• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. adanya pemerintah dan agama di bumi Larvul Ngabal adat dan lembaga adat atau budaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. adanya pemerintah dan agama di bumi Larvul Ngabal adat dan lembaga adat atau budaya"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan masyarakat Kei adat yang menjadi tempat pertama sebab sebelum adanya pemerintah dan agama di bumi Larvul Ngabal adat dan lembaga adat atau budaya orang Kei sudah lebih dulu berperan. Begitu banyak budaya dalam kehidupan mereka, budaya tersebut sangat berperan penting dalam berlangsungnya relasi sosial, budaya tersebutlah yang membentuk kehidupan mereka untuk hidup dalam nilai-nilai yang dianggap baik, bijak dan membawa kebaikan bagi semua orang, kebudayaan adat itu adalah Larvul Ngabal Sebutan ini menunjuk kepada adanya ketaatan kepada hukum adat Kei yang mengikat mereka.1

Ketaatan masyarakat Kei kepada pelaksanaan hukum adat Larvul Ngabal ini terdapat tiga nilai perekat didalamnya yaitu, Ain ni ain, yang bermakna sebagai bentuk persaudaraan, Foing fo ku, fauw fo banglu yang bermana mengumpulkan beberapa mayang kelapa lalu diikat menjadi satu dengan tujuan mendapatkan hasil pembakaran yang menghasilkan cahaya untuk menerangi kehidupan sedangkan Fau fo banglu bermakna kemampuan menciptakan “peluru” untuk dapat membentegi diri dalam menghadapi serangan. Vuut ain mehe Ngivun, manut ain mehe Tilur, yang bermakna semua orang Kei berasal dari satu turunan,2 serta masih banyak terdapat budaya lainnya oleh karena banyak budaya yang ada pada masyarakat Kei maka penulisan hanya difokuskan pada falsafah

1 Larvul Ngabal adalah Hukum adat Masyarakat Kei, Maluku Tenggara yang sangat menjujung tinggi

dan melindungi hak-hak asasi manusia tentang falsafah Larvul Ngabal baca. J.P. Rahail, Larvul Ngabal:

Hukum Adat yang Bertahan Menghadapi Arus Perubahan, (Jakarta: Yayasan sejati 1993), 4-7.

2 P M. Laksono, Vuut Ainmehe Nifun, Manut Ain mehe Tilur (Eggs from One Fish and One Bird: A

Study of the Maintenance of Social Boundaries in the Kei Islands) A Dissertation, The Faculty of the Graduate School of Cornell University, 1990.

(2)

2 hidup Vuut ain mehe ngivun, manut ain mehe tilur dalam dinamika konflik kasta pada komunitas Kristen di Elaar.

Vuut ain mehe ngivun, manut ain mehe tilur adalah salah satu ungkapan dalam bahasa Kei yang secara turun temurun dari generasi ke generasi mewarisinya. Falsafah ini membentuk karakter masyarakat Kei sejak dulu dan mengandung nilai baik, bijak dalam hal hidup bersama sebagai satu kesatuan dan ini yang menjadi dasar bertindak bagi masyarakat Kei. Ungkapan Vuut ain mehe ngivun, manut ain mehe tilur dalam bahasa Indonesia diartikan semua orang Kei berasal dari satu turunan yang saling memiliki, dalam bahasa lokal masyarakat Kei yaitu Vuut ain mehe ngivun yang artinya berasal dari satu sumber yaitu dari satu telur ikan dan Manut ain mehe tilur yang artinya berasal dari satu telur unggas. Hal ini bermakna penting bahwa masyarakat Kei di lihat sebagai satu kesatuan yang utuh, untuk hidup saling mengasihi, menjaga dan menghormati dalam setiap keadaan.

Nilai luhur yang terdapat dalam Vuut ain mehe ngivun, manut ain mehe tilur yang di pakai masyarakat Kei untuk menghilangkan perbedaan. Dalam kehidupan budaya orang Kei terdapat tiga kasta yaitu Mel-mel adalah Pendatang, Ren-ren: Penduduk asli, dan Iri-iri: Pembantu. Namun dalam perkembangannya terjadi perubahan makna menjadi Mel-mel kelompok bangsawan, Ren-ren orang merdeka dan Iri-iri sebagai budak.

Kasta berasal dari bahasa latin yakni Castus yang berarti utama, suci, tak ternoda suci dan terhormat. Kata castus dalam bahasa portugis disebut casta yang kemudian diartikan sebagai “keturunan atau ras”. Kasta adalah sebuah sistem sosial yang mengatur kehidupan masyarakat India, sehingga masyarakat india tidak dapat dilepas-pisahkan dari sistem kasta namun oleh orang-orang Barat kasta dipakai untuk menggolongkan kelompok-kelompok sosial yang ada di India.3

3 Webster’s International Dictonary of the English Language, (Springsflied: G & C Marriam

(3)

3 Dinamika kehidupan dalam masyarakat adat, kestabilan relasi dalam suatu masyarakat tidak selamanya berjalan mulus oleh karena sebuah konflik yang terjadi saat itu. Konflik bernuansa permasalahan interen okum perorangan yang terjadi di Kei desa Elaar berpengaruh besar baik dalam lembaga pemerintah adat bahkan juga agama (jemaat). Permasalah ini bermula dari penolakan sebuah perkawinan mel-mel dan ren-ren yang di anggap melanggar adat. Peristiwa ini merupakan masalah interen antara kedua keluarga, tetapi masalah tersebut tidak berujung pada jalan keluar yang baik dan menyebar masuk dalam kelompok masyarakat besar. Konflik tersebut berlanjut dengan adu mulut, saling mengancam, dan perkelahian fisik sehingga mengakibatkan korban jiwa, konflik ini terjadi di latar belakangi karena harga diri, gengsi, prinsip dari masing-masing kelompok yang di yakini sebagai sebuah kebenaran. Sangat disayangkan kenyataan yang di hadapi oleh masyarakat Elaar yang merupakan salah satu desa adat yang sajak dahulu hidup bersama mengalami benturan dalam kehidupan mereka untuk memertahankan eksistenstinya dan 1 oktober 2006 sejarah mencatat konflik tersebut berujung pada pemisahan dalam masyarakat tersebut 19 kepala keluarga dengan jumlah jiwa sebanyak 66 orang mengambil sikapnya untuk keluar dari desa Elaar. Konflik ini mengelisahkan semua pihak dalam lembaga pemerintahan desa dan juga agama (gereja). Usaha yang telah di lakukan untuk menagani konflik baik dari pemerintah desa, dan agama untuk menyatuhkan kedua kelompok tersebut telah dilakukan. Dengan berlandas pada hukum adat Larvul Ngabal yang di dalamnya termasuk falsafah orang Kei Vuut ain mehe ngivun, manut ain mehe tilur maka konflik ini sedikit secara perlahan-lahan berlangsung reda.

Realitas untuk menangani konflik yang dilakukan oleh orang gereja dan pemerintah desa sedikit berjalan baik sehingga konflik ini dapat secara perlahan diatasi. Akan tetapi damai yang diinginkan sampai saat ini masih dalam proses menuju, artinya bahwa perdamaian masih diusahakan oleh semua komponen yang ada di Elaar. Karena perdamaian

(4)

4 yang diinginkan bukan hanya mereka terlepas dari konflik akan tetapi kenyamanaan dalam membangun relasi dalam bermasyarakat tampa memandang perbedaan kasta, ras dan sebagainya.

Dalam kehidupan masyarakat India menurtut kitab Weda terbagi menjadi empat kasta4 yaitu Brahmana: kelompok kaum imam dalam agama hindu, Kasatria: tentara-tentara, Weisya: Kelompok ekonomi dan perdaganang, Sudra: kelompok para pekerja, petani, pekerja kasar. Dalam kehidupan masyarakat Elaar umunya roda pemerintahan selalu di jalakan bersama-sama, sistem kasta di Kei tidak berhubungan dengan sistem kerja secara ekonomis, namun lebih pada peran marga secara adat. Bahkan hubungan hirarkih di Kei masih di pertahankan dan terlihat jelas bahwa setiap kelompok berkarakter eklusif, misalanya perkawinan campur merupakan hal yang dilarang dan hal ini terjadi dalam desa Elaar. Dalam sistem kasta menurut Louis dumont dalam kasta pada masyarakat India, dengan adanya bentuk hirarki dalam varna hal ini melihat varna hadir dalam status dan kekuasaan masing-masing kasta untuk saling mempertahankan hidup, melangkapi dalam relasi sosial. Oleh karena itu kasta tidak dilihat sebagai suatu pemisa relasi sosial dalam status masing-masing kelompok, tetapi pada hubungan bersama dalam membangun dan mempertahankan hidup bersama dalam suatu masyarakat untuk menjadi berwarna.5

Akibat konflik ini mengakibatkan relasi yang dulunya erat menjadi mulai terkikis dan ini yang berpengaruh pada relasi sosial mereka. Menurut Gantung, untuk penanganan konflik adalah dilakukan proses damai, artinya damai secara negatif dan positif. Damai negatif merupakan ketiadaan perang atau konflik langsung, damai ini membutuhkan kontrol pemerintah terhadap kekerasan dengan menghadirkan perlindungan sekuritas terhadap

4 Max Weber, The Religion of India: Sociologi Hiinduism and Buddhism, (New York: TheFree Prs

1958), 126. Sistem kasta model ini diamati pada masyarakat Bali yang beragama Hindu.

5 Dumonth, Homo Hierarchicus: The Caste System and its implications, (Chicago: University Pressa,

(5)

5 masyarakat. Caranya dengan memisahkan pihak-pihak yang berkonflik. Model ini dilakukan dalam situasi konflik yang baru terjadi dan juga konflik dengan waktu jangka panjang dan untuk konflik jangka waktu pedek. 6

Damai positif ialah suasana di mana terdapat kesejatraan, kebebasan dan keadilan. Model ini menganjurkan suasana saling berelasi dalam kehidupan bermasyarakat demi terciptanya intergrasi sosial. Untuk memperbaiki relasi yang rusak pada masa lalu dan membangun kembali masa depan masa depan maka diperlukan kerja sama di setiap kalangan yang ada dalam masyarakat. Artinnya Masyarakat yang berkonflik harus menemukan titik temu kemudian akan di bahas dan di atasi bersama. Dalam hal ini semua kebaikan verbal, fisik, pikiran dan jiwa manusia termuat dalam damai positif ini. Dasar utama dari model ini adalah cinta kasih diantara semua makhluk ciptaan. 7

Dalam masyarakat Kei sudah diakui bahwa sistem nilai Vuut ain mehe ngivun, manut ain mehe tilur, adalah cita-cita ideal yang mempersatukan mereka, hal ini merupakan satu nilai universal yang mampu mengikat dan menghubungkan batas-batas atau garis yang memisahkan dengan sangat kuat kasta yang ada. Sekalipun demikian dalam kehidupan masyarakat masih ada pemisahan yang kuat dalam kasta tersebut, hubungan mereka seperti hubungan orang perintah dan orang suruh, selain itu dominasi kasta mel-mel hampir menguasai semua bidang kehidupan, posisi kasta mel-mel mendominasi iteraksi sosial masyarakat. Oleh karena itu apa yang menjadi hak orang mel-mel tidak boleh di kuasai oleh orang ren-ren apalagi orang orang iri-ri, dan dalam kehidupan mereka kasta me-mel tetap berkuasa sementara itu kita tau jelas sesuai yang disinggung di atas masyarakat Kei di kenal dalam sistem nilai Vuut Ain Mehe Ngifun, Manut ain mehe tilur, yang menekankan tentang

6 Galtung, Johan. Peace by Peaceful Means: Pace and Conflict, Dvelopment. Lihat juga Galtung

dalam Izak Lattu, Planting The Seed of Peace. Agama dan Pendidikan Perdamaian dalam Masyarakat

Multikultural. Buku Ajar Agama, (Salatiga: Satya Wacana University Press, 2015), 190.

(6)

6 kehidupan masyarakat Kei sebagai satu kesatuan yang berasal dari satu sumber saja yaitu satu telur ikan atau satu telur unggas hal ini dapat di katakan bahwa sistem nilai ini hanya menjadi sebuah komando sesaat saja, ia tidak di jiwai agar menjadi kekuatan pemersatu dalam masyarakat Kei sebagai orang basudara yang berasal dari satu keturuan.

Realitas ini menunjukan bahwa konflik yang terjadi mesti disikapi dengan serius. Dengan berdasar pada latar belakang permasalahan dimaksud, maka yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah Vuut ain mehe ngivun, Manut ain mehe telur, dalam dinamika konflik kasta pada komonitas Kristen di Desa Elaar. Bahwa konflik ini terjadi dalam kehidupan masyarakat Elaar yang mengakibatkan terjadinya pemisahan diri oleh sekelompok orang. Karena masalah ini, akan diteliti lebih lanjut, maka penulis mengusulkan judulnya; Vuut Ain Mehe Ngivun, Manut Ain Mehe Tilur (dinamika konflik kasta pada komunitas kristen di desa Elaar).

1.2. Rumusan Masalah

Konflik yang terjadi turut berpengaruh terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Desa Elaar yang yang adalah orang bersaudara dalam ikatan nilai adat Vuut ain Mehe Ngivun, Manut ain Mehe Tilur. Oleh karena itu batasan masalah akan difokuskan pada Vuut ain mehe ngifun, Manut ain mehe tilur, dalam dinamika konflik kasta pada komunitas kristen di desa Elaar. Untuk menjawab kebutuhan penelitian di atas, maka rumusan pertanyaan penelitian adalah: Pertama, apa faktor penyebab terjadinya konflik kasta pada masyarakat Elaar. Kedua bagaimana relasi masyarakat Elaar dalam kasta. Ketiga bagaimana dampak dan sikap masyarakat terhadap konflik dilihat dalam sistim nilai Vuut ain mehe ngivun manut ain mehe tilur.

(7)

7

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas maka, tujuan penelitian ini adalah: pertama dapat menemukan dan mendiskripsikan faktor penyebab terjadinya koflik kasta. Kedua, dapat menemukan dan mendiskripsikan relasi masyarakat Elaar dalam kasta. Ketiga, dapat menemukan dan mendiskripsikan dampak konflik kasta dan sikap masyarakat terhadap konflik dalam sistim nilai Vuut ain Mehe Ngivun, Manut ain Mehe tilur.

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini hasil yang diharapakan adalah dapat memberikan informasi tentang penyebab pemicu terjadinya konflik kasta pada masyarakat Elaar. Konsep pada nilai Vuut ain mehe ngivun, manut ain mehe tilur, yang diharapkan mampu menjadi solusi konflik.

Penulis juga mengharapakan melalui penelitian ini dapat menstimulasi Program Studi Pascasarjana Sosiologi Agama untuk lebih mengali dan mengenal budaya lokal dan potensi dalam setiap nilai budaya tersebut dan juga bagi penulis sendiri untuk dapat mengembangkan potensi akademis yang telah diperoleh untuk tugas dan tanggung jawab kepada masyarakat.

1.5. Metode Penelitian

Mempertimbangkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang hendak di capai, maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian Deskritif analisit,8 yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan keadaan subjek yang diteliti. Setelah data diperoleh kemudian data-data tersebut dianalisis dan diinterpretasi atau penefsiran data-data

8 W. Lawrence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, (USA:

(8)

8 tersebut. 9 Dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang merupakan penelitian yang menghasilkan data deskritif (sebagai mana data dilapangan) berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau pelaku yang diamati, agar dapat memahami sikap, pandangan dan perasaan juga perilaku baik individu atau sekelompok orang. 10 Lokasi penelitian difokuskan pada desa Elaar.

Untuk melakukan penelitian ini penulis memerlukan sumber data primer yaitu wawancara terhadap para tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama dan kedua kelompok masyarakat Elaar, hal ini bertujuan untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari beberapa responden. Wawancara ini bermaksud mengumpulkan keterangan tentang apa yang mereka ketahui dan alami terhadap masalah yang diteliti.11

Pemilihan sampel penelitian menggunakan purposive sampling. Menurut Sugiyono,

purposive sampling 12 adalah teknik pngambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu misalnya orang tersebut yang dianggap paling tau tentang apa yang kita inginkan sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang akan diteliti. Jenis observasi yang dipakai yaitu observasi partisipasi sebagian yaitu dengan cara mengikuti sebagian dari kehidupan responden sesuai dengan data yang diinginkan.13

Sumber data berikutnya yaitu data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini adalah sejumlah referens, jurnal dan sejumlah buku penunjang lainnya yang dapat digunakan dalam kaitan masalah yang di teliti.

9

Winarno Surakmad, Pengantar Penulisan Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik (Bandung: Tarsiti, 1985), 139.

11 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1981), 162. 12

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,2013), 2018-219.

(9)

9 Untuk menganalisa data sebagai data hasil penelitian, maka teknik yang digunakan yaitu analisa data kualitatif. Teknik analisa ini bertujuan secara tepat fungsi peran dari persoalan yang sementara dibahas, sehingga ia dapat memberikan fakta mengenai objek penelitian. Sementara metode analisa yang dipakai adalah metode deskriptif, yaitu mendiskripsikan dan menganalisis data hasil penelitian terhadap masalah.

1.6. Rencana Penulisan Sistimatika

Pada bab I yang merupakan pendahuluan dalam penelitian ini, penulis akan memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistimatika penulisan. Bab II terdiri dari pendekatan teoritis, dalam bab ini akan berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu teori konflik dan kasta. Agar bisa menjelaskan landasan teoritis dengan baik maka akan digunakan keterkaitan antar konsep atau pendekatan teoritis. Kemudian bab III akan di paparkan hasil penelitian. Hasil penelitian berdasarkan data empiris di lapangan. Dengan menggunakan metode penelitian yang ada, maka data akan dikumpulkan, diolah dengan cara disaring kemudian disajikan. Bab IV akan berisi analisa hasil penelitian. Analisa hasil penelitian yang dimaksud adalah proses untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitiaan. Pada bagian ini penelitian difokuskan proses analisa akan mengikut sertakan teori pada bab II dan data penelitian pada bab III. Bab V merupakan bagian terakhir dari tulisan serta penelitian ini. Bagian ini berupa kesimpulan dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

tertulis, namun etika komunitas orang Sunda selalu dijaga dengan baik.Namun masyarakat sekitar memakluminya karena waktu untuk komunitas orang Sunda latihan

[r]

Dalam pelaksanaan Program Induksi, pembimbing ditunjuk oleh kepala sekolah/madrasah dengan kriteria memiliki kompetensi sebagai guru profesional; pengalaman mengajar

Bagi Penyedia Jasa atau Pemilik Kapal yang sedang menjalani pemeriksaan oleh instansi yang terkait, antara lain pihak kepolisian, TNI, Bea Cukai, Perpajakan, atas dugaan

3. Arsip dinamis inakatif, adalah arsip yang jarang sekali dipergunakan dalam proses pekerjaan sehari-hari. Berdasarkan penjelasan dia atas, maka pembagian arsip

Jawab: “Memberikan bimbingan dan nasehat, Memberikan pengawasan yang maksimal, Memberitau bagaimana mengatur jadwal kegiatan belajart, Menyediakan fasilitas belajar

Dosa besar dan penipuan utama dari seluruh nabi palsu yang bermunculan selama periode pelayanan Yeremia adalah membangunkan umat Allah di dalam sebuah pengharapan palsu –