• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN UNTUK PENANAMAN KOMPETENSI INTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN UNTUK PENANAMAN KOMPETENSI INTI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)

365

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN UNTUK PENANAMAN

KOMPETENSI INTI

Elti L Gultom

email:tksantalusia08@gmail.com

Abstrak

Pendekatan saintifik merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yang menitikberatkan pada penggunaan metode ilmiah dalam kegiatan belajar mengajar pada anak usia dini melalui bermain. Hal ini didasari pada esensi pembelajaran yang sesungguhnya merupakan proses ilmiah yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik. Pendekatan ini diharapkan bisa membuat peserta didik berpikir ilmiah, logis, kritis dan objektif sesuai dengan fakta yang ada. Pendektan saintifik pada anak usia dini dalam proses belajar melalui bermain dirancang agar peserta didik secara aktif membangun kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilannya melalui tahapan yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi dan mengomunikasikan/net working dan bukan belajar sain. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan saintifik pada pembelajaran untuk penanaman konpetensi anak usia dini di PAUD. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang diarahkan kepada field research. Data-data ini dikumpulkan melalu wawancara, observasi dan dokumentasi serta dicoding menjadi catatan wawancara, catatan lapangan, catatan dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan model analisis interaksi. Data-data hasil penelitian diuji kembali keabsahannya dengan menggunakan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dilakukan melalui 5 tahap atau kegiatan meliputi (1) Mengamati (observing) menyajikan benda atau obyek nyata dari tema yang dibahas untuk diamati oleh anak menggunakan semua indrani; (2) Menanya (Questioning) memberikan kesempatan kepada anak untuk menanyakan hal-hal yang menarik rasa ingin tahu mereka menjadi topik yang menjadi pembahasan: (3) Mengumpulkan informasi (collecting) melakukan percobaan sederhana untuk membuktikan pernyataan yang diajukan oleh anak dan mengumpulkan informasi mengenai topik yang dibahas dari berbagai sumber; (4) Menalar yaitu mendiskusikan untuk membuat kesimpulan mengenai topik yang dibahas dan menggabungkan antara pengetahuan yang telah dimiliki anak dan pengetahuan yang baru diperoleh; (5) Mengkomunikasikan (comunicating) mengkomunikasikan pengetahuan yang diperoleh baik melalui bahasa, cerita dan juga hasil karya. Bentuk penanaman Kompetensi Inti yang ditanamkan di PAUD meliputi; (1) 1 Sikap Spritualitas ditanamkan melalui pembiasaan anak-anak sesuai dengan ajaran agama; (2) KI-2 Sikap Sosial ditanamkan melalui kegiatan pembiasaan sehari-hari yng dilakukan anak di sekolah sikap mandiri, disiplin, kerjasama, jujur, peduli, percaya diri, dan nilai-nilai kehidupan lainnya; (3) KI-3 Pengetahuan ditanamkan dengan mengajak anak-anak menemukan dan mencari sendiri pengetahuan melalui pembelajaran dan pendekatan saintifik; (4) KI-4 Keterampilan ditanamkan dengan cara memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan apa yang diketahui dan dipikirkan melalui keterampilan baik dengan bahasa maupun hasil karya kreatif anak pada masing-masing kelompok.

Kata kunci: Pendekatan Saintifik, Pembelajaran, Kompetensi Inti Anak Usia Dini. PENDAHULUAN

Pemerintah menaruh perhatian penting dalam proses pembelajaran sains di Indonesia. Rendahnya perhatian serta pemahaman masyarakat Indonesia terhadap sains perlu dikembangkan. Menurut Soemantri (2013) Rektor Universitas Indonesia (UI), hal tersebut dipicu oleh adanya praktik-praktik dalam masyarakat Indonesia yang kurang kondusif. Secara umum sains merupakan proses pengamatan, berpikir dan merefleksikan aksi dan kejadian atau peristiwa. Sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sains bukan hanya berupa faktafakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran sains berarti suatu bidang ilmu yang mempelajari setiap fenomena alam yang terjadi di lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan Alam (sains) pada hakikatnya dapat ditanamkan pada anak sejak usia dini (Jamaris, 2006: 74). Pengenalan sains penting untuk diterapkan sejak usia dini, karena dengan memberikan pengenalan sain pada anak dapat merangsang anak untuk berpikir kritis terhadap lingkungannya. Pengenalan sains juga berfungsi untuk menstimulus anak untuk meningkatkan rasa ingin tahu, minat dan pemecahan masalah, sehingga memunculkan pemikiran dari perbuatan seperti mengobservasi, berpikir dan mengkaitkan antar konsep dan peristiwa.

Menurut Yulianti (2008) mengungkapkan bahwa pembelajaran sains dengan pendekatan bermain sambil belajar dapat melatih kemampuan berpikir kritis dan kreatif anak. Melalui kegiatan bermain, anak mampu mengeksplorasi pengetahuannya dan mampu merangsang anak untuk berpikir memecahkan masalah. Karena anak usia dini pada dasarnya adalah seorang peneliti. Anak Usia Dini selalu mempertanyakan apa-apa saja yang dia lihat. Semua bentuk rasa keingintahuannya selalu dijawab dan dibuktikan, hal ini yang menjadi salah satu karakteristik Anak Usia Dini yaitu memiliki

(2)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)

366

rasa ingin tahu yang tinggi. Sehingga tidak heran jika pada Usia Dini mereka senang untuk mencoba hal-hal baru atau melakukan uji coba terhadap hal baru yang belum pernah mereka ketahui.

Anak-anak memiliki hak untuk mendapat yang terbaik, anak-anak harus diberi kesempatan untuk mendapatkan sendiri pengetahuannya melalui observasinya sendiri. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan hasrat untuk mengetahui yang tidak akan pernah terpuasakan melalui kelima inderanya. Tugas utama orang dewasa adalah membantu anak dalam ketidakberdayaannya melalui sosialisai nilai-nilai, kebiasaan dan norma-norma kehidupan sosial dan juga menempatkan anak-anak dalam usaha mengenali alam dan objek-objek alam. Oleh karena itu pada usia ini dibutuhkan dukungan dari orang-orang dewasa untuk bisa mengarahkan dan menstimulasi perkembangan anak serta membantu anak untuk menemukan informasi baru untuk memperkaya pengetahuhannya.

Awal kehidupan anak yang merupakan masa yang paling tepat dalam memberi dorongan atau pengembangan agar anak dapat berkembang secara optimal usia emas yang sering disebut pula dengan periode sensitif (sensitif periods) atau masa peka. Artinya selama masa ini anak secara khusus muda menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Montessori mengungkapkan mengenai tahap perkembangan anak pada awal perkembangannya mengalami masa penyerapan total (Absorbend mind) dan pengenalan sensoris panca indra. Selain itu menurut Elisabet B. Hurlock bahwa alasan pentingnya meletakkan dasar-dasar pengetahuan pada masa awal anak adalah karena faktor belajar dan pengalaman memainkan peran yang penting dalam perkembangannya sejajar denga jalur yang memungkinkan terjadinya pribadi dan sosial yang baik.

Masa peka atau masa keemasan ini merupakan masa dimana anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulus dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Pengenalan sains penting untuk diterapkan sejak usia dini, karena dengan memberikan pengenalan sain pada anak dapat merangsang anak untuk berpikir kritis terhadap lingkungannya. Pembelajaran sains juga berfungsi untuk menstimulus anak untuk meningkatkan rasa ingin tahu, minat dan pemecahan masalah, sehingga memunculkan pemikiran dari perbuatan seperti mengobservasi dan berpikir mengkaitkan antar konsep dan peristiwa. Pembelajaran sains penting diterapkan disetiap jenjang pendidikan untuk memberikan suatu pengenalan konsep kehidupan sehari-hari. Menurut Juwita, (2000:327), sains adalah produk dan proses. Sebagai produk, sains merupakan batang tubuh pengetahuan yang terorganisir dengan baik mengenai dunia fisik dan alami. Sebagai proses, sains merupakan kegiatan menelusuri, mengamati, dan melakukan percobaan. Kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan nilai- nilai karakter pada anak yaitu nilai sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum dan prinsip melalui tahapan – tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisa data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”( Hosnan, 2014: 34). Dalam pembelajaran saintifik diharapkan tercipta kondisi pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mencari tahu informasi dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

Penerapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran di pendidikan Anak Usia Dini juga mendukung penanaman kompetensi inti yang ada pada kurikulum 2013. Kompetensi Inti (KI) pada kurikulum 2013 pendidikan Anak Usia Dini merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai STPP (Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan) yang harus dimiliki peserta didik pada usia 6 tahun. Oleh karena itu Kompetensi Inti (KI) merupakan opreasionalisasi dari STPP dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki anak dengan berbagai kegitan pembelajaran melalui bermain yang dilakukan disatuan pendidikan anak dsia dini.

Kualitas tersebut berisi gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan kedalam kompetensi sikap spritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan. Oleh karena itu penerapan pendekatan saintifik dalam anak Usia Dini sangat mendukung penanaman dan pembentukan keempat kompetensi pada Anak Usia Dini. Pembelajaran tidak hanya menekankan kemampuan intelektual anak saja, melainkan pembelajaran menekankan pada pemahaman anak, pembiasaan anak dan kebebasan anak untuk mengembangkan keterampilannya. Penanaman Pendekatan Saintifik pada pembelajaran di PAUD diharapkan menjadi jawaban untuk mengubah paradigma pendidikan dari teacher center menjadi student senter.

Pola pikir yang menganggap bahwa guru sebagai satu-satunya sumber belajar harus segera ditinggalkan karena lingkungan dan ilmu pengetahuan serta teknologi sebagai kunci pembuka sumber belajar yang sangat luas. Oleh karena itu kelas bukanlah satu-satunya sumber belajar pada Anak Usia Dini. Belajar dilakukan dengan aktifitas aktif dimana anak melakukan banyak hal untuk mendapatkan pengalaman atau memperoleh informasi baru. Anak tidak lagi menjadi tokoh yang pasif yang hanya melakukan hal yang diperintahkan oleh pendidik dimana anak tidak diberi kesempatan untuk menuangkan ide mereka, melakukan percobaan dan berinteraksi dengan lingkungan.

Melihat begitu pentingnya penerapan Pendekatan Saintifik untuk Penanaman Kompetensi Inti anak usia dini sebagai aplikasi dari Kurikulum 2013. Maka peneliti memilih judul”Penerapan Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran untuk Penanaman Kompetensi Inti”

(3)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)

367

Rumusan Masalah

Berdasarkan pada penjelasan Latar Belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan-permasalahan berikut

1. Bagaimana Penerapan Pendekatan Saintifik di PAUD 2. Bagaimana Upaya menanamkan Kompetensi Inti di PAUD

3. Apakah Faktor Pendukung atau Penghambat dalam Penerapan Pendekatan Saintifik untuk Penanaman Kompetensi Inti di PAUD

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah 1. Mendeskripsikan penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran. 2. Mendeskripsikan tentang Kompetensi Anak Usia Dini.

3. Mendeskripsikan faktor pendukung dan pemhambat Penerapan Pendekatan Saintifik di TK Santa Lusia Sei Rotan.

Metode Penelitian Jenis Penelitian

Jenis Penelitan ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang diarahkan pada Field Research (Penelitian Lapangan). Mrnggambarkan penyajian laporan dengan data yang berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan dan dokumen resmi lainnya.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini diarahkan kepada pihak-pihak yang terkait dan kompeten dalam proses penyelenggaraan pendidikan di PAUD. Subyek penelitan yang dimaksud peneliti adalah sumber-sumber yang berhubungan dengan penelitian yaitu Kepala TK.

Tehnik Pengumpulan Data

1. Observation (Pengamatan)

Observasi yang dilakukan peneliti bertujuan untuk memperoleh serta memperluas informasi terkait dengan penerapan Pendekatan Saintifik di PAUD. Menerapkan tekhnik pengumpulan data ini peneliti secara langsung ke tempat penelitian dengan hanya mengamati tidak terlibat langsung dalam kegiatan. Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi partisifasi aktif.

2. Interviwe (Wawancara)

Peneliti menggunakan teknik teknik wawancara semi struktur dengan melakukan wawancara secara mendalam dikatakan semi struktur peneliti dapat mewawancarai nara sumber pada situasi yang lebih enjoy sehingga nara sumberpun dapat menuangkan ide-ide dan lebih terbuka dalam wawancara.

3. Dokumentation (Dokumentasi)

Metode dokumentasi dilakukan agar peneliti mendapat data-data penting terkait dengan penelitian ini data-data tersebut meliputi profil lembaga, sejarah perkembangan, kurikulum, pembelajaran, sarana dan prasarana, Administrasi dan para pelaku pendidikan di PAUD TK.

PEMBAHASAN

Kurikulum adalah jantung sebuah program pendidikan. Kurikulum juga sebagai strategi dan cara yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyadari betapa pentingnya kedudukan dan peran kurikulum untuk memberi arah pada program pendidikan dalam pembentukan kompetensi output pendidikan yang diharapkan. Kompetensi yang selaras dengan tuntutan zaman dimana anak menjalani kehidupannya.

Kurikulum 2013 mencakup pengembangan pada aspek struktur kurikulum, proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik, dan penilaian yang bersifat otentik. Kurikulum 2013 mengusung pengembangan pembelajaran konstruktivisme yang lebih bersifat fleksibel dalam pelaksanaan sehingga memberi ruang pada anak untuk mengembangkan potensi dan bakatnya. Model pendekatan kurikulum tersebut berlaku dan ditetapkan di seluruh tingkat serta jenjang pendidikan sejak Pendidikan Anak Usia Dini hingga Pendidikan Menengah. Keajegan model pendekatan disemua jenjang ditujukan untuk membentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang lebih konsisten sejak awal, sehingga diharapkan peserta didik mampu berkembang menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sikap beragama, kreatif, inovatif, dan berdaya saing dalam lingkup yang lebih luas.

Sebagai jenjang paling dasar, Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini diharapkan menjadi fundamen bagi penyiapan peserta didik agar lebih siap dalam memasuki jenjang pendidikan lebih tinggi. Menghantarkan anak usia dini yang siap melanjutkan pendidikan tidak hanya terbatas pada kemampuan anak membaca, menulis, dan berhitung, akan

(4)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)

368

tetapi dalam keselurun aspek perkembangan. Tanggung jawab ini harus dipikul bersama antara pemerintah, pengelola dan pendidikan PAUD, orang tua dan masyarakat.

Perkembangan ilmu dan teknolgi yang demikian cepat menjadikan persaingan sumber daya manusia demikian tajam makin mengukuhkan bahwa pendidikan di masa depan tidak hanya membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan semata, tetapi yang sangat penting adalah pengembangan karakter yang kuat, gigih, dan kreatif. Dalam pola pengembangan sumber daya manusia yang ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sangat jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang mengembangkan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan dengan komposisi yang berbeda. Semakin awal jenjang pendidikan tersebut semakin besar komposisi pengembangan kompetensi sikap.

Sebagai jenjang pendidikan yang paling dasar, Pendidikan Anak Usia Dini diharapkan menjadi fondasi kuat untuk membentuk sikap dan karakter peserta didik. Implementasinya dalam Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini pengembangan sikap bukan hanya sebagai dampak ikutan dari pengembangan pengetahuan dan keterampilan, melainkan komponen yang harus direncanakan secara lebih matang dan mendalam yang dilaksanakan secara terus menerus sehingga membentuk kebiasaan lebih lanjut menjadi perilaku yang akhirnya menjadi sikap dan karakter baik.

Pengembangan sikap memerlukan proses yang konsisten dalam jangka waktu lama. Namun demikian pelaksanaannya tetap disesuaikan dengan cara belajar anak usia dini yang dilaksanakan dengan melalui kegiatan menyenangkan dan bermakna. Hal terpenting dalam pengembangan sikap adalah keteladan dari tim guru yang menjadi model bagi anak didik. Tanpa hal penting ini pengembangan sikap baik akan menjadi sia-sia.

Kompetensi Inti (KI) pada kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini adalah tingkat kemampuan untuk mencapai STPP yang harus dimiliki peserta didik PAUD pada usia 6 tahun. Jadi Kompetensi merupakan operasionalisme dari STPP dalam bentuk kualitas yang dimiliki anak dengan berbagai kegiatan pembelajaran melalui bermain yang dilakukan di satuan PAUD. PAUD merupakan pendidikan yang paling fundamental karena perkembangan anak dimasa selanjutnya sangat ditentukan oleh berbagai stimulus bermakna yang diberikan sejak Usia Dini.

Pendidikan anak Usia Dini harus dipersiapkan secara terencna dan bersifat holistik agar dimasa emas perkembangan anak mendapatkan distimulasi yang utuh, sehingga mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan potensi tersebut adalah dengan program pendidikan yang terstruktur. Salah satu komponen untuk pendidikan yang terstruktur adalah kurikulum.

1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk Kompetensi Inti Sikap Spritual 2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk Komptensi Inti Sikap Sosial 3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk Kompetensi Inti Pengetahuan 4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk Kompetensi Inti Keterampilan

Dalam struktur kurikullum 2013 PAUD hasil belajar anak dituangkan ke dalam kompetensi inti Spritual, Sosial, Pengetahuan, dan Keterampilan. Proses pembelajaran ditujukan untuk mengembangakan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penanaman sikap dibangun melalui pembiasaan(habituasi) dan keteladanan (modeling). Pengembangan pengetahuan dan keterampilan dilakukan melalui pendekatan saintifik untuk menanamkan sikap akan dipandu dengan pedoman tersediri. Pembelajaran saintifik untuk anak Usia Dini adalah menumbuhkan minat, mengembangkan gagasan, kesempatan mengekspresikan kebebasan, imajinasi, dan kreatifitas anak, serta menguatkan perasan anak tentang sesuatu.

Pendekatan saintifik di PAUD perlu diimplementasikan karena akan :

 Mendorong anak agar memiliki kemampuan berpikir kritis, analitis, dan memiliki kemampuan memecahkan masalah.  Memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna kepada anak dengan mendorong anak melakukan kegiatan

mengamati,menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi,dan mengomunikasikan.  Mendorong anak mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi dan bukan hanya diberitahu.

Berdasarkan teori Dyer dalam buku Ridwan Abdullah Sani, dapat dikembangkan pendekatan saintifik (scientific approach) dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran antara lain:

1. Mengamati 2. Menanya

3. Mengumpulkan Informasi 4. Menalar/Mengasosiasi 5. Mengkomunikasikan

Dalam buku Materi Pelatihan Guru, Syarif memaparkan bahwa pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan menjadi lima pengalaman belajar, sebagai berikut

1. Mengamati

Mengamati dilakukan untuk mengetahui objek diantaranya dengan menggunakan indera seperti melihat, membaca buku, mendengar, menghidu, merasa, dan meraba. Mengamati berarti kegiatan menggunakan semua indera (penglihatan, pendengaran, penghiduan, peraba, dan pengecap) untuk mengenali suatu benda yang diamatinya. Semakin banyak indera yang digunakan dalam proses mengamati maka semakin banyak informasi yang diterima dan diproses dalam otak anak. Guru berperan sebagai pengamat dan pendukung/fasilitator bukan sebagai instruktur, (Permendikbud Nomor 81a,)

(5)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)

369 2. Menanya

Anak didorong untuk bertanya, baik tentang objek yang telah diamati maupun hal-hal lain yang ingin diketahui. Menanya merupakan proses berpikir yang didorong oleh minat keingintahuan anak tentang suatu benda atau kejadian. Pada dasarnya anak senang bertanya. Anak akan terus bertanya sampai rasa penasarannya terjawab. Seringkali orang tua dan guru mematahkan rasa keingintahuan anak dengan menganggap anak yang cerewet. Menanya sebagai proses menggali pengetahuan baru. Guru dapat membantu anak untuk menyusun pertanyaan yang ingin mereka ketahui.

3. Mengumpulkan Informasi

Mengumpulkan informasi dilakukan melalui beragam cara, misalnya: dengan melakukan, mencoba, mendiskusikan, membaca buku, menanya, dan menyimpulkan hasil dari berbagai sumber. Pembahasan

Proses Mengumpulkan Informasi Dalam Pembelajaran Saintifik PAUD. Kali ini akan dibahasa tentang bagaimana tahap mengumpulkan informasi dalam pembelajaran saintifik PAUD.

4. Menalar

Menalar merupakan kemampuan menghubungkan informasi yang sudah dimiliki dengan informasi yang baru diperoleh sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang suatu hal.

5. Mengomunikasikan

Merupakan kegiatan untuk menyampaikan hal-hal yang telah dipelajari dalam berbagai bentuk, misalnya melalui cerita, gerakan, dan dengan menunjukkan hasil karya berupa gambar, berbagai bentuk dari adonan, boneka dari bubur kertas, kriya dari bahan daur ulang, dan hasil anyaman.

Mengomunikasikan adalah proses penguatan pengetahuan/keterampilan baru yang didapatkan anak. Mengomunikasikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya bahasa lisan, gerakan, hasil karya. Memberi anak kesempatan mengomunikasikan pengetahuan baru melalui beragam cara, misalnya: Cerita, Gambar/lukisan, Grafik, Kolase, Coretan, Puisi/lagu, Konstruksi bangunan, Tulisan.

KESIMPULAN

1. Penerapan pendekatan Saintifik dipendidikan anak Usia Dini di PAUD dilakukan melalu 5 kegiatan yaitu:

a. Mengamati

Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengamati dengan menggunakan semua indera (penglihatan, pendengaran, penghiduan, peraba, dan pengecap) untuk mengenali suatu benda yang diamatinya. Semakin banyak indera yang digunakan dalam proses mengamati maka semakin banyak informasi yang diterima dan diproses dalam otak anak. Guru berperan sebagai pengamat dan pendukung/fasilitator bukan sebagai instruktur.

b. Menanya

Memberi kesempatan kepada semua anak untuk bertanya, baik tentang objek yang telah diamati maupun hal-hal lain yang ingin diketahui.

c. MengumpulkanInformasi

Memberi kesempatan kepada anak untuk mengumpulkan informasi yang dilakukan melalui beragam cara, misalnya: dengan melakukan mencoba, mendiskusikan, membaca buku, menanya, dan menyimpulkan hasil dari berbagai sumber, sesuai dengan tema pembelajaran.

d. Menalar

Menalar (mengasosiasi), memberi kesempatan kepada anak untuk menghubungkan informasi yang sudah dimiliki dengan informasi yang baru diperoleh sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang suatu hal.

e. Mengomunikasikan

Memberi kesempatan kepada anak mengkomunikasikan proses penguatan pengetahuan/keterampilan baru yang didapatkan anak. Memberi kesempatan mengomunikasikan pengetahuan baru melalui beragam cara, misalnya: Cerita, Gambar/lukisan, Grafik, Kolase, Coretan, Puisi/lagu, Konstruksi bangunan, Tulisan. 2. Penanaman Kompetensi Inti yang di tanamkan di PAUD meliputi

a. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk Kompetensi Inti Sikap Spritual b. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk Komptensi Inti Sikap Sosial c. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk Kompetensi Inti Pengetahuan d. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk Kompetensi Inti Keterampilan

3. Faktor pendukung atau penghambat dan Cara Mengatasi Hambatan

Faktor pendukung dari penerapam pendekatan saintifik adalah kerjasama, pendidik, lokasi strategi, dan dukungan yayasan, orangtua dan masyarakat. Sedangkan faktor penhambatnya adalah minimnya referensi

(6)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)

370

berkaitan dengan pendekatan saintifik PAUD. Cara mengatasi hambatan yang ada dengan memberikan seminar dan pelatihan bagi pendidik PAUD tentang Pendekatan Saintifik untuk penanaman kompetensi.

REFERENSI

Dirjen PAUDNI, 2014, Pedoman Pengenalan Kurikulum 2013 PAUD Jakarta, Moleong, Lezy. J, 2002, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Rosdakarya. Permendikbud Nomor 81a, tahun 2013

Ridwan Addullah Sani, 2014, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta, Bumi Aksara. Soemantri. 2013. Rektor Universitas Indonesia (UI)

Referensi

Dokumen terkait

Kebersihan gigi dan mulut pada anak berkebutuhan khusus lebih rendah dibandingkan dengan anak yang normal dikarenakan kurangnya pengetahuan serta kemampuan tentang

Pada usia 30 tahun sering terjadi sklerosis pembuluh darah arteri kec il dan arteriole mio metriu m d i bagian fundus uteri, menyebabkan aliran darah ke

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji mengenai apakah kemampuan menulis Bahasa Inggris para siswa kelas 8 E MTsN 6 Sleman benar- benar rendah, dan bagaimana penerapan

Bakti sosial akan diadakan dengan cara membagikan sembako serta nasi bungkus kepada orang yang tidak mampu di sekitar kampus UGM.. Kegiatan diawali dengan berkunjung ke salah

Berdasarkan Penetapan Pemenang Nomor: /ULP/PRC‐KSG.LU/IV/ tanggal April dan Pengumuman Pemenang Nomor: /ULP/PRC‐KSG.LU/ IV/ tanggal April maka dengan ini kami

Laporan Tugas Akhir Prarencana Pabrik Minyak Goreng dari Biji

Selain itu penentuan sah tidaknya penetapan tersangka sebagai objek praperadilan dalam tindak pidana korupsi dari perspektif hak tersangka sudah tepat karena selama ini

Usulan Teknis dinyatakan memenuhi syarat (lulus) apabila mendapat nilai minimal 70 (tujuh puluh), peserta yang dinyatakan lulus akan dilanjutkan pada proses penilaian penawaran