• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTER HASIL BIJI KACANG HIJAU PADA KONDISI PEMUPUKAN P DAN INTENSITAS PENYIANGAN BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTER HASIL BIJI KACANG HIJAU PADA KONDISI PEMUPUKAN P DAN INTENSITAS PENYIANGAN BERBEDA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

137

KARAKTER HASIL BIJI KACANG HIJAU PADA KONDISI

PEMUPUKAN P DAN INTENSITAS PENYIANGAN BERBEDA

Yield characters of mungbean under differences of P fertilization

and weeding intensity

Ahadiyat Yugi R dan Tri Harjoso

E-mail:[email protected]

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Jl. Dr. Soeparno Purwokerto 53123, Jawa Tengah

ABSTRAK

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis pupuk P dan intensitas penyiangan berbeda terhadap komponen hasil dan kandungan protein biji. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap pola faktorial dengan perlakuan pemberian dosis pupuk P yaitu P0=0 kg P2O5 ha-1, P1= 45 P2O5 ha

-1, P2= 90 P2O5 ha-1, P3= 145 P2O5 ha-1 dan intensitas penyiangan yaitu S1=disiang 2 minggu setelah tanam (mst), S2=disiang 2 dan 4 mst, S3=disiang total dengan ulangan tiga kali. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil dan komponen hasil tinggi terdapat pada perlakuan penyiangan 2 dan 4 mst dengan dosis pupuk P 90 P2O5 ha-1. Namun, kandungan protein

menunjukan peningkatan dengan semakin tingginya pemberian pupuk P pada intensitas penyiangan yang sama.

Kata kunci: kacang hijau, pupuk P, waktu penyiangan

ABSTRACT

Objective of the study was to know the effect of application of P and intensity of weeding time on yield and yield components, and grain protein content. Factorial randomized complete block design with three replication following the treatments of P dose viz. P0=0 kg P2O5 ha-1, P1= 45 P2O5 ha-1, P2= 90 P2O5 ha-1, P3= 145 P2O5 ha-1 and intensity of weeding time

viz. S1= 2 weeks after sowing (WAS), S2= 2 and 4 was, S3= total weeding were test. The results showed that yield and yield components obtained the high values on 2 and 4 WAS with P dose of P 90 P2O5 ha-1. However, protein grain content gradually increased following

the increased of P dose under the same intensity of weeding time. Key words: mungbean, fertilizer of P, and weeding intensity

PENDAHULUAN

Kacang hijau merupakan tanam-an legum ytanam-ang cukup penting di Indonesia dan posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Rukmana (2006) menyatakan bila dibandingkan dengan kacang-kacangan lain, kacang hijau memiliki kelebihan antara lain berumur genjah, lebih toleran kekeringan, dapat ditanam dilahan kurang subur dan sekaligus bisa sebagai penyubur tanah karena mampu

ber-simbiosis dengan bakteri rhizobium, budidaya mudah dan hama yang me-nyerang relatif sedikit. Namun demikian, produksi kacang hijau di Indonesia masih rendah dan belum mampu me-menuhi kebutuhan domestik. Nurjen et al. (2002) menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab rendahnya kacang hijau adalah pengendalian gulma yang belum tepat. Selain itu budidaya kacang hijau masih dijadikan sebagai tanaman sam-pingan sehingga belum dilakukan teknik

(2)

138

budidaya yang optimal (Supeno dan

Sujudi, 2004).

Oleh karena itu pengendalian gulma dan teknik budidaya dengan pe-mupukan yang berimbang merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam peningkatan produksi kacang hijau. Pengendalian gulma kadangkala sebagai suatu hal yang diabaikan oleh petani karena dianggap membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang cukup besar. Sehingga perlu dilakukan upaya pola penyiangan yang tepat disesuaikan dengan tingkat stres tanaman terhadap keberadaan gulma. Hal yang perlu di-lakukan adalah dengan mencari inten-sitas penyiangan yang tepat yang dapat mempertahankan hasil. Intensitas pe-nyiangan gulma yang tepat akan mem-berikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan kacang hijau dan akan mengurangi jumlah gulma yang tumbuh serta dapat mempersingkat masa per-saingan dengan tanaman pokok (Moenadir, 1993).

Persaingan dengan gulma me-nyebabkan persaingan dalam hal pe-manfaatan sumber daya yang sama yang bisa mengurangi produksi fotosintat tanaman (Ermawati dan Supriyanto, 2001). Hal ini diperkuat oleh pernyataan Chowdury et al. (2005) bahwa tindakan penyiangan dapat menyebabkan laju fiksasi CO2 tinggi dengan meningkatnya

CO2 akan menyebabkan meningkatnya

fotosintesis dalam daun.

Selain penyiangan, pola pemu-pukan pun perlu mendapat perhatian dalam upaya meningkatkan hasil. Salah satu pupuk esensial yang dibutuhkan tanaman kacang hijau adalah pupuk P. Fosfor berperan dalam memaksimalkan pembentukan akar dan mempengaruhi tingginya produksi tanaman atau bahan

kering (Ayub et al., 1998). Fosfor juga dibutuhkan tanaman untuk mening-katkan produksi dan kadar protein biji (Kuo, 1999). Selanjutnya Kuo (1999) me-nyebutkan bahwa pada fase generatif P mampu merangsang pembentukan bunga, buah dan biji bahkan mampu mempercepat pemasakan buah dan membuat biji menjadi lebih bernas.

Berdasarkan penjelasan tersebut penelitian ini dilakukan untuk menda-patkan informasi mengenai intensitas penyiangan dan dosis pupuk P yang tepat sehingga mampu meningkatkan produksi kacang hijau dan kualitas biji dalam hal kandungan proteinnya.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universi-tas Jenderal Soedirman pada September – Desember 2008. materi utama dalam penelitian ini adalah kacang hijau varietas unggul Walet. Lahan penelitian yang digunakan merupakan jenis tanah Inceptisol dengan ketinggian tempat 110 m dpl. Rata-rata curah hujan selama penelitian berlangsung adalah 234 mm.

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak

Kelom-pok pola faktorial terdiri atas dua faktor yaitu intensitas penyiangan (S) dan dosis pupuk P (P). Faktor intensitas penyiang-an terdiri atas tpenyiang-anpa penyipenyiang-ang-penyiang-an (S0), disiang 2 mst (S1), di siang 2 dan 4 mst (S2), dan disiang total (S3). Untuk per-lakuan dosis P terdiri atas 0 kg P2O5 ha-1

(P0), 45 P2O5 ha-1 (P1), 90 P2O5 ha-1 (P2)

dan 145 P2O5 ha-1 (P3). Masing-masing

kombinasi perlakuan diulang tiga kali. Setiap perlakuan dialokasikan secara acak pada masing-masing blok sehingga secara keseluruhan terdapat 48 petak

(3)

139

percobaan dengan tiap petak berukuran 2 x 3 m2.

Variabel yang diamati adalah hasil dan komponen hasil terdiri atas jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot biji per petak efektif, bobot biji per hektar dan indeks panen. Variable lain yang diamati adalah kan-dungan protein biji yang dianalisis dengan menggunakan metode Kjeldahl. Semua pengamatan ini dilakukan pada saat akhir pertanaman atau saat panen. Untuk variable hasil dan komponen hasil diambil dari 10 sampel tanaman secara acak. Bobot biji per petak efektif dihitung berdasarkan hasil per petak dengan me-ninggalkan baris dan kolom border kemudian setelah itu dihitung dengan konversi untuk mendapatkan nilai hasil per hektar. Untuk analisis kandungan protein biji dimabil dari sampel yang sama sebanyak 5 g per perlakuan.

Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan uji F dan apabila terdapat keragaman antar perlakuan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5%. Ana-lisis data ini dilakukan dengan meng-gunakan software COStat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum menunjukan ada-nya perbedaan yang ada-nyata pada karakter hasil dan komponen hasil pada per-lakuan pupuk P dan intensitas pe-nyiangan yang berbeda (Tabel 1). Hasil menunjukan bahwa tanpa pemberian pupuk P pada setiap perlakuan intensi-tas penyiangan berbeda memberikan hasil dan komponen hasil lebih rendah dibandingkan dengan pemberian P. Begitu pula pada berbagai intensitas penyiangan yang berbeda pemberian pupuk P memberikan hasil lebih tinggi

dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk P (Tabel 1).

Jumlah polong per tanaman me-nunjukan hasil tinggi pada perlakuan penyiangan 2 dan 4 mst dengan dosis P 90 P2O5 ha-1 yaitu 11,71 meskipun tidak

berbeda nyata dengan penyiangan yang sama namun pada dosis P 135 P2O5 ha-1

(9,43) dan penyiangan 2 mst dengan dosis 45 dan 90 P2O5 ha-1 masing-masing

9,25 dan 9,90. Hasil rendah pada karak-ter jumlah polong per tanaman ditun-jukkan oleh perlakuan tanpa penyiang-an pada semua dosis P ypenyiang-ang diberikpenyiang-an yaitu berkisar antara 2,60 – 4,62. Pem-berian dosis P 135 P2O5 ha-1

menunjuk-kan penurunan jumlah pada karakter jumlah polong per tanaman dibanding-kan pemberian P 90 P2O5 ha-1 (Tabel 1).

Bobot biji per tanaman menunjukan bahwa pada perlakuan pemberian P memiliki bobot lebih tinggi dibanding-kan tanpa P pada kondisi intensitas pe-nyiangan berbeda kecuali pada per-lakuan tanpa penyiangan. Penyiangan pada waktu 2 dan 4 mst pada peberian pupuk P 45 – 135 kg P2O5 ha-1

mem-berikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan seluruh perlakuan yaitu 8,25 – 9,21 g. Nilai paling rendah ditunjukan oleh perlakuan tanpa penyiangan pada dosis P berbeda dengan nilai 0,61 – 0,86 g. Aplikasi P dosis 135 P2O5 ha-1

me-nurunkan jumlah polong per tanaman dibandingkan aplikasi P 90 P2O5 ha-1

(Tabel 1).

Untuk bobot biji per petak efektif memberikan pola hasil yang hampir sama dengan bobot biji per tanaman. Bobot biji per petak dengan perlakuan pemberian P pada intensitas penyiangan berbeda menunjukan nilai lebih tinggi.

(4)

140

Tabel 1. Hasil dan komponen hasil kacang hijau pada kondisi pemberian pupuk P

dan intensitas penyiangan berbeda

Perlakua n JPT (buah) BBT (g) BBPE (g) BBH (kg) IP S P S0 P0 2,60 g 0,61 g 17,00 f 62,95 f 0,14 c P1 3,78 efg 1,49 g 18,00 f 66,67 f 0,12 c P2 4,62 def g 0,86 g 23,08 f 85,47 f 0,20 c P3 3,41 fg 0,66 g 21,80 f 80,72 f 0,16 c S1 P0 7,47 bcd 5,77 def 96,14 e 356,07 e 0,43 ab P1 9,25 abc 7,29 bc 126,40 d 468,15 d 0,45 ab P2 9,90 ab 6,17 cde 158,54 c 587,20 c 0,52 a P3 6,17 def 5,65 def 145,47 cd 538,77 cd 0,50 a S2 P0 5,71 def 5,24 ef 141,38 cd 532,63 cd 0,51 a P1 6,42 cde 9,08 a 189,39 b 701,43 b 0,52 a P2 11,71 a 9,21 a 247,16 a 915,40 a 0,48 ab P3 9,43 ab 8,25 ab 226,80 a 840,00 a 0,47 ab S3 P0 6,28 def 4,72 f 129,70 d 480,37 d 0,44 ab P1 7,03 bcd 5,48 def 135,77 cd 502,84 cd 0,61 a P2 7,60 bcd 7,23 bc 201,83 b 747,30 b 0,50 a P3 3,66 efg 6,65 cd 156,93 c 581,23 c 0,39 ab F0.05 * * * * *

Keterangan: S0=tanpa penyiangan, S1=disiang 2 mst, S2=disiang 2 dan 4 mst, S3=disiang total; P0=0 kg P2O5/ha, P1= 45 kg P2O5/ha, P2= 90 kg P2O5/ha, P3= 145 kg P2O5/ha;

JPT=jumlah polong per tanaman, BBT=bobot biji per tanaman, BBPE=bobot biji

per

petak efektif, BBH=bobot biji per ha, IP=indeks panen; * = berbeda

nyata pada taraf kesalahan 5 %.

Intensitas penyiangan pada waktu 2 dan 4 mst pada pemberian pupuk P 45 – 135 kg P2O5 ha-1

mem-berikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan seluruh perlakuan yaitu 189,39 – 247,16 g. Hasil rendah diperoleh oleh perakuan tanpa penyiangan pada pem-berian dosis P berbeda yaitu 17,00 – 23,08 g. Dosis P 135 kg P2O5 ha-1 memberikan

hasil yang menurun pada bobot biji per petak efektif dibandingkan dosis P 90 kg P2O5 ha-1 (Tabel 1).Bobot biji per hektar

memberikan hasil yang tinggi pada per-lakuan P dibandingakan tanpa P pada

berbagai perlakuan intensitas penyiang-an ypenyiang-ang berbeda. Hasil pada intensitas penyiangan 2 dan 4 mst dengan dosis pupuk P 45 – 135 kg P2O5 ha-1

memberi-kan hasil lebih tinggi dibandingmemberi-kan dengan seluruh perlakuan yaitu 701,43 – 915,40 kg. Hasil yang rendah ditunjukan oleh perlakuan tanpa penyiangan pada seluruh perlakuan intensitas penyiangan berbeda yaitu 62,95 – 85,47 kg. Pemberi-an P melebihi dosis 90 kg P2O5 ha-1

ternyata menurunkan hasil (Tabel 1). Indeks panen menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata pada seluruh

(5)

141

perlakuan penyiangan dan taraf P yang berbeda kecuali pada kondisi tanpa penyiangan pada pemberian P berbeda. Indeks panen berkisar antara 0,39 – 0,52 pada kondisi berbagai waktu penyiang-an pada pemberipenyiang-an dosis P berbeda. Se-dangkan pada kondisi tanpa penyiangan pada taraf pembeian P berbeda me-nunjukan hasil lebih rendah dibanding-kan dengan perlakuan lainnya yaitu 0,12 – 0,20 (Tabel 1).

Kandungan protein biji menun-jukkan hasil bahwa semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka semakin tinggi pula kandungan protein bijinya. Perlakuan tanpa pemberian pupuk P pada internsitas penyiangan berbeda memberikan hasil rendah antara 17,82 – 18,29%. Sedangkan pemberian pupuk P tinggi yaitu 135 kg P2O5 ha-1 memberikan

efek peningkatan kandungan protein biji pada kondisi intensitas penyiangan berbeda yaitu > 20% dibandingkan

dengan perlakuan lainnya (Gambar 1). Untuk perlakuan pemberian pupuk dosis 45 – 90 kg P2O5 ha-1 menunjukan

hasil akumulasi protein biji pada kisaran 18 – 19% (Gambar 1). Hasil dan kom-ponen hasil menunjukan pola nilai yang hampir sama. Nilai yang tinggi pada jumlah polong per tanaman diikuti tinggi juga pada komponen hasil lainnya yaitu bobot biji per tanaman, bobot biji per petak efektif dan bobot biji per ha (Tabel 1). Petak tanaman yang tidak di-lakukan penyiangan menunjukkan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan petak yang dilakukan penyiangan. Hal ini disebabkan bahwa adanya penyiang-an akpenyiang-an mengurpenyiang-angi populasi gulma yang berkompetisi dengan tanaman dalam mendapatkan air, udara, cahaya matahari dan unsur hara. Sesuai dengan pendapat Moenandir (1993) bahwa gulma merupakan pesaing berat tanaman 0 5 10 15 20 25 S0 S1 S2 S3 waktu penyiangan ka da r pr ot ei n bi ji ( % ) P0 P1 P2 P3

Keterangan: S0=tanpa penyiangan, S1=disiang 2 mst, S2=disiang 2 dan 4 mst, S3=disiang total; P0=0 kg P2O5/ha, P1= 45 P2O5/ha, P2= 90 P2O5/ha, P3= 145 P2O5/ha.

Gambar 1. Kadar protein biji (%) kacang hijau pada kondisi pemberian P dan penyiangan berbeda.

(6)

142

dalam pengambilan air, cahaya, unsur

hara dan ruang sehingga keberadaanya akan menyebabkan pertumbuhan ta-naman terganggu. Hal ini diperkuat oleh Naem dan Ahmad (1999) yang me-nyatakan bahwa jumlah polong per tanaman sangat dipengaruhi oleh tingkat penyiangan.

Tingginya jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot biji per petak efektif dan bobot biji per ha pada penyiangan umur 2 dan 4 mst menunjukan bahwa masa ini adalah waktu yang dibutuhkan oleh tanaman kacang hijau bebas dari gulma. Seperti yang dinyata-kan oleh Moenandir dan Han-dayani (1990) bahwa umur 2 dan 4 mst merupakan periode kritis ta-naman kacang hijau sehingga tanaman harus bebas dari persaingan dengan gulma. Hal ini didukung oleh pernyataan Naem dan Ahmad (1999) bahwa pe-nyiangan memegang peranan penting dalam pengendalian gulma dalam men-jaga atau mempertahankan pertum-buhan dan hasil.

Adanya penurunan hasil dan komponen hasil pada tingkat penyiang-an berbeda dengpenyiang-an ada-nya penambahpenyiang-an pupuk P dari 90 ke 135 kg ha-1

menun-jukkan adanya penurunan pemanfaatan P oleh tanaman. Penurunan tingkat serapan P akan diikuti oleh rendahnya pertumbuhan kacang hijau sehingga energi yang dihasilkan untuk pemben-tukan biji dan polong akan berkurang (Amir, 1990).

Waktu penyiangan dan pempuk-an P memiliki perpempuk-an ypempuk-ang tinggi ter-hadap hasil dan komponen hasil yang ditunjukan oleh tingginya hasil pada tanaman yang dilakukan penyiangan dalam waktu berbeda pada taraf pe-mupukan berbeda dibandingkan dengan

tanpa disiang pada taraf pe-mupukan berbeda (Tabel 1). Bahkan pada tingkat penyiangan berbeda di-tunjukkan bahwa semakin tinggi P diberikan sampai dosis 90 kg P2O5 ha-1 maka hasil dan

kom-ponen hasil semakin meningkat dan mengalami penurunan disaat ditambah-kan dosis sampai 135 kg P2O5 ha-1. Hal

ini menunjukan bahwa antara dosis P dan waktu pe-nyiangan yang berbeda memberikan dampak hasil yang berbeda pula. Naem dan Ahmad (1999) menye-butkan bahwa penyiangan dan pe-mupukan P dapat mempengaruhi kom-ponen produksi tanaman kacang hijau.

Hal yang berbeda ditun-jukkan pada hasil indeks panen (Tabel 1) dan kandungan protein biji (Gambar 1). Indeks panen menun-jukkan bahwa penyiangan pada taraf pupuk P berbeda mampu meningkat lebih dari dua kali diban-dingkan dengan tanpa penyiang-an. Hal ini menunjukan bahwa faktor penyiangan menjadi sangat penting dalam mempertahankan hasil dan komponen hasil pada tanaman kacang hijau. Sedangkan untuk kandungan protein biji bahwa tingginya pupuk P yang diberikan akan diikuti oleh ting-ginya kandungan protein pada biji dan mengalami pening-katan kurang lebih 18% meskipun pada tingkat pemupukan 135 kg P2O5 ha-1 terjadi penurunan

ting-kat efisiensi pemanfaatan oleh ta-naman seperti yang dijelaskan sebelum-nya. Hal ini menunjukan bahwa pupuk P me-miliki peranan penting dalam men-dukung hasil biji pada tanaman kacang hijau. Chowdury et al. (2005) menye-butkan bahwa fosfor me-megang peran-an penting dalam proses sintesa protein, pembentukan energi, dan sebagai ko-enzim dalam aktivitas sintesa protein. Hal ini di-dukung oleh Ayub et al. (1998)

(7)

143

bahwa fosfor memiliki pengaruh penting terhadap peningkatan kan-dungan pro-tein pada biji.

KESIMPULAN

Penyiangan memberikan dampak yang tinggi terhadap peningkatan hasil dan komponen hasil pada tanaman kacang hijau. Dosis pemupukan 90 kg P2O5 ha-1

dengan penyiangan dua kali yaitu 2 dan 4 mst memberikan hasil yang optimum pada jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot biji per petak efektif dan bobot biji per tanaman.

Indeks panen memberikan hasil tinggi pada kondisi disiang dibandingkan tanpa disiang pada dosis pemberian P berbeda. Kan-dungan protein biji me-ningkat sekitar 18% pada kondisi tanam-an disitanam-ang dibtanam-andingktanam-an ttanam-anpa disitanam-ang pada taraf pemberian P berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. 1990. Pengaruh pengapuran dan pemberian pupuk P terhadap P tersedia, pertumbuhan dan produksi kacang hijau pada tanah podzolik merah kuning. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedir-man, Purwokerto. 48p. (tidak dipublikasikan).

Ayub, M., R. Ahmad, A. Tanveer, J. Iqbal dan M.S. Sharar. 1998. Response of mungbean to different level of Phosphorus. Pakistan J. of Biological Sci. 1(4): 283-284.

Chowdury, R.S., K. Abdul, H. Q. Moynul, H. Abdul dan T. Hidaka. 2005. Effects of enhanced level of CO2 on photosynthesis, N content

and productivity of mungbean.

South Pasific Studies, 25(2):97-102.

Ermawati, S. dan B. Supriyanto. 2001. Pengaruh M-Bio dan pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau. J. Budidaya Pertanian, 7(1): 26-35.

Kuo, G.C. 1999. Growth, development and physio-logical aspects of mungbean yield. Asian Vegetable Research and Development Center Taiwan, pp. 188-193.

Moenandir, J. dan S. Handayani. 1990. Periode kritis tanaman kacang hijau varietas walet pada beberapa jarak tanam dan akibat persaingan dengan gulma. Agrivita 13(4): 1-6.

Moenandir, J. 1993. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali Press, Jakarta. 122p.

Naem, M. dan S. Ahmad. 1999. Critical period of weed competition with the growth of mungbean. J. of Biological Sci, 2(4): 1605-1610. Nurjen, Sudiarso dan Nugroho. 2002.

Peranan pupuk kotoran ayam dan pupuk urea terhadap partumbuhan dan hasil kacang hijau varietas Sriti. Agrivita 24(1): 1-8.

Rukmana, R. 2006. Kacang hijau, budidaya dan pasca panen. Kanisius. Jogjakarta. 68p.

Supeno, A. dan Sujudi. 2004. Teknik pengujian adaptasi galur harapan kacang hijau di lahan sawah. Buletin Teknik Pertanian, 9(1): 20-21.

Gambar

Gambar 1. Kadar protein biji (%) kacang hijau pada kondisi pemberian P dan penyiangan  berbeda

Referensi

Dokumen terkait

Koefisien korelasi antara umur polong masak dengan karakter lainnya seperti jumlah buku subur, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, dan indeks panen adalah positif

Umur berbunga, jumlah polong, panjang polong, jumlah biji per polong, bobot perpolong, bobot polong per tanaman, dan hasil polong per ha menunjukkan nilai yang berbeda nyata

Penyiangan gulma yang dilakukan umur 2 mst dan 4 mst berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering, jumlah polong dan jumlah biji kacang tanah

menunjukan bahwa untuk karakter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, umur berbunga, jumlah polong berisi, jumlah polong hampa, bobot biji, jumlah biji dan

Hasil polong kacang tanah, bobot biji dan jumlah biji per tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan pengendalian gulma melalui penyiangan+pendangiran, masing-masing 27%, 29% dan

Respons tanaman berupa hasil (bobot polong, bobot biji kering) baik per tanaman maupun per petak akibat perlakuan POC memberikan gambaran yang sama, yaitu

Galur Bogor menghasilkan jumlah polong per tanaman, bobot basah dan bobot kering polong serta bobot kering 100 biji secara nyata lebih tinggi dibandingkan galur Gresik.. Biji

Analisis korelasi menunjukan nilai koefisien korelasi positif yang tinggi antara karakter daya hasil bobot biji per tanaman dengan jumlah polong total, jumlah polong isi, bobot polong