• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV FITUR-FITUR SUPRASEGMENTAL DASAR KIDUNG TANTRI NANDAKAHARANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV FITUR-FITUR SUPRASEGMENTAL DASAR KIDUNG TANTRI NANDAKAHARANA"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

FITUR-FITUR SUPRASEGMENTAL DASAR

KIDUNG TANTRI NANDAKAHARANA

KTN sebagai kidung yang menggunakan metrum demung sawit memiliki dua jenis bait, yaitu kawitan dan pengawak (penawa dan pemawak). Kawitan adalah bagian awal yang berfungsi untuk memulai bab baru atau cerita yang baru. Kawitan ini memiliki dua bait dengan nada yang berbeda dengan pengawak. Pengawak yang terdiri atas pemawak dan penawa, dimana pemawak adalah nyanyian pendek dan penawa adalah nyanyian panjang yang digunakan untuk menyanyikan sebuah cerita sampai satu bab cerita habis (Sugriwa, 1977:11).

Secara tradisional KTN menggunakan metrum demung sawit dengan pembagian kawitan dan pangawak seperti yang telah diuraikan di atas. Pembagian ini belum memberikan perbedaan-perbedaan yang tegas tentang tata cara menembangkan KTN dasar dan variasinya. Untuk itu, bab ini menjelaskan dan menguraikan fitur-fitur suprasegmental dasar KTN. Secara khusus, fitur-fitur suprasegmental berkaitan dengan sistem fonetis khususnya vokal tanpa mengesampingkan pengaruh konsonan di setiap suku kata yang membangun satu baris KTN. Setiap ujaran fitur yang diluncurkan pada setiap suku kata tidak selalu sama, tetapi ada kalanya fitur-fitur tersebut berbeda disesuaikan dengan lingkungan di sekitarnya.

Fitur-fitur vokal yang mungkin terealisasi dalam setiap KTN dapat dijabarkan sebagai berikut.

(2)

i ɪ e ɛ æ ɜ a u Ʊ o ɔ ɒ ɑ ǝ

Depan Tengah Belakang

Tinggi

Setengah tinggi Tengah

Setengah rendah

Rendah

Tempat dan cara artikulasi konsonan (Pastika, 2005:29) antara lain, seperti di bawah ini.

Cara Artikulasi

Tempat Artikulasi Bilabial Alveolar Alveo

palatal Velar Glotal Tak bersuara Hambat p t k Bersuara b d g Tak bersuara afrikat c Bersuara Frikatif ʤ Tak bersuara s h Nasal m n n ŋ Lateral l Getar r Semivokal J w

Tabel 001 Fitur konsonan

Setiap fitur-fitur yang diaktualisasikan tidak benar-benar sama antara satu dan lainnya. Ada fitur-fitur tambahan yang menyertai tiap-tiap fitur segmental

(3)

sehingga menghasilkan perpaduan yang harmonis khususnya dalam KTN. Adanya uraian tentang fitur segmental di atas, memberikan gambaran awal untuk meneliti fitur suprasegmental. Adapun fitur suprasegmental yang dianaisis pada bab ini, yaitu ritme, tekanan, intonasi, dan durasi. Keempatnya akan dijelaskan terpisah.

4.1 Ritme

Ritme berhubungan dengan perulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Dalam kidung, irama berupa pengulangan yang teratur dalam suatu baris puisi menimbulkan gelombang yang menciptakan keindahan. Irama dapat juga berarti pergantian keras-lembut, tinggi-rendah, atau panjang-pendek kata secara berulang-ulang dengan tujuan menciptakan gelombang yang memperindah kidung. Untuk mempermudah analisis, diberikan beberapa simbol pada tiap-tiap kriteria ritme. Adapun simbol yang digunakan, yaitu (─) untuk suara lemah-lembut, simbol (U) untuk suara berat dan keras, simbol (R) untuk suara rendah, suara menengah (M), dan simbol (T) untuk suara tinggi. Selain keras-lembut dan tinggi-rendah nada, diperhitungkan pula pemenggalan berapa silabel yang sebaiknya ditembangkan sebelum mengambil jeda untuk bernapas. Untuk itu, setiap pemenggalan diberikan tabel yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut ritme yang terdapat dalam KTN diuraikan satu persatu (Zoetmulder, 1985:121, Pradodo, 2005:40--43).

Pertama, kawitan mempunyai dua bentuk, yaitu pendek dan panjang. Kawitan pendek tersusun atas silabel yang lebih sedikit dibandingkan dengan

(4)

kawitan panjang yang memiliki silabel lebih banyak. Untuk itu ritme yang dimiliki keduanya berbeda. Pertama bait kawitan pendek, yaitu sebagai berikut.

Wuwusan bupati ring patali nagantun subaga wirya siniwi kajrihing sang para ratu salwaning jambuwarsa di prasamatur kembang tawon.

Terjemahan:

Diceritakan Sri Baginda di negara Patali masyhur keagungannya dijunjung ditakuti oleh para raja- terutama di daerah Jambuwarsa semuanya menghaturkan hasil bumi.

Berdasarkan hasil speech analyzer, ritme kawitan pendek dapat dibuat berdasarkan kolom di bawah ini.

Kriteria Silabel wu wu san bu pa ti Tinggi-rendah T T T-R R M T Keras- lembut ─ ─ U U ─ ─

Tabel 002 Ritme dasar kawitan pendek KTN baris i

Kriteria Silabel rɪŋ pa ta li gan tʊn Tinggi-rendah M M T T T M-R R Keras- lembut U ─ ─ ─ U ─ ─

Tabel 003 Ritme dasar kawitan pendek KTN baris ii

Kriteria su ba Silabel wir si wi Tinggi-rendah M M-T T M T T-M M R Keras- lembut ─ U ─ U U ─ ─ ─

(5)

Kriteria ka Silabel ʤri hɪŋ saŋ pa ra tu Tinggi-rendah M M T T M M M R Keras- lembut ─ U U U ─ ─ ─ ─

Tabel 005 Ritme dasar kawitan pendek KTN baris iv

Kriteria sa lw Silabel a nɪŋ ʤam bu war sa di Tinggi-rendah M M-T T M T T-M M R Keras- lembut ─ U U ─ ─ U ─ U

Tabel 006 Ritme dasar kawitan pendek KTN baris v

Kriteria Silabel prǝ sa tʊr kǝm baŋ ta won Tinggi-rendah M M T T-R R M M M-T Keras- lembut ─ ─ U U ─ ─ ─ ─

Tabel 007 Ritme dasar kawitan pendek KTN baris vi

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa ritme kawitan pendek tidaklah terlalu sulit untuk ditembangkan. Ritme dasar kawitan pendek KTN tidak rumit karena hanya satu sampai tiga silabel yang mendapatkan perubahan suara dari tinggi ke rendah ataupun sebaliknya. Apabila dalam penembangan disertai simbol [T] dengan [U] maka diberikan sedikit variasi tanpa menurunkan nada. Demikian pula sebaliknya apabila [M] atau [R] disertai [U], maka sedikit variasi untuk menggetarkan silabel tersebut tanpa adanya penurunan atau nada naik. Di samping itu, pemenggalan silabel untuk mengambil jeda bervariasi, mulai dari enam silabel sampai dengan delapan silabel. Pemenggalan ini berfungsi untuk mengatur dan mengambil napas guna melanjutkan nada pada silabel selanjutnya. Pemenggalan yang terjadi biasanya merupakan satu kesatuan frasa.

(6)

Salah satu silabel, yaitu [pa] yang dinyanyikan dengan suara menengah dengan suara lembut. Silabel ini dapat dilihat pada gambar yang terekam dalam speech analyser di bawah ini:

Gambar 006 Ritme dasar silabel [pa] kawitan pendek KTN baris i

Contoh ritme lainnya pada silabel [tƱr]. Silabel ini memiliki perubahan tingkatan suara dari suara tinggi ke suara rendah. Oleh karena itu, silabel ini juga disertai dengan suara yang lebih berat. Suara berat muncul karena adanya perubahan tingkat suara dari suara tinggi ke suara rendah. Hal ini terekam dalam gambar di bawah ini.

(7)

Kedua, kawitan panjang yang memiliki silabel lebih banyak tentunya disertai dengan ritme yang berbeda. Oleh karena itu, analisis yang dilakukan pun berbeda.

Wetning raja wibawa mas manik penuh makinda ya ta ring bahu danda Sri Narendra Sri Singapati ujaring Mpu Bagawanta ri denira panca nana brateng kapanca sia aturyang darma nurageng buh.

Terjemahan:

Sebagai wujud kemegahan dan kebesaran, emas, intan berlian menghiasi tangan beliau. Oleh para bhagawanta beliau diberi gelar Sri Singapati karena beliau dapat menaklukan Pancadrya beliau dengan melaksanakn brata upacara Sia, seolah-olah bagaikan Sanghyang Dharma yang dihormati di dunia.

Kriteria wet Silabel

nɪŋ ra ʤǝ wi ba

Tinggi-rendah M M-T R R M M M

Keras-

lembut U U ─ ─ ─ U ─

Tabel 008 Ritme dasar kawitan panjang KTN baris i

Kriteria Silabel mãs nɪʔ nʊh Tinggi- rendah M M T M M-R Keras- lembut U ─ ─ U U

Tabel 009 Ritme dasar kawitan panjang KTN baris ii

Kriteria Silabel kɪn rɪŋ ba u dan Tinggi-rendah M M M M T M M M T M-R Keras- lembut ─ ─ U ─ U U ─ ─ ─ ─

(8)

Kriteria sri Silabel ren drǝ sri si ŋǝ pa ti Tinggi-rendah M M M T M M M M R Keras- lembut U ─ U U U ─ ─ ─ ─

Tabel 011 Ritme dasar kawitan panjang KTN baris iv

Kriteria u Silabel ʤa rɪŋ mpu ba wan Tinggi-rendah M M M-T T-M M-R M R R Keras- lembut ─ ─ U ─ U ─ ─ ─

Tabel 012 Ritme dasar kawitan panjang KTN baris v

Kriteria ri de Silabel pan Tinggi-rendah M M M M M M M M Keras- lembut ─ U ─ ─ ─ U ─ U

Tabel 013 Ritme dasar kawitan panjang KTN baris vi

Kriteria bra Silabel

taŋ pan sjǝ

Tinggi-rendah M M-T T T-M M R

Keras-

lembut ─ U ─ ─ U U

Tabel 014 Ritme dasar kawitan panjang KTN baris vii

Kriteria a tur rj Silabel

ang dar mǝ nu ra gɛŋ bʊh

Tinggi-rendah M T T T M M M M M-R

Keras-

lembut ─ U U U ─ ─ ─ U U

Tabel 015 Ritme dasar kawitan panjang KTN baris viii

Data yang didapatkan di atas, dapat dinyatakan sebagai penuntun awal atau dasar untuk menembangkan KTN. Namun, ada beberapa hal yang berbeda

(9)

Gambar 008 Ritme dasar silabel [rɪŋ] kawitan panjang baris v

dari kawitan pendek. Pada kawitan pendek pemenggalan silabel hanya berkisar antara enam sampai dengan delapan silabel, sedangkan pada kawitan panjang silabel dipenggal mulai dari lima silabel sampai dengan sepuluh silabel. Perbedaan pemenggalan ini berdasarkan adanya jeda pada saat menembangkan kidung KTN. Kontur suara yang dimainkan di sini dimulai dengan suara tinggi (T) yang kemudian berakhir dengan suara rendah (R). Namun, di tengah-tengah penggalan baris terjadi improvisasi, suara baik dari suara menengah (M), naik ke suara tinggi (T), maupun dari suara tinggi (T) turun ke suara rendah (R), atau dari suara rendah (R) ke suara menengah (M) begitu juga sebaliknya. Ini masih merupakan nada dasar sehingga variasi-variasi yang terjadi tidak terlalu kompleks dan panjang, misalnya penembangan dari suara rendah ke suara menengah ataupun dari suara tinggi turun ke nada rendah.

Salah satu contoh silabel yang dinyanyikan dengan suara menengah ke suara tinggi, yaitu silabel [rɪŋ]. Silabel ini adalah suara berat karena adanya perubahan tingkat suara dari suara rendah ke suara tinggi. Perubahan ini dapat terekam pada gambar di bawah ini.

(10)

Selain itu, pada ritme kawitan panjang juga terdapat suara rendah dengan kontur lembut. Ritme ini terjadi pada silabel [tǝ] pada baris kelima. Data ini sesuai dengan yang terekam pada speech analyser, yaitu sebagai berikut.

Gambar 009 Ritme dasar silabel [tǝ] kawitan panjang KTN baris v

Setelah membahas ritme kawitan KTN, selanjutnya dibahas mengenai ritme pemawak dan penawa yang ada dalam KTN. Ritme dasar pemawak dan penawa secara sederhana dapat dijelaskan berdasarkan cara di atas. Salah satu bait pemawak yang dijadikan contoh, yaitu seperti berikut.

Tuhwatut bhiseka nrepati Sri Keswaryadala dala kusuma patranglung Eswarya raja laksmi Sang Kula menuhi raja kwehing bala di warga mukya sira kriana patih Sang Niti Bandeswara patrarum.

Terjemahan:

Di tiap-tiap desa bersenang-senang, berpesta pora diiringi bunyi gamelan seperti

semar pegulingan, suara rebab dan seruling serta kidung bersahut-sahutan,

termasuk upacara widhiwidhana pawiwahan yang dilaksanakan oleh orang tua terhadap anaknya yang cantik.

Adapun ritme yang terjadi pada bait pemawak dapat dijelaskan dengan kolom di bawah ini:

(11)

Kriteria tu Silabel hwǝ tʊt bi se ka nrǝ pa ti Tinggi-rendah M M T M M M T T-M R Keras- lembut ─ ─ ─ ─ ─ U ─ U ─

Tabel 016 Ritme dasar pemawak KTN baris i

Kriteria sri ke sw Silabel

a ryǝ da Tinggi- rendah M M T T-M M R Keras- lembut U U U U ─ ─

Tabel 017 Ritme dasar pemawak KTN baris ii

Kriteria da Silabel ku su pa trǝ ŋlʊŋ Tinggi-rendah R R M M M T T M-R Keras- lembut ─ ─ ─ ─ ─ U ─ U

Tabel 018 Ritme dasar pemawak KTN baris iii

Kriteria e sw Silabel a rjǝ ra ʤǝ lak smi Tinggi- rendah T T M-R R M M M-R Keras- lembut U U U U ─ ─ U

Tabel 019 Ritme dasar pemawak KTN baris iv

Kriteria Silabel saŋ ku mnɔ hi ra ʤǝ Tinggi- rendah M M M M M-T T M-R Keras- lembut ─ ─ ─ U ─ U U

(12)

Kriteria Silabel k wɛh hɪŋ ba di war Tinggi- rendah T T-R R R M M M-R Keras- lembut U U ─ ─ ─ U ─

Tabel 021 Ritme dasar pemawak KTN baris vi

Kriteria mu kj Silabel a si rǝ krjǝ pa tih Tinggi-rendah M M M M M T T T-M Keras- lembut ─ U ─ ─ U ─ ─ U

Tabel 022 Ritme dasar pemawak KTN baris vii

Kriteria Silabel saŋ ti ban de swa rja pa trǝ rʊm Tinggi-rendah T T T-M M M M M M-T T T-R Keras- lembut U U ─ ─ U U U U ─ U

Tabel 023 Ritme dasar pemawak KTN baris viii

Ritme pemawak di atas memberikan penjelasan bahwa suara ringan terjadi baik pada suara dengan nada rendah (R), menengah (M), maupun tinggi (T), tetapi bila terjadi suara dengan nada naik atau turun secara bersamaan pada suatu silabel maka terjadi pula suara berat dan berliku-liku. Hal ini disebabkan oleh adanya dorongan pada suara untuk menaikkan nada dan perlahan-lahan menurunkan nada. Kemampuan dasar pada pemawak KTN tidak terlalu sulit karena naik-turun suara hanya terjadi pada satu nada. Hampir setiap pemenggalan yang terjadi diakibatkan oleh adanya jeda antara satu frasa menuju frasa yang lainnya.

Contoh silabel [tƱt] ditembangkan dengan suara tinggi dengan kontur lembut. Silabel ini mendapat ritme demikian karena pada silabel sebelumnya

(13)

dinyanyikan dengan suara menengah. Untuk menunjukkan adanya keindahan nada maka suara yang digunakan menjadi lebih tinggi pada silabel [tƱt] karena silabel ini mengakhiri kata {tuhwatut}. Silabel ini dapat terekam pada gambar di bawah ini.

Gambar 010 Ritme dasar silabel [tƱt] pemawak KTN baris i

Pada bait kedua terjadi suara berat pada empat silabel sekaligus. Keempatnya adalah silabel [sri], [ke], [swa], dan [rjǝ]. Selain silabel [rjǝ],

silabel-silabel tersebut hanya dinyanyikan dengan satu tingkat suara, tetapi disertai dengan suara berat. Hal ini dapat dilihat pada rekaman speech analyser di bawah ini.

(14)

Gambar 011 Ritme dasar pemawak KTN baris ii

Ritme penawa KTN dibahas selanjutnya. Penawa yang berarti panjang, sudah tentu memiliki silabel yang lebih banyak dibandingkan dengan pemawak. Ritme yang dimiliki tidak sama dengan pemawak karena adanya pengaruh jumlah silabel serta pengaruh lainnya. Ritme penawa berdasarkan salah satu bait yang dijadikan contoh, dapat dijelaskan seperti di bawah ini.

Pirang warsa Sri nrepati Swaryadala tustangering sana kalang diwa rahayu Sri Nara pati lagya gugulingan ring taman ring yasa ngurda angunggul yaya misreng tawang tinumpya ta kinukir kamala kinanda kanda langu hinupacareng santun.

Terjemahan:

Malamnya tiada diceritakan lagi, keesokan pada pagi harinya setelah baginda raja selesai mandi, beliau berganti pakaian dengan berbusana sutra putih dengan sabuk serba mewah dan asri buatan negeri seberang utara. Gigi beliau putih bersih karena sudah bersikat gigi, selanjutnya mengadakan pemujaan duduk pada balai “danta” (pewedan) yang agak tinggi, duduk dikelilingi air mancur yang menakjubkan.

Berdasarkan bait penawa KTN yang dijadikan contoh, maka ritme penawa dapat diuraikan dengan menggunakan tabel-tabel di bawah ini.

(15)

Kriteria pi Silabel raŋ war sri nrǝ pa ti swar rjǝ da Tinggi-rendah T T T T T T T T M T M R Keras- lembut ─ U U ─ U U ─ U U U ─ ─

Tabel 024 Ritme dasar penawa KTN baris i

Kriteria tus Silabel

ŋe rɪŋ sa

Tinggi-

Rendah M M T T T M

Keras-

Lembut ─ U U U ─ ─

Tabel 025 Ritme dasar penawa KTN baris ii

Kriteria ka Silabel laŋ di ra ha yu Tinggi-rendah M M M M M-T T T-M Keras- lembut ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─

Tabel 026 Ritme dasar penawa KTN baris iii

Kriteria sri Silabel

pa ti

Tinggi-

Rendah T T T-M M-T M-R

Keras-

Lembut U ─ ─ ─ U

Tabel 027 Ritme dasar penawa KTN baris iv

Kriteria la Silabel gjǝ gu gu lɪŋ ŋãn rɪŋ ta mãn Tinggi-rendah M M M M M M M-T T T-M Keras- lembut ─ ─ ─ ─ ─ ─ U ─ ─

(16)

Kriteria Silabel rɪŋg ja ŋʊr a ŋʊŋ gʊl Tinggi-rendah T M T-M R R M M M-R Keras- lembut U ─ U U ─ ─ ─ U

Tabel 029 Ritme dasar penawa KTN baris vi

Kriteria ja Silabel mɪs rɛŋ ta waŋ Tinggi- rendah M M M M-T T M-R Keras- lembut ─ ─ ─ U ─ U

Tabel 030 Ritme dasar penawa KTN baris vii

Kriteria ti Silabel nʊm pja ki kɪr Tinggi-rendah M M M M-R M R M-R Keras- lembut ─ ─ U ─ ─ ─ U

Tabel 031 Ritme dasar penawa KTN baris viii

Kriteria Silabel ma ki nãn kan la ŋũ Tinggi-rendah R M M M M M M M M T-M Keras- lembut ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─

Tabel 032 Ritme dasar penawa KTN baris ix

Kriteria Silabel i nũ pa ca rɛŋ san tʊn Tinggi- rendah R M M M M M M-R Keras- lembut ─ ─ ─ ─ U ─ U

Tabel 033 Ritme dasar penawa KTN baris x

Ritme-ritme yang ada dalam tiap-tiap baris memang tidak sama, tetapi tata cara pengambilan nada biasanya dimulai dengan nada datar, yaitu tidak langsung

(17)

menukik naik ke nada atas atau turun. Kebanyakan terjadi suara yang datar pada tiap-tiap silabel, yang dimainkan di sini adalah nada perlahan naik atau turun menuju silabel berikutnya. Meskipun demikian, tetap terjadi nada naik-turun secara bersamaan pada sebuah silabel. Bait penawa KTN, dipenggal menjadi sepuluh baris, tiap-tiap baris memiliki 5--12 silabel. Pemenggalan ini berdasarkan adanya jeda pada saat menembangkan meskipun dalam ortografisnya tidak terdapat pemenggalan yang pasti karena ditulis secara lurus tidak disertai koma (,) untuk menandakan suatu baris.

Salah satu contoh ritme pada silabel [waŋ] pada baris ketujuh dinyanyikan dengan suara menengah ke suara rendah. Suara ini memiliki kontur berat. Hal ini terjadi karena silabel ini merupakan silabel terakhir pada baris ini sehingga diperlukan penurunan tingkat suara untuk mengakhirinya. Selain itu, silabel ini merupakan silabel tertutup yang menginginkan adanya kontur suara berat. Hal tersebut diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

(18)

Selain terdapat perubahan suara pada silabel [waŋ], juga terdapat kontur ringan dengan suara tinggi pada silabel [ta]. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh dari silabel selanjutnya yang akan mengakhiri sebuah baris.

Berdasarkan pemaparan di atas, ritme dasar KTN dapat di bagi menjadi empat bait. Keempat bait tersebut adalah kawitan pendek, kawitan panjang, pemawak, dan penawa. Tiap-tiap bait ini dapat digeneralisasi seperti bentuk di bawah ini.

Pertama ritme kawitan pendek KTN:

Baris I T T T-R R M T ─ ─ U U ─ ─ Baris II M M T T T M-R R U ─ ─ ─ U ─ ─ Baris III M M T T M M M R ─ U U U ─ ─ ─ ─ Baris IV M M-T T M T T-M M R ─ U U ─ ─ U ─ U Baris V M M T T-R R M M M-T ─ ─ U U ─ ─ ─ ─ Baris VI M M T T-R R M M M-T ─ ─ U U ─ ─ ─ ─

(19)

Kedua, ritme dasar kawitan panjang KTN yaitu sebagai berikut. Baris I M M-T R R M M M U U ─ ─ ─ U ─ Baris II M M T M M-R U ─ ─ U U Baris III M M M M T M M M T M-R ─ ─ U ─ U U ─ ─ ─ ─ Baris IV M M M T M M M M R U ─ U U U ─ ─ ─ ─ Baris V M M M-T T-M M-R M R R ─ ─ U ─ U ─ ─ ─ Baris VI M M M M M M M M ─ U ─ ─ ─ U ─ U Baris VII M M-T T T-M M R ─ U ─ ─ U U Baris VIII M T T T M M M M M-R ─ U U U ─ ─ ─ U U

(20)

Ketiga, ritme dasar pemawak KTN, yaitu sebagai berikut. Baris I M M T M M M T T-M R ─ ─ ─ ─ ─ U ─ U ─ Baris II M M T T-M M R U U U U ─ ─ Baris III R R M M M T T M-R ─ ─ ─ ─ ─ U ─ U Baris IV T T M-R R M M M-R U U U U ─ ─ U Baris V M M M M M-T T M-R ─ ─ ─ U ─ U U Baris VI T T-R R R M M M-R U U ─ ─ ─ U ─ Baris VII M M M M M T T T-M ─ U ─ ─ U ─ ─ U Baris VIII T T T-M M M M M M-T T T-R U U ─ ─ U U U U ─ U

(21)

Terakhir, ritme penawa dasar KTN, yaitu sebagai berikut. Baris I T T T T T T T T M T M R ─ U U ─ U U ─ U U U ─ ─ Baris II M M T T T M ─ U U U ─ ─ Baris III M M M M M-T T T-M ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ Baris IV T T T-M M-T M-R U ─ ─ ─ U Baris V M M M M M M M-T T T-M ─ ─ ─ ─ ─ ─ U ─ ─ Baris VI T M T-M R R M M M-R U ─ U U ─ ─ ─ U Baris VII M M M M-T T M-R ─ ─ ─ U ─ U Baris VIII M M M M-R M R M-R ─ ─ U ─ ─ ─ U Baris IX R M M M M M M M M T-M ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ ─ Baris X R M M M M M M-R ─ ─ ─ ─ U ─ U

Tabel 037 Ritme dasar penawa KTN

Berdasarkan tabel-tabel di atas, telah ditemukan empat bait ritme dasar KTN dan pembagian baris-baris yang terdapat dalam tiap-tiap bait. Setiap bait memiliki ritme dasar tersendiri karena perbedaan jumlah suku kata yang terdapat pada tiap-tiap bait. Perbedaan tinggi rendah suara yang jatuh pada silabel juga memengaruhi perbedaan ritme. Selain itu, juga terdapat suara berat dan ringan yang memerlukan teknik khusus untuk menembangkannya.

(22)

4.2 Tekanan

Tekanan atau aksen pada konsep telah diuraikan dengan jelas dan berguna untuk memberikan penanda sederhana antara kata atau bagian kalimat dalam satu kesatuan kalimat. Penanda yang diberikan pada bagian kalimat atau kalimat secara menyeluruh berbeda dengan tekanan yang muncul pada kata tersendiri. Menurut Ladefoged (1993: 118), pada sebuah kalimat cenderung dihindari adanya tekanan yang terlalu dekat pada kata yang terdiri atas silabel, bahkan hanya terjadi satu tekanan pada bagian kalimat (frasa dan klausa) atau kalimat tersebut. Akan tetapi masih mungkin terjadi lebih dari satu tekanan pada tiap-tiap bagian kalimat yang tersusun dalam metrum KTN. Oleh karena itu, analisis tekanan pada KTN tidak berdasarkan analisis tekanan tiap-tiap kata, tetapi dianalisis dari frasa, klausa, dan kalimat. Berdasarkan hal tersebut, maka simbol yang digunakan adalah (+) untuk menandai silabel yang mendapatkan tekanan.

4.2.1 Tekanan Dasar Kawitan KTN

Kawitan mempunyai dua bait, yaitu nyanyian pendek dan nyanyian panjang. Nyanyian pendek mengawali permulaan kidung yang dinyanyikan dalam KTN. Analisis tekanan ini sama seperti analisis ritme dalam KTN dengan memberikan simbol-simbol yang telah dijelaskan di atas. Penjelasan lebih lanjut diberikan di bawah ini.

Kriteria wuwʊsan

bupati

wu wʊ san bu pa ti

Tekanan - - + - + -

(23)

Kriteria rɪŋ

patali nãgantʊn rɪŋ pa ta li ga tʊn

Tekanan + - + - - + -

Tabel 039 Tekanan dasar kawitan pendek KTN baris ii

Kriteria subagǝ wirjǝ sinĩwi

su ba gǝ wir jǝ si nĩ wi

Tekanan + - + - + - + -

Tabel 040 Tekanan dasar kawitan pendek KTN baris iii

Kriteria kaʤrɪhɪŋ saŋ parǝ

ratu ka ʤrɪ hɪng saŋ pa rǝ ra tu

Tekanan - - + + - + + -

Tabel 041 Tekanan dasar kawitan pendek KTN baris iv

Kriteria sal

w

anɪŋ ʤambu warsadi sa lwa nɪŋ ʤam bu war sa di

Tekanan - + + - + + - -

Tabel 042 Tekanan dasar kawitan pendek KTN baris v

Kriteria prǝsamǝtʊr kǝmbaŋ tawɔn prǝ sa tʊr kǝm baŋ ta wɔn

Tekanan - - - + - - - +

Tabel 043 Tekanan dasar kawitan pendek KTN baris vi

Tabel di atas merupakan contoh kawitan pendek pada KTN. Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa tekanan pertama muncul pada silabel [san] pada kata {wuwusan} juga terjadi tekanan untuk menyambung ke silabel berikutnya. Silabel ini memiliki rentang waktu 2,2605 milidetik dengan frekuensi 300 Hz. Silabel berikutnya bukanlah bagian dari kata {wuwusan} sehingga memerlukan tenaga untuk melanjutkan intonasi yang terjadi. Tekanan yang terjadi tidak sebesar pada silabel [wu]. Meskipun demikian tekanan ini berpengaruh untuk loncat ke silabel awal dari kata yang baru. Gambar terekam seperti di bawah ini.

(24)

Gambar 013 Tekanan dasar {wuwusan} kawitan pendek KTN baris i Tekanan yang muncul selanjutnya terjadi pada silabel [bu] dan [ti] pada kata {bupati}. Silabel [bu] memiliki durasi 0,6735 milidetik dengan puncak silabel berada pada 201 Hz, sedangkan silabel [ti] memilki durasi 1,9251 milidetik dengan puncak silabel 152 Hz. Ini terjadi karena adanya tekanan pada napas penembang untuk memindahkan silabel sebelumnya, yaitu [san] menuju silabel berikutnya [bu] yang memiliki daerah artikulasi yang berbeda. Selanjutnya pada silabel [ti] penekanannya disebabkan oleh adanya perpindahan nada dari nada tinggi pada silabel [pa] yang kemudian turun satu nada pada silabel [ti]. Untuk menyeimbangkan suara yang dikeluarkan maka diberikan tekanan agar tetap terkontrol dan dapat berpadu dengan nada yang sebelumnya. Hal itu terekam dalam gambar di bawah ini.

(25)

Gambar 014 Tekanan dasar kawitan pendek KTN baris i

Tekanan yang muncul terjadi pada silabel [rɪŋ] yang merupakan satu kata, kemudian pada silabel [pa] dan [ta] pada kata {patali}. Kekuatan tekanan ini terletak pada silabel [ta] yang memiliki puncak silabel dengan frekuensi 300 Hz. Tekanan ini bermula pada silabel [rɪŋ] yang kemudian dilanjutkan ke silabel berikutnya. Penekanan ini diberikan untuk mendorong nada ke nada yang lebih tinggi. Setelah silabel [ta] terjadi penurunan nada perlahan-lahan sehingga tidak memerlukan tekanan sebesar tekanan untuk mendorong nada naik perlahan. Adapun gambaran yang dapat ditangkap seperti yang terekam dalam speech analyzer di bawah ini.

(26)

Gambar 015 Tekanan dasar kawitan pendek KTN baris ii

Terlihat pada gambar di atas, perlahan-lahan nada dasar naik dari silabel [rɪŋ] yang kemudian turun pada silabel [li] secara perlahan. Meskipun demikian, kekuatan suara penembang memberikan fluktuasi nada. Fluktuasi yang terjadi tidak melampaui puncak tekanan pada silabel [ta] sehingga tekanan yang diberikan tidak lebih besar pada silabel berikutnya.

Selanjutnya terjadi tekanan pada silabel [su] dan [gǝ] pada kata {subaga} dan [jə] pada kata {wirya}. Keadaan ini sama dengan tekanan yang terjadi sebelumnya, tetapi pada kasus ini puncak tekanan berada pada silabel [jə] yang merupakan akhir dari kata [wirjə]. Selanjutnya tekanan terjadi pada silabel [nĩ]

pada kata {siniwi}. Tekanan ini muncul pada karena adanya permainan nada yang mengharuskan silabel tengah mendapatkan tekanan untuk mendorong silabel [wi] mengeluarkan suara lebih lepas guna mengakhiri pemenggalan ini. Tekanan ini juga memengaruhi kata selanjutnya, yaitu {kajrihing}. Tekanan terjadi pada

(27)

silabel [jrIh] dan [hIŋ]. Silabel [jrIh] memiliki frekuensi tertinggi 221 Hz dengan panjang silabel 0.6361 milidetik dan [hIŋ] memiliki frekuensi tertinggi 300 Hz dengan panjang silabel 1.3189 milidetik. Tekanan selanjutnya diberikan pada silabel [rǝ] untuk menurunkan nada. Silabel [rǝ] memiliki frekuensi paling rendah, yaitu 189 Hz dengan durasi 1.4414 milidetik. Pengaruh tekanan pada silabel [rǝ] juga terdapat pada silabel [ra], yaitu untuk membantu mendorong silabel [tu] mengakhiri pemenggalan ini dengan sempurna.

Gambar 016 Tekanan dasar kawitan pendek KTN baris iii

Pada penggalan baris selanjutnya tekanan yang besar diberikan kepada silabel [lwa] dan [nɪŋ] pada kata {salwaning}. Silabel [lwa] mendapat tekanan karena adanya ritme naik-turun yang menyebabkan perlunya silabel ini berhati-hati untuk mengolah suara yang keluar. Penyebab yang hampir sama juga menyebabkan tekanan diberikan pada silabel [nɪŋ] untuk mengolah nada agar dapat dinaikkan kemudian turun. Silabel ini memiliki frekuensi puncak 300 Hz dengan durasi 2.0833 milidetik. Selanjutnya masih dalam penggalan baris yang

(28)

sama terjadi pada silabel [bu] dan [war] pada kata {jambu warsadi}. Silabel-silabel ini diberikan tekanan karena pada Silabel-silabel [bu] didorong untuk naik satu tingkat dari nada sebelumnya, sedangkan silabel [war] diberikan tekanan untuk melakukan variasi nada naik-turun secara bersamaan dalam sebuah silabel.

Pada baris {prasamatur kembang tawon} silabel yang diberikan tekanan yang paling besar adalah silabel [tʊr] dan [won]. Silabel-silabel ini diberikan

tekanan untuk memudahkan menurunkan nada pada silabel [tʊr] dan menaikkan

nada pada silabel [won]. Silabel [tʊr] memiliki frekuensi terendah 189 Hz, sedangkan silabel [won] memiliki frekuensi tertinggi 300 Hz, seperti terdapat pada gambar di bawah ini.

Gambar 017 Tekanan dasar kawitan pendek KTN baris vi

Setelah membahas tekanan dasar pada kawitan pendek, sekarang dilanjutkan tekanan dasar pada kawitan panjang. Tekanan yang terjadi di tiap-tiap silabel dijelaskan di bawah ini.

(29)

Kriteria wɛtnɪŋ raʤǝ wibawǝ

wɛt nɪŋ ra ʤǝ wi ba

Tekanan + + - - - + -

Tabel 044 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris i

Kriteria mãs mãnɪʔ pǝnʊh

mãs nɪʔ nʊh

Tekanan - - + + -

Tabel 045 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris ii Kriteria mãkɪndǝ jǝ tǝ rɪŋ bahudandǝ

kɪn rɪŋ ba u dan

Tekanan - - + + + - - - - -

Tabel 046 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris iii

Kriteria

sri nãrɛndrǝ sri siŋǝpati

sri rɛn drǝ sri si ŋǝ pa ti

Tekanan - + + - - - - + -

Tabel 047 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris iv

Kriteria uʤarɪŋ

mpu bagǝwantǝ u ʤa rɪŋ mpu ba gǝ wan tǝ

Tekanan - - + + - - + -

Tabel 048 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris v

Kriteria ri denĩrǝ pancǝ nãnǝ

ri de nĩ rǝ pan cǝ nǝ

Tekanan - - + - - + - -

Tabel 049 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris vi

Kriteria bratɛŋ kǝpancǝ s

jǝ bra tɛŋ kǝ pan cǝ sjǝ

Tekanan - + - - + -

Tabel 050 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris vii

Kriteria atur rJ darmǝ nuragɛŋ bʊh a tur rj dar nu ra gɛŋ bʊh Tekanan - - + + - - - - -

(30)

Tekanan pada penggalan baris pertama diberikan pada silabel [wɛt] dan

[nɪŋ]. Tekanan ini diberikan untuk memulai awal bait yang baru. Tekanan ini befungsi untuk menjaga kestabilan dalam menembangkan bait kawitan panjang KTN. Silabel [wɛt] memiliki frekuensi tertinggi 268 Hz dengan nada menengah

datar, sedangkan [nɪŋ] memiliki frekuensi tertinggi 300 Hz dengan nada tinggi. Silabel kedua diberikan tekanan untuk mendorong nada naik dan kemudian perlahan-lahan turun. Untuk tekanan ini diperlihatkan pada speech analyser di bawah ini.

Gambar 018 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris i

Selain itu, silabel [ba] juga mendapat tekanan dalam penembangannya. Tekanan ini diberikan untuk memberikan pelepasan suara pada silabel [wa]. Karena tekanan ini, maka untuk mengakhiri sebuah baris pada pemenggalan ini menjadi lebih mudah.

(31)

Pada penggalan baris selanjutnya tekanan diberikan pada silabel [nɪʔ] dan

[pǝ]. Silabel [nɪʔ] pada kata {manik} mendapat tekanan untuk menaikkan nada.

Karena silabel [nɪʔ] merupakan silabel tertutup oleh fitur [ʔ], maka pada silabel

[pǝ] pada kata {penuh} juga didesak dengan tekanan untuk melanjutkan nada

yang telah ditembangkan. Silabel [nɪʔ] memiliki frekuensi 300 Hz durasi 1,0816

milidetik dengan nada naik, sedangkan silabel [pǝ] memiliki frekuensi 300 Hz durasi 0,4535 milidetik.

Gambar 019 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris ii

Tiga silabel diberikan tekanan pada penggalan baris selanjutnya. Silabel yang mendapatkan tekanan adalah [dǝ], [jǝ], dan [tǝ]. Silabel [dǝ] pada kata

{makinda}, sedangkan {ya} dan{ta} merupakan satu kata penghubung. Tekanan

diberikan pada tiap-tiap silabel karena mulai dari silabel [dǝ] nada perlahan-lahan

(32)

improvisasi tersebut maka diperlukan tenaga dan suara yang lebih besar dibandingkan dengan nada yang lainnya. Silabel [dǝ] memiliki frekuensi puncak

sebesar 300 Hz yang kemudian turun pada silabel [jǝ] dengan frekuensi 63 Hz,

sedangkan silabel [tǝ] dengan frekuensi puncak 300 Hz kembali menaikkan nada dari yang sebelumnya turun.

Penggalan baris selanjutnya tiga silabel mendapat tekanan, yaitu silabel [na] dan [rɛn] pada kata {narendra} dan silabel [pa] pada kata {singapati}. Silabel [na] memiliki frekuensi terendah 224 Hz dengan puncak frekuensi mencapai 300 Hz, sedangkan silabel [rɛn] memiliki frekuensi 300 Hz. Berdasarkan frekuensi tersebut terjadi naik turun nada pada satu kata yang sama dengan dua silabel yang berbeda serta memerlukan tekanan yang stabil. Selanjutnya pada silabel [pa] tekanan terjadi dengan puncak frekuensi sebesar 266 Hz. Tekanan ini diberikan untuk memudahkan penggalan silabel terakhir dengan nada turun.

Silabel [rɪŋ] pada kata {ujaring}, [mpu] dan [wan] pada kata {bagawanta} mendapatkan tekanan pada penggalan baris selanjutnya. Tekanan ini diberikan untuk menggetarkan suara pada silabel [rɪŋ] sehingga memerlukan tekanan dengan puncak frekuensi 300 Hz selama 1,4471 milidetik. Pada silabel [mpu] diberikan tekanan untuk melakukan nada naik dan turun secara bersamaan. Silabel [mpu] memiliki frekuensi tertinggi 290 Hz dan yang terendah adalah 175 Hz dengan durasi 3,0265 milidetik. Silabel [wan] mendapat tekanan sebesar 260

(33)

Hz untuk memberikan pelepasan suara yang maksimal pada silabel [tǝ] untuk mengakhiri baris ini.

Silabel [nĩ] dan [cǝ] diberikan tekanan pada penggalan baris selanjutnya.

Silabel [nĩ] terdapat dalam kata {denira}, sedangkan silabel [cǝ] terdapat pada kata {panca}. Silabel-silabel ini diberikan tekanan karena membutuhkan tenaga yang besar untuk melakukan improvisasi nada, yaitu dari nada naik ke nada turun dalam waktu yang singkat. Silabel [nĩ] mempunyai frekuensi 248 Hz - 300 Hz

dengan durasi 1,3050 milidetik, sedangkan silabel [cǝ] memiliki frekuensi 188 Hz – 260 Hz dengan durasi 1,2530 milidetik.

Selanjutnya, yang diberikan tekanan adalah silabel [taŋ] pada kata

{bratang} dan silabel [cǝ] pada kata {kepancasya]. Silabel ini diberikan tekanan

karena silabel [taŋ] merupakan silabel tertutup sehingga memerlukan tekanan untuk mengakhiri sebuah kata dan langsung melanjutkan irama pada kata selanjutnya yang memiliki daerah artikulasi yang berbeda, yaitu silabel [pan]. Silabel ini memiliki frekuensi 190 Hz – 290 Hz dengan durasi 2,1529 milidetik. Silabel [cǝ] mendapat tekanan karena silabel ini berada setelah silabel tertutup sehingga terjadi pelepasan suara yang lebih besar. Frekuensi yang diberikan pada silabel ini berkisar 167 Hz – 230 Hz dengan durasi 1,1590 milidetik. Hal itu dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(34)

Gambar 020 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris vii

Pada penggalan baris terakhir terjadi tekanan pada silabel [rjaŋ] pada kata {atur hyang} dan [dar] pada kata {darma}. Silabel ini diberikan tekanan karena terjadi suara-suara berat yang mengharuskan adanya nada naik pada silabel [rjaŋ]

setelah silabel [tʊr], sedangkan pada silabel [dar] terjadi nada turun secara cepat

dengan durasi waktu yang singkat. Silabel [rjaŋ] memiliki frekuensi dari 246 Hz menuju 300 Hz secara stabil dengan durasi 1, 5709 milidetik, sedangkan silabel [dar] memiliki frekuensi dari 145 Hz sampai dengan 88 Hz dengan durasi 2,0134 milidetik. Demikianlah tekanan-tekanan yang terjadi dalam kawitan KTN. Variasi tekanan ini terjadi berkaitan juga dengan adanya suara berat berliku-liku atau adanya silabel tertutup disertai perbedaan daerah artikulasi antarkonsonan.

(35)

4.2.2 Tekanan Dasar Pemawak

Bait pemawak memiliki tekanan-tekanan yang bervariasi. Untuk bait yang dijadikan bahan analisis adalah bait pemawak yang dijadikan bahan analisis dalam ritme di atas. Penggalan-penggalan baris disertai tekanan yang terjadi dapat dijelaskan berdasarkan tabel di bawah ini:

Kriteria tuh w atʊt biseka nrǝpati tu hwǝ tʊt bi se ka nrǝ pa ti Tekanan - - + - - - - + -

Tabel 052 Tekanan dasar pemawak KTN baris i

Kriteria

sri kesw

arjǝdalǝ

sri ke swa rǝ da lǝ

Tekanan - + - + + -

Tabel 053 Tekanan dasar pemawak KTN baris ii

Kriteria dalǝ kusumǝ patrǝ ŋlʊŋ

da lǝ ku su mǝ pa trǝ ŋlʊŋ

Tekanan - - - + - +

Tabel 054 Tekanan dasar pemawak KTN baris iii

Kriteria es

w

rjǝ raʤǝ laksmi e swa rjǝ ra ʤǝ lak smi

Tekanan + - - - - + -

Tabel 055 Tekanan dasar pemawak KTN baris iv

Kriteria saŋ kulǝ

mnɔhi raʤǝ saŋ ku mnɔ hi ra ʤǝ

Tekanan + - - - + - +

Tabel 056 Tekanan dasar pemawak KTN baris v

Kriteria k wɛhɪŋ balǝ

di wargǝ k wɛh hɪŋ ba di war

Tekanan + - - - - + -

(36)

Kriteria muk jǝ sirǝ krjǝnǝ patɪh mu kjǝ si krjǝ pa tɪh Tekanan - + - - + - - -

Tabel 058 Tekanan dasar pemawak KTN baris vii

Kriteria saŋ nĩti bandes

w

arjǝ patrǝ rʊm saŋ ti ban de swa rjǝ pa trǝ rʊm

Tekanan - - + - - - + - - +

Tabel 059 Tekanan dasar pemawak KTN baris viii

Penggalan baris pertama terjadi pada silabel [tʊt] pada kata {tuhatut} dan [pa] terdapat pada kata {nrepati}. Silabel [tʊt] mendapatkan tekanan karena merupakan silabel tertutup yang terletak pada akhir kata. Silabel ini juga mempertahankan nada tetap tinggi sehingga memerlukan tekanan yang lebih besar. Silabel [tʊt] memiliki frekuensi secara konstan 300 Hz – 310 Hz dengan durasi 1,1554 milidetik. Silabel [pa] mendapat tekanan karena terjadi nada naik-turun secara bersamaan yang memerlukan frekuensi hingga 320 Hz dengan durasi 2,0947 milidetik. Di bawah ini diberikan gambar silabel [tƱt] yang mendapatkan tekanan.

(37)

Pada penggalan baris selanjutnya, tekanan diberikan pada silabel [ke] dan [rjǝ] pada kara {keswarya} dan pada silabel [da] pada kata {dala}. Silabel [ke] mendapat tekanan karena adanya suara berat yang menyertai silabel ini sehingga memerlukan penekanan-penekanan untuk tidak menaikkan atau menurunkan suara. Di pihak lain, silabel [rjǝ] diberikan tekanan karena terjadi penurunan nada dan terjadi luncuran bunyi [j]. Frekuensi yang terjadi berkisar antara 229 Hz – 300 Hz dengan durasi 1,4206 milidetik. Terjadinya nada naik yang cukup signifikan menyebabkan adanya tekanan pada silabel [da] dengan frekuensi dari 196 Hz menuju 300 Hz yang memerlukan durasi 1,2920 milidetik.

Gambar 022 Tekanan dasar pemawak KTN baris ii

Silabel [pa] dengan frekuensi 175 Hz – 234 Hz dan durasi 1,0628 milidetik terjadi karena adanya pengaruh dari kenaikan nada. Silabel sebelumnya ditembangkan dengan suara menengah, sedangkan silabel [pa] ditembangkan dengan suara tinggi. Untuk itu, silabel [pa] mendapatkan tekanan agar pelepasan suara pada silabel berikutnya dapat terjalin serasi. Selain silabel tersebut, terjadi pula tekanan pada silabel [ŋlʊŋ] pada kata {patranglung} yang merupakan

(38)

silabel terakhir dan terjadi variasi nada naik-turun dalam tempo yang singkat, yaitu 2,4765 milidetik dari frekuensi 320 Hz menuju 257 Hz.

Silabel pertama pada penggalan baris berikutnya mendapatkan tekanan, yaitu pada silabel [e] pada kata {eswaryadala}. Silabel ini mendapatkan tekanan karena dimulai dengan nada tinggi sehingga untuk mempertahankan nada diperlukan tekanan dengan frekuensi 310 Hz dengan durasi 0,5723 milidetik. Satu silabel pada kata {laksmi}, yaitu [lak] mendapatkan tekanan untuk memberikan peluang pada silabel [smi] melakukan improvisasi pada ritme yang terjadi, yaitu dari suara tinggi ke suara rendah. Silabel ini memiliki frekuensi 181--235 Hz dengan durasi 0,8912 milidetik. Kejadian tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 023 Tekanan dasar pemawak KTN baris iv

Nada rendah yang terjadi pada awal penggalan baris berikutnya menyebabkan tekanan yang diberikan cukup besar, khususnya pada silabel pertama, yaitu [saŋ] yang merupakan sebuah kata yang berjenis artikula. Frekuensi yang diberikan sebesar 198 Hz dengan durasi 0,9350 milidetik. Silabel

(39)

[hi] pada akhir kata {menuhi} mendapatkan tekanan karena merupakan puncak nada pada kata tersebut dengan frekuensi 300 Hz dan durasi 1,8489 milidetik. Tekanan juga diberikan pada silabel [ʤǝ] pada kata {raja} karena terjadi puncak nada dengan frekuensi 340 Hz dengan durasi 2,7428 milidetik yang menyebabkan pelepasan bunyi silabel memerlukan tenaga yang lebih besar. Hal tersebut terekam pada gambar di bawah ini.

Gambar 024 Tekanan dasar pemawak KTN baris v

Silabel [kwɛh] mendapat tekanan karena adanya nada tinggi pada

permulaan baris tersebut. [kwɛh] memiliki frekuensi 277 Hz dengan durasi 0,5259 milidetik. Silabel ini mendapat tekanan karena adanya pengaruh dari fitur-fitur yang melekat pada silabel ini. Selain itu, silabel ini ditekan untuk mendorong suara yang keluar pada silabel selanjutnya, yaitu pada silabel [hɪŋ].

Dua silabel mendapat tekanan pada penggalan baris selanjutnya, yaitu [kjǝ] pada kata {mukya} dan silabel [krjǝ] pada kata {kriana}. Kedua silabel ini

(40)

yang dikeluarkan karena terjadi suara berat pada silabel ini, sedangkan silabel [krjǝ] dengan nada rendah yang harus mendorong silabel selanjutnya untuk menaikkan nada sehingga memerlukan tekanan yang lebih besar. Tiap-tiap silabel memiliki frekuensi tertinggi 207 Hz pada silabel [kjǝ] dengan durasi 0,0745

milidetik, sedangkan [krjǝ] mempunyai frekuensi terendah 196 Hz dengan durasi 0,4219 milidetik.

Pada penggalan baris terakhir terdapat tiga silabel yang mempunyai tekanan yaitu [ti] pada kata {niti} dan [rʊm] pada kata {patrarum}. Pada silabel [ti] terjadi nada naik dan turun dalam tempo yang relatif singkat, yaitu 2,2771 milidetik dengan puncak frekuensi 290 Hz. Karena silabel [pa] mendapat kenaikan nada yang berjenjang untuk kemudian diturunkan pada silael [trǝ], maka

silabel [rʊm] mendapat kenaikan kemudian diturunkan untuk mengakhiri kidung juga disertai tekanan. Tiap-tiap silabel memiliki frekuensi 290 Hz pada silabel [ti] dengan durasi 2,2809 milidetik, sedangkan silabel [rʊm] mendapat durasi 2,8167 dengan frekuensi 340 Hz menuju 168 Hz.

4.2.3 Tekanan Dasar Penawa

Penggalan baris-baris penawa bervariasi. Variasi-variasi ini menyebabkan adanya perbedaan tekanan. Keterkaitan tekanan yang muncul dengan variasi suara tinggi-rendah menjadi penting karena menjadi patokan dasar untuk melakukan improvisasi dengan pemanjangan-pemendekan suara pada nyanyian KTN.

(41)

Adapun penggalan bait yang dijadikan dasar analisis tekanan sama seperti bait pada ritme. Untuk penjelasan lebih mendetail dijabarkan di bawah ini.

Kriteria piraŋ warsǝ

sri nrǝpati sw

arjǝdalǝ

pi raŋ war sǝ sri nrǝ pa ti swar rjǝ da

Tekanan + - - - - + + - - + + -

Tabel 060 Tekanan dasar penawa KTN baris i

Kriteria tustǝ ŋǝ rɪŋ sanǝ

tus tǝ ŋe rɪŋ sa nǝ

Tekanan - + - + + -

Tabel 061 Tekanan dasar penawa KTN baris ii

Kriteria kalaŋ diwǝ

rahayu

ka laŋ di wǝ ra ha yu

Tekanan - - - - + + -

Tabel 062 Tekanan dasar penawa KTN baris iii

Kriteria

sri nãrǝpati

sri rǝ pa ti

Tekanan - - + + -

Tabel 063 Tekanan dasar penawa KTN baris iv

Kriteria lag jǝ gugulɪŋãn rɪŋ tamãn la gjǝ gu gu lɪŋ ŋãn rɪŋ ta mãn Tekanan + - - - + + -

Tabel 064 Tekanan dasar penawa KTN baris v

Kriteria rɪŋ jasǝ ŋʊrdǝ aŋʊŋgʊl

rɪŋg ja ŋʊr a ŋʊŋ gʊl

Tekanan + - - - - + - -

Tabel 065 Tekanan dasar penawa KTN baris vi

Kriteria jajǝ mɪsrɛŋ tawaŋ

ja jǝ mɪs rɛŋ ta waŋ

Tekanan + - - + + -

(42)

Kriteria ti nʊm p

j

a tǝ kinũ kɪr ti nʊm pja tǝ ki nũ kɪr

Tekanan - - + + - - -

Tabel 067 Tekanan dasar penawa KTN baris vii

Kriteria kǝmalǝ kinãndǝ kandǝ laŋũ ma ki nãn kan la ŋũ

Tekanan + - - - +

Tabel 068 Tekanan dasar penawa KTN baris ix

Kriteria inũpacarɛŋ santʊn

i nũ pa ca rɛŋ san tʊn

Tekanan - + - - + - +

Tabel 069 Tekanan dasar penawa KTN baris x

Berdasarkan tabel-tabel di atas diketahui bahwa tekanan-tekanan yang diberikan cukup bervariasi. Pada penggalan baris pertama tekanan terjadi pada silabel [pi] pada kata {pirang}, silabel [nrǝ] dan [ti] pada kata {nrepati}, dan pada

silabel [rjǝ] dan [da] pada kata {eswaryadala}. Silabel [pi] mendapat tekanan untuk memulai sebuah nada yang baru pada penawa demung sawit KTN yang mengharuskan adanya nada tinggi serta menstabilkan suara pada silabel selanjutnya. Silabel [pi] memiliki frekuensi tertinggi 290 Hz dengan durasi 0,3991 milidetik. Pada silabel [nrǝ] dan [ti] terjadi tekanan karena adanya suara tinggi

yang kemudian pada silabel [nrǝ] durasi yang diperlukan sangat singkat, yaitu 0,3292 milidetik. Di samping itu juga untuk mendorong tekanan pada silabel [ti]. Pada silabel [ti] harus diolah nada naik-turun secara bersamaan dengan durasi 1,7435 milidetik. Untuk itu silabel [nrǝ] memerlukan frekuensi tertinggi 350 Hz

(43)

dan silabel [ti] memerlukan frekuensi 330 Hz. Selanjutnya, silabel [rjǝ] dan [da]

mendapat tekanan karena berbeda penyebab. Silabel [rjǝ] mendapat tekanan karena adanya perubahan nada dari nada tinggi ke nada rendah secara bersamaan dalam silabel tersebut sehingga memerlukan frekuensi dari 300 Hz turun menjadi 218 Hz dengan durasi 1,2437 milidetik. Di pihak lain silabel [da] mendapat tekanan karena harus menaikkan nada dari nada rendah sebelumnya. Oleh karena itu, silabel [da] memerlukan frekuensi 193 Hz naik menjadi 310 Hz.

Gambar 025 Tekanan dasar penawa KTN baris i

Pada penggalan baris kedua silabel yang mendapatkan tekanan adalah [tǝ]

pada kata {tusta}, silabel [rɪŋ], dan silabel [sa] pada kata {sana}. Ketiga silabel

ini mendapatkan tekanan karena adanya variasi nada. Silabel [tǝ] mengalami kenaikan nada dari nada sedang ke nada tinggi. Untuk itu diperlukan frekuensi dari 197 Hz naik menjadi 300 Hz dengan durasi 0,8256 milidetik. Pada silabel [rɪŋ] terjadi sebaliknya, yaitu nada diturunkan dari nada tinggi yang memerlukan frekuensi 300 Hz menjadi 223 Hz dengan durasi 1,2056 milidetik. Tekanan pada

(44)

silabel [sa] terjadi karena pengaruh dari silabel [nǝ]. Silabel [sa] ditekan untuk melanjutkan tembang dari suara tinggi lalu turun ke suara menengah pada silabel [nǝ].

Gambar 026 Tekanan dasar penawa KTN baris ii

Dua silabel mendapatkan tekanan pada penggalan baris selanjutnya, yaitu [ra] dan [ha]. Kedua penggalan tersebut terdapat pada kata yang sama yaitu {rahayu}. Kedua silabel ini mendapat tekanan besar karena adanya permainan nada pada silabel [ra] dan [ha], sedangkan pada silabel-silabel sebelumnya hanya irama-irama datar yang ditembangkan. Untuk itu, penekanan ini digunakan untuk menaikkan nada pada silabel [ra] dan mencapai puncaknya pada silabel [ha]. Pada silabel [ha] yang diberikan tekanan ini kemudian berfungsi untuk mendorong silabel [ju] untuk mengakhiri baris ini dengan indah dengan nada yang seimbang, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

(45)

Gambar 027 Tekanan dasar penawa KTN baris iii

Kedua silabel ini memiliki frekuensi yang berbeda. Silabel [ra] memiliki frekuensi 173 Hz naik menjadi 310 Hz dengan durasi 1,3258 milidetik, sedangkan silabel [ha] memiliki frekuensi stabil 290 Hz dengan durasi 0,3049 milidetik.

Hanya silabel [pa] pada baris iv yang mendapatkan tekanan. Suara yang dihasilkan digunakan untuk mendorong nada naik-turun pada silabel [ti] yang mengakhiri baris ini. Silabel [pa] memiliki frekuensi dari 189 Hz naik menjadi 300 Hz dengan durasi 0,6813 milidetik.

Tiga silabel mendapatkan tekanan pada penggalan baris selanjutnya. Ketiga silabel tersebut, yaitu [la] pada kata {lagia}, [rɪŋ], dan [ta] pada kata {taman}. Silabel [la] mendapat tekanan karena merupakan nada awal untuk memulai baris ini dan untuk menjaga suara agar tetap pada nada sedang saat silabel [la] ditembangkan. Tekanan pada silabel [la] berfungsi juga untuk mendorong suara agar tetap berada pada jalur nada sedang pada lima silabel berikutnya sampai pada silabel [rɪŋ] yang mendapatkan tekanan kembali.

(46)

Tekanan pada silabel [rɪŋ] disebabkan untuk mendorong suara agar mempunyai kekuatan untuk menaikkan nada. Pengaruh tekanan ini juga dirasakan pada silabel [ta] yang masih mendapatkan tekanan untuk menjaga kestabilan suara agar dapat melakukan improviasi nada naik-turun serta mengakhiri sebuah baris pada silabel [mãn].

Gambar 028 Tekanan dasar penawa KTN baris v

Pada penggalan baris selanjutnya hanya terdapat dua silabel yang mendapat tekanan, yaitu [rɪŋ] dan [a] pada kata {angunggul}. Sama seperti

penjelasan sebelumnya, yaitu silabel [rɪŋ] merupakan permulaan yang harus memberikan suara stabil kepada empat silabel selanjutnya maka diberikan tekanan yang lebih besar. Tekanan ini juga berfungsi untuk menjaga kestabilan suara penembang untuk bisa mempertahankan nada yang sama pada keempat silabel berikutnya. Setelah itu, terjadi jeda sejenak, yaitu 0.1345 milidetik antara silabel [dǝ] dan [a]. Akibat adanya jeda tersebut, tekanan kembali terjadi pada silabel [a] untuk mendorong suara karena terjadi silabel tertutup setelahnya. Perbedaan

(47)

penyebab tersebut juga bedampak pada frekuensi yang dimiliki, yaitu silabel [rɪŋ] memiliki frekuensi di antara 256 Hz-300 Hz dengan durasi 1,1703 milidetik, sedangkan silabel [a] memiliki rentang frekuensi dari 184 Hz -- 230 Hz dengan durasi 0,5444 milidetik.

Silabel [ja] pada kata {yaya}, [rɛŋ] pada kata {misreng}, dan [waŋ] pada kata {tawang} mendapatkan tekanan disebabkan oleh adanya perubahan irama. Pada silabel [ja] yang merupakan permulaan suara sengaja diberikan tekanan untuk memberikan kesamaan irama pada dua silabel berikutnya yang perlahan irama naik pada silabel [rɛŋ]. Puncak naiknya nada menyebabkan adanya jeda 0,0880 milidetik sehingga tekanan juga terjadi pada silabel [ta] yang berfungsi untuk mendorong kembali irama yang sebelumnya sempat terhenti. Ketiga silabel ini memiliki perbedaan frekuensi karena tekanan yang diberikan juga dengan alasan yang berbeda. Tekanan pada silabel [ja] memiliki frekuensi puncak 213 Hz yang berada paling awal dengan durasi 0,4735 milidetik, silabel [rɛŋ] memiliki frekuensi dari 196 Hz – 310 Hz dengan durasi 1,2996 milidetik, dan silabel [ta] memiliki frekuensi dari 300 Hz menjadi 256 Hz dengan durasi 0,3222 milidetik. Gambar silabel [waŋ] yang mendapatkan tekanan adalah sebagai berikut.

(48)

Gambar 029 Tekanan dasar penawa KTN baris vii

Dua silabel, yaitu [pja] pada kata {tinumpya} dan [ta] mendapat tekanan pada penggalan baris selanjutnya. Tekanan pada silabel [pja] terjadi karena pada silabel sebelumnya, yaitu [nʊm] merupakan silabel tertutup dan terjadi jeda 0,0615 milidetik disertai perubahan nada dari nada tinggi menjadi lebih tinggi pada silabel [pja] yang kemudian turun perlahan pada silabel yang sama. Silabel [pja] memiliki frekuensi 370 Hz turun menjadi 247 Hz dengan durasi 0,2502 milidetik. Berbeda halnya dengan silabel [ta] yang diberikan tekanan karena adanya naik-turun nada secara bersamaan. Silabel [ta] memiliki frekuensi awal 271 Hz naik menjadi 300 Hz yang kemudian turun menjadi 183 Hz dengan durasi 1,7123 milidetik.

Dua silabel yang mendapat tekanan pada penggalan baris selanjutnya adalah silabel [kǝ] pada kata {kamala} dan silabel [ŋũ] pada kata {langu} yang

merupakan silabel terakhir pada beris tersebut. Silabel [kǝ] mendapat tekanan di awal karena adanya pengaruh dari silabel-silabel selanjutnya dengan suara menengah. Untuk itu diperlukan adanya penekanan di awal guna melancarkan

(49)

penembangan pada silabel-silabel berikutnya. Silabel [ŋũ] terjadi karena hanya silabel ini yang mendapatkan improviasi, sedangkan silabel yang lain iramanya sama. Silabel ini memerlukan frekuensi puncak 269 Hz dengan durasi 2,0067 milidetik.

Pada penggalan baris terakhir hanya ada dua silabel yang mendapatkan tekanan. Silabel tersebut, yaitu silabel [nũ] pada kata {inupacareng} dan [tʊn] pada kata {santun}. Tekanan muncul akibat adanya vokal tinggi yang ditembangkan dengan nada rendah [i] di depan silabel [nũ] sehingga silabel [nũ] ditembangkan dengan suara yang lebih berat disertai nada rendah yang menghasilkan tekanan yang lebih berat juga. Sebaliknya, untuk mengakhiri bait penawa KTN maka silabel terakhir, yaitu [tʊn] mendapat tekanan untuk mengakhiri dengan menurunkan irama kidung.

Gambar 030 Tekanan dasar penawa KTN baris x

Berdasarkan hasil pemaparan pada tiap-tiap subbab mengenai tekanan yang terjadi dalam KTN dapat diuraikan secara ringkas bagaimana tekanan

(50)

tersebut terjadi. Tiap-tiap bait KTN yang telah dijelaskan pada subbab ritme KTN. KTN terdiri atas empat bait. Pertama tekanan pada kawitan pendek dapat diberikan gambaran umum, yaitu sebagai berikut.

Baris I - - + - + - Baris II + - + - - + - Baris III + - + - + - + - Baris IV - - + + - + + - Baris V - + + - + + - - Baris VI - - - + - - - +

Tabel 70 Tekanan dasar kawitan pendek KTN Kedua, bait kawitan panjang memiliki aturan tekanan sebagai berikut. Baris I + + - - - + - Baris II - - + + - Baris III - - + + + - - - - - Baris IV - + + - - - - + - Baris V - - + + - - + - Baris VI - - + - - + - - Baris VII - + - - + - Baris VIII - - + + - - - - -

(51)

Ketiga, bait pemawak juga memiliki aturan tersendiri mengenai tekanan-tekanan yang jatuh pada silabel. Aturan tekanan tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk tabel di bawah ini:

Baris I - - + - - - - + - Baris II - + - + + - Baris III - - - + - + Baris IV + - - - - + - Baris V + - - - + - + Baris VI + - - - - + - Baris VII - + - - + - - - Baris VIII - - + - - - + - - +

(52)

Terakhir, bait penawa memiliki aturan tekanan tersendiri pula. Aturannya, yaitu sebagai berikut. Baris I + - - - - + + - - + + - Baris II - + - + + - Baris III - - - - + + - Baris IV - - + + - Baris V + - - - + + - Baris VI + - - - - + - - Baris VII + - - + + - Baris VIII - - + + - - - Baris IX + - - - + Baris X - + - - + - +

Tabel 073 Tekanan dasar penawa KTN

Demikianlah aturan tekanan yang dapat ditemukan dalam tiap-tiap bait KTN. Perbedaan tekanan terjadi karena adanya pengaruh ritme. Selain itu, juga untuk memberikan perbedaan antara tembang yang satu dan tembang bait yang lainnya.

4.3 Intonasi

Telah dijelaskan pada konsep bahwa intonasi tuturan biasa dan nyanyian berbeda karena adanya nada yang dimiliki oleh tiap-tiap silabel pada nyanyian tersebut. Karena KTN adalah nyanyian, maka dasar analisis intonasi terdapat pada

(53)

nada. Intonasi KTN lebih mengkhususkan naik-turunnya nada pada sebuah silabel (Ladefoged, 1993: 113). Tiap-tiap silabel memiliki intonasi yang berbeda. Perbedaan ini merupakan harmonisasi dari nyanyian KTN itu sendiri yang memberikan keindahan tersendiri pada tiap-tiap bait.

Intonasi dianalisis dengan dua cara, pertama dianalisis dengan memberikan intonasi langsung pada penggalan baris tiap-tiap bait KTN. Kedua intonasi dipecah berdasarkan silabel. Untuk itu, diperlukan beberapa simbol dalam analisisnya. Simbol-simbol yang digunakan, antara lain simbol (─) untuk intonasi datar, simbol (/) untuk intonasi naik, simbol (\) untuk intonasi turun. Tiap-tiap analisis dipenggal seperti di atas menggunakan tabel dan berdasarkan adanya jeda dimana satu frasa ditembangkan. Pertama, intonasi yang dijabarkan adalah kawitan pendek. Sampel bait yang digunakan sama seperti di atas.

Kriteria wu wʊ san bu pa ti

wu wʊ san bu pa ti

Intonasi

─ ─ ¯\ ─ ─ ─

Tabel 074 Intonasi dasar kawitan pendek KTN baris i

Kriteria rɪŋ pa ta li nã gan tʊn

rɪŋ pa ta li ga tʊn Intonasi

─ ─ _/ ¯ ¯\ ─ ¯\

(54)

Kriteria su ba gǝ wir jǝ si nĩ wi

su ba gǝ wir jǝ si nĩ wi Intonasi

─ _/ ─ _/\_ ─ ─ ─ ─

Tabel 076 Intonasi dasar kawitan pendek KTN baris iii

Kriteria ka ʤrɪ hɪŋ saŋ pa rǝ ra tu

ka ʤrɪ hɪng saŋ pa rǝ ra tu Intonasi

─ ─ ─ ─ ─ ¯\ ─ ─

Tabel 078 Intonasi dasar kawitan pendek KTN baris iv

Kriteria sa lwa nɪŋ ʤam bu war sa di

sa lwa nɪŋ ʤam bu war sa di Intonasi

─ _/ ¯\ ─ _/ ─ ─ ─

Tabel 079 Intonasi dasar kawitan pendek KTN baris v

Kriteria prǝ sa mǝ tʊr kǝm baŋ ta wɔn

prǝ sa tʊr kǝm baŋ ta wɔn Intonasi

─ ─ _/ /\ ─ ─ ─ _/

Tabel 080 Intonasi dasar kawitan pendek KTN baris vi

Intonasi pada kawitan pendek KTN tidak terlalu rumit karena hanya dua sampai dengan empat silabel yang mendapatkan intonasi yang rumit. Macam-macam intonasi yang muncul bervariasi. Kebanyakan dengan intonasi datar yang dilambangkan dengan (─). Intonasi ini memegang peranan penting untuk menentukan nada, ada beberapa intonasi datar yang muncul dengan suara rendah, ada pula dengan suara tinggi. Untuk memastikan hal tersebut apakah menggunakan suara rendah, sedang, atau tinggi sebaiknya kembali melihat ritme

Gambar

Tabel 016 Ritme dasar pemawak KTN baris i
Tabel 021 Ritme dasar pemawak  KTN baris vi
Gambar 011 Ritme dasar pemawak KTN baris ii
Tabel 024 Ritme dasar penawa KTN baris i
+7

Referensi

Dokumen terkait

0ubung singkat adalah ter#adinya hubungan penghantar bertegangan atau penghantar tidak  bertegangan se"ara langsung tidak melalui media (resistor<beban yang semestinya

Sehingga dari penjabaran latar belakang penelitian diatas, maka penelitian ini mengambil judul “Implementasi Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif LAKUPANDAI

Langkah selanjutnya dalam analisis ini adalah memilih curah hujan harian yang sesuai dengan tanggal curah hujan jam-jaman (dari stasiun otomatis) yang telah

ƒ Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman 3-10 meter di bawah permukaan tanah, maka disarankan menggunakan pondasi dangkal dengan perbaikan tanah atau

Dalam simulasi Wind Tunnel ini dilakukan studi tentang pengaruh parameter kecepatan aliran freestream, tinggi elemen kekasaran, dan kerapatan elemen kekasaran terhadap

(4) Disamping kemitraan dalam bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kemitraan dapat dilakukan oleh penanam modal skala besar

Dalam Al-Quran Allah membolehkan seorang suami untuk memukul istrinya ketika sang istri membangkang. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari

Salah satu unsur taubat adalah rasa penyesalan. Sebab, rasa ini mempunyai pengaruh yang sangat besar di dalam merubah sikap seseorang dari keadaan jelek menjadi