoba dengan
menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok di kelas XII SMK Negeri 5 Padang melalui layanan bimbimngan kelompok dilihat dari segi kognitif (pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (perilaku) peserta didik setelah melakukan layanan bimbingan kelompok peserta didik sudah banyak yang mengetahui bahaya narkoba dan bisa terhindar dari bahaya narkoba. Dan guru BK lebih meningkatkan lagi upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah dengan memberikan pemutaran film pendek kepada peserta didik agar peserta didik lebih mengetahui lebih jelas.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan mengenai peran guru BK dalam pencegahan
penyalahgunaan narkoba dengan
menggunakan layanan informasi dan layanan
bimbingan kelompok di kelas XII SMK Negeri 5 Padang adalah sebagai berikut:
1. peran guru BK dalam mencegah
penyalahgunaan narkoba dengan
menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok di kelas XII SMK Negeri 5 Padang melalui layanan informasi dilihat dari segi kognitif (pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (perilaku) berada pada ketegori banyak. Dapat disimpulkan dengan layanan informasi peserta didik dapat mengetahui jenis, dampek dan bahaya narkoba dengan diberikanya informasi oleh guru BK dan peserta didik dapat menghindari narkoba yang dapat merusak kehidupan diri sendiri dan bangsa.
2. Peran guru BK dalam mencegah
penyalahgunaan narkoba dengan
menggunakan layanann informasi dan layanan bimbingan kelompok di kelas XII SMK Negeri 5 Padang melalui layanan bimbingan kelompok dilihat dari segi kognitif (pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (perilaku) peserta didik setelah diberikan layanan bimbingan kelompok berada pada kategori sangat baik. Dapat disimpulkan dengan layanan bimbingan kelompok peserta didik memahami tentang bahaya narkoba bersama dengan teman sebaya dan peserta didik mengetahui bahaya narkoba bagi diri sendiri dan dapat merusak masa depan. Jadi peserta didik dapat menghindari bahaya narkoba di lingkungan sekolah dan masyarakat.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, berikut dikemukakan beberapa saran kepada.
1. Peserta didik, dari hasil penelitian ini diharapkan agar peserta didik dapat waspada pada apa yang ditawarkan teman dan lebih hati-hati dalam bergaul dan memilih teman agar tidak terjerumus
narkoba yang dapat merusak masa depan. 2. Guru BK, agaar dapat bekerja sama
dengan guru dan personil lainnya untuk dapa meningkatkan informasi pencegahan penyalahgunaan narkoba agar peserta didik tidak terjerumus narkoba.
3. Kepala sekolah dan personil sekolah lainnya untuk dapat menunjang dan bekerja sama dengan pihak yang mendukung pencegahan penyalahgunaan narkoba agar peserta didik bebas dari bahaya narkoba yang dapat merusak masa depan bangsa.
7
4. Pengelola program Studi Bimbingan dan Konseling, agar menjadikan penelitian tentang upaya guru BK dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah ini sebagai bahan kajian lanjutan kepada mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang akan melaksanakan pelatihan di lapangan nantinya.
5. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba dan mempedomaninya sebagai bahan masukan untuk menyusun skripsi karena penelitian ini sangat menarik.
KEPUSTAKAAN
A. Muri Yusuf. (1997). Statistik Pendidikan. Padang : FIP IKIP
Ali Sudirman. (2000). Narkotika dan Preventif. Padang: Republika
Badan Narkotika Nasional. (2010).
Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Bidang Pemberdayaan Masyarakat.
Bandung: Erlangga
Elida Prayitno. (2002). Psikologi
Perkembangan Remaja. Padang: UNP
Libertus Jehani. (2006). Mencegah
Terjerumus Narkoba. Tanggerang:
Visimedia
Lydia Harlina Martono & Satya Joewana.
(2006). Pencegahan dan
Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Jakarta:
Balai Pustaka.
Moh. Taufik Makarao, Dkk. (2003). Tindak
Pidana Narkotika. Jakarta: Ghalia
Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta
Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja.
Diterjemahkan oleh Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga.
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Sukandar, Julia Magdalena Wuysang, & Sabran Achyar. (2012). Implementsi
Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Pontianak :
Universitas Tanjungpura Pontianak
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009. (2012). Narkotika. Yogyakarta: Pustaka Yustisia
Yuanita Fachril. (2007). Narkoba, Mengenal
untuk Menangkal. Bandung: Sarana