• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek EFEK PSIKOLOGIS PEMBERITAAN MEDIA M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Efek EFEK PSIKOLOGIS PEMBERITAAN MEDIA M"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK PSIKOLOGIS PEMBERITAAN MEDIA MASSA TERHADAP KHALAYAK DITINJAU DARI TEORI PELURU , AGENDA SETTING DAN

USES AND GRATIFICATION

Oleh :

Drs. Hadiono Afdjani, MM

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur

Abstract

The strengthness of mass media in influencing its public so excitement. Is real correct that way? How psychological effect media newss to its? Some communication theory such as Bullet Theory, Uses and Gratification’s model, Agenda of Setting Theory lay open how far psychological effect which generated at public.

1. PENDAHULUAN

Sejak peristiwa pada malam tanggal 30 Oktober 1938, di mana ribuan

orang Amerika panik karena siaran radio yang menggambarkan serangan

makhluk Mars yang mengancam seluruh peradaban manusia. Orang sadar

bahwa keperkasaan media massa dalam mempengaruhi khalayaknya begitu

dahsyat. Sementara itu, pada dasawarsa yang sama, jutaan pemilik radio juga

dipukau dan digerakan oleh propagandis agama Father Coughlin. Di Jerman,

orang melihat bagaimana sebuah bangsa beradab diseret pada kegilaan

massa yang mengerikan. Nazi menggunakan media massa secara maksimal.

Media massa dikontrol dengan ketat oleh Kementrian Propaganda. Menulis

atau berbicara yang bertentangan dengan penguasa Nazi dapat membawa

orang pada kamp - kamp konsentrasi. Di samping Hitler, Mussolini di Italia juga memanfaatkan media massa untuk kepentingan fasisme. Sebelumnya, di

(2)

Tetapi benarkah media massa begitu perkasa? Menurut

Noelle-Neuman, penelitian efek media selama empat puluh tahun mengungkapkan kenyataan bahwa efek media massa tidak perlu

diperhatikan, karena efeknya tidak begitu berarti. Ini diperkokoh oleh

Psikolog Sosial William McGuire yang menyatakan dampak media

massa hasil penukuran dalam hubungannya dengan daya persuasive

tampaknya kecil saja. Sejumlah besar penelitian telah dilaksanakan

untuk menguji efektivitas media massa. Hasilnya sangat memalukan

bagi pendukung media massa, karena ternyata sedikit sekali adanya

bukti perubahan sikap, apalagi perubahan perilaku nyata.

Agaknya mengherankan. Pada satu sisi, kita melihat kejadian-kejadian

yang menunjukkan pengaruh media massa. Pada sisi lain, penelitian

sosial menunjukkan tidak ada pengaruh yang cukup berarti.

Perkasakah media massa atau tidak?

2. TEORI PELURU ( Bullet Theory )

Tahun 1940, paska Perang Dunia I, ketakutan terhadap propaganda

telah mendramatisasikan efek media massa. Harold Laswell membuat

disertasinya tentang taknik-teknik propaganda pada Perang Dunia I.

The Institute for Propaganda Analysis menganalisa teknik-teknik

propaganda yang dipergunakan oleh pendeta radio Father Couglin.

Pada saat yang sama, behaviorisme dan psikologi insting sedang

popular di kalangan ilmuwan. Dalam hubungan dengan media massa,

keduanya melahirkan apa yang disebut Melvin DeFleur (1975)

sebagai “Instinctive S-R theory”. Menurut teori ini, media menyajikan

(3)

Menurut teori ini, media menyajikan stimuli perkasa yang secara

seragam diperhatikan oleh massa. Stimuli ini membangkitkan

desakan, emosi atau proses lain yang hampir tidak terkontrol oleh

individu. Setiap anggota massa memberikan respon yang sama pada

stimuli yang datang dari media massa. Karena teori ini

mengasumsikan massa yang tidak berdaya ditembaki oleh stimuli

media massa, teori ini disebut juga “teori peluru” (bullet theory) atau

model jarum hipodermis, yang menganalogikan pesan komunikasi

seperti menyebut obat yang disuntikan dengan jarum ke bawah kulit

pasien.

Namun begitu, teori peluru tersebut mendapat serangan diantaranya

dari Carl I. Hovland yang melakukan beberapa penelitian eksperimental untuk menguji efek film terhadap tentara. Ia dan

kawan-kawannya menemukan bahwa film hanya efektif dalam menyampaikan

informasi, tetapi tidak dalam mengubah sikap. Diikuti oleh Cooper dan

Jahooda yang meneliti pengaruh film “Mr. Bigott” yang ditujukan untuk menghilangkan prasangka rasial bahwa persepsi seletif mengurangi

efektivitas pesan. Serangan yang paling besar terhadap teori peluru

adalah dari Paul Lazarfeld yaitu media massa hampir tidak

berpengaruh sama sekali. Alih-alih sebagai “agent of conversion”

(media untuk merubah perilaku), media massa lebih berfungsi untuk

memperteguh keyakinan yang ada.

Joseph Klapper (1960) menyimpilkan bahwa efek komunikasi massa terjadi lewat serangkaian faktor-faktor perantara. Faktor-faktor

perantara itu termasuk proses selektif (persepsi selektif, terpaan

selektif dan ingatan selektif serta proses kelompok, norma kelompok

(4)

3. MODEL USES AND GRATIFICATION

Model Uses and Gratification boleh disebut sebagai model efek

moderat sebagai bandingan terhadap model efek terbatas dari

Klapper. Apa yang mendorong kita untuk menggunakan media? Mengapa kita senang acara X dan membenci acara Y? Bila kita

kesepian lebih senang mendengarkan musik klasik dalam radio

daripada membaca novel? Apakah media massa berhasil memenuhi

kebutuhan kita? Inilah diantara sekian banyak pertanyaan yang

berkenaan dengan uses and gratification.

Menurut para pencetusnya, Elihu Katz, Jay G. Blumler dam Michael Gurevitch, uses and gratification meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media

massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan

media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan

menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain.

Asumsi-asumsi dari teori ini adalah sebagai berikut :

a. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan

media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

b. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan

pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada

anggota khalayak.

c. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk

memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media

hanya bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas.

Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat

bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan

d. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang

(5)

mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada

situasi-situasi tertentu.

e. Penilaian tentang arti cultural dari media massa harus

ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

Model used and gratification memandang individu sebagai mahluk

suprarasional dang sangat efektif. Ini memang mengundang kritik.

Tetapi yang jelas, dalam model ini perhatian bergeser dari proses

pengiriman pesan ke proses penerimaan pesan.

Jumlah kebutuhan yang dapat diopenuhi media belum disepakati,

sebagaimana para psikolog mempunyai klasifikasi motif yang

bermacam-macam. Sigmund Freud menyebut dua macam motif : eros

(hasrat bericinta) dan thanatos (hasrat merusak). Henry A. Murray

(1968) menyebutkan 28 macam kebutuhan psikogenis yang pokok.

Ericson (1963) menyebutkan delapan kebutuhan psikologis. Abraham Maslow (1970) mengusulkan lima kelompok kebutuhan yang disusunnya dalam tangga hierarkis dari kebutuhan fisiologis sampai

kebutuhan pemenuhan diri. Sedangkan berdasarkan berbagai “aliran”

dalam psikologi motivasional. William J. McGuire menyebutkan 16

motif yang dibagi menjadi dua kelompok besar : motif kognitif

(berhubungan dengan pengetahuan) dan motif afektif (berkaitan

dengan “perasaan”).

Pendekatan uses and gratification di atas mempersoalkan apa yang

dilakukan prang pada media, yakni menggunakan media untuk

pemuasan kebutuhannya. Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada

apa yang kita lakukan pada media, tetapi kepada apa yang dilakukan

media pada kita. Kita ingin tahun bukan untuk apa kita membaca

(6)

televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap atau menggerakkan

perilaku kita. Inilah yang disebut sebagai efek komunikasi massa.

Masyarakat pernah terkejut mendengar beberapa orang remaja yang

memperkosa anak kecil setelah menonton film porno di suatu tempat di

Indonesia, atau beberapa orang pemuda berandal yang membakar

seorang wanita di Boston setelah menyaksikan adegan yang sama

pada film malam minggu yang disiarkan televisi ABC. Pada saat yang

sama, kita juga percaya bahwa surat kabar dapat membantu

perbendaharaan pengetahuan kita sehingga kita masukkan koran ke

desa, walaupun rakyat desa lebih memerlukan subsidi makanan yang

bergizi. Kita menaruh perhatian pada peranan televisi dalam

menanamkan mentalitas pembangunan, sehinga kita bersedia

meminjam uang untuk satelit kemunikasi. Semuanya didasarkan pada

asumsi bahwa komunikasi massa menimbulkan efek pada diri

khalayaknya.

Efek atau pengaruh media massa terasa lebih kuat lagi, karena pada

masyarakat modern orang memperoleh banyak informasi tentang dunia

dari media massa. Pada saat yang sama, mereka sukar mengecek

kebenaran yang disajikan media. Pada mulanya kita mengira, di

negara-negara jazirah Arab yang ada hanyalah kesalehan, sampai satu

kali majalah Tempo mengupas tempat-tempat maksiat di Bahrain. Kita

jadi mengoreksi citra tentang negar-negara itu. Selama beberapa tahun

orang-orang Amerika memandang Nixon sebagai seorang pemimpin

yang baik, sampai dua orang wartawan mebongkar skandal Watergate.

Mereka harus mengubah citranya. Mereka memprotes dan Nixon jatuh.

Kejatuhan Nixon adalah efek atau dampak dari media massa, di

(7)

penyelidikan). Dalam hal ini, wartawan berusaha menyingkap

penyelewengan, korupsi dan kejahatan yang dilakukan secara

sembunyi-sembunyi. Laporan tentang skandal Watergate adalah

contohnya.`laporan seperti ini amat menentukan dalam mengubah citra

kita tentang lingkungan.`Perubahan citra tentu saja disusul dengan

serangkaian perilaku. Belum tentu juga apa yang dikemukakan

wartawan benar-benar terjadi. Tetapi orang tidak mempunyai waktu

untuk memeriksa kebenarnnya, sedangkan tindakan tidak dapat

ditangguhkan. Para pedagang ayam potong di Jakarta mengalami

kelesuan setelah berita tentang adanya penyakit flu burung disiarkan

media. Atau pedagang Coto Makasar sepi pembeli karena penyakit

antraks disiarkan media.

Media massa, seperti dikemukakan dalam contoh-contoh di atas,

mengubah citra khalayaknya tentang lingkungan mereka.

4. TEORI AGENDA SETTING

Teori Agenda Setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media

massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya.

Secara selektif, “gatekeepers” seperti penyunting, redaksi, bahkan

wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitkan dan mana

yang harus disembunyikan. Setiap kejadian atau isu diberi bobot

tertentu dengan panjang penyajian (ruang dalam surat kabar, waktu

pada televisi dan radio) dan cara penonjolan (ukuran judul, letak pada

suratkabar, frekuensi penayangan, posisi dalam suratkabar, posisi

dalam jam tayang).

Misalnya berita tebunuhnya gembong teroris Dr. Azahari yang terus

menerus disiarkan dalam waktu rata-rata 30 menit dalam dalam televisi

(8)

halaman muka, berarti Dr. Azahari sedang ditonjolkan sebagai

gembong teroris yang terbunuh atau pencapaian prestasi jajaran polisi

membunuh teroris nomor wahid di Indonesia itu. Atau para bintang AFI,

KDI, Indonesia Idol yang mendapat tayangan lebih, sehingga dari

orang yang tak dikenal, karena terus diberitakan atau disiarkan hanya

beberapa bulan menjelma menjadi bintang dan sangat terkenal oleh

pemirsa televisi Indonesia.

Karena pembaca, pemirsa, dan pendengar memperoleh kebanyakan

informasi melalui media massa, maka agenda media tentu berkaitan

dengan agenda masyarakat (public agenda). Agenda masyarakat

diketahui dengan menanyakan kepada anggota-anggota masyarakat

apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka bicarakan dengan orang

lain, atau apa yang mereka anggap sebagai masalah yang tengah

menarik perhatian masyarakat (Community Salience).

Teori Agenda Setting pertama dikemukakan oleh Walter Lippman

(1965) pada konsep “The World Outside and the Picture in our head”,

penelitian empiris teori ini dilakukan Mc Combs dan Shaw ketika

mereka meniliti pemilihan presiden tahun 1972. Mereka mengatakan

antara lain walaupun para ilmuwan yang meneliti perilaku manusia

belum menemukan kekuatan media seperti yang disinyalir oleh

pandangan masyarakat yang konvensional, belakangan ini mereka

menemukan cukup bukti bahwa para penyunting dan penyiar

memainkan peranan yang penting dalam membentuk realitas sosial

kita, ketika mereka melaksanakan tugas keseharian mereka dalam

menonjolkan berita.

Khalayak bukan saja belajar tentang isu-isu masyarakat dan hal-hal

(9)

isu atau topik dari penegasan yang diberikan oleh media massa.

Misalnya, dalam merenungkan apa yang diucapkan kandidat selama

kampanye, media massa tampaknya menentukan isu-isu yang penting.

Dengan kata lain, media menetukan “acara” (agenda) kampanye.

Dampak media massa, kemampuan untuk menimbulkan perubahan

kognitif di antara individu-individu, telah dijuluki sebagai fungsi agenda

setting dari komunikasi massa. Disinilah terletak efek komunikasi

massa yang terpenting, kemampuan media untuk menstruktur dunia

buat kita. Tapi yang jelas Agenda Setting telah membangkitkan kembali

minat peneliti pada efek komunikasi massa.

5. PENUTUP DAN KESIMPULAN

Dari pemaparan tentang efek psikologis pemberitaan media massa

terhadap khalayak ditinjau dari teori peluru, agenda setting dan uses &

gratification dapat diambil kesimpulan bahwa ketiga teori tersebut tidak

bisa bersama-sama mempengaruhi satu kasus pemberitaan media.

Karena setiap teori tersebut di atas mempunya karakteristik yang

berbeda-beda. Sehingga juga mempengaruhi hanya pada satu kasus

pada efek pemberitaan media tertentu.

6. DAFTAR PUSTAKA

1. Rakhmat, Jalaludin, Drs, M.Sc, Psikologi Komunikasi, PT Remaja

Rosdakarya, Bandung, 2000

2. Rogers, E.M. dan F. Shoemaker, Communication of Inovations,

(10)

3. Schramm, W. dan D.F. Robert, The Process and Effect of Mass

Communication, Urbana, Urbana : University of Illionis Press, 1998

4. Sharp, H dan T.McClung, Effect of Organization on The

Referensi

Dokumen terkait

Nyatakan samada setiap yang berikut adalah ungkapan kuadratik dalam satu pemboleh-ubah... Setiap objek tersebut

Upaya penataan (stabilisasi) yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta di beberapa lokasi, tidak semua kondisi menjadi lebih baik. Namun menurut PKL ada hal yang hilang

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan kasih-Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan kepada penulis dalam

Berdasarkan hasil yang telah dicapai pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: (1) Hasil penilaian ahli adalah secara keseluruhan modul-modul

3 Pimpinan Bapak/Ibu senang selalu bersikap baik dengan bawahan.. 4 Pimpinan Bapak/Ibu selalu

Pelbagai hipotesis tentang kehadiran kelompok Aryan-Kamboja, raja-raja India, orang Cina, pedagang dan pendakwah Arab, pengembara Parsi, imperial Eropah dan bermacam-macam

[r]

Apabila jumlah zat besi yang masuk pada tubuh orang dengan berat badan 60 kg melebihi nilai tersebut maka logam Fe akan bersifat toksik di dalam tubuh.. Berdasarkan hasil