• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dukungan Keluarga Pengertian Dukungan keluarga adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dukungan Keluarga Pengertian Dukungan keluarga adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dukungan Keluarga 2.1.1 Pengertian

Dukungan keluarga adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai, dan mencintainya (Cohen & Syme, 1996). Dalam Setiadi (2008).

Dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial (Friedman, 1998) dalam Setiadi (2008). Dalam semua tahap, dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan (Setiadi, 2008).Studi-studi tentang dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi dukungan sosial sebagai koping keluarga, baik dukungan-dukungan yang bersifat eksternal maupun internal terbukti sangat bermanfaat. Dukungan keluarga eksternal antara lain sahabat, pekerjaan, tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok rekreasi, tempat ibadah, praktisi kesehatan. Dukungan keluarga internal antara lain dukungan dari suami atau istri, dari saudara kandung, atau dukungan dari anak (Friedman, 1998) dalam Setiadi (2008).

2.1.2 Jenis Dukungan Keluarga

Friedman (1998) dalam Setiadi (2008) menjelaskan bahwa keluarga memiliki 4 jenis dukungan, yaitu :

(2)

8 1. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator (penyebar informasi) tentang dunia yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stresssor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasihat, usulan, saran, petunjuk, dan pemberian informasi.

2. Dukungan penilaian (appraisal)

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing, dan menengahi masalah serta sebagai sumber validator identitas anggota keluarga, diantaranya memberikan support, pengakuan, penghargaan dan perhatian.

3. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya : bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga, dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau stamina dan semangat yang menurun, selain itu individu merasa bahwa masih ada perhatian atau kepedulian dari lingkungan terhadap seseorang yang sedang mengalami kesusahan atau penderitaan.

4. Dukungan emosional

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari dukungan ini adalah secara emosional menjamin nilai-nilai individu (baik pria maupun wanita) akan selalu terjaga kerahasiaannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, dan mendengarkan serta didengarkan.

(3)

9 2.1.3 Ciri-ciri Dukungan Keluarga

Setiap bentuk dukungan keluarga mempunyai ciri-ciri menurut Smet (1994) dalam Setiadi (2008) antara lain :

a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapai persoalan yang sama atau hampir sama.

b. Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.

c. Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain.

d. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bias positif dan negative yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian yang positif.

(4)

10

e. Efek dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan mortalitias, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi. Disamping itu, pengaruh positif dari dukungan sosial keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stresss (Smet, 1994) dalam Setiadi (2008).

f. Dukungan keluarga yang positif berhubungan dengan kurangnya kecemasan (Garmenzy dan Rutter, 2003). Pendapat ini didukung oleh Conel (2005) yang menyatakan bahwa kecemasan akan rendah apabila individu memiliki dukungan sosial yang baik, dukungan sosial tersebut diperoleh dari keluarga, teman dan atasan.

2.1.4 Fungsi Keluarga Dalam Memberikan Dukungan Sosial

Setiadi (2008) mengemukakan bahwa dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisasi, fungsi keluarga dikembangkan menjadi :

a. Fungsi biologis

1. Untuk meneruskan keturunan. 2. Memelihara dan membesarkan anak. 3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

4. Memelihara dan merawat anggota keluarga. b. Fungsi psikologis

1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman.

2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga. 3. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga. 4. Memberikan identitas keluarga.

(5)

11 c. Fungsi sosialisasi

1. Membina sosialisasi pada anak.

2. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

3. Meneruskan nila-nilai budaya keluarga. d. Fungsi ekonomi

1. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 2. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

3. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan dating misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

e. Fungsi pendidikan

1. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya. 2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam

memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya. 2.1.5 Sumber Dukungan Keluarga

Menurut Root & Dooley (1985) dalam Kuncoro (2002) ada 2 sumber dukungan keluarga yaitu natural dan artificial. Dukungan keluarga yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada disekitarnya misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, kerabat), teman dekat atau relasi. Dukungan keluarga ini bersifat non formal sedangkan dukungan keluarga artificial adalah dukungan keluarga yang

(6)

12

dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang misalnya dukungan keluarga akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sehingga sumber dukungan keluarga natural mempunyai berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan keluarga artificial. Perbedaan itu terletak pada:

Keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat apa adanya tanpa dibuat-buat sehingga mudah diperoleh dan bersifat spontan.

Sumber dukungan keluarga yang natural mempunyai kesesuaian dengan nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.

a. Sumber dukungan keluarga natural berakar dari hubungan yang telah berakar lama.

b. Sumber dukungan natural mempunyai keragaman dalam penyampaian dukungan, mulai dari pemberian barang yang nyata hanya sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan salam.

c. Sumber dukungan keluarga natural terbebas dari beban dan label psikologis. 2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Purnawan (2008) dalam Setiadi (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah :

1. Faktor internal

a. Tahap perkembangan

Artinya dukungan keluarga dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan berbeda-beda.

(7)

13 b. Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.Faktor emosional

2. Faktor emosional

juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respon stress dalam perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara menghawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap ancaman penyakit, mungkin ia menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan.

a. Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, menyangkut nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

(8)

14 3. Faktor eksternal

a. Praktik di keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya. Misalnya : klien juga akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarga melakukan hal yang sama. 4. Faktor sosioekonomi

a. Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.

b. Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

2.2 Konsep Kecemasan 2.2.1 Pengertian

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2006).

Konsep kecemasan merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Dalami dkk, 2009).

1). Fakor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan (Stuart dan sunden, 2008) adalah :

(9)

15 a. Fakor Psikologi

Pengalaman masa kecil yang bernilai emosi yang tinggi, namun pada masa berikutnya ditekan dapat menimbulkaan kecemasan.

b. Faktor Genetik

Biasanya faktor genetik pada wanita lebih banyak dari pada pria dan dari satu keluarga yang terkena. Gangguan panik memiliki komponem genetik yang sama dan dapat lebih banyak dari pada wanita

c. faktor umur

umur kurang dari 20 tahun digolongkan omur muda, Umur antara 20 sampai 35 tahun tergolong umur menengah, dan umur di atas 35 tahun tergolong umur tua. Umur yang sudah tua (Soewandi. 2003).

d. tingkat ekonomi

Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnbya kecemasan adalah stress psikososial termasuk kemiskinan dan status ekonomi tinggi pada seseorang akan memnyebabkan orang tersebut tidak mudah mengalami stress dan kecemasan (Prawirohusodo, 2001)

e. tingkat pendidikan

status pendidikan yang rendah akan memnyebabkan seseorang mengalami stress dan kecemasan, hal ini disebabkan karena kurangnya informasih yang didapat orang tersebut.

2). Mekanisme koping

Mekanisme koping adalah distorsi kognitif yang digunakan oleh seseorang untuk mempertahankan rasa kendali terhadap situasi, mengurangi rasa tidak aman, dan menghadapi situasi yang menimbulkan stress (Videbeck, 2011) Ketika individu mengalami kecemasan ia akan menggunakan berbagai mekanisme koping

(10)

16

untuk mencoba mengatasinya. Ketidakmampuan mengatasi cemas merupakan 12 penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Kecemasan ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar. Kecemasan sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping :

1. Reaksi berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari untuk memenuhi tuntutan situasi stress secara realistis dengan perilaku menyerang yang digunakan untuk mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan, menarik diri dengan menjauhkan diri dari ancaman baik secara fisik maupun psikologis, perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasa dilakukan. 2. Mekanisme pertahanan ego dengan membantu mengatasi kecemasan ringan

dan sedang (Stuart dan Sundeen, 2006). Sedangkan rentang respon kecemasan dapat dikonseptuasikan dalam rentang respon. Respon ini dapat digambarkan dalam rentang respon adaptif sampai maladaptif. Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat konstruktif dan destruktif. Konstruktif adalah motivasi seseorang untuk belajar memahami terhadap perubahan-perubahan terutama perubahan-perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup. Sedangkan reaksi destruktif adalah reaksi yang dapat menimbulkan tingkah laku maladaptif serta disfungsi yang menyangkut kecemasan berat atau panik.

2.2.2 Penyebab Kecemasan 1. Faktor predisposisi

Stuart (2006), mengemukakan bahwa berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan :

Dalam pandangan psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan super ego. Id mewakili dorongan

(11)

17

insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan,dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

1) Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat.

2) Menurut pandangan perilaku kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya.

3) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan kecemasan dan antara gangguan kecemasan dengan depresi. 4) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus

untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan.Penghambat asam amino butirik gamma neroregulator

(12)

18

(GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan endorphin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresssor. a. Stresssor pencetus

Stresssor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stresssor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori :

1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

b. Sumber koping

Individu dapat mengatasi stress dan kecemasan dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomik, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.

(13)

19 c. Mekanisme koping

Ketika mengalami kecemasan, individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya, dan ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang cenderung digunakan seseorang untuk mengatasi kecemasan ringan cenderung tetap dominan ketika kecemasan menghebat. Kecemasan tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius. Tingkat kecemasan sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping :

1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari, dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stress.

2. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.

3. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikolgik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress. 4. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang

mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.

5. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi kecemasan ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar akan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka

(14)

20

mekanisme ini dapat merupkan respon maladaptif terhadap stress.

Sedangkan menurut Cendrawati (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah keadaan pribadi individunya, pengalaman yang tidak menyenangkan, konflik serta lingkungan dan kehilangan orang dekat. Smet (1994) dalam Setiadi (2008) menjelaskan bahwa faktor pribadi tergolong di dalamnya adalah kondisi yang ada dalam diri individu, diantaranya tingkat pendidikan, usia dan jenis kelamin juga mempengaruhi reaksi seseorang terhadap tekanan.

2.2.3 Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2006), tingkat kecemasan sebagai berikut :

1. Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

2. Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

3. Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi

(15)

21

ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

4. Tingkat panik dari kecemasaan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.

Rentang respon kecemasan

Respon adaptif Respon maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik 2.2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan antara lain :

1. Potensial stresssor

Stresssor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi.

(16)

22 2. Maturitas

Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat stresss karena individu yang majur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap stresss.Tingkat pendidikan dan status

3. Ekonomi

Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan mengakibatkan orang itu mudah mengalami stresss

4. Keadaan fisik

Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cedera, operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami stresss

5. Tipe kepribadian

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat stresss daripada orang yang berkepribadian

6. Sosial budaya

Seseorang yang mempunyai falsafah hidup yang jelas dan keyakinan agama yang kuat umumnya lebih sukar mengalami stresss.

7. Umur

Seseorang yang berumur lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat stresss daripada seseorang yang lebih tua.

8. Lingkungan

Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami stresss.

(17)

23 9. Jenis kelamin

Stresss sering dialami pada wanita daripada pria dikarenakan wanita mempunyai kepribadian yang labil dan immature, juga adanya peran hormon yang mempengaruhi kondisi emosi sehingga mudah meledak, mudah cemas, dan curiga.

(18)

24

Tabel 2.1 Respon perilaku, kognitif, dan afektif terhadap kecemasan

Sistem Respon Perilaku - Gelisah - Ketegangan fisik - Tremor - Gugup - Bicara cepat - Kurang koordinasi

- Cenderung mendapat cedera

- Menarik diri dari hubungan interpersonal - Menghalangi

- Melarikan diri dari masalah - Menghindar dari masalah - Menghindar

- Hiperventilasi

Kognitif - Perhatian terganggu

- Konsentrasi buruk - Pelupa

- Salah dalam memberikan penilaian - Preokupasi

- Hambatan berfikir

- Bidang persepsi menurun - Bingung

- Kreativitas menurun - Produktivitas menurun - Bingung

- Sangat waspada

- Kesadaran diri meningkat - Kehilangan objektivitas - Takut kehilangan kontrol - Takut pada gambaran visual - Takut cedera atau kematian

Afektif - Mudah terganggu

- Tidak sabar - Gelisah - Tegang - Nervus - Ketakutan - Alarm - Teror - Gugup - Gelisah (Sumber : Stuart, 2006)

(19)

25 2.3 Konsep Dasar Perioperatif

Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif. Dalam setiap fase tersebut dimuali dan diakhiri dalam waktu tertentu dalam urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah, dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standart keperawatan (Brunner & Suddarth, 2010). Masing-masing tahap mencakup aktivitas atau intervensi keperawatan dan dukungan dari tim kesehatan lain sebagai satu tim dalam pelayanan pembedahan (Majid, 2011).

Peroperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai dari prabedah (preoperatif), bedah (intraoperatif), dan pascabedah (postoperatif) (Alimul Aziz, 2009).

Menurut Brunner dan Suddarth (2010) fase perioperatif mencakup tiga fase dan pengertiannya yaitu :

a. Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi;

b. Fase intraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke bagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan dapat meliputi : memasang infus (IV), memberikan

(20)

26

medikasi intravena, dan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien;

c. Fase Pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan . dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatana klinik atau di rumah. pada fase pascaoperatif berlangsung fokus termasuk mengkaji efek agens anastesia, dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.

2.3.1 Pengerian Pre Operasi

Keperawatan pre operasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata pre operasi adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan antara lain pre operasi, intra operasi, pasca operasi (Brunner & Suddarth, 2002).

a. Fase pre operasi dari peran keperawatan pre operasi dimulai ketika diambil keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktifitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien ditatanan klinik atau dirumah, menjalani wawancara pre operasi, dan menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan dan pebedahan. Bagaimanapun aktifitas perawat dibatasi hingga melakukan pengkajian pasien pre operasi ditepat atau di ruang operasi (Mary, 2008).

b. Fase intra operasi dari keperawatan pre operasi dimulai ketika pasien masuk dan pindah ke bagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Fase ini lingkup aktifitas keperawatan dapat meliputi memasang infus, memberikan medikasi intravena, melakukan

(21)

27

pemantauan fisilogis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien (Billie, 2005)

c. Fase pasca operasi dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah. Lingkup keperawatan mencakup rentang aktifitas yang luas selama periode ini (Billie, 2005).

2.3.2 Persiapan Pre Operasi

Menurut Hidayat (2008 ), Aziz (2006), Potter & Perry (2005) ada beberapa tindakan keperawatan, namun peneliti memfokuskan pada variabel yang diteliti. Antara lain yaitu:

a) Latihan nafas dalam

Nafas dalam merupakan latihan yang dilakukan utuk meningkatkan kemampuan pengembangan paru dan merupakan metode yang efektif untuk mengurangi ketegangan otot pada pasien, rasa jenuh dan juga kecemasan yang dirasakan oleh pasien. Bentuk latihan nafas dalam yang dilakukan adalah pernafasan abdominal atau diagfragma (Hidayat, 2008).

b) Persiapan psikososial

Pasien yang akan menghadapi pembedahan akan mengalami berbagai macam jenis prosedur tindakan tertentu dimana akan menimbulkan kecemasan. Segala bentuk prosedur pembedahan selalu didahului dengan suatu reaksi emosional tertentu oleh pasien, apakah reaksi itu jelas atau tersembunyi, normal atau abnormal. Sebagai contoh, kecemasan pre operasi kemungkinan merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupan itu sendiri. Sudah diketahui bahwa

(22)

28

pikiran yang bermasalah secara langsung mempengaruhi fungsi tubuh. Karenanya, penting artinya untuk mengidentifikasi kecemasan yang dialami pasien (Potter & Perry, 2005). Pasien pre operasi mengalami berbagai ketakutan, termasuk ketakutan akan ketidaktahuan dan kematian. Kehawatiran mengenai kehilangan waktu kerja, kemungkinan kehilangan pekerjaan, tanggung jawab mendukung keluarga, dan ancama ketidakmampuan permanen yang lebih jauh, memperberat ketegangan emosional yang sangat hebat yang diciptakan oleh prospek pembedahan (Potter & Perry, 2005)

2.3.3 Kecemasan pada Pasien pre Operasi

Cemas atau istilah kesehatan dikenal dengan anxietas dapat terjadi di semua individu. Core (2005) dalam Asmadi (2008), cemas dapat menjadikan suatu kekuatan atau motivasi untuk perubahan dan perkembangan pada individu yang bersangkutan. Kecemasan pasien pre operasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, pengalaman pasien menjalani operasi, konsep diri dan peran, tingkat sosial ekonomi, kondisi medis, akses informasi, proses adaptasi, jenis tindakan medis dan komunikasi terapeutik (Kaplan & Sudock, 2005).

Asuhan keperawatan pre operasi merupakan tahapan awal dari tindakan keperawatan pre operasi. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase pre operasi merupakan awal yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengkajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi (Hidayat, 2006).

(23)

29

Efek kecemasan pada pasien pre operasi berdampak pada jalannya operasi. Sebagai contoh, pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan maka akan berdampak pada sistem kardiovaskulernya yaitu tekanan darahnya akan tinggi sehingga operasi dapat dibatalkan. Pada wanita efek kecemasan dapat mempengaruhi menstruasinya menjadi lebih banyak, itu juga memungkinkan operasi ditunda hingga pasien benar-benar siap untuk menjalani operasi (Suliswati, 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Masood Jawaid, et.al (2006) tentang kecemasan pre operasi di dapatkan bahwa rata-rata responden dalam keadaan cemas dengan nilai mean sebesar 57,65 dan standar deviasi sebesar 25,1. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa sebagian besar pasien pre operasi mengalami kecemasan.

2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Trismiati (2006), respon kecemasan akan berbeda pada setiap intividu yang dapat dipengaruhi oleh dua faktor ini :

a. Faktor Internal 1. Pengalaman

Menurut Horney dalam Trismiati (2006), ada banyak sekali sumber-sumber yang bisa membuat seseorang terjadi kecemasan. Penyebab kecemasan menurut Horney berasal dari kejadian yang dialami dalam kehidupan seseorang. Misalnya apabila seseorang memiliki pengalamanterhapat proses yang menyebabkan kecemasan tersebut maka dirinya akan mampu mengontrol kecemasan yang dapat ditimbulnya.

(24)

30 2. Usia

Umur merupakan salah satu penyebab terjadinya kecemasan seseorang. Semakin tinggi umur seseorang maka pemikiran dan juga kekuatan seseorang akan lebih matang. Menurut Stuart (2006), seseorang yang memiliki usia lebih tua ternyata lebih sedikit mengalami kecemasan dibandingkan dengan yang lebih muda. Tetapi ada juga pendapat yang sebaliknya.

3. Jenis Kelamin

Trismiati (2006) menyatakan perempuan lebih rentan terhadap kecemasan dibandingkan laki-laki, karena laki-laki lebih aktif, eskplorasi sedangkan perempuan pada umumnya lebih sensitif.

b. Faktor Eksternal

Dukungan keluaga merupakan suatu faktor yang menyebabkan kecemasan seseorang. Dengan adanya dukungan keluarga maka seseorang akan lebih siap dalam menghadapi suatu masalah (Kasdu,2002).

1. Kondisi Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor eksternal yang bisa menyebabkan seseorang mengalami cemas. Lingkungan yang nyaman dengan orang-orang yang kita sayang akan membantu kita untuk memecahkan suatu permasalahan yang membuat kita menjadi cemas (Baso, 2001).

(25)

31 2.4. Hemodinamika

2.4.1 Hemodinamika Pada Pasien Pre Operasi

Hemodinamika adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan karakteristik fisiologis vaskuler feriver (Hardian, 2007). Menurut Erniody (2012), pengukuran hemodinamika penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat, menentukan terapi yang sesuai, dan pemantauan respon terhadap terapi yang diberikan. Pengukuran hemodinamika ini terutama untuk membantu untuk mengenali syok sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat terhadap bantuan sirkulasi.

Salah satu penyebab terjadinya peningkatan status hemodinamika pada pasien pre operasi adalah karena adanya kecemasan. Penelitian yang dilakukan oleh Fadillah (2014) hemodinamika ada hubungan yang signifikan dengan kecemasan pada pasien pre operasi. Kecemasan pada pasien pre operasi merupakan respon psikologik terhadap stres yang mengandung komponen fisiologik dan psikologik. Reaksi fisiologis terhadap kecemasan merupakan reaksi yang pertama timbul pada sistem saraf otonom yang akan menyebabkan peningkatan status hemodinamika meliputi peningkatan frekuensi nadi dan respirasi, pergeseran tekanan darah dan suhu (Long, 2006).

Tujuan pemantauan hemodinamika adalah untuk mendeteksi, mengidentifikasi kelainan fisiologis secara dini dan memantau pengobatan yang diberikan guna mendapatkan informasi keseimbangan homeostatik tubuh. Pemantauan hemodinamika bukan tindakan terapeutik tetapi hanya memberikan informasi kepada klinisi dan informasi tersebut perlu disesuaikan denganpenilaian klinis pasien agar dapat memberikan penanganan yang optimal (Erniody, 2012).

(26)

32

2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hemodinamika a. Umur

Seseorang yang umurnya lebih muda biasanya memperlihatkan perubahan hemodinamika yang ringan dibandingkan yang umurnya lebih tua. Hal ini disebakan oleh tingginya tonus autonomy pembuluh darah yang masih tersisasetelah denervasi simpatis dan juga karena reflex kompensasi yang lebih aktif. Penurunan curah jantung juga merupakan hal yg dapat mempengaruhi hemodinamika dengan bertambahnya umur maka penurunan secara proporsional yang lebih besar pada pasien lanjut usia setelah terjadinya vasodilatasi perifer

b. Jenis kelamin

Hipotensi merupakan perubahan status hemodinamika yang menimbulkan efek-efek yang negatif. Hipotensi dominan terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki.

c. Berat badan

Resiko mengalami hipotensi pada pasien bedah lebih besar pada pasien yang memiliki Body Mass Index (BMI)>30%.

d. Kondisi fisik

Pada kondisi fisik terdapat beberapa permasalahan sehingga seseorang mengalami hipovolemia yang dapat menyebabkan depresi kardiovaskuler berat. Dengan kondisi fisik dehidrasi, hipovolemia dan berkurangnya volume darah akan myebabkan seseorang hipotensi. Pada keadaan obstruksi mekanik aliran balik vena seperti pada pasien pre operasi, penurunan lebih lanjut aliran balik vena karena blok simpatis sulit ditoleransi (Soenarjo, 2012).

(27)

33 2.5 Penatalaksanaan Kecemasan

Penatalaksanaan yang paling efektif untuk pasien dengan gangguan kecemasan adalah sebagai berikut :

a. Farmakologi

Duan jenis obat utama yang harus dipertimbangkan dalam pengobatan gangguan kecemasan adalah buspirone dan benzodiazepine. Obat lain yang mungkin berguna adalah obat trisiklik (imipramine), anti histamine, dan antagonis adrenergik beta (propanol) (Kaplan & Sadock, 2002).

b. Non farmakologi 1. Relaksasi

Pendekatan utama psikoterapetik untuk gangguan kecemasan adalah kongnitif-suportif, teknik relaksasi yang dapat diberikan antara lainadalah music, nafas dalam, dan guidance imanegary. Psikoterapi berorientasi untuk memusatkan dan mengungkapkan konflik bawah sadar dan kekuatan ego. Tetapi suportif menawarkan ketentraman dan kenyamanan pada pasien. Salah satu tehnik relaksasi terutama latihan nafas dala, Selma 3-4 kali sering dilakukan di rumah sakit dan dapat dilakukan dimanasaja baikdengan posisi duduk atau berbaring dalam posisi yang menyenangkan sehingga dapat menggurangi kecemasan. 2. Distraksi

Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endorphin yang bias menghaambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang

(28)

34

ditransmisikan ke otak (potter, 2005). Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan mendengarkan music klasik. Music klasik bermanfaat untuk membuat seseorang menjadi rileks,menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih, menurungkan tingkat kecemasan pasien preoperasi dan melepaskan rasa sakit dan menurungkan tingkat stress (Musbikin, 2009 dalam Pratiwi 2014) 2.5.1 Relaksasi Nafas Dalam

1. Tindakan non farmakologi yang dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan adalah terapi murottal, terapi musik, relaksasi dan terapi bermain. Teknik ini dapat membantu pasien untuk mengurangi cemas yang dirasakan. Metode menurunkan kecemasan non farmakologi biasanya mempunyai resiko yang sangat rendah dan menunjukkan respon yang efektif terhadap pasien yang mengalami kecemasan (Purwanto, 2008).

2. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan terapi non farmakologi yang mempunyai efek sangat baik untuk mengatasi kecemasan. Relaksasi menyebabkan penurunan hormon adrenalin sehingga menyebabkan rasa tenang, aktifitas saraf simpatik menurun dan terjadi penurunan kece masan (Purwanto, 2011).

2.5.2 Relaksasi Nafas Dalam Pada Pasien Pre Operasi

Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Energi dapat dihasilkan ketika kita melakukan relaksasi nafas dalam karena pada saat kita menghembuskan nafas, kita mengeluarkan zat karbon dioksida sebagai kotoran hasil pembakaran

(29)

35

dan ketika kita menghirup kembali, oksigen yang diperlukan tubuh untuk membersihkan darah masuk (Resti, 2014).

Pada pasien pre operasi, teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan yang wajib diberikan kepada pasien untuk meningkatkan ventilasi paru, meningkatkan oksigenasi darah dan menghilangkan respon fisiologis yang biasanya ditandai dengan kecemasan yang bisa menyebabkan pasien terjadinya peningkatan tekanan darah, nadi dan pernafasan (Muttaqin & Sari, 2009).

Manfaat lainnya adalah untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta mengurangi kerja bernafas, meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan ansietas, menyingkirkan pola aktivitas otot-otot pernafasan yang tidak (Brunner & Suddart, 2002).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rokawi (2016) diperoleh tingkat kecemasan pada pasien pre operasi bedah abdomen sebelum diberikan terapi relaksasi nafas dalam mempunyai rata-rata skor indeks kecemasan 54,59 (kecemasan sedang) dan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi bedah abdomen setelah diberikan terapi relaksasi nafas dalam mempunyai rata-rata skor indeks kecemasan 49,56 (kecemasan ringan) dan terjadi penurunan sebesar 5,03. Artinya rileksasi nafas dalam dapat mengurangi tingkat kecemasan pada pasien pre operasi.

2.5.3 Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam menurut Priharjo (2003) dalam Trullyen (2013) adalah tetap rileks dan tenang serta menciptakan lingkungan yang nyaman, kemudian menarik nafas dari hidung mengisi paru-paru kemudian perlahan lahan udara dihembuskan melaui mulut secara perlahan dan

(30)

36

merasakan rileksasi. Setelah itu menganjurkan pasien utnuk bernafas irama normal tiga kali, ulangi menarik nafas dari hidung dan melepaskan secara perlahan melalui mulut dengan merasakan relaksasi. Ulangi sampai 10 menit dan selingi istirahat singkatsetiap 5 kali pernafasan. Usahakan pasien tetap konsentrasi supaya mendapatkan hasil yang maksimal.

Gambar

Tabel 2.1 Respon perilaku, kognitif, dan afektif terhadap kecemasan

Referensi

Dokumen terkait

k adet eleman içeren bir y fonksiyonuna Hızlı fourier dönüşümü komutu uygulandığında ancak k/2 kadar harmonik ve bunların genlikleri hakkında bilgi sahibi

Pada proses  frying diharapkan mi yang keluar mempunyai kadar air antara 2,5-3,5% (tergantung dari jenis produk) sehingga mi menjadi matang, kaku dan awet. Media

• Satu admin dapat menghapus satu atau lebih gambar • Satu admin dapat melihat satu atau lebih status sewa kios • Satu admin dapat mengubah satu atau lebih status sewa kios •

Seorang arsitek dari Wina yang bernama Adolf Loos, pada tahun 1910 dengan pongahnya meramalkan bahwa ornamen akan terhapuskan dari kehidupan manusia.. Bahkan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan Motivasi Belajar terhadap prestasi Belajar Bahasa Indonesia pada siswa

Sama halnya dengan rencana pembelajaran yang disusun dosen di kelas eksperimen, di kelas kontrol pun tampak dosen menyusun rencana pembelajaran dengan baik. Komponen- komponen dalam

Hal ini karena pada masa itu, panca indera anak sedang dalam keadaan peka, sehingga perlu dilatih dengan berbagai permainan yang menarik, yang indah, karena

 Ketiga patahan yang dianalisis dalam makalah ini bersifat tersekat dengan derajat berbeda-beda, dimulai sesar F2 sebagai sesar dengan sekatan paling efektif,