PENGARUH PENYIMPANAN TERHADAP
PELEPASAN FERO SULFAT DARI CANGKANG
KAPSUL ALGINAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
NATALIA MANANGAP SITORUS
NIM 081524046
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGARUH PENYIMPANAN TERHADAP
PELEPASAN FERO SULFAT DARI CANGKANG
KAPSUL ALGINAT
SKRIPSI
OLEH:
NATALIA MANANGAP SITORUS
NIM 081524046
mDDDDDDDemperolearjana Farmasi pad
a Fakuas Farmas
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
PENGARUH PENYIMPANAN TERHADAP
PELEPASAN FERO SULFAT DARI CANGKANG
KAPSUL ALGINAT
OLEH:
NATALIA MANANGAP SITORUS
NIM 081524046
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: 02 Pebruari 2013
Pembimbing I Panitia Penguji
Prof. Karsono, Apt.
NIP 195409091982011001 Prof. Dr. M. T. Simanjuntak, M. Sc., Apt.
Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt.
NIP 195504241983031003 Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt.
NIP 195201171980031002
Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt. NIP 195406081983031005
Medan, Pebruari 2013 Disahkan oleh:
DekaN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, dan kasih-Nya yang tak terhingga sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penyimpanan Terhadap
Pelepasan Fero Sulfat Dari Cangkang Kapsul Alginat”. Skripsi ini diajukan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. M. Timbul Simanjuntak, M.Sc., Apt., dan Bapak
Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., yang telah membimbing dengan penuh kesabaran,
tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung.
Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas
Farmasi yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa
pendidikan.
2. Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., sebagai dosen wali yang telah membimbing
penulis selama masa pendidikan.
3. Bapak Prof. Karsono, Apt., Bapak Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt.,
dan Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt., sebagai dosen penguji yang
telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis hingga selesainya
penulisan skripsi ini.
5. Penghargaan yang tulus kepada orang tua tercinta, Ayahanda J. Sitorus,
Sitorus dan Andre Agassi Sitorus atas doa, dorongan dan pengorbanan baik
moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh Staf Pengajar, Pegawai Tata Usaha, Kakak-kakak, Abang-abang dan
teman-teman yang telah membantu selama penelitian hingga selesainya
penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki
banyak kekurangan, oleh karena itu sangat diharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap
semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan yang bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan khususnya dibidang farmasi.
Medan, Pebruari 2013 Penulis,
ABSTRAK
Pada umumnya cangkang kapsul terbuat dari gelatin dan kapsul ini akan segera pecah setelah sampai dilambung sehingga kapsul gelatin tidak dapat menghindari efek samping fero sulfat yang dapat mengiritasi lambung. Cangkang kapsul alginat merupakan cangkang kapsul keras yang dapat mencegah efek iritasi dari fero sulfat terhadap lambung. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penyimpanan dan perbedaan viskositas alginat terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat.
Cangkang kapsul alginat yang berisi fero sulfat disimpan selama 3 bulan
pada suhu kamar (28oC, RH 70%) dan suhu 40oC, RH 75%. Uji disolusi fero
sulfat dilakukan dengan metode dayung pada medium pH 1,2 dan penetapan kadar fero ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 510 nm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepasan fero sulfat semakin kecil setelah penyimpanan 3 bulan. Penurunan pelepasan tersebut disebabkan teroksidasinya fero sulfat menjadi feri sulfat. Perubahan fero sulfat menjadi feri sulfat ditunjukkan dengan perubahan warna fero sulfat dari biru kehijauan
menjadi kuning kecoklatan pada suhu kamar (28oC, RH 70%) dan menjadi coklat
kehitaman pada suhu 40oC, RH 75% dan pelepasan fero sulfat pada suhu 40oC,
RH 75% lebih lambat dibandingkan pelepasan fero sulfat pada suhu kamar (28oC,
RH 70%). Viskositas alginat mempengaruhi pelepasan fero sulfat. Hal tersebut ditandai dengan pelepasan fero sulfat pada kapsul alginat viskositas 500-600 cp lebih lambat dibandingkan dengan kapsul alginat viskositas 300-400 cp. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyimpanan selama 3 bulan dan perbedaan viskosits alginat berpengaruh terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat.
ABSTRACT
In general, the capsules are made of gelatin and this capsule will immediate release when reach the stomach so the gelatin capsule can not avoid the side effects of ferrous sulfate that can irritate the stomach. Alginate capsule shells are hard capsule shell to prevent the irritating effects of ferrous sulfate to the stomach. Purpose of this reaserch was to look at the effect of storage and alginate viscosity differences against the release of ferrous sulfate from alginate capsule shell.
Capsule shell contains ferrous sulfate stored for 3 months at room
temperature (28oC, RH 70%) and temperature 40oC, RH 75%. Ferrous sulfate
dissolution test was conducted by a paddle method on medium pH 1,2 and ferrous assay was determined using visible spectrophotometer at 510 nm wavelength.
The results showed that the slower of ferrous sulfate after 3 months storage. Decreasing of the release was due to fero sulfate had been oxidized in to ferri sulfate. Change ferrous sulfate to ferri sulfate indicated by change the color of the ferrous sulfate from turquoise to brownish yellow at room temperature and
a blackish brown at temperature 40oC, RH 75% and the release of ferrous sulfat at
temperature (40oC, RH 75%) slower than the release of ferrous sulfate at room
temperature (28oC, RH 70%). Viscosity alginate affect on the release of ferrous
sulfate. It is marked by the release of ferrous sulfate in the alginate capsule shell with 500-600 cp viscosity alginate slower than the alginate capsule shell with 300-400 cp viscosity alginate. This research can be concluded that the storage for 3 months and the difference in the viscosity alginate effect on the release of ferrous sulfate from alginate capsule shell.
DAFTAR ISI
2.1 Obat-obat Antianemia Defisiensi Besi ... 6
2.2 Fero Sulfat ... 7
2.2.1 Uraian bahan ... 7
2.2.2 Farmakologi ... 7
2.2.4 Efek samping ... 8
3.3.5 Pembutan kurva serapan dan kurva kalibrasi larutan fero sulfat dalam medium cairan lambung buatan (pH 1,2) ... 18
2.3.5.1 Pembuatan larutan induk baku fero sulfat ... 18
3.3.5.2 Pembuatan kurva serapan larutan fero sulfat.... 18
3.3.5.3 Penentuan operating time larutan fero sulfat .. 19
3.3.5.4 Pembuatan kurva kalibrasi larutan fero sulfat . 19 3.3.5.5 Pengukuran kadar Fe dalam sampel ... 19
3.3.6 Pembuatan larutan kalsium klorida 0,15 M ... 20
3.3.7.1 Pembuatan larutan natrium alginat 300-400 cp 20
3.3.7.2 Pembuatan larutan natrium alginat 500-600 cp 20
3.3.8 Pengukuran viskositas larutan natrium Alginat ... 21
3.3.9 Pembuatan cangkang kapsul alginat ... 21
3.6 Penentuan Spesifikasi Cangkang Kapsul ... 24
3.6.1 Pengukuran panjang dan diameter cangkang kapsul . 24
3.6.2 Pengukuran ketebalan cangkang kapsul ... 25
3.6.3 Penimbangan berat cangkang kapsul ... 25
3.6.4 Pengamatan warna cangkang kapsul ... 25
3.6.5 Pengukuran volume cangkang kapsul ... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
4.2 Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat ... 26
4.3 Sifat Fisik Cangkang Kapsul dan Bahan Obat ... 28
4.3.1 Sifat fisik cangkang kapsul ... 28
4.3.2 Sifat fisik bahan obat dalam cangkang kapsul
alginat ... 29
4.4 Profil Disolusi Fero sulfat dalam Kapsul Alginat 300-400 cp dan 500-600 cp Sebelum Penyimpanan dan Setelah
Penyimpanan Pada Suhu Kamar (28ºC, RH 75%) dan Suhu
40ºC, RH 75% ... 30
4.4.1 Berdasarkan penyimpanan ... 30
4.4.1.1 Profil pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat
300-400cp sebelum penyimpanan dan setelah
penyimpanan pada suhu kamar(28ºC, RH 75%) ... 30
4.4.1.2 Profil pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat
300-400 cp sebelum penyimpanan dan setelah
penyimpanan pada suhu 40ºC, RH 75% ... 31
4.4.1.3 Profil pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat
500-600 cp sebelum penyimpanan dan setelah
penyimpanan pada suhu kamar(28ºC, RH 75%) ... 33
4.4.1.4 Profil pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat
500-600 cp sebelum penyimpanan dan setelah
penyimpanan pada suhu 40ºC, RH 75% ... 34
4.4.2 Berdasarkan viskositas ... 35
4.4.2.1 Profil disolusi fero sulfat dalam kapsul alginat
300-400 cp dan kapsul alginat 500-600 cp
sebelum penyimpanan ... 36
4.4.2.2 Profil disolusi fero sulfat dalam kapsul alginat
300-400 cp dan kapsul alginat 500-600 cp
setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar
(28ºC, RH 75% ... 37
4.4.2.3 Profil disolusi fero sulfat dalam kapsul alginat
300-400 cp dan kapsul alginat 500-600 cp
setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC,
4.4.3 Berdasarkan kinetika pelepasan obat ... 39
4.5 Uji Kerapuhan ... 44
4.5.1 Cangkang kapsul kosong ... 45
4.5.2 Cangkang kapsul berisi ... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
5.1 Kesimpulan ... 47
5.2 Saran ... ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 48
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Spesifikasi cangkang kapsul alginat ukuran 0 ... 27
Tabel 4.2 Spesifikasi cangkang kapsul 0 menurut Shionogi Qualicaps .... 27
Tabel 4.3 Ketebalan cangkang kapsul 300-400 cp dan 500-600 cp ... 27
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat
dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp sebelum
penyimpanan dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu
kamar ... 30
Grafik 4.2 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp sebelum
penyimpanan dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu
40ºC, RH 75% ... 31
Grafik 4.3 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat
dari cangkang kapsul alginat 500-600 cp sebelum
penyimpanan dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu
kamar ... 33
Grafik 4.4 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 500-600 cp sebelum
penyimpanan dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu
40ºC, RH 75% ... 34
Grafik 4.5 Pelepasan ferosulfat dari kapsul alginat 300-400 cp dan
500-600 cp sebelum penyimpanan ... 36
Grafik 4.6 Pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp dan
500-600 cp setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar . 37
Grafik 4.7 Pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp setelah penyimpanan 3 bulan pada Suhu 40ºC,
RH 75% ... 38
Grafik 4.8 Kinetika pelepasan √�dalam kapsul alginat 300-400 cp
sebelum penyimpanan ... 40
Grafik 4.9 Kinetika pelepasan √�dalam kapsul alginat 300-400 cp
setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar ... 40
Grafik 4.10 Kinetika pelepasan √�dalam kapsul alginat 300-400 cp
setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75% ... 41
Grafik 4.11 Kinetika pelepasan √�dalam kapsul alginat 500-600 cp
sebelum penyimpan ……… 42
Grafik 4.12 Kinetika pelepasan √�dalam kapsul alginat 300-400 cp
Grafik 4.13 Kinetika pelepasan √�dalam kapsul alginat 300-400 cp
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp ... 28
Gambar 4.2 Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong setelah
penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar ... 45
Gambar 4.3 Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong setelah
penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75% ... 45
Gambar 4.4 Uji kerapuhan cangkang kapsul berisi setelah
penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar ... 46
Gambar 4.5 Uji kerapuhan cangkang kapsul berisi setelah
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1a Pengukuran viskositas larutan alginat 4,5% natrium
alginat 300-400 cp ... 51
Lampiran 1b Pengukuran viskositas larutan alginat 4% natrium alginat 500-600 cp ... 52
Lampiran2 Penentuan spesifikasi cangkang kapsul ... 53
Lampiran3 Alat pencetak kapsul ... 56
Lampiran9a Data pengukuran kurva kalibrasi larutan fero sulfat dengan berbagai konsenrasi pada panjang gelombang 510 nm dalam medium pH 1,2 ... 61
Lampiran 9b Grafik kurva kalibrasi larutan fero sulfat dengan berbagai konsentrasi pada panjang gelombang 510 nm dalam medium pH 1,2 ... 61
Lampiran 10a Data disolusi fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp pada medium pH 1,2 mula-mula ... 62
Lampiran 10b Data % kumulatif rata-rata dan standart deviasi disolusi Fero sulfat mula-mula dalam kapsul alginat 300-400 cp dalam medium pH 1,2 ... 65
Lampiran 11a Data disolusi fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp pada medium pH 1,2 pada suhu kamar ... 66
Lampiran 11b Data % kumulatif rata-rata dan standart deviasi disolusi fero sulfat dalam kapsul alginat 300-400 cp dalam suhu
Lampiran12a Data disolusi fero sulfat dari cangkang kapsul alginat
300-400 cp pada medium pH 1,2 pada suhu 40ºC, RH 75% 70
Lampiran 12b Data % kumulatif rata-rata dan standart deviasi disolusi fero sulfat dalam kapsul alginat 300-400 cp dalam suhu 40ºC, RH 75% setelah penyimpanan 3 bulan pada medium
pH 1,2 ... 73
Lampiran 13a Data disolusi fero sulfat dari cangkang kapsul alginat
500-600 cp pada medium pH 1,2 mula-mula ... 74
Lampiran 13b Data % kumulatif rata-rata dan standar tdeviasi disolusi fero sulfat mula-mula dalam kapsul alginat 500-600 cp
dalam medium pH 1,2 ... 77
Lampiran 14a Data disolusi fero sulfat dari cangkang kapsul alginat
500-600 cp pada medium pH 1,2 pada suhu kamar ... 78
Lampiran 14b Data % kumulatif rata-rata dan standart deviasi disolusi fero sulfat dalam kapsul alginat 500-600 cp dalam suhu
kamar setelah penyimpanan 3 bulan pada medium pH 1,2 . 81
Lampiran 15a Data disolusi fero sulfat dari cangkang kapsul alginat
500-600 cp pada medium pH 1,2 pada suhu 40ºC, RH 75% 82
Lampiran 15b Data % kumulatif rata-rata dan standart deviasi disolusi fero sulfat dalam kapsul alginat 500-600 cp dalam suhu 40ºC, RH 75% setelah penyimpanan 3 bulan pada medium
pH 1,2 ... 85
Lampiran 16 Data % kumulatif pelepasan fero sulfat mula-mula dalam
kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp ... 86
Lampiran 17 Data % kumulatif pelepasan fero sulfat pada suhu kamar setelah penyimpanan 3 bulan dalam kapsul alginat
300-400 cp dan 500-600 cp ... 87
Lampiran 18 Data % kumulatif pelepasan fero sulfat pada suhu 40ºC, RH 75% setelah penyimpanan 3 bulan dalam kapsul
alginat 300-400 cp dan 500-600 cp ... 88
Lampiran 19 Area Under Curva (AUC) pelepasan fero sulfat
sebelum penyimpanan dalam kapsul alginat 300-400 cp .. 89
Lampiran 20 Area Under Curva (AUC) pelepasan fero sulfat
setelah penyimpanan dalam kapsul alginat 300-400 cp
Lampiran 21 Area Under Curva (AUC) pelepasan fero sulfat
setelah penyimpanan dalam kapsul alginat 300-400 cp
pada suhu 40ºC, RH 75% ... 90
Lampiran 22 Area Under Curva (AUC) pelepasan fero sulfat
sebelum penyimpanan dalam kapsul alginat 500-600 cp .. 90
Lampiran 23 Area Under Curva (AUC) pelepasan fero sulfat
setelah penyimpanan dalam kapsul alginat 500-600 cp
pada suhu kamar 28ºC, RH 70% ... 91
Lampiran 24 Area Under Curva (AUC) pelepasan fero sulfat
setelah penyimpanan dalam kapsul alginat 300-400 cp
pada suhu 40ºC, RH 75% ... 91
Lampiran 25 Data AUC Independent T-Test statistik pelepasan fero sulfat sebelum penyimpanan dan setelah
penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar dalam kapsul
alginat 300-400 cp ... 92
Lampiran 26 Data AUC Independent T-Test statistik pelepasan fero sulfat sebelum penyimpanan dan setelah
penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75% dalam
kapsul alginat 300-400 cp ... 93
Lampiran 27 Data AUC Independent T-Test statistik pelepasan fero sulfat sebelum penyimpanan dan setelah
penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar dalam kapsul
alginat 500-600 cp ... 94
Lampiran 28 Data AUC Independent T-Test statistik pelepasan fero sulfat sebelum penyimpanan dan setelah
penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75%
dalam kapsul alginat 500-600 cp ... 95
Lampiran 29 Data AUC Independent T-Test statistik pelepasan fero sulfat sebelum penyimpanan pada kapsul alginat
300-400 cp dan 500-600 cp di medium pH 1,2 ... 96
Lampiran 30 Data AUC Independent T-Test statistik pelepasan fero sulfat setelah penyimpanan pada suhu kamar dalam kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp
di medium pH 1,2 ... 97
Lampiran 31 Data AUC Independent T-Test statistik pelepasan fero sulfat setelah penyimpanan pada suhu 40ºC, RH 75% dalam kapsul alginat 300-400 cp dan
Lampiran 32 Kinetika pelepasan obat dalam kapsul alginat 300-400 cp mula-mula, suhu kamar, dan suhu 40ºC,
RH 75% setelah penyimpanan 3 bulan ... 99
Lampiran 33 Kinetika pelepasan obat dalam kapsul alginat 500-600 cp mula-mula, suhu kamar dan suhu 40ºC,
ABSTRAK
Pada umumnya cangkang kapsul terbuat dari gelatin dan kapsul ini akan segera pecah setelah sampai dilambung sehingga kapsul gelatin tidak dapat menghindari efek samping fero sulfat yang dapat mengiritasi lambung. Cangkang kapsul alginat merupakan cangkang kapsul keras yang dapat mencegah efek iritasi dari fero sulfat terhadap lambung. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penyimpanan dan perbedaan viskositas alginat terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat.
Cangkang kapsul alginat yang berisi fero sulfat disimpan selama 3 bulan
pada suhu kamar (28oC, RH 70%) dan suhu 40oC, RH 75%. Uji disolusi fero
sulfat dilakukan dengan metode dayung pada medium pH 1,2 dan penetapan kadar fero ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 510 nm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepasan fero sulfat semakin kecil setelah penyimpanan 3 bulan. Penurunan pelepasan tersebut disebabkan teroksidasinya fero sulfat menjadi feri sulfat. Perubahan fero sulfat menjadi feri sulfat ditunjukkan dengan perubahan warna fero sulfat dari biru kehijauan
menjadi kuning kecoklatan pada suhu kamar (28oC, RH 70%) dan menjadi coklat
kehitaman pada suhu 40oC, RH 75% dan pelepasan fero sulfat pada suhu 40oC,
RH 75% lebih lambat dibandingkan pelepasan fero sulfat pada suhu kamar (28oC,
RH 70%). Viskositas alginat mempengaruhi pelepasan fero sulfat. Hal tersebut ditandai dengan pelepasan fero sulfat pada kapsul alginat viskositas 500-600 cp lebih lambat dibandingkan dengan kapsul alginat viskositas 300-400 cp. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyimpanan selama 3 bulan dan perbedaan viskosits alginat berpengaruh terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat.
ABSTRACT
In general, the capsules are made of gelatin and this capsule will immediate release when reach the stomach so the gelatin capsule can not avoid the side effects of ferrous sulfate that can irritate the stomach. Alginate capsule shells are hard capsule shell to prevent the irritating effects of ferrous sulfate to the stomach. Purpose of this reaserch was to look at the effect of storage and alginate viscosity differences against the release of ferrous sulfate from alginate capsule shell.
Capsule shell contains ferrous sulfate stored for 3 months at room
temperature (28oC, RH 70%) and temperature 40oC, RH 75%. Ferrous sulfate
dissolution test was conducted by a paddle method on medium pH 1,2 and ferrous assay was determined using visible spectrophotometer at 510 nm wavelength.
The results showed that the slower of ferrous sulfate after 3 months storage. Decreasing of the release was due to fero sulfate had been oxidized in to ferri sulfate. Change ferrous sulfate to ferri sulfate indicated by change the color of the ferrous sulfate from turquoise to brownish yellow at room temperature and
a blackish brown at temperature 40oC, RH 75% and the release of ferrous sulfat at
temperature (40oC, RH 75%) slower than the release of ferrous sulfate at room
temperature (28oC, RH 70%). Viscosity alginate affect on the release of ferrous
sulfate. It is marked by the release of ferrous sulfate in the alginate capsule shell with 500-600 cp viscosity alginate slower than the alginate capsule shell with 300-400 cp viscosity alginate. This research can be concluded that the storage for 3 months and the difference in the viscosity alginate effect on the release of ferrous sulfate from alginate capsule shell.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Anemia defisiensi besi paling umum terjadi karena kehilangan darah,
asupan zat besi yang tidak cukup dalam makanan dan adanya gangguan
penyerapan besi (Gilman, dkk., 1996). Suplemen besi yang banyak digunakan
adalah garam fero, karena garam fero mempunyai sifat astringen dan iritan yang
lebih kecil dari garam feri (Groves, 1989), dan karena absorpsi garam fero
kira-kira tiga kali lebih baik dari garam feri (Gilman, dkk., 1996). Garam fero yang
dapat digunakan sebagai antianemia adalah fero glukonat, fero fumarat, dan fero
sulfat yang banyak tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul (ISFI, 2006).
Garam fero yang banyak digunakan dan murah adalah sediaan oral fero sulfat
(Gilman, dkk., 1996).
Garam fero yang diberikan secara oral dapat menyebabkan mual, muntah,
demam, diare dan kadang-kadang mengandung darah, serta tinja menjadi hitam.
Tinja menjadi hitam bisa disebabkan adanya besi yang tidak diabsorpsi dan ini
bukan pertanda bahaya. Namun bila tinja menjadi hitam yang diikuti adanya
garis-garis merah pada tinja, kram, dan rasa sakit atau nyeri yang tajam pada
lambung atau daerah perut, maka ini dikarenakan adanya perdarahan pada saluran
cerna (Groves, 1989). Iritasi paling banyak terjadi pada lambung dan duodenum
bagian atas, karena pHnya rendah (Gennaro, 2000). Iritasi ini disebabkan oleh
pelepasan obat dari sediaan secara serentak dan terlarut sehingga menghasilkan
ini biasanya berhubungan dengan dosis dan dapat diatasi dengan merendahkan
dosis per hari atau penggunaan tablet segera setelah makan (Katzung, 1992).
Sediaan lepas lambat dan enteric coated dapat mengurangi efek samping tersebut,
namun karena sediaan ini melepaskan zat aktif pada bagian usus yang basa
sebelum pelepasan terjadi, maka absorpsi besi menjadi berkurang (Groves, 1989).
Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu
macam obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam
cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air (Ansel, 2005). Pada
umumnya cangkang kapsul terbuat dari gelatin. Tergantung pada formulasinya
kapsul dapat berupa kapsul gelatin lunak atau keras. Kapsul gelatin tidak dapat
menghindari efek samping obat yang mengiritasi lambung, seperti fero sulfat. Hal
ini dikarenakan kapsul gelatin segera pecah setelah sampai di lambung.
Belakangan ini, beberapa bahan telah diuji untuk menggantikan gelatin
sebagai bahan untuk pembuatan cangkang kapsul, salah satunya adalah dengan
alginat. Masalah-masalah dari kapsul gelatin mungkin dapat diatasi oleh kapsul
alginat. Alginat merupakan polimer β-D-mannuronic dan α-L-guluronic yang
diperoleh dari alga coklat (Phaeophyceae) (Belitz, 1987). Alginat telah banyak
digunakan khususnya pada formulasi sediaan sustained release dan sebagai
stabilisator pada sediaan suspensi(Shiraishi, et al., 1991).
Stabilitas diartikan bahwa obat (bahan obat, sediaan obat), disimpan dalam
kondisi penyimpanan tertentu di dalam kemasan penyimpanan dan
pengangkutannya tidak menunjukan perubahan sama sekali atau berubah dalam
Menurut CPOB tahun 2009 mengatakan bahwa studi stabilitas terdiri dari
3 cara, yaitu uji dipercepat, tindak lanjut (pengujian jangka panjang) dan pasca
pemasaran. Pada penelitian ini menggunakan cara pengujian dipercepat
penyimpanan selama 3 bulan dengan suhu kamar dan suhu 40ºC, RH 75%.
Penyimpanan dapat mempengaruhi stabilitas disolusi obat dimana selama
penyimpanan sediaan dapat terjadi perubahan-perubahan karakteristik fisikokimia.
Hal tersebut dapat mempengaruhi laju disolusi obat (Murthy dan Sellassie, 1993).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat cangkang
kapsul alginat yang berisi fero sulfat dengan melihat pengaruh penyimpanan fero
sulfat dalam kapsul alginat yang meliputi pengujian sifat-sifat fisik cangkang
kapsul dan pemerian bahan obat, kerapuhan kapsul dan uji disolusi. Hal ini
mengingat di pasaran sediaan obat yang telah diproduksi biasanya tidak langsung
digunakan, tetapi membutuhkan waktu beberapa lama di tempat penyimpanan
sebelum dikonsumsi oleh konsumen dan natrium alginat yang digunakan dalam
percobaan ini 2 macam yaitu 300-400 cp dan 500-600 cp.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Apakah setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%)
dan suhu 40ºC, RH 75% berpengaruh terhadap pelepasan fero sulfat dari
b. Apakah setelah penyimpanan 3 bulan viskositas dari alginat 300-400 cp
terdapat perbedaan kecepatan pelepasan dengan alginat 500-600 cp pada
suhu kamar (28ºC, RH 70%) dan suhu 40ºC, RH 75%?
1.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) dan suhu
40ºC, RH 75% berpengaruh terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul
alginat 300-400 cp dan 500-600 cp.
b. Setelah penyimpanan 3 bulan terdapat perbedaan kecepatan pelepasan
antara viskositas alginat 300-400 cp dan 500-600 cp pada suhu kamar
(28ºC, RH 70%) dan suhu 40ºC, RH 75%.
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
a. Mengetahui pengaruh setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar
(28ºC, RH 70%) dan suhu 40ºC, RH 75% terhadap pelepasan Fero sulfat
dari cangkang kapsul alginat 300-400cp dan 500-600cp.
b. Mengetahui pengaruh viskositas cangkang kapsul alginat 300-400cp dan
500-600cp terhadap pelepasan fero sulfat setelah penyimpanan 3 bulan
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai pengetahuan pengaruh penyimpanan
fero sulfat dalam kapsul alginat dan pengaruh viskositas larutan natrium
alginat setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat-obat Antianemia Defisiensi Besi
Hematinik adalah antianemia untuk menambah kadar hemoglobin dalam
eritrosit. Pemilihan antianemia bergantung pada penyebab anemia. Anemia
hipokromik adalah anemia defisiensi besi yang diobati dengan sediaan besi
(Gennaro, 2000).
Sediaan garam fero yang terdapat di pasaran (ISFI, 2006):
- Fero glukonat (kapsul) [Adfer, Barralat, Biosanbe, Diabion, Emibion,
Filibion, Fondazen, Habebion, Inbion, Pronita, Sofero, Sangobion,
Sangofer, Sangovitin, Tropifer].
- Fero glukonat (tablet salut) [Livron B Plex, Supra Livron].
- Fero fumarat (kapsul) [Bufiron, Dasabion, Dexiron, Fortan-C, Hemobion,
Longafer Plus, Natabion, Nichobion, Ramabion].
- Fero fumarat (tablet) [Emineton, Ferofort, Hemafort, Heptuna, Miacure,
Pimiron].
- Fero fumarat (kaplet) [Veroscan].
- Fero sulfat (kapsul) [Feospan].
Sediaan oral yang banyak digunakan adalah garam fero, karena garam fero
diabsorpsi kira-kira tiga kali lebih baik daripada garam feri (Gilman, dkk., 1996)
dan garam fero mempunyai sifat astringen dan iritan yang lebih kecil dari garam
feri (Groves, 1989). Garam fero yang banyak digunakan adalah fero sulfat karena
2.2 Fero Sulfat
2.2.1 Uraian bahan (Ditjen POM, 1995)
Rumus molekul : FeSO4.7H2O
Besi terdapat dalam makanan, terutama sebagai kompleks-feri, yang dalam
lambung diubah menjadi ferroklorida dimana vitamin C bertindak sebagai
stabilisator. Kadar normalnya dalam serum adalah antara 11-27 milimol/liter.
Kebutuhan tubuh untuk unsur besi sehari adalah 8,7 mg bagi pria dan 14,8 mg
bagi wanita (Tan dan Rahardja, 2002). Pada individu yang mengalami defisiensi
zat besi, 200 – 400 mg zat besi seharusnya diberikan setiap hari untuk
memperbaiki kekurangan zat besi dengan cepat (Katzung, 1992).
2.2.3 Farmakokinetik
Absorpsi zat besi melalui saluran cerna berlangsung di duodenum,
semakin ke distal absorpsinya semakin berkurang. Zat ini lebih mudah diabsorpsi
diabsorpsi daripada bentuk feri dan sekitar 20% dari fero ini diabsorpsi oleh usus
(Gennaro, 2000). Asam askorbat dapat meningkatkan absorpsi zat besi (Gilman,
dkk., 1996; Murray, dkk., 2006).
Besi diangkut melalui mukosa usus secara transpor aktif (Ganiswara,
1995). Bila besi di absorpsi dari usus halus, maka besi segera berikatan dengan
globulin, transferin, dan di transpor dalam bentuk ikatan ini di dalam plasma
darah. Besi berikatan sangat lemah dengan molekul globulin, dan akibatnya, dapat
dilepaskan ke setiap sel jaringan dan pada setiap tempat dalam tubuh. Kelebihan
besi dalam darah ditimbun khususnya dalm sel hati. Disini besi berikatan dengan
protein apoferitin untuk membentuk feritin. Bila jumlah besi dalam plasma turun
sangat rendah, besi dikeluarkan dari feritin dengan mudah sekali. Besi kemudian
ditranspor ke bagian-bagian tubuh yang memerlukan (Guyton, 1987). Zat besi
akan diekskresikan lewat kulit, rambut, kuku, air susu, darah menstruasi, urin,
feses dan empedu (Groves, 1989).
2.2.4 Efek samping
Garam fero yang diberikan secara oral dapat menyebabkan mual, muntah,
nyeri lambung, sembelit ringan, diare serta tinja menjadi hitam. Apabila tinja
menjadi hitam karena adanya besi yang tidak diabsorpsi, maka hal ini bukan
pertanda bahaya. Namun bila tinja menjadi hitam yang diikuti adanya garis-garis
merah pada tinja, kram, dan rasa sakit atau nyeri yang tajam pada lambung atau
daerah perut, maka ini dikarenakan adanya perdarahan pada saluran cerna
(Groves, 1989). Hal ini merupakan akibat iritasi dari garam fero. Iritasi paling
banyak terjadi pada lambung dan duodenum bagian atas, karena pHnya rendah
serentak dan terlarut, sehingga menghasilkan konsentrasi yang tinggi di suatu area
(Groves, 1989). Efek samping ini biasanya berhubungan dengan dosis dan dapat
diatasi dengan merendahkan dosis per hari (Katzung, 1992), dapat juga dengan
menggunakan tablet slow-release atau dengan meminum tablet sewaktu makan
atau sesudah makan (Tan dan Raharja, 2002).
Garam fero yang terdapat di pasaran secara umum dimasukkan kedalam
kapsul gelatin. Efek samping dari garam fero secara oral merupakan akibat iritasi
lambung dimana kapsul gelatin tidak mampu menghindari efek samping fero
sulfat tersebut. Hal tersebut terjadi karena kapsul gelatin segera pecah setelah
sampai di lambung (Sumaiyah, 2006). Di Laboratorium Farmasi Fisik Fakultas
Farmasi USU dalam beberapa tahun terakhir telah dikembangkan kapsul yang
tahan terhadap asam lambung. Cangkang kapsul ini dibuat dari natrium alginat
dengan kalsium klorida menggunakan cetakan. Telah terbukti bahwa cangkang
kapsul alginat tahan atau tidak pecah dalam cairan lambung buatan (pH 1,2).
Kapsul mengembang dan pecah dalam cairan usus buatan yaitu pH 4,5 dan pH 6,8
(Bangun, dkk., 2005).
2.3 Kapsul
Kapsul dapat didefenisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu
macam obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam
cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air. Pada umumnya cangkang
kapsul terbuat dari gelatin. Tergantung pada formulasinya kapsul dapat berupa
kapsul gelatin lunak atau keras. Kapsul gelatin mempunyai beberapa kekurangan,
salah satunya mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab
Selain mempunyai kelebihan-kelebihan seperti keindahan, kemudahan
pemakaian dan kemudahan dibawa, kapsul telah menjadi bentuk takaran obat
yang populer karena memberikan penyalutan obat yang halus, licin, mudah ditelan
dan tidak memiliki rasa, terutama menguntungkan untuk obat-obat yang
mempunyai rasa dan bau yang tidak enak. Kapsul secara ekonomis diproduksi
dalam jumlah besar dengan aneka warna, dan biasanya memudahkan penyiapan
obat didalamnya, karena hanya sedikit bahan pengisi dan tekanan yang diperlukan
untuk pamampatan bahan, seperti pada tablet (Lachman, dkk., 1994).
Biasanya kapsul tidak digunakan untuk bahan-bahan yang sangat mudh
larut seperti kalium bromide, kalium klorida, atau ammonium klorida, karena
kelarutan mendadak senyawa-senywa seperti itu didalam lambung dapat
mengakibatkan konsentrasi yang menimbulkan iritasi. Kapsul tidak boleh
digunakan untuk bahan-bahan yang mudah mencair dan sangat mudah menguap.
Bahan yang mudah mencair dapat memperlunak kapsul, sedangkan yang mudah
menguap akan mengeringkan kapsul dan menyebabkan kerapuhan (Lachman,
dkk., 1994).
Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5)
sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan.
Umumnya ukuran (00) dalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien
(Ditjen POM, 1995).
Cangkang kapsul keras gelatin harus dibuat dalam dua bagian yaitu badan
kapsul dan bagian tutupnya yang lebih pendek (Ansel, 1989). Kapsul gelatin keras
terdiri dari dua bagian, bagian tutup dan induk. Umumnya ada lekuk khas pada
dan tutup cangkangnya dilekatkan sepenuhnya yang mencegah terbukanya
cangkang kapsul yang telah diisi. Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan
serbuk, butiran atau granul. Dalam pengisian kapsul gelatin keras, bagian tutup
dan induk cangkang dipisahkan terlebih dahulu sebelum diisi (Ditjen POM, 1995).
Stabilitas disolusi dari sediaan kapsul gelatin keras terutama ditentukan
oleh kandungan uap lembab dari cangkang, yang kemudian dihubungkan dengan
kondisi penyimpanan. Normalnya cangkang kapsul gelatin mengandung air
13-16% dan aman disimpan dengan kelembapan 40-60% kelembapan relatif (KR).
Kandungan air dibawah 12%, cangkang menjadi rapuh dan mudah pecah. Diatas
18% uap air, cangkang akan menjadi lembab, lembut dan menyimpang cenderung
memindahkan lembabnya kedalam isi kapsul jika isi kapsulnya bersifat
higroskopik (Singh, 2002).
2.4 Alginat
Natrium alginat merupakan produk pemurnian karbohidrat yang
diekstraksi dari alga coklat (Phaeophyceae) dengan menggunakan basa lemah
(Grasdalen, dkk., 1979). Natrium alginat larut dengan lambat dalam air,
membentuk larutan kental; tidak larut dalam etanol dan eter (http://apps3.fao.org).
Alginat (Gambar 2.1) ini diperoleh dari spesies Macrocystis pyrifera, Laminaria,
Ascophyllum dan Sargassum (Belitz dan Grosch, 1987).
Asam alginat adalah kopolimer biner yang terdiri dari residu β
-D-mannuronat (M) dan α-L-asam guluronat (G) yang tersusun dalam blok-blok yang
membentuk rantai linear (Grasdalen, dkk., 1979).
Asam alginat tidak larut dalam air, karena itu yang digunakan dalam
industri adalah dalam bentuk garam natrium dan garam kalium. Salah satu sifat
dari natrium alginat adalah mempunyai kemampuan membentuk gel dengan
penambahan larutan garam-garam kalsium seperti kalsium glukonat, kalsium
tartrat dan kalsium sitrat. Pembentukan gel ini disebabkan oleh terjadinya kelat
antara rantai L-guluronat dengan ion kalsium (Thom, dkk., 1982). Gel ini
merupakan jaringan taut silang yang tersusun dari kalsium alginat yang
membentuk konformasi kotak telur (egg box type of conformation) seperti yang
dapat dilihat pada gambar 2.2 (Belitz dan Grosch, 1987).
Gambar 2.2 Bentuk konformasi kotak telur dari kalsium alginat
2.5 Vitamin C (asam askorbat)
Vitamin C (C6H8O6) mempunyai berat molekul 176,13, merupakan
senyawa yang mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol; tidak larut
dalam kloroform, eter dan benzen (Ditjen POM, 1995), mempunyai sifat asam dan
sifat pereduksi yang kuat. Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi besi dari usus
dengan mereduksi besi feri (Fe3+) menjadi bentuk fero (Fe2+), suatu bentuk yang
lebih larut yang dapat diabsorpsi dengan mudah.
2.6 Laktosa
Laktosa merupakan salah satu karbohidrat jenis disakarida, yang terdiri
dari molekul glukosa dan galaktosa. Laktosa umumnya mengaktifkan proses
pelarutan zat aktif yang sukar larut dalam air (Aiache, dkk., 1993).
2.7 Disolusi
Proses melarutnya suatu obat disebut disolusi (Ansel, 1989). Uji disolusi
yaitu uji pelarutan invitro mengukur laju dan jumlah pelarutan obat dalam suatu
media “aqueous“ dengan adanya satu atau lebih bahan tambahan yang terkandung
dalam produk obat. Pelarutan obat merupakan bagian penting sebelum kondisi
absorpsi sistemik (Shargel dan Andrew, 1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi disolusi dibagi atas 3 kategori yaitu
1) Faktor-faktor yang berhubungan dengan sifat fisikokimia obat, meliputi:
a) Efek kelarutan obat. Kelarutan obat dalam air merupakan faktor utama
dalam menentukan laju disolusi. Kelarutan yang besar menghasilkan laju
b) Efek ukuran partikel. Ukuran partikel berkurang dapat memperbesar luas
permukaan obat yang berhubungan dengan medium, sehingga laju disolusi
meningkat.
2) Faktor-faktor yang berhubungan dengan sediaan obat, meliputi:
a) Efek formulasi. Laju disolusi suatu bahan obat dapat dipengaruhi bila
dicampur dengan bahan tambahan. Bahan pengisi, pengikat dan
penghancur yang bersifat hidrofil dapat memberikan sifat hidrofil pada
bahan obat yang hidrofob, oleh karena itu disolusi bertambah, sedangkan
bahan tambahan yang hidrofob dapat mengurangi laju disolusi.
b) Efek faktor pembuatan sediaan. Metode granulasi dapat mempercepat laju
disolusi obat-obat yang kurang larut. Penggunaan bahan pengisi yang
bersifat hidrofil seperti laktosa dapat menambah hidrofilisitas bahan aktif
dan manambah laju disolusi.
3) Faktor-faktor yang berhubungan dengan uji disolusi, meliputi:
a) Tegangan permukaan medium disolusi. Tegangan permukaan mempunyai
pengaruh nyata terhadap laju disolusi bahan obat. Surfaktan dapat
menurunkan sudut kontak, oleh karena itu dapat meningkatkan proses
penetrasi medium disolusi ke matriks.
b) Viskositas medium. Semakin tinggi viskositas medium, semakin kecil laju
disolusi bahan obat.
c) pH medium disolusi. Larutan asam cenderung memecah tablet sedikit
lebih cepat dibandingkan dengan air,oleh karena itu mempercepat laju
Menurut United States Pharmacopeia (USP) XXX memberi beberapa metode
resmi untuk melaksanakan uji pelarutan yaitu:
a. Metode Keranjang (Basket)
b. Metode Dayung (Paddle)
c. Metode Desintegrasi yang Dimodifikasi.
2.8 Stabilitas
Stabilitas diartikan bahwa obat (bahan obat, sediaan obat) disimpan dalam kondisi
penyimpanan tertentu didalam kemasan penyimpanan dan pengangkutannya tidak
menunjukkan perubahan sama sekali atau berubah dalam batas-batas diperolehkan
(Voigt, 1995). Penyimpanan dapat mempengaruhi stabilitas disolusi obat dimana
selama penyimpanan sediaan dapat terjadi perubahan-perubahan karakteristik
fisikokomia (Murthy dan Sellassie, 1993).
Parameter-parameter fisika kimia penting yang menentukan kualitas dari sediaan
dan peka terhadap perubahan selama penyimpanan adalah:
1) Penampilan (rupa)
2) Pengujian kimia
3) Kandungan uap air
4) Waktu desintegrasi
5) Laju disolusi
6) Kekerasan
7) Fribialitas (tablet)
Waktu nyata dan studi dipercepat dilaksanakan pada bets primer atau bets
yang ditetapkan sesuai protocol uji stabilitas untuk menetapkan atau memastikan
Adapun studi stabilitas menurut CPOB 2009 yaitu:
1) Uji Dipercepat
Studi didesain untuk meningkatkan derajat degradasi kimiawi atau perubahan fisis
dari zat aktif atau produk dengan menggunakan kondisi penyimpanan berlebihan
sebagai bagian dari studi stabilitas formal. Data yang diperoleh dari studi ini,
dapat digunakan untuk menilai efek kimiawi jangka panjang pada kondisi yang
tidak dipercepat. Uji dipercepat dilakukan selama 3-6 bulan.
2) Pengujian Jangka Panjang atau Waktu Nyata
Pengujian jangka panjang biasanya dilaksanakan setiap 3 bulan selama tahun
pertama, setiap 6 bulan selama tahun ke 2 dan selanjutnya tiap tahun selama masa
simpan atau edar pada paling sedikit 3 bets primer. Studi stabilitas lanjutan atau
jangka panjang dilakukan selama 3, 6 , 9, 12, 18, 24, 36 dan seterusnya akan
dilaksanakan sesuai panduan uji stabilitas setempat dan ASEAN.
3) Pengujian Pasca Pemasaran
Studi satabilitas hendaknya dilakukan tiap tahun terhadap produk yang
dipasarkan. Studi tersebut hendaknya dilaksanakan pada 1 bets dari tiap
produk/tahun dan meliputi paling sedikit selama 12 bulan untuk jangka waktu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Bahan-bahan
Natrium alginat 300-400 cp dan natrium alginat 500-600 cp adalah
produk Wako Pure Chemical Industries, Ltd. Japan, fero sulfat hidrat, asam
askorbat, asam klorida (Merck), kalsium klorida anhidrat (Wako pure chemical
industries, Ltd Japan), laktosa, 1,10-fenantrolin-monohidrat, hidroksilamin
klorida, natrium asetat trihidrat,
3.2 Alat-alat
Alat disolusi metode dayung, spektrofotometer, neraca listrik (Mettler
Toledo), alat pembuat kapsul yang dibuat dari batang besi bentuk silindris dengan
panjang 10 cm dan diameter 7,5 mm untuk bagian badan kapsul dan 8,0 mm
untuk bagian tutup kapsul, lemari pengering kapsul, mikrometer, pH meter
(Hanna), jangka sorong (Tricle), stop watch, viscometer Thomas-Stromer,
termometer, climatic chamber (Memmeth), anak timbangan 50 g dan 2 kg,
micrometer (Delta), kamera digital, labu tentukur (Pyrex), beaker glass (Pyrex),
pipet volume (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), pipet tetes, bola karet dan alat-alat
laboratorium yang biasa digunakan.
3.3Prosedur
3.3.1 Pembuatan larutan Hidroksilamin Hidroklorida
Sebanyak 10,0 g hidroksilamin hidroklorida dimasukkan dalam labu
tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda,
3.3.2 Pembuatan larutan Natrium Asetat 1,2 M
Sebanyak 166,0 g natrium asetat dimasukkan dalam labu tentukur 1000
ml, kemudian dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda, dikocok sampai larut
(Skoog, dkk., 1988).
3.3.3 Pembuatan larutan Ortofenantrolin
Sebanyak 1,0 g ortofenantrolin monohidrat dimasukkan dalam labu
tentukur 1000 ml, ditambahkan 20 tetes HCl pekat, kemudian ditambahkan
dengan akuades sampai garis tanda (Skoog, dkk., 1988).
3.3.4 Pembuatan medium cairan lambung buatan (Medium pH 1,2)
Asam klorida pekat sebanyak 8,35 ml ditambahkan akuades hingga 1000
ml (USP XXX).
3.3.5 Pembuatan kurva serapan dan kurva kalibrasi larutan
fero sulfat dalam medium cairan lambung buatan (pH 1,2)
3.3.5.1 Pembuatan larutan induk baku fero sulfat
Sebanyak 249,0 mg FeSO4.7H2O dilarutkan dalam larutan lambung buatan
dikocok sampai larut, kemudian dicukupkan dengan larutan lambung buatan
sampai garis tanda pada labu tentukur 1000 ml. Diperoleh konsentrasi Fe 50 ppm
(Alaerts dan Santika, 1984).
3.3.5.2Pembuatan kurva serapan larutan fero sulfat
Larutan induk baku dipipet 4 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100
ml kemudian ditambahkan 1,0 ml hikroksilamin hidroklorida, 10,0 ml natrium
asetat, 10,0 ml ortofenantrolin, dicukupkan dengan larutan lambung buatan
spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 380 sampai dengan 560
nm.
3.3.5.3Penentuan operating time larutan fero sulfat
Larutan induk baku dipipet 4 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100
ml kemudian ditambahkan 1,0 ml hidroksilamin hidroklorida, 10,0 ml natrium
asetat, 10,0 ml ortofenantrolin, dicukupkan dengan larutan lambung buatan
sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Diukur serapannya dengan
spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 510 nm.
3.3.5.4Pembuatan kurva kalibrasi larutan fero sulfat
Larutan induk baku dipipet 100 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur
500 ml, kemudian dicukupkan dengan larutan lambung buatan sampai garis tanda,
diperoleh konsentrasi Fe 10 ppm (larutan induk baku II). Dari larutan induk baku
tersebut dibuat berbagai konsentrasi yaitu : 0,05; 0,10; 0,50; 1,00; 1,50; 2,00;
2,50; 3,00; 3,50; 4,00; 4,50; 5,00; 5,50; 6,00; 7,00 ppm dengan memipet larutan
induk baku II masing-masing 0,5; 1; 5; 10; 15; 20; 25; 30; 35; 40; 45; 50; 55; 60;
70 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml kemudian ditambahkan 1,0 ml
hidroksilamin hidroklorida, 10,0 ml natrium asetat, 10,0 ml ortofenantrolin,
dicukupkan dengan larutan lambung buatan sampai garis tanda, dikocok sampai
homogen. Diukur serapannya dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang
gelombang 510 nm.
3.3.5.5 Pengukuran kadar Fe dalam sampel
Larutan hasil disolusi dipipet 2,5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur
25 ml kemudian ditambahkan 0,25 ml hidroksilamin hidroklorida, 2,5 ml natrium
garis tanda, dikocok sampai homogen. Diukur serapannya dengan
spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 510 nm.
3.3.6 Pembuatan larutan Kalsium Klorida 0,15 M
Kalsium klorida sebanyak 22,05 g dilarutkan dalam akuades bebas CO2
secukupnya dan ditambahkan sampai 1000 ml (Ditjen POM, 1995).
3.3.7 Pembuatan larutan Natrium Alginat
3.3.7.1Pembuatan larutan Natrium Alginat 300-400 cp
Formula:
Natrium alginat 300 - 400 cp 4,5 g
Gliserin 2 g
Nipagin 0,25 g
Aquadest ad 100 ml.
Sebanyak 0,25 g nipagin dilarutkan dengan aquadest panas tambahkan gliserin
sebanyak 2 g cukupkan dengan aquadest hingga 100 ml (massa I). Natrium alginat
ditaburkan dengan massa I secara bergantian dimana dasar wadah dimasukkan
massa I terlebih dahulu lalu ditaburkan Natrium Alginat hingga menutupi
permukaan massa I. Perlakuan ini di lanjutkan bergantian hingga natrium alginat
habis dan terakhir bagian atasnya diakhiri dengan massa I juga. Diamkan selama
24 jam dan homogenkan dengan menggunakan batang pengaduk
3.3.7.2Pembuatan larutan Natrium Alginat 500-600 cp
Formula:
Natrium alginat 500 - 600 cp 4 g
Gliserin 2 g
Aquadest ad 100 ml.
Sebanyak 0,25 g nipagin dilarutkan dengan aquadest panas tambahkan gliserin
sebanyak 2 g cukupkan dengan aquadest hingga 100 ml (massa I). Natrium alginat
ditaburkan dengan massa I secara bergantian dimana dasar wadah dimasukkan
massa I terlebih dahulu lalu ditaburkan Natrium Alginat hingga menutupi
permukaan massa I. Perlakuan ini di lanjutkan bergantian hingga natrium alginat
habis dan terakhir bagian atasnya diakhiri dengan massa I juga. Diamkan selama
24 jam dan homogenkan dengan menggunakan batang pengaduk
3.3.8 Pengukuran viskositas larutan natrium alginat
Viskometer Thomas-Stromer diletakkan ditepi meja yang datar sehingga
alat penggerak dengan beban 100 g dapat jatuh tanpa gangguan. Kemudian
beaker glass berisi 200 ml larutan natrium alginat diletakkan diatas meja
pengukuran dan dinaikkan sampai rotor baling-baling terendam ditengah-tengah
sampel dan mencapai tanda pada tangkai rotor. Selanjutnya rem dilepaskan dan
diukur waktu yang diperlukan untuk mencapai 100 kali putaran dengan
menggunakan stopwatch.
3.3.9 Pembuatan cangkang kapsul alginat
Alat pencetak kapsul dibuat dari bahan besi dengan panjang 10 cm. Untuk
badan cangkang kapsul berdiameter 7,5 mm sedangkan untuk tutup cangkang
kapsul berdiameter 8 mm. Alat pencetak kapsul tersebut dicelupkan ke dalam
larutan natrium alginat sedalam 3 cm untuk badan cangkang kapsul dan 1,5 cm
untuk tutup cangkang kapsul selama 1 menit. Kemudian, batang besi yang
ujungnya sudah dilapisi larutan natrium alginat tersebut dimasukkan ke dalam
sambil diaduk dengan bantuan pengaduk magnet. Setelah itu, cangkang kapsul
yang telah mengeras direndam dalam aquadest selama 24 jam untuk
menghilangkan kalsium yang menempel pada cangkang kapsul dan selanjutnya
dikeringkan di lemari pengering selama 4 jam. Cangkang kapsul alginat basah
tetap berada pada alat pencetak kapsul yang sebelumnya telah dilapisi dengan
plastik. Sesudah kering, kapsul ditarik dari alat pencetak dan digabungkan badan
dan tutup kapsul kemudian disimpan dalam botol plastik.
3.3.10Pembuatan sediaan kapsul
Fero sulfat sebanyak 250,0 mg, asam askorbat 50,0 mg dan laktosa 50,0
mg masing-masing ditimbang tepat dengan menggunakan neraca listrik, kemudian
dicampur sampai homogen lalu diisikan ke dalam bagian badan cangkang kapsul
alginat melalui bagian ujung yang terbuka lalu ditutup dengan bagian tutup
cangkang kapsul dengan mendorong sedalam 1 cm menutupi bagian badan kapsul
yang terbuka. Kapsul diolesi dengan bahan perekat larutan natrium alginat
sehingga bagian tutup kapsul dengan bagian badan kapsul menyatu dengan baik.
Perekatan kapsul dengan larutan natrium alginat di lakukan setiap sebelum
disolusi.
3.4 Penyimpanan
3.4.1 Penyimpanan pada suhu kamar
Cangkang kapsul disimpan dalam wadah yang bersilica gel pada suhu
kamar. Pada akhir periode tertentu (3 bulan), cangkang kapsul dikeluarkan dan
dilakukan pengujian terhadap cangkang kapsul, meliputi pengamatan warna, uji
3.4.2 Penyimpanan pada suhu 40ºC, RH 75%
Cangkang kapsul disimpan dalam wadah bersilica gel di climatic chamber
pada suhu 40ºC, RH 75%. Pada akhir periode tertentu (3 bulan), cangkang kapsul
dikeluarkan dan dilakukan pengujian terhadap cangkang kapsul, meliputi
pengamatan warna, uji disolusi, uji kerapuhan.
3.5 Pengujian
3.5.1 Pengujian pengamatan warna
Pengujian pengamatan warna dilakukan secara visual, yaitu dengan
melihat perubahan warna yang terjadi setelah penyimpanan pada akhir periode
tertentu (3 bulan).
3.5.2 Uji Disolusi
3.5.2.1Parameter uji disolusi
Medium disolusi : Cairan lambung buatan pH 1,2 ( HCl 0,1 N)
Kecepatan pengadukan : 50 rpm
Volume medium : 900 ml
Suhu medium : 37 + 0,5oC
Metode : dayung
Sampel : Kapsul alginat yang mengandung fero sulfat, asam
askorbat dan laktosa.
3.5.2.2Prosedur uji disolusi
Dimasukkan 900 ml medium disolusi ke dalam wadah disolusi dan diatur suhu 37
+ 0,5ºC dan kecepatan pengadukannya 50 rpm. Pada kapsul alginat yang ingin di
disolusi berikan pemberat berbentuk ring. Pada saat kapsul jatuh ke dasar wadah
Sebutir kapsul alginat yang mengandung fero sulfat 250,0 mg (50,02 mg Fe),
asam askorbat 50,0 mg dan laktosa 50,0 mg dimasukkan ke dalam wadah disolusi.
Selama 180 menit kapsul didisolusi didalam medium lambung buatan (pH 1,2).
Pada interval waktu tertentu dipipet sebanyak volume tertentu. Pengambilan
cuplikan dilakukan pada posisi yang sama yaitu pada pertengahan antara
permukaan medium disolusi dan bagian atas dari dayung tidak kurang 1 cm dari
dinding wadah (Ditjen POM, 1995). Larutan itu kemudian diukur pada panjang
gelombang (λ) 510 nm. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali.
3.5.3 Uji kerapuhan
3.5.3.1 Cangkang kapsul kosong
Cangkang kapsul kosong diletakkan dalam kotak akrilik, kemudian
dijatuhkan beban seberat 50 g dari ketinggian 10 cm. Diamati kerapuhan
cangkang kapsul. Uji ini dilakukan terhadap 6 cangkang kapsul.
3.5.3.2Cangkang kapsul berisi (uji ketahanan terhadap tekanan)
Cangkang kapsul yang berisi Fero sulfat dan laktosa diletakkan dalam
kotak akrilik, kemudian ditekan dengan anak timbangan seberat 2 kg. Diamati
kerapuhan cangkang kapsul. Uji ini dilakukan terhadap 6 cangkang kapsul.
3.6 Penentuan spesifikasi cangkang kapsul
3.6.1 Pengukuran panjang dan diameter cangkang kapsul
Panjang dan diameter cangkang kapsul diukur menggunakan jangka
3.6.2 Pengukuran ketebalan cangkang kapsul
Ketebalan cangkang kapsul diukur menggunakan mikrometer. Pengukuran
dilakukan 5 kali untuk masing-masing sampel, satu kali di central dan 4 kali di
bagian perifer, kemudian di rata-ratakan.
3.6.3 Penimbangan berat cangkang kapsul
Berat cangkang kapsul ditimbang menggunakan neraca analitik.
3.6.4 Pengamatan warna cangkang kapsul
Warna cangkang kapsul diamati secara visual
3.6.5 Pengukuran volume cangkang kapsul
Pengukuran volume cangkang kapsul dilakukan menggunakan pipet
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Viskositas Larutan Natrium Alginat
Viskositas larutan natrium alginat diukur dengan menggunakan viscometer
Thomas-Stromer. Dari hasil pengukuran viskositas larutan natrium alginat
300-400 cp diperoleh viskositas sebesar 8738 cp dan viskositas larutan alginat 500-600
cp diperoleh viskositas sebesar 19933 cp. Pada viskositas tersebut, larutan alginat
mempunyai sifat alir dan kekentalan yang sesuai untuk dapat dicetak menjadi
cangkang kapsul. Range viskositas yang dapat dicetak antara 7200-48544 cp
(Bangun, 2010). Viskositas dihitung berdasarkan kurva kalibrasi khas yang dapat
menyajikan suatu konversi satuan kecepatan dan berat alat penggerak menjadi
viskositas dalam sentipois.
4.2 Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat
Pengukuran panjang, diameter, berat dan warna cangkang kapsul dilakukan
untuk badan cangkang kapsul, tutup cangkang kapsul dan cangkang kapsul
keseluruhan. Pengukuran ketebalan dilakukan terhadap badan dan tutup cangkang
kapsul. Sedangkan pengukuran volume hanya dilakukan terhadap badan cangkang
kapsul, karena umumnya bahan obat hanya diisikan ke dalam badan cangkang
kapsul sebelum ditutup dengan tutup kapsul. Air yang digunakan untuk mengukur
volume cangkang kapsul diisi sampai meniskus atas, air menyentuh ujung kapsul
untuk mencegah kelebihan pembacaan volume cangkang kapsul.
Cangkang kapsul yang dibuat merupakan cangkang kapsul ukuran 0
menurut Shionogi Qualicaps pada Tabel 4.2. Hal ini bisa dilihat dari spesifikasi
Tabel 4.1 Spesifikasi cangkang kapsul alginat ukuran 0
No Spesifikasi Tutup cangkang Badan cangkang Cangkang kapsul keseluruhan
1 Panjang (mm) 11,20 18,30 22,00
2 Diameter (mm) 7,60 7,30 -
3 Berat (mg) - - 49
4 Warna Transparan Transparan Transparan
5 Volume (ml) - 0,63 -
Tabel 4.2 Spesifikasi cangkang kapsul 0 menurut Shionogi Qualicaps, 2002
Ukuran kapsul
Tutup Kapsul Badan Kapsul Panjang Cangkang Kapsul Keseluruhan
Tabel 4.3 Ketebalan cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600cp
No Kapsul alginat Central Periver
I II III IV
Dari Tabel 4.3 dapat diketahui ketebalan cangkang kapsul alginat 300-400
cp lebih tipis dari cangkang kapsul alginat 500-600 cp. Hal ini disebabkan karena
pengaruh nilai viskositas alginat 500-600 cp lebih besar dari nilai viskositas
alginat 300-400 cp.
4.3.1 Sifat fisik cangkang kapsul
Tabel 4.4 Sifat fisik cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp
No Penyimpanan 300-400 cp 500-600 cp
1. Mula-mula putih transparan putih transparan
2. Suhu kamar putih transparan putih transparan
3. Suhu 40ºC, RH 75% putih kecoklatan putih kecoklatan
1) 2) 3)
4) 5) 6) Gambar 4.1 Cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp
Keterangan :
1)Kapsul alginat 300-400 cp sebelum penyimpanan.
2)Kapsul alginat 300-400 cp pada suhu kamar 28ºC setelah penyimpanan 3 bulan
3)Kapsul alginat 300-400 cp pada suhu 40ºC setelah penyimpanan 3 bulan
4)Kapsul alginat 500-600 cp sebelum penyimpanan.
5)Kapsul alginat 500-600 cp pada suhu kamar 28ºC setelah penyimpanan 3 bulan
6)Kapsul alginat 500-600 cp pada suhu 40ºC setelah penyimpanan 3 bulan
Dapat dilihat dari Gambar 4.1 bahwa perubahan warna terjadi pada bahan
obat Fero sulfat dan cangkang kapsul alginat. Ditinjau dari pemerian Fero sulfat
berwarna hijau kebiruan yang sama ditunjukkan pada Gambar 4.1. Namun setelah
pada suhu kamar 28ºC, RH 70 % berwarna kuning kecoklatan sedangkan pada
suhu 40ºC, RH 75 % berwarna coklat kehitaman.
Pada penyimpanan selama 3 bulan di suhu 40ºC, RH 75 % cangkang
kapsul alginat sedikit mengalami perubahan warna dari putih transparan menjadi
putih kecoklatan. Perubahan warna Fero sulfat dan warna cangkang kapsul alginat
terjadi karena teroksidasinya Fero sulfat menjadi Feri sulfat.
4.3.2 Sifat fisik bahan obat di dalam cangkang kapsul alginat
Pemerian Fero sulfat:Hablur atau granul warna hijau kebiruan,
pucat, tidak berbau dan rasa seperti garam. Merekah di udara kering. Segera
teroksidasi dalam udara lembab membentuk besi (III) sulfat berwana kuning
kecoklatan (Ditjen POM, 1995).
Berdasarkan pemerian Fero sulfat (Ditjen POM, 1995) menunjukkan
perubahan warna baik penyimpanan pada suhu kamar maupun suhu 40ºC.
4.4Profil disolusi fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp
sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan pada suhu kamar (28ºC,
RH 70%) dan suhu 40ºC, RH 75%
4.4.1 Berdasarkan penyimpanan
4.4.1.1Profil disolusi fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp sebelum
penyimpanan dan setelah penyimpanan pada suhu kamar (28ºC, RH
70%)
Grafik 4.1 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan Fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp sebelum penyimpanan dan
setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) .
Pada Grafik 4.1 terlihat perbedaan pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat
300-400 cp sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu
kamar (28ºC, RH 70%). Pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp
sebelum penyimpanan pada menit 5 mengalami pelepasan sebanyak 3,53%
kemudian di lanjutkan kenaikan pelepasan yang berarti dimulai pada menit 15
hingga menit 45. Hal ini di sebabkan berdifusinya medium pH 1,2 kedalam
cangkang kapsul sehingga obat dapat melarut dan menembus keluar dari
cangkang kapsul alginat tersebut. Harga AUC sebelum penyimpanan pada kapsul
alginat 300-400 cp adalah 11668,55.
Pelepasan Fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp setelah penyimpanan
3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) memiliki harga AUC sebesar 6824,02.
Penurunan kadar Fero pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) terjadi karena
teroksidasinya fero sulfat menjadi feri sulfat.
Setelah dilakukan uji statistik profil disolusi fero sulfat dalam medium pH
1,2 menggunakan Independent T-Test dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)
menunjukkan perbedaan dimana diperoleh T hitung = 21,842 dan T tabel = 2,776.
Dari data ini menunjukkan bahwa sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan
memiliki perbedaan.
4.4.1.2 Profil disolusi fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp sebelum
penyimpanan dan setelah penyimpanan pada suhu 40ºC, RH 75%)
Grafik 4.2 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp sebelum penyimpanan dan setelah
Pada Grafik 4.2 terlihat perbedaan pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat
300-400 cp sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu
40ºC, RH 75%. Fero sebelum penyimpanan mengalami pelepasan sebesar 83,15%
sedangkan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75% mengalami
pelepasan sebesar 20,13%.
Ditinjau dari harga AUC, pelepasan fero sebelum penyimpanan sebesar
11668,55 sedangkan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75%
sebesar 2417,24. Dari pernyataan berikut dapat diketahui bahwa terjadi penurunan
pelepasan fero, di mana hal ini disebabkan karena kadar fero yang terdapat di
dalam kapsul sedikit akibat dari fero sulfat teroksidsi menjadi feri sulfat.
Setelah dllakukan uji statistik profil disolusi fero sulfat dalam medium pH
1,2 menggunakan Independent T-Test dengan tingkat kepercayaan 95% ((α =
0,05) menunjukkan perbedaan di mana diperoleh T hitung = 159,270 dan T tabel
= 2,776. Dari data ini menunjukkan bahwa sebelum dan setelah penyimpanan 3
4.4.1.3 Profil disolusi fero sulfat dari kapsul alginat 500-600 cp sebelum
penyimpanan dan setelah penyimpanan pada suhu kamar (28ºC,
RH 70%)
Grafik 4.3 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 500-600 cp sebelum penyimpanan dan setelah
penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%).
Pada Grafik 4.3 tidak terlihat perbedaan pelepasan Fero sulfat dari kapsul
alginat 500-600 cp sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan 3 bulan pada
suhu kamar (28ºC, RH 70%). Pelepasan Fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp
sebelum penyimpanan pada menit 5 mengalami pelepasan sebanyak 0,56%
kemudian di lanjutkan kenaikan pelepasan yang berarti dimulai pada menit 15
hingga menit 45. Hal ini di sebabkan berdifusinya medium pH 1,2 kedalam
cangkang kapsul sehingga obat dapat melarut dan menembus keluar dari
cangkang kapsul alginat tersebut. Harga AUC sebelum penyimpanan pada kapsul
alginat 500-600 cp adalah 2647,17.
Pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat 500-600 cp setelah penyimpanan
3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) memiliki harga AUC sebesar 2585,87.
Penurunan kadar fero pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) terjadi karena
teroksidasinya fero sulfat menjadi feri sulfat. Dari grafik terlihat bahwa ada
kemungkinan cangkang kapsul alginat viskositas 500-600 cp dapat digunakan
sebagai pertahanan stabilitas.
Setelah dilakukan uji statistik profil disolusi fero sulfat dalam medium pH
1,2 menggunakan Independent T-Test dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)
menunjukkan perbedaan di mana diperoleh T hitung = 6,290 dan T tabel = 2,776.
Dari data ini menunjukkan bahwa sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan
memiliki perbedaan.
4.4.1.4 Profil disolusi fero sulfat dari kapsul alginat 500-600 cp sebelum
penyimpanan dan setelah penyimpanan pada suhu 40ºC, RH 75%)
Grafik 4.4 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 500-600 cp sebelum penyimpanan dan setelah
penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75%.
Pada Grafik 4.4 terlihat perbedaan pelepasan Fero sulfat dari kapsul
alginat 500-600 cp sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan 3 bulan pada
suhu 40ºC, RH 75%. Fero sebelum penyimpanan mengalami pelepasan sebesar
20,16% sedangkan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75% mengalami pelepasan sebesar 10,12%.
Ditinjau dari harga AUC, pelepasan Fero sebelum penyimpanan sebesar
2647,17 sedangkan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75%
sebesar 1238,20. Dari pernyataan berikut dapat diketahui bahwa terjadi penurunan
pelepasan fero, di mana hal ini disebabkan karena kadar fero yang terdapat di
dalam kapsul sedikit akibat dari fero sulfat teroksidasi menjadi feri sulfat.
Setelah dllakukan uji statistik profil disolusi fero sulfat dlam medium pH
1,2 menggunakan Independent T-Test dengan tingkat kepercayaan 95% ((α =
0,05) menunjukkan perbedaan dimana diperoleh T hitung = 352,731 dan T tabel =
2,776. Dari data ini menunjukkan bahwa sebelum dan setelah penyimpanan 3
bulan memiliki perbedaan.
4.4.2 Berdasarkan viskositas
Pada percobaan ini dilakukan profil disolusi fero sulfat dari dua kapsul
yang berbeda viskositasnya, yaitu kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp.
Pengujian ini dilakukan berdasarkan sebelum penyimpanan dan setelah
4.4.2.1Profil disolusi ferosulfat dalam kapsul alginat 300-400 cp dan kapsul
alginat 500-600 cp sebelum penyimpanan
Grafik 4.5 Pelepasan Ferosulfat dari kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp sebelum penyimpanan.
Dari Grafik 4.5 terlihat jelas perbedaan pelepasan Fero sulfat dari kapsul
alginat 300-400 cp dan 500-600 cp. Pada kapsul alginat 300-400 cp lebih cepat
pelepasannya dibandingkan dengan kapsul alginat 500-600 cp. Hal ini
dipengaruhi oleh nilai viskositas kapsul alginat 300-400 cp lebih rendah
dibandingkan kapsul alginat 500-600 cp. Nilai viskositas berhubungan dengan
ketebalan cangkang kapsul dan mempengaruhi profil disolusi pelepasan obat
tersebut. Adapun pelepasan Fero sulfat dalam kapsul alginat 300-400 cp yaitu
83,15% sedangkan pada kapsul alginat 500-600 cp yaitu 20,16%. Ditinjau dari
harga AUC, pelepasan Fero sebelum penyimpanan dari kapsul alginat 300-400 cp
sebesar 11668,5481 sedangkan kapsul alginat 500-600 cp sebesar 2647,17.
Dari data statistik yang dilakukan menggunakan metode Independent
T-Test dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), profil disolusi Fero sulfat
berdasarkan viskositas dari kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600cp sebelum
0