• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR RISET AKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR RISET AKSI"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

RISET AKSI

EFEKTIVITAS SEKAT KANAL

DALAM PEMULIHAN HIDROLOGI GAMBUT:

KHG SUNGAI AIR HITAM LAUT – SUNGAI BUNTU KECIL

KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

Tim Pelaksana:

Dr. Ngudiantoro, M.Si.

Dr. Ir. Bakri, M.P.

Dr. Momon Sodik Imanudin, S.P., M.Sc.

Wijaya Mardiansyah, S.Si., M.Si.

KERJASAMA ANTARA

BADAN RESTORASI GAMBUT REPUBLIK INDONESIA DENGAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN 2018

(2)

KERJASAMA ANTARA

BADAN RESTORASI GAMBUT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN 2018

EFEKTIVITAS SEKAT KANAL

DALAM PEMULIHAN HIDROLOGI GAMBUT:

KHG SUNGAI AIR HITAM LAUT – SUNGAI BUNTU KECIL

KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

Oleh:

Dr. Ngudiantoro, M.Si.

Mengetahui:

Wakil Rektor Bidang Kerjasama Universitas Sriwijaya

Dr. Ir. A. Muslim, M.Agr.

NIP. 19641229 199001 1 001

Menyetujui:

Pejabat Pembuat Komitmen

Kedeputian Penelitian dan Pengembangan BRG

Ir. C Nugroho S Priyono, M.Sc.

NIP. 19601116 198703 1 001

(3)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut i

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyampaikan Laporan Akhir Riset Aksi “

”.

Tujuan utama riset aksi ini yaitu untuk mengetahui efektivitas pembangunan sekat kanal dalam pemulihan hidrologi gambut. Laporan Kemajuan ini berisi: 1) Pendahuluan; 2) Kondisi Umum Wilayah; 3) Metode Penelitian; dan 4) Hasil dan Pembahasan; serta 5) Kesimpulan dan Rekomendasi.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Badan Restorasi Gambut (BRG) atas kepercayaan yang telah diberikan kepada kami untuk melaksanakan pekerjaan ini. Harapan kami semoga hasil pekerjaan ini dapat bermanfaat sesuai dengan maksud dan tujuannya.

Palembang, Desember 2018

(4)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2 1.3 Lokasi ... 2

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan ... 2

II. KONDISI UMUM WILAYAH ... 4

2.1. Kabupaten Musi Banyuasin ... 4

A. Letak Geografi dan Wilayah Administrasi ... 4

B. Iklim dan Topografi ... 5

C. Penduduk ... 6

D. Indeks Pembangunan Manusia ... 8

E. Pendapatan Regional ... 8

2.2. KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil ... 11

A. Sistem Sungai ... 11

B. Kedalaman Gambut... 13

C. Penggunaan Lahan ... 15

D. Keanekaragaman Hayati ... 23

III. METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Kerangka Kerja ... 25

3.2. Teknik Pengukuran... 26

A. Pengukuran Curah Hujan dan Temperatur ... 26

B. Pengukuran MAT dan TMA ... 26

C. Pengukuran Konduktivitas Hidrolik Tanah ... 27

D. Pengukuran Kedalaman Gambut ... 29

3.3. Metode Analisis ... 29

A. Perhitungan Nilai Konduktivitas Hidrolik Tanah ... 29

B. Perhitungan Evapotranspirasi ... 30

C. Pendugaan Kedalaman Muka Air Tanah ... 30

D. Interpolasi Titik ... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1. Survei Pendahuluan ... 34

4.2. Pengukuran Curah Hujan dan Temperatur ... 36

4.3. Instalasi Alat Monitoring MAT dan TMA ... 38

4.4. Pengukuran Kedalaman Gambut ... 40

4.5. Pengukuran Konduktivitas Hidrolik Tanah ... 41

4.6. Pengikatan Titik Referensi Alat Monitoring ... 43

4.7. Monitoring MAT dan TMA ... 44

4.8. Prediksi Kedalaman Muka Air Tanah ( ) ... 46

(5)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut iii V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 58

5.1. Kesimpulan... 58 5.2. Saran ... 59

(6)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut iv

DAFTAR TABEL

2.1. Luas Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin Menurut Kecamatan Tahun 2017

...

5

2.2. Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Musi Banyuasin Menurut

Kecamatan Tahun 2017

...

5

2.3. Jumlah Penduduk di Kabupaten Musi Banyuasin Menurut Jenis

Kelamin Tahun 2017

...

6

2.4. Jumlah Penduduk di Kabupaten Musi Banyuasin Menurut

Kelompok Umur Tahun 2014

...

7

2.5. Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2012-2014

...

8

2.6. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Musi Banyuasin Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

...

9

2.7. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Musi Banyuasin Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

... 10

2.8. Tutupan Lahan di KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

... 15

2.9. Daftar Perusahaan Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan di KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi

Banyuasin

... 16

3.1. Kerangka Kerja Riset Aksi Penilaian Efektivitas Pembangunan Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut

... 25

(7)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut v

DAFTAR GAMBAR

1.1. Peta Lokasi Riset Aksi di KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

...

2

2.1. Peta Wilayah Administratif Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi

Sumatera Selatan

...

4

2.2. Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2004-2014

...

7

2.3. Peta KHG Prioritas Restorasi di Provinsi Sumatera Selatan

... 11

2.4. Peta Indikatif Sebaran Kedalaman Gambut di KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

... 13

2.5. Peta Rencana Restorasi KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

... 14

2.6. Peta Tutupan Lahan di KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

... 15

2.7. Peta Fungsi Hutan di KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

... 17

2.8. Peta Tutupan Lahan Konsesi di KHG Sungai Air Hitam Laut –

Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

... 17

3.1. Peta Sebaran Alat Monitoring untuk

Pengamatan MAT dan TMA

... 26

3.2. Skema Pengukuran Laju Naiknya Muka Air Tanah pada Lubang

... 27

3.3. Skema Fisik Muka Air Tanah ( ) Dalam Model Ellips

... 31

4.1. Kegiatan Survei Pendahuluan Dalam Penetapan Lokasi

Pemasangan Alat Monitoring MAT dan TMA

... 34

4.2. Kondisi Sekat Kanal di Sungai Kertak dan Kanal Kertak

... 35

4.3. Aktivitas Pengangkutan Kayu di Kanal Kertak

... 35

4.4. Alat Monitoring Hidrologi ( )

Milik BRG

... 37

4.5. Curah Hujan Harian di Lokasi Penelitian pada Periode Juli -

(8)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut vi 4.6. Temperatur Udara Harian di Lokasi Penelitian pada Periode Juli -

November 2018

... 38

4.7. Instalasi Untuk Pengamatan MAT

... 39

4.8. Instalasi Untuk Pengamatan TMA

... 39

4.9. Pengukuran Kedalaman Gambut

... 40

4.10. Pengukuran Konduktivitas Hidrolik Tanah

... 41

4.11. Sebaran Spasial Nilai Konduktivitas Hidrolik Tanah

... 42

4.12. Sebaran Spasial Kebakaran Lahan Tahun 2015

... 42

4.13. Pengikatan Titik Referensi Alat Monitoring

... 43

4.14. Fluktuasi Muka Air Tanah ( ) pada Lahan di Bagian Hulu Sekat Kanal Sungai Kertak

... 44

4.15. Fluktuasi Muka Air Tanah ( ) pada Lahan di Bagian Hilir Sekat Kanal Sungai Kertak

... 45

4.16. Fluktuasi Tinggi Muka Air pada Lahan di Bagian Hulu Sekat Kanal Sungai Kertak

... 46

4.17. Fluktuasi Tinggi Muka Air pada Lahan di Bagian Hilir Sekat Kanal Sungai Kertak

... 46

4.18. Prediksi Kedalaman Muka Air Tanah di Lokasi H2 (320 Meter dari Sungai Kertak)

... 47

4.19. Kesalahan Prediksi Kedalaman Muka Air Tanah di Lokasi H2 (320 Meter dari Sungai Kertak)

... 47

4.20. Prediksi Kedalaman Muka Air Tanah di Lokasi H3 (720 Meter dari Sungai Kertak)

... 48

4.21. Kesalahan Prediksi Kedalaman Muka Air Tanah di Lokasi H3 (720 Meter dari Sungai Kertak)

... 48

4.22. Prediksi Kedalaman Muka Air Tanah di Lokasi H4 (1120 Meter dari Sungai Kertak)

... 49

4.23. Kesalahan Prediksi Kedalaman Muka Air Tanah di Lokasi H4 (1120 Meter dari Sungai Kertak)

... 49

4.24. Prediksi Kedalaman Muka Air Tanah di Lokasi H5 (1520 Meter dari Sungai Kertak)

... 50

4.25. Kesalahan Prediksi Kedalaman Muka Air Tanah di Lokasi H5 (1520 Meter dari Sungai Kertak)

... 50

(9)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut vii 4.26. Prediksi Kedalaman Muka Air Tanah di Lokasi H7 (120 Meter dari

Sungai Kertak)

... 51

4.27. Kesalahan Prediksi Kedalaman Muka Air Tanah di Lokasi H7 (120 Meter dari Sungai Kertak)

... 51

4.28. Prediksi Kedalaman Muka Air Tanah di Lokasi H8 (520 Meter dari Sungai Kertak)

... 52

4.29. Kesalahan Prediksi Kedalaman Muka Air Tanah di Lokasi H8 (520 Meter dari Sungai Kertak)

... 52

4.30. Prediksi Kedalaman Muka Air Tanah di Lokasi H9 (920 Meter dari Sungai Kertak)

... 53

4.31. Kesalahan Prediksi Kedalaman Muka Air Tanah di Lokasi H9 (920 Meter dari Sungai Kertak)

... 53

4.32. Prediksi Kedalaman Muka Air Tanah di Lokasi H9 (1320 Meter dari Sungai Kertak)

... 54

4.33. Kesalahan Prediksi Kedalaman Muka Air Tanah di Lokasi H9 (1320 Meter dari Sungai Kertak)

... 54

4.34. Sebaran Spasial Rata-rata Kedalaman Muka Air Tanah pada

Minggu Kedua Oktober 2018

... 55

4.35. Sebaran Spasial Rata-rata Kedalaman Muka Air Tanah pada

Minggu Ketiga Oktober 2018

... 55

4.36. Sebaran Spasial Rata-rata Kedalaman Muka Air Tanah pada

Minggu Keempat Oktober 2018

... 56

4.37. Sebaran Spasial Rata-rata Kedalaman Muka Air Tanah pada

Minggu Pertama November 2018

... 56

4.38. Sebaran Spasial Rata-rata Kedalaman Muka Air Tanah pada

Minggu Kedua November 2018

... 57

4.39. Sebaran Spasial Rata-rata Kedalaman Muka Air Tanah pada

(10)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 1 Kerusakan fungsi ekosistem gambut terjadi akibat dari pengelolaan lahan yang salah karena pemilihan komoditas yang tidak sesuai dengan karakteristik lahan gambut. Hal ini diperparah dengan pengurasan air gambut melalui pembangunan kanal-kanal yang mengakibatkan kekeringan (kering tak balik) pada gambut sehingga memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kebakaran yang terjadi hampir setiap tahun dengan luasan yang selalu bertambah merupakan kenyataan bahwa gambut tidak lagi dalam kondisi alaminya atau sudah mengalami kerusakan.

Mengingat besarnya kerugian akibat kerusakan fungsi ekosistem gambut, maka pemerintah berkomitmen untuk melakukan upaya-upaya rehabilitasi dan pemulihan fungsi ekosistem gambut sampai pada kondisi alaminya. Dasar pendekatan dalam perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut yaitu Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG). Penataan ruang dalam satu KHG berawal dari pembagian wilayah menjadi fungsi lindung dan fungsi budidaya.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2014 jo PP No. 57 tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut, disebutkan bahwa perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut harus memperhatikan: 1) keragaman karakteristik fisik dan biofisik fungsi ekologis, 2) sebaran potensi sumber daya alam, 3) perubahan iklim, 4) sebaran penduduk, 5) kearifan lokal, 6) aspirasi masyarakat, 7) rencana tata ruang wilayah, dan 8) upaya pemulihan kerusakan ekosistem gambut.

Upaya pemulihan fungsi ekosistem gambut antara lain dapat dilakukan melalui restorasi ekosistem gambut. Badan Restorasi Gambut (BRG) yang dibentuk berdasarkan Perpres No.1 tahun 2016 memiliki mandat untuk menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi restorasi lahan gambut di 7 provinsi prioritas, yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua. Dalam kurun waktu 5 tahun (2016-2020) ditargetkan  2 juta hektar lahan gambut dapat direstorasi. Pada tahap pertama, kegiatan restorasi lahan gambut diprioritaskan di 4 kabupaten, yaitu Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, Kepulauan Meranti, dan Pulang Pisau.

Pendekatan restorasi gambut mencakup tiga hal utama yaitu

(pembasahan kembali lahan gambut), revegetasi (penanaman kembali areal yang terbakar), dan revitalisasi sumber pendapatan masyarakat. Dalam implementasinya, ketiga kegiatan utama dalam restorasi gambut tersebut membutuhkan dukungan IPTEK. Penerapan teknologi pada

(11)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 2 restorasi lahan gambut harus dapat dipertanggung jawabkan secara

ilmiah ( ).

Perluasan riset aksi ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas pembangunan sekat kanal dalam pemulihan hidrologi gambut.

Lokasi kegiatan yaitu di Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil. Secara administratif, KHG tersebut berada di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.

Gambar 1.1. Peta Lokasi Riset Aksi di KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

Kegiatan perluasan riset aksi yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembangunan sekat kanal dalam pemulihan hidrologi gambut meliputi:

a. Pengumpulan data hidro-klimatologi; b. Pengukuran curah hujan;

c. Pengukuran suhu udara;

(12)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 3 e. Pengukuran konduktivitas hidrolik tanah;

f. Pengamatan tinggi muka air di kanal; g. Pengamatan kedalaman muka air tanah; h. Pengamatan titik api;

i. Pemetaan kedalaman gambut;

j. Pemetaan kedalaman muka air tanah; k. Pemetaan area terbakar; dan

(13)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 4 Kabupaten Musi Banyuasin dengan luas wilayah 14.265,96 km2 atau sekitar 15 persen dari luas Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1,3° sampai dengan 4° Lintang Selatan dan 103° sampai dengan 104°45’ Bujur Timur.

Batas wilayah Kabupaten Musi Banyuasin adalah sebagai berikut:  Bagian utara berbatasan dengan Provinsi Jambi;

 Bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir;

 Bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas; dan  Bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin.

Tahun 2017, jumlah kecamatan dalam Kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 14 Kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan/UPT sebanyak 240.

Gambar 2.1. Peta Wilayah Administratif Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

(14)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 5 Tabel 2.1. Luas Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin Menurut

Kecamatan Tahun 2017

1 Babat Toman 1.291,00 9,05

2 Plakat Tinggi 247,00 1,73

3 Batang Hari Leko 2.107,79 14,77

4 Sanga Desa 317,00 2,22 5 Sungai Keruh 629,00 4,41 6 Sekayu 701,60 4,92 7 L a i s 755,53 5,30 8 Sungai Lilin 374,26 2,62 9 Keluang 400,57 2,81 10 Bayung Lencir 4.847,00 33,98 11 Lalan 1.031,00 7,23 12 Lawang Wetan 232,00 1,63 13 Babat Supat 511,02 3,58 14 Tungkal Jaya 821,19 5,76

Sumber: Kabupaten Musi Banyuasin Dalam Angka 2018

Tabel 2.2. Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Musi Banyuasin Menurut Kecamatan Tahun 2017

1. Babat Toman 11 2

2. Plakat Tinggi 15 -

3. Batang Hari Leko 16 -

4. Sanga Desa 17 2 5. Sungai Keruh 22 - 6. Sekayu 10 4 7. L a i s 15 - 8. Sungai Lilin 13 2 9. Keluang 13 1 10. Bayung Lencir 21 2 11. Lalan 27 - 12. Lawang Wetan 15 - 13. Babat Supat 16 - 14. Tungkal Jaya 16 -

Sumber: Kabupaten Musi Banyuasin Dalam Angka 2018

Kabupaten Musi Banyuasin beriklim tropis dan basah dengan curah hujan rata-rata bulanan 47,9-336,2 mm dan kejadian hujan 7-23 hari hujan per bulan. Lama penyinaran matahari rata-rata bulanan 41,2-67,2 persen. Kelembaban udara rata-rata bulanan tercatat relatif tinggi, yaitu 76,1-85,8 persen. Kecepatan angin rata-rata bulanan 4,0-6,4 km/hari, dan suhu udara rata-rata bulanan 24,0-6,4-27,5 OC.

(15)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 6 Keadaan tanah di Kabupaten Musi Banyuasin terdiri atas 4 jenis, yaitu organosol di dataran rendah atau rawa-rawa, klei humus penyebarannya mengikuti organosol, alluvial di sepanjang Sungai Musi, dan padzolik di daerah berbukit-bukit.

Di sebelah timur Kecamatan Sungai Lilin, sebelah barat Kecamatan Bayung Lencir, dan di daerah pinggiran aliran Sungai Musi sampai ke Kecamatan Babat Toman, tanahnya terdiri dari rawa-rawa dan airnya payau dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Daerah lainnya merupakan dataran tinggi dan berbukit-bukit dengan ketinggian antara 20 hingga 140 meter di atas permukaan laut.

Kabupaten Musi Banyuasin merupakan daerah rawa dan sungai besar serta kecil seperti Sungai Musi, Sungai Banyuasin, Sungai Batanghari Leko dan lain-lain. Untuk aliran Sungai Musi yang berada di bagian timur dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Di samping itu daerah ini juga terdiri dari lebak dan danau-danau kecil.

Kabupaten Musi Banyuasin memiliki jumlah penduduk terbanyak ke lima di Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk, tahun 2017 penduduk Kabupaten Musi Banyuasin mencapai 629.791 jiwa.

Tabel 2.3. Jumlah Penduduk di Kabupaten Musi Banyuasin Menurut Jenis Kelamin Tahun 2017

1 Babat Toman 1,49 16.504 16.076 32.580

2 Plakat Tinggi 1,52 13.941 13.341 27.282 3 Batang Hari Leko 1,30 12.252 11.455 23.707

4 Sanga Desa 1,53 16.938 16.843 33.781 5 Sungai Keruh 1,41 22.602 22.265 44.867 6 Sekayu 1,45 42.849 42.667 85.516 7 L a i s 1,50 28.874 28.755 57.629 8 Sungai Lilin 1,40 31.006 29.087 60.093 9 Keluang 1,51 15.897 15.263 31.160 10 Bayung Lencir 1,35 44.372 39.377 83.749 11 Lalan 1,55 21.930 19.795 41.725 12 Lawang Wetan 1,45 13.079 12.931 26.010 13 Babat Supat 1,41 18.799 18.126 36.925 14 Tungkal Jaya 1,34 23.324 21.443 44.767

(16)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 7 Banyaknya jumlah penduduk di Kabupaten Musi Banyuasin tidak diikuti dengan pemerataan penyebaran penduduk. Dari 14 kecamatan yang ada, konsentrasi penduduk sebanyak 13,58 persen terpusat di Kecamatan Sekayu yang merupakan Ibukota Kabupaten Musi Banyuasin. Luas Kecamatan Sekayu hanya 4,92 persen dari seluruh wilayah Kabupaten Musi Banyuasin. Di lain pihak, Kecamatan Bayung Lencir yang memiliki luas 33,98 persen dari luas total hanya dihuni oleh 13,30 persen penduduk. Gambaran ini menunjukkan tidak meratanya penyebaran penduduk di Kabupaten Musi Banyuasin.

Tabel 2.4. Jumlah Penduduk di Kabupaten Musi Banyuasin Menurut Kelompok Umur Tahun 2014

0-4 33.660 32.324 65.984 5-9 32.097 30.356 62.453 10-14 29.174 28.102 57.276 15-19 28.448 27.366 55.814 20-24 29.589 28.792 58.381 25-29 29.448 27.961 57.409 30-34 26.625 25.263 51.888 40-44 22.940 21.463 44.403 45-49 19.435 17.984 37.419 50-54 15.768 14.606 30.374 55-59 12.987 12.560 25.547 60-64 10.425 9.346 19.771 65+ 7 .059 6.553 13.612

Sumber: Kabupaten Musi Banyuasin Dalam Angka 2018

Sumber: Kabupaten Musi Banyuasin Dalam Angka 2018

36.39 36.28 35.52 33.60 25.45 22.76 20.06 18.99 18.29 18.02 17.38 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Per sen tas e Pendu du k Mi ski n Tahun

(17)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 8 Gambar 2.2. Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2004-2014

Rata-rata jumlah penduduk per kecamatan tahun 2017 sebesar 44.985 jiwa, sedangkan rata-rata penduduk per desa/kelurahan 2.624 jiwa. Jika dibandingkan dengan luas wilayahnya, setiap km2 dari wilayah Kabupaten Musi Banyuasin hanya dihuni sekitar 44 jiwa.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2012-2014 disajikan pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2012-2014

IPM Musi Banyuasin 63,27 64,18 64,93

IPM Sumsel 65,79 66,16 66,75

Harapan lama sekolah Musi Banyuasin 10,89 11,06 11,57 Harapan lama sekolah Sumsel 11,42 11,46 11,75 Angka Harapan Hidup Musi Banyuasin 67,99 67,99 67,99 Angka Harapan Hidup Sumsel 68,67 68,84 68,93 Daya Beli Musi Banyuasin 8.059 8.614 8.772

Daya Beli Sumsel 9.040 9.231 9.302

Sumber: Kabupaten Musi Banyuasin Dalam Angka 2018

IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak.

Produk Dometik Regional Bruto Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2016 dengan migas atas dasar harga berlaku sebesar 58.184.622,4 juta rupiah, sedangkan PDRB dengan migas atas dasar harga konstan yaitu sebesar 41.439.116,9 juta rupiah.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Musi Banyuasin dengan migas tahun 2017 rata- rata sebesar 3,02 persen. Angka ini meningkat jika dibandingkan tahun 2016 sebesar 2,41 persen. Sementara itu.

(18)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 9 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Musi Banyuasin tanpa migas pada tahun 2017 tumbuh sebesar 4,94 persen.

Tabel 2.6. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Musi Banyuasin Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6.060.642,6 6.551.984,9 6.905.656,1 7.181.552,5 Pertambangan dan Penggalian 34.307.984,6 32.706.729,2 31.191.799,3 31.945.324,0 Industri Pengolahan 2.686.101,6 3.437.241,8 4.299.007,9 5.192.218,5 Pengadaan Listrik dan Gas 9.617,3 13.827,7 20.230,3 26.727,0 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

5.857,3 7.261,5 8.869,1 10.117,4 Konstruksi 3.325.380,9 3.546.512,6 4.136.616,0 4.596.747,3 Perdagangan Besar

dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1.480.124,7 1.877.736,5 2.411.889,1 2.860.758,3 Transportasi dan Pergudangan 92.942,4 112.479,6 133.355,5 155.766,4 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 44.469,9 57.287,6 71.970,3 85.927,9 Informasi dan Komunikasi 72.621,0 87.092,7 106.723,0 128.721,1 Jasa Keuangan dan

Asuransi 778.695,8 888.330,5 1.010.099,3 1.115.346,8 Real Estate 659.422,8 851.144,0 1.037.901,6 1.155.125,3 Jasa Perusahaan 13.509,5 15.847,4 18.405,9 20.958,7 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1.502.838,2 1.916.782,0 2.134.131,6 2.138.556,2 Jasa Pendidikan 796.511,5 927.765,0 1.004.822,1 1.077.774,4 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 125.409,9 148.532,3 167.275,6 191.448,0 Jasa lainnya 220.550,1 241.593,9 272.769,7 301.552,6

Sumber: Kabupaten Musi Banyuasin Dalam Angka 2018

Pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2017 atas dasar harga berlaku sebesar 71.783.094 rupiah dengan migas dan pendapatan per kapita tanpa migas sebesar 37.648.126 rupiah.

(19)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 10 Rata-rata pengeluaran per kapita penduduk Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2017 tercatat sebesar 780.787 rupiah per bulan, yang terdiri dari pengeluaran makanan sebesar 451.929 rupiah dan non makanan sebesar 328.858 rupiah. Berdasarkan jenis pengeluarannya, pengeluaran per kapita makanan sebulan terbesar tahun 2017 digunakan untuk membeli komoditi padi-padian yaitu sebesar 79.290 rupiah. Sementara untuk pengeluaran perkapita non makanan sebulan terbesar digunakan untuk keperluan perumahan, bahan bakar, dan air yaitu sebesar 220.203 rupiah.

Tabel 2.7. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Musi Banyuasin Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.069.744,3 5.304.437,8 5.465.217,6 5.629.272,2 Pertambangan dan Penggalian 24.382.516,4 24.523.079,2 24.605.821,0 24.909.639,8 Industri Pengolahan 2.125.054,5 2.333.662,8 2.582.685,4 2.867.295,0 Pengadaan Listrik dan Gas 7.644,7 8.152,1 8.909,7 9.690,6 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

4.827,1 5.221,4 5.556,6 5.809,5 Konstruksi 2.527.026,3 2.526.671,2 2.636.076,1 2.775.753,9 Perdagangan Besar

dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1.099.880,6 1.141.924,2 1.216.630,7 1.281.113,4 Transportasi dan Pergudangan 67.944,3 73.863,5 80.152,2 86.953,6 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 31.966,2 35.248,0 39.021,6 42.865,6 Informasi dan Komunikasi 63.581,1 70.722,2 79.201,8 88.713,9 Jasa Keuangan dan

Asuransi 625.879,2 657.015,6 697.245,3 726.617,5 Real Estate 476.143,5 521.520,0 571.742,4 621.712,7 Jasa Perusahaan 10.689,2 11.136,9 11.892,0 12.717,3 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

1.031.787,9 1.127.136,5 1.221.249,8 1.310.910,9 Jasa Pendidikan 585.184,8 638.659,0 686.686,2 731.299,4 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 96.457,5 104.153,6 112.667,1 122.108,6 Jasa lainnya 191.197,0 195.954,8 205.135,2 216.643,2

(20)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 11 Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin memiliki banyak pusat produksi yang tersebar di beberapa tempat. Pusat-pusat produksi tersebut banyak menghasilkan komoditi berupa produk pertanian, seperti beras, produk perkebunan: karet, kelapa dan kelapa sawit dan aneka komoditi lain. Di samping itu juga terdapat produk bahan galian/tambang dan barang-barang industri. Potensi tersebut menunjang kegiatan sektor perdagangan di Kabupaten Musi Banyuasin. Peranan sektor perdagangan terhadap struktur perekonomian cukup dapat diperhitungkan.

Jasa akomodasi yang ada di Kabupaten Musi Banyuasin sangat terbatas jika dibandingkan dengan luas daerah. Keadaan geografis Kabupaten Musi Banyuasin sebagian besar terdiri atas dataran tinggi bergelombang dengan ketinggian berkisar antara 20-140 meter dari permukaan laut. Selain itu, juga terdapat banyak sungai-sungai besar dan kecil. Keadaan alam yang demikian memberikan berbagai alternatif penggunaan jalur transportasi ke luar masuk daerah. Pada daerah-daerah yang hubungannya sudah terbuka melalui jalur darat, sudah dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua bahkan roda empat. Bagi daerah-daerah yang keadaan alamnya terdiri dari dataran rendah dan belum terbuka untuk jalur transportasi darat, pada umumnya melalui perairan umum atau sungai.

KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil merupakan salah satu KHG prioritas restorasi di Provinsi Sumatera Selatan.

(21)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 12 Gambar 2.3. Peta KHG Prioritas Restorasi di Provinsi Sumatera Selatan

Bentang lahan di KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil sebagian besar berupa hutan rawa gambut. Jenis tanah aluvial berada di sepanjang pinggir Sungai Merang.

Sungai Merang dan Sungai Kepayang merupakan dua sungai utama yang ada di dalam KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil, kedua sungai tersebut merupakan anak Sungai Lalan yang bermuara ke Selat Bangka.

Sungai Merang memiliki banyak anak sungai, yaitu Sungai Cangkak, Sungai Buring, Sungai Beruhun, dan Sungai Tembesu Daro.

Sungai Buring merupakan anak Sungai Merang. Sungai Buring berada dalam wilayah Dusun II Desa Muara Merang. Hulu sungainya berada di wilayah Dusun III (Dusun Pancoran) Desa Muara Merang. Secara fisik, Sungai Buring cukup lebar. Pada bagian kanan-kiri Sungai Buring sepanjang 1–3 km didominasi oleh semak belukar. Kondisi arus semakin ke hulu semakin deras, hal ini disebabkan karena adanya pembukaan kanal atau parit yang memotong Sungai Buring menuju ke Sungai Sembilang milik Perusahaan HTI Rimba Hutan Mas. Kanal atau parit dan jalur-jalur ongkak (rel kayu) yang digunakan para pekerja balok ( ) untuk mengeluarkan kayu banyak ditemukan di sepanjang sungai. Selain itu, terdapat pondok-pondok penebang dengan bangunan tidak permanen di dekat muara parit atau masuk lebih ke dalam dari muaranya.

(22)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 13 Sungai Beruhun adalah anak Sungai Merang. Secara fisik, sungai ini terbentuk secara alami dengan panjang sungai lebih kurang 6 km dan lebar sungai rata-rata 4 meter. Muara Sungai Beruhun lebar tetapi alur sungainya sempit. Sungai Beruhun mengalami pendangkanalan akibat timbunan serasah dan balok-balok kayu di bagian dasar sungai. Kondisi vegetasi di sepanjang Sungai Beruhun mirip dengan Sungai Tembesu Daro.

Sungai Tembesu Daro adalah anak Sungai Merang. Lebar Sungai Tembesu Daro berkisar 1,5–2,5 meter. Pada tahun 1990-an, panjang Sungai Tembesu Daro hanya sekitar 5 km dari arah muara. Saat ini telah mencapai lebih dari 14 km menembus kubah gambut dalam. Hal ini disebabkan karena adanya pelebaran dan pengerukan dengan menggunakan alat berat (eksavator) oleh oknum yang tidak bertanggungjawab untuk mengeluarkan kayu, sehingga bentuk sungainya menjadi lurus dan simetris. Semak belukar yang didominasi jenis paku-pakuan ditemukan di kanan-kiri sungai sepanjang 1 km dari muara sungai. Pada lokasi tersebut pernah terjadi kebakaran, dan pada beberapa tempat terlihat ada pohon-pohon bekas terbakar, tunggul-tunggul pohon-pohon bekas penebangan dan beberapa batang kayu bulat hasil penebangan yang ikut terbakar. Khususnya di Pal 8 terdapat area bekas terbakar pada musim kemarau 2006. Pohon-pohon kayu berdiameter kecil kurang dari 25 cm yang didominasi jenis tembesu dan manggris terdapat di bagian hulu.

Secara bio-fisik, Sungai Kepayang adalah rona khas dari sungai rawa gambut, dimana warna airnya hitam kecoklatan (seperti air teh) dan substratnya berupa lumpur, serasah serta serbuk kayu. Kondisi tutupan hutan di kanan-kiri sungai umumnya berupa areal terbuka yang ditumbuhi semak belukar. Di bagian hulu setelah melewati areal semak belukar dan alang-alang dijumpai vegetasi yang didominasi jenis Mahang.

Pada umumnya, penduduk setempat menyebut titik muara sebagai titik atau Pal Nol, dan seterusnya sampai ke hulu di Pal 28 yang berbatasan langsung dengan IUP-HTI PT. Rimba Hutani Mas. Lebar sungai dari muara sungai sampai di Pal 16 lebih kurang 15–20 m. Semakin ke bagian hulu lebar sungai semakin kecil. Mulai dari Pal 16 sampai ke Pal 26, lebarnya berkisar 6–8 m. Pada lokasi Pal 10 sampai Pal 15 adalah wilayah terbuka bekas terbakar pada tahun 1997 dan 2006, dan pernah menjadi permukiman para pekerja balok ( ).

Sebaran kedalaman gambut di KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil dapat dilihat pada Gambar 2.4.

(23)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 14 Gambar 2.4. Peta Indikatif Sebaran Kedalaman Gambut di KHG Sungai Air

(24)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 15 Gambar 2.5. Peta Rencana Restorasi KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai

(25)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 16 Dari hasil interpretasi Citra Landsat tahun 2014, kondisi tutupan vegetasi di KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil didominasi hutan gambut sekunder, hutan rawa gambut, akasia dan sawit, serta ada beberapa perkebunan karet di kawasan Hutan Desa.

Gambar 2.6. Peta Tutupan Lahan di KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

Tabel 2.8. Tutupan Lahan di KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

Hutan rawa primer 0,04

Rawa 1.939,60

Mangrove 61.989,23

Perkebunan 1.168,92

Pertanian campuran 2.925,45

Semak belukar 35.874,27

(26)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 17 Hutan gambut sekunder dan rawa gambut mendominasi karena sebagian besar areal masuk di daerah konsensi dalam wilayah KPHP Lalan, yaitu HTI PT. Rimba Hutani Mas (RHM) di mana areal tersebut sebagian dimanfaatkan sebagai wilayah konservasi perusahaan tersebut, dan juga ada satu perusahaan Pemegang Izin Jasa Lingkungan (IUPJL) yaitu PT. Global Alam Lestari (GAL). Selanjutnya, vegetasi yang ada yaitu akasia milik PT. RHM dan ada beberapa perusahaan pemegang HGU Sawit pada lahan yang bersatus APL. Tabel 2.9. Daftar Perusahaan Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan di KHG

Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

1. PT. Sumber Hijau Permai IUP-HTI 30.139,40 29/Menhut-II/2006 13 Feb 2006 2. PT. Rimba Hutani mas IUP-HTI 67.100,00 90/Menhut-I/2007 22 Mar 2007 3. PT. Tri Pupajaya IUP-HTI 21.995,00 583/Menhut-II/2009 2 Okt 2009 4. PT. Wahana Lestari Makmur Sukses IUP-HTI 14.010,00 484/Menhut-II/2009 19 Agu 2009 5. PT. Global Alam Lestari IUP-Jasa Lingkungan 21.780,00 494/Menhut-II/2013 12 Juli 2013

8. PT. Bumi Pratama Usaha Jaya IUP-Hutan Alam 56.000,00 604/Kpts-II/1997 18 Sep 1997 9. PT. Swadaya Bhakti Negara Mas Sawit 14.000,00 014/Kpts/IUP/ Disbun/2004 20 Jul 2004 10. PT. Mentari Subur Abadi Sawit 19.000,00 011/KPTS/IUP/ DISB/04 17 Jun 2004 11. PT. Pinangwitmas Sejati Sawit 14.988,00 HK.350/E5.670/08.97 4 Agu 1997 12. PT. Panca Tirta Budi Agung Sawit 20.000,00 1306/2008 27 Agu 2008 13. PT. Banyu Kahuripan Indonesia Sawit 40.000,00 008/SK-IUP/ DISB/2003 28 Nov 2003 14. PT. Mega Hijau Bersama Sawit 2.500,00 025/KPTS/IUP/ Disbun/07 20 Feb 2007

(27)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 18 Gambar 2.7. Peta Fungsi Hutan di KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu

Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

Gambar 2.8. Peta Tutupan Lahan Konsesi di KHG Sungai Air Hitam Laut – Sungai Buntu Kecil, Kabupaten Musi Banyuasin

(28)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 19 Desa Muara Merang berada dalam kawasan hutan rawa gambut Merang Kepayang. Kedalaman gambut di kawasan tersebut bervariasi dari gambut dangkal hingga sangat dalam (0,5 hingga lebih dari 6 meter). Kubah-kubah gambut terletak di antara Sungai Merang dan Sungai Kepayang, serta di antara Sungai Kepayang dan sungai-sungai yang bermuara ke Taman Nasional Sembilang. KHG Merang-Kepayang memiliki luas  150.000 hektar, dan kaya dengan kenekaragaman hayati.

Hutan rawa gambut menyimpan cadangan karbon baik di dalam tanah maupun di atas tanah. Hutan rawa gambut Merang Kepayang merupakan kawasan hutan yang berada di kubah gambut terbesar di Provinsi Sumatera Selatan, yaitu kubah gambut Merang, yang didalamnya terdapat gambut dengan ketebalan lebih dari 3 meter. Menurut aturan kubah gambut seharusnya dikonservasi, namun pada kenyataannya kawasan hutan rawa gambut Merang Kepayang dihadapkan pada masalah konversi. Kondisi tersebut tentu dapat mengakibatkan terganggunya fungsi hutan rawa gambut sebagai cadangan karbon dunia sehingga akan menyebabkan terjadinya emisi karbon ke atmosfer dalam jumlah besar.

Berakhirnya masa konsesi perusahaan HPH pada tahun 1999-2000, memicu maraknya aktifitas baru bagi beberapa warga yang sebelumnya berprofesi sebagai nelayan pencari ikan beralih menjadi penebang kayu. Bagi warga yang memiliki modal kuat umumnya berperan menjadi tauke (pemilik modal) pengambil kayu di hutan dengan syarat-syarat perjanjian yang sangat menguntungkan para tauke tersebut. Sebaliknya, para pekerja penebang umumnya hanya mendapatkan penghasilan yang cukup untuk kehidupan sehari-hari saja.

Maraknya penebangan kayu illegal, juga mendorong munculnya bisnis baru pengolahan hasil kayu yang ditandai dengan bermunculannya sawmill-sawmill di sepanjang Sungai Lalan, baik legal maupun illegal. Meskipun Desa Muara Merang dikategorikan sebagai desa terpencil, namun dengan potensi yang dimiliki telah menjadikan Desa Muara Merang sebagai desa yang sangat terbuka bagi para pendatang, baik sebagai buruh tebang kayu maupun bagi mereka yang melakukan bisnis kayu.

Desa Muara Merang merupakan desa pertama di Provinsi Sumatera Selatan yang memperoleh hak pengelolaan hutan desa. Pengelolaan Hutan Desa Merang merupakan skema pengelolaan hutan bersama masyarakat. Pembangunan hutan desa yang terletak di Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Lalan difasilitasi oleh kegiatan

(29)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 20 proyek Merang REDD+ Pilot Project (MRPP-GTZ) yang dimulai sejak tahun 2008.

Kawasan Hutan Desa Merang dari tahun ke tahun mengalami degradasi dan deforestasi yang cukup parah. Pada tahun 2002, tutupan hutan berkerapatan tinggi seluas 62 persen (dari total area 7.250 hektar), dan pada tahun 2009 turun menjadi 36 persen. Sebaliknya, belukar pada tahun 2002 seluas 2 persen, naik dengan pesat menjadi 20 persen pada tahun 2009.

Permasalahan yang ditemukan di Hutan Desa Merang antara lain penebangan liar, pembuatan kanal sebagai akses dan sarana transportasi untuk masuk ke kawasan hutan, kebakaran hutan, penegakan hukum yang lemah, serta kurangnya pendanaan dan dukungan pemerintah lokal dalam menjaga keberlanjutan program hutan desa.

Parit atau kanal yang dibangun di dalam areal hutan rawa gambut Merang pada umumnya ditujukan sebagai sarana transportasi dan akses masuk ke dalam hutan untuk melakukan pembalakan liar. Parit yang dibangun biasanya berukuran lebar 1-3 meter dan di bagian muara berukuran lebar 6-30 meter, kedalaman 0,5-2 meter, dengan panjang total 205 km. Upaya penyekatan kanal telah dilakukan kelompok masyarakat, yaitu Kelompok Masyarakat Peduli Hutan (KMPH) bersama pemerintah daerah melalui Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) KPHP Lalan. Sekat kanal yang dibangun merupakan sekat kanal “hidup” yaitu menanami sekat dengan tumbuhan air, seperti rasau, agar akar tumbuhan dapat memberi kekuatan pada sekat kanal. Ruang-ruang pada kanal digunakan sebagai tempat untuk budi daya ikan.

Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Merang telah terbentuk dan memiliki struktur organisasi. Secara struktural, kepengurusan LPHD ditetapkan oleh kepala desa, anggotanya adalah masyarakat asli dan pendatang yang sudah berada di kawasan hutan sebelum ditetapkan menjadi hutan desa, dan pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah. Sistem administrasi sudah baik, namun fungsi kepemimpinan belum berjalan dengan baik.

Secara kultural, terdapat potensi konflik internal dan eksternal. Bentuk-bentuk kegiatan LPHD seperti rencana kelola kawasan, kelola usaha, dan kelola lembaga, dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan karena berbagai aturan dan sanksi hukum belum dilaksanakan dengan baik, serta kurangnya perhatian dari pemerintah.

(30)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 21 Desa Kapayang sebelumnya masuk dalam wilayah Desa Muara Merang. Pada tanggal 11 November 2006, status Kepayang berubah dari Dusun 2 Muara Merang menjadi Desa Kepayang. Desa Kepayang merupakan salah satu desa yang mewakili ekosistem gambut. Desa Kepayang berada pada kawasan yang memiliki biodiversitas penting serta tingkatan ancaman tinggi terhadap pelestarian biodiversitas dan pengelolaan hutan dikarenakan adanya kegiatan-kegiatan ilegal ke dalam kawasan hutan.

Masyarakat Desa Kepayang tergolong miskin dengan status pendapatan rumah tangga di bawah rata-rata pendapatan batas garis kemiskinan. Nilai pendapatan yang digunakan adalah 3 kali lipat rata-rata pendapatan batas garis kemiskinan. Jika rata-rata pendapatan batas garis kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 291.058 rupiah maka Desa Kepayang merupakan salah satu desa dengan rata-rata pendapatan rumah tangga di bawah 873.174 rupiah.

Desa Kepayang memiliki sumber daya alam berlimpah dari hasil hutan, kebun karet, hasil walet, yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat. Namun karena keterbatasan dalam pengetahuan pengelolaan sumber daya, sarana fisik penunjang usaha yang minim, akses modal kerja yang susah serta pelayanan perbankan yang minim, maka masyarakat tidak dapat mengelola sumber daya alamnya dengan maksimal sebagai sumber mata pencaharian.

Minimnya fasilitas fisik (modal fisik) meningkatkan biaya hidup masyarakat seperti biaya transportasi, kesehatan, pendidikan, air, dan listrik. Kebakaran hutan yang terjadi secara regular setiap tahun pada saat musim kemarau panjang berdampak terhadap menurunnya kualitas udara, begitu pula dengan aktifitas perusahan sawit yang mencemari sungai sebagai sumber air mereka mengancam bagi modal kerja yaitu menurunnya kualitas kesehatan penduduk.

Deskripsi Desa Kepayang adalah sebagai berikut:

Desa dengan jumlah pendudk 800 KK, sebagian besar penduduknya berpendidikan SD (fasilitas sekolah minim dan jauh serta biaya transportasi menuju sekolah mahal). Pekerjaan utama penduduk adalah bekerja di perkebunan sawit dan berkebun karet (70 persen dari jumlah penduduk, lebih dari 50 persen perempuan). Keterampilan yang dimiliki warga adalah merawat dan panen kebun sawit dan karet, identifikasi tanaman kayu, dan menebang kayu (laki-laki). Kualitas kesehatan rendah karena sanitasi yang buruk (tidak ada drainase), tidak ada

(31)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 22 sumber air bersih, air sungai tercemar, dan setiap tahun dalam jangka waktu panjang terpapar asap kebakaran (ISPA).

Desa Kepayang memiliki Hutan Desa seluas ± 5.400 ha dengan potensi tanaman dan hewan (darat dan sungai) beragam yang bermanfaat untuk sumber makanan, obat-obatan, bahan kerajinan, bahan bangunan dan sumber pendapatan. Kebun karet seluas ± 400 hektar yang dikelola 200 KK, dan juga bangunan sarang burut walet yang dibangun di sekitar perkampungan. Bencana kebakaran yang sering terjadi secara rutin mengancam keberadaan sumber daya hutan (tanaman & hewan), pembuangan limbah perusahan sawit ke sungai menyebabkan air sungai tidak dapat digunakan untuk dikonsumsi sehari-hari. Untuk minum dan memasak masyarakat membeli air gallon seharga 10.000 rupiah per galon.

Desa Kepayang minim dengan sarana fisik. Untuk sarana pendidikan hanya ada bangunan PAUD dan SD, kesehatan ada polindes, masjid, dan pasar. Sarana transportasi darat jalan tanah (kualitas buruk pada saat musim hujan) tidak ada alat transportasi reguler, ada alat tranportasi sungai (ketek,

, kelotok – tranportasi regular). Tidak ada pelayanan listrik PLN ataupun PLTdes yang ada pelayana listrik yang dikelola secara perorangan (iuran 300.000 rupiah per rumah). Komunikasi, ada jaringan komikasi (Indosat dan Telkomsel).

Uang yang beredar di masyarakat bersumber dari sawit (upah), karet (penjualan getah), dan burung walet. Warung teknologi dan lembaga keuangan non perbankan yang memberikan jasa simpan pinjam. Tidak banyak masyarakat yang menabung (hanya sekitar 5 persen), ini mungkin karena lokasi bank jauh dari desa. Masyarakat juga sulit untuk mengakses pinjaman bank karena syarat yang sulit untuk dipenuhi. Ada 2 pasar di dekat desa yang beraktifitas pada saat hari gajian perusahan sawit yang dikenal dengal dengan pasar gajian, pada saat gajian beroperasi terjadi peredaran uang yang cukup banyak.

Selain lembaga pemerintahan desa ada lembaga-lembaga desa lainnya, yaitu LPM, Lembaga Adat, PKK, Posyandu, dan Karang Taruna. Ada pula lembaga bentukan dari pihak luar seperti KBR

(32)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 23 (Kebun Bibit Rakyat), KMPA (Kelompok Masyarakat Peduli Api). Ada pula lembaga dari luar yang bekerja di desa tersebut seperti WBH (Wahana Bumi Hijau), KPH Lakitan, BioClime, dan program PNPM (fokus pada pendidikan & kesehatan). Lembaga yang ada di desa lebih banyak fokus pada masalah kehutanan, pendidikan, dan kesehatan).

Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin telah mengalokasikan kawasan hutan untuk pemanfaatan oleh masyarakat melalui program Hutan Desa (HD), salah satunya adalah Hutan Desa Kepayang yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 573/Menhut-II/2013 tanggal 23 Agustus 2013, luas 5.170 ha. Hutan Desa itu dikelola Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD). Pemberian hak pengelolaan Hutan Desa Kepayang kepada LPHD ditetapkan berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Selatan atas areal Hutan Produksi Tetap Lalan seluas 4.952 ha. Di dalam Hutan Desa, hak-hak pengelolaan secara permanen diberikan kepada LPHD dengan waktu 35 tahun dan dapat diperpanjang. Areal Hutan Desa Kepayang adalah eks areal bekas tebangan (

) dari HPH PT. Bumi Raya. Kriteria ketebalan/ kedalaman gambut yang terdapat pada Hutan Desa Kepayang sebagian besar masih berupa gambut dalam (54,65 persen; 2.344 hektar), gambut sedang (28,40 persen; 1.218 hektar), gambut sangat dalam (13,99 persen; 600 hektar) dan sebagian kecil gambut sangat dangkal/tipis (2,99 persen; 127 hektar). Kisaran kedalaman gambut di lokasi Hutan Desa Kepayang adalah 0,5–6,5 meter.

Kondisi tutupan lahan Hutan Desa Kepayang pada tahun 2011 adalah sebagai berikut:

Hutan bekas tebangan berkerapatan tinggi. Pada saat itu areal ini tidak ditemukan tanda-tanda bekas terbakar;

Hutan bekas tebangan berkerapatan sedang. Pada saat itu, wilayah ini menjadi target kegiatan . Pada kawasan ini terdapat jenis (kelat jambu) serta pisang bekas tebangan (gelondongan kayu) baik yang masih baru maupun yang sudah lama;

Daerah terbuka. Areal ini terbuka akibat kegiatan

dan kebakaran hutan. Areal ini didominasi oleh jenis paku dan karet yang berumur lebih dari 1,5 tahun yang tidak terawat sehingga membentuk semak. Pada areal terbuka yang tergenang biasanya didominasi oleh jenis pandan berduri ( ); Perkebunan karet. Tanaman karet yang ada di wilayah Hutan Desa Kepayang merupakan tanaman karet yang masih relatif muda yang berumur 2–4 tahun. Sebelum karet tumbuh besar, para penggarap tanaman karet menanam berbagai jenis tanaman

(33)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 24 pangan yang bisa dikonsumsi seperti pisang, tebu, tanaman sayur, dan lain sebagainya.

Potensi kawasan HD Kepayang antara lain:

Kawasan HD Kepayang sebagian yang bertanah mineral seluas 300 ha, sebagian besar telah digunakan oleh masyarakat untuk membuat perkebunan karet.

Ada 81 jenis pohon yang telah teridentifikasi, beberapa diantaranya adalah jenis komersial, antara lain jenis meranti, kranji, dan petaling.

Ada jenis fauna yang dilindungi, antara lain Harimau Sumatera dan Beruang Madu.

Cadangan karbon terbesar berada di kawasan hutan dengan kerapatan tinggi dengan nilai cadangan karbon terbesar 294,5 ton per hektar, sedangkan cadangan karbon di kawasan pemanfaatan oleh masyarakat terletak di tipe perkebunan masyarakat berupa karet usia 6 bulan dengan nilai cadangan karbon sebesar 76,2 ton per hektar.

Kayu Jentikan ( ) merupakan kayu dengan

nilai INP tertinggi dengan jumlah 28,94 persen, dengan volume kayu tertinggi sebesar 76,4 m3.

Masyarakat Desa Kepayang berpotensi sangat besar dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya dengan diberikannya hak pengelolaan hutan desa. Hal ini dimungkinkan karena pemegang hak pengelolaan hutan desa berhak memanfaatkan kawasan, jasa lingkungan, pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu.

Kondisi saat ini masyarakat belum dapat melakukan berbagai kegiatan usaha. Salah satu usaha budidaya yang akan dikembangkan adalah penanaman jelutung, sedangkan untuk memanfaatkan jasa lingkungan direncanakan melalui kegiatan usaha perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan perlindungan lingkungan, atau penyerapan dan penyimpanan karbon, dengan membuka peluang kemitraan dengan para pemegang izin/perusahaan dan KPHP Lalan.

Tipe hutan rawa gambut di kawasan hutan Merang dan Kepayang memiliki kekayaan alam hayati yang cukup penting, tercermin dengan keanekaragaman jenis satwa dan flora. Dari data SSFFMP (2008) tercatat 1.471 individu pohon (diamater ≥ 10 cm) dari 22 plot pengamatan dengan luas total 2,2 ha. Kerapatan berkisar antara 240– 1.140 pohon per hektar dengan rata-rata 620 pohon per hektar. Tercatat sedikitnya 178 jenis pohon yang termasuk dalam 42 suku

(34)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 25 dikenal. tercatat sebagai suku paling dominan dengan 135 individu yang tercatat dari 1.471 pohon, sementara

menunjukkan jumlah anggota marga tertinggi dan jumlah jenis terbesar. Suku-suku lain yang memiliki anggota jenis cukup besar adalah

dan . Beberapa jenis pohon penting dan dilindungi yang tersebar di wilayah ini adalah Pule Rawa (

), Mersawa ( ), Merulan

( ), Terentang (Camnosperma coriaceum),

Pinang Merah ( ), Keranji ( ), Durian

Burung ( ), Jelutung Rawa ( ), Nyatoh

( ), dan Mengris ( ).

Dari survei hidupan liar (SSFFMP, 2008) ditemukan jejak Harimau

( ), Beruang madu ( ) dan Tapir

( ) yang merupakan satwa dilindungi. Selain itu beberapa jenis primata seperti Owa ( ), Lutung perak

( ), Simpai ( ) dan Beruk

( ) masih dijumpai di kawasan hutan alam. Kera ekor panjang ( ) banyak dijumpai di sepanjang pinggir sungai walaupun di lahan terdegradasi. Rusa sambar (

) dan Babi hutan ( dan ) banyak dijumpai jejaknya di hutan gelam yang relatif terbuka. Tercatat 104 jenis burung tersebar di wilayah hutan produksi Lalan. Satu jenis Mentok rimba ( ) yang terancam punah juga terdapat di kawasan ini. Paling tidak terdapat 4 jenis burung rangkong terdapat di areal hutan dan sebanyak 25 jenis merupakan jenis yang terancam akibat adanya degradasi dan deforestasi. Beberapa jenis reptil dijumpai di wilayah ini antara lain Buaya muara (

) dan Buaya senyulong ( ) yang

(35)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 25 Kerangka kerja pelaksanaan riset aksi untuk penilaian efektivitas pembangunan sekat kanal dalam pemulihan hidrologi gambut disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Kerangka Kerja Riset Aksi Penilaian Efektivitas Pembangunan Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut

Tujuan Melakukan penilaian efektivitas pembangunan sekat kanal dalam pemulihan hidrologi gambut

Sasaran

 Pengendalian muka air tanah ( )  Pembasahan gambut ( )

 Pengendalian kebakaran hutan dan lahan

Manfaat

Dapat diketahui:

 Sebaran kedalaman muka air tanah ( )  Peningkatan luas area pembasahan gambut ( )  Penurunan luas area terbakar

Keluaran Hasil penilaian efektivitas sekat kanal terhadap peningkatan luas area pembasahan gambut ( ) dan penurunan luas area terbakar

Kegiatan

 Pengumpulan data hidro-klimatologi  Pengukuran curah hujan

 Pengukuran temperatur

 Pengukuran kedalaman gambut

 Pengukuran konduktivitas hidrolik tanah  Pengukuran tinggi muka air di kanal  Pengukuran kedalaman muka air tanah  Pengamatan titik api

 Pemetaan kedalaman gambut

 Pemetaan kedalaman muka air tanah  Pemetaan area terbakar

 Analisis efektivitas sekat kanal

Indikator Kinerja

 Basis data hidro-klimatologi  Basis data kedalaman gambut  Basis data tinggi muka air di kanal  Basis data kedalaman muka air tanah  Basis data titik api

 Peta sebaran kedalaman gambut

 Peta sebaran kedalaman muka air tanah  Peta sebaran area terbakar

 Hasil analisis efektivitas sekat kanal

Metode

 Pedoman tata kelola air dan pengukuran muka air  Pengukuran lapangan

 Model Ellips – Tata Kelola Air  Interpolasi titik

(36)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 26 Curah hujan dan temperatur udara dicatat dari alat monitoring

hidrologi ( )

milik BRG yang terdapat di lokasi penelitian, yaitu di KPHP Lalan Mangsang Mendis di Desa Kepayang, Kecamatan Lalan, Kabupaten Musi Banyuasin.

Pengukuran kedalaman muka air tanah (MAT) dilakukan dengan cara membuat sumur pengamatan ( ) di lahan. Kedalaman muka air

tanah dicatat melalui alat . Untuk

pencatatan tinggi muka air (TMA) di kanal, dilakukan dengan

memasang alat di kanal.

Pencatatan kedalaman muka air tanah dan tinggi muka air di kanal dilakukan dalam interval waktu 1 jam.

Alat monitoring dipasang

sebanyak 8 titik untuk pengamatan MAT di lahan, 4 alat dipasang di kanal untuk pengamatan TMA. Sebaran lokasi pengamatan MAT dan TMA dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Peta Sebaran Alat Monitoring untuk Pengamatan MAT dan TMA

(37)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 27 Pengukuran konduktivitas hidrolik tanah dilakukan dengan menggunakan metode . Lokasi pengukuran berada pada titik yang sama dengan lokasi pemasangan alat monitoring kedalaman muka air tanah.

Nilai konduktivitas hidrolik tanah dihitung berdasarkan laju naiknya muka air tanah. Pengukuran dilakukan secara langsung di lahan dengan cara membuat lubang pengamatan. Pengeboran lubang

menggunakan bor dengan jenis mata pisau terbuka, karena jenis ini hanya sedikit memberikan pelumpuran pada dinding lubang, selain itu proses pengeboran akan lebih cepat dibandingkan dengan jenis mata bor pisau tertutup.

Pengukuran laju naiknya muka air tanah di dalam lubang

dilakukan berdasarkan selang waktu ( ), atau selang kenaikan muka air tanah yang tetap (𝑑𝑌𝑡). Untuk meningkatkan ketepatan hasil

pengukuran dan mengurangi pengaruh ketidakteraturan di lapangan, maka diambil minimal tiga pembacaan kenaikan muka air tanah. Alat ukur waktu ( ) digunakan dalam pengukuran dengan selang 𝑑𝑌𝑡 yang tetap. Selang waktu ( ) yang dipilih

bergantung pada permeabilitas tanah.

Pengukuran untuk waktu yang terlalu lama dihindari karena

yang terbentuk pada bagian atas lubang pada saat pengisian kembali akan terlalu besar. Hal ini akan menurunkan nilai aktual dan berpengaruh pada penurunan laju kenaikan muka air di dalam lubang .

Gambar 3.2. Skema Pengukuran Laju Naiknya Muka Air Tanah pada Lubang

(38)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 28 Keterangan gambar:

: Kedalaman lubang ;

: Jarak antara dan dasar lubang ; : Kedalaman lubang di bawah muka air tanah;

: Kedalaman muka air tanah di bawah permukaan tanah; : Jarak antara dan muka air tanah;

0 : Jarak antar muka air tanah dan muka air di dalam lubang pada pembacaan pertama setelah pembuangan air;

: Jarak yang sama pada akhir pengukuran, umumnya diambil lima kali pembacaan;

: Kenaikan muka air tanah di dalam lubang selama pengamatan, ∑ 𝑑𝑌𝑡 = 𝑌𝑛− 𝑌0;

: Jarak antara muka air tanah dan rata-rata muka air di dalam lubang selama pengamatan, 𝑌 =12(𝑌𝑛− 𝑌0) = 𝑌0−

1 2𝑑𝑌;

: Jari-jari lubang ; dan

: Kedalaman lapisan kedap air dari dasar lubang .

Prosedur pengukuran laju naiknya muka air tanah adalah sebagai berikut:

1. Standar diletakkan sedemikian rupa di dekat lubang , sehingga pelampung dan pita baca (meteran) tepat tegak lurus di atas lubang ;

2. Pelampung dan pita baca diturunkan ke permukaan air tanah, dan kedalaman muka air tanah dicatat;

3. Pelampung dan pita baca dikeluarkan dengan hati-hati dan standar diubah posisinya sehingga tabung pembuang ( ) dapat dimasukkan ke lubang ;

4. Air dikeluarkan dari lubang dengan menggunakan hingga muka air tanah turun sekitar 20-40 cm;

5. Standar dikembalikan ke posisi semula, pelampung dan pita baca diletakkan kembali ke permukaan air di dalam lubang , pembacaan dimulai sesegera mungkin;

6. Tiga pembacaan diambil untuk selang waktu tertentu. Apabila pita baca menempel pada sisi lubang , maka pita baca harus digoyang. Pembacaan dilakukan dengan posisi pita baca pada standar (40 cm di atas permukaan tanah); dan

7. Semua pembacaan, termasuk kedalaman dan jari-jari lubang diukur.

8. Pengukuran dihentikan ketika tidak lebih dari 25 persen volume air yang dikeluarkan sudah terisi kembali. Dengan kata lain, pengukuran dihentikan sebelum < ¾ 0, atau yang lebih mudah dihitung yaitu sebelum > ¼ 0.

(39)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 29 Pengukuran kedalaman gambut dilakukan pada 8 titik. Lokasi pengukuran kedalaman gambut berada pada titik yang sama dengan lokasi pemasangan alat monitoring kedalaman muka air tanah.

Nilai K (konduktivitas hidrolik tanah) dihitung dengan menggunakan persamaan matematika. Hubungan antara faktor dan laju naiknya muka air tanah ( ) dapat digambarkan sebagai berikut:

= dt dY

c. (1)

dengan adalah fungsi dari jarak antara muka air tanah dan ketinggian air rata-rata di bawah lubang pada selang waktu ( ) dalam lubang di bawah muka air tanah ( ) jari-jari lubang ( ), dan kedalaman lapisan kedap dari bagian bawah/dasar lubang auger yang mempunyai permeabilitas 10 kali lebih rendah dari lapisan di atasnya ( ) yang dapat dibaca dari grafik. Selain menghitung nilai-nilai untuk setiap , pengukuran-pengukuran tersebut dapat dirata-ratakan sebelum mencari nilai dari grafik, dengan catatan ∑ < ¼ 0 dan antara pembacaan yang satu dengan lainnya tidak begitu jauh berbeda.

Selain dengan metode grafik, perhitungan nilai K dapat juga dilakukan dengan menggunakan persamaan matematika. Namun demikian, sebuah persamaan jarang digunakan untuk menghitung konduktivitas hidrolik tanah karena kemudahan penggunaan grafik-grafik yang sudah tersedia. Salain itu, tidak seperti persamaan, grafik-grafik boleh digunakan untuk selang nilai dan yang cukup besar, dan ternyata lebih tepat, perbedaannya dapat mencapai 20 persen.

Persamaan berikut ini diperoleh dari tanah yang homogen dengan lapisan kedap air pada kedalaman tertentu,  ½ , di bawah bagian dasar dari lubang .

dt Y H Y r H dY r K               2 20 4000 (2)

Persamaan (2) menunjukkan suatu pernyataan empiris dari sejumlah pembentukan baru. Formula tersebut tidak menunjukkan hubungan yang jelas yang seharusnya timbul secara teoritis antarkondisi yang

(40)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 30 berbeda, meskipun nilai yang diperoleh cukup tepat (kesalahan maksimum 20 persen), jika kondisi berikut terpenuhi,

 3 < < 7 cm  20 < < 200 cm  > 0,2

 >  ≤ ¼ 0

Persamaan (2) dapat juga ditulis dalam bentuk lain, yang memungkinkan perhitungan:

Y

dt

H

Y

r

H

dY

r

K

 

2

20

4000

2 (3)

Bila lapisan kedap berada pada bagian bawah dari lubang ( = 0), maka persamaan berikut dapat digunakan:

Y

dt

H

Y

r

H

dY

r

K

 

2

10

3600

2 (4)

Dalam persamaan-persamaan di atas, nilai dinyatakan dalam m/hari (24 jam), sedangkan parameter-perameter lainnya dinyatakan dalam cm atau detik.

Perhitungan evapotranspirasi harian dilakukan dengan metode Proses perhitungan dilakukan dengan menggunakan ETo. Parameter yang digunakan dalam perhitungan adalah:

 Karakteristik stasiun, meliputi: negara, latitude, longitude, dan altitude.

 Temperatur maksimum dan minimum harian.

 Parameter lain dan nilai koefisien yang digunakan dalam perhitungan diasumsikan ( ).

Pengukuran kedalaman muka air tanah secara langsung di lahan, baik secara manual maupun dengan alat otomatis (

), memang akan menghasilkan data dengan akurasi yang tinggi. Namun demikian, pengukuran secara langsung memiliki beberapa keterbatasan, antara lain persoalan waktu, biaya, dan aksesibilitas. Oleh karena itu diperlukan model penduga yang dapat

(41)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 31 memprediksi kedalaman muka air tanah di lahan berdasarkan parameter-parameter utama yang mempengaruhinya.

Ngudiantoro (2008) membangun model penduga muka air tanah pada lahan rawa. Model tersebut dibangun dengan mengintroduksi konsep “ ”.

Gambar 3.3. Skema Fisik Muka Air Tanah ( ) Dalam Model Ellips Tinggi muka air tanah maksimum (H hw) dapat berubah karena pengaruh beberapa faktor, antara lain:

 Peningkatan muka air tanah karena pengisian dari air hujan ( );  Penurunan muka air tanah karena proses evapotranspirasi ( );  Pasang surut muka air di kanal ( ); dan

 Konduktivitas hidrolik tanah ( ), yang mempengaruhi kecepatan aliran air merembes masuk dan keluar lahan.

Jika H hw berubah, maka

z 

h

w atau ( ) juga akan berubah untuk setiap perubahan pada . Oleh karena itu, apabila parameter input curah hujan ( ), evapotranspirasi ( ), dan konduktivitas hidrolik tanah ( ) diintroduksikan ke dalam persamaan ellips, maka akan diperoleh:

)

2

(

)

(

2 2 2

x

sx

K

ET

R

s

h

h

x

h

w w

(5) dengan

( ) : Tinggi muka air tanah di atas lapisan kedap pada jarak dari kanal (m).

: Tinggi muka air pada kanal di atas lapisan kedap (m). : Curah hujan (mm/hari).

: Evapotranspirasi (mm/hari).

: Konduktivitas hidrolik tanah (mm/hari). : Jarak dari kanal (m).

2 : Jarak antarkanal (m). : Lebar kanal (m). x s z hw F1 KANAL KANAL K R F2 H ET

(42)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 32 Tinggi muka air tanah maksimum terletak pada pusat ellips, dicapai pada saat = dan .

Untuk mengukur tingkat akurasi hasil pendugaan kedalaman muka air tanah, maka dilakukan perhitungan tingkat keeratan dan kesalahan antara hasil pendugaan dan pengamatan. Tingkat akurasi hasil pendugaan diukur berdasarkan: 1) Nilai koefisien korelasi ( ) antara nilai hasil dugaan dan pengamatan; serta 2) Nilai galat baku

pendugaan atau ( ). Kedua nilai tersebut

diperoleh dari persamaan berikut:

        N i N i i i N i i i y y x x y y x x R 1 1 2 2 1 ) ( ) ( ) )( ( (6) dan N x y RMSE N i i i

   1 2 ) ( (7) dengan

: Nilai pengamatan pada waktu ke- ;

y

: Nilai rata-rata pengamatan ;

: Nilai dugaan pada waktu ke- ; x : Nilai rata-rata dugaan; dan

: Jumlah pengamatan.

Tingkat akurasi yang tinggi dicirikan oleh nilai yang relatif besar dan hasil pendugaan relatif kecil. Semakin besar nilai dan/atau semakin kecil nilai , maka nilai dugaan yang dihasilkan semakin baik.

Teknik interpolasi digunakan dalam pembuatan peta sebaran spasial kedalaman gambut, konduktivitas hidrolik tanah, dan kedalaman muka air tanah. Metode yang digunakan dalam pembuatan peta sebaran spasial yaitu dengan pendekatan interpolasi non linier. Dalam pendekatan tersebut digunakan model pembobotan

( ).

Model pembobotan mengasumsikan bahwa titik yang nilainya akan diduga dipengaruhi oleh nilai titik lain yang berdekatan secara spasial. Inti dari model pembobotan yaitu menganalisis titik pengamatan dalam suatu ruang ketetanggaan yang menggambarkan kemiripan di antara titik-titik tersebut. Karena model pembobotan

(43)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 33 merupakan model ruang lokal, maka teknik pencarian ( ) yang digunakan adalah dengan menetapkan jumlah titik pengamatan yang berada di sekitarnya, atau menggunakan teknik pencarian dalam radius tertentu.

Nilai elevasi ( ) untuk setiap titik akan diboboti dengan kuadrat jarak sehingga nilai yang dekat secara spasial akan cenderung mempengaruhi nilai pada titik yang diamati. Teknik ini dikenal

dengan teknik ( ). Persamaan umum

yang digunakan dalam teknik IDW adalah sebagai berikut:

 

n i i n i i i

w

z

w

z

1 1 0

ˆ

; 2 0 1 i i d w  (5) dengan 0

ˆz

: Nilai yang akan diduga;

i

z

: Nilai penduga ke- ;

i

w

: Nilai pembobot ke- ; dan

0

i

d

: Jarak antara titik pengamatan ke- dengan titik yang akan diduga.

Proses perhitungan dengan pendekatan interpolasi yang diuraikan di atas dilakukan dengan menggunakan ArcGIS.

(44)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 34 Kegiatan survei pendahuluan dilakukan untuk memastikan kelayakan lokasi pemasangan alat monitoring hidrologi

( ) untuk pemantauan fluktuasi muka air tanah (MAT) di lahan dan tinggi muka air (TMA) di kanal. Salah satu parameter yang mempengaruhi kedalaman MAT di lahan yaitu TMA di kanal. Oleh karena itu perlu dipastikan bahwa air di kanal tidak dalam keadaan kering, sehingga dapat dilakukan penilaian tentang pengaruh air di kanal terhadap kedalaman air di lahan. Dokumentasi kegiatan survei pendahuluan dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan 4.2.

Gambar 4.1. Kegiatan Survei Pendahuluan Dalam Penetapan Lokasi Pemasangan Alat Monitoring MAT dan TMA

Terkait dengan penilaian efektivitas sekat kanal, survei pendahuluan yang dilakukan juga ditujukan untuk memeriksa kondisi sekat kanal yang telah dibangun di lokasi penelitian pada tahun 2017, apakah kondisinya masih baik atau sudah rusak. Sekat kanal yang dibangun di lokasi penelitian yaitu sebanyak 10 unit, 5 unit sekat di Kanal Kertak dan 5 unit di Sungai Kertak.

(45)

RISET AKSI | Efektivitas Sekat Kanal dalam Pemulihan Hidrologi Gambut 35 Gambar 4.2. Kondisi Sekat Kanal di Sungai Kertak dan Kanal Kertak

Referensi

Dokumen terkait

Bahan galian pasir kuarsa tersebar luas dalam Satuan Batupasir Kuarsa (Pskw) yang merupakan salah satu anggota dari Formasi Warukin (Tmw), serta dalam sebagian Satuan

[Lihat halaman sebelah (c) Diagram 3.3 shows a treatment used on a leaf of a plant.. Rajah 3.3 menunjukkan satu rawatan ke atas daun

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir

02 Rasio penyuluh agama yang berkualitas terhadap umat beragama Khonghucu 1 : 5000 Pecahan 03 Jumlah Peserta Didik Pada Pendidikan Keagamaan Khonghucu 3026 orang

bentuk biner dalam fungsi aktivasi sigmoid, untuk dapat diproses kedalam algoritma Neural network untuk mendapatkan jaringan terbaik dari Neural network yang

Dengan nama penerimaan sumbangan dari pihak ketiga kepada Pemerintah Kota Probolinggo sebagai partisipasi orang pribadi atau badan hukum terhadap pelaksanaan

Kesimpulan dari data kuesioner ini adalah, lebih dari 100 orang setuju untuk dibuatkan buku publikasi mengenai Raditya Dika, dimana buku tersebut membahas tentang

Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, rekap daftar upah dibuat untuk membebankan upah langsung dalam hubungannya dengan produk kepada pesanan yang