• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Stabilitas Natrium Diklofenak dalam Cangkang Kapsul Alginat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengujian Stabilitas Natrium Diklofenak dalam Cangkang Kapsul Alginat"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN STABILITAS NATRIUM DIKLOFENAK

DALAM CANGKANG KAPSUL ALGINAT

SKRIPSI

OLEH: SYLVIA HALIM

NIM 071501037

FAKULTAS FARMASI

(2)

PENGUJIAN STABILITAS NATRIUM DIKLOFENAK

DALAM CANGKANG KAPSUL ALGINAT

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH: SYLVIA HALIM

NIM 071501037

FAKULTAS FARMASI

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGUJIAN STABILITAS NATRIUM DIKLOFENAK

DALAM CANGKANG KAPSUL ALGINAT

OLEH: SYLVIA HALIM

NIM 071501037

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada tanggal : Desember 2011

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. Prof. Dr. Karsono, Apt.

NIP 195306251986012001 NIP 195409091982011001

Pembimbing II, Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt.

NIP 195306251986012001 .

Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt. Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt.

NIP 19520117198031002 NIP 195504241983031003

Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Apt. NIP 195503121983032001

Medan, Desember 2011 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengujian Stabilitas Natrium Diklofenak dalam Cangkang Kapsul Alginat”.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi yang telah memberikan izin fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

2. Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. dan Bapak Prof. Dr. Hakim

Bangun, Apt., yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt., Bapak Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt. dan Ibu Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Apt., selaku penguji yang telah memberi kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Drs. David Sinurat, M.Si., Apt., selaku Kepala Laboratorium

Farmasi Fisik Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian.

5. Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., selaku Kepala Laboratorium Formulasi Sediaan Solid Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian.

6. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, S.U., Apt., selaku

(5)

yang telah memberikan fasilitas kepada penulis selama pelaksanaan penelitian.

7. Ayah Hadi dan Ibu Veronica yang telah memberikan cinta dan kasih

sayang yang tidak ternilai dengan apapun, doa yang tulus serta pengorbanan baik materi maupun non-materi.

8. Saudara Handi Hendra serta seluruh teman-teman Farmasi USU stambuk

2007 yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, atas segala dorongan motivasi dan bantuannya kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2011 Penulis,

(6)

Pengujian Stabilitas Natrium Diklofenak dalam Cangkang Kapsul Alginat

ABSTRAK

Natrium diklofenak, suatu Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS), memiliki efek samping dapat mengiritasi lambung dan penggunaan cangkang kapsul alginat dalam pembuatan suatu sediaan kapsul natrium diklofenak dapat mengurangi efek samping dari natrium diklofenak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyimpanan dan penambahan bahan pemburam, titanium dioksida, pada cangkang kapsul terhadap stabilitas natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat.

Cangkang kapsul alginat dibuat dari natrium alginat 80-120cP dengan penambahan bahan pemburam titanium dioksida. Pengujiaan stabilitas fisik cangkang kapsul alginat meliputi pengamatan warna, uji waktu hancur, dan uji kerapuhan, sedangkan pengujian stabilitas fisik dan kimia cangkang kapsul alginat yang diisi natrium diklofenak meliputi pengamatan warna bahan obat, uji kerapuhan cangkang kapsul, penetapan kadar dan laju disolusi. Pengamatan warna dilakukan secara visual, uji waktu hancur menggunakan disintegration tester, kerapuhan kapsul diuji dengan capsule shell impact tester, kadar diukur secara spektrofotometri dan disolusi dilakukan dengan alat disolusi metode dayung dalam medium pH berganti. Penyimpanan dilakukan pada suhu 30°C dengan RH 70% dan suhu 40°C dengan RH 75% selama 3 bulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terlihat adanya perubahan warna obat dan cangkang kapsul tidak menunjukan adanya kerapuhan setelah penyimpanan cangkang kapsul alginat yang berisi natrium diklofenak pada suhu 30°C dengan RH 70% selama 3 bulan demikian juga pada suhu 40°C dengan RH 75%. Kadar natrium diklofenak setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 30°C dengan RH 70% masih memenuhi persyaratan demikian pula pada penyimpanan suhu 40°C dengan RH 75% selama 3 bulan. Penyimpanan pada suhu 30°C dengan RH 70% dan suhu 40°C dengan RH 75% selama 3 bulan tidak berpengaruh terhadap laju disolusi. Penambahan pemburam titanium dioksida juga memperlambat laju disolusi dari natrium diklofenak dalam cangkang kapsul alginat.

(7)

Study of the Stability of Diclofenac Sodium in Alginate Capsule Shell

ABSTRACT

Diclofenac sodium, a Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAID), had adverse effect that could irritate stomach and the use of alginate capsule shell in a dosage form of diclofenac sodium capsule could reduce this adverse effect of diclofenac sodium.

The aim of this study is to know the effect of the storage and addition of opaque agent, titanium dioxide, to the stability of diclofenac sodium in alginate capsule shell.

Alginate capsule shell was made from sodium alginate 80 – 120 cP with the addition of opaque agent, titanium dioxide. The stability test of alginate capsule shell included observation of color, disintegration time, and brittleness, while the physical and chemical stability test of diclofenac sodium in capsule shell including observation of drug’s color, capsule shell’s brittleness, assay and dissolution. Color observation was made visually, disintegration time test was disintegration tester, brittleness test was using capsule shell impact tester, assay done by spectrophotometry and dissolution test was done by paddle method dissolution tester in changing pH. The storage was at temperature of 30°C with RH 70% and 40°C with RH 75% for 3 months.

The results showed that there was no visible color change in the drug and no presence of the capsule shell brittleness after storage of alginate capsule shell containing diclofenac sodium at a temperature of 30°C with RH 70%for 3 months as well at 40°C with 75% RH. Diclofenac sodium content after storage for 3 months at 30°C with 70% RH still qualified as well as after the storage at temperature of 40°C with 75% RH for 3 months. The storage at 30°C with 70% RH and 40°C with 75% RH for 3 months had no effect on dissolution rate. The addition of opaque agent, titanium dioxide, also slowed dissolution rate of diclofenac sodium in the alginate capsule shell.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... 1

HALAMAN PENGESAHAN ... 3

KATA PENGANTAR ... 4

ABSTRAK ... 6

ABSTRACT ... 7

DAFTAR ISI ... 8

DAFTAR TABEL ... 13

DAFTAR GAMBAR ... 14

DAFTAR LAMPIRAN ... 15

BAB I PENDAHULUAN ... 16

1.1 Latar Belakang ... 16

1.2 Kerangka Pikir Penelitian ... 19

1.3 Perumusan Masalah ... 19

1.4 Hipotesis Penelitian ... 20

1.5 Tujuan Penelitian ... 20

1.6 Manfaat Penelitian ... 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 22

2.1 Natrium Diklofenak ... 22

2.1.1 Uraian Bahan ... 22

2.1.2 Farmakologi Natrium Diklofenak ... 23

2.2 Kapsul ... 23

(9)

2.4 Titanium Dioksida ... 25

2.5 Natrium Alginat ... 25

2.6 Viskositas ... 27

2.7 Stabilitas ... 27

2.8 Waktu Hancur ... 28

2.9 Kerapuhan ... 28

2.10 Disolusi ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Alat-alat ... 33

3.2 Bahan-bahan ... 33

3.3 Prosedur Penelitian ... 34

3.3.1 Pembuatan Pereaksi ... 34

3.3.1.1 Larutan CaCl2 3.3.1.2 Larutan HCl 0,1 N ... 34

0,15 M ... 34

3.3.1.3 Larutan Na3PO4 3.3.1.4 Dapar fosfat pH 6,8 ... 34

0,2 M ... 34

3.3.1.5 Larutan NaOH 0,1 N ... 34

3.3.1.6 Larutan NaOH 5 N ... 34

3.3.2 Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat ... 35

3.3.2.1 Pembuatan Larutan Natrium Alginat ... 35

3.3.2.2 Pengukuran Viskositas Larutan Natrium Alginat ... 36

3.3.2.3 Pembuatan Badan Cangkang Kapsul Alginat .. 37

3.3.2.4 Pembuatan Tutup Cangkang Kapsul Alginat ... 37

(10)

3.3.3 Pembuatan Kurva Serapan dan Kurva Kalibrasi Natrium

Diklofenak ... 38

3.3.3.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Natrium Diklofenak ... 38

3.3.3.2 Pembuatan Kurva Serapan Larutan Natrium Diklofenak dalam Medium Cairan Lambung Buatan (pH 1,2) ... 38

3.3.3.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Natrium Diklofenak dalam Medium Cairan Lambung Buatan (pH 1,2) ... 38

3.3.3.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Natrium Diklofenak dalam Medium Cairan Usus Buatan (pH 6,8) ... 39

3.3.3.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Natrium Diklofenak dalam Medium Cairan Usus Buatan (pH 6,8) ... 39

3.3.4 Pengisian Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat . 39 3.3.5 Penyimpanan ... 40

3.3.5.1 Penyimpanan pada Suhu 30°C; RH 70% ... 40

3.3.5.2 Penyimpanan pada Suhu 40°C; RH 75% ... 40

3.3.6 Pengujian ... 40

3.3.6.1 Penentuan Spesifikasi Cangkang Kapsul ... 40

3.3.6.1.1 Pengukuran Panjang dan Diameter Cangkang Kapsul ... 40

3.3.6.1.2 Penimbangan Berat Cangkang Kapsul ... 40

3.3.6.1.3 Pengukuran Ketebalan Cangkang Kapsul ... 41

3.3.6.1.4 Pengamatan Warna Cangkang Kapsul ... 41

(11)

3.3.6.2 Pengujian Pengamatan Warna ... 41

3.3.6.3 Uji Waktu Hancur (Disintegrasi) ... 41

3.3.6.4 Uji Kerapuhan ... 42

3.3.6.4.1 Cangkang Kapsul Kosong ... 42

3.3.6.1.2 Cangkang Kapsul Berisi (Uji Ketahanan terhadap Tekanan) ... 42

3.3.6.5 Penentuan Kadar Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat ... 42

3.3.6.6 Uji Disolusi ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Viskositas Larutan Natrium Alginat ... 45

4.2 Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat ... 45

4.3 Sifat Fisik Cangkang Kapsul dan Bahan Obat ... 47

4.3.1 Sifat Fisik Cangkang Kapsul ... 47

4.3.2 Sifat Fisik Bahan Obat dalam Cangkang Kapsul Alginat ... 48

4.4 Uji Waktu Hancur (Disintegrasi) ... 48

4.5 Penentuan Kadar Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat. 54 4.6 Uji Kerapuhan ... 55

4.6.1 Cangkang Kapsul Kosong ... 56

4.6.2 Cangkang Kapsul Berisi (Uji Ketahanan Terhadap Tekanan) ... 57

4.7 Profil Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat 80 – 120 cP ... 58

4.7.1 Pengaruh Penyimpanan ... 58 4.7.1.1 Laju Disolusi Natrium Diklofenak dalam

(12)

4.7.1.2 Laju Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat Sebelum Penyimpanan dan Sesudah Penyimpanan 3 Bulan pada Suhu

40°C; RH 75% ... 61

4.7.2 Pengaruh Penambahan TiO2 Natrium Diklofenak dalam Cangkang Kapsul terhadap Pelepasan Alginat ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Spesifikasi cangkang kapsul alginat 80 – 120 cP yang mengandung

TiO2

4.2 Spesifikasi cangkang kapsul alginat 80 – 120 cP yang tidak

... 46

mengandung TiO2 4.3 Spesifikasi cangkang kapsul menurut Pfizer Inc. Capsugel ... 46

Division ... 46

4.4 Ketebalan cangkang kapsul alginat 80 – 120 cP... 47

4.5 Sifat fisik cangkang kapsul alginat 80 – 120 cP ... 47

4.6 Persen pengembangan kapsul rata – rata dan waktu hancur rata – rata kapsul alginat 80 – 120 cP yang mengandung TiO2 4.7 Persen pengembangan kapsul rata – rata dan waktu hancur rata – ... 53

rata kapsul alginat 80 – 120 cP ... 54

4.8 Kadar Natrium diklofenak dalam cangkang kapsul alginat ... 55

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka pikir penelitian ... 19

4.1 Cangkang kapsul alginat 80 – 120 cP sebelum dan sesudah

penyimpanan ... 47

4.2 Serbuk natrium diklofenak sebelum dan sesudah penyimpanan . 48

4.3 Uji waktu hancur kapsul mula – mula yang mengandung TiO2

4.4 Uji waktu hancur kapsul yang mengandung TiO

.. 49

2

penyimpanan selama 3 bulan suhu 30°C; RH 70% ... 51 setelah

4.5 Uji waktu hancur kapsul yang mengandung TiO2

penyimpanan selama 3 bulan suhu 40°C; RH 70% ... 52 setelah

4.6 Uji waktu hancur kapsul alginat yang tidak mengandung TiO2

4.7 Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong mula - mula ... 56 .. 54

4.8 Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong penyimpanan pada suhu

30°C; RH 70% ... 56

4.9 Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong penyimpanan pada suhu

40°C; RH 75% ... 57

4.10 Uji kerapuhan cangkang kapsul mula – mula berisi ... 57

4.11 Uji kerapuhan cangkang kapsul berisi penyimpanan pada suhu

30°C; RH 70% ... 58

4.12 Uji kerapuhan cangkang kapsul berisi penyimpanan pada suhu

40°C; RH 75% ... 58

4.13 Pelepasan Natrium diklofenak dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada

suhu 30°C; RH 70% ... 59

4.14 Pelepasan Natrium diklofenak dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada

suhu 40°C; RH 75% ... 61

4.15 Pengaruh penambahan TiO2

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Pengukuran Viskositas Larutan Alginat ... 72

2 Penentuan spesifikasi cangkang kapsul alginat 80 – 120 cP ... 74

3 Data uji waktu hancur kapsul alginat 80 – 120 cP ... 79

4 Uji Independent T-Test waktu hancur Natrium diklofenak dalam

cangkang kapsul alginat 80 – 120 cP dengan dan tanpa TiO2

5 Uji Independent T-Test waktu hancur Natrium diklofenak dalam

... 82

cangkang kapsul alginat 80 – 120 cP sebelum dan setelah

penyimpanan pada suhu 30°C; RH 70% ... 84

6 Uji Independent T-Test waktu hancur Natrium diklofenak dalam

cangkang kapsul alginat 80 – 120 cP sebelum dan setelah

penyimpanan pada suhu 40°C; RH 75% ... 86

7 Hasil pengukuran kurva serapan Natrium diklofenak ... 88

8 Kurva Kalibrasi larutan Natrium diklofenak dalam medium pH

1,2 dan medium pH 6,8 ... 90

9 Contoh perhitungan penetapan kadar Natrium diklofenak dalam

cangkang kapsul alginat... 92

10 Data Hasil Penentuan Kadar Natrium Diklofenak dalam Kapsul

Alginat ... 94

11 % kumulatif disolusi Natrium diklofenak dalam cangkang

kapsul alginat 80 – 120 cP ... 96

12 Uji Independent T-Test Profil disolusi Natrium diklofenak dalam

cangkang kapsul alginat 80 – 120 cP dengan dan tanpa TiO2

13 Uji Independent T-Test Profil disolusi Natrium diklofenak dalam

... 112

cangkang kapsul alginat 80 – 120 cP sebelum dan sesudah

penyimpanan pada suhu 30°C; RH 70% ... 127

14 Uji Independent T-Test Profil disolusi Natrium diklofenak dalam

cangkang kapsul alginat 80 – 120 cP sebelum dan sesudah

penyimpanan pada suhu 40°C; RH 75% ... 144

(16)

Pengujian Stabilitas Natrium Diklofenak dalam Cangkang Kapsul Alginat

ABSTRAK

Natrium diklofenak, suatu Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS), memiliki efek samping dapat mengiritasi lambung dan penggunaan cangkang kapsul alginat dalam pembuatan suatu sediaan kapsul natrium diklofenak dapat mengurangi efek samping dari natrium diklofenak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyimpanan dan penambahan bahan pemburam, titanium dioksida, pada cangkang kapsul terhadap stabilitas natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat.

Cangkang kapsul alginat dibuat dari natrium alginat 80-120cP dengan penambahan bahan pemburam titanium dioksida. Pengujiaan stabilitas fisik cangkang kapsul alginat meliputi pengamatan warna, uji waktu hancur, dan uji kerapuhan, sedangkan pengujian stabilitas fisik dan kimia cangkang kapsul alginat yang diisi natrium diklofenak meliputi pengamatan warna bahan obat, uji kerapuhan cangkang kapsul, penetapan kadar dan laju disolusi. Pengamatan warna dilakukan secara visual, uji waktu hancur menggunakan disintegration tester, kerapuhan kapsul diuji dengan capsule shell impact tester, kadar diukur secara spektrofotometri dan disolusi dilakukan dengan alat disolusi metode dayung dalam medium pH berganti. Penyimpanan dilakukan pada suhu 30°C dengan RH 70% dan suhu 40°C dengan RH 75% selama 3 bulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terlihat adanya perubahan warna obat dan cangkang kapsul tidak menunjukan adanya kerapuhan setelah penyimpanan cangkang kapsul alginat yang berisi natrium diklofenak pada suhu 30°C dengan RH 70% selama 3 bulan demikian juga pada suhu 40°C dengan RH 75%. Kadar natrium diklofenak setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 30°C dengan RH 70% masih memenuhi persyaratan demikian pula pada penyimpanan suhu 40°C dengan RH 75% selama 3 bulan. Penyimpanan pada suhu 30°C dengan RH 70% dan suhu 40°C dengan RH 75% selama 3 bulan tidak berpengaruh terhadap laju disolusi. Penambahan pemburam titanium dioksida juga memperlambat laju disolusi dari natrium diklofenak dalam cangkang kapsul alginat.

(17)

Study of the Stability of Diclofenac Sodium in Alginate Capsule Shell

ABSTRACT

Diclofenac sodium, a Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAID), had adverse effect that could irritate stomach and the use of alginate capsule shell in a dosage form of diclofenac sodium capsule could reduce this adverse effect of diclofenac sodium.

The aim of this study is to know the effect of the storage and addition of opaque agent, titanium dioxide, to the stability of diclofenac sodium in alginate capsule shell.

Alginate capsule shell was made from sodium alginate 80 – 120 cP with the addition of opaque agent, titanium dioxide. The stability test of alginate capsule shell included observation of color, disintegration time, and brittleness, while the physical and chemical stability test of diclofenac sodium in capsule shell including observation of drug’s color, capsule shell’s brittleness, assay and dissolution. Color observation was made visually, disintegration time test was disintegration tester, brittleness test was using capsule shell impact tester, assay done by spectrophotometry and dissolution test was done by paddle method dissolution tester in changing pH. The storage was at temperature of 30°C with RH 70% and 40°C with RH 75% for 3 months.

The results showed that there was no visible color change in the drug and no presence of the capsule shell brittleness after storage of alginate capsule shell containing diclofenac sodium at a temperature of 30°C with RH 70%for 3 months as well at 40°C with 75% RH. Diclofenac sodium content after storage for 3 months at 30°C with 70% RH still qualified as well as after the storage at temperature of 40°C with 75% RH for 3 months. The storage at 30°C with 70% RH and 40°C with 75% RH for 3 months had no effect on dissolution rate. The addition of opaque agent, titanium dioxide, also slowed dissolution rate of diclofenac sodium in the alginate capsule shell.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid (OAINS)

yang banyak digunakan sebagai obat anti radang. Obat ini dapat menyebabkan

masalah gastrointestinal pada sekitar 20% pasien (Goodman, 2011) yang berupa

nyeri epigastrik, mual, muntah dan diare. Pada beberapa orang juga terjadi

pengiritasian dinding lambung yang menyebabkan ulser peptik dan perdarahan

pada saluran cerna (Sweetman, 2009).

Tablet dan kapsul adalah cara yang paling terkenal dalam pemberian

suatu obat untuk penggunaan secara oral. Tablet dan kapsul nyaman untuk pasien

dan biasanya gampang ditangani dan diidentifikasi (Winfield, 2009). Standar

kapsul keras farmasi secara umum diproduksi dari gelatin namun, kesesuaian

bahan lain, misalnya hidroksi metil selulosa dan pati, telah diselidiki sebagai

pengganti yang cocok (Jones, 2007). Kapsul gelatin umumnya dirancang untuk

larut dalam asam lambung, melepaskan obat, yang akan diserap melalui dinding

lambung. Tetapi, ada beberapa zat aktif farmasi yang tidak cocok untuk pelepasan

di lambung misalnya obat tertentu yang dapat mengiritasi mukosa lambung, tidak

stabil atau reaktif pada pH asam lambung, dapat mempengaruhi metabolisme di

lambung, atau target obat dapat berlanjut sepanjang saluran pencernaan (WIPO,

2008).

Beberapa formulasi telah dikembangkan untuk membuat sediaan untuk

(19)

sediaan delayed release dengan salut enterik. Produk salut enterik dirancang untuk

tetap utuh dalam lambung kemudian melepaskan zat aktif pada bagian atas usus

halus (Meghal, et al., 2011). Sediaan obat berupa tablet natrium diklofenak telah

dibuat dengan salut enterik menggunakan Eudragit L 30 D-55 dan menghasilkan

tablet tidak larut dalam medium asam tetapi larut dalam medium basa dan

memenuhi persyaratan delayed release (Padmadisastra, dkk, 2007). Penyalutan

tablet dengan bahan penyalut enterik yang cocok yang dibutuhkan untuk

menghancurkan dan melepaskan obat pada usus halus tergantung pada

kekompakan dan jumlah dari zat tambahan.

Pada pembuatan kapsul gelatin yang disalut enterik, penyalutan kapsul

gelatin keras dapat menyebabkan kerapuhan pada cangkang oleh karena gaya

adhesi yang kurang dari penyalut pada cangkang kapsul gelatin. Kapsul yang

terbuat dari HPMC dapat menjadi alternatif untuk mengurangi bahan tambahan

pada pembuatan tablet dan tahap pengolahan yang banyak. Permukaan kapsul

HPMC yang kasar dapat memudahkan gaya adhesi untuk penyalutan polimer

enterik. Karena penyalutan kapsul HPMC tidak tergantung pada isi kapsul,

sehingga lebih menguntungkan untuk menyalut suatu kapsul daripada tablet. Selain itu, jumlah alat dan eksipien berikut juga langkah yang dibutuhkan pada saat memproduksi tablet dapat dikurangi pada bentuk sediaan kapsul (Meghal, et al., 2011).

Alginat merupakan polisakarida alami dari asam guluronat (G) dan

manuronat (M), yang cukup berlimpah di alam dari alga coklat (Phaeophyceae).

Alginat berasal dari alam sehingga aman untuk dikonsumsi. Cangkang kapsul

(20)

dalam medium usus buatan (pH 6,8) (Bangun, dkk., 2005) sehingga tidak

diperlukan penyalutan dalam pembuatan sediaan delayed release dari cangkang

kapsul alginat .

Ada dua tipe pemberi warna pada kapsul: pewarna yang larut air atau

pigmen yang tidak larut. Ada dua jenis pigmen yang dapat digunakan yaitu besi

oksida yang berwarna hitam, merah dan kuning dan juga titanium oksida, yang

berwarna putih untuk membuat kapsul menjadi buram. Dalam 20 tahun terakhir

penggunaan pewarna larut telah digantikan menjadi pigmen, karena pigmen tidak

diserap pada saluran pencernaan (Jones, 2007). Penggunaan pigmen pada

cangkang kapsul alginat diharapkan untuk memperbaiki sifat fisik dari cangkang

kapsul alginat dimana pada pengujian stabilitas pada suhu 40°C dengan RH 75

setelah 3 bulan didapatkan perubahan warna cangkang kapsul tanpa pigmen yang

transparan menjadi coklat (Ekasari, 2011).

Stabilitas merupakan suatu faktor yang penting dari mutu, keamanan dan

khasiat dari suatu produk obat. Suatu produk obat, yang tidak cukup stabil, dapat

menghasilkan perubahan fisik (seperti kekerasan, laju disolusi, pemisahan fasa,

dsb) demikian juga pada sifat kimia (membentukan zat dekomposisi yang

membahayakan kesehatan). Kajian stabilitas terdiri dari serangkaian uji untuk

mendapatkan jaminan stabilitas dari suatu produk obat, yaitu pertahanan dari

spesifikasi produk obat yang dikemas dalam bahan pengemas tertentu dan

disimpan dalam kondisi penyimpanan yang ditetapkan dalam jangka waktu yang

ditentukan (Anonima

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk membuat

(21)

berupa TiO2 dan diisi dengan obat natrium diklofenak. Kemudian melihat

pengaruh penyimpanan terhadap stabilitas sediaan obat yang meliputi pengujian

sifat- sifat fisik cangkang kapsul yaitu perubahan warna, waktu hancur, kerapuhan

kapsul dan uji disolusi juga penetapan kadar natrium diklofenak.

1.2 Kerangka Pikir Penelitian

Secara skematis kerangka pikir penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.1

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

a. Apakah penyimpanan pada suhu 30°C; RH 70% dan suhu 40°C; RH 75%

setelah 3 bulan mempengaruhi sifat – sifat fisik cangkang kapsul 80 – 120 cP

(22)

b. Apakah penyimpanan pada suhu 30°C; RH 70% dan suhu 40°C; RH 75%

setelah 3 bulan mempengaruhi sifat – sifat fisik dan kimia natrium diklofenak

dalam cangkang kapsul alginat 80 – 120 cP yang meliputi perubahan warna,

kerapuhan, laju disolusi dan kadar natrium diklofenak?

c. Apakah penambahan bahan pemburam titanium dioksida dapat

mempengaruhi laju disolusi natrium diklofenak?

1.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Penyimpanan pada suhu 30°C; RH 70% dan suhu 40°C; RH 75% setelah 3

bulan mempengaruhi sifat – sifat fisik cangkang kapsul 80 – 120 cP (kosong)

yang meliputi perubahan warna, kerapuhan dan waktu hancur.

b. Penyimpanan pada suhu 30°C; RH 70% dan suhu 40°C; RH 75% setelah 3

bulan mempengaruhi sifat – sifat fisik dan kimia natrium diklofenak dalam

cangkang kapsul alginat 80 – 120 cP yang meliputi perubahan warna,

kerapuhan, laju disolusi dan kadar natrium diklofenak.

c. Penambahan bahan pemburam titanium dioksida dapat mempengaruhi laju

disolusi natrium diklofenak.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Mengetahui pengaruh penyimpanan pada suhu 30°C; RH 70% dan suhu

(23)

80 – 120 cP (kosong) yang meliputi perubahan warna, kerapuhan dan

waktu hancur.

b. Mengetahui pengaruh penyimpanan pada suhu 30°C; RH 70% dan suhu

40°C; RH 75% setelah 3 bulan terhadap sifat – sifat fisik dan kimia

natrium diklofenak dalam cangkang kapsul alginat 80 – 120 cP yang

meliputi perubahan warna, kerapuhan, laju disolusi dan kadar natrium

diklofenak.

c. Mengetahui pengaruh penambahan bahan pemburam titanium dioksida

terhadap laju disolusi natrium diklofenak.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui stabilitas natrium diklofenak dalam

cangkang kapsul alginat setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 30°C;

RH 70% dan suhu 40°C; RH 75% serta pengaruh bahan pemburam terhadap

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Natrium Diklofenak 2.1.1 Uraian Bahan

Rumus Bangun :

Rumus Molekul : C14H10Cl2NNaO

Nama Kimia : asam benzenasetat, 2-[(2,6-diklorofenil)amin]-,

garam monosodium

2

Nama lain : Natrium [o-(2,6-dikloroanilino)fenil]asetat

Berat Molekul : 318,13

(USP XXXII, 2009).

Pemerian : serbuk kristal putih atau sedikit kuning, agak

higroskopis

Kelarutan : Sedikit larut dalam air, mudah larut dalam

methanol, larut dalam etanol (96 persen), sedikit

(25)

pKa : 4,2 (Moffats, 2005).

2.1.2 Farmakologi Natrium Diklofenak

Diklofenak mempunyai aktivitas analgesik, antipiretik, dan anti radang.

Natrium diklofenak berpotensi terhadap COX-2 lebih besar daripada indometasin,

naproksen ataupun OAINS lainnya. Sebagai tambahan, diklofenak tampaknya

dapat mengurangi konsentrasi intrasel dari AA bebas dalam leukosit, mungkin

dengan mengubah pelepasan ataupun penyerapannya. Selektifitas dari diklofenak

terhadap COX-2 menyerupai celecoxib. Namun, efek merugikan terhadap

gastrointestinal serius tidak berbeda antara celecoxib dan diklofenak (Gillman,

2010).

2.2 Kapsul

Kapsul adalah sediaan padat dimana obat ditutup dalam suatu cangkang

yang keras maupun lunak. Cangkang tersebut biasanya dibuat dari gelatin; tetapi;

cangkang tersebut juga dapat dibuat dari pati ataupun zat lain yang cocok. Kapsul

cangkang keras berukuran dari No. 5, yang paling kecil, hingga No. 000, yang

paling besar, kecuali untuk ukuran penggunaan veteriner. Bagaimanapun, ukuran

No. 00 merupakan ukuran terbesar yang secara umum dapat diterima oleh pasien

(USP, 2009).

Kapsul tidak berasa, mudah pemberiannya, mudah pengisiannya tanpa

persiapan atau dalam jumlah yang besar secara komersil. Didalam praktek

peresepan, penggunaan kapsul gelatin keras diperbolehkan sebagai pilihan dalam

(26)

dianggap baik untuk pasien secara individual. Fleksibilitasnya lebih

menguntungkan daripada tablet. Beberapa pasien menyatakan lebih mudah

menelan kapsul daripada tablet, oleh karena itu lebih disukai bentuk kapsul bila

memungkinkan. Pilihan ini telah mendorong pabrik farmasi untuk memproduksi

sediaan kapsul dan di pasarkan, walaupun produknya sudah ada dalam bentuk

sediaan tablet (Gennaro, 2000).

2.3 Pemberi Warna Kapsul

Pemberian warna dan tanda dapat secara mudah ditambahkan pada

kapsul untuk melindungi kapsul dari cahaya dan kemudahan identifikasi

(Winfield, et. al, 2009). Ada dua tipe pemberi warna yang dapat digunakan:

pewarna larut air atau pigmen yang tidak larut. Untuk membuat pilhan warna,

pewarna dan pigmen dicampur bersama sebagai larutan atau suspensi. Pewarna

yang digunak umumnya dibuat secara sintetik dan dapat dikelompokan menjadi

pewarna azo (yang mempunyai suatu gugus –N=N– ) dan pewarna non-azo, yang

berasal dari bermacam – macam bahan kimia. Kebanyakan pewarna yang

digunakan adalah eritrosin, indigo karmin dan kuning kuinolin. Ada dua jenis

pigmen yang dapat digunakan: besi oksida dengan warna hitam, merah dan

kuning, dan titanium dioksida, yang berwarna putih dan digunakan untuk

memburamkan kapsul. Pewarna yang dapat digunakan untuk mewarnai obat –

obatan diatur oleh undang – undang, yang berbeda – beda tiap negara walaupun

didasari oleh pengujian toksikologi (Jones, 1993). Dalam 20 tahun terakhir ini

(27)

umumnya besi oksida, karena tidak diabsorbsi oleh saluran pencernaan. (Jones,

B.E, 2007).

2.4 Titanium Dioksida

Titanium dioksida secara luas digunakan dalam manisan, kosmetik dan

makanan, dalam industry plastik, dan pada formulasi farmasetik topikal dan oral

sebagai suatu pigmen pemutih. Titanium dioksida mempunyai indeks bias yang

tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pigmen pemutik dan pengopak. Dalam

formulasi farmasetik, titanium dioksida digunakan sebagai pigmen pemutih dalam

supensi salut film, tablet salut gula dan kapsul gelatin. Titanium dioksida juga

dapat dicampur dengan pigmen lainnya. Titanium dioksida juga digunakan dalam

sediaan kulit dan kosmetik, contohnya sunscreen (Rowe, et al., 2009).

Titanium dioksida sangat stabil pada suhu yang tinggi. Hal ini

disebabkan karena kuatnya ikatan antara ion tetravalen titanium dan ion bivalen

oksigen. Bagaimanapun, titanium dioksida dapat kehilangan oksigen dalam

jumlah sedikit bila berinteraksi dengan energy radian. Oksigen ini dapat menyatu

kembali sebagai suatu bagian dari reaksi fotokimia yang reversible. Kehilangan

oksigen tersebut penting karena dapat menyebabkan perubahan yang jelas pada

sifat optik dan elektrik dari pigmen (Rowe, et al., 2009).

2.5 Natrium Alginat

Alginat merupakan polisakarida alami dari asam guluronat (G) dan

manuronat (M), yang cukup berlimpah di alam sebagai komponen berstruktur

dalam alga coklat (Phaeophyceae) dari spesies Macrocystis pyrifera, Laminaria,

(28)

bakteri tanah. Kandungan alga coklat pada umumnya mengandung mineral

ataupun komponen anorganik dan organik, dimana komponen organik umumnya

terdiri atas alginat, fucan dan karbohidrat lainnya. Proses isolasi alginat dari alga

coklat cukup mudah, termasuk tahap praekstraksi dengan asam hidroklorida,

diikuti oleh penyucian, penyaringan dan netralisasi dengan basa. Natrium alginat

diendapkan dari larutan dengan alkohol (isopropanol atau etanol) dan biasanya

diendapkan kembali (untuk mendapatkan kemurnian lebih tinggi) dengan cara

yang sama. Bagaimanapun, skema proses pembuatan alginat ini cukup kompleks,

yang terhitung sebanyak 15 langkah (Laurienzo, 2010).

Gambar 2. Struktur alginat

Asam alginat adalah kopolimer biner yang terdiri dari residu β

-D-mannuronat (M) dan α-L-asam guluronat (G) yang tersusun dalam blok-blok yang

membentuk rantai linear (Grasdalen, dkk., 1979). Kedua unit tersebut berikatan

pada atom C1 dan C4 dengan susunan homopolimer dari masing-masing residu

(MM dan GG) dan suatu blok heteropolimer dari dua residu (MG) (Thom, dkk.,

1980).

Asam alginat tidak larut dalam air, karena itu yang digunakan dalam

(29)

penambahan larutan garam-garam kalsium seperti kalsium glukonat, kalsium

tartrat dan kalsium sitrat. Pembentukan gel ini disebabkan oleh terjadinya kelat

antara rantai L-guluronat dengan ion kalsium (Thom, dkk., 1980).

2.6 Viskositas

Viskositas adalah suatu sifat dari cairan yang lebih bertahan untuk

mengalir. Viskositas dapat dianggap sebagai suatu sifat yang relatif dengan air

sebagai bahan rujukan dan semua viskositas dinyatakan dalam istilah-istilah

viskositas air murni pada suhu 20°C. Viskositas air dianggap satu centipoise

(sebenarnya 1,008 centipoise). Suatu bahan cair yang 10 kali kental (viscous)

dengan suhu yang sama viskositasnya sama dengan 10 centipoise. Singkatan

centipoise cp (dan jamaknya cps) merupakan istilah yang lebih sesuai dari pada

unit dasar satu poise sama dengan 100 centipoise (Ansel, 2005). Makin kental

suatu cairan, makin besar kekuatan yang diperlukan agar cairan tersebut mengalir

dengan laju tertentu (Martin, 1993).

2.7 Stabilitas

Tujuan pengujian stabilitas adalah untuk menyediakan suatu bukti

bagaimana kualitas dari suatu bahan aktif farmasi berbeda terhadap waktu pada

pengaruh perbedaan dari faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban dan cahaya.

Program stabilitas juga termasuk penelitian tentang factor yang berhubungan

dengan produk yang mempengaruhi kualitasnya, sebagai contoh, interaksi dari

bahan aktif farmasi dengan eksipien, sisten penutupan wadah dan bahan

pengemas. Dalam dosis kombinasi interaksi antara dua atau lebih bahan aktif

(30)

produk harus didasari oleh pengetahuan dari sifat dari zat obat dan bentuk sediaan

(Anonima, 2005).

2.8 Waktu Hancur

Chiwele dkk. (2000) telah meneliti mengenai waktu hancur cangkang

kapsul gelatin kosong dan kapsul HPMC (Hydroxypropyl Methylcellulose) setelah

penyimpanan selama 24 jam pada kondisi tropis lembab (suhu 370

Hasil ini tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan Ogura (1998) bahwa

cangkang kapsul HPMC yang telah diisi dengan spiramisin dan disimpan pada

suhu 60

C, RH 75%)

dan pada temperatur kamar. Dalam metode ini, mereka menggunakan bola besi

sebagai bahan pengisi dalam kapsul. Pada penyimpanan kondisi tropis lembab,

cangkang kapsul gelatin tidak mengalami perubahan waktu hancur dalam medium

apapun, sedangkan waktu hancur kapsul HPMC tidak berubah hanya dalam

medium cairan lambung buatan (Honkanen, 2004).

0C, RH 75% selama 10 hari tidak mengalami perubahan sifat waktu

hancur. Tetapi, mereka menggunakan prosedur standar uji waktu hancur dalam

farmakope, yang tidak dapat menentukan waktu hancur cangkang kapsul dan

bahan obat secara terpisah. Sedangkan dalam metode yang digunakan Chiwele

dkk. (2000), bola besi yang digunakan tidak mempengaruhi waktu hancur

(Honkanen, 2004).

2.9 Kerapuhan

Perlu diketahui bahwa cangkang kapsul bukan tidak reaktif, secara fisika

(31)

dapat mempengaruhi sifat kapsul. Dengan terjadinya kenaikan temperatur dan

kelembaban dapat menyebabkan kapsul mengikat/melepaskan uap air. Sebagai

akibatnya kapsul dapat menjadi rapuh atau lunak (Margareth, dkk., 2009).

Laju pengeringan kapsul juga mempengaruhi kekerasan dan kerapuhan

kapsul, kemampuan pelarutan, dan kecenderungan untuk melekat satu sama lain..

Kadar uap air yang rendah pada kapsul dapat menghambat pertumbuhan mikroba.

Jika kadar uap air pada kapsul gelatin kurang dari 10%, kapsul cenderung menjadi

rapuh, dan sebaliknya jika kadar air lebih tinggi dari 18% kapsul gelatin melunak.

Kondisi penyimpanan yang direkomendasikan untuk bentuk sediaan kapsul

gelatin berkisar 15-30°C dan 30%-60% kelembaban relatif (RH). (Margareth,

dkk., 2009).

2.10 Disolusi

Uji disolusi yaitu uji pelarutan invitro mengukur laju dan jumlah

pelarutan obat dalam suatu media “aqueous” dengan adanya satu atau lebih bahan

tambahan yang terkandung dalam produk obat. Pelarutan obat merupakan bagian

penting sebelum kondisi absorbsi sistemik (Shargel dan Andrew, 1988).

Faktor-faktor yang mempengaruhi disolusi dibagi atas 3 kategori yaitu:

a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sifat fisikokimia obat, meliputi:

i. Efek kelarutan obat. Kelarutan obat dalam air merupakan faktor utama

dalam menentukan laju disolusi. Kelarutan yang besar menghasilkan laju

(32)

ii. Efek ukuran partikel. Ukuran partikel berkurang dapat memperbesar luas

permukaan obat yang berhubungan dengan medium, sehingga laju

disolusi meningkat.

b. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sediaan obat, meliputi:

i. Efek formulasi. Laju disolusi suatu bahan obat dapat dipengaruhi bila

dicampur dengan bahan tambahan. Bahan pengisi, pengikat dan

penghancur yang bersifat hidrofil dapat memberikan sifat hidrofil pada

bahan obat yang hidrofob, oleh karena itu disolusi bertambah, sedangkan

bahan tambahan yang hidrofob dapat mengurangi laju disolusi.

ii. Efek faktor pembuatan sediaan. Metode granulasi dapat mempercepat laju

disolusi obat-obat yang kurang larut. Penggunaan bahan pengisi yang

bersifat hidrofil seperti laktosa dapat menambah hidrofilisitas bahan aktif

dan menambah laju disolusi.

c. Faktor-faktor yang berhubungan dengan uji disolusi, meliputi :

i. Tegangan permukaan medium disolusi. Tegangan permukaan mempunyai

pengaruh nyata terhadap laju disolusi bahan obat. Surfaktan dapat

menurunkan sudut kontak, oleh karena itu dapat meningkatkan proses

penetrasi medium disolusi ke matriks. Formulasi tablet dan kapsul

konvensional juga menunjukkan penambahan laju disolusi obat-obat yang

sukar larut dengan penambahan surfaktan kedalam medium disolusi.

ii. Viskositas medium. Semakin tinggi viskositas medium, semakin kecil laju

disolusi bahan obat.

iii. pH medium disolusi. Larutan asam cenderung memecah tablet sedikit

(33)

disolusi (Gennaro, 2000). Obat-obat asam lemah disolusinya kecil dalam

medium asam, karena bersifat nonionik, tetapi disolusinya besar pada

medium basa karena terionisasi dan pembentukan garam yang larut

(Martin, dkk., 1993).

United States Pharmacopeia (USP) XXI memberi beberapa metode resmi

untuk melaksanakan uji pelarutan yaitu:

a. Metode Keranjang (Basket)

Metode keranjang terdiri atas keranjang silindrik yang ditahan oleh

tangkai motor. Keranjang menahan cuplikan dan berputar dalam suatu labu bulat

yang berisi media pelarutan. Keseluruhan labu tercelup dalam suatu bak yang

bersuhu konstan 37o

b. Metode Dayung (Paddle)

C. Kecepatan berputar dan posisi keranjang harus memenuhi

rangkaian syarat khusus dalam USP yang terakhir beredar. Tersedia standar

kalibrasi pelarutan untuk meyakinkan bahwa syarat secara mekanik dan syarat

operasi telah dipenuhi.

Metode dayung terdiri atas suatu dayung yang dilapisi khusus, yang

berfungsi memperkecil turbulensi yang disebabkan oleh pengadukan. Dayung

diikat secara vertikal ke suatu motor yang berputar dengan suatu kecepatan yang

terkendali. Tablet atau kapsul diletakkan dalam labu pelarutan yang beralas bulat

yang juga berfungsi untuk memperkecil turbulensi dari media pelarutan. Alat

ditempatkan dalam suatu bak air yang bersuhu konstan, seperti pada metode

basket dipertahankan pada 37oC. Posisi dan kesejajaran dayung ditetapkan dalam

USP. Metode dayung sangat peka terhadap kemiringan dayung. Pada beberapa

(34)

mempengaruhi hasil pelarutan. Standar kalibrasi pelarutan yang sama digunakan

untuk memeriksa peralatan sebelum uji dilaksanakan.

c. Metode Disintegrasi yang Dimodifikasi

Metode ini dasarnya memakai disintegrasi USP ”basket and rack” dirakit

untuk uji pelarutan. Bila alat ini dipakai untuk pelarutan maka cakram

dihilangkan. Saringan keranjang juga diubah sehingga selama pelarutan partikel

tidak akan jatuh melalui saringan. Metode ini jarang digunakan dan dimasukkan

dalam USP untuk suatu formulasi obat lama. Jumlah pengadukan dan getaran

membuat metode ini kurang sesuai untuk uji pelarutan yang tepat (Shargel dan

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Alat – alat

Alat disolusi metoda dayung (Yamato), spektrofotometer (UV-1800

Shimadzu Spectrophotometer), neraca analitik (Boeco), pH meter (Hanna),

viskometer Thomas-Stomer (Haake), termometer, climatic chamber (Memmeth),

alat uji waktu hancur (Copley), anak timbangan 50 g dan 2 kg, jangka sorong

(Tricle), mikrometer (Delta), alat pencetak kapsul yang terbuat dari batang

stainless steel berbentuk silindris dengan panjang 10 cm serta berdiameter 6,0 mm

untuk bagian badan cangkang kapsul dan 6,2 mm untuk bagian tutup cangkang

kapsul, bola besi berbahan stainless steel bediameter 1,44 mm dan berat 9 mg

(sebagai pengisi untuk uji waktu hancur), cincin disolusi, stopwatch, kamera

digital, labu tentukur 1000 ml (Pyrex), labu tentukur 25 ml (Pyrex), beaker glass

(Pyrex), pipet volume 5 ml (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), pipet tetes, bola karet,

botol dan alat-alat laboratorium yang biasa digunakan.

3.2 Bahan – Bahan

Natrium alginat 80 – 120 cP adalah produk Wako Pure Chemical

industries, Ltd Japan, natrium diklofenak (PT. Indo Farma), Asam klorida pekat

(Merck), natrium fosfat dodekahidrat (Merck), natrium hidroksida (Merck),

kalsium klorida dihidrat (Merck), titanium dioksida, natrium metabisulfit (Merck),

(36)

3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Pembuatan Pereaksi 3.3.1.1 Larutan CaCl2

Kalsium klorida dihidrat (CaCl

0,15 M

2·2H2O) sebanyak 22.05 g dilarutkan

dalam 1000 ml akuades bebas CO2

3.3.1.2 Larutan HCl 0,1 N

(Ditjen POM, 1995).

Asam klorida pekat sebanyak 8,35 ml diencerkan dengan akuades hingga

1000 ml (Ditjen POM, 1995).

3.3.1.3 Larutan Na3PO4

Dilarutkan 76 g natrium fosfat dodekahidrat (Na

0,2 M

3PO4.12H2

3.3.1.4 Dapar fosfat pH 6,8

O) dalam

akuades hingga diperoleh larutan sebanyak 1000 ml (USP, 2009).

Dicampur 250 ml larutan Na3PO4

3.3.1.5 Larutan NaOH 0,1 N

0,2 M dengan 750 ml HCl 0,1 N,

kemudian bila diperlukan, disesuaikan pH-nya dengan HCl 2 N atau NaOH 2 N

sampai pH 6,8±0,5 (USP, 2009).

Natrium hidroksida sebanyak 4 g dilarutkan dalam akuades bebas CO2

3.3.1.6 Larutan NaOH 5 N

hingga 1000 ml (Ditjen POM, 1995).

Natrium hidroksida (BM = 40) sebanyak 20 g dilarutkan dalam akuades

(37)

3.3.2 Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat 3.3.2.1 Pembuatan Larutan Natrium Alginat

Formula I:

Natrium alginat 80 – 120 cP 4,5 g

Nipagin 0,25 g

Gliserin 2 g

Natrium metabisulfit 0,1 g

Titanium dioksida 0,4 g

Akuades ad 100 ml

Wadah dikalibrasi 100 ml. Sebanyak 0,25 g nipagin dilarutkan dalam 25

ml akuades sambil dipanaskan hingga larut (massa I). Sebanyak 2 g gliserin, 0,1 g

natrium metabisulfit dan 0,4 g titanium dioksida dilarutkan dalam 25 ml akuades

(massa II). Kemudian dicampur massa I dan massa II dan ditambahkan 25 ml

akuades (massa III). Kemudian natrium alginat ditaburkan dengan massa III

secara bergantian di mana dasar wadah dimasukkan massa III terlebih dahulu lalu

ditaburkan natrium alginat hingga menutupi permukaan massa III. Perlakuan ini

dilanjutkan bergantian hingga natrium alginat habis dan terakhir bagian atasnya

diakhiri dengan massa III juga. Larutan didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam,

dicukupkan dengan akuades hingga batas garis kalibrasi dan diaduk perlahan

(agar tidak terbentuk gelembung udara) hingga terbentuk larutan yang dapat

(38)

Formula II:

Natrium alginat 80 – 120 cP 4,5 g

Nipagin 0,25 g

Gliserin 2 g

Natrium metabisulfit 0,1 g

Akuades ad 100 ml

Wadah dikalibrasi 100 ml. Sebanyak 0,25 g nipagin dilarutkan dalam 25

ml akuades sambil dipanaskan hingga larut (massa I). Sebanyak 2 g gliserin dan

0,1 g natrium metabisulfit dilarutkan dalam 25 ml akuades (massa II). Kemudian

dicampur massa I dan massa II dan ditambahkan 25 ml akuades (massa III).

Kemudian natrium alginat ditaburkan dengan massa III secara bergantian di mana

dasar wadah dimasukkan massa III terlebih dahulu lalu ditaburkan natrium alginat

hingga menutupi permukaan massa III. Perlakuan ini dilanjutkan bergantian

hingga natrium alginat habis dan terakhir bagian atasnya diakhiri dengan massa III

juga. Larutan didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, dicukupkan dengan

akuades hingga batas garis kalibrasi dan diaduk perlahan (agar tidak terbentuk

gelembung udara) hingga terbentuk larutan yang dapat dicetak.

3.3.2.2 Pengukuran Viskositas Larutan Natrium Alginat

Viskometer Thomas-Stromer diletakkan di tepi meja yang datar sehingga

alat penggerak dengan beban 100 g dapat jatuh tanpa gangguan. Kemudian dalam

beaker glass diisi akuades sebanyak 200 ml dan diletakkan diatas meja

pengukuran dan dinaikkan sampai rotor baling-baling terendam ditengah-tengah

akuades dan mencapai tanda pada tangkai rotor. Selanjutnya rem dilepaskan dan

(39)

menggunakan stopwatch. Dilakukan prosedur terhadap larutan natrium alginat dan

dibandingkan waktunya sehingga didapatkan viskositas larutan natrium alginat.

3.3.2.3 Pembuatan Badan Cangkang Kapsul Alginat

Alat pencetak kapsul dibuat dari bahan stainless steel dengan panjang 10

cm diameter 6,0 mm dicelupkan ke dalam larutan natrium alginat sedalam 3 cm,

kemudian batang stainless steel yang ujungnya telah dilapisi larutan natrium

alginat tersebut direndam dalam larutan kalsium klorida 0,15 M selama 75 menit

dan diaduk dengan bantuan pengaduk magnet. Setelah itu cangkang kapsul yang

telah mengeras direndam dalam akuades selama 24 jam untuk menghilangkan

kalsium yang menempel pada cangkang kapsul dan selanjutnya dikeringkan.

3.3.2.4 Pembuatan Tutup Cangkang Kapsul Alginat

Alat pencetak kapsul dibuat dari bahan stainless steel dengan panjang 10

cm diameter 6,2 mm dicelupkan ke dalam larutan natrium alginat sedalam 2,5 cm,

kemudian batang stainless steel yang ujungnya telah dilapisi larutan natrium

alginat tesebut direndam dalam larutan kalsium klorida 0,15 M selama 75 menit

dan diaduk dengan bantuan pengaduk magnet. Setelah itu cangkang kapsul yang

telah mengeras direndam dalam akuades selama 24 jam untuk menghilangkan

kalsium yang menempel pada cangkang kapsul dan selanjutnya dikeringkan.

3.3.2.5 Pengeringan Cangkang Kapsul Alginat

Pengeringan cangkang kapsul dilakukan dengan cara memasukkan

cangkang kapsul alginat basah dalam lemari pengering selama 1 hari dimana

cangkang kapsul alginat basah tetap berada pada alat pencetak kapsul yang

(40)

pencetak dan digabungkan badan dan tutup kapsul kemudian disimpan dalam

botol plastik.

3.3.3 Pembuatan Kurva Serapan dan Kurva Kalibrasi Natrium Diklofenak 3.3.3.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Natrium Diklofenak

Natrium diklofenak ditimbang sebanyak 50 mg, dilarutkan dengan 10 ml

natrium hidroksida 0,1 N dalam labu takar 100 ml, dikocok sampai larut, lalu

ditambahkan akuades sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Konsentrasi

yang diperoleh 500 ppm (mcg/ml) (USP, 2009).

3.3.3.2 Pembuatan Kurva Serapan Larutan Natrium Diklofenak dalam Medium Cairan Lambung Buatan (pH 1,2)

Larutan induk baku natrium diklofenak (2.3.3.1) dipipet 0,7 ml,

dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, kemudian ditambahkan 0,5 ml NaOH

5 N dan dicukupkan dengan medium pH 1,2 sampai garis tanda, dikocok sampai

homogen. Konsentrasi natrium diklofenak adalah 14 mcg/ml. Serapan diukur

dengan spektrofotometer UV panjang gelombang 250-300 nm.

3.3.3.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Natrium Diklofenak dalam Medium Cairan Lambung Buatan (pH 1,2)

Larutan natrium diklofenak dibuat berbagai konsentrasi yaitu 1; 2; 4; 6;

8; 10; 12; 14; 16 mcg/ml dengan cara memipet larutan induk baku natrium

diklofenak (2.3.3.1) masing – masing 0,05; 1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8 ml ke

dalam labu tentukur 25 ml, kemudian ditambahkan dengan 0,5 ml NaOH 5 N dan

dicukupkan dengan medium pH 1,2 sampai garis tanda, dikocok sampai homogen.

Serapan diukur dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum

(41)

3.3.3.4 Pembuatan Kurva Serapan Larutan Natrium Diklofenak dalam Medium Cairan Usus Buatan (pH 6,8)

Larutan induk baku natrium diklofenak (2.3.3.1) dipipet 0,7 ml,

dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, kemudian dicukupkan dengan medium

pH 6,8 sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Konsentrasi natrium

diklofenak adalah 14 mcg/ml. Serapan diukur dengan spektrofotometer UV pada

panjang gelombang 250-300 nm.

3.3.3.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Natrium Diklofenak dalam Medium Cairan Usus Buatan (pH 6,8)

Larutan induk baku natrium diklofenak (2.3.3.1) dibuat berbagai

konsentrasi yaitu 2; 4; 6; 8; 10; 15; 20; 25; 30 mcg/ml dengan cara memipet

Larutan Induk Baku masing – masing 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,75; 1,0; 1,25; 1,5

ml ke dalam labu tentukur 25 ml, kemudian dicukupkan dengan medium pH 6,8

sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Serapan diukur dengan

spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan

sebelumnya.

3.3.4 Pengisian Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat

Sebanyak 25 mg serbuk natrium diklofenak ditimbang dengan tepat

menggunakan neraca listrik, kemudian dicampur homogen dengan 35 mg laktosa,

lalu diisikan ke dalam bagian badan cangkang kapsul alginat melalui bagian ujung

yang terbuka lalu ditutup dengan bagian tutup cangkang kapsul dengan

mendorong ke bagian badan cangkang kapsul yang terbuka sehingga bagian tutup

kapsul dengan bagian badan kapsul menyatu dengan baik. Kemudian diberi

(42)

3.3.5 Penyimpanan

3.3.5.1 Penyimpanan pada Suhu 30°C; RH 70 %

Cangkang kapsul dan kapsul berisi natrium diklofenak disimpan dalam

botol plastik di dalam climatic chamber pada suhu 30±2°C; RH 70±5%. Setelah 3 bulan, cangkang kapsul dikeluarkan dan dilakukan pengujian terhadap cangkang

kapsul, meliputi pengamatan warna cangkang kapsul, uji waktu hancur, dan uji

kerapuhan. Pengujian terhadap kapsul yang berisi natrium diklofenak meliputi

pengamatan warna, uji kerapuhan dan uji disolusi.

3.3.5.2 Penyimpanan pada Suhu 40°C; RH 75%

Cangkang kapsul dan kapsul berisi natrium diklofenak disimpan dalam

botol plastik di dalam climatic chamber pada suhu 40°±2C; RH 75±5%. Setelah 3

bulan, cangkang kapsul dikeluarkan dan dilakukan pengujian terhadap cangkang

kapsul, meliputi pengamatan warna cangkang kapsul, uji waktu hancur, dan uji

kerapuhan. Pengujian terhadap kapsul yang berisi natrium diklofenak meliputi

pengamatan warna, uji kerapuhan dan uji disolusi.

3.3.6 Pengujian

3.3.6.1 Penentuan Spesifikasi Cangkang Kapsul

3.3.6.1.1 Pengukuran Panjang dan Diameter Cangkang Kapsul

Panjang dan diameter cangkang kapsul diukur menggunakan jangka

sorong.

3.3.6.1.2 Penimbangan Berat Cangkang Kapsul

(43)

3.3.6.1.3 Pengukuran Ketebalan Cangkang Kapsul

Ketebalan cangkang kapsul diukur menggunakan mikrometer.

Pengukuran dilakukan 5 kali untuk masing-masing sampel, satu kali di pusat dan

4 kali di bagian perifer, kemudian di rata-ratakan.

3.3.6.1.4 Pengamatan Warna Cangkang Kapsul

Warna cangkang kapsul diamati secara visual

3.3.6.1.5 Pengukuran Volume Cangkang Kapsul

Pengukuran volume cangkang kapsul dilakukan menggunakan pipet

volume 1 ml dimana badan kapsul diisi dengan akuades sampai penuh.

3.3.6.2 Pengujian Pengamatan Warna Bahan Obat

Pengujian Pengamatan warna bahan obat dilakukan secara visual, yaitu

dengan melihat perubahan warna pada obat yang terjadi setelah penyimpanan

selama 3 bulan.

3.3.6.3 Uji Waktu Hancur (Disintegrasi)

Bola besi berdiameter 1,44 mm sebanyak 70 buah (berat 1 bola = 9 mg)

dimasukkan ke dalam kapsul sehingga kapsul dapat tenggelam dalam medium.

Cangkang kapsul dimasukkan dalam tiap tabung dari keranjang yang dapat

dinaik-turunkan kemudian dijalankan alat dalam medium HCl 0,1 N bersuhu

37±2°C selama 2 jam. Kemudian dilanjutkan dalam medium dapar fosfat pH 6,8

bersuhu 37±2°C selama 1 jam. Uji ini dilakukan terhadap 6 kapsul. Kapsul

memenuhi persyaratan apabila :

a) Dalam medium HCl 0,1 N tidak ada kapsul yang pecah. Bila 1 atau 2

(44)

Persyaratan terpenuhi apabila tidak kurang dari 16 dari 18 kapsul yang

diuji tidak pecah.

b) Dalam medium dapar fosfat pH 6,8, semua kapsul pecah.

Kapsul dikatakan pecah dan dicatat waktunya apabila bola besi keluar

dari cangkang kapsul dan menyentuh dasar keranjang.

3.3.6.4 Uji Kerapuhan

3.3.6.1.1 Cangkang Kapsul Kosong

Cangkang kapsul kosong diletakkan dalam kotak akrilik, kemudian

dijatuhkan beban seberat 50 g dari ketinggian 10 cm. Diamati kerapuhan

cangkang kapsul. Uji ini dilakukan terhadap 6 cangkang kapsul.

3.3.6.1.2 Cangkang Kapsul Berisi (Uji Ketahanan terhadap Tekanan)

Cangkang kapsul yang berisi natrium diklofenak dan laktosa diletakkan

dalam kotak akrilik, kemudian ditekan dengan anak timbangan seberat 2 kg.

Diamati kerapuhan cangkang kapsul. Uji ini dilakukan terhadap 6 cangkang

kapsul.

3.3.6.5 Penentuan Kadar Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat

Penentuan kadar natrium diklofenak dilakukan dengan mengeluarkan isi

serbuk dalam kapsul sebanyak 10 kapsul kemudian digerus hingga homogen dan

ditimbang keseluruhan serbuk. Kemudian ditimbang serbuk setara dengan 25 mg

natrium diklofenak dan dilarutkan dalam labu tentukur dengan medium pH 6,8

hingga 100 ml. Larutan yang telah dibuat dipipet sebanyak 1,2 ml dan

dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml kemudian dilarutkan dengan medium

pH 6,8 hingga garis tanda dan diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV

(45)

3.3.6.6 Uji Disolusi

Medium disolusi natrium diklofenak dalam kapsul alginat,

Medium pH berganti, yaitu :

1. Medium pH 1,2 selama 2 jam

2. Medium pH 6,8 selama 5 jam

Kecepatan pengadukan : 50 rpm

Volume medium : 900 ml

Suhu medium : 37 ± 0,5°C

Metoda : Dayung

Sampel : Natrium diklofenak dalam kapsul alginat

Prosedur Uji Disolusi:

Ke dalam wadah disolusi dimasukkan 900 ml medium lambung pH 1,2 kemudian

diatur suhu 37±0,5ºC dan kecepatan pengadukannya 50 rpm. Pada kapsul alginat

yang ingin didisolusi diberikan pemberat berbentuk ring kemudian dimasukan ke

dalam medium. Pada saat kapsul jatuh ke dasar wadah medium, baru tekan tombol

putar bersamaan dengan menghidupkan stopwach. Disolusi medium lambung pH

1,2 dilakukan selama 2 jam, dan pada interval waktu tertentu diambil aliquot

sebanyak 5 ml. Pengambilan dilakukan pada tempat yang sama yaitu pertengahan

antara permukaan medium disolusi dan bagian atas dari dayung tidak kurang 1 cm

dari dinding wadah (DitJen POM, 1995). Aliquot kemudian dimasukkan ke dalam

labu tentukur 25 ml dan ditambahkan 0,5 ml NaOH 5 N dan dicukupkan dengan

medium pH 1,2 sampai garis tanda. Setelah itu medium diganti dengan medium

pH 6,8 selama 5 jam dan pada interval waktu tertentu diambil aliquot sebanyak 5

(46)

medium pH 6,8 sampai garis tanda. Untuk menjaga volume medium disolusi tetap

konstan maka jumlah larutan yang diambil diganti dengan jumlah yang sama dari

larutan medium. Ukur konsentrasi obat dengan Spektofotometri UV dengan

panjang gelombang maksimum pada masing-masing pH yaitu λ 275,4 nm untuk

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Viskositas Larutan Natrium Alginat

Viskositas larutan natrium alginat diukur dengan menggunakan

viskometer Thomas-Stromer. Dari hasil pengukuran viskositas larutan alginat

80-120 cP yang mengandung titanium dioksida diperoleh viskositas sebesar 6151,65

cP dan viskositas larutan natrium alginat 80-120 cP yang tidak mengandung Titan

dioksida diperoleh viskositas sebesar 2759,67 cP. Larutan alginat tersebut

mempunyai sifat alir dan kekentalan yang sesuai untuk dapat dicetak menjadi

cangkang kapsul. Viskositas dihitung berdasarkan kurva kalibrasi khas yang dapat

menyajikan suatu konversi satuan kecepatan dan berat alat penggerak menjadi

viskositas dalam sentipois.

4.2 Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat

Pengukuran panjang, diameter, berat dan pengamatan warna cangkang

kapsul dilakukan terhadap badan cangkang kapsul, tutup cangkang kapsul dan

cangkang kapsul keseluruhan. Pengukuran ketebalan dilakukan terhadap badan

dan tutup cangkang kapsul. Sedangkan pengukuran volume hanya dilakukan

terhadap badan cangkang kapsul, karena umumnya bahan obat hanya diisikan ke

dalam badan cangkang kapsul sebelum ditutup dengan tutup kapsul. Air yang

digunakan untuk mengukur volume cangkang kapsul diisi sampai meniskus atas,

air menyentuh ujung kapsul untuk mencegah kelebihan pembacaan volume

(48)

Cangkang kapsul yang dibuat merupakan cangkang kapsul dengan

ukuran 1. Hal ini bisa dilihat dari spesifikasi cangkang kapsul alginat pada tabel

berikut.

Tabel 4.1 Spesifikasi cangkang kapsul alginat 80 – 120 cP yang mengandung TiO

No

2

Spesifikasi Tutup cangkang

Tabel 4.2 Spesifikasi cangkang kapsul alginat 80 – 120 cP yang tidak mengandung TiO

No

2 Spesifikasi Tutup

cangkang

4 Warna Putih transparan Putih transparan Putih transparan

5 Volume (ml) - 0,387 -

Tabel 4.3 Spesifikasi cangkang kapsul ukuran 1 menurut Pfizer Inc. Capsugel Division

Ukuran kapsul

(49)

Tabel 4.4 Ketebalan cangkang kapsul alginat 80 - 120cP

No Kapsul alginat Tebal Cangkang Kapsul Rata-Rata (mm) Dengan TiO2 Tanpa TiO2

1. Badan 0,108 0,099

2. Tutup 0,112 0,102

4.3 Sifat Fisik Cangkang Kapsul dan Bahan Obat 4.3.1 Sifat Fisik Cangkang Kapsul

Pada pengamatan ini, cangkang kapsul tidak menunjukkan perubahan

warna baik sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 30°C; RH 70%.

dan suhu 40°C; RH 75%. Pengamatan dilakukan secara visual

Tabel 4.5 Sifat Fisik Cangkang Kapsul Alginat 80 – 120 cP

No Perlakuan Warna

1 Mula – mula putih

2 Suhu 30°C; RH 70% putih

3 Suhu 40°C; RH 75% putih

(a) (b) (c)

Gambar 4.1 Cangkang kapsul alginat 80-120 cP sebelum dan sesudah penyimpanan

Keterangan : (a) Sebelum penyimpanan kapsul alginat 80 – 120 cP yang

mengandung TiO

(b) Setelah penyimpanan 3 bulan suhu 30°C; RH 70% kapsul

alginat 80-120 cP yang mengandung TiO

2

(c) Setelah penyimpanan 3 bulan suhu 40°C; RH 75% kapsul

alginat 80-120 cP yang mengandung TiO

2

(50)

4.3.2 Sifat Fisik Bahan Obat dalam Cangkang Kapsul Alginat

Pada pengamatan ini, bahan obat tidak menunjukkan perubahan warna

baik sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 30°C; RH 70% dan

suhu 40°C; RH 75%. Pengamatan dilakukan secara visual

(a) (b) (c)

Gambar 4.2 Serbuk natrium diklofenak sebelum dan sesudah penyimpanan

Keterangan : (a) Mula – mula

(b) Setelah penyimpanan 3 bulan suhu 30°C; RH 70%

(c) Setelah penyimpanan 3 bulan suhu 40°C; RH 75%

4.4 Uji Waktu Hancur (Disintegrasi)

Pada pengujian waktu hancur cangkang kapsul diisi dengan bola besi

sebagai bahan pengisi yang tetap tersuspensi dalam medium tetapi tidak terlarut,

mengembang atau berubah keadaan fisiknya dalam kondisi apapun, sehingga

tidak ada pengaruh dari bahan pengisi terhadap waktu hancur cangkang kapsul

(Chiwele, 2000).

Pada perlakuan terhadap kapsul mula – mula yang mengandung TiO2

selama 2 jam dalam medium HCl 0,1 N, dan dari hasil percobaan uji waktu

hancur ternyata cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 tidak pecah

selama 2 jam dalam medium HCl 0,1 N. Hal ini menunjukkan bahwa kapsul

(51)

Dalam medium pH 1,2 terjadi pengembangan diameter, selain itu

cangkang kapsul juga menjadi sedikit lebih lunak. Hal ini karena sebagian

kalsium pada cangkang kapsul lepas ke dalam medium HCl 0,1 N (Bangun, dkk.,

2005). Setelah dalam HCl 0,1 N selama 2 jam, pengujian waktu hancur cangkang

kapsul dilanjutkan dalam medium dapar fosfat pH 6,8. Cangkang kapsul kalsium

alginat pecah dalam medium ini, dengan terlebih dahulu terjadi pengembangan

diameter cangkang kapsul sebelum akhirnya cangkang kapsul pecah. Dari hasil

pengujian, waktu hancur rata-rata kapsul alginat adalah 12,12 menit (dengan

cakram) dan 14,70 menit (tanpa cakram). Waktu hancur yang didapatkan lebih

kecil daripada 1 jam sehingga kapsul alginat yang mengandung TiO2 ini

memenuhi persyaratan British Pharmacopoeia (2009) untuk sediaan pelepasan

tertunda.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4.3 Uji waktu hancur kapsul mula – mula yang mengandung TiO Keterangan : (a) Bola besi (Ø 1,44 mm) dan cangkang kapsul kosong

2

(52)

Setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 30°C; RH 70% cangkang

kapsul alginat yang mengandung TiO2 tetap mengembang dan tidak pecah dalam

medium HCl 0,1N, tetapi pecah dalam medium dapar fosfat pH 6,8 (tidak jauh

berbeda dengan keadaaan mula-mula). Pengembangan diameter cangkang kapsul

dengan % pengembangan rata-rata 2,927% (dengan cakram) dan 3,396% (tanpa

cakram) dan rata-rata waktu hancur dalam medium dapar fosfat pH 6,8 adalah

9,66 menit (dengan cakram) dan 14,69 menit (tanpa cakram) . Waktu hancur lebih

kecil daripada 1 jam menunjukkan bahwa kapsul alginat yang mengandung TiO2

Setelah dilakukan uji statistik terhadap waktu hancur kapsul menggunakan

cakram pada cangkang kapsul setelah penyimpanan pada suhu 30°C; RH 70% dan

cangkang kapsul awal dengan metode independent t-test dengan tingkat

kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh t

setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 30°C; RH 70% masih memenuhi

persyaratan untuk kapsul yang tahan terhadap pH lambung (British

Pharmacopoeia, 2009).

hitung = 2,034 dan ttabel = ±2,776 dengan

signifikansi = 0,750 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan waktu hancur

dengan cakram pada cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2

Selanjutnya hasil uji statistik tehadap waktu hancur kapsul tanpa cakram

pada cangkang kapsul setelah penyimpanan pada suhu 30°C; RH 70% dan

cangkang kapsul awal dengan metode independent t-test dengan tingkat

kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh t

setelah

disimpan selama 3 bulan pada suhu 30°C; RH 70%.

hitung = 0,008 dan ttabel = ±2,776 dengan

(53)

tanpa cakram pada cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 setelah

disimpan selama 3 bulan pada suhu 30°C; RH 70%.

(a)

(b) (c)

Gambar 4.4 Uji waktu hancur kapsul yang mengandung TiO2

Keterangan : (a) Cangkang kapsul setelah penyimpanan (berisi bola besi)

setelah penyimpanan selama 3 bulan suhu 30°C; RH 70%

(b) Cangkang kapsul setelah 2 jam dalam HCl 0,1 N (c) Cangkang kapsul yang pecah dalam dapar fosfat pH 6,8

Setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 40°C; RH 75% cangkang

kapsul alginat yang mengandung TiO2 tetap mengembang dan tidak pecah dalam

medium HCl 0,1N, tetapi pecah dalam medium dapar fosfat pH 6,8 (tidak jauh

berbeda dengan keadaaan mula-mula). Pengembangan diameter cangkang kapsul

dengan % pengembangan rata-rata 2,430% (dengan cakram) dan 2,913% (tanpa

cakram) dan rata-rata waktu hancur dalam medium dapar fosfat pH 6,8 adalah

8,66 menit (dengan cakram) dan 14,48 menit (tanpa cakram) . Waktu hancur lebih

kecil daripada 1 jam menunjukkan bahwa kapsul alginat yang mengandung TiO2

setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 40°C; RH 75% masih memenuhi

(54)

Setelah dilakukan uji statistik terhadap waktu hancur kapsul menggunakan

cakram pada cangkang kapsul setelah penyimpanan pada suhu 40°C; RH 75%

dengan metode independent t-test dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)

diperoleh thitung = 3,373 dan ttabel = ±2,776 dengan signifikansi = 0,106

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan waktu hancur dengan cakram pada

cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2

Selanjutnya hasil uji statistik tehadap waktu hancur kapsul tanpa cakram

pada cangkang kapsul setelah penyimpanan pada suhu 40°C; RH 75% dan

cangkang kapsul awal menggunakan metode independent t-test dengan tingkat

kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh t

setelah disimpan selama 3 bulan

pada suhu 40°C; RH 75%.

hitung = 0,207 dan ttabel = ±2,776 dengan

signifikansi = 0,057 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan waktu hancur

tanpa cakram pada cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 setelah

disimpan selama 3 bulan pada suhu 40°C; RH 75%.

(a)

(b) (c)

Gambar 4.5 Uji waktu hancur kapsul yang mengandung TiO2 setelah

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian.
Gambar 2. Struktur alginat
Tabel 4.1 Spesifikasi cangkang kapsul alginat 80 – 120 cP yang mengandung
Tabel 4.4 Ketebalan cangkang kapsul alginat 80 - 120cP
+7

Referensi

Dokumen terkait

pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam

Cara pengelasan baja paduan karbon rendah adalah sama dengan cara yang diterapkan pada baja karbon murni.Semua proses las busur bisa digunakan untuk mengelas baja

Through the acceleration of science and technology research exchange and collaboration in the East Asian region, the e-ASIA Joint Research Program (e-ASIA

Carilah turunan dari fungsi-fungsi berikut ini dengan menggunakan rumus turunan hasil kali dan hasil bagi fungsi :a. Tentukan persamaan

Karya pengabdian banyak yang tidak wajar hanya beda tanggal misal satu hari tempatnya beda -beda informasi ak kenaikan jabatan/pangkat. Jurnal Nasional dan Internasional

PENGARUH PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM SISWA KELAS X DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) WLINGI BLITAR..

[r]

Mujahadah Usbuiyah adalah kegiatan rutin yang di lakukan dalam lingkup. satu wilayah (desa) dengan mengamalkan sholawat dengan