• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penyimpanan dan Viskositas terhadap Stabilitas Natrium Diklofenak dari Cangkang Kapsul Alginat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penyimpanan dan Viskositas terhadap Stabilitas Natrium Diklofenak dari Cangkang Kapsul Alginat"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENYIMPANAN DAN VISKOSITAS TERHADAP STABILITAS NATRIUM DIKLOFENAK

DARI CANGKANG KAPSUL ALGINAT

SKRIPSI

OLEH :

MAINARTI EKASARI NIM 081524007

PROGRAM SARJANA EKSTENSI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH PENYIMPANAN DAN VISKOSITAS TERHADAP STABILITAS NATRIUM DIKLOFENAK

DARI CANGKANG KAPSUL ALGINAT

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH :

MAINARTI EKASARI NIM 081524007

PROGRAM SARJANA EKSTENSI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH PENYIMPANAN DAN VISKOSITAS TERHADAP STABILITAS NATRIUM DIKLOFENAK

DARI CANGKANG KAPSUL ALGINAT OLEH :

MAINARTI EKASARI NIM 081524007

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada tanggal : 2011

Pembimbing I, Panitia penguji,

Dra. Anayanti Arianto. M.Si., Apt. Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. NIP 195306251986012001 NIP. 195301011983031004

Pembimbing II, Dra. Anayanti Arianto. M.Si., Apt. NIP 195306251986012001

Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt. Dr. Edy Suwarso, SU., Apt.

NIP 195201171980031002 NIP

Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, MS, Apt.

NIP 195504241983031005

Medan, 2011 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, karunia dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penyimpanan dan Viskositas terhadap Stabilitas Natrium Diklofenak dari Cangkang Kapsul Alginat”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Anayanti Arianto. M.Si., Apt., dan Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.

Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada dosen penguji, Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., Apt., Dr. Edy Suwarso, SU., Apt., dan Ibu Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, MS, Apt., yang telah memberikan kritikan, saran, dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada kedua orang tua, Ayahanda dan Ibunda tercinta, suami dan adik-adikku tersayang atas doa, dorongan dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, 2011 Penulis

(5)

Pengaruh Penyimpanan dan Viskositas Terhadap Stabilitas Natrium Diklofenak dari Cangkang Kapsul Alginat

Abstrak

Natrium diklofenak merupakan golongan obat AINS yang efek sampingnya mengiritasi lambung. Cangkang kapsul gelatin tidak mampu menghindari efek samping obat tersebut sedangkan cangkang kapsul alginat mampu menutupi masalah-masalah yang terjadi pada kapsul gelatin. Meskipun banyak penelitian tentang cangkang kapsul alginat, tapi belum ada mengenai stabilitas penyimpanan obat dari cangkang kapsul alginat. Oleh karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh penyimpanan dan viskositas terhadap stabilitas Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat.

Pengaruh penyimpanan terhadap stabilitas Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat yang diselidiki dalam penelitian ini adalah warna, kerapuhan dan laju disolusi. Untuk uji stabilitas, cangkang kapsul di simpan pada suhu kamar dan suhu 400C, RH 75% selama 3 bulan. Pengamatan pengaruh viskositas natrium alginat terhadap pelepasan Natrium diklofenak dilakukan terhadap natrium alginat 300-400 cp dan 500-600 cp.

Uji disolusi cangkang kapsul alginat yang berisi Natrium diklofenak dilakukan dengan menggunakan metode dayung pada medium pH berganti yaitu pH 1,2 selama 2 jam dan pH 6,8 selama 4,5 jam. Selanjutnya diukur hasil disolusi dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang di pH 1,2 yaitu 273 nm dan pH 6,8 yaitu 276 nm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan pada suhu kamar (280C, RH 70 %) dan suhu 400C, RH 75% setelah 3 bulan mempengaruhi stabilitas Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp terutama terhadap laju disolusi. Laju disolusi Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp setelah penyimpanan 3 bulan lebih lambat dari pada sebelum penyimpanan. Perubahan pada warna cangkang kapsul hanya terjadi pada penyimpanan suhu 400C, RH 75% setelah 3 bulan, tetapi pada penyimpanan suhu kamar setelah 3 bulan tidak terjadi perubahan warna. pada penyimpanan suhu kamar dan suhu 400C, RH 75% setelah 3 bulan terhadap uji kerapuhan cangkang kapsul dan warna Natrium diklofenak terlihat tidak ada kerapuhan dan perubahan warna. Untuk pengujian viskositas terhadap pelepasan, cangkang kapsul alginat dengan viskositas 300-400 cp dan 500-600 cp mempengaruhi pelepasan Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat. Semakin tinggi viskositas semakin lambat laju disolusi Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa penyimpanan dan viskositas mempengaruhi stabilitas Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat

(6)

The Effect of Storage on the Release of Diclofenac from Alginate Capsule Shell

Abstract

Sodium diclofenac is a drug that can irritate the stomach. Gelatin capsule shell was not able to avoid the side effects of the drug while the alginate capsule shell could cover up the problems that occured in gelatin capsules. Although many studies on alginate capsule shell, but there were no study about the storage stability of the drug in alginate capsule shell. Therefore, the main purpose of this study was to study the effect of storage on the release of sodium diclofenac from alginate capsule shell.

The effect of storage on the release of sodium diclofenac from alginate capsule shell was investigated in this study, i.e. color, brittleness and dissolution test. For stability test, capsule shells were stored at room temperature and at the temperature 400C, RH 75% for 3 months. Preparation of alginate capsule shell was made from alginate 300-400 cp and 500-600 cp.

Alginate capsule shell didn’t disintegrate in the stomach but quickly disintegrated in the gut (buffer pH 6.8). Dissolution test of sodium diclofenac was carried out using the paddle method at medium pH 1.2 for 2 hours. After that, the medium was replaced with buffer pH 6.8 and the dissolution was continued for 4.5 hours and the determination of sodium diclofenac content by UV spectrophotometry at wavelength 273 nm in medium pH 1.2 and 276 nm in buffer pH 6.8.

The results showed that the brittleness test before and after storage for 3 months at room temperature and at temperature 400C, RH 75% did not show any brittleness. The color of alginate capsule shell in storage at temperature 400C, RH 75% changed from white transparent to slightly white brownish, with regard to non-enzymatic browning reaction was dominant at higher temperatures, whereas storage at room temperature showed no differences with initial condition. The solution of sodium alginate 300-400 cp had lower viscosity than sodium alginate 500-600 cp. The different viscosity values would affect the thickness of the capsule shell, which in turn also affected the dissolution profile. The release of sodium diclofenac was influenced by storage. After 3 months storage, the release of sodium diclofenac from alginate capsule shell at temperature 400C, RH 75% was slower than at room temperature. Overall, it could be concluded that storage affected the release of sodium diclofenac from alginate capsule shell.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... ………. vii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... ……….. 1

1.1 Latar Belakang ... ………. 1

1.2 Kerangka Pikir Penelitian ... ………. 4

1.3 Perumusan Masalah ... ………. 4

1.4 Hipotesis Penelitian………... ... 5

1.5 Tujuan Penelitian ... ……….. 5

1.6 Manfaat Penelitian ... ……….. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Natrium Diklofenak ... 7

2.1.1 Uraian Bahan... 7

2.1.1 Farmakologi Natrium Diklofenak ... 8

(8)

2.3 Natrium Alginat ... 10

2.4 Viskositas ... 12

2.5 Studi Stabilitas ... 13

2.5.1 Uji Dipercepat ... 13

2.5.2 Pengujian Jangka Panjang atau Waktu Nyata ... 13

2.5.3 Pengujian Pasca Pemasaran... 13

2.6 Pengujian Stabilitas ... 14

2.6.1 Warna ... 14

2.6.2 Kerapuhan ... 14

2.6.3 Disolusi ... 15

2.7 Stabilitas Disolusi ... 18

2.8 Pengukuran Hasil Disolusi Natrium Diklofenak Menggunakan Spektrometri UV ... 21

BAB.III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Alat-alat ... 23

3.2 Bahan-bahan ... 23

3.3 Prosedur Penelitian ... 23

3.3.1 Pembuatan Pereaksi ... 24

3.3.1.1 Larutan CaCl2 1 M... 24

3.3.1.2 Larutan HCl 0,1 N ... 24

3.3.1.3 Larutan Na3PO4 0,2 M ... 24

3.3.1.4 Dapar fosfat pH 6,8 ... 24

3.3.1.5 Larutan NaOH 0,1 N... 24

(9)

3.3.1.7 Larutan HCl 2 N ... 25

3.3.2 Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat ... 25

3.3.2.1 Pembuatan Larutan Natrium Alginat ... 25

3.3.2.2 Pengukuran Viskositas Larutan Natrium Alginat ... 26

3.3.2.3 Pembuatan Badan Cangkang Kapsul Alginat ... 26

3.3.2.4 Pembuatan Tutup Cangkang Kapsul Alginat ... 26

3.3.2.5 Pengeringan Cangkang Kapsul Alginat ... 27

3.3.2.6 Penentuan Spesifikasi Cangkang Kapsul ... 30

3.3.3.6.1 Pengukuran Panjang dan Diameter Cangkang Kapsul ... 30

3.3.3.6.2 Pengukuran Ketebalan Cangkang Kapsul ... 30

3.3.3.6.3 Penimbangan Berat Cangkang Kapsul ... 30

3.3.3.6 4 Pengamatan Warna Cangkang Kapsul ... 30

3.3.3.6.5 Pengukuran Volume Cangkang Kapsul ... 30

3.3.2.7 Pengisian Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat ... 29

3.4 Penyimpanan Cangkang Kapsul Alginat Yang Berisi Natrium Diklofenak ... 29

3.4.1 Penyimpanan pada Suhu Kamar (280C, RH 70 %) ... 29

3.4.2 Penyimpanan pada Suhu 400C, RH 75% ... 29

3.5 Pengujian ... 30

3.5.1 Pengujian Pengamatan Warna ... 30

3.5.2 Uji Kerapuhan ... 31

3.5.2.1 Cangkang Kapsul Kosong ... 31

3.5.2.2 Cangkang Kapsul Berisi (Uji Ketahanan ... terhadap Tekanan) ... 31

(10)

3.5.3.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Natrium

Diklofenak ... 27

3.5.3.2 Pembuatan Kurva Serapan Larutan Natrium Diklofenak dalam Medium Cairan Lambung Buatan (pH 1,2) ... 27

3.5.3.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Natrium Diklofenak dalam Medium Cairan Lambung Buatan (pH 1,2) ... 28

3.5.3.4 Pembuatan Kurva Serapan Larutan Natrium Diklofenak dalam Medium Cairan Usus Buatan (pH 6,8) ... 28

3.5.3.5 Pembuatan Kuurva Kalibrasi Larutan Natrium Diklofenak dalam Medium Cairan Usus Buatan (pH 6,8) ... 28

3.5.3.6 Prosedur Uji Disolusi ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1 Pembuatan Cangkang kapsul Alginat 4.1.1 Viskositas Larutan Natrium Alginat... 33

4.1.2 Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat ... 33

4.2 Pengujian Stabilitas ... 35

4.2.1 Pengujian Pengamatan Warna ... 35

4.2.1.1 Pengamatan Warna Terhadap Cangkang Kapsul Alginat 36 4.2.1.2 Pengamatan Warna Terhadap Bahan Obat Dalam Cangkang Kapsul Alginat ... 36

4.2.2 Uji Kerapuhan ... 37

4.2.1.1 Cangkang Kapsul Kosong ... 37

4.2.2.2 Cangkang Kapsul Berisi (uji Ketahanan Terhadap Tekanan) ... 39

(11)

4.2.3.1 Berdasarkan penyimpanan ... 40

4.2.3.1.1 Laju Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat 300-400 cp Sebelum dan Setelah Penyimpanan 3 Bulan pada Suhu Kamar... 40

4.2.3.1.2 Laju Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat 300-400 cp Sebelum dan Setelah Penyimpanan 3 Bulan pada Suhu 400C,RH 75%. . 42

4.2.3.1.3 Laju Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat 500-600 cp Sebelum dan Setelah Penyimpanan 3 Bulan pada Suhu Kamar. ... 44

4.2.3.1.4 Laju Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat 500-600 cp Sebelum dan Setelah Penyimpanan 3 Bulan Suhu 400C, RH 75% ... 45

4.2.3.2 Berdasarkan Viskositas . ... 48

4.2.3.2.1 Pelepasan Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat 300-400 cp dan 500-600 cp Sebelum Penyimpanan. ... 48

4.2.3.2.2 Pelepasan Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat 300-400 cp dan 500-600 cp Penyimpanan Suhu Kamar Setelah 3 Bulan. ... 49

4.2.3.2.3 Pelepasan Natrium Diklofenak dari Kapsul Alginat 300-400 cp dan 500-600 cp Penyimpanan Suhu 400C, RH 75% Setelah 3 Bulan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

4.1 Kesimpulan ... 52

4.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1.2.1 Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat ... 34

4.1.2.2 Spesifikasi Cangkang Kapsul 1 menurut Pfizer Inc ... 34

4.1.2.3 Ketebalan Cangkang Kapsul 300-400 cp dan 500-600 cp ... 34

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 4 2.3.1 Struktur G: α- L asam guluronat dan M: β- D asam mannuronat . 10 2.3.2 Struktur Alginat ... 11 4.2.1.2.1 Cangkang Kapsul Alginat 300-400 cp dan 500-600 cp ... 36 4.2.2.1.1 Uji Kerapuhan Cangkang Kapsul Kosong Penyimpanan

pada Suhu Kamar ... 38 4.2.2.1.2 Uji Kerapuhan Cangkang Kapsul Kosong Penyimpanan

pada Suhu 400C,RH 75% ... 38 4.2.2.2.1 Uji Kerapuhan Cangkang Kapsul Berisi Penyimpanan pada

Suhu Kamar ... 39 4.2.2.2.2 Uji Kerapuhan Cangkang Kapsul Berisi Penyimpanan pada

Suhu 400C,RH 75% ... 40 4.2.3.1.1.1 Pelepasan Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat 300-400 cp

Sebelum dan Setelah Penyimpanan 3 Bulan pada Suhu Kamar... 41 4.2.3.1.2.1 Pelepasan Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat 300-400 cp

Sebelum dan Setelah Penyimpanan 3 Bulan Suhu 400C, RH 75% 42 4.2.3.1.3.1 Pelepasan Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat 500-600 cp

Sebelum dan Setelah Penyimpanan 3 Bulan pada Suhu Kamar .... 46 4.2.3.1.4.1 Pelepasan Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat

500-600 cp Sebelum dan Setelah Penyimpanan 3 Bulan Suhu ...

400C, RH 75% ... 46 4.2.3.2.1.1 Laju Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat

300-400 cp dan 500-600 cp Sebelum Penyimpanan ... 49 4.2.3.2.2.1 Laju Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat

300-400 cp dan 500-600 cp pada Penyimpanan Suhu Kamar

Setelah 3 Bulan ... .. 50 4.2.3.2.3.1 Profil Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat

300-400 cp dan 500-600 cp pada Penyimpanan Suhu 400C,

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pengukuran Viskositas Larutan Alginat ... 73

2. Penentuan Spesifikasi Cangkang Kapsul ... 75

3. Alat Pencetak Kapsul ... 78

4. Lemari Pengering Kapsul... 78

5. Alat-alat untuk Disolusi ... 79

6. Alat Uji Kerapuhan……… ... 80

7. Alat Uji Viskositas……….... ... 81

8. Alat Uji Spesifikasi Kapsul.……… ... 82

9a. Pengukuran Kurva Serapan Natrium Diklofenak dalam Medium pH 1,2 dan Medium pH 6,8 ... 83

9b. Kurva Kalibrasi Larutan Natrium Diklofenak dalam Medium pH 1,2 dan Medium pH 6,8 ... 85

10a.Persen Kumulatif Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat 300-400 cp Sebelum Penyimpanan ... 87

10b.Data % Kumulatif Rata-rata dan Standar Deviasi Disolusi Natrium Diklofenak Sebelum Penyimpanan dalam Kapsul Alginat 300-400 cp .... 90

11a. Persen Kumulatif Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat 300-400 cp Setelah Penyimpanan 3 Bulan Suhu Kamar ... 91

11b. Data % Kumulatif Rata-Rata dan Standar Deviasi Disolusi Natrium Diklofenak Setelah Penyimpanan 3 Bulan Suhu Kamar dalam Kapsul Alginat 300-400 cp ... 94

12a. Persen Kumulatif Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat 300-400 cp Setelah Penyimpanan 3 Bulan Suhu 400C .... 95

(15)

13a.Persen Kumulatif Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat

500-600 cp Sebelum Penyimpanan ... 99 13b.Data % Kumulatif Rata-Rata dan Standar Deviasi Disolusi Natrium

Diklofenak Sebelum Penyimpanan dalam Kapsul Alginat 500-600 cp .... 102 14a.Persen Kumulatif Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat

500-600 cp Setelah Penyimpanan 3 Bulan Suhu Kamar ... 103 14b.Data % Kumulatif Rata-Rata dan Standar Deviasi Disolusi Natrium

Diklofenak Setelah Penyimpanan 3 Bulan Suhu Kamar dalam Kapsul

Alginat 500-600 cp ... 106 15a.Persen Kumulatif Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat

500-600 cp Setelah Penyimpanan 3 Bulan Suhu 400C ... 107 15b.Data % Kumulatif Rata-Rata dan Standar Deviasi Disolusi Natrium

Diklofenak Setelah Penyimpanan 3 Bulan Suhu 400C, RH 75% dalam

Kapsul Alginat 500-600 cp ... 110 16a.Data % kumulatif Disolusi Natrium Diklofenak dalam

Kapsul Alginat 300-400 cp dan 500-600 cp

Sebelum Penyimpanan ... 111 16b.Data % Kumulatif Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat

300-400 cp dan 500-600 cp pada Penyimpanan Suhu Kamar

Setelah 3 Bulan... 112 16c.Data % Kumulatif Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat

300-400 cp dan 500-600 cp pada Penyimpanan Suhu 400C, RH 75%

Setelah 3 Bulan... 113 17a.Uji Independent T-Test Profil Disolusi Natrium Diklofenak

dalam Kapsul Alginat 300-400 cp Sebelum dan

Setelah Penyimpanan 3 Bulan Suhu Kamar ... 114 17b.Uji Independent T-Test Profil Disolusi Natrium Diklofenak dalam

Kapsul Alginat 300-400 cp Sebelum dan Setelah Penyimpanan 3 Bulan Suhu 400C, RH 75% ... 118 18a.Uji Independent T-Test dalam Kapsul Alginat 500-600 cp Sebelum dan

Setelah Penyimpanan 3 Bulan Suhu Kamar ... 122 18b.Uji Independent T-Test Profil Disolusi Natrium Diklofenak dalam

Kapsul Alginat 500-600 cp Sebelum dan Setelah Penyimpanan

(16)

19.Uji Independent T-Test Profil Disolusi Natrium Diklofenak dalam

Kapsul Alginat 300-400 cp dan 500-600 cp Sebelum Penyimpanan ... 131 20.Uji Independent T-Test Profil Disolusi Natrium Diklofenak dalam

Kapsul Alginat 300-400 cp dan 500-600 cp Setelah Penyimpanan 3

Bulan Suhu Kamar ... 133 21.Uji Independent T-Test Profil Disolusi Natrium Diklofenak dalam

Kapsul Alginat 300-400 cp dan 500-600 cp Setelah Penyimpanan 3

(17)

Pengaruh Penyimpanan dan Viskositas Terhadap Stabilitas Natrium Diklofenak dari Cangkang Kapsul Alginat

Abstrak

Natrium diklofenak merupakan golongan obat AINS yang efek sampingnya mengiritasi lambung. Cangkang kapsul gelatin tidak mampu menghindari efek samping obat tersebut sedangkan cangkang kapsul alginat mampu menutupi masalah-masalah yang terjadi pada kapsul gelatin. Meskipun banyak penelitian tentang cangkang kapsul alginat, tapi belum ada mengenai stabilitas penyimpanan obat dari cangkang kapsul alginat. Oleh karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh penyimpanan dan viskositas terhadap stabilitas Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat.

Pengaruh penyimpanan terhadap stabilitas Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat yang diselidiki dalam penelitian ini adalah warna, kerapuhan dan laju disolusi. Untuk uji stabilitas, cangkang kapsul di simpan pada suhu kamar dan suhu 400C, RH 75% selama 3 bulan. Pengamatan pengaruh viskositas natrium alginat terhadap pelepasan Natrium diklofenak dilakukan terhadap natrium alginat 300-400 cp dan 500-600 cp.

Uji disolusi cangkang kapsul alginat yang berisi Natrium diklofenak dilakukan dengan menggunakan metode dayung pada medium pH berganti yaitu pH 1,2 selama 2 jam dan pH 6,8 selama 4,5 jam. Selanjutnya diukur hasil disolusi dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang di pH 1,2 yaitu 273 nm dan pH 6,8 yaitu 276 nm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan pada suhu kamar (280C, RH 70 %) dan suhu 400C, RH 75% setelah 3 bulan mempengaruhi stabilitas Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp terutama terhadap laju disolusi. Laju disolusi Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp setelah penyimpanan 3 bulan lebih lambat dari pada sebelum penyimpanan. Perubahan pada warna cangkang kapsul hanya terjadi pada penyimpanan suhu 400C, RH 75% setelah 3 bulan, tetapi pada penyimpanan suhu kamar setelah 3 bulan tidak terjadi perubahan warna. pada penyimpanan suhu kamar dan suhu 400C, RH 75% setelah 3 bulan terhadap uji kerapuhan cangkang kapsul dan warna Natrium diklofenak terlihat tidak ada kerapuhan dan perubahan warna. Untuk pengujian viskositas terhadap pelepasan, cangkang kapsul alginat dengan viskositas 300-400 cp dan 500-600 cp mempengaruhi pelepasan Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat. Semakin tinggi viskositas semakin lambat laju disolusi Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa penyimpanan dan viskositas mempengaruhi stabilitas Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat

(18)

The Effect of Storage on the Release of Diclofenac from Alginate Capsule Shell

Abstract

Sodium diclofenac is a drug that can irritate the stomach. Gelatin capsule shell was not able to avoid the side effects of the drug while the alginate capsule shell could cover up the problems that occured in gelatin capsules. Although many studies on alginate capsule shell, but there were no study about the storage stability of the drug in alginate capsule shell. Therefore, the main purpose of this study was to study the effect of storage on the release of sodium diclofenac from alginate capsule shell.

The effect of storage on the release of sodium diclofenac from alginate capsule shell was investigated in this study, i.e. color, brittleness and dissolution test. For stability test, capsule shells were stored at room temperature and at the temperature 400C, RH 75% for 3 months. Preparation of alginate capsule shell was made from alginate 300-400 cp and 500-600 cp.

Alginate capsule shell didn’t disintegrate in the stomach but quickly disintegrated in the gut (buffer pH 6.8). Dissolution test of sodium diclofenac was carried out using the paddle method at medium pH 1.2 for 2 hours. After that, the medium was replaced with buffer pH 6.8 and the dissolution was continued for 4.5 hours and the determination of sodium diclofenac content by UV spectrophotometry at wavelength 273 nm in medium pH 1.2 and 276 nm in buffer pH 6.8.

The results showed that the brittleness test before and after storage for 3 months at room temperature and at temperature 400C, RH 75% did not show any brittleness. The color of alginate capsule shell in storage at temperature 400C, RH 75% changed from white transparent to slightly white brownish, with regard to non-enzymatic browning reaction was dominant at higher temperatures, whereas storage at room temperature showed no differences with initial condition. The solution of sodium alginate 300-400 cp had lower viscosity than sodium alginate 500-600 cp. The different viscosity values would affect the thickness of the capsule shell, which in turn also affected the dissolution profile. The release of sodium diclofenac was influenced by storage. After 3 months storage, the release of sodium diclofenac from alginate capsule shell at temperature 400C, RH 75% was slower than at room temperature. Overall, it could be concluded that storage affected the release of sodium diclofenac from alginate capsule shell.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Natrium diklofenak merupakan derivat sederhana fenilasetat yang menyerupai flubiprofen maupun meklofenamat. Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang kuat dengan efek anti-inflamasi, analgetik dan antipiretik. Pemakaian obat ini dianjurkan untuk kondisi peradangan kronis seperti artritis rematoid dan osteoartritis serta untuk pengobatan nyeri otot rangka akut. Efek samping terjadi pada kira-kira 20% penderita yaitu dapat mengakibatkan pendarahan saluran cerna dan tukak lambung (Katzung, 2004 ).

(20)

Belakangan ini, beberapa bahan telah diuji untuk menggantikan gelatin sebagai bahan untuk pembuatan cangkang kapsul, salah satunya adalah dengan alginat. Masalah-masalah dari kapsul gelatin mungkin dapat diatasi oleh kapsul alginat. Alginat merupakan polimer β-D mannuronic dan α-L guluronic yang diperoleh dari alga coklat (Phaeophyceae) (Belitz, 1987). Alginat telah banyak digunakan khususnya pada formulasi sediaan sustained release dan sebagai stabilisator pada sediaan suspensi (Shiraishi, 1991).

Di Laboratorium Farmasi Fisik Fakultas Farmasi USU dalam beberapa tahun terakhir telah dikembangkan kapsul yang tahan terhadap asam lambung (Bangun, dkk. 2005) telah membuat suatu cangkang kapsul yang tidak pecah oleh cairan lambung (pH 1,2), tetapi akan pecah di dalam cairan usus buatan (pH 4,5), cairan usus buatan (pH 6,8), dan cairan pH berganti. Cangkang kapsul ini dibuat dari natrium alginat dengan kalsium klorida menggunakan cetakan.

Stabilitas diartikan bahwa obat (bahan obat, sediaan obat), disimpan dalam kondisi penyimpanan tertentu di dalam kemasan penyimpanan dan pengangkutannya tidak menunjukan perubahan sama sekali atau berubah dalam batas-batas yang diperbolehkan. (Voigt, 1995).

(21)

perubahan-perubahan karakteristik fisikokimia. Hal tersebut dapat mempengaruhi laju disolusi obat (Murthy dan Sellassie, 1993).

Untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap tentang laju disolusi obat dari kapsul alginat tipe cangkang, maka dalam penelitian ini dapat diteliti pengaruh viskositas natrium alginat terhadap pelepasan obat dari kapsul mengingat di perdagangan terdapat berbagai jenis natrium alginat yang berbeda-beda viskositasnya.

(22)

1.2 Kerangka Pikir Penelitian

Secara skematis kerangka pikir penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.1

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. apakah penyimpanan pada suhu kamar (280C, RH 70 %) dan suhu 400C, RH 75% setelah 3 bulan mempengaruhi stabilitas Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp?

b. apakah viskositas alginat 300-400 cp dan 500-600 cp mempengaruhi pelepasan Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar (280C, RH 70 %) dan suhu 400C, RH 75%?

Stabilitas fisik Suhu 280C

- Warna - Kerapuhan - Laju Disolusi dalam

medium pH 1,2 dan medium pH 6,8 Suhu 400C

Penyimpanan Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp selama 3

bulan

Viskositas alginat 300-400 cp dan 500-600 cp yang berisi Natrium diklofenak

dari cangkang kapsul alginat

Suhu 280C

Suhu 400C

Pelepasan

(23)

1.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. penyimpanan pada suhu kamar (280C, RH 70 %) dan suhu 400C, RH 75% setelah 3 bulan mempengaruhi stabilitas Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp.

b. viskositas alginat 300-400 cp dan 500-600 cp mempengaruhi pelepasan Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar (280C, RH 70 %) dan suhu 400C, RH 75%?

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. untuk mengetahui pengaruh penyimpanan pada suhu kamar (280C, RH 70 %) dan suhu 400C, RH 75% setelah 3 bulan terhadap stabilitas Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp. b. untuk mengetahui pengaruh viskositas alginat 300-400 cp dan 500-600 cp

(24)

1.6Manfaat Penelitian

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Natrium Diklofenak 2.1.1 Uraian Bahan

Rumus bangun :

Rumus molekul : C14H10Cl2NNaO2

Berat molekul : 318,13

Nama kimia : asam benzeneasetat, 2-[(2,6-diklorofenil)amino]- monosodium

Nama lain : Sodium [o-(dikloroanilino)fenil]asetat Pemerian : serbuk hablur, berwarna putih, tidak berasa

(USP 30 NF 25, 2007).

(26)

2.1.2 Farmakologi Natrium Diklofenak

Diklofenak adalah turunan asam fenilasetat sederhana yang menyerupai florbiprofen maupun meklofenamat. Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang kuat dengan efek anti inflamasi, analgesik dan anti piretik. Diklofenak cepat diabsorbsi setelah pemberian oral dan mempunyai waktu paruh yang pendek. Seperti flurbiprofen, obat ini berkumpul di cairan sinovial. Potensi diklofenak lebih besar dari pada naproksen. Obat ini dianjurkan untuk kondisi peradangan kronis seperti artritis rematoid dan osteoartritis serta untuk pengobatan nyeri otot rangka akut (Katzung, 2004 ).

Mekanisme kerjanya, bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi, fisik, atau mekanis, maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipida menjadi asam arachidonat. Asam lemak poli-tak jenuh ini kemudian untuk sebagian diubah oleh ezim cyclo-oksigenase menjadi endoperoksida dan seterusnya menjadi prostaglandin. Cyclo-Oksigenase terdiri dari dua iso-enzim, yaitu COX-1 (tromboxan dan prostacyclin) dan COX-2 (prostaglandin). Kebanyakan COX-1 terdapat di jaringan, antara lain dipelat-pelat darah, ginjal dan saluran cerna. COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat dijaringan tetapi dibentuk selama proses peradangan oleh sel-sel radang. Penghambatan COX-2 lah yang memberikan efek anti radang dari obat NSAIDs. NSAID yang ideal hanya menghambat COX-2 (peradangan) dan tidak COX-1 (perlindungan mukosa lambung).

Diklofenak merupakan obat NSAIDs (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) yang bersifat tidak selektif dimana kedua jenis COX di blokir. Dengan

(27)

melindungi mukosa lambung-usus dan ginjal sehingga terjadi iritasi dan efek toksik pada ginjal (Tjay dan Rahardja, 2002).

2.2 Kapsul

Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air. Pada umumnya cangkang kapsul terbuat dari gelatin. Tergantung pada formulasinya kapsul dapat berupa kapsul gelatin lunak atau keras. Bagaimana pun, gelatin mempunyai beberapa kekurangan, seperti mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila disimpan dalam larutan berair (Ansel, 2005).

Kapsul tidak berasa, mudah pemberiannya, mudah pengisiannya tanpa persiapan atau dalam jumlah yang besar secara komersil. Didalam praktek peresepan, penggunaan kapsul gelatin keras diperbolehkan sebagai pilihan dalam meresepkan obat tunggal atau kombinasi obat pada perhitungan dosis yang dianggap baik untuk pasien secara individual. Fleksibilitasnya lebih menguntungkan daripada tablet. Beberapa pasien menyatakan lebih mudah menelan kapsul daripada tablet, oleh karena itu lebih disukai bentuk kapsul bila memungkinkan. Pilihan ini telah mendorong pabrik farmasi untuk memproduksi sediaan kapsul dan di pasarkan, walaupun produknya sudah ada dalam bentuk sediaan tablet (Gennaro, 2000).

(28)

air di bawah 12%, cangkang menjadi rapuh dan mudah pecah. Di atas 18% uap air, cangkang akan menjadi lembab, lembut dan menyimpang cenderung memindahkan lembabnya ke dalam isi kapsul jika isi kapsulnya bersifat higroskopik.

Belakangan ini, beberapa bahan telah diuji untuk menggantikan gelatin sebagai bahan untuk pembuatan cangkang kapsul, salah satunya adalah dengan alginat. Masalah-masalah dari kapsul gelatin mungkin dapat diatasi oleh kapsul alginat. Alginat merupakan polimer β-D mannuronic dan α-L guluronic yang diperoleh dari alga coklat (Phaeophyceae) (Belitz, 1987).

2.3 Natrium Alginat

Natrium alginat merupakan produk pemurnian karbohidrat yang diekstraksi dari alga coklat (Phaeophyceae) dengan menggunakan basa lemah Natrium alginat larut dengan lambat dalam air, membentuk larutan kental; tidak larut dalam etanol dan eter Alginat ini diperoleh dari spesies Macrocystis pyrifera, Laminaria, Ascophyllum dan Sargassum (Belitz, dkk., 1987).

(29)

Gambar 2.3.2 Struktur Alginat

Asam alginat adalah kopolimer biner yang terdiri dari residu β -D-mannuronat (M) dan α-L-asam guluronat (G) yang tersusun dalam blok-blok yang membentuk rantai linear (Grasdalen, dkk., 1979). Kedua unit tersebut berikatan pada atom C1 dan C4 dengan susunan homopolimer dari masing-masing residu (MM dan GG) dan suatu blok heteropolimer dari dua residu (MG) (Thom, dkk., 1980).

Asam alginat tidak larut dalam air, karena itu yang digunakan dalam industri adalah dalam bentuk garam natrium dan garam kalium. Salah satu sifat dari natrium alginat adalah mempunyai kemampuan membentuk gel dengan penambahan larutan garam-garam kalsium seperti kalsium glukonat, kalsium tartrat dan kalsium sitrat. Pembentukan gel ini disebabkan oleh terjadinya kelat antara rantai L-guluronat dengan ion kalsium (Thom, dkk., 1980).

(30)

Utuhnya cangkang kapsul kalsium alginat di dalam medium pH 1,2 disebabkan komponen penyusun cangkang alginat yaitu kalsium guluronat masih utuh, sedangkan pelepasan kalsium kemungkinan berasal dari kalsium yang terperangkap dalam kapsul dan terikat dengan manuronat saja. Hal itu berarti kalsium guluronat yang bertanggung jawab terhadap keutuhan kapsul di dalam medium pH 1,2 (Bangun, dkk., 2005).

Cangkang kapsul kalsium alginat dapat mengembang dan pecah di dalam medium pH 4,5 dan 6,8 (cairan usus buatan). Terlihat bahwa waktu cangkang kapsul pecah dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3 dimana dalam medium pH 4,5 dan 6,8 cangkang kapsul kalsium alginat dapat mengembang dan terjadi pertukaran ion kalsium dari kalsium alginat (kalsium guluronat) dengan ion natrium yang terdapat pada cairan usus buatan, sehingga terbentuk natrium alginat (natrium guluronat). Pembentukan natrium alginat pada kapsul dapat menyebabkan kapsul bersifat hidrofilik, sehingga mudah menyerap air, mengembang dan pecah (Bangun, dkk. 2005). Kapsul lebih cepat pecah di medium pH 6,8 dari pada medium pH 4,5.

2.4Viskositas

(31)

unit dasar, satu poise, sama dengan 100 centipoise (Ansel, 2005). Makin kental suatu cairan, makin besar kekuatan yang diperlukan agar cairan tersebut mengalir dengan laju tertentu (Martin, 1993).

2.5 Studi Stabilitas

Waktu nyata dan studi dipercepat dilaksanakan pada bets primer atau bets yang ditetapkan sesuai protocol uji stabilitas untuk menetapkan atau memastikan masa uji ulang dari suatu zat aktif dengan masa simpan atau edar suatu produk. 2.5.1 Uji Dipercepat

Studi didesain untuk meningkatkan derajat degradasi kimiawi atau perubahan fisis dari zat aktif atau produk dengan menggunakan kondisi penyimpanan “berlebihan” sebagai bagian dari studi stabilitas formal. Data yang diperoleh dari studi ini, dapat digunakan untuk menilai efek kimiawi jangka panjang pada kondisi yang tidak dipercepat. Uji dipercepat dilakukan selama 3-6 bulan.

2.5.2 Pengujian Jangka Panjang atau Waktu Nyata.

Pengujian jangka panjang biasanya dilaksakan setiap 3 bulan selama tahun pertama, setiap 6 bulan selama tahun ke 2 dan selanjutnya tiap tahun selama masa simpan atau edar pada paling sedikit 3 bets primer. Studi stabilitas lanjutan atau jangka panjang dilakukan selama 3,6,9,12,18,24,36 dan seterusnya akan dilaksanakan sesuai panduan uji stabilitas setempat dan ASEAN.

2.5.3 Pengujian Pasca Pemasaran

(32)

produk/tahun dan meliputi paling sedikit selama 12 bulan untuk jangka waktu yang cukup mencakup masa simpan/edar yang diusulkan (Balai POM, 2009). 2.6 Pengujian Stabilitas

Parameter pengujian yang tidak boleh dikurangi adalah : 1. Pemerian

2. Identifikasi sesuai dengan monografinya 3. Uji disolusi

4. Kadar bahan aktif 5. Degradasi

Sebagai contoh, untuk sediaan tablet parameter pemeriksaan selama proses yang dapat dikurangi antara lain keseragaman bobot, kekerasan, kerenyahan dan waktu hancur. Contoh lain adalah pengujian ukuran partikel, homogenitas, kadar air antara lain menggunakan near-infrared spectrometer (NIR) dan Raman spectroscopy,uji logam berat, vitamin dan mineral dengan atomic absorption

spectroscopy (AAS). (Balai POM, 2009)

2.6.1 Warna

Warna, merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi penilaian konsumen terhadap kualitas produk. Stabilitas formulasi obat dapat dideteksi dalam beberapa hal dengan suatu perubahan fisik, warna, bau dan tekstur dari formulasi tersebut. Temperatur, pH, kekuatan ion, intensitas cahaya dapat mempengaruhi perubahan kestabilan pada obat (Ansel, 2005).

2.6.2 Kerapuhan

(33)

dapat mempengaruhi sifat kapsul. Dengan terjadinya kenaikan temperatur dan kelembaban dapat menyebabkan kapsul mengikat/melepaskan uap air. Sebagai akibatnya kapsul dapat menjadi rapuh atau lunak (Margareth, dkk., 2009).

Laju pengeringan kapsul juga mempengaruhi kekerasan dan kerapuhan kapsul, kemampuan pelarutan, dan kecenderungan untuk melekat satu sama lain.. Kadar air yang rendah pada kapsul dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Jika kadar air pada kapsul kurang dari 10%, kapsul cenderung menjadi rapuh, dan sebaliknya jika kadar air lebih tinggi dari 18% kapsul melunak. Kondisi penyimpanan yang direkomendasikan untuk bentuk sediaan kapsul berkisar 15-300C dan 30%-60% kelembaban relatif (RH). (Margareth, dkk., 2009).

Perubahan kerapuhan kapsul oleh kelembaban relatif telah dipelajari oleh Kontny dan Mulski. Pemantauan terhadap karakteristik kapsul yang disimpan pada kelembaban yang bervariasi membuktikan bahwa kelembaban merupakan salah satu parameter yang penting dalam pembuatan dan penyimpanan kapsul. Kriteria yang diterima bahwa kerapuhan kapsul yang signifikan tidak boleh terdeteksi pada kapsul yang disimpan pada kelembaban relatif 30% dan 50% selama 4 minggu (Kontny, dkk., 1989).

2.6.3 Disolusi

(34)

Faktor-faktor yang mempengaruhi disolusi dibagi atas 3 kategori yaitu : a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sifat fisikokimia obat, meliputi :

i. Efek kelarutan obat. Kelarutan obat dalam air merupakan faktor utama dalam menentukan laju disolusi. Kelarutan yang besar menghasilkan laju disolusi yang cepat.

ii. Efek ukuran partikel. Ukuran partikel berkurang dapat memperbesar luas permukaan obat yang berhubungan dengan medium, sehingga laju disolusi meningkat.

b. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sediaan obat, meliputi :

i. Efek formulasi. Laju disolusi suatu bahan obat dapat dipengaruhi bila dicampur dengan bahan tambahan. Bahan pengisi, pengikat dan penghancur yang bersifat hidrofil dapat memberikan sifat hidrofil pada bahan obat yang hidrofob, oleh karena itu disolusi bertambah, sedangkan bahan tambahan yang hidrofob dapat mengurangi laju disolusi.

ii. Efek faktor pembuatan sediaan. Metode granulasi dapat mempercepat laju disolusi obat-obat yang kurang larut. Penggunaan bahan pengisi yang bersifat hidrofil seperti laktosa dapat menambah hidrofilisitas bahan aktif dan menambah laju disolusi.

c. Faktor-faktor yang berhubungan dengan uji disolusi, meliputi :

(35)

kapsul konvensional juga menunjukkan penambahan laju disolusi obat-obat yang sukar larut dengan penambahan surfaktan kedalam medium disolusi.

ii. Viskositas medium. Semakin tinggi viskositas medium, semakin kecil laju disolusi bahan obat.

iii. pH medium disolusi. Larutan asam cenderung memecah tablet sedikit lebih cepat dibandingkan dengan air, oleh karena itu mempercepat laju disolusi (Gennaro, 2000). Obat-obat asam lemah disolusinya kecil dalam medium asam, karena bersifat nonionik, tetapi disolusinya besar pada medium basa karena terionisasi dan pembentukan garam yang larut (Martin,dkk., 1993).

United States Pharmacopeia (USP) XXI memberi beberapa metode resmi

untuk melaksanakan uji pelarutan yaitu: a. Metode Keranjang (Basket )

Metode keranjang terdiri atas keranjang silindrik yang ditahan oleh tangkai motor. Keranjang menahan cuplikan dan berputar dalam suatu labu bulat yang berisi media pelarutan. Keseluruhan labu tercelup dalam suatu bak yang bersuhu konstan 37oC. Kecepatan berputar dan posisi keranjang harus memenuhi rangkaian syarat khusus dalam USP yang terakhir beredar. Tersedia standar kalibrasi pelarutan untuk meyakinkan bahwa syarat secara mekanik dan syarat operasi telah dipenuhi.

b. Metode Dayung (Paddle)

(36)

diikat secara vertikal ke suatu motor yang berputar dengan suatu kecepatan yang terkendali. Tablet atau kapsul diletakkan dalam labu pelarutan yang beralas bulat yang juga berfungsi untuk memperkecil turbulensi dari media pelarutan. Alat ditempatkan dalam suatu bak air yang bersuhu konstan, seperti pada metode basket dipertahankan pada 37oC. Posisi dan kesejajaran dayung ditetapkan dalam USP. Metode dayung sangat peka terhadap kemiringan dayung. Pada beberapa produk obat, kesejajaran dayung yang tidak tepat secara drastis dapat mempengaruhi hasil pelarutan. Standar kalibrasi pelarutan yang sama digunakan untuk memeriksa peralatan sebelum uji dilaksanakan.

c. Metode Disintegrasi yang Dimodifikasi

Metode ini dasarnya memakai disintegrasi USP ”basket and rack” dirakit untuk uji pelarutan. Bila alat ini dipakai untuk pelarutan maka cakram dihilangkan. Saringan keranjang juga diubah sehingga selama pelarutan partikel tidak akan jatuh melalui saringan. Metode ini jarang digunakan dan dimasukkan dalam USP untuk suatu formulasi obat lama. Jumlah pengadukan dan getaran membuat metode ini kurang sesuai untuk uji pelarutan yang tepat (Shargel dan Andrew, 1988).

2.7 Stabilitas Disolusi

Stabilitas disolusi dari suatu sediaan obat dapat didefinisikan sebagai pemeliharaan karakteristik disolusi dari sediaan dalam batas-batas tertentu dari waktu pembuatan sampai dalam tanggal kadaluarsa.

(37)

sediaan dan peka terhadap perubahan selama penyimpanan adalah penampilan fisik, pengujian kimia, tingkat produk degradasi, kandungan uap air, waktu desintegrasi, laju disolusi, kekerasan dan friabilitas.

Diharapkan bahwa apabila suatu produk disimpan pada kondisi yang ditentukan pada label, maka profil disolusi awal tidak berubah selama penyimpanan.

Pentingnya stabilitas disolusi dalam pengembangan dan pemeliharaan kualitas produk adalah :

1. Stabilitas disolusi sebagai suatu alat kontrol kualitas.

Pelepasan obat dari sediaan adalah suatu parameter utama dalam menilai kualitas. Oleh karena itu merupakan tanggung jawab etika dan hukum dari pabrik untuk menjamin bahwa produk memenuhi semua spesifikasi-spesifikasi kualitas selama penyimpanan sepanjang disimpan pada kondisi yang ditentukan pada kemasan. Kegagalan untuk memenuhi spesifikasi-spesifikasi disolusi selama penyimpanan merupakan satu alasan untuk menarik kembali produk.

2. Pemenuhan terhadap peraturan perundang-undangan

Jika produk gagal memenuhi spesifikasi yang ditetapkan selama masa penyimpanan maka produk ini menjadi tidak cocok untuk pemakaian dan pemasaran.

3. Pengaruh perubahan disolusi terhadap bioavailabilitas

(38)

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas disolusi dari produk oral padat selama penyimpanan.

1. Faktor-faktor pembuatan

Kondisi pembuatan seperti suhu pengeringan, kondisi penyalutan adalah penting dalam penetapan apakah produk bisa stabil selama penyimpanan dari sudut disolusi. Jika lapisan film penyalut tidak sepenuhnya menyalut sediaan obatnya, maka sifat permeabilitasnya dapat ditingkatkan selama penyimpanan dan laju disolusi akan lebih mudah untuk berubah tergantung pada kondisi lingkungan penyimpanannya.

2. Variabel Formulasi

Hasil dari stabilitas disolusi dari produk oral selama penyimpanan berhubungan langsung terhadap komposisi kualitatif dan kuantitatif dari formulasi. Kelarutan, higroskopisitas dan sifat termal dari bahan aktif dan bahan tambahan termasuk bahan penyalut merupakan parameter kritis yang bermakna mempengaruhi hasil dari stabilitas disolusi. Misalnya selama penyimpanan, pada kelembapan tinggi, bahan aktif dapat larut dan mengkristal kembali dan pada prosesnya merubah sifat pelepasan tablet. Selain itu juga, bergantung pada kondisi penyimpanan, tablet dapat mengabsorbsi atau kehilangan kelembapan dan mengeras, demikian juga perubahan-perubahan sifat desintegrasi dari bentuk sediaan.

3. Kondisi penyimpanan

(39)

yang tinggi. Jika produk disimpan dalam wadah terbuka pada temperatur tinggi ada kecenderungan kelembapan dari sampel hilang ke udara bebas, mengakibatkan perubahan disolusi (Murthy and Sellassie, 1993).

4. Pengemasan

Pengemasan berperan untuk melindungi pindahnya kelembapan dari lingkungan luar terhadap kandungan produk dan melindungi produk dari oksidasi dan cahaya. Hubungan antara kondisi penyimpanan dan variabel pengemasan pada stabilitas disolusi produk dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan pengemasnya mengenai ketahanan terhadap kelembapan. Misalnya sediaan tablet salut enterik yang dibungkus dengan kertas kurang stabil dari sudut pandang sifat-sifat disolusi sedangkan yang disimpan dalam botol kaca tidak mempengaruhi laju disolusi walaupun terpapar suhu 40oC, RH 75% atau 50oC, RH 50% selama 40 hari. Dari penelitian lain juga disebutkan bahwa tablet yang disimpan di foil blister lebih terlindungi, dibandingkan sampel yang dikemas dalam polivinilklorida/polietilen menunjukkan perlambatan laju disolusi. Pada studi mengatakan bahwa ibuprofen dalam kapsul gelatin keras disimpan pada suhu dan kelembapan tinggi dengan atau tanpa cahaya. Ternyata laju disolusi mengalami perlambatan ketika terkena cahaya pada kondisi dipercepat (Dey, 1993).

2.8 Pengukuran Hasil Disolusi Natrium Diklofenak Menggunakan Spektrofotometri UV

(40)

Penetapan kadar Natrium diklofenak bisa dilakukan dengan Spektrofotometri UV, High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC),

Infra-red Spectrum dan Massa Spectrum. Untuk Uji disolusi Diklofenak sodium

menggunakan spekrofotomertri UV dengan panjang gelombang pada suasana asam yaitu 273nm (A11 = 309b) dan suasana basa yaitu 275 (A11 = 351b) (Moffats, 2005)

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat-alat

Alat disolusi metoda dayung, spektrofotometer (Milton Roy Spectronic 1201), neraca analitik (Mettler Toledo), pH meter (Hanna), viscometer Thomas-Stomer, termometer, climatic chamber (Memmeth), anak timbangan 50 g dan 2 kg, jangka sorong (Tricle), micrometer (Delta), stopwatch, kamera digital, alat pencetak kapsul yang terbuat dari batang stainless steel berbentuk silindris dengan panjang 10 cm serta berdiameter 6,0 mm untuk bagian badan cangkang kapsul dan 6,2 mm untuk bagian tutup cangkang kapsul, labu tentukur 1000 ml(Pyrex), labu tentukur 25 ml (Pyrex), beaker glass (Pyrex), pipet volume 5 ml (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), pipet tetes, bola karet, botol dan alat-alat laboratorium yang biasa digunakan.

3.2Bahan – bahan

(42)

3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Pembuatan Pereaksi 3.3.1.1Larutan CaCl2 0,15 M

Kalsium klorida dihidrat (CaCl2· 2H2O) sebanyak 22.05 g dilarutkan dalam

1000 ml aqua bebas CO2 (Ditjen POM, 1995).

3.3.1.2 Larutan HCl 0,1 N

Asam klorida pekat sebanyak 8,35 ml diencerkan dengan aquadest hingga 1000 ml.

3.3.1.3 Larutan Na3PO4 0,2 M

Natrium fosfat dodekahidrat (Na3PO4 12H2O) sebanyak 19,006 g dilarutkan

dalam 250 ml aqua bebas CO2.

3.3.1.4Dapar fosfat pH 6,8

750 ml HCl 0,1 N dicampur dengan 250 ml Na3PO4 0,2 M (3:1), kemudian

disesuaikan pH-nya dengan HCl 2 N atau NaOH 2 N sampai pH 6,8 (USP, 2006). 3.3.1.5Larutan NaOH 0,1 N

Natrium hidroksida sebanyak 4 g dilarutkan dalam aqudest hingga 1000 ml (Ditjen POM, 1995).

3.3.1.6Larutan NaOH 2 N

(43)

3.3.1.7Larutan HCl 2 N

Asam klorida pekat sebanyak 166,7 ml diencerkan dengan aquadest hingga 1000 ml.

3.3.2 Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat 3.3.2.1Pembuatan Larutan Natrium Alginat a. Formula larutan natrium alginat 300-400 cp (4,5%):

Natrium alginat 300 - 400 cp 4,5 g Gliserin 2 g Aquadest ad 100 ml b. Formula larutan natrium alginat 500-600 cp (4%):

Natrium alginat 500 - 600 cp 4 g Gliserin 2 g Aquadest ad 100 ml

(44)

3.3.2.2Pengukuran Viskositas Larutan Natrium Alginat

Viskometer Thomas-Stromer diletakkan ditepi meja yang datar sehingga alat penggerak dengan beban 100 g dapat jatuh tanpa gangguan. Kemudian beaker glass berisi 200 ml larutan natrium alginat diletakkan diatas meja pengukuran dan dinaikkan sampai rotor baling-baling terendam ditengah-tengah sampel dan mencapai tanda pada tangkai rotor. Selanjutnya rem dilepaskan dan diukur waktu yang diperlukan untuk mencapai 100 kali putaran dengan menggunakan stopwatch.

3.3.2.3Pembuatan Badan Cangkang Kapsul Alginat

Alat pencetak kapsul dibuat dari bahan stainless steel dengan panjang 10 cm diameter 6,0 mm dicelupkan ke dalam larutan natrium alginat sedalam 3 cm, kemudian batang stainless steel yang ujungnya telah dilapisi larutan natrium alginat tersebut direndam dalam larutan kalsium klorida 0,15 M selama 75 menit dan diaduk dengan bantuan pengaduk magnet. Setelah itu cangkang kapsul yang telah mengeras direndam dalam aquadest selama 24 jam untuk menghilangkan kalsium yang menempel pada cangkang kapsul dan selanjutnya dikeringkan. 3.3.2.4Pembuatan Tutup Cangkang Kapsul Alginat

(45)

telah mengeras direndam dalam aquadest selama 24 jam untuk menghilangkan kalsium yang menempel pada cangkang kapsul dan selanjutnya dikeringkan. 3.3.2.5Pengeringan Cangkang Kapsul Alginat

Pengeringan cangkang kapsul dilakukan dengan cara memasukkan di lemari pengering selama 1 hari dimana cangkang kapsul alginat basah tetap berada pada alat pencetak kapsul yang sebelumnya telah dilapisi dengan plastik. Sesudah kering, kapsul ditarik dari alat pencetak dan digabungkan badan dan tutup kapsul kemudian disimpan dalam botol plastik.

3.3.2.6 Penentuan Spesifikasi Cangkang Kapsul

3.3.2.6.1 Pengukuran Panjang dan Diameter Cangkang Kapsul

Panjang dan diameter cangkang kapsul diukur menggunakan jangka sorong.

3.3.2.6.2 Pengukuran Ketebalan Cangkang Kapsul

Ketebalan cangkang kapsul diukur menggunakan mikrometer. Pengukuran dilakukan 5 kali untuk masing-masing sampel, satu kali di pusat dan 4 kali di bagian perifer, kemudian di rata-ratakan.

3.3.2.6.3 Penimbangan Berat Cangkang Kapsul

Berat cangkang kapsul ditimbang menggunakan neraca analitik. 3.3.2.6.4 Pengamatan Warna Cangkang Kapsul

Warna cangkang kapsul diamati secara visual 3.3.2.6.5 Pengukuran Volume Cangkang Kapsul

(46)

3.3.2.7 Pengisian Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat

Sebanyak 25 mg serbuk Natrium diklofenak ditimbang dengan tepat menggunakan neraca listrik, kemudian dicampur homogen dengan 35 mg laktosa, lalu diisikan ke dalam bagian badan cangkang kapsul alginat melalui bagian ujung yang terbuka lalu ditutup dengan bagian tutup cangkang kapsul dengan mendorong ke bagian badan cangkang kapsul yang terbuka sehingga bagian tutup kapsul dengan bagian badan kapsul menyatu dengan baik. Kemudian diberi perekat larutan natrium alginat pada kapsul (Aruan, 2008).

3.4 Penyimpanan Cangkang Kapsul Alginat Yang Berisi Natrium Diklofenak

3.4.1 Penyimpanan pada Suhu Kamar (280C, RH 70 %).

Cangkang kapsul dan kapsul berisi Natrium diklofenak disimpan dalam botol plastik pada suhu kamar. Setelah penyimpanan 3 bulan cangkang kapsul dikeluarkan dan dilakukan pengujian stabilitas terhadap cangkang kapsul, meliputi pengamatan warna, uji disolusi dan uji kerapuhan.

3.4.2 Penyimpanan pada Suhu 400C, RH 75%.

(47)

3.5 Pengujian Stabilitas

3.5.1 Pengujian Pengamatan Warna

Pengujian Pengamatan warna dilakukan secara visual, yaitu dengan melihat perubahan warna pada obat dan cangkang kapsul alginat yang terjadi setelah penyimpanan pada akhir periode (3 bulan).

3.5.2 Uji Kerapuhan

3.5.2.1 Cangkang Kapsul Kosong

Cangkang kapsul kosong diletakkan dalam kotak akrilik, kemudian dijatuhkan beban seberat 50 g dari ketinggian 10 cm. Diamati kerapuhan cangkang kapsul. Uji ini dilakukan terhadap 6 cangkang kapsul.

3.5.2.2 Cangkang Kapsul Berisi (Uji Ketahanan terhadap Tekanan)

Cangkang kapsul yang berisi Natrium diklofenak dan laktosa diletakkan dalam kotak akrilik, kemudian ditekan dengan anak timbangan seberat 2 kg. Diamati kerapuhan cangkang kapsul. Uji ini dilakukan terhadap 6 cangkang kapsul.

3.5.3 Pengukuran Hasil Disolusi

3.5.3.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Natrium Diklofenak

(48)

3.5.3.2 Pembuatan Kurva Serapan Larutan Natrium Diklofenak Dalam Medium Cairan Lambung Buatan (pH 1,2)

Larutan Induk Baku Natrium diklofenak (3.5.3.1) dipipet 0,7 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, kemudian dicukupkan dengan medium pH 1,2 sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Konsentrasi natrium diklofenak adalah 14 mcg/ml. Serapan diukur dengan spektrofotometer UV panjang gelombang 250-300 nm.

3.5.5.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Natrium Diklofenak Dalam Medium Cairan Lambung Buatan (pH 1,2)

Larutan Induk Baku Natrium diklofenak (3.5.3.1) dibuat berbagai konsentrasi yaitu 1; 2; 4; 6; 8; 10; 12; 14; 16; 18; 20 mcg/ml dengan cara memipet larutan induk baku masing – masing 0,05; 1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; 1,0 ml ke dalam labu tentukur 25 ml, kemudian dicukupkan dengan medium pH 1,2 sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Serapan diukur dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan sebelumnya.

3.5.3.4 Pembuatan Kurva Serapan Larutan Natrium Diklofenak Dalam Medium Cairan Usus Buatan (pH 6,8)

(49)

3.5.3.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Natrium Diklofenak Dalam Medium Cairan Usus Buatan (pH 6,8)

Larutan Induk Baku Natrium diklofenak (3.5.3.1) dibuat berbagai konsentrasi yaitu 1; 2; 4; 6; 8; 10; 15; 20; 25; 30 mcg/ml dengan cara memipet larutan induk baku masing – masing 0,05; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,75; 1,0; 1,25; 1,5 ml ke dalam labu tentukur 25 ml, kemudian dicukupkan dengan medium pH 6,8 sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Serapan diukur dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan sebelumnya.

3.5.3.6 Uji Disolusi

Medium disolusi Natrium diklofenak dalam kapsul alginat, Medium pH berganti, yaitu :

1. Medium pH 1,2 selama 2 jam 2. Medium pH 6,8 selama 4,5 jam Kecepatan pengadukan : 50 rpm Volume medium : 900 ml Suhu medium : 37 ± 0,5oC

Metoda : Dayung

(50)

3.5.3.6.1 Prosedur Uji Disolusi

Ke dalam wadah disolusi dimasukkan 900 ml medium lambung pH 1,2 kemudian diatur suhu 37 ± 0,5oC dan kecepatan pengadukannya 50 rpm. Pada kapsul alginat yang ingin di disolusi berikan pemberat berbentuk ring kemudian masukan ke dalam medium. Pada saat kapsul jatuh ke dasar wadah medium, baru tekan tombol putar bersamaan dengan menghidupkan stopwach. Disolusi medium lambung pH 1,2 dilakukan selama 2 jam, setelah itu medium diganti dengan medium pH 6,8 selama 4,5 jam. Pada interval waktu tertentu diambil aliquot sebanyak 5 ml. Pengambilan dilakukan pada tempat yang sama yaitu pertengahan antara permukaan medium disolusi dan bagian atas dari dayung tidak kurang 1 cm dari dinding wadah (DitJen POM, 1995). Aliquot kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan ditambahkan medium sampai garis tanda. Untuk menjaga volume medium disolusi tetap konstan maka jumlah larutan yang diambil diganti dengan jumlah yang sama dari larutan medium. Ukur konsentrasi obat dengan Spektofotometri UV dengan panjang gelombang maksimum pada masing-masing

(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat 4.1.1 Viskositas Larutan Natrium Alginat

Viskositas larutan natrium alginat diukur dengan menggunakan viskometer Thomas-Stromer. Dari hasil pengukuran viskositas larutan alginat 300-400 cp diperoleh viskositas sebesar 8738 cp dan viskositas larutan natrium alginat 500-600 cp diperoleh viskositas sebesar 19933 cp. Viskositas dihitung berdasarkan kurva kalibrasi khas yang dapat menyajikan suatu konversi satuan kecepatan dan berat alat penggerak menjadi viskositas dalam sentipois.

4.1.2 Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat

(52)
[image:52.596.102.513.170.332.2] [image:52.596.99.512.390.497.2] [image:52.596.112.436.538.670.2]

Cangkang kapsul alginat yang dibuat merupakan cangkang kapsul dengan ukuran no 1 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1.2.1 Spesifikasi cangkang kapsul alginat

No Spesifikasi Tutup cangkang Badan cangkang Cangkang kapsul keseluruhan

1 Panjang (mm) 10,0 16,1 19,30

2 Diameter (mm) 6,70 6,30 -

3 Berat (mg) - - 57

4 Warna Transparan transparan transparan

5 Volume (ml) - 0,39 -

Tabel 4.1.2.2 Spesifikasi cangkang kapsul ukuran no 1 menurut Pfizer Inc. Capsugel Division

Ukuran kapsul

Tutup Kapsul Badan Kapsul Panjang Cangkang Kapsul Keseluruhan (mm) Panjang (mm) Diameter (mm) Panjang (mm) Diameter (mm)

1 9,78 6,91 16,61 6,63 19,40

Toleransi ± 0,46 ± 0,46 ± 0,46 ± 0,46 ± 0,30

Tabel 4.1.2.3 Ketebalan cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp

No Kapsul alginat Tebal Cangkang Kapsul Rata-Rata (mm)

300-400 cp

1. Badan 0,62

2. Tutup 0,69

500-600 cp

1. Badan 0,76

2. Tutup 0,71

(53)

kapsul alginat 500-600 cp. Hal ini disebabkan karena pengaruh nilai viskositas larutan alginat 500-600 cp lebih besar dari viskositas alginat 300-400 cp.

4.2 Pengujian Stabilitas

4.2.1 Pengujian Pengamatan Warna

4.2.1.1 Pengamatan Warna Terhadap Cangkang Kapsul Alginat

Dari hasil pengamatan pada (Tabel 4.2.1.1.1) terlihat bahwa cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp pada penyimpanan suhu kamar setelah 3 bulan tidak mengalami perubahan warna, sama seperti kondisi sebelum penyimpanan. Pada penyimpanan suhu 400C, RH 75% selama 3 bulan cangkang kapsul alginat sedikit mengalami perubahan warna dari putih transparan menjadi putih sedikit kecoklatan. Fenomena yang sama juga dilaporkan oleh Hendra (2010). Pada kondisi dan alat penyimpanan yang sama dengan waktu penyimpanan yang juga sama, ternyata kapsul alginat mengalami perubahan warna dari putih transparan menjadi putih sedikit kecoklatan. Selanjutnya Hendra (2010), menyatakan bahwa perubahan warna ini karena reaksi pengcoklatan non-enzimatik yang dominan pada suhu yang lebih tinggi.

Tabel 4.2.1.1.1 Sifat fisik cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp

No Viskositas kapsul

Sebelum penyimpanan

(54)

4.2.1.2 Pengamatan Warna Terhadap Bahan Obat Dalam Cangkang Kapsul Alginat

Pemerian Natrium diklofenak : serbuk hablur, berwarna putih, tidak berasa (USP 30 NF 25, 2007).

Pada pengamatan ini dilakukan secara visual. Dari (Gambar 4.2.1.2.1) tidak menunjukkan perubahan warna baik sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar dan suhu 400C, RH 75%. Dapat disimpulkan bahwa penyimpanan selama 3 bulan tidak mempengaruhi stabilitas fisik dari warna Natrium diklofenak.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 4.2.1.2.1 Cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp. Keterangan :

a. Sebelum penyimpanan kapsul alginat 300-400 cp.

b. Setelah penyimpanan 3 bulan suhu kamar kapsul alginat 300-400 cp. c. Setelah penyimpanan 3 bulan suhu 400C kapsul alginat 300-400 cp. d.Sebelum penyimpanan kapsul alginat 500-600 cp.

(55)

4.2.2 Uji Kerapuhan

Untuk uji kerapuhan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu cangkang kapsul kosong dan cangkang kapsul yang berisi bahan obat dimana masing-masing kelompok terdiri dari 6 cangkang kapsul. Cangkang kapsul tersebut disimpan pada suhu kamar dan suhu 400C, RH 75% selama 3 bulan.

4.2.2.1 Cangkang Kapsul Kosong

Untuk uji kerapuhan ini, pada cangkang kapsul kosong dijatuhkan beban 50 g dari ketinggian 10 cm dimana beban 50 g ini diibaratkan sebagai tekanan yang terjadi saat membuka kemasan kapsul. Kapsul dikatakan rapuh apabila setelah dijatuhkan beban, cangkang kapsul retak atau pecah (Nagata, 2002). Kapsul akan rapuh jika kadar uap air yang dikandungnya sedikit. Sebaliknya jika kadar uap airnya terlalu banyak, kapsul cenderung akan melunak.

(56)

(a) (b)

Gambar 4.2.2.1.1 Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong penyimpanan pada suhu kamar setelah 3 bulan

Keterangan:

(a) Sebelum uji kerapuhan (b) Sesudah uji kerapuhan

(a) (b)

Gambar 4.2.2.1.2 Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong penyimpanan pada suhu 400C, RH 75% setelah 3 bulan

Keterangan:

(a) Sebelum uji kerapuhan (b) Sesudah uji kerapuhan

(57)

4.2.2.2 Cangkang Kapsul Berisi (Uji Ketahanan Terhadap Tekanan)

Pada uji ini, cangkang kapsul yang telah diisi dengan Natrium diklofenak dan laktosa ditekan dengan beban 2 kg. Beban 2 kg diibaratkan sebagai tekanan yang mungkin terjadi selama proses pengisian sampai dengan pengemasan kapsul. Dalam sekali produksi, dapat dihasilkan beribu-ribu kapsul dimana kapsul yang telah diisi dapat tertekan oleh kapsul lainnya sebelum pengemasan. Akibatnya jika kapsul rapuh, maka isi kapsul dapat keluar (Nagata, 2002).

Dari (Gambar 4.2.2.2.1) dan (Gambar 4.2.2.2.2) terlihat masing-masing 6 cangkang kapsul yang diuji pada penyimpanan pada suhu kamar dan suhu 400C, RH 75% setelah 3 bulan, tidak terdapat cangkang kapsul yang menunjukkan kerapuhan yang berarti akan tetapi terlihat pipih. Dapat dilihat pada gambar berikut :

(a) (b)

Gambar 4.2.2.2.1 Uji kerapuhan cangkang kapsul berisi penyimpanan pada suhu kamar setelah 3 bulan

Keterangan:

(58)

(a) (b)

Gambar 4.2.2.2.2 Uji kerapuhan cangkang kapsul berisi penyimpanan pada suhu 400C, RH 75% setelah 3 bulan

Keterangan:

(a) Sebelum uji kerapuhan (b) Sesudah uji kerapuhan

4.2.3 Pengukuran Laju Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat 4.2.3.1 Berdasarkan Penyimpanan

Natrium diklofenak dalam kapsul alginat disimpan pada suhu kamar dan suhu 400C, RH 75%. Pengukuran laju disolusi Natrium diklofenak dalam kapsul alginat sebelum dan setelah penyimpanan suhu kamar dan suhu 400C, RH 75% setelah 3 bulan dilakukan dengan medium pH berganti yaitu medium lambung buatan (pH 1,2) selama 2 jam (120 menit) kemudian diganti dengan medium usus buatan (pH 6,8) selama 4,5 jam (390 menit).

(59)
[image:59.596.131.485.85.271.2]

Gambar 4.2.3.1.1.1 Pelepasan Natrium diklofenak dalam kapsul alginat 300-400 cp sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar

Pelepasan Natrium diklofenak dari kapsul alginat 300-400 cp sebelum penyimpanan dalam medium lambung buatan (pH 1,2) yaitu pada menit ke-5 terlepas sebanyak 1,490% dan setelah 120 menit mencapai 8,085%. Selanjutnya dilakukan penggantian medium usus buatan (pH 6,8) maka pelepasan Natrium diklofenak secara perlahan terus meningkat hingga mencapai konsentrasi tertinggi pada menit ke-270 sebanyak 106,254%. Dari hasil pengamatan terlihat cangkang kapsul mulai pecah pada medium usus buatan (pH 6,8) yaitu pada menit ke-130 dan habis pada menit ke-270.

(60)

cangkang kapsul mulai pecah pada medium usus buatan (pH 6,8) yaitu pada menit ke-130 dan habis pada menit ke-270.

Pada hasil uji statistik dengan metode Independent t-test terhadap % kumulatif Natrium diklofenak versus waktu dari kapsul alginat 300-400 cp sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar dalam medium pH berganti dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) menunjukkan p > 0,05 dimana tidak ada perbedaan pelepasan sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar.

4.2.3.1.2 Laju Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat 300-400 cp Sebelum dan Setelah Penyimpanan 3 Bulan pada Suhu 400C,RH 75%

(61)
[image:61.596.128.482.85.266.2]

Gambar 4.2.3.1.2.1 Pelepasan Natrium diklofenak dalam kapsul alginat 300-400 cp sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan suhu 400C, RH 75%.

Pelepasan Natrium diklofenak dalam kapsul alginat 300-400 cp sebelum penyimpanan dalam medium lambung buatan (pH 1,2) yaitu dari menit ke-5 terlepas sebanyak 1,490% dan setelah 120 menit mencapai 8,085%. Selanjutnya dilakukan penggantian medium usus buatan (pH 6,8) maka pelepasan Natrium diklofenak secara perlahan terus meningkat hingga mencapai konsentrasi tertinggi pada menit ke-270 sebanyak 106,254%. Dari hasil pengamatan terlihat cangkang kapsul mulai pecah pada medium usus buatan (pH 6,8) yaitu pada menit ke-130 dan habis pada menit ke-270.

(62)

Pada hasil uji statistik dengan metode Independent t-test terhadap % kumulatif Natrium diklofenak versus waktu dari kapsul alginat 300-400 cp sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 400C, RH 75% dalam medium pH berganti dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) menunjukkan p < 0,05 dimana terdapat perbedaan pelepasan sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan suhu 400C, RH 75%.

4.2.3.1.3 Laju Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat 500-600 cp Sebelum dan Setelah Penyimpanan 3 Bulan pada Suhu Kamar

[image:62.596.129.479.434.613.2]

Pada (Gambar 4.2.3.1.3.1) terlihat sedikit penurunan pelepasan Natrium diklofenak dari kapsul alginat 500-600 cp sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar. Laju disolusi Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp pada penyimpanan suhu kamar lebih lambat dari pada sebelum penyimpanan.

Gambar 4.2.3.1.3.1Pelepasan Natrium diklofenak dalam kapsul alginat 500-600 cp sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar

(63)

medium usus buatan (pH 6,8) dimana pada menit ke-135 mulai terlepas sebanyak 13,879% kemudian secara perlahan obat yang terlepas meningkat hingga mencapai konsentrasi tertinggi pada menit ke-360 sebanyak 95,892%. Dari hasil pengamatan terlihat cangkang kapsul mulai pecah pada medium usus buatan (pH 6,8) yaitu pada menit ke-135 dan habis pada menit ke-360.

Pelepasan Natrium diklofenak dalam kapsul alginat 500-600 cp pada suhu kamar setelah penyimpanan 3 bulan dalam medium lambung buatan (pH 1,2) tidak terjadi pelepasan Natrium diklofenak dari kapsul alginat. Selanjutnya dilakukan penggantian medium usus buatan (pH 6,8) dimana pada menit ke-135 mulai terlepas sebanyak 11,405% kemudian secara perlahan obat yang terlepas meningkat hingga mencapai konsentrasi tertinggi pada menit ke-360 sebanyak 95,758%. Dari hasil pengamatan terlihat cangkang kapsul mulai pecah pada medium usus buatan (pH 6,8) yaitu pada menit 135 dan habis pada menit ke-360.

Pada hasil uji statistik dengan metode Independent t-test terhadap % kumulatif Natrium diklofenak versus waktu dari kapsul alginat 500-600 cp sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar dalam medium pH berganti dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05,) menunjukkkan p > 0,05 dimana tidak ada perbedaan pelepasan antara sebelum dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu kamar.

(64)
[image:64.596.127.482.256.440.2]

penyimpanan 3 bulan suhu 400C, RH 75%. Laju disolusi Natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp pada penyimpanan suhu 400C, RH 75% lebih lambat dari pada sebelum penyimpanan. Suatu studi terhadap Ibuprofen dalam kapsul gelatin keras disimpan pada suhu dan kelembapan tinggi dengan atau tanpa cahaya. Ternyata laju disolusi mengalami perlambatan ketika terkena cahaya pada kondisi dipercepat (Dey, 1993).

Gambar 4.2.3.1.4.1 Pelepasan Natrium diklofenak dalam kapsul alginat 500-600 cp sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan suhu 400C, RH 75%.

(65)

Pelepasan Natrium diklofenak dalam kapsul alginat 500-600 cp pada suhu 400C, RH 75% setelah penyimpanan 3 bulan dalam medium lambung buatan (pH 1,2) tidak terjadi pelepasan Natrium diklofenak dari kapsul alginat. Selanjutnya dilakukan penggantian medium usus buatan (pH 6,8) dimana pada menit ke-135 mulai terlepas sebanyak 0,598% kemudian secara perlahan konsentrasi obat yang terlepas meningkat hingga mencapai konsentrasi tertinggi pada menit ke-390 sebanyak 92,038%. Dari hasil pengamatan terlihat cangkang kapsul mulai pecah pada medium usus buatan (pH 6,8) yaitu pada menit ke-135 dan habis pada menit ke-360.

Dalam pengujian ini diketahui bahwa tidak pecahnya kapsul kalsium alginat dalam medium lambung buatan (pH 1,2) namun segera pecah dalam medium usus buatan (pH 6,8), hal tersebut disebabkan karena terjadinya pelepasan kal

Gambar

Gambar
Gambar 2.3.1  Struktur G: α- L asam guluronat dan M: β- D asam mannuronat
Gambar 2.3.2 Struktur Alginat
Tabel 4.1.2.1 Spesifikasi cangkang kapsul alginat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cangkang kapsul alginat dapat digunakan sebagai sediaan floating dari dispersi padat yang bertahan dilambung karena cangkang kapsul alginat memiliki kemampuan untuk

pada suhu 25ºC dengan kelembaban relatif (RH) 30, 45, 50, 60, 75, dan 90% selama 3 hari supaya cangkang kapsul dapat menyerap atau melepaskan uap air, kemudian cangkang kapsul

Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, maka peneliti tertarik untuk membuat sediaan floating dengan menggunakan kapsul yang dibuat dari natrium alginat dengan penambahan

Gambar sediaan dispersi padat sebelum dan setelah pengayakan .... Gambar cangkang kapsul alginat 80-120

Data pelepasan amoksisilin dari cangkang kapsul alginat 80-120 cP dalam medium lambung buatan pH 1,2.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa cangkang kapsul alginat 80-120 cP lebih sesuai untuk digunakan dalam pembuatan sediaan lepas tunda dari indometasin..

Pengamatan sifat fisik cangkang kapsul dilakukan dengan menyimpan cangkang kapsul dalam climatic chamber pada suhu 25ºC dengan kelembaban relatif (RH) 30, 45, 50, 60, 75, dan 90%

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyimpanan selama 3 bulan dan perbedaan viskosits alginat berpengaruh terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat. Kata kunci