• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN AKREDITASI LAM-PTKes

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBIJAKAN AKREDITASI LAM-PTKes"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN AKREDITASI LAM-PTKes

1. Kebijakan Akreditasi Pendidikan Kedokteran menurut WHO dan World

Federation for Medical Education / WFME

2. Status Akreditasi dan Pendanaan Lembaga Akreditasi

3. Peran LAM-PTKes pada penerapan Pendidikan Interprofesional dalam Sistem

Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan

4. Pengelolaan LAM-PTKes sebagai Sistem Adaptif yang Kompleks

5. Pelaksanaan Akreditasi dengan Model 3 Dimensi

6. Penerapan Nilai Operasional LAM-PTKes melalui Sistem Umpan Balik (Feedback

Loops)

1. Kebijakan Akreditasi Pendidikan Kedokteran menurut

WHO dan World Federation for Medical Education / WFME

Kebijakan Umum

2. Status Akreditasi dan Pendanaan Lembaga Akreditasi

menurut :

Liaison Committee on Medical Education (LCME)

Commission on Dental Accreditation (CODA)

Accreditation Commision for Midwifery Education (ACME)

(2)

Tabel 2.1 : Status Akreditasi dan Pendanaan Lembaga Akreditasi

Liaison Committee on Medical Education (LCME) [15]

Commission on Dental Accreditation

(CODA) [16;17]

Accreditation Commision for Midwifery Education (ACME) [18]

Canadian Association of Schools of Nursing (CASN) [19]

Status Akreditasi

1. Prodi yang pertama kali diakreditasi:[

Akreditasi Penuh 8 tahun tanpa syarat;  Akreditasi Penuh 8 tahun dengan

syarat tindak lanjut:

o Laporan kemajuan; o Konsultasi; dan/atau

o Meminta LCME untuk Survei Tindak Lanjut yang Terbatas (Limited

Follow-Up Surveys).

 Menolak memberi status akreditasi.

2. Prodi yang sudah pernah diakreditasi:

 Akreditasi penuh 8 tahun tanpa

syarat;

 Akreditasi penuh 8 tahun dengan

syarat s.d.a.

 Melanjutkan status akreditasi sambil menunggu hasil tindak lanjut prodi;  Melanjutkan status akreditasi dengan

peringatan akan ditetapkan

predikat “Percobaan” jika hasil dari

tindak lanjut tidak memuaskan;  Memberi predikat “Akreditasi dalam

Masa Percobaan”;

 Mencabut status akreditasi.

1. Untuk prodi yang belum operasional

penuh  “Akreditasi Awal”.

2. Untuk prodi yang sudah operasional :

 Akreditasi tanpa syarat;

 Akreditasi dengan syarat harus melapor adanya bukti kepatuhan terhadap standar yang ditentukan dalam waktu 18 bulan sampai 2 tahun;  Akreditasi Dihentikan :

Jika prodi secara suka rela tidak lagi berpartisipasi dalam program akreditasi dan tidak lagi menerima mahasiswa;

 Akreditasi Akan Dicabut:

Jika kepatuhan terhadap standar & kebijakan tidak dapat ditunjukkan sampai dengan waktu yang sudah ditentukan;

 Akreditasi Dicabut :

Jika prodi tidak mampu menunjukkan kepatuhan terhadap standar dan kebijakan.

3. Akreditasi berlaku 5 tahun untuk

pendidikan dokter gigi umum dan 7 tahun untuk pendidikan dokter gigi spesialis. Penilaian akreditasinya

Formatif.

1. Pre-Akreditasi

Untuk prodi yang baru berdiri, belum menerima mahasiswa baru dan telah memenuhi kriteria yang ditentukan oleh ACME. 6 bulan sesudah meluluskan angkatan pertamanya, prodi akan dinilai lagi status akreditasinya.

2. Terakreditasi

Untuk prodi / institusi yang menyediakan pendidikan bidan yang telah memenuhi standar yang sudah ditentukan oleh profesi sebagaimana tercantum dalam Kriteria Akreditasi. Prodi yang mendapat status “Terakreditasi” lagi

5 tahun setelah akreditasinya yang

pertama boleh mengajukan

penilaian untuk akreditasi setiap 10

tahun.

Status “Terakreditasi”:

 Terakreditasi tanpa syarat;  Terakreditasi dengan syarat

yang tidak mutlak;

 Terakreditasi dengan syarat

mutlak berupa Laporan Kemajuan

yang Memuaskan.

3. Akreditasi Ditolak

1. Akreditasi prodi baru (Penilaian Formatif) :

 Terakreditasi;

 Terakreditasi dengan syarat perlu Kunjungan;

 Akreditasi Ditunda dengan

syarat perlu Laporan Kemajuan;

 Akreditasi Ditunda dengan

syarat perlu Kunjungan;

 Penilaian akreditasi perlu

diulang lagi.

2. Untuk prodi yang sudah berjalan

(Penilaian Sumatif) :

A. Akreditasi 7 tahun tanpa syarat;*

B. Akreditasi 7 tahun dengan

syarat perlu Laporan

Kemajuan;

C. Akreditasi 7 tahun dengan

syarat perlu Kunjungan;

D. Akreditasi 5 tahun dengan syarat perlu Laporan Kemajuan; E. Akreditasi 5 tahun dengan syarat perlu Kunjungan; F. Akreditasi Ditolak.*

*A dan F belum pernah dilakukan Pendanaan

Lembaga Akreditasi

1. Association of American Medical

Colleges (AAMC) dan American Medical Association (AMA) memberi dukungan finansial berupa :

 Rekrutmen, gaji dan tunjangan staf;  Dana untuk semua pertemuan LCME;  Dana untuk semua biaya yang

berkaitan dengan kunjungan / survei akreditasi;

Pendanaan untuk operasional CODA berasal dari American Dental

Association (ADA) dan Tarif Tahunan

(Annual Fee) untuk akreditasi yang bersifat formatif yang dibebankan kepada program studi. Tarif Tahunan ini bervariasi tergantung pada biaya aktual proses akreditasinya.

Pendanaan ACME berasal dari tarif untuk akreditasi yang dibebankan kepada program studi.

Pendanaan CASN berasal dari iuran anggota dan tarif untuk akreditasi. Pendanaan juga bisa berasal dari pemerintah propinsi melalui proyek bersama.

(3)

Liaison Committee on Medical Education (LCME) [15]

Commission on Dental Accreditation

(CODA) [16;17]

Accreditation Commision for Midwifery Education (ACME) [18]

Canadian Association of Schools of Nursing (CASN) [19]

 Asuransi untuk anggota, staf dan asesor/surveyor LCME;

 Dana untuk penasehat hukum dan segala aspek legal yang berkaitan;  Dana untuk biaya administratif dan

operasional LCME;

 Pengumpulan data, pelaporan termasuk pengelolaan kuesioner tahunan LCME.

2. Tarif Akreditasi

Prodi yang sudah terakreditasi tidak dikenakan tarif. Sedangkan prodi yang baru berdiri dan prodi yang pertama kali meminta untuk diakreditasi dikenakan tarif $25.000. Seluruh biaya yang berkaitan dengan konsultasi dan kunjungan / survei akreditasi akan dibebankan kepada prodi tersebut sampai mendapatkan status “Terakreditasi”.

Prodi yang belum berhasil mendapat status “Terakreditasi” hanya akan dikenakan tarif $10.000 jika mengajukan permintaan untuk akreditasi kembali. Untuk prodi tersebut seluruh biaya yang berkaitan dengan konsultasi dan kunjungan / survei akreditasi akan dibebankan kepada prodi sampai mendapatkan status “Terakreditasi”. Biaya kunjungan konsultasi dalam rangka persiapan pendaftaran untuk diakreditasi ditanggung oleh prodi. Demikian pula biaya kunjungan konsultasi atas permintaan prodi yang sudah terakreditasi ditanggung oleh prodi.

(4)

3. Peran LAM-PTKes pada penerapan Pendidikan Interprofesional

LAM-PTKes memiliki peran strategis untuk menerapkan Pendidikan Interprofesional

dalam Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dengan cara sebagai berikut :

[23]

Memfasilitasi penyusunan standar, kriteria dan metode asesmen Pendidikan

Interprofesional menurut kaidah profesi masing-masing;

Memfasilitasi integrasi Pendidikan Interprofesional ke dalam instrumen akreditasi

Pendidikan Tinggi Kesehatan.

Gambar 2.1 : Pendidikan Interprofesional sebagai Pemicu Kolaborasi

Interprofesional di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

[20;23]

4. Pengelolaan LAM-PTKes sebagai Sistem Adaptif yang Kompleks

Berbeda dengan sistem yang tradisional, Sistem Adaptif yang Kompleks bersifat tidak

linier dengan ciri-ciri sebagai berikut :

[32;33;34]

Hubungan sebab-akibat tidak jelas;

Keseluruhan sistem bukan merupakan penjumlahan dari bagian-bagiannya;

Perubahan dalam sistem tidak bisa diramal sebelumnya; dan

Proses-proses dalam sistem tidak mengarah kepada tujuan yang sudah ditentukan

sebelumnya.

(5)

Gambar 2.2 : Sistem Adaptif yang Kompleks (Complex Adaptive System)

Tabel 2.2 : Perbedaan Perilaku Organisasi sebagai Sistem Adaptif yang Kompleks

dan sebagai Sistem Tradisional

[36]

Sistem Tradisional Sistem Adaptif yang Kompleks Peran yang menonjol Manajemen Kepemimpinan

Metode yang menonjol Komando dan Pengendalian Insentif dan Disinsentif

Penilaian yang menonjol Kegiatan Luaran / Hasil

Fokus pada Efisiensi Trengginas (Agility)

Sifat hubungan Kontraktual Komitmen pribadi

Bentuk organisasi Hierarki Jejaring seperti anyaman (Heterarchy)

Struktur organisasi Dirancang khusus Mengatur sendiri (Self Organizing)

Gambar 2.3 : Hubungan Generatif Berbentuk Bintang (STAR) dalam Sistem Adaptif

yang Kompleks

[37;38]

(6)

Ada 3 langkah untuk mencegah kegagalan dalam Hubungan Generatif, yaitu :

[38]

Langkah 1 :

Lakukan evaluasi apakah Hubungan Generatif Berbentuk Bintang (STAR) dalam keadaan

seimbang atau tidak. Tabel 2.3 di bawah menunjukkan berbagai persoalan potensial yang

bisa timbul jika salah satu atau lebih ujung bintang tidak optimal.

Tabel 2.3 : Akibat Kelemahan Ujung Bintang dalam Hubungan Generatif

[38] Sifat Akibat

Letak Kelemahan Jangka Panjang Jangka Pendek Secara Mikro Secara Makro

Kesamaan dan perbedaan (Similarities and

differences)

Dikucilkannya

sebagian anggota Hubungan yang hanya bersifat basa-basi

Rapat-rapat yang

tidak produktif Hilangnya energi atau fokus Berbicara dan

mendengarkan (Talking and

listening)

Gosip dan salah paham

Sebagian mendominasi pembicaraan sedangkan

sebagian lagi diam

Sebagian anggota frustrasi

Hilangnya suara atau opini

sebagian anggota Hasil kerja nyata

(Authentic work

products)

Hilangnya minat

dan semangat Tata nilai dan tujuan kegiatan dipertanyakan Sebagian anggota menjadi tidak sabar Sistem kehilangan kredibilitasnya Alasan bekerja

sama (Reason for

working together)

Fokus teralihkan oleh hal-hal sepele yang tidak relevan

Konflik tentang langkah berikutnya dan penggunaan sumber daya

Ketidakpuasan

antar anggota Penyimpangan dari tujuan atau harapan semula tanpa kelanjutan

Langkah 2 :

Setelah menemukan ujung bintang yang memerlukan perhatian, Tabel 2.4 di bawah

menunjukkan berbagai cara untuk memperkuat masing-masing ujung bintang.

Tabel 2.4 : Cara Memperkuat Ujung Bintang dalam Hubungan Generatif

[38] Kesamaan dan perbedaan

(Similarities and differences)  Saling bertukar pengalaman; Membahas perbedaan antar anggota;

 Saling bertukar informasi;

 Mengapresiasi kelebihan atau kontribusi khusus; dan

 Variasi tempat pertemuan.

Berbicara dan mendengarkan

(Talking and listening)  Memberi kesempatan pada tiap anggota untuk berbicara; Memberi kesempatan pada tiap anggota untuk menjawab pertanyaan yang sama secara bergiliran;

 Menggunakan berbagai media komunikasi sesuai kebutuhan dan preferensi anggota; dan

 Sering berkomunikasi dan dalam berbagai cara.

Hasil kerja nyata (Authentic

work products)  Tentukan secara bersama hasil akhir, luaran dan kegiatan; Buat jadual;

 Lakukan pembagian akuntabilitas;

 Bekerja dalam kelompok; dan

 Buat Rencana Tindak Lanjut secara tertulis.

Alasan bekerja sama (Reason

for working together)  Tentukan Misi dan Tujuan organisasi; Selain agenda bersama, tanyakan masing-masing anggota tentang agenda perorangan mereka;

 Selaraskan agenda bersama dengan agenda perorangan para anggota; dan

(7)

Langkah 3 :

Bertindak, evaluasi hasil akhir dan keseimbangan Hubungan Generatif Berbentuk Bintang

(STAR) lagi.

Kotak 2.3 : LAM-PTKes sebagai Fasilitator Perubahan (Change Agent)

5. Pelaksanaan Akreditasi dengan Model 3 Dimensi

Selain Sistem Kesehatan, Sub-sistem Pendidikan Profesi Kesehatan juga merupakan

Sistem Adaptif yang Kompleks. Dengan memperhatikan ciri-ciri Sistem Adaptif yang

Kompleks, maka akreditasi yang dilakukan oleh LAM-PTKes perlu menggunakan suatu

Model 3 Dimensi sebagaimana terlihat pada Gambar 2.4 di bawah.

Gambar 2.4 : Model 3 Dimensi untuk Akreditasi Pendidikan Profesi Kesehatan

[29]

6. Penerapan Nilai Operasional LAM-PTKes melalui Sistem

Umpan Balik (Feedback Loops)

Nilai Operasional LAM-PTKes (Continuous Quality Improvement, Quality Cascade, CPU &

Trustworthy) hanya bisa diterapkan melalui Sistem Umpan Balik karena Akreditasi

Pendidikan Profesi Kesehatan bersifat kompleks dan tidak linier dalam Sistem Adaptif

yang Kompleks.

Nilai Operasional LAM-PTKes tidak bisa diterapkan melalui sistem penilaian yang bersifat

kuantitatif untuk kepatuhan terhadap standar akreditasi. Penilaian yang kuantitatif cocok

untuk persoalan yang pelik/rumit (complicated) –– bukan untuk persoalan yang sulit

(complex) dalam mewujudkan Nilai Operasional LAM-PTKes.

[29]

LAM-PTKes berpeluang menjadi Fasilitator Perubahan (Change Agent)

bersama dengan akademisi, profesi, pemerintah dan masyarakat melalui

pembelajaran yang bersifat transformatif dan interdependensi untuk

mewujudkan Reformasi Instruksional dan Institusional pendidikan profesi

kesehatan. Kuncinya adalah Pengelolaan LAM-PTKes sebagai

Sistem

Adaptif yang Kompleks.

(8)

Sistem Pengukuran Kuantitatif berbeda dengan Sistem Umpan Balik sebagaimana dapat

dilihat pada Tabel 2.5 di bawah.

Tabel 2.5 : Perbedaan Sistem Pengukuran Kuantitatif dengan Sistem Umpan Balik

[29;39]

Sistem Pengukuran Kuantitatif (Measurement) Sistem Umpan Balik (Feedback)

Seragam;

Kriteria ditentukan dari luar;

Informasi dalam kategori yang terbatas;

Makna (meaning) sudah ditentukan;

Dapat diramal berdasarkan rutinitas;

Fokus pada stabilitas dan pengendalian;

Makna (meaning) bersifat statis;

Sistem mengikuti pengukuran.

Tergantung konteks;

Kriteria ditentukan dari perkembangan di dalam;

Informasi dalam kategori yang luas;

Makna berasal dari dalam sistem sendiri;

Pembaharuan penting;

Fokus pada adaptasi dan pertumbuhan;

Makna berevolusi;

Sistem saling beradaptasi dengan Umpan Balik.

Ciri utama Umpan Balik untuk penerapan Nilai Operasional LAM-PTKes dalam

Akreditasi Pendidikan Profesi Kesehatan adalah :

[29]

1) Tepat waktu;

2) Spesifik;

3) Konstruktif; dan

4) Adil.

Sistem Pengukuran Kuantitatif dalam Akreditasi Pendidikan Profesi Kesehatan adalah tidak

spesifik; tidak konstruktif; dan tidak adil

[29].

Ciri-ciri lain Umpan Balik yang diperlukan untuk mewujudkan komitmen terhadap

peningkatan mutu dan efektifitas pendidikan profesi kesehatan adalah :

[29;40]

Relevan;

Penting;

Dijabarkan dari Visi, Tata Nilai dan Misi sistem; serta

Menumbuhkan dan mendukung keterkaitan / hubungan / pertalian (relationship).

Pembelajaran organisasi adalah suatu proses yang bertumpu pada umpan balik.

Ada 3 jenis pembelajaran organisasi berdasarkan sifat umpan baliknya, yaitu :

[41-44]

1) Single loop learning :

Proses pembelajarannya bersifat adaptif untuk mengkoreksi penyimpangan pada

proses terhadap luaran yang diharapkan.

Mengatasi persoalan yang sederhana (simple problem).

Contoh :

Dari audit klinis terhadap pasien kebidanan di sebuah rumah sakit, ditemukan

berbagai kesenjangan antara kebijakan dan standar yang sudah ditetapkan dengan

kenyataan dalam praktek. Solusi yang diterapkan oleh rumah sakit adalah : 1)

merubah prosedur pelaksanaan/SOP standar; dan 2) meningkatkan pelaporan kasus

serta pemberian umpan baliknya. Perubahan-perubahan tersebut berhasil

meningkatkan jumlah pasien yang mendapatkan pelayanan sesuai standar.

(9)

2) Double loop learning :

Proses pembelajarannya bersifat generatif dengan merubah sistem yang lama untuk

mengatasi akar masalahnya.

Mengatasi persoalan yang pelik/rumit (complicated problem).

Contoh :

Masih berkaitan dengan pasien kebidanan di rumah sakit tersebut, ternyata dari hasil

wawancara ditemukan berbagai keluhan pasien tentang kesinambungan pelayanan,

jam pelayanan, informasi yang diberikan oleh pemberi pelayanan, serta keramahan

petugas. Sebagai upaya meningkatkan mutu, maka sistem pelayanan kebidanan di

rumah sakit tersebut dirubah dengan memodifikasi kebijakan dan standar yang

dipadukan dengan tata nilai dan pola interaksi baru.

3) Triple loop learning /Learning to Learn / Meta-learning :

Pengalaman pembelajaran diterapkan untuk pembelajaran di tempat dan waktu lain.

Mengatasi persoalan yang sulit (complex problem).

Contoh 1 :

Keberhasilan mengatasi persoalan dalam pelayanan kebidanan dianalisis dan

dikomunikasikan secara formal maupun informal untuk pelayanan-pelayanan lain di

rumah sakit tersebut sebagai bahan pembelajaran dalam mengatasi masalah yang

sejenis.

Contoh 2 :

Kebuntuan dalam mengatasi persoalan pelayanan kebidanan didiskusikan dengan

pengelola pelayanan-pelayanan lain di rumah sakit tersebut sebagai bahan

pembelajaran dan perbandingan untuk mencari solusi.

Gambar 2.5 : 3 Jenis Pembelajaran Organisasi Berdasarkan Sifat Umpan Baliknya

REFERENSI

14. WHO-WFME Task Force on Accreditation. Accreditation of Medical Education Institutions: Report

of a technical meeting. Schaeffergården, Copenhagen, Denmark, 4-6 October 2004.

15. Liaison Committee on Medical Education (LCME). Rules of Procedure. Diakses pada tanggal 21 Maret, 2012 dari www.lcme.org

16. American Dental Association, Commission on Dental Accreditation (CODA). Evaluation and

Operational Policies and Procedures. (August 2010) in Report on Dental Education Accreditation in

USA, based on Visit of Dentistry Benchmarking Delegation of HPEQ. Chicago and Washington DC, September 20-29, 2010.

17. Notes on Visitation to Commission on Dental Accreditation (CODA). Chicago 23 September 2010; in Report on Dental Education Accreditation in USA, based on Visit of Dentistry Benchmarking Delegation of HPEQ. Chicago and Washington DC, September 20-29, 2010.

18. Benchmarking Report of Midwifery Education Accreditation System in The United States. Based on Visit by Indonesian Delegation of HPEQ. September 2010.

19. Report of Benchmarking Study Visit of Nursing Delegate of HPEQ-DIKTI to Ottawa and

Saskatoon, Canada. 23-31 July 2010.

Triple loop

Double loop Single loop

Masukan

Proses

Luaran

Hasil

Akhir

Dampak

Sistem

lain

Sistem

lain

(10)

20. WHO. Framework for Action on Interprofessional Education & Collaborative Practice. Geneva. WHO. 2010.

21. Centre for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE) : Defining IPE. 2002. Diakses pada tanggal 14 Maret, 2012 dari http://www.caipe.org.uk/resources/defining-ipe

22. AIPHE Principles and Practices for Integrating Interprofessional Education into the

Accreditation Standards for Six Health Professions in Canada. (May 2009). Accreditation of

Interprofessional Health Education (AIPHE). Diakses pada tanggal 7 Pebruari, 2012 dari www. aiphe.ca 23. Irawan Yusuf. Building Interprofessional Education through Reform in Accreditation System.

Disampaikan pada 2nd HPEQ International Conference : Promoting Health through Interprofessional

Education. Nusa Dua, Bali. December 3-5, 2011.

24. Barr H, Low H. Principles of Interprofessional Education. Centre for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE). January 2011. Diakses pada tanggal 14 Maret, 2012 dari

http://www.caipe.org.uk/resources/principles-of-interprofessional-education

25. AIPHE Interprofessional Health Education Accreditation Standards Guide. (March 2011). Accreditation of Interprofessional Health Education (AIPHE). Diakses pada tanggal 7 Maret, 2012 dari www. aiphe.ca

26. Soedarmono Soejitno. Laporan Bulanan Kedua : Pembentukan LAM Profesi Kesehatan. Technical

Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan

(LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional Education

Quality Improvement / HPEQ). Jakarta. Januari 2012.

27. Glouberman S, Zimmerman B. Complicated and Complex Systems: What would Successful Reform

of Medicare Look Like? Commission on the Future of Health Care in Canada Discussion Paper No. 8,

Government of Canada, July 2002.

28. Complex Adaptive Systems: Research scan. The Health Foundation. London. August 2010.

29. Woollard RF. Strengthening Policies and Procedures for School Accreditation. First stage Report. Health Professional Education Quality (HPEQ) project. Jakarta, Indonesia. May 12, 2010.

30. Holland JH. Adaptation in natural and artificial systems: an introductory analysis with

applications to biology, control, and artificial intelligence. Cambridge, Mass: MIT Press. 1992.

31. Holland JH. Studying Complex Adaptive Systems. Journal of Systems Science and Complexity. March 2006. Volume 19, Number 1: 1-8.

32. Walters C, Williams R. Discourse analysis and complex adaptive systems: Managing variables with

attitude/s. Electronic Journal of Business Research Methods, Volume 2 Issue 1 (2003) 71-78.

33. Jones H. Taking responsibility for complexity: When is a policy problem complex, why does it

matter, and how can it be tackled? ODI Briefing Paper 68. London. August 2011.

34. Rihani S. Implications of adopting a complexity framework for development. Progress in

Development Studies 2,2 (2002) pp. 133–143.

35. Fryer P. A brief description of Complex Adaptive Systems and Complexity Theory. Diakses pada tanggal 30 Maret, 2012 dari www.trojanmice.com/articlescomplexadaptivesystems. htm 36. Rouse WB. Health Care as a Complex Adaptive System: Implications for Design and

Management. Diakses pada tanggal 26 Maret, 2012 dari

http://www.ti.gatech.edu/docs/RouseNAEBridge2008HealthcareComplexity.pdf

37. Zimmerman B, Hayday B. Generative Relationships STAR in Voices from the field: An introduction

to human systems dynamics. G. Eoyang (ed.). Circle Pines, Minnesota: Human Systems Dynamics

Institute. 2003.

38. Eoyang G. Complex Adaptive Systems. The Kellogg Foundation. Revised May 2004.

39. Wheatley M, Kellner-Rogers M. What Do We Measure and Why? Questions about The Uses of

Measurement. Journal for Strategic Performance Measurement, June 1999.

40. Woollard RF. Social Accountability and Accreditation in the Future of Medical Education. A paper developed for Global Independent Commission on Education of Health Professionals for the 21st

Century. July 2010. Diakses pada tanggal 10 August, 2011 dari http://www.globalcommehp.com 41. Rushmer R, Davies HTO. Unlearning in health care. Quality and Safety in Health Care 2004;

13(Suppl II):ii10–ii15.

42. Senge PM. The Fifth Discipline: The Art and Practice of Learning Organization. New York: Doubleday/Currency, 1991.

43. Argyris C, Schon D. Organizational Learning: A Theory of Action Perspective. Reading, MA: Addison-Wesley, 1978.

44. Davies HTO, Nutley SM. Developing Learning Organisations in The New NHS. BMJ 2000;320:998– 1001.

Gambar

Tabel 2.1 : Status Akreditasi dan Pendanaan Lembaga Akreditasi
Gambar 2.1 : Pendidikan Interprofesional sebagai Pemicu Kolaborasi                           Interprofesional di Fasilitas Pelayanan Kesehatan  [20;23]
Gambar 2.2 : Sistem Adaptif yang Kompleks (Complex Adaptive System)
Tabel 2.4 : Cara Memperkuat Ujung Bintang dalam Hubungan Generatif  [38]
+3

Referensi

Dokumen terkait

Ada tiga pasangan calon bupati dan wakil bupati, dari kota Kabupaten Yahukimo, yakni: pasangan calon nomor urut 1 adalah pasangan Abock Busup, MA dengan Yulianus Heluka,

Program semester (promes) muatan lokal seni karawitan jawa merupakan hasil penjabaran dari program tahunan. Dalam silabus seni terdapat 8 aspek. Kedelapan aspek tersebut

yaitu asam amino esensial (tidak dapat disintesis), semi-esensial dan non- esensial (dapat disintesis oleh tubuh). Agar sintesis protein di dalam tubuh

Kesimpulan yang didapat yaitu iklan obat di televisi tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengetahuan swamedikasi flu dan tindakan swamedikasi flu pada mahasiswa program

Menerapkan kebijaksanaan dari pemerintah kota agar setiap pendanaan, rancangan, desain, konstruksi, manjemen, renovasi, penjagaan dan perawartan terhadap fasilitas dan

Berikut ini adalah hasil analisis tinggi minimum bukaan pintu pembilas Bendung Sei Tibun dari beberapa periode waktu pembilasan berdasarkan durasi pembilasan

Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung mempunyai tatanan ruangan yang baik serta luas bangunan yang memadai untuk menciptakan store atmosphere kedai yang mampu

Pada percobaan melempar dua buah dadu sekaligus, peluang munculnya dua mata dadu tidak lebih dari 6