• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pasar Modal

Pengertian pasar modal menurut Fahmi (2013:55) adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham dan obligasi dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau memperkuat modal perusahaan. Secara formal menurut Tandelilin (2010:26), pasar modal dapat didefinisikan sebagai: “pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi”. Sedangkan menurutSjahrial (2009:13) pengertian pasar modal dalam arti luas adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk bank-bank komersial dan semua perantara dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan pendek.

Selain menurut para ahli, terdapat pengertian pasar modal menurut UU No. 8 Tahun 1995 “pasar modal adalah kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Suatu tempat yang terorganisasi di mana efek-efek diperdagangkan sering dikenal sebagai bursa efek. Bursa Efek adalah lembaga/perusahaan yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana untuk mempertemukan

(2)

penawaran jual dan beli efek dari pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka. (Rivai, et al., 2013:90)

Undang-undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal telah menggariskan bahwa Pasar Modal mempunyai posisi yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Pertumbuhan sangat bergantung pada kinerja perusahaan Efek. Untuk mengembangkan kegiatan usahanya perusahaan Efek dapat memperkenalkan produk serta pelayanan baru, melakukan transaksi langsung baik dengan pemodal maupun sesama perusahaan efek untuk semua jenis efek (Lubis, 2008:31).

Instrumen yang ada di pasar modal Indonesia yaitu efek yang terdiri dari saham, obligasi dan obligasi konversi, bukti right, dan waran. Kegiatan di pasar modal adalah membeli produk (instrumen) yang diperdagangkan di pasar modal dengan harapan memperoleh return di masa yang akan datang (Sjahrial, 2009:19). Peran pasar modal sangat berpengaruh bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi pasar modal yakni berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediaries) yang dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Sedangkan fungsi keuangan pasar modal adalah memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karekteristik investasi yang dipilih.

Dalam pasar modal terdapat pasar perdana dan sekunder. Pasar perdana (primary market) adalah pasar untuk penerbitan baru. Dipasar inilah dana

(3)

dikumpulkan melalui penjualan arus sekuritas baru dari para pembeli sekuritas tersebut (sektor simpanan) kepada para penerbit sekuritas (sektor investasi). Sedangkan pasar sekunder menurut Brealey, et al, (2008:160) adalah pasar tempat sekuritas yang telah diterbitkan sebelumnya diperdagangkan diantara investor. Dipasar sekunder (secondary market), semua sekuritas yang telah ada dibeli dan dijual. (Horne dan Machowicz, 2007:322).

2.1.2 Saham

Definisi saham menurut Fahmi (2014:270) yaitu:

a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan.

b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya.

c. Persediaan yang siap untuk dijual.

Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan seorang investor di dalam suatu perusahan yang artinya jika seseorang membeli saham suatu perusahaan, itu berarti investor tersebut telah menyertakan modal ke dalam suatu perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli (Fakhruddin, 2008:30). Menurut Rivai, et al., (2013:147), wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut merupakan pemilik perusahaan. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan diperusahaan tersebut.

(4)

Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi investor dalam memperoleh laba perusahaan. Namun hak tersebut terbatas karena pemegang saham hanya berhak atas bagian penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi.

Bagi pihak yang memiliki saham akan memperoleh beberapa keuntungan sebagai bentuk kewajiban yang harus diterima, yaitu:

a. Memperoleh dividen yang akan diberikan pada setiap akhir tahun. b. Memperoleh capital gain.

c. Memiliki hak suara bagi pemegang saham jenis saham biasa.

Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Ada beberapa jenis dividen yang merupakan realisasi dari pembayaran dividen menurut Fahmi (2014:273), yaitu: dividen tunai (cash dividend), dividen properti (property dividends), ataupun dividen likuidasi (liquidating dividends). Sedangkan capital gain adalah keuntungan pada saat saham akan yang dimiliki tersebut di jual kembali pada harga yang lebih mahal (Fahmi, 2014:276). Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. Investor seperti ini bisa saja membeli saham pada pagi hari, lalu menjualnya kembali pada siang hari jika saham mengalami kenaikan harga. Selain return yang diperoleh investor, menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:10) juga terdapat risiko yang dapat terjadi dalam investasi saham, antara lain:

a. Capital Loss, yaitu kerugian dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara harga jual yang lebih rendah dari harga beli.

(5)

b. Tidak mendapat dividen, sebab perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan dan jika perusahaan mengalami kerugian maka perusahaan tidak dapat membagikan dividen . Dengan demikian potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.

c. Saham dikeluarkan dari bursa (delisting), berarti saham perusahaan di delisted dari bursa umumnya karena kinerja perusahaan yang buruk, misalnya mengalami kerugian beberapa tahun hingga tidak memberikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun.

d. Saham suspend, berarti suatu saham diberhentikan (suspend) perdagangannya oleh otoritas bursa efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual sahamnya hinggal saham yang di suspend tersebut dicabut dari status suspend.

e. Risiko likuidasi, berarti apabila perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oeh pengadilan atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapatkan prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan pernah memperoleh apa-apa. Ini merupakan risiko terberat dari seorang pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan dari saham perusahaan yang diperdagangkan di pasar modal.

(6)

2.1.3 Right Issue

2.1.3.1 Pengertian Right Issue

Horne dan Machowicz (2007:327) mendefinisikan Right Issue:

“Right issue (Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu) adalah penjualan sekuritas baru di mana pemegang saham lama diberikan keutamaan dalam pembelian sekuritas ini hingga sejumlah bagian saham biasa yang mereka miliki, disebut juga right offering”.

Sedangkan definisiright issue menurut Fahmi (2014:282) yaitu:

“Right issue adalah kebijakan perusahaan untuk mencari tambahan dana dengan cara melakukan penjualan saham terbatas yang khusus diperuntukkan kepada pemegang saham lama, dan jika pemegang saham lama tidak membelinya maka hak tersebut akan hilang”.

Untuk mendapatkan saham tersebut, pemegang saham harus melaksanakan right pada tingkat harga yang telah ditentukan. Artinya, pemegang saham lama (exesting shareholder) diberikan hak (right) oleh emiten untuk membeli saham baru tersebut sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh emiten. Bukti right adalah hak memesan efek terlebih dahulu pada harga yang sudah ditetapkan selama periode waktu tertentu. Jika pemegang bukti right tidak menukarkan haknya, maka akan terjadi dilusi saham (penyusutan) nilai kepemilikan saham. Dengan memiliki bukti right, investor secara otomatis memiliki hak istimewa untuk membeli saham baru pada harga yang sudah ditetapkan. Selain itu, bukti right memungkinkan investor memperoleh keuntungan (capital gain), manakala harga jual bukti right lebih tinggi daripada harga perolehannya. Namun demikian,

(7)

bukti right juga mengandung risiko dalam hal jika harga saham jatuh pada saat hari eksekusi. Karena dapat diperdagangkan di pasar sekunder, bukti right juga berpotensi untuk mengalami kerugian (capital loss) jika harga pasar lebih rendah dari harga perolehannya (Gumanti, 2011:36).

Gumanti (2011:340) menyatakan bahwa right issue dalam banyak hal direspon kurang menarik oleh investor sabagai wujud dari ketidakyakinan investor atas kemampuan perusahaan untuk mendapatkan dana dari alternatif lain yang lebih kompetitif. Bukti empiris secara keseluruhan cenderung mendukung bahwa adanya koreksi harga saham setelah dilakukan right issue.

2.1.3.2 Tujuan Right Issue

Membeli right issue sama dengan melakukan investasi pada alat investasi lain, yaitu tidak ubahnya dengan menabung. Perbedaannya adalah surat tanda deposito tidak dapat diperjualbelikan, sedangkan right issue dapat diperjualbelikan dipasar modal. Investasi ini dipilih karena kemampuannnya memberikan penghasilan yang sama dengan membeli saham, tetapi dengan modal yang lebih rendah sebab harga saham hasil right issue lebih rendah (Rivai, et al., 2011:153).

Tujuan perusahaan melakukan right issue adalah untuk menambah modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut dapat digunakan untuk kepentingan ekspansi, memperkuat struktur pendanaan (investasi) maupun pembayaran utang perusahaan (Darmadji danFakhruddin, 2006:134). Perusahaan mengeluarkan right issue disamping untuk menghemat biaya penjamin emisi, juga dimaksudkan untuk menambah jumlah saham yang diperdagangkan sehingga saham semakin likuid.

(8)

Penerbitan right akan memberikan keuntungan bagi pemegang saham lama untuk mempertahankan proporsional kepemilikan sahamnya dalam perusahaan emiten. Suatu emiten yang melakukan right pada umumnya untuk mempertahankan persentase hak pemegang saham lama atas laba dan suara dalam perusahaan. Jika emiten langsung menjual saham baru langsung kepada pemegang saham baru maka hak atas laba dan suara yang dimiliki oleh pemegang saham lama akan beralih ke pemegang saham baru.

2.1.3.3 Dampak Dilakukannya Right issue

Dengan adanya right issue, maka jumlah saham yang beredar akan bertambah. Pertambahan jumlah saham ini akan mempengaruhi komposisi kepemilikan pemegang saham lama. Jika pemegang bukti right tidak menukarkan haknya, maka akan terjadi dilusi saham (penyusutan) nilai kepemilikan saham

(Gumanti, 2011:38).

Dengan bertambahnya jumlah saham yang beredar akan mengakibatkan penurunan jumlah dividen per lembar saham yang akan diperoleh oleh pemegang saham lama apabila laba yang diperoleh oleh perusahaan tetap. Penurunan dividen per lembar saham dapat menimbulkan dampak negatif kepada minat investor, sehingga mengakibatkan harga saham menjadi turun.

Darmadji dan Fakhruddin (2006:186) menyatakan bahwa harga saham akan terkoreksi dengan adanya right issue. Untuk mengukur berapa besar koreksi yang timbul harus memperhatikan informasi waktu, harga dan rasio penerbitan right issue tersebut. Harga saham perusahaan setelah emisi right secara teoritis akan

(9)

mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena harga pelaksana emisi right selalu lebih rendah daripada harga pasar.

Ketika dana yang diperoleh dari right issue akan digunakan untuk hal yang menguntungkan seperti investasi maka pengaruh right issue menjadi positif terhadap harga saham. Sedangkan jika dana tersebut digunakan untuk hal yang tidak menguntungkan seperti pembayaran utang maka pengaruh right issue menjadi negatif terhadap harga saham. Hal tersebut dikarenakan para investor menangkap sinyal bahwa pihak manajer memiliki ramalan yang buruk tentang risiko perusahaan di masa yang akan datang.

Apabila pengumuman right issue memiliki kandungan infomasi penting, maka pasar akan bereaksi terhadap pengumuman tersebut yang ditunjukkan oleh adanya perubahan harga saham. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan abnormal return. Suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal returnkepada pasar dan sebaliknya jika tidak mengandung informasi, maka tidak akan memberikan abnormal return. Selain itu, right issue juga berdampak pada likuiditas saham yang dapat dilihat dari persentase bid-ask spread.

2.1.4 Return Saham

Menurut Shook (2002:519)definisireturnadalah laba investasi, baik melalui bunga ataupun dividen. Sedangkan menurut Halim (2005:4) pengertian returnmerupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukan.

(10)

Return biasa diartikan sebagai keuntungan yang diperoleh oleh investor dari investasi. Return dapat berupa returnaktual ataupun returnindividu. Returnaktual (actual return) merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return aktual penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) untuk mengukur risiko di masa yang akan datang. Return aktualdapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑅𝑖𝑡 = 𝑃𝑖𝑡 − 𝑃𝑖𝑡−1 𝑃𝑖𝑡−1 Keterangan:

Ri,t = Actual returnsaham i pada hari ke-t Pi,t = Harga penutupan saham i pada hari ke-t Pi,t-1 = Harga penutupan saham i hari ke t-1

Sedangkan returnekspektasi adalah returnyang diharapkan yang akan diperoleh oleh investor dimasa yang akan datang, jadi sifatnya belum terjadi. Returnekspektasi juga disebut sebagai returnpasar yang dihitung berdasarkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menunjukkan indeks harga saham semua saham yang diperjual-belikan di Bursa Efek Indonesia. Return pasar dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑅𝑚𝑡 =

𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡− 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1 Keterangan:

Rmt =returnpasar pada periode-t

IHSGt = Indeks harga saham gabungan penutupan pada periode t IHSGt-1= Indeks harga saham gabungan penutupan pada periode t-1

(11)

19Abnormal Return

Menurut Sauders dan Cornet (2008:672) definisiabnormal returnadalah selisih dari tingkat return aktual dengan tingkat return yang diharapkan. Sedangkan menurut Jogiyanto (2010:94), abnormal returnmerupakan kelebihan dari imbal hasil yang sesungguhnya terjadi (actual return) terhadap imbal hasil normal (expected return).

Reaksi pasar dapat diukur dengan melihat abnormal return. Abnormal returnsaham dihitung sebagai selisih dari aktual return saham individual dengan return pasar . Return pasar dihitung dengan menggunakan IHSG yang merupakan selisih IHSG pada akhir dan awal periode, yang dibagi dengan IHSG pada awal periode. Sedangkan return individual dihitung dengan menggunakan selisih harga penutupan pada akhir dan awal periode, yang dibagi dengan menggunakan harga penutupan pada awal periode. Abnormal returnmenurut Reilly, et al., (2003:309) dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

𝐴𝑅𝑡 = 𝑅𝑖𝑡− 𝑅𝑚𝑡 Keterangan:

ARt =abnormal return saham i saat t Rit =returnindividual saham i saat t Rmt = tingkat returnsaham saat t

Abnormal returndikatakan positif pada saat tingkat keuntungan yang sebenarnya terjadi lebih besar dari tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return). Sebaliknya, abnormal returndikatakan negatif pada saat tingkat keuntungan yang sebenarnya terjadi (actual return) lebih kecil dari tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return). Dapat dikatakan pasar akan

(12)

menerima abnormal returnapabila suatu pengumuman mempunyai kandungan informasi.

2.1.5 Likuiditas Saham

Menurut Reilly, et al., (2003:92), likuiditas merupakan bagian dari karakteristik dari suatu pasar modal yang baik. Likuiditas saham adalah kemampuan untuk menjual dan membeli sekuritas saham secara lebih cepat dan pada harga yang telah diketahui atau dengan tersedianya informasi yang cukup.

Likuiditas saham adalah ukuran jumlah transaksi suatu saham di pasar modal dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi frekuensi transaksi saham tersebut, maka semakin tinggi pula likuiditas saham. Hal tersebut menunjukkan bahwa saham tersebut semakin diminati investor. Bagi investor akan menguntungkan jika saham tersebut likuid karena mudah ditransaksikan sehingga terdapat peluang untuk mendapatkan capital gain. Namun pada kenyataannya tidak semua saham mudah ditransaksikan atau dengan kata lain mengalami kesulitan likuiditas. Saham yang tidak likuid dapat dikenakan delisting atau dikeluarkan dari Bursa Efek.

Likuiditas saham dapat dilihat dari tingkat bid-ask spread suatu saham. Menurut Conroy, et al., bid-ask spread suatu saham merupakan salah satu parameter likuiditas saham. Demikian juga menurut Rose dan Marquis (2006) bahwa bid-ask spread suatu saham dalam pasar modal menunjukkan penyediaan akan likuiditas dari saham itu sendiri. Dewasa ini secara umum bid-ask spread sebuah sahamlah yang dijadikan sebagai ukuran likuiditas saham. Suatu transaksi dapat terjadi jika terdapat pertemuaan antara harga permintaan dan harga

(13)

penawaran. Menurut Jogiyanto (2010:41) mendefinisikan Bid adalah harga permintaan tertinggi untuk beli, sedangkan ask adalah harga penawaran terendah untuk jual.

Bid-ask spread merupakan selisih antara bid price dan ask price. Bid-ask spread dijadikan sebagai ukuran likuiditas, dimana semakin kecil Bid-Ask Spread maka semakin likuid suatu saham. Seperti yang dikemukakan Ratnaningrum (2008) bahwa semakin rendah perbedaan antara kurs jual dan kurs beli suatu sekuritas dari pasar modal, maka semakin likuid saham tersebut. Hal yang sama juga diungkapkan Rusliati dan Farida (2010) bahwa “Semakin kecil Bid-Ask Spread suatu perusahaan berarti saham semakin likuid. Bid-Ask Spread terkecil yang bernilai nol (0) disebabkan oleh saham yang mempunyai harga jual tertinggi sama dengan harga beli terendahnya artinya banyak investor yang tertarik untuk bertransaksi, banyaknya investor yang tertarik untuk bertransaksi akan menaikkan harga saham sehingga menaikkan likuiditas saham tersebut”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Bid-Ask Spread yang baik adalah yang memiliki nilai yang kecil. Semakin kecil nilainya maka likuiditas saham pun semakin meningkat.

2.1.6 Teori yang Berkaitan dengan Right Issue 2.1.6.1 Signaling Theory dan Asimetri Informasi

Menurut Gallagher dan Andrew (2003:25), signaling merupakan pesan yang dikirim perusahaan ataupun dugaan investor terhadap keputusan finansial perusahaan. Apapun informasi yang terjadi dari kondisi saham suatu perusahaan adalah selalu memberikan efek bagi keputusan investor sebagai pihak yang

(14)

menangkap sinyal tersebut. Konsep signaling theory di sini menjadi sangat berperan. Pengertian signaling theory menurut Fahmi (2014:295) adalah teori yang membahas tentang naik turunnya harga di pasar, sehingga akan memberi pengaruh pada keputusan investor.

Teori ini mengasumsikan bahwa manajer memiliki informasi yang lengkap tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar, dan manajer adalah orang yang selalu berusaha memaksimalkan intensif yang diharapkannya. Kelebihan manajer daripada pihak luar (investor) yaitu informasi yang lengkap dan akurat yang dimiliki oleh manajer mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan.

Right issue dianggap suatu sinyal oleh investor yang dapat mempengaruhi nilai saham mereka. Dengan adanya sinyal dari perusahaan menyebabkan investor melakukan antisipasi untuk menentukan investasi yang tepat. Asimetri informasi akan terjadi jika manajer tidak secara penuh menyampaikaan seluruh informasi yang diperolehnya tentang semua hal yang dapat mempengaruhi perusahaan ke pasar modal. Jika manajer menyampaikan suatu informasi ke pasar, maka umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal terhadap adanya kejadiantertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari perubahan harga dan risiko saham yang terjadi sebagai implikasinya.

2.1.6.2 Teori Struktur Modal

Martono dan Harjito (2010:240) mendefinisikan struktur modal sebagai perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang

(15)

ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Hal ini dipertegas oleh Jones dalam Fahmi (2014:185) bahwa, struktur modal suatu perusahaan terdiri dari long-tern debt dan shareholder’s equity, dimana stockholder equity terdiri dari preferred stock dan common equity, dan common equity itu sendiri adalah terdiri dari common stock dan retained earning.

Penggunaan dana dari luar perusahaan ini dalam manajemen keuangan disebut struktur modal yang tampak di sisi kewajiban dan ekuitas pada neraca perusahaan. Tugas setiap manajer keuangan adalah menentukan struktur modal yang optimal yaitu yang akan meminimalkan biaya modal perusahaan sehingga memaksimalkan keuntungan perusahaan.

Perubahan struktur modal berasal dari penerbitan obligasi dan pembelian kembali saham biasa atau penerbitan saham baru. Dalam teori ini diasumsikan bahwa walaupun suatu perusahaan memiliki struktur modal yang optimal, masih terjadi ketidakjelasan apakah hal tersebut dapat menjelaskan pengaruh negatif terhadap harga saham dihubungkan dengan penerbitan saham baru. Penambahan saham baru seharusnya memberikan dampak positif terhadap harga saham dan bukan sebaliknya, karena penambahan saham baru mencerminkan adanya perkembangan struktur modal yang optimal.

Ghozali dan Solicin dalam Fahmi (2014:191) membenarkan bahwa “right issue merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan yang telah terdaftar (listed) di bursa efek untuk memperoleh dana”. Kebijakan right issue merupakan upaya emiten untuk menambah saham yang beredar guna menambah modal perusahaan.

(16)

4Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa tinjauan terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain:

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama

Peneliti dan Tahun

Judul Penelitian Variabel

Teknik Analisis Data Hasil Penelitian 1. Otieno danOchieng (2015)

The effects of Rights Issue Announcements on Stock Returns for Firms Listed at the Nairobi Securities Exchange Dependen: Abnormal Return Independen: Right issue

Event Study Terdapat perbedaan yang signifikan antara

abnormal return saat

pengumuman dengansebelum

pengumuman right issue. 2. Dewi dan

Putra (2013)

Pengaruh Pengumuman

Right issue pada Abnormal Return dan

Volume Perdagangan Saham Dependen: 1. Abnormal Return 2. Volume Perdagangan Saham Independen: Right issue Paired Sample T-test

1. Tidak terdapat perbedaan

abnormal return sebelum

dan sesudah right issue 2. Terdapat perbedaan

volume perdagangan sebelum dan sesudah right

issue

3. Sugiana dan Surya (2013)

Implication Of Right Issue Cum And Ex-Date Announcement To The Stock Return(Empirical Study On Indonesia Stock Exchange Period:2009-2012) Dependen: Abnormal Return Independen: Right Issue Event Study

Right issue bepengaruh

negatif tehadap Abnormal

return sebelum, pada saat

dan setelah pengumuman.

4. Malhotra, et

al., (2012)

Liquidity changes around bonus and rights issue announcements: Evidence from manufacturing and service sectors in India

Dependen: Likuiditas Independen: 1. Bonus Issue 2. Right issue Parametric dan Non Parametric Tests. 1. Likuiditas saham mengalami penurunan yang signifikan setelah bonus issue dan right issue 2. Likuiditas harga saham

mengalami penurunan pada saat bonus issue dan

right issue 5. Miglani (2011) An Emperical Analysis of Impact of Right Issue on Shareholders Returns of Indian Listed Companies Dependen: Abnormal Return Independen: Right Issue Event Study

Pengumuman right issue berpengaruh positif signifikan terhadap

abnormal return pada hari

pengumuman dan setelah pengumuman.

(17)

Lanjutan Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama

Peneliti dan Tahun

Judul Penelitian Variabel

Teknik Analisis Data Hasil Penelitian 6. Rusdi dan Avianto, (2009) Pengaruh Right issue terhadap Tingkat Keuntungan dan Likuiditas Saham Emiten Di Bursa Efek Jakarta Dependen: 1. Return 2. Abnormal Return 3. Volume Perdagangan Independen: Right Issue

Event Study 1. Ada perbedaan yang signifikan

antara rata-rata abnormal

return sebelum dan sesudah

pengumuman Right issue 2. Ada perbedaan yang signifikan

antara rata-rata Trading

Volume Activity sebelum dan

sesudah pengumuman right

issue 7. Yusuf, et al., (2009) Analisis Reaksi Investor Terhadap Pengumuman Right

Issue Di Bursa Efek

Jakarta Dependen: 1. Return 2. Abnormal Return 3. Aktivitas Volume Perdagangan 4. Bid-Ask Spread Independen: Right issue Two Paired Sample Test

1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara return dan

abnormal return sebelum,

pada saat dan setelah pengumuman Right issue 2. Ada perbedaan yang signifikan

antara aktivitas volume perdagangan sebelum, pada saat dan setelah pengumuman

right issue

3. Terdapat perbedaaan tetapi tidak signifikan antara bid-ask

spread sebelum, pada saat dan

setelah pengumuman right

issue. 8. Mulatsih, et al., (2009) Analisis Reaksi Pasar Modal terhadap Pengumuman Right

issue di Bursa Efek

Jakarta (BEJ) (pengamatan terhadap Return, Abnormal return, Security Return Variability dan Trading Volume Activity) Dependen: 1. Return Saham 2. Abnormal Return 3. Likuiditas saham 4. Variabilitas tingkat keuntungan Independen: Right issue Two Paired Sample Test

1. Ada perbedaanreturn sebelum dan saat pengumuman right

issuedan tidak ada

perbedaanreturn setelah pengumuman right issue. 2. Abnormal Returnsebelum dan

setelahright issue tidak berbeda signifikan dengan rata-rata

abnormal return pada saat

pengumuman.

3. Ada perbedaan TVA yang signifikan sebelum dan pada saat pengumuman, sedangkan setelah pengumuman ada perbedaan tapi tidak signifikan. 4. Terdapat perbedaan Security

Return Variability yang signifikan pada saat, sebelum dan sesudah 9. Ratnaningrum, (2008) Pengaruh Right issue terhadap Likuiditas Saham Dependen: Likuiditas Saham Independen: Right issue Two Paired Sample Test

Pengumuman right issue tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas saham.

(18)

2.2 Kerangka Konseptual

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa reaksi dari peristiwa right issue. Jika peristiwa tersebut mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu peristiwa tersebut terjadi. Sheehan, et al., dalam Purwanto (2004:72) berpendapat bahwa terdapat asimetri informasi diantara investor terhadap informasi right issue,sehingga pasar akan beraksi terhadap peristiwa right issue. Reaksi tersebut dalam penelitian ini dilihat dari besarnya perubahan pada abnormal returndan likuiditas saham. Bila terjadi reaksi terhadap peristiwa right issue maka akan terjadi perubahan abnormal returndan likuiditas saham.

Apabila pengumuman right issue memiliki kandungan infomasi penting, maka pasar akan bereaksi terhadap pengumuman tersebut yang ditunjukkan oleh adanya perubahan harga saham. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan abnormal return. Suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal returnkepada pasar dan sebaliknya jika tidak mengandung informasi, maka tidak akan memberikan abnormal return. Hasil penelitian Yusuf, et al.,(2009) membuktikan bahwa rata-rata abnormal returnsebelum pengumuman right issue adalah 0,305%, saat pengumuman sebesar 4,196% sedangkan sesudah pengumuman sebesar 0,6855%. Hasil analisa statistik ini menunjukkan bahwa sebelum pengumuman right issue kemungkinan informasi tentang pengumuman right issue belum dapat diserap oleh investor sehingga pada periode sebelum abnormal returnsaham lebih rendah dari pada saat pengumuman right issue.

(19)

Likuiditas dapat diukur dengan bid-ask spread, yaitu selisih antara harga terendah yang pedagang bersedia jual dan harga tertinggi yang pembeli bersedia beli. Dengan demikian, spread akan semakin meningkatbila harga saham mengalami penurunan atau dengan kata lain spread memiliki hubungan negatif terhadap harga saham. Harga saham perusahaan secara teoritis setelah right issue akan mengalami penurunan. Karena harga pelaksana emisi right selalu lebih rendah daripada harga pasar. Maka kapitalisasi pasar saham akan naik dalam persentase lebih kecil daripada naiknya persentase jumlah saham. Darmadji dan Fakhruddin (2006:135) menyatakan bahwa dengan adanya right issue jumlah saham yang beredar akan bertambah. Penambahan jumlah saham mempengaruhi kepemilikan pemegang saham lama apabila pemegang saham lama tidak melakukan konversi rights-nya. Volume perdagangan saham yang semakin besar menandakan bahwa saham tersebut aktif ditransaksikan, sehingga broker/dealer tidak perlu menyimpan saham tersebut terlalu lama sehingga menurunkan biaya pemilikan saham tersebut. Sehingga volume perdagangan saham berhubungan negatif dengan bid-ask spread.

Dalam Jarrow, et al.,(2006:1061) dinyatakan bahwa “persentase bid-ask spread meningkat sebelum dan pada saat pengumuman right issue dan menurun setelah pengumuman right issue”. Namun berbeda oleh hasil penelitian Yusuf, et al., (2009) yang menemukan bahwa rata-rata bid-ask spread mengalami penurunan sebelum dan pada saat pengumuman right issue yakni sebesar 0,287 dan rata-rata bid-ask spread mengalami sedikit peningkatan setelah pengumuman right issue yakni sebesar 0,014. Terjadinya penurunan sebelum dan pada saat

(20)

pengumuman dimungkinkan adanya tingkat pengharapan yang tinggi untuk mendapatkan returnsesudah pengumuman sehingga investor melakukan aktivitas spekulasi. Sedangkan terjadinya peningkatan setelah pengumuman dimungkinkan prediksi investor tidak terbukti sehingga para investor sudah mulai melakukan aktivitas jual saham. Sedangkan hasil penelitianRatnaningrum (2008) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada penawaran dan permintaan pada saat pengumuman dengan periode sebelum dan sesudah pengumuman right issue. Hal ini terjadi dimungkinkan karena informasi right issue tidak mempunyai kandungan informasi yang cukup untuk mempengaruhi preferensi investor dalam membeli saham. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka likuiditas saham dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan bid-ask spread.

Berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu maka kerangka konseptual penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dari gambar di atas dapat dilihat hubungan kausal antara right issue terhadap abnormal returndan likuiditassaham. Pengaruh hubungan right issue

(21)

terhadap abnormal returndan likuiditassaham dapat dilihat pada 5 hari sebelum, pada saat, dan 5 hari setelah pengumuman right issue.

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah:

1. Right Issue berpengaruh signifikan terhadap abnormal returnsaham perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia.

2. Right Issue berpengaruh signifikan terhadap likuiditassaham perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia.

3. Terdapat korelasi yang signifikan antara abnormal returnsaham sebelum dengan abnormal returnsaham setelahright issue pada perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia.

4. Terdapat korelasi yang signifikan antara likuiditas sahamsebelum dengan likuiditas saham setelahright issue pada perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia.

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan jika diberikan dalam bentuk HLS (diekstrak), tidak ada perbedaan pengaruh terhadap hasil biomassa di antara keempat bahan yang digunakan, meskipun demikian

Berkaitan dengan penelitian mengenai komitmen organisasi, penelitian Darlis (2002) menunjukkan bahwa semakin besar komitmen organisasi akan menurunkan keinginan

Uji yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: (1) uji perbedaan dua rata-rata untuk melihat (a) perbedaan self-efficacy terhadap matematika pada mahasiswa yang

ANALISIS PERKEMBANGAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN KULON PROGO Studi Kasus di Badan Keuangan dan Aset Daerah BKAD Kabupaten

Kemampuan itu adalah kemampuan untuk berkomunikasi dan membentuk relasi yang baik dengan siswa khususnya dalam proses belajar mengajar karena interaksi guru

Yahudi) masuk Islam secara sembunyi sembunyi, Ia menghada menghadap ke B p ke Banu anu Quraidlah yang telah melanggar janji d Quraidlah yang telah melanggar janji dengan

Kepuasan Kerja merupakan sikap (positif) tenaga kerja terhadap pekerjaannya, yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi kerja. Penilaian tersebut

Stok pengetahuan ditempatkan sebagai salah satu faktor produksi yang semakin meningkat, sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi setiap negara dapat terus