BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitan
Penelitian ini dilaksanakan di Perkebunan Aek Loba PT Socfin Indonesia
yang berada di Kabupaten Asahan, terletak di antara 99°32'56.41'' - 99°43'15.75''
BT dan 2°35'27.89'' - 2°39'58.52'' LU atau berada pada sumbu X = 561029 -
580149 dan sumbu Y = 286403 - 294727 dalam zona 47 utara pada sistem
Universal Transverse Mercator (UTM). Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret
– Juni 2016.
Lokasi
Penelitian
Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Perkebunan Aek Loba PT Socfindo di desa
Aek Loba dan desa Aek Korsik, Kecamatan Aek Kuasan, Kabupaten Asahan,
Provinsi Sumatera Utara.Tanah di Aek Loba memiliki drainase yang baik sampai
ke lapisan bawah dengan adanya kuarsa merah kekuningan, lempung liat berpasir
merupakan tekstur tanah yang berkembang secara berulang-ulang dari Tufa Toba.
Tanah pada lokasi penelitian berada pada tingkat kelerengan datar (0-4%). Yang
menurut Paramanathan (2004), tanah di lokasi penelitian termasuk kelas Typic
Hapludult (Gambar 11).
Iklim, Topografi dan Bahan Induk
Kondisi iklim di kebun Aek Loba termasuk dalam klasifikasi tipe iklim A
menurut sistem klasifikasi Schmidt Fergusson, dimana ada lebih 9 bulan basah
dan hanya 1 bulan kering dalam rata-rata 10 tahun terakhir. Curah hujan per tahun
kebun Aek Loba rata-rata sebesar 2.472 mm dan rata-rata jumlah hari hujan per
tahun adalah 137 hari (Gambar 5 pada halaman 47).
Topografi Perkebunan Aek Loba terdiri atas area dengan slope datar
(0-4%) sebanyak 45% areal, bergelombang (4-12%) sebanyak 50% areal, dan
berbukit (12 – 24%) sebanyak 5% areal, sebagaimana terlihat pada Gambar 7.
Bahan induk pada lokasi penelitian adalah Tufa Toba. Hal ini diketahui
dari hasil overlay peta kebun Aek Loba dengan peta sebaran young toba tuffs
(Gambar 2) dan peta Geologi Lembar Pematangsiantar, Sumatra (Clarke et al,
1982) pada Gambar 6.
Kebun Aek Loba
Gambar 4. Kebun Aek Loba dalam peta geologi tufa toba muda
Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa kebun Aek Loba tepat berada di
dalam sebaran bahan induk Tufa Toba, hasil overlay tersebut sama dengan hasil
overlay pada peta geologi oleh Clarke et al (1982) seperti pada Gambar 6.
Tufa atau “tuff” merupakan lapisan batuan yang terbentuk dari debu
vulkanis yang terpadatkan. Letusan besar yang terjadi 74.000 tahun lalu di danau
Toba menumpahkan aliran piroklastik (aliran cair berkecepatan tinggi yang terdiri
atas gas, fragmen batuan dan debu) yang mengubur daerah dengan luas sekitar
20.000 km2 di sekitar Kaldera Toba (Chesner, 1998).
Secara geologi berdasarkan Hasil Survey Geologi Terpadu (Clarke et al,
1982), kebun Aek Loba masuk dalam 2 grup material batuan, yakni Toba Tuffs
melingkupi hampir seluruh areal kebun Aek Loba, dalam hal ini termasuk areal
penelitian. Secara geologi, daerah ini masuk dalam formasi permo-karbon yang
terbatas di daerah suksesi antara sedimen vulkanik dan hydroclastic dari formasi
Aring dan Lebir. Batuan dari usia yang sama yang terdiri atas batu kapur vulkanik
dan argillo-arenaceous tampaknya lebih luas ke arah barat yang berbatasan
dengan berbagai granit utama dan seri sekis palaezoic rendah.
48
Gambar 6. Peta Kebun Aek Loba di atas Peta Geologi Lembar Pematang Siantar (Clarke et al., 1982)
Universitas
Sumatera
49
Universitas
Sumatera
Gambar 8. Peta jenis tanah (USDA) Kebun Aek Loba (Paramananthan, 2004)
Universitas
Sumatera
Universitas
Sumatera
Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian Kesesuaian Lahan dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Kerangka penelitian
ini, faktor perlakuan tidak dikondisikan oleh peneliti, lokasi pengamatan baik di Generasi 0 (non sawit), Generasi 1, Generasi 2, Generasi 3 dan Generasi 4 merupakan perlakuan yang tersedia di lapangan. Dalam hal ini peneliti hanya mengamati karakteristik tanah pada masing-masing faktor perlakuan dan menganalisis perbedaan yang terjadi antar generasi. Oleh karena itu, jenis penelitian seperti ini termasuk daam kategori penelitian kausal komparatif atau disebut juga ex post facto. Disebut ex post facto karena pada penelitian ini
variabel-variabel bebas telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat Sukardi (2003). Menurut Deni Darmawan (2003), penelitian ex post facto disebut juga penelitian sesudah kejadian atau after the fact, restropective study.
Bahan dan Alat
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Peta SPL dan laporan survey tanah oleh Paramanathan ( 2004);
b. Data-data spasial pendukung lainnya (batas divisi, jalan, sungai, dan
pemukiman penduduk)
c. Data sejarah tanaman kelapa sawit kebun Aek Loba, berupa peta-peta
kebun sejak Generasi 1 tahun tanam 1924.
d. Data primer berupa hasil observasi lapangan dan hasil analisis
laboratorium dari pengambilan sampel tanah dimana cara pengambilan
sampel menggunakan 2 cara, yaitu :
a. Bor tanah
b. Cangkul dan dodos
Alat yang digunakan untuk penelitian ini yaitu : Global Positioning System
pisau untuk analisa horizon tanah, klinometer, kertas, pulpen, spidol permanen,
dan lain-lain.
Metode Penelitian
Metode Overlay ArcGIS dan Survey Tanah
Penelitian dilakukan dengan 2 metode. Pertama metode overlay/ tumpang
susun peta Geologi, Peta kelerengan, peta jenis tanah dan Peta Blok GPS kebun
Aek loba dan Informasi Blok generasi tanam kelapa sawit yang menggunakan
software ArcGis. Kedua menggunakan metode survey tanah yang meliputi
kegiatan pengambilan sampel tanah, pembuatan profil tanah dan analisis tanah.
Penentuan Blok Sampel
Lokasi blok sampel pada penelitian ini dipilih dengan kriteria sbb:
a. Jenis tanah Typic Hapludult dengan kelerangan ( 0 – 4% ), hasil overlay
peta kemiringan lereng dengan peta jenis tanah
b. Mewakili generasi tanam untuk G1, G2, G3 dan G4. Pada generasi tanam
yang memiliki blok lebih dari satu, maka blok sampel dipilih secara
random/acak.
Berdasarkan peta sejarah generasi tanam per blok di PT Socfin Indonesia
Kebun Aek Loba dan hasil overlay dengan peta jenis tanah Typic hapludults maka
diperoleh peta seperti pada Gambar 11. Selanjutnya dipilih blok-blok yang
Tabel 8. Blok sampel terpilih
Generasi
Informasi Blok
G1 G2 G3 G4
Total
Umur
Luas saat ini
Produksi
2015
(T.Ha‐1)
Pokok
.Ha‐1 Jenis Tanah
040 T. Tanam 1987 21,96 26,72 124 Typic Hapludult
Umur 29 29 (0‐4%)
041 T. Tanam 1968 1995 50,64 27,18 116 Typic Hapludult
Umur 27 21 48 (0‐4%)
083 T. Tanam 1942 1969 1993 44,72 26,25 121 Typic Hapludult
Umur 27 24 23 74 (0‐4%)
051 T. Tanam 1924 1958 1983 2006 82,11 27,27 138 Typic Hapludult
Umur 34 25 23 10 92 (0‐4%)
Adapun lokasi blok sampel dapat dilihat pada Peta kebun Aek Loba pada
Gambar 11.
Gambar 11. Peta lokasi pengambilan profil tanah di blok sampel
Pengamatan Profil Tanah
Profil tanah diamati dengan membuat lubang 1,5 m x 1 m sampai
kedalaman 150 cm . Pembuatan profil tanah dilakukan pada 3 plot pada
masing-masing generasi tanam kelapa sawit dan Generasi 0 yang tidak pernah ditanami
systematic sampling (Sys) dalam Suganda et al (2006) dengan pola seperti
ditampilkan pada Gambar 12.
Gambar 12. Sketsa pemilihan lokasi profil tanah pada area penelitian
Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan pemboran
tanah mengacu pada metode sampling sistematik yaitu penentuan titik sampel
diawali dari lubang profil tanah dan sampel bor tanah pada setiap interval jarak 50
meter dari lubang profil tanah (Gambar 13).
Titik sampel ditentukan berada ditengah gawangan antara 2 barisan
tanaman dengan terlebih dahulu membuang serasah / bahan organik atau material
lain yang menutupi permukaan tanah sebenarnya. Sampel tanah yang diambil dari
setiap lokasi harus merupakan sampel tanah “asli” atau “original”, dan bukan
Bor tanah dilakukan pada setiap interval 50 meter secara cross diagonal dari
lubang profil, sebanyak 4 titik per diagonal seperti terlihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Sketsa lubang profil dan sebaran titik sampel tanah bor tanah yang akan dikomposit per plot
Pada setiap titik sampel, tanah diambil dari kedalaman 0-30 cm dan 30-60
cm. Selanjutnya tanah dikomposit untuk masing - masing kedalamannya. Dengan
demikian dari setiap plot, akan diperoleh 1 sampel tanah hasil komposit dari
diagonal r1, r2, r3 dan r4. Dengan demikian, dari 3 plot per generasi tanam akan
diperoleh 3 sampel ulangan yang akan dianalisa mewakili 1 generasi tanam.
Setelah menetapkan blok sampel kemudian dipilih titik sampel per blok
dengan posisi titik sampel seperti pada Gambar 14 dan koordinat lubang profil
Gambar 14. Lokasi blok pengamatan generasi tanam
Tabel 9. Koordinat titik pengambilan contoh tanah
Koordinat
Lokasi / Blok Generasi Plot
Latitude Longitude
Desa Aek Korsik G0 1 Plot 02° 37’17.8” 99° 40’42.1”
G1 Plot 1 02° 39’09.9” 99° 40’31.9”
G1 Plot 2 02° 39’01.6” 99° 40’33.1”
Blok 40/1987
G1 Plot 3 02° 38’55.2” 99° 40’34.0”
G2 Plot 1 02° 38’53.8” 99° 40’42.4”
G2 Plot 2 02° 38’43.5” 99° 40’50.4”
Blok 41/1995
G2 Plot 3 02° 39’00.9” 99° 40’50.3”
G3 Plot 1 02° 37’02.8” 99° 38'29.4”
G3 Plot 2 02° 36'53.2” 99° 38'32.3”
Blok 83/1993
G3 Plot 3 02° 36'56.3” 99° 38'44.0”
G4 Plot 1 02° 33’14.4” 99° 36’10.1”
G4 Plot 2 02° 39’20.2” 99° 36’26.5”
Blok 51/2006
G4 Plot 3 02° 39’26.3” 99° 36’38.2”
Adapun jumlah contoh tanah yang diambil dalam penelitian ini disajikan
pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah contoh tanah penelitian
Jumlah Sampel
Lokasi / Blok Generasi Plot Contoh
Tanah Profil
Ring Sampel Contoh tanah Bor
Faktor Perlakuan
Variabel bebas (X) atau faktor perlakuan dalam penelitian ini adalah
generasi tanam, dengan taraf sebagai berikut :
a. G0 (Kontrol) yaitu Generasi 0 yakni lahan yang belum pernah ditanam
tanaman kelapa sawit, berupa kebun campuran, ex. hutan sekunder.
b. G1 yaitu Generasi 1 yakni kelapa sawit baru ditanam dan belum pernah
diremajakan, sebelum menjadi kelapa sawit merupakan kebun campuran.
c. G2 yaitu Generasi 2 yakni kelapa sawit sudah pernah 1 kali diremajakan,
sebelum menjadi kelapa sawit merupakan hutan sekunder dan eks kebun
d. G3 yaitu Generasi 3 yakni kelapa sawit sudah pernah 2 kali diremajakan,
sebelum menjadi kelapa sawit merupakan hutan sekunder.
e. G4 yaitu Generasi 4 yakni kelapa sawit sudah pernah 3 kali diremajakan,
sebelum menjadi kelapa sawit merupakan hutan sekunder.
Variabel Amatan/ Respon
Variabel amatan dalam penelitian ini adalah karakteristik tanah yang
terdiri atas sifat fisika tanah, kimia tanah dan total mikrobia tanah. Pengamatan
dilakukan dengan 2 cara, pertama pengambilan contoh di setiap lapisan tanah
dalam lubang profil dan kedua pengambilan contoh tanah dengan cara dibor
dengan kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm. Ketiga karakteristik tanah tersebut
akan dianalisis dari sampel tanah yang diambil dengan kedua cara tersebut di
masing-masing blok sampel. Adapun jenis analisis karakteristik tanah dan metode
Tabel 11. Jenis analisa sampel profil tanah dan sampel tanah bor tanah
Metode Jenis Analisis/
Karakteristik Tanah Metode Analisis Profil
Tanah
Bor tanah Sifat Fisika Tanah
1. Warna tanah Munsell Soil Color Chart -
2. Texture tanah Metode hidrometer
3. Struktur Tanah Pengamatan visual saat survey -
4. Bulk Density Metode ring sample - 5. KA Kapasitas
lapang (KAKL)
Metode Pressure Plate
Apparatus-Ring sample -
6. KA titik layu
permanen (KATLP)
Metode Pressure Plate
Apparatus-Ring sample -
7. Air Tersedia KAKL - KATLP -
Sifat Kimia Tanah
8. Karbon tanah Metode Walkey and Black
9. Kapasitas Tukar
Kation (KTK) Amonium asetat pH 7
Sifat Biologi Tanah
15.Total mikrobia tanah Metode dilution-plate
Jenis dan metode analisis pada Tabel 11 dianalisis di Laboratorium
Penguji untuk masing-masing parameter yang dilakukan di 3 (tiga) laboratorium
a. Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah Institut Pertanian Bogor untuk
analisa sifat fisik tanah seperti : Bulk Density, KAKL, KATLP, dan Air
tersedia.
b. Laboratorium Analitik PT Socfin Indonesia di Bangun Bandar untuk
analisa sifat kimia tanah dan sifat fisik tanah (tekstur).
c. Laboratorium Biologi Tanah Universitas Sumatera Utara untuk analisa
total mikrobia tanah.
Setelah dilakukan analisa laboratorium, maka diperoleh data penelitian
yang selanjutnya akan dikelompokkan seperti pada Tabel 12.
Tabel 12. Variabel amatan pada data profil tanah dan bor tanah
Kode Variabel Amatan Anova pada Data Profil
Variabel Amatan Anova pada Data
Bor Tanah
Sifat fisik tanah Y1 Bulk Density
Y2 Porositas
Y3 Air Tersedia
Sifat kimia tanah Sifat kimia tanah
Y4 pH Yb1 pH
Y5 N tersedia Yb2 N tersedia
Y6 C Organik Yb3 C Organik
Y7 Rasio C/N Yb4 Rasio C/N
Y8 P2O5 Yb5 P2O5
Y9 KTK Yb6 KTK
Y10 Kejenuhan Basa Yb7 Kejenuhan Basa
Y11 Kejenuhan Al (%) Yb8 Kejenuhan Al (%)
Sifat biologi tanah Sifat biologi tanah
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui perbedaan
karakteristik tanah yaitu metode analisis ragam. Analisis ragam yang diterapkan
pada setiap karakteristik tanah menggunakan metode ANOVA.
One Way ANOVA
One way ANOVA digunakan untuk menguji hipotesis perbandingan
rata-rata untuk masing-masing variabel amatan dengan menggunakan hanya satu
faktor perlakuan. Dalam hal ini, faktor perlakuannya yaitu : generasi tanam atau
lapisan. Variabel nilai karakteristik tanah akan dianalisis berdasarkan faktor
generasi tanam dan faktor lapisan/kedalaman secara terpisah.
One way ANOVA : Faktor Generasi Tanam
Model one way anova untuk faktor generasi tanam sebagai berikut:
dimana satu variabel amatan akan dibandingkan dengan generasi tanam ke-i = 0,
1, 2, 3, 4 pada setiap lapisan ke-l, yakni dari profil Lapisan I s.d Lapisan V dan
atau kedalaman bor tanah ke-1 dan ke-2.
= nilai pengamatan dari setiap variabel karakteristik tanah yang
memperoleh perlakuan generasi tanam ke-i pada lapisan / kedalaman tanah ke-l.
= nilai rataan umum dari model.
= pengaruh generasi tanam ke-i terhadap karakteristik tanah per lapisan /
kedalaman tanah ke-l.
Adapun hipotesis pada model one way ANOVA faktor generasi tanam
sebagai berikut:
H0 : ; atau rata-rata antar generasi tanam sama (tidak
berbeda nyata).
H1 : ; atau minimal ada 1 generasi tanam yang tidak sama (berbeda
nyata).
One way ANOVA : Faktor Lapisan / Kedalaman
Model one way anova untuk faktor generasi tanam sebagai berikut:
dimana satu variabel amatan akan dibandingkan dengan profil lapisan ke-j = I, II,
… dan V atau kedalaman bor tanah (0 - 30 cm dan 30 - 60 cm) pada setiap
generasi tanam ke-g, yakni G0, G1, G2, G3 dan G4.
= nilai pengamatan dari setiap variabel karakteristik tanah yang
memperoleh perlakuan lapisan ke-j pada setiap generasi ke-g. = nilai rataan umum dari model.
= pengaruh lapisan ke-j terhadap karakteristik tanah per generasi tanam
ke-g.
= pengaruh galat yang timbul dari model.
Adapun hipotesis pada model one way ANOVA faktor lapisan / kedalaman
sebagai berikut:
H0 : ; atau rata-rata antar lapisan / kedalaman sama
(tidak berbeda nyata).
H1 : ; atau minimal ada 1 lapisan / kedalaman yang tidak sama
Pengujian Asumsi ANOVA
Asumsi model ANOVA yang perlu diuji yakni:
Setiap variabel amatan (observed variable) seharusnya menyebar normal.
Pengujian normalitas data akan menggunakan uji shapiro wilk.
Ragam pada variabel amatan (observed variable) homogen. Pengujian
kehomogenan ragam dapat menggunakan uji levene test.
Tahapan Analisis Statistik
Adapun tahapan analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Masing-masing variabel diuji normalitas dan kehomogenan ragamnya. Uji
normalitas menggunakan statistic uji shapiro wilk (software SAS 9.4) dan
kehomogenan ragam diuji dengan uji levene (software Minitab 17). Jika
kedua asumsi terpenuhi, maka dapat dilanjutkan dengan analisis ANOVA.
2. Melakukan analisis ANOVA untuk setiap variabel amatan sesuai model
penelitian yang dirancang dengan software Minitab 17.
3. Apabila dari hasil ANOVA diketahui statistik uji menghasilkan nilai P value
atau Sig. di bawah 5%, maka dilakukan uji lanjut Tukey untuk
membandingkan nilai antar generasi tanam kelapa sawit dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Deskripsi Profil Tanah
Dari hasil deskripsi profil berdasarkan Keys to Soil Taksonomy (Soil Survey
Staffs, 2014) dan hasil analisa fisika serta kimia tanah dapat diklasifikasikan
sebagai berikut;
Adanya suatu horison bawah permukaan dengan kandungan liat phylosilikat
secara jelas lebih tinggi daripada bahan tanah yang terletak di atasnya
(penimbunan liat paling sedikit 1,2 x liat diatasnya atau terdapat selaput liat).
Sifat-sifat penciri : Kejenuhan Basa rendah (< 35%) pada kedalaman 180 cm
Tanah merupakan tanah yang berkembang pada tingkat akhir, tanah mempunyai
Horison Argilik tetapi tanpa fragifan, dan kejenuhan basa (berdasarkan jumlah
kation) sebesar kurang dari 35 % pada satu kedalaman berikut :
a. Apabila seluruh epipedon mempunyai kelas besar-butir berpasir atau
skeletal-berpasir :
(1) Pada kedalaman 125 cm di bawah batas atas horison argilik (tetapi
tidak lebih dari 200 cm di bawah permukaan tanah mineral), atau 180
cm di bawah permukaan tanah mineral, mana saja yang lebih dalam
(2) Pada kontak densik, litik, paralitik, atau petroferik, apabila lebih
dangkal; atau
b. Yang paling dangkal dari kedalaman berikut :
(2) Pada 180 cm di bawah permukaan tanah mineral; atau
(3) Pada kontak densik, litik, paralitik, petroferik;
...Ultisols (Ordo)
Ultisols lain yang mempunyai rejim kelembaban udik (kelembaban tanah tidak
kering di sebarang bagiannya, selama 90 hari secara kumulatif dalam tahun-tahun
normal)
... Udults (Subordo)
Udult yang lain yang tidak memiliki Plintit, horison kandik, kontak densik, litik,
paralitik atau petroferik serta value warna lembab 3 atau kurang
... Hapludults (Great Group)
Hapludults yang tidak memiliki sifat litic, vertik, fragik, aquik, oksiaquik,
lamellik, psammentik, humik, arenik, grossarenik, inceptik, atau humik
.... Typic Hapludults (Subgroup)
Hal ini sejalan dengan hasil survei tanah semi-detil Aek loba, Aek Nabuntu,
Aek Korsik, Aek Loba Timur dan Aek Kuasan Perkebunan Kelapa sawit di
Kabupaten Asahan oleh Paramananthan (2004).
Dari hasil pengamatan di lapangan dan hasil laboratorium, tanah pada
Generasi 0 didominasi oleh tekstur lempung liat berpasir, sedangkan Generasi 1
didominasi oleh tekstur pasir berlempung, Generasi 2 didominasi oleh tekstur
Generasi 4 tekstur yang dominan adalah lempung berpasir. Berikut adalah uraian
deskripsi tekstur tanah dari hasil pengamatan visual di lapangan untuk
masing-masing generasi dan lapisan tanah.
Deskripsi Profil Tanah Generasi 0
Lubang profil Generasi 0 (G0) dibuat pada koordinat 02° 37’17,8’’ dan
99° 40’ 42,1”. Berdasarkan data geologi, tanah di lokasi ini bersumber dari batuan
induk Toba tuffs, memiliki topografi yang datar dengan slope 0-4% dan berada
pada ketinggian 37 meter di atas permukaan laut. Jenis vegetasi di lokasi G0 yakni
kebun karet campuran, dimana terdapat tanaman karet yang baru ditanam dan
tanaman tua yang sudah berumur lebih dari 46 tahun. Areal ini belum pernah
diremajakan sejak konversi dari hutan sekunder pada tahun 1960-an. Jenis
tumbuhan lain diantara tanaman karet yakni berbagai tumbuhan perdu, lalang,
rumput dan berbagai jenis pakis.
IV : Kedalaman 89 - 127 cm, warna 10 YR 6/4; tekstur pasir berlempung; struktur sedang, gumpal bersudut; konsistensi gembur; perakaran kasar – sangat sedikit; sedikit karat (2,5 YR 5/8).
III : Kedalaman 58 - 89 cm, warna 10 YR 6/3; tekstur lempung liat berpasir; struktur sedang, gumpal bersudut; konsistensi gembur; perakaran kasar – sedang; sedikit karat (2,5 YR 5/8). II : Kedalaman 23 - 58 cm, warna 10 YR 5/4; tekstur lempung liat
berpasir; struktur sedang, gumpal bersudut; konsistensi gembur; perakaran sedang - sedang, kasar – sedikit, memiliki sedikit karat (2,5 YR 5/8).
I : Kedalaman 0 - 23 cm, memiliki warna 10 YR 4/2; tekstur lempung berpasir; struktur sedang, gumpal bersudut; konsistensi gembur; perakaran halus-sedang-kasar banyak.
V : Kedalaman>127 cm, warna 10 YR 6/4; tekstur pasir berlempung; struktur sedang, gumpal bersudut; konsistensi lepas; perakaran kasar – sangat sedikit.
Deskripsi Profil Tanah Generasi 1
Lubang profil Generasi 1 (G1) dibuat pada koordinat 02° 39’ 01,6” dan
99° 40’ 33,1”, blok 40 tahun tanam 1987. Berdasarkan data geologi, tanah di
lokasi ini bersumber dari batuan induk Toba tuffs, memiliki topografi yang datar
dengan slope 0-4% dan berada pada ketinggian 31 meter di atas permukaan laut.
Jenis vegetasi di lokasi G1 yakni kebun kelapa sawit berumur 29 th dengan
kerapatan tanaman 124 pkk.ha-1. Sebelum ditanam tanaman kelapa sawit, di lokasi
ini merupakan lahan bekas kebun campuran yang di tanam kelapa sawit oleh PT
Socfindo pada tahun 1987. Jenis tumbuhan lain diantara tanaman sawit yakni
berbagai jenis pakis yang di dominasi oleh Nephrolepisbiserrata.
I : Kedalaman 0 - 32 cm, warna10 YR 4/3; tekstur lempung berpasir; struktur sedang,gumpal bersudut; konsistensi gembur; perakaran halus -banyak, kasar - banyak.
II : Kedalaman 32 – 55 cm) warna10 YR 7/4; tekstur pasir berlempung; struktur sedang, gumpal bersudut; konsistensi lepas; perakaran kasar -sedang.
III : Kedalaman 55 – 88 cm) warna 10 YR 7/5; tekstur pasir berlempung; struktursedang,gumpal bersudut; konsistensi lepas; perakaran kasar –sedikit; karat (2,5 YR 7/8)
IV : Kedalaman 88 - 122 cm) warna 10 YR 6/6; tekstur pasir; struktur lemah, lepas; konsistensi lepas; perakaran kasar – sedikit; karat (2,5 YR 7/8)
V : Kedalaman >122 cm) warna 10 YR 7/3; tekstur pasir; struktur lemah, lepas; konsistensi lepas; perakaran kasar – sedikit.
Deskripsi Profil Tanah Generasi 2
Lubang profil Generasi 2 (G2) dibuat pada koordinat 02° 39’ 00,9” dan
99° 40’ 50,3”, blok 41 tahun tanam 1995. Berdasarkan data geologi, tanah di
lokasi ini bersumber dari batuan induk Toba tuffs, memiliki topografi yang datar
dengan slope 0-4% dan berada pada ketinggian 34 meter di atas permukaan laut.
Jenis vegetasi di lokasi G2 yakni kebun kelapa sawit berumur 21 tahun dengan
kerapatan tanaman 116 pkk.ha-1. Areal ini merupakan area kelapa sawit generasi
ke-2 yang sudah pernah 1x diremajakan pada tahun 1995, dimana sebelumnya
merupakan lahan eks hutan sekunder dan kebun campuran. Jenis tumbuhan lain
diantara tanaman sawit yakni berbagai jenis pakis yang di dominasi oleh
Nephrolepisbiserrata.
I : Kedalaman 0 - 31 cm, warna 10 YR 5/2; tekstur pasir berlempung; struktur sedang, gumpal bersudut; konsistensi sangat gembur; perakaran halus - banyak, sedang – banyak, kasar – banyak.
II : Kedalaman 31 - 51 cm, warna 10 YR 6/3; tekstur pasir berlempung; struktur sedang, gumpal bersudut; konsistensi gembur; perakaran sedang - sedang, kasar - sedang
III : Kedalaman 51 - 84 cm, warna 10 YR 6/4; tekstur pasir berlempung; struktur sedang, gumpal bersudut; konsistensi gembur; perakaran sedang – sedikit, kasar - sedikit.
IV : Kedalaman 84 - 106 cm, warna 10 YR 7/6; tekstur pasir berlempung; struktur sedang, gumpal bersudut; konsistensi gembur; perakaran kasar - sedikit.
V : Kedalaman >106 cm, warna 10 YR 7/6; tekstur pasir; struktur lemah, gumpal bersudut; konsistensi lepas, perakaran kasar – sedikit.
Deskripsi Profil Tanah Generasi 3
Lubang profil Generasi 3 (G3) dibuat pada koordinat 02° 36’ 56,3” dan
99° 38’ 44,0”, blok 83 tahun tanam 1993. Berdasarkan data geologi, tanah di
lokasi ini bersumber dari batuan induk Toba tuffs, memiliki topografi yang datar
dengan slope 0-4% dan berada pada ketinggian 44 meter di atas permukaan laut.
Jenis vegetasi di lokasi G3 yakni kebun kelapa sawit berumur 23 tahun dengan
kerapatan tanaman 121 pkk.ha-1. Areal ini merupakan area kelapa sawit generasi
ke-3 yang sudah pernah 2x diremajakan, pertama pada tahun 1969 dan kedua pada
tahun 1993. Sebelum menjadi kebun kelapa sawit, lahan tersebut merupakan eks
hutan sekunder. Jenis tumbuhan lain diantara tanaman sawit yakni berbagai jenis
pakis yang di dominasi oleh Nephrolepisbiserrata.
II : Kedalaman25 – 46 cm, warna 10 YR 6/3; tekstur lempung liat berpasir; struktur sedang, gumpal bersudut; konsistensi gembur; perakaran sedang – sedang.
III : Kedalaman46 – 85 cm, warna 10 YR 6/4; tekstur lempung liat berpasir; struktur sedang, gumpal bersudut; konsistensi gembur; perakaran kasar – sedang.
IV : Kedalaman85 – 130 cm, warna 10 YR 6/6; tekstur liat pasir; struktur sedang, gumpal bersudut; konsistensi gembur; perakaran kasar – sedikit / sedang.
V : Kedalaman> 130 cm, warna 10 YR 6/6; tekstur pasir berlempung; struktur lemah, lepas; konsistensi gembur; perakaran kasar – sedikit; kedalaman air >155 cm
I : Kedalaman0 – 25 cm, memiliki warna 10 YR 4/3; tekstur lempung berpasir; struktur sedang, gumpal bersudut; konsistensi gembur; perakaran halus - sedang, kasar – banyak.
Deskripsi Profil Tanah Generasi 4
Lubang profil Generasi 4 (G4) dibuat pada koordinat 02° 39’ 26,3” dan
99° 36’ 38,2”, blok 51 tahun tanam 2006. Berdasarkan data geologi, tanah di
lokasi ini bersumber dari batuan induk Toba tuffs, memiliki topografi yang datar
dengan slope 0-4% dan berada pada ketinggian 26 meter di atas permukaan laut.
Jenis vegetasi di lokasi yakni tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun dengan
kerapatan tanaman 138 pkk.ha-1.
Areal ini merupakan area kelapa sawit generasi ke-4 yang sudah pernah 3x
diremajakan, pertama pada tahun 1958, kedua pada tahun 1983 dan ketiga pada
tahun 2006. Sebelum menjadi kebun kelapa sawit, lahan tersebut merupakan eks
hutan sekunder yang diusahakan oleh PT Socfindo pada tahun 1920-an. Jenis
tumbuhan lain diantara tanaman sawit yakni berbagai jenis pakis yang di dominasi
oleh Nephrolepisbiserrata.
I : Kedalaman 0 – 22 cm, warna 10 YR 4/4; tekstur pasir berlempung; struktur sedang, gumpal bersudut; konsistensi gembur; perakaran halus – banyak
II : Kedalaman 22 – 45 cm, warna 10 YR 4/3; tekstur pasir berlempung; struktur sedang, gumpal bersudut; konsistensi gembur; perakaran kasar - sedang.
III : Kedalaman 45 – 83 cm, warna 10 YR 5/4; tekstur lempung berpasir; struktur sedang, gumpal bersudut; konsistensi teguh; perakaran kasar – sedikit
IV : Kedalaman 83 – 120 cm, warna 10 YR 5/4; tekstur liat berpasir; struktur sedang, gumpal bersudut; konsistensi teguh; perakaran kasar - sedikit.
V : Kedalaman > 120 cm, warna 10 YR 6/6; tekstur liat; struktursedang, gumpal bersudut; konsistensi teguh; perakaran kasar - sedikit.
Tabel 13. Hasil analisa tekstur tanah per generasi tanam
Generasi Lapisan Tekstur Pasir
(%)
Debu (%)
Liat (%)
Generasi 0 I Lempung Berpasir 63.91 21.42 14.67
II Lempung Liat Berpasir 64.41 4.00 31.59
Generasi 1 I Pasir Berlempung 75.15 14.95 9.90
II Lempung Liat Berpasir 64.58 14.67 20.75
III Lempung Liat Berpasir 62.36 11.05 26.59
IV Pasir Berlempung 82.02 10.60 7.38
V Pasir Berlempung 85.89 7.15 6.96
Generasi 2 I Pasir Berlempung 74.74 14.14 11.12
II Lempung 46.95 28.36 24.69
Generasi 3 I Pasir Berlempung 73.52 14.22 12.26
II Lempung Berpasir 77.63 3.60 18.77
Generasi 4 I Pasir Berlempung 85.45 7.18 7.37
II Lempung Berpasir 67.08 14.12 18.80
III Pasir Berlempung 82.01 3.65 14.34
IV Lempung Berpasir 71.97 10.47 17.56
Analisis Statistik
Uji normalitas dan uji kehomogenan ragam
Sebelum dianalisis dengan uji ANOVA untuk masing-masing variabel,
maka terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi model yaitu uji normalitas dan
uji kehomogenan ragam. Dari hasil pengujian asumsi tersebut, dapat diketahui
hasil pengujian normalitas (Shapiro Wilk) untuk masing-masing variabel (variabel
tunggal) pada semua karakteristik tanah menunjukkan hasil uji terima Ho dimana
nilai P value (Sig.) berada di atas 5%, artinya variabel tersebut menyebar
normal. Pada pengujian asumsi kehomogenan ragam dari data profil dan data bor
tanah untuk setiap variabel tunggal dengan uji Levene menunjukkan hasil uji
hipotesis terima Ho dengan nilai P value di atas 5%, artinya data menyebar
homogen.
Dengan terpenuhinya asumsi normalitas dan kehomogenan ragam pada
masing-masing variabel, maka dapat dilakukan analisis ANOVA yang diterapkan
untuk seluruh variabel penelitian yakni sifat fisik, kimia dan biologi tanah dalam
menjawab hipotesis penelitian.
Variabel Karakteristik Fisik Tanah
Analisis Keragaman Variabel Y1 (Bobot Isi Tanah / Bulk Density - BD)
Bobot isi tanah adalah ukuran pengepakan atau kompresi partikel-partikel
tanah (pasir, debu, dan liat). Nilai BD bervariasi bergantung pada kerekatan
partikel-partikel tanah itu. Dari hasil ring sampel tanah di laboratorium, diketahui
dan G4 (Gambar 20). Walaupun sedikit lebih tinggi, namun jika dilihat per lapisan
dalam one way Anova (Tabel 14), nilai BD diantara kelima generasi tersebut tidak
berbeda nyata.
Tabel 14. Uji beda rata-rata bulk density (gr.cm-3) pada setiap generasi tanam dan lapisan tanah
Generasi
Lapisan G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
Lapisan I 1.22 1.24 1.23 1.20 1.20 0.9989ns
Lapisan II 1.27 1.22 1.24 1.20 1.16 0.9705ns
Lapisan III 1.31 1.11 1.25 1.26 1.19 0.8786ns
Lapisan IV 1.36 1.30 1.30 1.27 1.20 0.9753ns
Lapisan V 1.42 1.42 1.26 1.38 1.21 0.8499ns
Sig. 0.8701ns 0.6727ns 0.9975ns 0.9006ns 0.9992ns
Note : Sig.=Signifikansi Oneway ANOVA pada 5%. Jika Sig.< 5% = signifikan, ns = not significant.
Analisis Keragaman Variabel Y2 (Porositas atau Total Ruang Pori)
Porositas adalah isi seluruh pori-pori dalam suatu isi tanah utuh yang
dinyatakan dalam persen, yang terdiri atas ruang diantaranya partikel pasir, debu,
liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah.
Tabel 15. Uji beda porositas (%) per generasi tanam dan lapisan tanah
Generasi
Lapisan G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
Lapisan I 54.09 53.19 53.41 54.53 54.58 0.9989ns
Lapisan II 52.21 54.09 53.19 54.70 56.25 0.9705ns
Lapisan III 50.43 58.05 52.90 52.34 55.15 0.8786ns
Lapisan IV 48.69 51.03 50.89 52.11 54.73 0.9753ns
Lapisan V 46.32 46.50 52.44 47.85 54.32 0.8499ns
Note : Sig.=Signifikansi Oneway ANOVA pada 5%. Jika Sig.< 5% = signifikan, ns = not significant.
Nilai porositas bervariasi bergantung pada kerekatan partikel-partikel
tanah itu dan berbanding terbalik dengan bulk density (BD). Dari hasil ring sampel
tanah di laboratorium, diketahui nilai porositas pada G0 sedikit lebih rendah
sedikit lebih tinggi, namun jika dilihat per lapisan dalam one way Anova (Tabel
15), nilai porositas diantara kelima generasi tersebut tidak berbeda nyata. Hal ini
dilihat dari nilai significant (Sig.) yang lebih besar dari 5%, baik pada Lapisan I,
II, III, IV maupun V.
Hal ini menunjukkan bahwa faktor generasi dan lapisan tidak berbeda
nyata pada variabel amatan porositas. Atau dengan kata lain, tidak ada perbedaan
nilai porositas yang signifikan antara Generasi 0 sampai Generasi 4. Walaupun
tidak berbeda nyata, namun adanya trend peningkatan porositas menunjukkan
adanya peningkatan bahan organik di dalam tanah dikarenakan adanya
perbanyakan akar tanaman di dalam tanah, hal ini terlihat dari peningkatan
porositas dari Generasi 0 sampai Generasi 4.
Analisis Keragaman Variabel Y3 (Air tersedia)
Perhitungan Air tersedia didapat dari selisih Kadar Air Kapasitas Lapang
(KAKL) dengan Kadar Air Titik Layu Permanen (KATLP). Perhitungan ini
dilakukan dari hasil analisis laboratorium pada ring sample. Banyaknya air
tersedia bervariasi bergantung pada kadar air pada kapasitas lapang (pada Pf 2.54)
dan kadar air titik layu permanen (pada Pf 4.2). Dari hasil perhitungan di
laboratorium, diketahui nilai Air Tersedia pada G0, G1, G2, G3, dan G4 (Gambar
22) berkisar diantara nilai rata-rata umum 9.0. Jika dilihat per lapisan dalam one
way Anova (Tabel 16), air tersedia diantara kelima generasi tersebut tidak berbeda
nyata. Hal ini dilihat dari nilai significant (Sig) yang lebih besar dari 5%, baik
Tabel 16. Uji beda air tersedia (%) per generasi tanam dan lapisan tanah
Pada Lapisan I dan II terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan Lapisan III
sampai V sehingga air lebih tersedia di Lapisan I dan II (daerah perakaran yang
efektif). Namun peningkatan Air tersedia tersebut berdasarkan uji Anova tidak
berbeda nyata. Artinya selisih antara kadar air titik layu permanen dan kadar air
kapasitas lapang, tidak mengalami perubahan yang signifikan antar Generasi 0
hingga Generasi 4.
Gen
Plot Rata-rata Nilai Bulk Density Pada Profil Tanah
Gen
M ain Effect Plot Porositas Per Generasi Tanaman
Gambar 21. Plot rerata pengaruh generasi tanam dan lapisan terhadap porositas
Gen
M ain Effect Plot Air Tersedia Per Generasi Tanaman
Gambar 22. Plot rerata pengaruh generasi tanam dan lapisan terhadap air tersedia
Variabel Karakteristik Kimia Tanah
Sifat kimia tanah per generasi tanam pada berbagai lapisan, antara lain:
Analisis Keragaman Variabel Y4 : pH tanah
Berdasarkan kriteria penilaan sifat kimia tanah (Hardjowigeno, 1995) reaksi
tanah (pH) kelima generasi tanam masuk dalam kriteria masam sampai agak
masam yang berkisar antara pH 5,08 – 5,90. Hasil analisa pH tanah per generasi
Tabel 17. Uji beda pH pada setiap generasi tanam dan lapisan tanah.
Generasi Lapisan
G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
Lapisan I 5,90 5,80 5,62 5,60 5,55 0.23 ns
Lapisan II 5,45 5,58 5,50 5,19 5,21 0.15 ns
Lapisan III 5,30 5,70 5,34 5,47 5,11 0.15 ns
Lapisan IV 5,75 5,52 5,67 5,25 5,08 0.06 ns
Lapisan V 5,18 5,39 5,59 5,81 5,42 0.23 ns
Sig.=Signifikansi Oneway ANOVA pada 5%, jika Sig.< 5% = signifikan, ns = not significant.
Generasi Kedalaman
G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
0 - 30 cm 5,21 5,67 5,70 5,20 5,68 0.29 ns
30 - 60 cm 5,03 5,36 5,60 4,90 5,22 0.25 ns
Sig.=Signifikansi Oneway ANOVA pada 5%, jika Sig.< 5% = signifikan, ns = not significant.
Berdasarkan uji Anova reaksi tanah dari Generasi 0 sampai dengan Generasi
4 pH tidak berbeda secara signifikan. Aplikasi pupuk dolomite 1 sampai 2
Kg/pkk/Tahun dapat mempertahankan pH tanah sekitar pH= 5,5. Penyebaran pH
tanah pada kelima generasi dapat dilihat pada Gambar 23.
Variabel Y5 : N tersedia
Ketersediaan N didalam tanah pada semua generasi variatif karena ada
applikasi pupuk N yang dilakukan 2 minggu sebelum pengambilan sample
dimana G0 dipupuk NPK 13-6-27, sedangkan G1 dipupuk NPK 12-12-17. Pada
G2 dipupuk NPK dan G4 dipupuk Urea 6 minggu sebelum pengambian sample.
Pada G3 dipupuk Urea 8 minggu sebelum pengambilan sample. Namun demikian
berbeda nyata. Berdasarkan kriteria penilaan sifat kimia tanah (Hardjowigeno,
1995) N tersedia termasuk kedalam kriteria rendah sampai sedang.
Tabel 18. Uji beda N (%) pada setiap generasi tanam dan lapisan tanah
Generasi Lapisan
G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
Lapisan I 0,48 0,41 0,28 0,24 0,27 0.19 ns
Lapisan II 0,25 0,31 0,22 0,20 0,26 0.82 ns
Lapisan III 0,21 0,28 0,18 0,18 0,23 0.88 ns
Lapisan IV 0,18 0,16 0,17 0,18 0,19 0.98 ns
Lapisan V 0,18 0,14 0,14 0,17 0,24 0.44 ns
Generasi Kedalaman
G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
0 - 30 cm 0.27 0.28 0.29 0.24 0.24 0.35 ns
30 - 60 cm 0.23 0.23 0.23 0.22 0.20 0.77 ns
Sig.=Signifikansi Oneway ANOVA pada 5%, jika Sig.< 5% = signifikan, ns = not significant.
Analisis Keragaman Variabel Y6 ( karbon tanah dan C Org )
Pada Gambar 25 dapat dilihat rerata C organik secara keseluruhan
mengalami peningkatan tetapi dari hasil uji ANOVA pada Tabel 19 menunjukkan
tidak adanya perbedaan signifikan antar generasi tanam di semua lapisan. Dapat
dilihat pada Lapisan I menunjukkan kecenderungan penurunan setelah 4 generasi,
walaupun tidak signifikan, berbeda dengan Lapisan II, III, IV dan V yang
memiliki pola kecenderungan naik setelah 4 generasi dan tetap tidak signifikan.
Berdasarkan kriteria penilaan sifat kimia tanah (Hardjowigeno, 1995) C Organik
Tabel 19. Uji beda C Organik (%) per generasi tanam dan lapisan tanah
Generasi Lapisan
G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
Lapisan I 1.60 1.72 1.69 1.48 1.41 0.98 ns
Lapisan II 0.64 1.29 0.85 1.11 1.20 0.78 ns
Lapisan III 0.21 0.34 0.21 0.30 0.67 0.52 ns
Lapisan IV 0.05 0.02 0.05 0.16 0.11 0.17 ns
Lapisan V 0.02 0.06 0.06 0.09 0.10 0.47 ns
Kedalaman
0 - 30 cm 1.34 1.54 1.85 2.22 2.32 0.21 ns
30 - 60 cm 0.38b 0.75ab 0.89ab 1.00a 1.05a 0.031
Sig.=Signifikansi Oneway ANOVA pada 5%, jika Sig.< 5% = signifikan, ns = not significant.
Hasil perbandingan ANOVA dari data profil tanah dan bor tanah sedikit
berbeda untuk uji Oneway Anova, dimana pada kedalaman 30-60 cm C organik
pada G3 dan G4 berbeda nyata dengan G0, tetapi tidak berbeda dengan G1 dan
G2. Hal ini dikarenakan jumlah perakaran pada G0 (kebun campuran) di
kedalaman 30-60 cm lebih sedikit dibandingkan dengan tanawan sawit pada G3
dan G4 yang lebih banyak akibat pertanaman kelapa sawit yang lebih lama dan
sudah mengalami 2x dan 3x peremajaan.
Berdasarkan kriteria penilaan sifat kimia tanah (Hardjowigeno, 1995) C
organik tanah pada Lapisan I dan II dari untuk semua generasi tanam masuk
dalam kriteria rendah, pada Lapisan III, IV dan V termasuk kedalam kriteria
sangat rendah. Namun demikian kandungan C organik antar generasi dalam lima
Analisis Keragaman Variabel Y7 (Rasio C/N)
Rasio C/N antara G0, G1, G2, G3 dan G4 terjadi peningkatan, didukung
oleh kadar C-organik yang meningkat dari Generasi 0. Rasio C/N antar lapisan
pada kelima generasi lebih tinggi di Lapisan I dan II makin rendah ke lapisan di
bawahnya. Namun demikian peningkatan rasio C/N tersebut tidak berbeda nyata
berdasarkan uji Anova untuk Lapisan II, III, IV dan V. Berdasarkan kriteria
penilaan sifat kimia tanah (Hardjowigeno, 1995) C/N Ratio termasuk kedalam
kriteria rendah sampai sangat rendah, hal ini di sebabkan karena G0 s.d G4 baru
saja di pupuk NPK atau Urea. Pada Lapisan I, Generasi 0 dan Generasi 3 berbeda
nyata karena G3 sudah dipupuk Urea 8 minggu sedangkan G0 baru dipupuk NPK
2 minggu sebelum pengambilan sampel tanah.
Tabel 20. Uji beda C/N Ratio (%) per generasi tanam dan lapisan tanah
Generasi
Lapisan G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
Lapisan I 3,10a 4,25ab 5,61ab 6,01b 5,37ab 0,039
Lapisan II 2,20 3,66 3,36 4,82 5,32 0,41 ns
Lapisan III 0,84 1,02 0,98 3,77 2,41 0,65 ns
Lapisan IV 0,45 0,09 0,27 0,77 0,67 0,32 ns
Lapisan V 0,08 0,37 0,37 0,48 0,34 0,34 ns
Kedalaman
0 - 30 cm 4,96 5,67 6,18 9,46 9,52 0,08 ns
30 - 60 cm 1,68 3,56 3,95 4,50 5,35 0,07 ns
Sig.=Signifikansi Oneway ANOVA pada 5%, jika Sig.< 5% = signifikan, ns = not significant.
Analisis Keragaman Variabel Y8 (P Tersedia)
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari pupuk buatan, bahan organik dan
Generasi 1, 2, 3 dan 4 karena pada generasi ini diberi perlakuan pemupukan
terutama penambahan pupuk RP, namun tidak berbeda nyata berdasarkan uji
Anova. Pada Generasi 1 sampai Generasi 4 berdasarkan manjemen pemupukan
diberikan pupuk RP berkisar antara 1,0 – 2,5 kg/pkk/tahun, seperti terlihat pada
Lampiran 3 Program Pemupukan 26 tahun terakhir. Berdasarkan kriteria penilaan
sifat kimia tanah (Hardjowigeno, 1995) P tersedia termasuk kedalam kriteria
sedang sampai sangat tinggi.
Tabel 21. Uji beda P2O5 (mg/Kg) pada setiap generasi tanam dan lapisan tanah Generasi
Lapisan G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
Lapisan I 26,6 76,9 184,8 38,0 223,2 0,08 ns
Lapisan II 24,5 65,3 13,2 13,7 63,1 0,10 ns
Lapisan III 11,1 70,8 27,8 12,5 22,9 0,11 ns
Lapisan IV 19,0 51,8 34,7 13,0 13,8 0,21 ns
Lapisan V 29,3 44,7 30,1 12,5 9,4 0,13 ns
Kedalaman
0 - 30 cm 28,18 103,13 103,43 55,41 106,59 0,07 ns
30 - 60 cm 19,88 101,49 39,10 28,44 43,55 0,09 ns
Sig.=Signifikansi Oneway ANOVA pada 5%, jika Sig.< 5% = signifikan, ns = not significant.
Analisis Keragaman Variabel Y9 (Kapasitas Tukar Kation - KTK)
Kelima generasi mempunyai nilai KTK tergolong rendah. Kapasitas tukar
kation (KTK) menunjukkan ukuran kemampuan tanah dalam menjerap dan dan
mempertukarkan sejumlah kation. Makin tinggi KTK, makin banyak kation yang
dapat dijerap oleh koloid tanah. Tinggi rendahnya KTK tanah ditentukan oleh
tinggi akan menyebabkan lambatnya perubahan pH tanah. Penambahan
ammonium dan kalium pada tanah akan menyebabkan sebagian ammonium dan
kalium itu mengalami pencucian di bawah zona akar, khususnya pada tanah pasir
dengan KTK tanah bawah (subsoil) yang rendah. KTK tanah kelima generasi
bervariasi sejalan dengan kandungan bahan organik dan liat di tanah, namun
perbedaan KTK tanah pada ke 5 generasi ini tidak berbeda nyata berdasarkan uji
ANOVA. Berdasarkan kriteria penilaan sifat kimia tanah (Hardjowigeno, 1995)
KTK termasuk kedalam kriteria rendah sampai sedang.
Tabel 22. Uji beda KTK (me/100g) pada setiap generasi tanam dan lapisan tanah
Generasi Lapisan
G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
Lapisan I 17,90 22,15 14,10 17,85 20,44 0,14 ns
Lapisan II 16,43 19,01 13,58 15,75 15,77 0,09 ns
Lapisan III 14,11 14,87 11,72 15,22 14,89 0,17 ns
Lapisan IV 14,20 11,46 11,30 15,27 11,38 0,23 ns
Lapisan V 13,48 13,36 12,19 14,77 13,77 0,19 ns
Generasi Kedalaman
G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
0 - 30 cm 16.31 16.64 17.23 18.21 16.82 0.724 ns
30 - 60 cm 15.76 14.74 15.83 14.94 15.38 0.958 ns
Sig.=Signifikansi Oneway ANOVA pada 5%, jika Sig.< 5% = signifikan, ns = not significant.
Dari analisis Keragaman KTK Efektif juga tidak ada perbedaan yang signifikan
antar keempat generasi generasi tanam kelapa sawit dan kontrol seperti yang
Tabel 23. Uji beda KTK efektif (me/100g) generasi tanam & lapisan tanah
Generasi Lapisan
G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
Lapisan I 16,46 21,83 13,84 16,61 20,34 0,097ns
Lapisan II 14,34 18,56 13,54 14,53 14,52 0,061ns
Lapisan III 12,16 13,72 10,61 13,90 13,44 0,121ns
Lapisan IV 13,40 10,87 10,44 13,94 10,49 0,232ns
Lapisan V 12,59 13,30 11,98 13,87 13,39 0,301ns
Generasi Kedalaman
G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
0 - 30 cm 14,64 16,37 16,69 17,08 16,74 0,479ns
30 - 60 cm 14,09 13,73 15,58 14,16 14,68 0,864ns
Sig.=Signifikansi Oneway ANOVA pada 5%, jika Sig.< 5% = signifikan, ns = not significant.
Analisis Keragaman Variabel Y10 (Kejenuhan Basa)
Kation tanah yang dapat dipertukarkan meliputi : K-dd, Na-dd, Mg-dd dan
Ca-dd. Kation dengan valensi lebih besar diabsorbsi lebih kuat dari pada kation
dengan valensi lebih rendah dengan urutan sebagai berikut : Ca>Mg>K>Na.
Penjumlahan nilai tukar Ca, Mg, K dan Na dibagikan dengan kapasitas tukar
Tabel 24. Uji beda kejenuhan basa (%) pada setiap generasi tanam dan lapisan tanah
Generasi Lapisan
G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
Lapisan I 11,67 15,04 24,28 17,28 15,46 0,66 ns
Lapisan II 12,23 16,34 20,99 20,37 19,40 0,82 ns
Lapisan III 14,12 20,79 25,64 19,81 20,36 0,78 ns
Lapisan IV 13,02 25,77 26,05 17,05 27,06 0,55 ns
Lapisan V 14,11 24,08 26,29 22,67 23,69 0,77 ns
Generasi Kedalaman
G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
0 - 30 cm 14,27 16,83 16,18 16,99 18,75 0,30 ns
30 - 60 cm 12,65 15,78 16,22 17,67 18,08 0,06 ns
Sig.=Signifikansi Oneway ANOVA pada 5%, jika Sig.< 5% = signifikan, ns = not significant
Kejenuhan Basa untuk Generasi 0 lebih rendah di bandingkan dengan
kejenuhan Basa Generasi 1 sampai 4, mencerminkan pH pada Generasi 0 lebih
masam dibandingkan dengan Generasi 1 sampai Generasi 4, tetapi peningkatan
Kejenuhan Basa tidak berbeda nyata berdasarkan uji ANOVA. Berdasarkan
kriteria penilaan sifat kimia tanah (Hardjowigeno, 1995) Kejenuhan Basa
termasuk kedalam kriteria rendah sampai sangat rendah.
Analisis Keragaman Variabel Y11 (Kejenuhan Al)
Kejenuhan Al diperoleh dari informasi nilai tukar kation Al dibagi dengan
kapasitas tukar kation tanah di masing-masing generasi. Dari hasil perbandingan
kejenuhan Al dengan metode Oneway Anova, ditemukan adanya perbedaan
kation Al tanah ini antar generasi. Kejenuhan Al pada Generasi 0 lebih tinggi
dibandingkan dengan Generasi 1 sampai 4 dan berbeda nyata berdasarkan hasil uji
Tabel 25. Uji beda kejenuhan Al (%) setiap generasi tanam dan lapisan tanah
Generasi Lapisan
G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
Lapisan I 8,09a 1,41c 1,81c 7,02b 0,48d <0,001s
Lapisan II 12,75a 2,33c 0,29d 7,68b 7,92b <0,001s
Lapisan III 13,89a 7,64b 9,46b 8,77b 9,64b <0,001s
Lapisan IV 5,52b 5,05b 7,62a 8,60a 7,73a <0,001s
Lapisan V 6,50a 0,47c 1,72bc 6,11a 2,74b <0,001s
Generasi Kedalaman
G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
0 - 30 cm 10.32a 1.62b 3.12ab 6.10ab 0.54b 0.017s
30 - 60 cm 10.63a 6.89ab 1.63b 5.28ab 4.92b 0.005s
Sig.=Signifikansi Oneway ANOVA pada 5%, jika Sig.< 5% = signifikan, ns = not significant.
huruf yang sama hasil dari uji lanjut Tukey pada taraf 5%, mengindikasikan nilai rata-rata total mikrobia tanah tidak berbeda nyata pada =5%.
Berdasarkan kriteria penilaan sifat kimia tanah (Hardjowigeno, 1995)
Kejenuhan Al termasuk kedalam kriteria rendah sampai sangat rendah.
Gen
M ain Effects Plot for Y4 (pH)
Data M eans
Gambar 23. Plot rerata pengaruh generasi tanam dan lapisan terhadap pH tanah
Gen
M ain Effects Plot for Y5 (N Tersedia)
Data M eans
Gambar 24. Plot rerata pengaruh
Gen
M ain Effects Plot for Y6 (C Org)
Data M eans
Gambar 25. Plot rerata Pengaruh
Generasi Tanam dan Lapisan terhadap C Organik
Gen
M ain Effects Plot for Y7 (Rasio C/ N)
Data M eans
Gambar 26. Plot rerata pengaruh
generasi tanam dan lapisan terhadap rasio
Gen
M ain Effects Plot for Y8 (P Tersedia)
Data M eans
Gambar 27. Plot rerata pengaruh
generasi tanam dan lapisan terhadap P tersedia
Gen
M ain Effects Plot for Y9 (KTK)
Data M eans
Gambar 28. Plot rerata pengaruh
generasi tanam dan lapisan terhadap nilai tukar KTK
Gen
Gambar 29. Plot rerata pengaruh
generasi tanam dan lapisan terhadap nilai tukar kation Al-dd
Gen
M ain Effects Plot for Y10 (Kejenuhan Basa)
Data M eans
Gambar 30. Plot rerata pengaruh
Variabel Karakteristik Biologi Tanah
Sifat Biologi tanah yang dianalisis di laboratorium hanyalah total mikrobia.
Total mikrobia diukur untuk mendapatkan jumlah organisme di dalam tanah baik
tanah yang diambil dari lapisan profil maupun tanah yang diambil dari bor tanah.
Tabel 26 di bawah ini merupakan ringkasan dari hasil analisa ragam
(ANOVA) dengan model acak lengkap 1 faktor, dimana faktor yang dibandingkan
adalah generasi tanam dalam masing-masing lapisan.
Tabel 26. Uji beda total mikrobia (CFU) setiap generasi tanam dan lapisan tanah
Generasi Lapisan
G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
Lapisan I 68 x 104c 157 x 104ab 147 x 104 b 164 x 104ab 230 x 104a <0.001
Lapisan II 39 x 103c 31 x 104c 40 x 104c 98 x 104b 197 x 104a <0.001
Lapisan III 31 x 104 b 31 x 104 b 36 x 104b 75 x 104 a 76 x 104a <0.001
Lapisan IV 140 x 102 b 130 x 102 b 240 x 103 a 31 x 104 a 262 x 104a <0.001
Lapisan V 110 x 102 c 31 x 103bc 56 x 103bc 17 x 104 b 64 x 104a <0.001
Rerata 282 x 103 d 45 x 104 c 51 x 104 c 77 x 104 b 119 x 104a <0.001 Note : Sig.=Signifikansi Oneway ANOVA pada 5%, jika Sig.< 5% = signifikan, ns = not significant.
huruf yang sama hasil dari uji lanjut Tukey pada taraf 5%, mengindikasikan nilai rata-rata total mikrobia tanah tidak berbeda nyata pada =5%.
Generasi Kedalaman
G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
0 - 30 cm 273 x 103b 210 x 104 ab 214 x 104 ab 36 x 105 ab 207 x 104 a 0.018s
30 - 60 cm 184 x 103 b 63 x 104 ab 111 x 104 ab 155 x 104 a 165 x 104 a 0.024s
Sig.=Signifikansi Oneway ANOVA pada 5%, jika Sig.< 5% = signifikan, ns = not significant.
Dari Tabel 26 di atas dapat dilihat dalam setiap lapisan, faktor generasi
tanam memiliki perbedaan total mikrobia tanah yang signifikan. Hal ini dapat
dilihat dari nilai P yang berada di bawah 5%. Dengan demikian dapat dilakukan
Tabel 26 dapat dilihat ada pengelompokkan huruf yang menunjukkan perbedaan
nilai rata-rata total mikrobia antar generasi tanam dalam masing-masing lapisan.
Hasil analisa tersebut menjelaskan pola data pada Gambar 31.
Gen
Lapisan II Lapisan III
Lapisan IV Lapisan V
Gambar 31. Plot interval total mikrobia tanah antar generasi dalam lapisan
Dari uji lanjut perbedaan pengaruh generasi tanam pada masing-masing
lapisan ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan generasi tanam berpengaruh pada
peningkatan jumlah mikrobia dalam tanah, dimana secara umum Generasi 0
memiliki jumlah mikrobia yang paling rendah jika dibandingkan dengan Generasi
PEMBAHASAN
Dari data tekstur dan distribusi fraksi liat, terlihat bahwa pada Generasi 0
terjadi pencucian liat di Lapisan I dan II penumpukan liat pada Lapisan III,
demikian halnya dengan Generasi 1 dan Generasi 2 terjadi pencucian liat di
Lapisan I dan II penumpukan liat pada Lapisan III. Berbeda dengan Generasi 3
dan Generasi 4 distribusi fraksi liat didalam lapisan tersebar merata dan tidak
terjadi pencucian dan penimbunan liat yang signifikan. Hal ini merupakan akibat
dari pengolahan tanah, porositas dan jaringan perakaran di Generasi 3 dan 4 sudah
lebih banyak terlihat pada Tabel 13.
Fraksi pasir dalam tekstur tanah Generasi 1 sampai 4 mengalami
peningkatan terhadap Generasi 0, dapat diartikan bahwa mineral-mineral mudah
lapuk semakin habis dan mineral-mineral sukar lapuk semakin mendominasi
tanah. Hal ini menunjukkan bahwa budidaya kelapa sawit responsif terhadap hara
yang dibutuhkan dalam proses budidayanya. Untuk itu, kesuburan tanah perlu
dipertahankan dengan best management practise yang tepat dan berkelanjutan.
Hubungan Bulk density (BD) dan lapisan tanah, adalah makin dalam
lapisan tanah makin meningkat BD, sehingga kemudahan akar menembus tanah
makin rendah, ditandai dengan banyaknya akar pada Lapisan I sampai III di
bandingkan pada Lapisan IV dan V. Namun demikian pada Generasi 1 sampai 4
perakaran tanaman kelapa sawit pada Lapisan IV dan V masih di jumpai.
Bulk density pada Lapisan I semua generasi tanam lebih rendah
dibandingkan dengan lapisan di bawahnya, ini dikarenakan akar-akar aktif
berkembang ke arah bawah untuk mencari air didalam profil tanah dapat dilihat
akar dapat menembus sampai ke Lapisan V. Itulah sebabnya kadar bahan organik
pada Lapisan IV dan V pada Generasi 4 lebih tinggi dari generasi sebelumnya.
Dengan adanya pengelolaan lahan yang menerapkan prinsip keberlanjutan pada
G1, G2, G3 dan G4 , maka dapat mempertahankan karakteristik bulk density
tanah. Kadar air dapat dilihat dari hasil pengukuran pada titik layu permanen
seperti pada Gambar 32.
Gambar 32. Grafik kadar air titik layu permanen (%) per lapisan pada tiap generasi tanam
Tabel 27. Uji beda kadar air titik layu permanen (%) setiap generasi tanam
Generasi Lapisan
G0 G1 G2 G3 G4 Sig.
Lapisan I 21,74 21,02 24,59 25,72 17,78 0,106 ns
Lapisan II 23,10 21,40 21,78 22,48 19,80 0,857 ns
Lapisan III 24,44 18,84 23,87 24,51 22,90 0,798 ns
Lapisan IV 24,21 26,06 20,81 23,23 25,47 0,870 ns
Lapisan V 28,87 25,42 25,80 27,54 21,27 0,774 ns
Berdasarkan uji Anova dari rata-rata nilai kadar air Titik Layu Permanen
(Kurva pF 4,2) tidak ada perbedaan sigifikan pada setiap generasi tanam seperti
pada Tabel 27. Hal ini sejalan dengan penelitian Garbens-Leenes et al, (2009),
menemukan bahwa kelapa sawit ternyata termasuk tanaman yang tidak rakus air,
seperti yang disajikan pada Tabel 28.
Tabel 28. Kebutuhan air untuk menghasilkan 1 GJ bioenergi pada berbagai tanaman
Kebutuhan Air (m3.GJ-1) Jenis Tanaman
Kisaran Rataan
Ubi kayu 30 – 205 118
Kelapa 49 – 203 126
Jagung 9 – 200 105
Kelapa Sawit 75 75
Kedelai 61 – 138 100
Tebu 25 – 31 28
Bunga matahari 27 – 146 87
Rapeseed 67 – 214 184
Sumber : Garbens-Leenes, et al.(2009)
Nilai bulk density (BD) dapat menggambarkan adanya lapisan padat pada
tanah yang berkaitan dengan pengolahan tanah, kandungan bahan organik,
porositas tanah dan kemudahan akar menembus tanah. Hal ini berkaitan dengan
pengolahan tanah pada best management practice (BMP) yang dilakukan di PT
Socfin Indonesia, dimana pada saat sebelum tahun 1990 belum menggunakan
ripping pada saat itu, sedangkan pada era setelah tahun 1990, pengolahan tanah
merupakan tindakan untuk mencegah erosi permukaan menambah bahan organik
tanah sejalan dengan sistem manajemen berkelanjutan di PT Socfin Indonesia.
Praktik BMP berupa land clearing dengan menggunakan ripping, penanaman
legume cover crop ini juga dilakukan perkebunan kelapa sawit lainnya secara
konsisten.
Dari Gambar 21 terlihat bahwa terjadi peningkatan porositas tanah
walaupun tidak signifikan, hal ini menunjukkan bahwa perkembangan akar kelapa
sawit mampu memperbaiki tanah menjadi lebih gembur sehingga pergerakan air
tanah menjadi lebih baik dan meningkatkan kemapuan tanah menyimpan atau
menahan air. Adanya trend peningkatan porositas tanah setelah penanaman 4
generasi tanam terjadi karena adanya peningkatan volume perakaran dari Lapisan
I sampai Lapisan V.
Diketahui bahwa kandungan hara pada tanah ultisol umumnya rendah
karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan
organik rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa
erosi. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas tanah ultisol dapat dilakukan
melalui perbaikan tanah (ameliorasi), pemupukan dan pemberian bahan organik.
Peningkatan fraksi liat yang membentuk horizon argilik pada tanah ultisol cukup
merugikan karena horizon ini akan menghalangi aliran air secara vertikal,
sebaliknya aliran horizontal meningkat sehingga memperbesar daya erosivitas.
Pembentukan horizon argilik merupakan proses alami yang sulit dicegah, namun
erosi yang terjadi dapat dihindari atau dikurangi dampaknya (Prasetyo dan
Distribusi kadar liat pada penampang profil tanah tidak menggambarkan
adanya pencucian liat yang maksimal atau signifikan terutama pada Generasi 3
dan Generasi 4. Curah hujan yang tinggi (±2.500 mm.th-1) di lokasi penelitian
tidak menyebabkan pencucian kation yang tinggi karena akar tanaman kelapa
sawit pada Lapisan I dapat menahan laju erosi atau pencucian baik erosi vertikal
maupun erosi horizontal.
Perakaran tanaman menambah ruang pori tanah sehingga penanaman
kelapa sawit dapat mengurangi erosi aliran horizontal sehingga akar atau
perakaran tanaman kelapa sawit dapat memperbaiki dan mengkonservasi tanah.
Hal ini didukung oleh rendahnya tingkat serangan ganoderma di perkebunan Aek
Loba khususnya di keempat blok penelitian tersebut, dimana umur tanaman lebih
dari 23 tahun pada generasi ketiga (Blok 83, Tanaman tahun 1993) kerapatannya
masih diatas 121 pohon/ha. Rendahnya tingkat serangan Ganoderma ini
mengindikasikan biodiversity mikrobia di dalam tanah masih baik.
Di Perkebunan Aek Loba dilakukan aplikasi janjang kosong (empty fruit
bunch) pada blok-blok dengan kondisi tanah marginal, seperti: berpasir, berbatu
atau yang memiliki kadar liat tinggi dan juga diprioritaskan pada Tanaman
generasi ketiga dan keempat. Biasanya diberikan pupuk organik berupa janjang
kosong dan solid ex decanter pabrik. Pemberian bahan organik berupa aplikasi
janjang kosong kelapa sawit dengan dosis 45 Ton Ha-1 pada tahun pertama dan
pada tahun berikutnya diaplikasikan solid dengan dosis 45 Ton Ha-1. Pada
blok-blok TM kelapa sawit Generasi 3 dan Generasi 4 diaplikasikan janjang kosong
satu usaha untuk perbaikan tanah (ameliorasi) yang dilakukan dalam sistem
manajemen berkelanjutan di PT Socfin Indonesia perkebunan Aek Loba.
Pada tanah lapisan atas (Lapisan I) yang tebalnya berkisar antara 13 - 32
cm berwarna gelap dan mengandung bahan organik yang cukup tinggi. Perakaran
sawit sebagian besar berada pada tanah lapisan atas, akar-akar aktif sawit dapat
dikatakan mampu mengkonservasi tanah lapisan atas, sehingga dapat
memperlambat degradasi tanah. Pada saat musim kemarau perakaran kelapa sawit
akan mencari air sampai ke lapisan bawah.
Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah (Hardjowigeno, 1995)
C-organik tanah pada Lapisan I dan II kelima generasi tanam termasuk dalam
kriteria rendah, pada Lapisan III, IV dan V termasuk kriteria sangat rendah,
Namun demikian kandungan C-organik antar generasi dalam lima lapisan tanah
tersebut tidak berbeda nyata. Kondisi ini merupakan sifat dari jenis liat kaolinit
tipe 1:1 pada tanah Typic hapludult yang kemampuannya membentuk ikatan
dengan bahan organik sangat kecil. Kandungan C-organik dari Generasi 0 sampai
Generasi 4 dalam keadaan stabil dan tidak terjadi penurunan yang signifikan
artinya budidaya kelapa sawit dengan best management practise yang tepat tidak
merusak kandungan bahan organik tanah
Warna tanah menunjukkan kandungan C-organik tanah tersebut. Tanah
yang berwarna hitam kelam mengandung C-organik yang tinggi. Makin cerah
Tabel 29. Warna tanah pada generasi tanam di setiap lapisan
Generasi Lapisan
G0 G1 G2 G3 G4
Lapisan I 10 YR 4/2 10 YR 4/3 10 YR 5/2 10 YR 4/3 10 YR 4/4
Lapisan II 10 YR 5/4 10 YR 7/4 10 YR 6/3 10 YR 6/3 10 YR 4/3
Lapisan III 10 YR 6/3 10 YR 7/5 10 YR 6/4 10 YR 6/4 10 YR 5/4
Lapisan IV 10 YR 6/4 10 YR 6/6 10 YR 7/6 10 YR 6/6 10 YR 5/4
Lapisan V 10 YR 6/4 10 YR 7/3 10 YR 7/6 10 YR 6/6 10 YR 6/6
*nilai value/chroma makin tinggi makin terang/cerah
Gambar 33. Perbedaan warna tanah dari Generasi 0 sampai Generasi 4
Dari Tabel 29 dan Gambar 33 terlihat bahwa Lapisan I lebih gelap dari
pada lapisan di bawahnya pada semua generasi tanam. Namun pada Generasi 4
(empat) terlihat bahwa perubahan warna (perubahan value dan chroma) dari
Lapisan I (pertama) ke lapisan dibawahnya berangsur secara perlahan. Hal ini
sejalan dengan kandungan C-organik pada Generasi 4 (empat) lebih tinggi di
bandingkan dengan generasi di bawahnya. Karakteristik kimia tanah pada
Socfin Indonesia. Pemupukan dilakukan berdasarkan hasil analisa sampel daun
setiap tahun sehingga kandungan hara dalam tanah dapat terjaga. Hasil analisa
dari karakteristik kimia pada semua generasi tanam menunjukkan tidak ada
signifikansi, artinya best management practice yang diterapkan oleh PT Socfin
Indonesia dapat menjaga keseimbangan kadar hara tanah.
Kejenuhan Al pada Generasi 1 sampai Generasi 4 menurun secara
signifikan dibanding Generasi 0 yang tidak pernah di tanami kelapa sawit.
Budidaya kelapa sawit sampai empat generasi dapat menurunkan tingkat
kejenuhan Al pada tanah Typic Hapludults. Hutahaean B (2007) melaporkan pada
komposisi abu cangkang kelapa sawit terdapat 8,7% Al2O3. Hal ini
mengindikasikan bahwa Kelapa sawit dapat menurunkan tingkat kejenuhan Al,
sehingga permasalahan Al pada tanah Ultisol khususnya Typic Hapludult dapat
diminimalkan.
Peningkatan total mikrobia sejalan dengan kandungan bahan organik
tanah. Pada Generasi 4 makin besar volume akar yang berada pada tanah lapisan
bawah, sehingga populasi total mikrobia di lapisan bawah tanah juga meningkat
secara siginifikan.
Meningkatnya total mikrobia tanah dari Generasi 0 ke Generasi 4
mengindikasikan ketersediaan bahan organik tanah, dimana perakaran pada
Generasi 4 sudah makin banyak di dalam tanah, sehingga meningkatkan total
mikrobia tanah. Dengan demikian dapat diketahui penerapan budidaya kelapa
sawit sampai 4 generasi secara berkelanjutan di tanah Typic hapludults di
tanah yang tidak signifikan, khususnya pada karakteristik fisik tanah (seperti :
Bobot Isi tanah, Porositas, Kadar Air Tersedia), dan karakteristik kimia tanah
(seperti : pH, C organik, N tersedia, P tersedia, KTK, dan kejenuhan basa).
Menurut Jourdan dan Rey (1997) diperakaran tanaman kelapa sawit,
terjadi proses pemangkasan diri (self pruning) yaitu muncul akar-akar yang
mempunyai kehidupan lebih pendek daripada bagian induk percabangannya, yang
juga biasanya berdiameter lebih besar. Sumber bahan organik pada lahan kelapa
sawit yang ditanami terus menerus selama beberapa generasi adalah akar sawit itu
sendiri. Hal ini cocok dengan Marshall dan Waring (1985) akar memiliki
kehidupan yang telah ditentukan, memiliki takaran yang terbatas karbon yang
tersedia, dalam bentuk humus dan akan mati setelah persediaannya telah habis.
Akar diameter kecil memiliki persediaan yang lebih kecil dari akar berdiameter
besar dan mati lebih dahulu.
Dalam pertumbuhannya akar kelapa sawit akan mengeluarkan
senyawa-senyawa organik yang terdiri atas mucigel, sel-sel akar yang mati dan eksudat.
Komposisi bahan organik ini menurut Russel (1982) adalah karbohidrat, protein
(asam-asam amino), asam organik, enzim dan bahan-bahan yang dapat menjadi
penghambat maupun perangsang bagi pertumbuhan fungi, bakteri dan nematoda.
Senyawa organik ini biasanya langsung dimanfaatkan oleh mikroba pelapuk tanah
sebagai sumber energi. Keadaan inilah yang menyebabkan populasi mikroba
rhizosfer lebih besar jumlahnya di bandingkan dengan tanah yang jauh jaraknya
dari akar tanaman (Rao, 1994).
Menurut Harahap (1999) luasnya zona perakaran tanaman kelapa sawit
memberikan sumbangan terhadap perubahan sifat-sifat tanah, terutama yang
terkait dengan dinamika bahan organik tanah yang berasal dari sisa-sisa jaringan
akar yang melapuk dan atau pengaruh fisik dan mekanik selama proses
pertumbuhan akar yang berlangsung. Tanaman kelapa sawit mampu
meningkatkan ruang pori tanah, indeks stabilitas agregat tanah, persentase air
tersedia tanah tetapi menurunkan kerapatan lindak tanah terutama pada lapisan
Gambar 35. Perbandingan rerata karakteristik tanah pergenerasi tanam
Berdasarkan uji anova hanya respon pada kejenuhan Al (%) dan total
mikrobia (CFU) yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
generasi tanam terhadap G0. Variabel respon yang lain menunjukkan perbedaan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Penerapan budidaya kelapa sawit sampai 4 generasi secara berkelanjutan di
tanah Typic hapludults Perkebunan Aek Loba PT Socfindo menyebabkan perubahan karakteristik tanah yang tidak signifikan, khususnya pada karakteristik fisik tanah (seperti : Bobot Isi tanah, Porositas, Kadar Air
Tersedia), dan karakteristik kimia tanah (seperti : pH, C organik, N tersedia,
P tersedia, KTK dan kejenuhan basa).
2. Kejenuhan Al Generasi 1 sampai Generasi 4 menurun secara signifikan
terhadap Generasi 0. Penanaman kelapa sawit dapat menurunkan Aldd pada
tanah Typic hapludults.
3. Total mikrobia tanah meningkat secara signifikan pada Generasi 1 sampai
dengan Generasi 4 terhadap kebun campuran yang belum pernah ditanami
kelapa sawit.
4. Tanah Typic hapludults yang ditanam kelapa sawit empat generasi terus
menerus di Perkebunan Aek Loba yang dikelola dengan sistem manajemen