• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan dunia semakin luas, begitu pula Indonesia. Penanganan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan dunia semakin luas, begitu pula Indonesia. Penanganan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penggunaan dan peredaran gelap narkoba merupakan ancaman yang sangat serius bagi kelangsungan hidup generasi muda, bahkan terhadap bangsa dan Negara. Seiring berjalannya waktu penggunaan narkoba di berbagai belahan dunia semakin luas, begitu pula Indonesia . Penanganan penggunaan narkoba di berbagai daerah ibarat fenomena gunung es, yang terlihat hanya yang muncul saja, namun sesungguhnya keadaan yang berada di bawah permukaan jauh lebih banyak dan lebih besar (Iswanti, Suhartini, Supriyadi, 2007 : 35).

Narkoba (Narkotika, psikotropika, dan obat berbahaya) pada dasarnya sejak lama telah digunakan oleh umat manusia. Banyak jenis narkotika dan psikotropika memberi manfaat besar bila digunakan dengan baik dan benar. Dalam bidang kedokteran narkotika dan psikotropika dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan mengakhiri penderitaan (Setyawan, 2012 : 113). Hal ini menandakan, narkoba tidak selalu memberikan dampak buruk, timbulnya permasalahan yaitu narkoba disalahgunakan dan digunakan secara berlebihan. Dampak bagi penggunakan narkoba yaitu dapat menyebabkan seseorang menjadi ketagihan terhadap narkoba secara terus menerus, sedangkan ketika digunakan jika berlebihan dapat menyebabkan overdosis dan kematian (Wasis & irianto, 2008 : 22).

Narkoba dalam UU No.22 / 1997 adalah Tanaman Papever, Opium mentah, Ekogonina, Tanaman Ganja, Damar Ganja, Garam-garam atau

(2)

2 turunanya daro morfina dan kokaina. Sehingga dapat disimpulkan Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menenagkan syaraf, mengakibatkan ketidaksadaran, atau pembiusan, menghilangkan rasa nyeri dan sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau merangsang, dapat menimpulkan efek stupor, dapat menimbulkan adiksi atau kecanduan, dan yang ditetapkan oleh menteri kesehatan sebagai narkotika (Mardani, 2008 : 18).

Kabupaten Blitar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur Indonesia, fakta menunjukkan bahwa angka prevalensi korban penggunaan narkoba di Kabupaten Blitar setiap tahun semakin meningkat. Kabupaten Blitar terbagi menjadi sembilan kecamatan salah satunya Kecamatan Wlingi yang memiliki potensi penggunaan narkoba yang cukup banyak, bahkan penggunaan narkoba sudah menyerang para pelajar, pegawai swasta, wiraswasta, buruh dan juga pengangguran. Dan jeni-jenis yang dipakai pelaku/pengguna antara lain Narkotika Golongan 1 antara lain : Ganja, Heroin, Shabu-Shabu, Pil Dobel L. Di Kabupaten Blitar setiap tahun semakin meningkat penggunaan narkoba tersebut, pada tahun 2016 terdapat 10% pengguna, dan meningkat pada tahun 2017 sebesar 22% pengguna, sedangkan pada tahun 2018 menjadi 20% dan data tersebut sesuai dengan data yang pernah di rehabilitasi lewat BNN Kabupaten Blitar.

Masalah yang sering muncul yaitu penggunaan dan peredaran gelap narkoba di banyak negara sudah menjadi persoalan yang krusial, sejarah penggunaan narkoba di dunia menunjukan peningkatan tajam dari waktu ke waktu dimanapun diseluruh dunia. Menurut statistik, narkoba sudah merebak ke-200 lebih Negara di dunia, nilai perdagangan narkoba dunia setiap

(3)

3 tahunnya mencapai 800 miliar sampai triliun dollar amerika dan kelompok pecandu narkoba cenderung masih berusia muda (remaja). Dalam penggunaan narkoba yang semakin meningkat, maka perlu adanya upaya intensif dari pemerintah untuk mencegah penggunaan narkoba yang beredar. Maka, lahirlah sebuah instansi pemerintah yang menangani permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba yaitu BNN (Badan Narkotika Nasional).

Hadirnya BNN ditengah-tengah masyarakat yang kini dalam kondisi darurat narkoba membentuk sebuah jaringan yang didirikan di setiap provinsi maupun wilayah kota maupun kabupaten yang ada di Indonesia. Upaya pendirian BNN disetiap provinsi, kota dan juga kabupaten mengingat bahwa kejahatan penggunaan narkoba secara cepat menjalar hingga ke pelosok-pelosok kabupaten dan kota. Hal ini terjadi pada berbagai strata masyarakat, dapat dikatakan tidak ada daerah (kelurahan bahkan RT/RW) yang bebas narkoba. Angka kejadian atau jumlah kasus meningkat secara cepat dalam deret ukur.

Berkembangnya penggunaan dan peredaran gelap narkoba yang sangat mengkhawatirkan mendorong pemerintah melakukan berbagai upaya dalam rangka menanggulangi pencegahan penggunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia.Penanggulangan permasalahan penggunaan dan peredaran gelap narkoba dilakukan dengan memperkuat kelembagaan Badan Narkotika Nasional sebagaimana yang diatur dalam undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika. Penguatan pelembagaan dimaksut adalah pengembangan kelembagaan Badan Narkotika Nasional menjadi instansi

(4)

4 vertical sampai dengan tingkat kota/kabupaten dengan program pencegahan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) (BNN, 2013).

Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa seperti itu sering terjadi ketidak stabilan baik itu emosi maupun kejiwaan. Karena pada masa transisi ini juga remaja sedang mencari jati diri, namun sering kali dalam pencarian jati diri ini remaja cenderung salah dalam bergaul sehingga banyak melakukan hal-hal yang menyimpang dari norma yang berlaku di masyarakat. Seperti perkelahian dan minum-minuman keras, pencurian, perampokan, perusakan/pembakaran, seks bebas bahkan narkoba. Tumbuh kembang remaja pada zaman sekarang sudah tidak bisa lagi dibanggakan, perilaku kenakalan remaja saat ini sulit diatasi. Remaja yang seharusnya bisa menjadi penerus bangsa kini tidak bisa lagi menjadi jaminan untuk kemajuan Bangsa dan Negara.

Pelaksanaan sosialisasi bahaya narkoba bagi masyarakat ini adalah memberikan informasi yang akurat tentang bahaya penggunaan narkoba dan dampak yang ditimbulkan hingga mengganggu keamanan dan kesehatan. Melalui hal tersebut diharapkan para masyarakat khususnya ibu-ibu, bapak-bapak para orangtua sadar bahwa penggunaan narkoba dapat mengganggu aktivitas belajar anak mereka dan menghancurkan generasi bangsa, sehingga dapat mencegah anak mereka karena menyalahgunakan narkoba. Serta memberikan pengertian pengguna narkoba dapat dikenali melalui ciri-ciri kesehatan fisik menurun, penampilan diri menurun, badan kurus, lemas dan malas, pupil mengecil, suhu badan tidak beraturan, mata memerah, tekanan

(5)

5 darah menurun, kejang otot, kesadaran semakin lama semakin menurun, serta bersikap kasar. Dengan adanya hal tersebut para orang tua bisa mengenali anak mereka menggunakan Narkoba mulai dari hal terkecilpun.

Penggunaan Narkoba merupakan masalah yang kompleks yang pada intinya disebabkan oleh interaksi dari faktor individu dan kondisi sosial budaya yang mendukung penyalahguna di lingkungan seperti keluarga, sekolah dan masyarakat itu sendiri. masyarakat mungkin rentan atau resisten terhadap penggunaan narkoba tergantung pada keberadaan dan gradasi faktor resiko utama yaitu sikap masyarakat termasuk norma-norma, peraturan dan hukum mengenai narkoba, tingkat disorganisasi sosial, kualitas keluarga kehidupandan sikap dari lembaga-lembaga sosial utama, seperti : sekolah, tempat kerja dan masyarakat itu sendiri terhadap penyalahgunaan narkoba.

Perilaku muncul dari sebuah proses yang berkelanjutan berawal dari persepsi individu, internalisasi konsep, sampai pada perilaku yang terlihat, perilaku merupakan hasil belajar dari pengalaman. Keluarga sangat mempunyai pengaruh paling tinggi jika dibandingkan dengan teman sebaya dan media, peningkatan masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba disebabkan karena depresi dan juga disebabkan keputusan sesorang dalam menghadapi suatu masalah yang rumit dan orang tersebut tidak dapat menyelesaikannya sehingga memilih untuk lari ke narkoba. Penggunaan dan peredaran narkoba juga bisa disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan ataupun pemahaman masyarakat terkait bahaya yang ditimbulkan oleh masalah narkoba.

(6)

6 Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap narkoba adalah dengan mengikuti rehabilitasi narkoba, akan tetapi rehabilitasi memiliki proses yang cukup panjang dan tidak mudah dilalui. BNN (2013) menjelaskan terdapat empat fase dalam proses rehabilitasi, yaitu fase detoksifikasi, fase entry unit, fase primary, dan fase Re-Entry. Dimulai dengan pelepasan dari zat-zat narkotika atau disebut fase detoksifikasi, fase ini menggunakan terapi medis pecandu akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh oleh dokter ahli dan fase ini berlangsung selama satu bulan akan sangat sulit dilalui pasien karena pasien akan sering mengalami sakau yang sangat menyakitkan bagi tubuh mereka, selain itu pasien akan berada di ruangan khusus yang terisolasi, dimana hubungan pasien dengan dunia diluar ruangan khusus yang terisolasi dimana hubungan pasien dengan dunia diluar ruangan tersebut akan terputus dan pasien tidak boleh dikunjungi oleh siapapun termasuk keluarganya. Setelah selesai menjalani detoksifikasi maka akan lanjut ke fase entry unit yang merupakan fase “istirahat” dimana pasien akan memulihkan keadaan fisiknya dan setelah itu melanjutkan ke program primary fase dengan melakukan terapi psikososial selama enam bulan. Fase primary ini merupakan salah satu tahapan dalam terapi untuk memiliki stabilitas fisik dan emosi selain itu pasien juga diberikan motivasi untuk melanjutkan ketahap selanjutnya, terakhir adalah fase Re-Entry dalam fase ini pasien memantapkan keadaan psikologis dalam dirinya, mendayagunakan nalarnya, menggali dan mengembangkan keterampilan. Setelah menyelesaikan tahapan ini barulah

(7)

7 pasien dapat dinyatakan bebas dari rehabilitasi dan dapat kembali ke keluarga mereka (Dara, 2013 : 30).

Dari proses rehabilitasi tersebut dapat diketahui bahwa proses tersebut sangat sulit untuk dilalui dan membuat seseorang merasa tertekan, sehingga sering kali banyak masalah yang muncul dalam rehabilitasi diantaranya adalah sering kali ditemui pasien yang melarikan diri karena tidak tahan menjalani proses rehabilitasi. Selain melarikan diri, masalah yang muncul adalah masih adanya pasien rehabilitasi yang mengalami relaps (kambuh), bukan hanya pasien yang masih menjalani rehabilitasi saja yang mengalami relaps namun pasien yang telah diizinkan pulang dan dinyatakan sembuh pun masih ada yang kembali menggunakan narkoba. Bahkan adapula pecandu narkoba yang sama sekali tidak bisa lepas dari narkoba bahkan sampai akhir hayatnya.Meskipun terlepas dari ketergantungan terhadap narkoba adalah hal yang sulit untuk dijalani tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dapat sembuh dari ketergantungan tersebut, tidak sedikit yang dapat bangkit dari keterpurukan sebagai pengguna narkoba. Selain mereka sembuh dari ketergantungan narkoba mereka pun dapat menjalani hidup mereka seperti sediakala bahkan lebih baik lagi. (Nurgraha, 2012 : 121).

Dalam upaya melepaskan diri dari ketergantungan terhadap narkoba dan dapat melanjutkan kembali kehidupan maka dibutuhkan suatu kemampuan untuk dapat bertahan dalam keadaan yang sulit tersebut, kemampuan untuk bertahan dalam keadaan yang menyulitkan seperti itu disebut dengan resiliensi. Resiliensi sendiri adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk kembali bangkit dari keterpurukan dan keadaan yang mudah

(8)

8 terserang atau kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, mantan pengguna narkoba harus resiliensi untuk dapat mempertahankan diri mereka agar tidak kambuh, serta dapat membangun kembali kehidupan mereka dan menjadi lebih baik.

Akan tetapi, sebagian besar mantan pengguna narkoba memiliki perasaan bersalah, tidak berguna, dan mudah tersinggung sehingga mengakibatkan pengguna tidak memiliki kesejahteraan sosioemosional. Perasaan-perasaan tersebut pun masih sering muncul pada mantan pengguna narkoba hal tersebut membuat mantan pengguna narkoba memiliki keinginan untuk kembali menggunakan narkoba, agar mantan pecandu narkoba tidak kambuh lagi, maka mereka harus mengatur dirinya sehingga perasaan yang tidak menyenangkan tidak lagi muncul.

Selain itu yang dapat mempengaruhi baik atau buruknya seseorang yaitu dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan suatu fenomena yang bisa dikatakan menarik dalam lingkup ilmu psikologi karena secara potensial dapat membantu memahami hubungan antar individu dengan lingkungan sosialnya. Hubungan ini melibatkan berbagai aspek dukungan yang diterima dari orang lain atau lingkungan sosial lebih luas, dengan demikian secara umum dukungan sosial dianggap sebagai suatu yang menguntungkan baik langsung atau tidak langsung, dukungan sosial yang diterima mempengaruhi perasaan seseorang sehingga mereka tidak merasa sendirian.

Dukungan sosial menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dalam bermasyarakat karena sejatinya manusia tidak lepas dari

(9)

9 manusia lainnya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup mereka, adanya dukungan sosial dalam kehidupan seseorang dapat memberikan pengaruh yang sangat positif baik pengaruh untuk kesehatanmaupun kondisi psikologis seseorang. Misalnya saja dalam kondisi stress adanya dukungan sosial yang baik maka orang itu dapat lebih cepat keluar dari zona stress yang dihadapi. Secara psikologis dukungan sosial menimbulkan perasaan dihargai, diterima, diperhatikan dan dicintai. Dukungan sosial ini akan memotivasi seseorang untuk berperilaku positif, bersemangat untuk menjalani hidup. Seseorang akan lebih dapat berkembang dan menjalani kehidupannya dengan baik (Rembulan, 2015 : 46).

Salah satu sumber dukungan sosial yaitu meliputi keluarga yang mana merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan diri individu, kebutuhan fisik dan psikologis mula-mula terpenuhi dari lingkungan keluarga. Karena keluarga merupakan lingkungan terdekat, keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu keluarga inti (nuclear family), dimana keluarga merupakan sumber dukungan sosial karena dalam hubungan ini yang saling mempercayai satu dengan yang lain. Individu sebagai anggota keluarga yang akan menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan, tempat bercerita, tempat bercakap, tempat bertanya dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana individu sedang mengalami pemulihan.

Sayangnya, saat ini dapat dilihat bahwa mantan pengguna narkoba sangat jarang mendapatkan dukungan sosial dari masyarakat bahkan orang-orang terdekat mereka, banyak dari mereka yang tidak mendapat dukungan bahkan malah diasingkan dan diusir dari keluarganya. Hal ini terjadi karena adanya

(10)

10 stigma sosial yang menyatakan bahwa mantan pengguna narkoba adalah sampah masyarakat yang hanya menyusahkan dan tidak dapat dianddalkan. Padahal setelah terbebas dari penggunaan terhadap narkoba mantan pengguna narkoba membutuhkan banyak dukungan yang diberikan oleh orang-orang terdekat dan masyarakat agar mantan pengguna merasa dihargai, disayangi, ditolong, dan diterima dilingkungan masyarakat sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan mereka kembali dan terhindar dari kecenderungan untuk kembali menggunakan narkoba (Gede, Tience, 2015 : 114).

Pencegahan bisa dilakukan sejak di lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang masing-masing jadi mungkin tidak diperlukan pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba berbasis penegakan hukum. Tetapi yang paling penting atau utama bagaimana kita membuat satu kondisi dimana dalam masyarakat itu mereka benar-benar menjadi benteng terhadap dirinya sendiri, keluarganya dan lingkungannya, artinya mencegah mereka jangan sampai menggunakan narkoba atau tidak mengalami relaps dan dapat kembali ke lingkungan masyarakat. Pentingnya para relawan anti narkoba juga bisa mengoptimalkan peran keluarga dan lingkungan dalam mencegah penyalahgunaan narkoba.

Bahwa sesuai dengan latar belakang tersebut, maka peneliti memutuskan untuk mengangkat tentang “KONTROL SOSIAL PADA KELUARGA PENGGUNA NARKOBA”.

1.2 Rumusan Masalah

(11)

11 Bagaimana Kontrol Sosial Keluarga Pada Mantan Pengguna Narkoba?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui bagaimana Kontrol Sosial Keluarga Pada Mantan Pengguna Narkoba”.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan serta bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dalam ranah Sosiologi mengenai implementasi kontrol sosial pada keluarga pengguna narkoba pada mahasiswa/masyrakat di Kota/Kabupaten khususnya dalam mengkaji teori dari Roucek mengenai Teori Kontrol Sosial.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang akan didapat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat untuk Mahasiswa

a) Mahasiswa dapat mengetahui upaya Badan Narkotika Nasional dalam penanganan narkoba serta pencegahan dan pemberdayaan di dalam lingkungan masyarakat ataupun dilingkungan mahasiswa.

(12)

12 b) Mahasiswa mendapatkan wacana dan perkembangan ilmu pengetahuan baru mengenai kontrol sosial keluarga pada mantan pengguna narkoba yang nantinya dapat dikembangkan dalam lingkungan sosial mahasiswa untuk mencegah bahaya penggunaan narkoba.

c) Mahasiswa dapat memberikan sumbangsih pemikiran untuk lebih memahami dampak akibat terjerumus terlalu dalam akibat penggunaan narkoba.

d) Mahasiswa dapat terbantu dalam tambahan pemasukan materi perkuliahan tentang implementasi kontrol sosial pada keluarga mantan pengguna narkoba.

2. Manfaat untuk Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang

a) Sebagai literature dan referensi untuk mahasiswa dalam melakukan penelitian mengenai implementasi kontrol sosial keluarga pada mantan pengguna narkoba.

3. Manfaat untuk Masyarakat

a) Memberikan wawasan kepada masyarakat dan juga kepada keluarga pasien mantan pengguna narkoba dalam memberikan dukungan sosial dan pembinaan, agar mereka terbebas dari narkoba, tidak relaps dan juga dapat melanjutkan kehidupannya kembali.

(13)

13 b) Memberikan gambaran terhadap masyarakat untuk memecahkan masalah dari suatu permasalahan yang sedang dihadapi terutama masalah narkoba.

c) Meningkatkan kerjasama antara BNN dengan masyarakat untuk membasmi masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

d) Hasil penelitian bisa digunakan sebagai rekomendasi dalam program ataupun kebijkan yang diaplikasikan terhadap masyarakat.

1.5 Definisi Konsep

Definisi konsep bisa dikatakan sebagai definisi untuk menggambarkan suatu konsep dan penggunaan konsep-konsep lain dan juga mendefinisikan suatu konstruk dengan menggunakan konstruk-konstruk yang lain.

1.5.1 Kontrol Sosial

Kontrol sosial (social control) merupakan sebuah teknik dan strategi yang mencegah perilaku manusia untuk menyimpang dalam masyarakat, kontrol sosial terjadi dimanapun contohnya : keluarga, sekolah, masyarakat. kebanyakan orang yang melanggar norma-norma sosial yang ada akan diberi sanksi atau hukuman dan penghargaan melakukan sesuatu yang terkait dengan norma sosial. Teknik kontrol sosial beroperasi ditingkat kelompok dan tingkat masyarakat, orang yang kita anggap sebagai teman sebaya atau setara memengaruhi kita untuk bertindak dengan cara tertentu yang sama adalah benar dari orang yang memegang otoritas atas kita atau

(14)

14 menempati posisi yang mnajubkan membuat pembedaan yang bermanfaat antara dua tingkat kontrol sosial tersebut (Richardo, 2016 : 31).

1.5.2 Keluarga

Keluarga merupakan lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang, di masyarakat mana pun di dunia, keluarga merupakan kebutuhan manusia yang Universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu (Narwoto & Suyanto, 2004 : 45).

1.5.3 Mantan Pengguna Narkoba

Mantan pengguna narkoba adalah orang-orang yang Menurut kamus bahasa Indonesia istilah “Pengguna” adalah orang yang menggunakan, bila dikaitkan dengan pengertian narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Narkotika maka dapat dikaitkan bahwa pengguna narkotika adalah yang menggunakan zat atau obat yang berasal dari tanaman, baik sintesis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang narkotika (Maryatul, 2015 : 57). 1.6 Metode Penelitian

Metode dapat diartikan cara untuk mencapai suatu maksud yang di inginkan, metodelogi penelitian mengandung berbagai pengertian mengenai

(15)

15 penjelasan-penjelasan tentang alas an penggunaan dan cara penelitian yang telat dipilih.

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian tentang “Kontrol Sosial Keluarga Pada Mantan Pengguna Narkoba” yaitu menggunakan pendekatan kualitatif, dimana pendekatan ini cenderuh mengarah penelitian secara desriptif. Dasar dari penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaksi dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu (Sugiyono, 2015 : 76). Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif (Saryono, 2010 : 1).

Pada penelitian yang berjudul “Kontrol Sosial Keluarga PadaMantan Pengguna Narkoba” peneliti berusaha untuk menjelaskan dan menggambarkan permasalahan atau fenomena masyarakat dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti akan mengulas secara mendalam dan menyeluruh tentang terkaitnya kontrol sosial pada pengguna narkoba di Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar.

1.6.2 Jenis Penelitian

Penelitian yang mengangkat persoalan kontrol sosial keluarga pada mantan pengguna narkoba merupakan jenis penelitian deskriptif, penelitian deskriptif menyajikan gambar yang terperinci tentang suatu situasi khusus, setting sosial atau hubungan. Deskripsi semata-mata mengacu terhadap

(16)

16 identifikasi sifat-sifat yang membedakan atau karakteristik sekelompok manusia, benda dan juga peristiwa. Pada dasarnya deskripsi kualitatif melibatkan proses konseptualisasi dan menghabiskan pembentukan skema-skema klasifikasi, penelitian deskriptif lebih focus pada pertanyaan dasar “bagaimana” berusaha mendapatkan dan menyampaikan fakta-fakta dengan sangat jelas, lengkap dan juga teliti (Ulber silalahi, 2010:27).

1.6.3 Lokasi Penelitian

Lokasi dari penelitian dalam Kontrol Sosial Pada Keluarga Mantan Pengguna Narkoba, dimana peneliti mengangkat keadaan yang sebenarnya dari subyek yang diteliti, lokasinya dilakukan pada masyarakat Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar yang bagaimana masyarakat tersebut banyak yang menggunakan dan juga pengedar narkoba entah itu dari kalangan remaja, pekerja swasta,wiraswasta, buruh dan pengangguran. Sehingga harapan peneliti dapat melihat secara langsung kontrol sosial keluarga pada mantan pengguna narkoba agar mendapat dukungan sosial dan mencegah lingkungan keluarga dan masyarakat terhindar dan sadar akan bahayanya narkoba bagi kesehatan dan masa depan.

1.6.4 Teknik Penentuan Subjek

Teknik penentuan subjek dalam penelitiam ini menggunakan teknik sampling Non Probability Sampling yaitu teknik penentuan subjek yang tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi subjek. Ada beberapa jenis Non Probability Sampling, salah satunya adalah Snowball Sampling. Snowball Sampling merupakan teknik penentuan subjek yang semula jumlahnya

(17)

17 sedikit kemudian membesar ibarat bola salju yang menggelinding. Awal mula dipilih satu atau dua subjek, namun karena dua orang ini belum melengkapi data peneliti, maka peneliti mencari orang lain yang dilihat lebih paham dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua subjek sebelumnya. Begitu seterusnya hingga jumlah sampel semakin banyak.

Dalam penelitian ini, peneliti telah menemukan 2 (dua) subjek yang peneliti anggap sebagai kunci dari subjek-subjek berikutnya yaitu Elvan Tristanto (ET) dengan Pekerjaan Wiraswata. Nantinya akan mendapat subjek lainnya yang dipilih akan mampu melengkapi data peneliti yaitu sebagai berikut :

 Masyarakat Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar  Berdomisili di Kecamatan Wlingi

 Anggota keluarga pernah menjadi mantan pengguna narkoba  Mantan pengguna narkoba

Bagan 1: Teknik Penentuan Subjek Menggunakan Snowball Sampling

Sumber : Buku Metode Penelitian Kualitatif Oleh Sugiyono

A

D E

G

F C

(18)

18 Subjek penelitian atau responden adalah orang yang diminta untuk memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat (Arikunto, 2006 :145) subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti jadi subjek penelitian itu merupakan sumber informasi yang digali untuk mengungkapkan fakta-fakta di lapangan (Sugiyono, 2007:301). Penentuan subjek penelitian dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan secara jelas dan mendalam.

Dengan dasar yang digunakan peneliti untuk menentukan tentang kriteria subjek penelitian berdasarkan orang yang dianggap paling tahu dan mempunyai pengetahuan, pengalaman, dan berkompeten dalam memberikan informasi yang dibutuhkan/ diperlukan sehubungan dengan Kontrol Sosial Pada Keluarga Mantan Pengguna Narkoba “Studi Kontrol Sosial Terhadap Keluarga Mantan Pengguna Narkoba di Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar”. Dengan dibantu dari beberapa masyarakat sekitar dilingkungan mantan pengguna narkoba.

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data a) Wawancara

Wawancara merupakan suatu alat atau bukti untuk informasi bagi informan sebagai keterangan yang di peroleh sebelumnya, wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunkan pedoman-pedoman wawancara dalam

(19)

19 hal ini informan dan pewawancara terlihat dalam waktu relative lama (Sugiyono, 2015 : 46).

Kegiatan wawancara dilakukan kepada beberapa narasumber yang berbeda-beda daerah di Kabupaten Blitar secara acak, dengan bantuan dari salah satu subjek mantan pengguna narkoba, keluarga pengguna narkoba serta masyarakat yang berpartisipasi ikut membantu memberikan informasi, dengan membuat janji terhadap keluarga pengguna terutama pengguna narkoba tersebut dan serta menyesuaikan keinginan informan.

b) Observasi

Observasi partisipatoris adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan diamana observer atau peneliti ikut terlibat dalam keseharian responden, (sebagai sumber data) yang sedang diamati meliputi apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka (M.idrus, 2002 :52). Dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap kontrol sosial pada keluarga mantan pengguna narkoba di Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar dengan cara sebagai berikut :

1) Mengamati kontrol sosial pada keluarga pengguna narkoba, serta untuk mengetahui dan mangamati secara realitas sosial dan juga aktivitas keluarga pengguna, pengguna narkoba dan juga masyarakat sekitar Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar.

(20)

20 c) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambaran, atau dalam bentuk lainnya dari seseorang yang merupakan sebagai pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti dalam penelitiannya. Dalam penelitian ini menggunkan dokumentasi berupa foto, dokumen-dokumen resmi catatan rekapan serta arsip-arsip sumber data yang menunjang dokumentasi (jika ada) dan juga berupa rekaman-rekaman audio video (Sugiyono, 2015 : 23).

1.6.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah pengelompokan data berdasarkan variable dan jenis responden, analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah data kualitatif yang berupa kumpulan kata-kata bukan rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori atau struktur klasifikasi. Data bisa saja dikumpulkan dalam aneka macam cara seperti observasi, wawancara, intisari dokumentasi, pita rekaman dan biasanya diproses terlebih dahulu sebelum siap digunakan melalui catatan, pengetikan, penyutingan atau alih tulis, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau statistika sebagai alat bantu analisis (Ulber silalahi, 2009 : 35).

Teknik analisis data mencangkup transkip hasil wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi data dan triangulasi, dan hasil analisis data dapat

(21)

21 disimpulkan. Berikut adalah teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti :

a) Reduksi Data

Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis tetapi reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulisdi lapangan. Selama penumpulan data berlangsung terjadi tahapan reduksi yaitu membuat ringkasan catatan, mengkode, menelusuri tema, membuat gagasan-gagasan penting, membuat partisi dan menulis memo (Ulber silalahi, 2002 : 67).

Reduksi data suatu bentuk analisis yang menajamkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, menggolongkan, mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverivikasikan, dalam penelitoan kualitatif dapat disederhanakan, ditransformasikan dalam aneka cara seperti melalui seleksi ketat, melalui uraingan singkat atau ringkasan, menggolongkan dalam suatu pola yang lebih luas.

b) Penyajian Data / Display Data

Penyajian data adalah kegiatan terpenting kedua dalam penelitian kualitatif, penyajian data sebagai sekumpulan informasi yang tersusum dan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Deni darmawan, 2014 : 37). Penyajian data yang sangat sering digunakan untuk data kualitatif pada masa yang lalu adalah dalam

(22)

22 bentuk teks naratif puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan halaman. Penyajian data dalam kualitatif sekarang dapat dilakukan dengan berbagai jenis matriks, jaringanm grafik dan juga bahan, semuanya bentuk padu padan dan sangat mudah diraih.

c) Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Kegiatan analisis ketiga bisa dikatakan untuk menarik kesimpulan dan verifikasi. Saat kegiatan pengumpulan data dilakukan, seseorang penganalisis kualitatif mulai dengan mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin alur sebab akibat, dan juga proposisi. Kesimpulan yang semula belum jelas akan meningkat menjadi lebih terperinci, kesimpulan-kesimpulan atau final akan tergantung pada besarnya kumpulan catatan-catatan lapangan, dan metode pencarian ulang yang digunakan (Usman, 2011 : 36).

1.6.7 Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian Kontrol Sosial Keluarga Pada Mantan Pengguna Narkoba ini menggunakan teknik keabsahan data yaitu triangulasi.

Triangulasi yaitu teknik keabsahan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono 2013:83). Peneliti dalam penelitian ini menggabungkan data

(23)

23 yang sudah di dapat dari berbagai teknik pengumpulan data yaitu Observaasi dalam pengambilan data, Wawancara, dan Dokumentasi. Peneliti akan melihat Kontrol Sosial Keluarga Pengguna Narkoba di Blitar dengan hasil wawancarac apakah hasil wawancara sesuai dengan pengamatan dilapangan seperti bagaimanakah aktivitas mengenai keluarga pengguna narkoba di daerah Blitar. Selain itu peneliti juga akan mengajukan pertanyaan kepada informan atau sampel penelitian dengan kesesuaian pada konsep yang dibuat. Disini peneliti akan membuat pertanyaan yang sesuai atau berkaitan dengan judul penelitian dan jawaban dari pertanyaan ini disesuaikan dengan kerangka konsep.

Referensi

Dokumen terkait

Bioteknologi berasal dari kata: Bios: hidup; Teuchos: alat; Logos: ilmu; sehingga bioteknologi dapat diartikan sebagai cabang ilmu yang

Oleh karena itu, diadakan penelitian mengenai perbandingan kinerja keua ngan antara kedua bank tersebut dengan judul “Perbandingan Kinerja Keuangan antara Bank

Pengaruh Daya Tarik Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Di De’ranch , Lembang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. A.

Adanya gugus fungsional yang tertanam pada permukaan nanopartikel tersintesis dalam etanol/urea mengakibatkan nanopartikel tersebut memiliki dispersi yang lebih baik

Menurut pandangan konstruktivistik belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan individu yang belajar. Ia harus aktif

Pencatatan akuntansi yang diperlukan pada Kanwil ATR/BPN Sumatera Utara terhadap aktiva tetap pada saat perolehan dan digunakan dalam operasional pemerintahan

Karena dinyatakan dengan kata- kata atau bahasa dan secara lisan, humor yang ditunjang oleh implikatur yang dikandung tuturan Tralala itu adalah tipe humor verbal

Merancang destilator yang lebih tertutup, supaya pengaruh dari lingkungan tidak mengurangi kinerja dari destilator sendiri.. Merancang jalur keluar untuk air bersih yang lebih