• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme perdagangan yang lebih kondusif, agresif dan progresif. 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mekanisme perdagangan yang lebih kondusif, agresif dan progresif. 4"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Perdagangan internasional berkembang kearah perdagangan yang lebih bebas dan terbuka. Negara-negara secara bilateral, regional, maupun global mengadakan kerja sama dalam bentuk penurunan atau penghapusan sama sekali hambatan-hambatan perdagangan, tarif maupun nontarif untuk menciptakan suatu mekanisme perdagangan yang lebih kondusif, agresif dan progresif.4

Peran perdagangan yang meningkat dibarengi oleh pengurangan tarif secara umum, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang, sebagai akibat dari berbagai kebijakan otonom dan akibat dari babak-babak putaran perdagangan multilateral di bawah GATT (General Agreement on Tariff and Trade).5

Putaran Uruguay adalah yang paling berarti dari semua negosiasi dagang multilateral dalam 50 tahun belakangan ini. Putaran ini berhasil menciptakan organisasi internasional baru, yaitu WTO (World Trade Organization), yang bertanggung jawab atas pelaksanaan seperangkat perjanjian-perjanjian yang sudah mengalami perluasan yang sangat besar yang mengatur perdagangan internasional. Perjanjian-perjanjian ini dibangun berlandaskan GATT tahun 1947,

4 Ida Bagus Wyasa Putra, Aspek-Aspek Hukum Perdata Internasional Dalam Transaksi Bisnis Internasional (Bandung: PT. Refika Aditam, 2000), hlm. 3-4.

5

Martin Khor, Globalisasi : Perangkap Negara-Negara Selatan (Yogyakarta : Cinderalas Pustaka Rakyat Cerdas, 2001), hlm.11.

(2)

sebagaimana diubah dari tahun ke tahun.6 Hasil yang dicapai dari Putaran Uruguay pada pokoknya mengatur hal-hal sebagai berikut :7

1. Berhasil membentuk suatu organisasi perdagangan internasional dengan nama WTO (World Trade Organization).

2. Perluasan bidang pengaturan, sehingga disamping pengaturan perdagangan barang (trade in goods), juga diatur perdagangan jasa (trade in services), perlindungan hak milik intelektual (intellectual property rights) dan investasi (investment) dalam rangka perdagangan.

3. Penguatan mekanisme penyelesaian sengketa (dispute settlement mechanism). 4. Penyempurnaan beberapa peraturan GATT.

Pasar bebas untuk perdagangan mulai berlaku sejak tahun 2003 dengan dibentuknya AFTA (Asean Free Trade Area) dan tahun 2010 untuk negara-negara APEC (Asia Pasific Economic Cooperation) yang Indonesia juga turut di dalamnya dan secara keseluruhan negara-negara WTO pada tahun 2020.8 Perdagangan bebas dalam arti sebenarnya adalah arus barang dan jasa yang bebas melewati batas negara. Perdagangan ini tidak dihambat oleh campur tangan pemerintah, baik dalam bentuk tarif maupun hambatan-hambatan lainnya.9

Diberlakukannya perdagangan bebas, otomatis persaingan terbuka secara bebas dan ketat. Ada anggapan bahwa pasar dalam negeri akan semakin terbuka lebar terhadap barang-barang impor sehingga angka impor akan semakin besar

6

John W. Head, Pengantar Umum Hukum Ekonomi (Edisi Bahasa Indonesia dan

Inggiris) (Jakarta: ELIPS II, 2002), hlm. 85.

7 Rusli Padika, Sanksi Dagangan Unilateral di Bawah Sistem Hukum WTO

(Bandung : PT. Alumni, 2010), hlm. 61.

8

Syahmin AK, Hukum Dagang Internasional (Dalam Kerangka Studi Analitis) (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 15.

(3)

dan menjadi tidak terkendali dan akhirnya akan memukul dan menghancurkan produk-produk dalam negeri akibat tidak mampu bersaing dengan produk impor.10

Persetujuan-persetujuan WTO yang mengatur masalah-masalah perlindungan yang ditujukan terhadap perlindungan industri, yaitu Agreement on Implementation of Article VI (Persetujuan tentang Pelaksanaan Pasal VI Antidumping), Agreement on Subsidies and Countervailing Measures (Persetujuan tentang Subsidi dan Tindakan Imbalan), dan Agreement on Safeguards (Persetujuan tentang Tindakan Pengamanan) yang secara konkret mengatur masalah-masalah antidumping, subsidi, dan tindakan pengamanan. Ketiga instrumen pengamanan perdagangan ini dikenal dengan nama “Trade Remedies”. Ketiganya berperan penting untuk melindungi industri dalam negeri dari praktik-praktik kecurangan di bidang perdagangan sebagai konsekuensi dari perdagangan bebas.11

Tindakan safeguard adalah salah satu upaya untuk menghindari keadaan dimana anggota WTO menghadapi suatu dilema antara membiarkan pasar dalam negeri mereka menjadi sangat terganggu oleh barang impor atau menarik diri dari kesepakatan. Apabila pilihan kedua dipilih oleh banyak negara, berarti kesepakatan tersebut menjadi tidak efektif atau berkurang tingkat liberalisasinya. Oleh karena itu, Agreement on Safeguard memungkinkan untuk sementara waktu negara anggota yang mengalami dilema tersebut untuk menyimpang dari

10

Christhophorus Barutu, Ketentuan Antidumping, subsidi, dan Tindakan

Pengamanan (Safeguard) dalam GATT dan WTO (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,

2007), hlm. 31.

(4)

komitmen liberalisasi perdagangan.12 Safeguard adalah suatu instrumen untuk melindungi industri dalam negeri terhadap lonjakan impor yang dilakukan secara fair tetapi merugikan industri dalam negeri. Diadakan pengawasan yang ketat untuk penerapan tindakan safeguard.13

Berakhirnya perundingan Putaran Uruguay, Pemerintah Indonesia melakukan ratifikasi atas Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. Dengan meratifikasi Agreement Establishing the World Trade Organization, Indonesia secara sekaligus telah meratifikasi juga Agreement on Safeguard.

Konsekuensi dari diratifikasinya Agreement Establishing the World Trade Organization, Indonesia kemudian membuat ketentuan dasar tentang safeguard atau yang selanjutnya akan disebut sebagai tindakan pengamanan sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan Industri dalam Negeri Akibat Lonjakan Impor, Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 85/MPP/Kep/2/2003 tentang Tata Cara dan Persyaratan Permohonan Penyelidikan atas Pengamanan Industri dalam Negeri Akibat Lonjakan Impor, dan peraturan lainnya.

12

Ramziati, Pengamanan Perdagangan Dalam Negeri (Safeguard) Dalam Teori

dan Praktek (Medan : Pustaka Bangsa Press, 2007), hlm.3. 13Rusli Padika, Op.Cit., hlm.84-85.

(5)

Diperkenalkannya subtansi bidang-bidang perjanjian GATT/WTO, mengakibatkan negara anggota untuk membuat aturan-aturan perdagangan nasionalnya yang sesuai dengan subtansi perjanjian GATT/WTO. Sebagai bentuk komitmen negara Indonesia dalam mengikuti era perdagangan bebas, pemerintah akhirnya mengesahkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan sebagai bentuk dari harmonisasi hukum. Tujuan utama harmonisasi hukum hanya berupaya mencari keseragaman atau titik temu dari prinsip-prinsip yang bersifat fundamental dari berbagai sistem hukum yang ada (yang akan diharmonisasikan).14 Kebijakan safeguard atau tindakan pengamanan telah diakomodir di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan yang dimuat di dalam BAB IX tentang Perlindungan dan Pengamanan Perdagangan.

Berikut akan disediakan data-data terhadap negara yang paling sering menuduh safeguard dan produk yang telah dikenakan tindakan pengamanan perdagangan berupa Bea Masuk Tindakan Pengamanan (yang selanjutnya disebut BMTP) dan kuota serta yang telah diperpanjang di Indonesia.

Tabel 1. Negara yang Paling Banyak Menuduh Safeguard, 1995-2012

No. Negara Safeguards Pangsa (%) Rata-rata

Total 254 100,0 14,1 1 India 29 11,4 1,6 2 Indonesia 23 9,1 1,3 3 Turkey 17 6,7 0,9 4 Jordan 16 6,3 0,9 5 Chile 13 5,1 0,7 6 Ukraine 10 3,9 0,6 7 United States 10 3,9 0,6

14 Chia-Jui Cheng (ed), dalam Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional

(6)

No. Negara Safeguards Pangsa (%) Rata-rata

8 Czech Republic 9 3,5 0,5

9 Egypt 9 3,5 0,5

10 Philippines 9 3,5 0,5

Sumber: WTO (diolah)15

Berdasarkan data diatas selama periode 1995-2012, terdapat 254 kasus safeguard. yang dituduhkan oleh negara-negara anggota WTO. India merupakan negara yang paling banyak melakukan inisiasi penyelidikan safeguard terhadap kenaikan lonjakan impor, dengan jumlah total kasus sebanyak 29 kasus. Sementara Indonesia berada di peringkat 2 dengan inisiasi safeguard sebanyak 23 kasus, diikuti oleh Turki dengan 17 kasus. Terlihat bahwa negara-negara berkembang sangat aktif berupaya melindungi industri dalam negerinya dari serbuan barang-barang impor. Bahkan, negara maju seperti Amerika Serikat juga menggunakan instrumen safeguard dengan kasus yang diinisiasi sebanyak 10 kasus.16

Terdapat 254 kasus safeguard yang dituduhkan, tapi hanya sekitar 50% (121 kasus) yang benar-benar dapat dibuktikan dalah penyelidikan bahwa lonjakan impor mengakibatkan kerugian atau mengancam industri dalam negeri negara penuduh. Secara rata-rata, terdapat 7 kasus tindakan safeguard yang dikenakan oleh negara anggota WTO di seluruh dunia. India tetap merupakan negara yang paling banyak mengenakan tindakan safeguard dengan jumlah

15Lihat : www.wto.org yang data tersebut diolah oleh Kementerian Perdagangan

Republik Indonesia, yang dimuat dalam http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2015/02/ 02/analisis-kebijakan-pengamanan-1422851508.pdf (diakses pada tgl 12 Juni 2015 pukul 20.10).

16

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Analisis Kebijakan Pengamanan

Perdagangan Indonesia di Negara Tujuan Ekspor (Jakarta : Pusat Kebijakan

(7)

sebanyak 15 kasus, diikuti dengan Indonesia dan Turki yang masing-masing sebanyak 13 kasus.17

Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) mulai berdiri pada tahun 2003. Sejak adanya KPPI, Indonesia telah mengenakan tindakan pengamanan perdagangan berupa bea masuk tindakan pengamanan terhadap 14 produk, tindakan pengamanan perdagangan berupa kuota terhadap 1 produk dan tindakan pengamanan perdagangan yang diperpanjang terhadap 2 produk.18

Tabel 2. Produk yang Telah Dikenakan Tindakan Pengamanan Perdagangan Berupa Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP), 2003-2014

No. Nama Produk Tgl Mulai

Penyidikan Tgl Pengenaan

1. Dextrose Monohydrate 14 Mei 2008 12 September 2008

2. Paku 05 November 2008 22 Juli 2009

3. Kawat Bindrat 19 Januari 2010 04 Juni 2010

4. Kawat Seng 21 Januari 2010 16 Juli 2010

5. Tali Kawat Baja 30 April 2010 27 Agustus 2010 6. Terpal dari Serat Sintetik selain

Awning dan Kerai Matahari 22 Maret 2011 12 Juli 2011 7. Kawat Beronjong (Gabion) 22 Agustus2011 09 Agustus 2012 8. Tali Kawat Baja (Steel Wire

Roper) 05 Februari 2010 09 Juni 2010

9. Kain Tenunan dari Kapas 25 Juni 2010 12 Maret 2010 10. Benang Kapas Selain Benang

Jahit 25 Juni 2010 10 Januari 2011

11. Casing dan Tubing dari besi atau

baja 20 Januari 2012 13 Juni 2013

12. Baja Alumunium Lapis Seng 19 Desember 2012 10 April 2014 13. I dan H Section 12 Februari 2014 17 Oktober 2014 14. Keramik Tableware 19 Oktober 2004 04 Mei 2005 Sumber: KPPI (diolah)19

17Ibid., hlm 14-15.

18

www.kppi.kemendag.go.id (diakses pada tgl 12 Juni 2015 pukul 20.35).

19Lihat : http://kppi.kemendag.go.id/daftar_kasus/detail/1/5/1 (diakses pada tgl 12

(8)

Tabel 3. Produk yang Telah Dikenakan Tindakan Pengamanan Perdagangan Berupa Kuota , 2003-2014

No. Nama Produk Tgl Mulai

Penyidikan Tgl Pengenaan

1. Tepung Gandum 24 Agustus 2012 04 November 2013 Sumber: KPPI (diolah)20

Tabel 4. Produk yang Sudah Dikenakan Tindakan Pengamanan Perdagangan dan Diperpanjang, 2003-2014

No. Nama Produk Tgl Mulai

Penyidikan Tgl Pengenaan

1. Keramik Tablaware 05 Mei 2008 07 November 2008 2. Benang Kapas Selain Benang

Jahit Perpanjangan 15 Januari 2014 14 Maret 2014 Sumber: KPPI (diolah)21

Berdasarkan data-data diatas maka akan dibahas lebih lanjut tentang tindakan pengamanan perdagangan yang dikenakan pada industri keramik. Industri keramik terdiri dari ubin (tile), saniter, perangkat rumah tangga (tableware) dan genteng. Oleh karena itu, penelitian ini secara khusus akan mengkaji tindakan pengamanan perdagangan terhadap industri keramik tablaware. Dimana pada tahun 2006, Indonesia mengenakan tindakan pengamanan untuk produk keramik tableware. Pengenaan tindakan pengamanan diberlakukan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PMK.010/2006 tentang Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap Impor Produk Keramik Tableware, yang mulai belaku pada tanggal 4 Januari 2006 sampai 3 Januari 2009. Pemerintah memperpanjang pengenaan Tindakan Pengamanan

20

Lihat : http://kppi.kemendag.go.id/daftar_kasus/detail/2/5/2 (diakses pada tgl 12 Juni 2015 pukul 20.55).

21Lihat : http://kppi.kemendag.go.id/daftar_kasus/detail/2/5/3 (diakses pada tgl 12

(9)

dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 237/Pmk.011/2008 tentang Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap Impor Produk Keramik Tableware, yang mulai berlaku pada tanggal 4 Januari 2009 sampai 3 Januari 2012. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam untuk mengetahui ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang digunakan untuk dapat menerapkan tindakan pengamanan perdagangan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan pengkajian secara mendalam melalui sebuah penelitian (skripsi) dengan judul “Tindakan Pengamanan Perdagangan Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan.” Adapun rumusan masalah yang akan dibahas di dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaturan tindakan pengamanan perdagangan dalam perdagangan internasional ?

2. Bagaimanakah tindakan pengamanan perdagangan di Indonesia ?

3. Bagaimanakah ketentuan tindakan pengamanan perdagangan terhadap industri keramik di Indonesia ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan penulisan

(10)

a. Untuk mengetahui pengaturan yang digunakan terhadap tindakan pengamanan perdagangan dalam perdagangan internasional.

b. Untuk mengetahui tindakan pengamanan perdagangan di Indonesia.

c. Untuk mengetahui ketentuan tindakan pengamanan perdagangan terhadap industri keramik di Indonesia.

2. Manfaat penulisan

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini terdiri dari sebagai berikut: a. Manfaat teoritis

1) Penulisan ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum ekonomi, yang berkaitan dengan perdagangan internasional khususnya tentang kebijakan perlindungan dan pengamanan perdagangan.

2) Penulisan ini dapat menambah literatur mengenai tindakan pengamanan dalam perdagangan internasional dan dalam perdagangan di Indonesia.

b. Manfaat praktis

1) Penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi rekan mahasiswa dalam penulisan ilmiah lainnya yang berhubungan dengan Tindakan Pengamanan Perdagangan.

2) Penulisan skripsi ini sebagai pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(11)

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan di perpustakaan Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa skripsi yang berjudul: “Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan” belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Hasil pemeriksaan di perpustakaan Universitas Sumatra Utara juga ditemukan bahwa ada karya tulis yang memiliki kemiripan dengan skripsi ini, yaitu skripsi yang berjudul “Perlindungan Terhadap Industri dalam Negeri Melalui Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Ditinjau dari UU Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan” yang ditulis oleh mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang bernama Melissa Ayu Asima Silalahi yang membahas perlindungan terhadap industri dalam negeri melalui tindakan safeguard secara umum dan tesis yang ditulis oleh mahasiswi Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang bernama Ramziati dengan judul tesis “Eksistensi dan Harmonisasi Kebijakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Indonesia” membahas mengenai harmonisasi kebijakan pengamanan perdagangan dalam negeri di Indonesia dengan ketentuan WTO tentang Safeguard.

Penelitian yang dilakukan pada skripsi yang berjudul “Tindakan Pengamanan (Safeguard) Perdagangan Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan” secara khusus membahas tentang ketentuan pemberlakuan tindakan pengamanan perdagangan

(12)

terhadap industri keramik di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.

Penelitian skripsi ini berbeda dengan penelitianan skripsi dan tesis tersebut yang juga membahas tentang safeguard, karena terdapat perbedaan yang signifikan mengenai substansi pembahasan. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini merupakan hasil pemikiran sendiri tanpa ada meniru hasil karya orang lain yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan akademik.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Tindakan pengamanan perdagangan

Tindakan pengamanan (safeguard) adalah tindakan yang diambil pemerintah untuk memulihkan kerugian serius dan atau untuk mencegah ancaman kerugian serius dari industri dalam negeri sebagai akibat dari lonjakan impor barang sejenis atau barang yang secara langsung merupakan saingan hasil industri dalam negeri dengan tujuan agar industri dalam negeri yang mengalami kerugian serius dan atau ancaman kerugian serius tersebut dapat melakukan penyesuaian struktural.22

Agreement on Safeguard berlaku untuk keadaan peningkatan impor secara umum. Pada dasarnya berlaku untuk semua barang dikecualikan untuk tekstil yang diatur dalam Agreement on Textiles and Clothing (ATC), dan produk

22

Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 84 tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan Industri Dalam Negeri Dari Akibat Lonjakan Impor, Pasal 1 angka 1.

(13)

pertanian yang diatur dalam Agreement on Agriculture (AA), serta perdagangan jasa yang diatur dalam General Agreement on Trade in Services (GATS).23

Menurut Bismar Nasution tujuan dari diterapkannya tindakan pengamanan, adalah sebagai berikut :24

a. Untuk tujuan perbaikan daya saing industri dalam negeri.

b. Untuk mencegah terjadinya goncangan atau kejutan terhadap faktor-faktor produksi, terutama buruh atau tenaga kerja, dengan cara memperlambat tingkat konsentrasi/aktivitas di industri impor yang sensitif.

c. Sebagai alat keselamatan politis.

d. Sebagai aplikasi dari alat-alat mikro ekonomi terhadap tingkah laku sosial (social behavior).

Pengertiaan terkait dengan pembahasan mengenai tindakan pengamanan yang akan dipergunkan dalam penelitian ini, akan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :

a. Industri dalam negeri adalah keseluruhan produsen dalam negeri yang menghasilakan barang sejenis dengan barang terselidik dan atau barang yang secara langsung merupakan saingan barang terselidik, atau produsen yang secara kolektif menghasilkan bagian terbesar dari total produksi barang sejenis dalam negeri.25

23 Mahmul Siregar, Bahan Kuliah Transaksi Bisnis Internasional “Safeguard”

(Medan : 2009), hlm. 2.

24 Ramziati, Op.Cit., hlm.16. 25

Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 84 tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan Industri Dalam Negeri Dari Akibat Lonjakan Impor, Pasal 1 angka 4.

(14)

b. Barang sejenis adalah barang produksi dalam negeri yang identik atau sama dalam segala hal dengan barang impor atau barang yang memiliki karakteristik menyerupai barang yang diimpor.26

c. Barang terselidik adalah barang yang impornya mengalami lonjakan sehingga mengakibatkan kerugian serius atau ancaman kerugian serius industri dalam negeri.27

d. Barang yang secara langsung bersaing adalah barang produksi dalam negeri yang dalam penggunaannya dapat menggantikan barang yang diselidiki.28

e. Kerugian serius adalah kerugian menyeluruh yang signifikan yang diderita oleh industri dalam negeri.29

f. Ancaman kerugian serius adalah kerugian serius yang jelas akan terjadi dalam waktu dekat pada industri dalam negeri yang penetapannya didasarkan atas fakta-fakta, bukan didasarkan pada tuduhan, dugaan, atau perkiraan.30

26

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, Dan Tindakan Pengamanan Perdagangan, Pasal 1 Angka 10.

27

Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 84 tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan Industri Dalam Negeri Dari Akibat Lonjakan Impor, Pasal 1 angka 7.

28

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, Dan Tindakan Pengamanan Perdagangan, Pasal 1 Angka 11.

29

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, Dan Tindakan Pengamanan Perdagangan, Pasal 1 Angka 15.

30

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, Dan Tindakan Pengamanan Perdagangan, Pasal 1 Angka 16.

(15)

2. Industri keramik

Industri keramik merupakan salah satu industri dalam negeri yang menjadi unggulan di Indonesia dengan dukungan ketersediaan bahan baku yang melimpah. Prospek industri keramik nasional dalam jangka panjang cukup baik seiring dengan pertumbuhan pasar dalam negeri yang terus meningkat, terutama untuk jenis tile/ubin karena didukung oleh pertumbuhan pembangunan baik properti maupun perumahan.31

Industri keramik yang terdiri dari ubin (tile), saniter, perangkat rumah tangga (tableware), dan genteng telah memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung pembangunan nasional melalui penyediaan kebutuhan domestik, perolehan devisa dan penyerapan tenaga kerja.32

Proses produksi keramik impor dan lokal telah distandarkan dengan tingkat teknologi yang tidak mengalami perubahan signifikan dalam kurun waktu lebih dari satu dasa warsa terakhir. Alur proses produksi keramik adalah sebagai berikut :33

a. Bahan baku (tanah liat, pasir dan kaolin) dicampur dengan air dalam porsi yang tepat dalam mesin giling sehingga menjadi larutan (slip).

b. Larutan disaring dan selanjutnya di-press dengan mesin filter-press sehingga manjadi tanah kepingan (filter cake).

31

Mohamad S. Hidayat, “Sambutan Menteri Perindustrian Pada Acara Keramika” (Jakarta, 18 April 2013), hlm. 2.

32 ibid

.

33

PT. Lucky Indah Keramik, Petisi Tidak Rahasia Permohonan Untuk Memperpanjang Tindakan Pengamanan (Safeguard) Atas Produk Keramik Tableware,

(16)

c. Tanah kepingan yang telah didiamkan selama 3 hari di masukan kedalam mesin extruder (pugmil) sehingga menjadi tanah batangan (pugroll). d. Tanah batangan dipotong menjadi tanah lempengan (clay piece), lalu

dibentuk dengan mesin pembentuk (jigger) menjadi barang cetak (green ware) dalam bentuk yang beragam (piring, mangkok, cangkir).

e. Barang cetak lalu dibakar dalam tungku sehingga menjadi biscuit.

f. Bahan glasir ditambahkan pada permukaan biscuit sehingga menjadi glasir.

g. Biscuit glasir dibakar dalam tungku sehingga menjadi barang polos (white ware).

h. Barang polos didekorasi dengan decal atau dilukis, lalu dibakar dalam tungku sehingga menjadi barang jadi (finished product).

3. General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

General Agreement on Tariff and Trade (yang selanjutnya disebut GATT) dibentuk pada Oktober tahun 1947. GATT adalah suatu perjanjian multilateral dalam bidang perdagangan yang bertujuan untuk mengadakan perdagangan yang lebih bebas (free trade) dengan cara mengurangi hambatan-hambatan perdagangan internasional, baik hambatan tarif maupun nontarif.34

World Trade Organization (yang selanjutnya disebut WTO) dibentuk pada tahun 1994. WTO adalah suatu lembaga perdagangan multilateral yang permanen. Sebagai suatu organisasi permanen, peranan WTO akan lebih kuat daripada

(17)

GATT. Hal ini secara langsung tercermin dalam struktur organisasi dan sistem pengambilan keputusan.35 WTO membawa perubahan yang cukup penting bagi GATT, antara lain sebagai berikut : 36

a. WTO mengambil alih GATT dan menjadikannya salah satu lampiran aturan WTO.

b. Prinsip-prinsip GATT menjadi kerangka aturan bagi bidang-bidang baru dalam perjanjian WTO, khususnya Perjanjian mengenai Jasa (GATS), Penanaman Modal (TRIMs), dan juga dalam Perjanjian mengenai Perdagangan yang terkait dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual (TRIPS). Dibentuknya WTO sebagai suatu organisasi perdagangan multilateral, membuat peranannya akan lebih meningkat dari GATT, yaitu :37

a. Mengadministrasikan berbagai persetujuan yang dihasilkan Putaran Uruguay di bidang barang dan jasa, baik multilateral maupun plurilateral, serta mengawasi pelaksanaan komitmen akses pasar di bidang tarif maupun nontarif.

b. Mengawasi praktik-praktik perdagangan internasional dengan cara regular meninjau kebijaksanaan perdagangan negara anggotanya dan melalui prosedur nontifikasi.

c. Sebagai forum dalam menyelesaikan sengketa dan menyediakan mekanisme konsiliasi guna mengatur sengketa perdagangan yang timbul.

35Syahmin AK, Op.Cit., hlm.51. 36

Huala Adolf, Op.Cit., hlm 97.

(18)

d. Menyediakan bantuan teknis yang diperlukan bagi anggotanya termasuk bagi negara-negara berkembang dalam melaksanakan hasil Putaran Uruguay.

e. Sebagai forum bagi negara anggotanya untuk terus-menerus melakukan perundingan pertukaran konsesi di bidang perdagangan guna mengurangi hambatan perdagangan.

F. Metode Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian berupa : 1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum deskriptif yang bersifat normatif yakni penelitian yang dilakukan bersumberkan dari peraturan perundang undangan tertulis, teori hukum, dan pendapat para sarjana hukum yang berkaitan dengan skripsi.38 Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tindakan pengamanan perdagangan baik dalam hukum internasional maupun dalam hukum nasional Indonesia.

Penelitian dalam skripsi ini dilakukan dengan menginventarisir hukum positif yang berkaitan dengan hukum di bidang hukum perdagangan internasional khususnya yang berkaitan mengenai tindakan pengamanan perdagangan.

38

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu

(19)

2. Jenis data

Data yang dipergunakan berupa data sekunder. Adapun data sekunder yang dimaksudkan adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka, yang mencakup:

a. Bahan hukum primer, yaitu berbagai peraturan yang ada dalam dunia internasional mengenai tindakan pengamanan perdagangan yakni Article XIX GATT pada Tahun 1947 dan Agreement on Safeguard. Ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia yakni Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2011 tentang Tindakan Anti Dumping, Tindakan Imbalan, Tindakan Pengamanan Perdagangan dan peraturan-peraturan lainnya yang ada dalam pembahasan.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang berkaitan dengan bahan hukum primer yang dapat memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku, hasil seminar, jurnal hukum, karya ilmiah, artikel majalah maupun koran serta artikel-artikel yang di dapat di internet mengenai tindakan pengamanan perdagangan.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan atas bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, misalnya kamus dan ensiklopedia yang terkait dengan pembahasan penelitian ini. 3. Teknik pengumpulan data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan (library research). Studi Kepustakaan dilakukan

(20)

dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. Kemudian dipelajari dengan cara membaca, menafsirkan, membandingkan serta menterjemahkan dari berbagai sumber yang berhubungan dengan tindakan pengamanan perdagangan terhadap industri keramaik di Indonesia untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi ini.

4. Analisis data

Data yang diperoleh dari studi kepustakaan, dianalisis dengan metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu data penelitian diolah dan dianalisis berdasarkan kualitas dan kebenarannya lalu dideskripsikan dengan menggunakan kata-kata sehingga diperoleh bahasan atau paparan dalam bentuk kalimat yang sistematis dan dapat dimengerti yang kemudian dapat ditarik sebuah kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari V (lima) bab yang masing-masing bab memiliki sub-babnya tersendiri, yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I tentang pendahuluan. Bab ini memaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah yang akan dibahas, tujuan dan manfaat penulisan skripsi, mengenai keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

(21)

Bab II membahas tentang pengaturan tindakan pengamanan dalam perdagangan internasional. Bab ini menjelaskan tentang konsep perdagangan internasioanl secara umumnya dan pengaturan tindakan pengamanan perdagangan dalam GATT dan Agreement on Safeguard, serta membahas cara penyelesaian sengketa yang timbul akibat adanya tindakan pengamanan perdagangan.

Bab III membahas tentang tindakan pengamanan perdagangan di Indonesia. Bab ini menjelaskan tentang tindakan pengamanan perdagangan di indonesia dan pengenaan BMTP, serta membahas mengenai pemungutan dan pengembalian bea masuk dalam tindakan pengamanan.

Bab IV membahas tentang tindakan pengamanan perdagangan terhadap industri keramik di Indonesia. Bab ini menjelaskan tentang industri keramik sebagai salah satu sektor yang dikenakan tindakan pengamanan perdagangan, kemudian membahas mengenai tindakan pengamanan perdagangan terhadap industri keramik dan penegakan hukum tindakan pengamanan perdagangan di Indonesia

Bab V membahas tentang Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi kesimpulan yang diambil dari bab-bab sebelumnya yang telah diuraikan dan terdapat saran-saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam hal analisis hukum terhadap tindakan pengamanan yang terjadi dalam kegiatan perdagangan di Indonesia.

Gambar

Tabel 1. Negara yang Paling Banyak Menuduh Safeguard, 1995-2012  No.  Negara  Safeguards  Pangsa (%)  Rata-rata
Tabel 2. Produk yang Telah Dikenakan Tindakan Pengamanan Perdagangan  Berupa Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP), 2003-2014
Tabel 3. Produk yang Telah Dikenakan Tindakan Pengamanan Perdagangan  Berupa Kuota , 2003-2014

Referensi

Dokumen terkait

4) jarak bukaan (d1) dan lebar bukaan (d2) diatur sebagaimana dalam Tabel 5.3; jarak bukaan dimulai dari titik tengah lebar bukaan sampai titik tengah lebar bukaan berikutnya

biopsikososial harusnya digunakan dalam melakukan penanganan LBP kronis dan pemberian latihan pada pasien merupakan rekomendasi terbaik, akan tetapi pada prakteknya

Dan semakin menunjukkan bahwa dalam hal penangguhan upah, DiJjen Binawas KetenagakeJjaan lebih memihak kepada pengusaha, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya

Distribusi rata-rata frekuensi indeks DMF dapat dilihat pada Tabel 3, dimana dapat diketahui bahwa sebagian responden memiliki gigi yang mengalami kerusakan berat

Adalah pembiayaan untuk modal kerja ataupun investasi, menggunakan akad murabahah (jual beli), untuk pengusaha dengan lama usaha minimal 2 tahun, pembiayaan ini diberikan

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian penerapan media berbasis Aurora 3D Presentation dengan model pembelajaran mind mapping pada mata pelajaran

Menimbang, bahwa berdasarkan pemeriksaan setempat, Majelis Hakim berpendapat gambar lokasi tanah dalam surat ukur ketiga Sertipikat Hak Milik milik Penggugat tidak

Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan kelas oleh para dewan guru yang menjadi wali kelas dalam hal pengaturan tempat duduk siswa dapat dilihat dari denah