• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, FARMASI, DAN TEKSTIL TAHUN 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, FARMASI, DAN TEKSTIL TAHUN 2021"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

RENCANA KINERJA

SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL

INDUSTRI KIMIA, FARMASI, DAN

TEKSTIL TAHUN 2021

SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA,

FARMASI, DAN TEKSTIL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

(3)

KATA PENGANTAR

Dalam rangka meningkatkan implementasi program penumbuhan dan pengembangan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil tahun 2021 yang lebih berdayaguna, berhasilguna, dan untuk memantapkan akuntabilitas kinerja, Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (Setditjen IKFT) perlu menyusun Rencana Kinerja (Renkin) Setditjen IKFT Tahun 2019. Dokumen Renkin memuat informasi tentang sasaran yang ingin dicapai, hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai, dan indikator kinerja yang diharapkan dapat mengarahkan perumusan program kegiatan Setditjen IKFT Tahun 2021 sehingga dapat menjadi perwujudan penyelenggaraan tugas umum pemerintah dan pembangunan secara baik dan benar (good governance).

Penyusunan dokumen ini bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintahan yang lebih berdaya guna, bersih, dan bertanggung jawab dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi.

Memasuki tahun 2020, Ditjen IKFT menyusun Rencana Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2021 yang mencakup Rencana Strategis, Hasil-Hasil Pembangunan, Arah Kebijakan Pembangunan, Sasaran Strategis, dan Indikator Kinerja yang menggambarkan tugas pokok dan fungsi dalam rangka pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan. Disamping itu, Rencana Kinerja Setditjen IKFT Tahun 2021 ini disusun sebagai bahan masukan bagi Ditjen IKFT guna meningkatkan kinerja di masa mendatang.

Jakarta, Maret 2020 Sekretaris Direktorat Jenderal

Ttd.

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. LATAR BELAKANG ... 1

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN ... 5

1.3. TUGAS POKOK DAN FUNGSI ... 6

1.4. RUANG LINGKUP ... 10

BAB II PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN INDUSTRI ...11

2.1 HASIL – HASIL PEMBANGUNAN INDUSTRI ... 11

2.2 DUKUNGAN MANAJEMEN INTERNAL DALAM PEMBANGUNAN INDUSTRI ... 14

2.3 Arah Kebijakan dan Strategi Sekretariat Direktorat Jenderal ... 19

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ...20

3.1 SASARAN ... 20

3.2 INDIKATOR KINERJA ... 22

3.3 RENCANA AKSI ... 24

3.4 KEBUTUHAN ANGGARAN ... 26

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rencana Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal

Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2018 ... 22 Tabel 3.2 Estimasi Anggaran Kegiatan TA 2018 ... 26

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Industri

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Saat ini Pemerintah memiliki Visi Pembangunan Industri yang diatur dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN). Visi tersebut ialah Menjadi Negara Industri Tangguh yang bercirikan:

1. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat dan berkeadilan 2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global

3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi

Strategi yang ditempuh untuk mencapai visi dan misi pembangunan industri nasional adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan industri hulu dan industri antara berbasis sumber daya alam; 2. Pengendalian ekspor bahan mentah dan sumber energi;

3. Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas sumber daya manusia (SDM) industri;

4. Mengembangkan wilayah pengembangan industri (WPI), wilayah pusat pertumbuhan industri (WPPI), kawasan industri (KI), dan sentra industri kecil dan menengah;

5. Menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusan kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas kepada industri kecil dan menengah; 6. Pembangunan sarana dan prasarana industri;

7. Pembangunan industri hijau; 8. Pembangunan industri strategis;

9. Peningkatan penggunaan produk dalam negeri; dan 10. Kerjasama internasional bidang industri.

Sebagai instansi pemerintah yang membidangi industri nasional maka Kementerian Perindustrian memiliki acuan kebijakan sesuai dengan visi dan strategi tersebut. Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (selanjutnya disebut Ditjen IKFT) merupakan salah satu satuan kerja unit Eselon I dalam struktur organisasi

(8)

Kementerian Perindustrian. Ditjen IKFT membina industri-industri komoditas dasar seperti industri kimia hulu, industri kimia hilir, industri barang galian nonlogam, industri tekstil dan produk tekstil, industri kulit dan barang kulit, industri alas kaki, industri perhiasan, dan lainnya.

Sektor industri tersebut bercirikan padat modal, padat karya, memiliki keterkaitan tinggi mulai dari hulu hingga hilir, dan menjadi komoditas ekspor penghasil devisa negara. Dengan memerhatikan karakteristik tersebut, Ditjen IKFT berupaya untuk mengembangkan industri binaannya melalui program kegiatan yang aspiratif, fasilitatif, dan akomodatif.

Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kementerian Perindustrian, Ditjen IKFT mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatanpenggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri kimia hilir, industri bahan galian non logam, serta industri tekstil, kulit, dan alas kaki.

Sesuai amanat Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Ditjen IKFT, Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (selanjutnya disebut Setditjen IKFT) menyelenggarakan tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Setditjen IKFT menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

1. Koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran, serta evaluasi dan pelaporan di bidang industri kimia, farmasi, dan tekstil;

2. Koordinasi dan pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi di bidang industri kimia, farmasi, dan tekstil;

3. Koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan penelaahan hukum mengenai sumber daya industri, sarana prasarana industri, dan pemberdayaan industri di bidang industri kimia, farmasi, dan tekstil;

(9)

4. Koordinasi dan penyusunan perjanjian kerja sama serta pelaksanaan administrasi kerja sama dan hubungan masyarakat di bidang industri kimia, farmasi, dan tekstil;

5. Koordinasi dan pelaksanaan urusan keuangan direktorat jenderal; dan

6. Pelaksanaan urusan kepegawaian dan manajemen kinerja pegawai, organisasi dan tata laksana, rumah tangga, perlengkapan, dan tata usaha.

Sebuah organisasi senantiasa membutuhkan peran sekretariat. Unit kesekretariatan berfungsi sebagai koordinator perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan. Disamping itu, keberadaan sekretariat sangat diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas administratif yang bersifat umum. Meski demikian, sekretariat memiliki potensi strategis, yaitu sebagai jembatan komunikasi, baik bagi publik internal organisasi, maupun bagi publik eksternal organisasi. Sebagai pusat administrasi dan koordinasi di lingkungan Ditjen IKFT, Setditjen IKFT memiliki potensi strategis sebagai fasilitator direktorat industri di lingkungan Ditjen IKFT dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Setditjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil bertugas dalam koordinasi dan fasilitasi Direktorat teknis sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian yaitu Direktorat Industri Kimia Hulu (Dit. IKHU), Direktorat Industri Kimia Hilir dan Farmasi (Dit. IKHF), Direktorat Industri Teksil, Kulit, dan Alas Kaki (Dit. ITKA), dan Direktorat Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam (Dit. ISKBGNL).

Potensi Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil adalah sebagai berikut:

1. Adanya komitmen yang kuat dari pimpinan dan seluruh aparatur Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil untuk mengembangkan dan meningkatkan sistem, standar, dan prosedur kerja guna mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik.

2. Adanya semangat yang tinggi untuk melakukan perubahan pola pikir, budaya kerja, dan perilaku aparat.

3. Adanya keinginan yang kuat untuk mewujudkan birokrasi yang bersih, efisien, efektif, produktif, transparan, melayani masyarakat, dan akuntabel.

(10)

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil.

5. Terdapat sarana dan prasarana yang memadai dalam menunjang pelaksanaan tugas. 6. Adanya mekanisme dan prosedur kerja yang lebih efektif dan efisien di tingkat

eselon II di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil.

Potensi strategis tersebut perlu diolah menjadi peran-peran strategis yang bersifat kontributif bagi pencapaian kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang optimal. Berdasarkan Draft Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2020 - 2024, Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil berperan dalam mencapai sasaran antara untuk mewujudkan:

1. Sistem perencanaan dan pengendalian industri yang handal;

2. SDM industri dan aparatur yang profesional;

3. Kebijakan industri yang pro bisnis dan penyelesaian perkara hukum yang profesional;

4. Sistem informasi industri yang terintegrasi dan handal;

5. Sistem kerjasama yang melindungi kepentingan industri; dan

6. Pengelolaan keuangan, sarana dan prasarana yang baik

Untuk mendukung peran strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil serta melaksanakan tugas dan fungsi di atas, Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil menyelenggarakan kegiatan Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 150 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Perindustrian mengamanatkan agar setiap Unit Eselon I dan II menyusun dokumen Rencana Kinerja, yaitu suatu dokumen perencanaan kinerja tertentu berdasarkan sumber daya yang dimiliki instansi. Sedangkan perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Oleh karena itu, dalam rangka

(11)

meningkatkan implementasi manajemen internal dalam mendukung program pengembangan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil tahun 2021 yang lebih berdayaguna, berhasilguna, dan untuk memantapkan akuntabilitas kinerja, Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil perlu menyusun Rencana Kinerja (Renkin) Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2021. Dokumen Renkin memuat informasi tentang sasaran yang ingin dicapai, hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai, dan indikator kinerja yang diharapkan dapat mengarahkan perumusan program kegiatan Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2021, serta pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil sehingga kinerja yang dihasilkan pada tahun 2021 memenuhi kualitas akuntabel dan berkelanjutan.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Sebagaimana amanat Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang menjelaskan bahwa dokumen Rencana Kinerja merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam penyusunan dokumen Penetapan Kinerja yang merupakan dokumen pernyataan kinerja/kontrak kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan sumberdaya tertentu pada suatu instansi. Demikian pula dijelaskan dalam Surat Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang menyebutkan bahwa dokumen Rencana Kinerja disusun seiring dengan agenda penyusunan kebijakan dan anggaran, serta merupakan komitmen bagi instansi untuk mencapainya dalam tahun tertentu.

Sedangkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 150 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Akuntabilitas Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Perindustrian, dijelaskan bahwa Rencana Kinerja adalah suatu dokumen perencanaan kinerja tertentu berdasarkan sumber daya yang dimiliki oleh instansi. Oleh karena itu, berdasarkan amanat tersebut, maka maksud dan tujuan penyusunan dokumen Rencana Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia,

(12)

Farmasi, dan Tekstil Tahun 2021 adalah sebagai acuan penyusunan perjanjian kinerja dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2021 sebagai penjabaran sasaran dan program jangka menengah pada Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2020 – 2024.

1.3. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, struktur organisasi satuan kerja unit Eselon III pada Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil terdiri dari :

1. Bagian Program Evaluasi dan Pelaporan

Bagian Program Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana program, anggaran, pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bagian Program Evaluasi dan Pelaporan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a. Penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran b. Penyiapan bahan koordinasi, pengumpulan dan pengolahan data, serta

penyajian informasi

c. Penyiapan bahan evaluasi serta penyusunan laporan Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan terdiri atas :

a. Subbagian Program mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran.

b. Subbagian Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi dan pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi.

c. Subbagian Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi dan pelaksanaan evaluasi serta penyusunan laporan.

(13)

2. Bagian Hukum dan Kerja Sama

Bagian Hukum dan Kerja Sama mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja sama, dan penelaahan hukum mengenai sumber daya industri, sarana prasarana industri, dan pemberdayaan industri, serta pelaksanaan administrasi kerja sama dan hubungan masyarakat di bidang Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bagian Hukum dan Kerja Sama menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan telaahan sumber daya manusia, sumber daya alam, teknologi industri, kreativitas dan inovasi, sumber pembiayaan, standardisasi industri, dan sistem informasi industri di bidang industri kimia, farmasi, dan tekstil;

b. Penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan telaahan mengenai industri hijau, industri strategis, peningkatan penggunaan produk dalam negeri, dan kerja sama internasional di bidang industri kimia, farmasi, dan tekstil;

c. Penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan perjanjian kerja sama serta pelaksanaan administrasi kerja sama dan hubungan masyarakat di bidang industri kimia, farmasi, dan tekstil.

Bagian Hukum dan Kerjasama terdiri atas :

a. Subbagian Peraturan Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana Industri mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundangundangan dan telaahan mengenai sumber daya manusia, sumber daya alam, teknologi industri, kreativitas dan inovasi, sumber pembiayaan, standardisasi industri, dan sistem informasi industri di bidang industri kimia, farmasi, dan tekstil.

b. Subbagian Peraturan Pemberdayaan Industri mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan telaahan mengenai industri hijau, industri strategis, peningkatan penggunaan produk dalam negeri, dan kerja sama

(14)

internasional di bidang industri kimia, farmasi, dan tekstil.

c. Subbagian Kerja Sama mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan perjanjian kerja sama serta pelaksanaan administrasi kerja sama dan hubungan masyarakat di bidang industri kimia, farmasi, dan tekstil.

3. Bagian Keuangan

Bagian Keuangan mempunyai tugas untuk melaksanakan penyiapan koordinasi dan pelaksanaan urusan keuangan direktorat jenderal. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bagian Keuangan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a. pelaksanaan urusan perbendaharaan dan gaji pegawai direktorat jenderal; b. pelaksanaan urusan akuntansi direktorat jenderal; dan

c. pelaksanaan urusan pengelolaan barang milik negara direktorat jenderal. Bagian Keuangan terdiri atas:

a. Subbagian Perbendaharaan dan Gaji mempunyai tugas melakukan urusan perbendaharaan dan gaji pegawai direktorat jenderal.

b. Subbagian Akuntansi mempunyai tugas melakukan urusan akuntansi direktorat jenderal.

c. Subbagian Pengelolaan Barang Milik Negara mempunyai tugas melakukan urusan pengelolaan barang milik negara direktorat jenderal.

4. Bagian Kepegawaian dan Umum

Bagian Kepegawaian dan Umum mempunyai tugas untuk melaksanakan urusan administrasi kepegawaian, perlengkapan, dan rumah tangga serta tata usaha dan manajemen kinerja di lingkungan Direktorat Jenderal. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Bagian Kepegawaian dan Umum menyelenggarakan fungsi :

a. Pelaksanaan urusan kepegawaian

b. Pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan

c. Pelaksanaan urusan tata usaha, kearsipan, dokumentasi, hubungan masyarakat, organisasi dan tata laksana, serta manajemen kinerja

(15)

Bagian Kepegawaian dan Umum terdiri atas :

a. Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian dan manajemen kinerja pegawai serta organisasi dan tata laksana direktorat jenderal.

b. Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan mempunyai tugas melakukan urusan rumah tangga dan perlengkapan direktorat jenderal.

c. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha. Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil adalah sebagai berikut :

(16)

1.4. RUANG LINGKUP

Rencana Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2021 merupakan bagian dari perencanaan jangka menengah pengembangan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil memiliki ruang lingkup yang meliputi pencapaian hasil – hasil pembangunan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil, Arah Pembangunan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil, serta Akuntabilitas Kinerja Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil tahun 2021 secara segi kelembagaan.

(17)

BAB II PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN INDUSTRI

Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil sebagai unit pendukung pelaksana tugas pokok Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil, merupakan unit kerja yang mempunyai peran koordinasi, fasilitasi dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil dalam melaksanakan Pembangunan Industri, terutama periode 2020 - 2024.

2.1 HASIL – HASIL PEMBANGUNAN INDUSTRI

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil telah melaksanakan kegiatan dan memfasilitasi terbentuknya kebijakan dalam rangka pembangunan industri, pencapaian dari upaya tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pupuk dan Pestisida

Adapun perkembangan kegiatan penumbuhan dan pengembangan industri pupuk dan pestisida sampai dengan 2019 adalah sebagai berikut:

 Telah diselesaikannya polemik kebijakan kenaikan harga gas dibeberapa daerah oleh PT PGN, sehingga harga gas tetap seperti keadaan semula

 Telah disusun rancangan SoU antara Kementerian Perindustrian Republik Indonesia dengan Kementerian Federal untuk Lingkungan, Konservasi Alam, dan Keamanan Nuklir Jerman mengenai pengurangan emisi N2O global dari produksi asam nitrat

 Telah disusun rancangan tanggapan dari Kementerian Perindustrian terkait RPP B3 dan rancangan road map pengurangan penggunaan paraquat diklorida.

 Telah dilaksanakannya proses relokasi peralatan mesin pupuk organik dari kabupaten Magelang ke Kabupaten Pangandaran

2. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat

 Telah dilaksanakan proses Pengadaan Reaktor Re-arrangement menghasilkan p-Aminofenol dan Asetilasi menghasilkan Parasetamol dan diserahkan kepada Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada untuk dimanfaatkan dalam rangka penelitian bahan baku obat Parasetamol

(18)

 Terdapat 3 realisasi investasi baru industri bahan baku obat antara lain PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopeia yang memproduksi senyawa Active Pharmaceutical Ingredient (API) dan High Functional Chemical (HFC), PT Kimia Farma di Jombang yang memproduksi garam farmasi, dan PT Kalbio Global Medika yang memproduksi Erithropoethin (EPO).

3. Revitalisasi industri obat tradisional

Upaya menunjang Industri obat tradisional yang merupakan salah satu industri andalan yang dikembangkan oleh Kementerian Perindustrian. Bantuan peralatan dan mesin diberikan kepada industri, bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi obat tradisional. Telah dilakukan pemberian bantuan mesin/peralatan yang ditempatkan pada 11 industri dengan penerima Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja daerah Kabupaten Sukoharjo, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Kabupaten Bantul.

4. Pengembangan industri semen di Timika, Papua

Lokasi pabrik semen nasional terkonsentrasi di wilayah Barat Indonesia (Sumatera dan Jawa) sebesar 90% dari kapasitas produksi nasional dan sisanya di wilayah Timur Indonesia (Sulawesi, NTT, dan Papua Barat). Kebutuhan semen untuk wilayah Timur Indonesia saat ini dipasok dari Tonasa, Makassar, Gresik, Jakarta dan Papua Barat. Besarnya biaya distribusi transportasi menyebabkan harga semen di Papua menjadi sangat mahal.

Papua dan Papua Barat memiliki potensi bahan baku semen yang besar, selain itu pasar di daerah ini akan berkembang sejalan dengan program pembangunan infrastruktur di Papua seperti jalan trans Papua dan pembangunan industri petrokimia serta produk turunannya. Saat ini terdapat 1 (satu) pabrik semen terintegrasi di Manokwari, Papua Barat sedangkan di Papua belum ada pabrik semen. Mengingat luas daerah yang cukup besar dan potensi pasar dimasa depan maka pendirian pabrik penggilingan semen di Timika, Papua perlu didorong agar investor dapat membangun industri semen di daerah tersebut. Peluang untuk membangun pabrik semen maupun unit pendukungnya sangat potensial baik dari skala teknis maupun ekonomis. Dit, IBGNL telah menyusun kajian kelayakan

(19)

pabrik semen di Timika tidak terkendala bahan baku serta secara keekonomian akan menguntungkan untuk pasar Timika dan sekitarnya. Namun, terkendala pembebasan/ penggunaan lahan adat. Oleh karena itu, sejauh ini hasil kajian merekomendasikan agar pabrik semen di Timika didirikan setelah mendapat kepastian terkait pembebasan lahan.

5. Pengembangan industry calcined dolomite

Indonesia memiliki potensi cadangan dolomite yang cukup besar, yaitu sebesar 1,6 Milyar Ton yang tersebar di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Jawa Tengah. Sejauh ini dolomite local mayoritas hanya digunakan untuk industri pupuk dan industry besi/baja. Padahal dolomite memiliki potensi peningkatan nilai tambah dari dolomite yang bernilai USD 4 per Ton menjadi calcined dolomite yang bernilai USD 225 per Ton, bahkan hingga menjadi magnesium alloy yang bernilai USD 5500 per Ton. Berdasarkan kondisi tersebut, Dit. IBGNL berupaya mengembangkan calcined dolomite agar hilirisasi bahan galian nonlogam lainnya dapat dimulai bertahap untuk selanjutnya menuju substitusi bahan baku impor.

6. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN)

Sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri Produk Industri Kimia, Tekstil dan Aneka merupakan program prioritas yang berada di Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka. Program Sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri diberikan gratis untuk dua sertifikasi produk per perusahaan binaan Ditjen IKTA. Apabila perusahaan binaan mengajukan lebih dari dua produk maka sertifikasi produk ketiga dan seterusnya dibiayai sendiri oleh perusahaan tersebut. Melihat dari kerumitan, waktu, serta sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan ini maka kegiatan ini dilakukan oleh pihak ketiga. Verifikasi TKDN dilakukan oleh pihak ketiga dan sertifikasi diberikan oleh Kementerian Perindustrian. Sertifikat TKDN berlaku selama dua tahun. Setelah kadaluwarsa TKDN harus diverifikasi ulang untuk mendapatkan sertifikat baru.

Setiap tahunnya Ditjen IKFT dapat memfasilitasi penerbitan lebih dari 500 sertifikat TKDN untuk industri binaan Ditjen IKFT, namun dikarenakan terdapat Pusat Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, kegiatan ini tidak lagi

(20)

7. Fasilitasi Insentif Industri

Setditjen IKTA pada tiap tahun melaksanakan kegiatan penunjang industri seperti koordinasi Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP). BMDTP merupakan salah satu instrumen fiskal Direktorat Jenderal yang bertujuan untuk penciptaan iklim usaha kondusif. Pada tahun 2018, dari total pagu fasilitas BMDTP TA 2018 sebesar Rp 224.050.482.000, untuk 12 sektor industri, total nilai yang telah terrealisasi sebesar Rp 177.282.355.480 atau 79,13 persen dari pagu. Jumlah perusahaan yang menggunakan BMDTP Tahun 2018 sebanyak 76 perusahaan. Sektor industri yang mendapatkan BMDTP yaitu Amplas, Kosmetik, Plastik, Polyester, Bahan Kimia, Kokas, Pupuk Borate, Resin, Kacamata, Karpet, Mainan Anak, dan Serat Benang. BMDTP paling besar untuk produk plastik. Pada tahun 2019, dari total pagu fasilitas BMDTP TA 2019 sebesar Rp 268.850.000.000, untuk 15 sektor industri, total nilai yang telah terrealisasi sebesar Rp 182.949.778.000 atau 68,04 persen dari pagu. Jumlah perusahaan yang menggunakan BMDTP Tahun 2019 sebanyak 77 perusahaan. Sektor industri yang mendapatkan BMDTP yaitu pembuatan frit, pembuatan gypsum, pembuatan amplas, pembuatan calcinated petroleum coke, pembuatan bahan kimia khusus / masterbatch, pembuatan pupuk borate, pembuatan resin, pembuatan karpet / permadani, pembuatan serat / benang, penyamakan kulit, pembuatan kemasan plastik, pembuatan polyester berlapis logam dan kaca film, pembuatan kosmetik, pembuatan cat, pembuatan alat pemadam api.

2.2 DUKUNGAN MANAJEMEN INTERNAL DALAM PEMBANGUNAN

INDUSTRI

Sebagaimana yang telah disebutkan, bahwa Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil merupakan unit pendukung pelaksana tugas pokok Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil dan berperan koordinasi, fasilitasi dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil.

Dalam rangka mengimplementasikan pelaksanaan tupoksi yang berorientasi pencapaian kinerja, maka Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil menerapkan Balance Scorecard dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(21)

penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU). Dengan adanya dokumen Rencana Strategis, Rencana Kinerja, dan Perjanjian Kinerja yang disusun berdasarkan perumusan Peta Strategi dan IKU, maka Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil dapat dikatakan telah mengaplikasikan metode Balance Scorecard. Melalui pengaplikasian metode ini, diharapkan visi, misi, dan sasaran yang ingin dituju oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil dapat dihubungkan dengan tugas pokok dan fungsi, serta program dan kegiatan yang dianggarkan.

Keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil pada masa kerja dapat ditentukan berdasarkan pencapaian IKU pada dokumen Perjanjian Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil. Berikut Capaian Setditjen IKFT pada tahun sebelumnya:

1. Penyusunan dan Evaluasi Program

Penyusunan dan evaluasi program merupakan think tank dari penyelenggaraan seluruh program kegiatan Ditjen IKFT. Oleh karena itu, kegiatan penyusunan dan evaluasi program melibatkan banyak pemangku kepentingan, baik dari kalangan instansi pemerintah maupun industri., Ditjen IKFT menyusun dokumen Renkin, Renja, dan RKA-K/L .

Dalam rangka mengawal pelaksanaan program kegiatan selama satu tahun, perlu dilakukan perencanaan kinerja, penyiapan administrasi, pengaturan tata kelolanya, dan evaluasi kinerja secara berkala. Untuk melengkapi dan menyempurnakan pelaksanaan program kegiatan, serta mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan, dipandang perlu melaksanakan kegiatan konsultasi dengan para pemangku kepentingan, dan evaluasi pelaksanaan agar sejalan dengan Renstra-KL dan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai parameter keberhasilan atau kegagalan pembangunan industri sehingga akuntabilitas kinerja dan koreksi dapat dilakukan segera. Untuk itu, dalam

(22)

pelaksanaan monev program kegiatan, Ditjen IKFT menghasilkan dokumen berupa laporan PP 39 tiap triwulannya dan LAKIP.

2. Penyelenggaraan Tata Kelola Keuangan

Dalam rangka menghasilkan Nilai Laporan Keuangan yang baik serta mendukung Laporan Keuangan Kementerian yang Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Ditjen IKFT menyelenggarakan berbagai kegiatan tata kelola sebagai berikut sebagai berikut :

a. Penyusunan Pedoman Teknis Pelaksanaan DIPA

Tupoksi Ditjen IKFT dituangkan dalam program/kegiatan tahunan yang dimuat dalam dokumen Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Oleh karena itu, perlu disusun Administrasi Kegiatan Ditjen IKFT agar pelaksaaan DIPA tersebut berjalan secara tertib dan lancar sehingga pelaksanaan tupoksi juga menjadi efisien dan efektif. Kegiatan ini dimaksudkan agar kegiatan DIPA dapat berlangsung lancar tanpa kendala berarti dan dapat meningkatkan akuntabilitas Ditjen IKFT dan meminimalisir terjadinya kesalahan pertanggungjawaban yang menyebabkan terjadinya temuan oleh unit pemeriksa. Kegiatan pedoman teknis pelaksanaan DIPA terdiri dari :

- Penyusunan Administrasi Kegiatan

- Rapat Koordinasi Kesepahaman Pokok-Pokok Pelaksanaan APBN dan Pertanggungjawaban

- Sosialisasi Mekanisme Pelaksanaan Anggaran - Analisa dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran - Rekonsiliasi DIPA

b. Pengendalian Kegiatan dan Anggaran

Kegiatan dan Anggaran yang terangkum dalam dokumen DIPA harus direalisasikan secara runtun, tertib, dan tepat waktu. Hal ini dikarenakan kegiatan dan anggaran tersebut merupakan cerminan tupoksi yang pelaksanaannya dapat dilihat dalam realisasi kegiatan dan anggaran.

(23)

Setditjen IKFT melaksanakan Pengendalian Kegiatan dan Anggaran yang dimaksudkan untuk mengarahkan, mengevaluasi, dan memberikan solusi terkait masalah pelaksanaan kegiatan dan anggaran di lingkungan Ditjen IKFT selama satu tahun anggaran. Oleh karena itu, pengendalian kegiatan dan anggaran dilaksanakan dengan tahapan Pembahasan Kegiatan dan Anggaran dan Penyusunan SOP Pelaksanaan DIPA.

Baik buruknya kinerja Ditjen IKFT diukur melalui pelaksanaan tupoksinya. Namun, tingginya volume pekerjaan dibandingkan dengan jumlah jam kerja yang singkat menyebabkan kinerja yang buruk, baik dari segi kualitas seperti kesesuaian sasaran hasil, serta dari segi kuantitas seperti ketepatan waktu. Oleh karena itu, setiap jenis pekerjaan perlu dideskripsikan dengan jelas mengenai input, output, dan hasil yang diharapkan, serta siapa saja yang terlibat, dan bagaimana pekerjaan tersebut dilakukan. Dokumen Standar Operasional Prosedur (SOP) mampu mendeskripsikan dan memetakan pekerjaan dengan jelas sehingga sangat bermanfaat dalam optimalisasi waktu bekerja, meningkatkan kualitas hasil kerja, dan menciptakan transparansi mekanisme kerja. Pada akhirnya, penyusunan SOP dapat membantu peningkatan kinerja dan produktivitas pegawai. Dalam rangka meningkatkan kinerja dan produktivitas Pejabat dan Staf di lingkungan Ditjen IKFT, perlu disusun SOP pelaksanaan DIPA di lingkungan Ditjen IKFT yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan memetakan seluruh program/kegiatan yang terangkum dalam DIPA Ditjen IKFT.

3. Layanan Perkantoran

Secara garis besar, aset Ditjen IKFT dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu aset SDM dan non SDM. Aset SDM adalah Pejabat dan Staf Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan aset non SDM adalah fasilitas kerja, serta data dan informasi. Kedua aset organisasi tersebut merupakan alat pencapaian tujuan yang harus diinteraksikan bersama dalam sebuah sistem kerja.

Sistem kerja dikatakan berkualitas baik ketika sistem itu mampu menciptakan produktivitas kerja, sekaligus kesejahteraan dan keamanan pegawai. Untuk itu,

(24)

perlu diperhatikan dengan baik kedua aspek kualitas tersebut. Produktivitas kerja salah satunya dapat diupayakan melalui manajemen perkantoran yang mengatur peralatan dan perangkat perkantoran, komunikasi antar individu, tata ruang, serta lalu lintas data dan informasi. Sedangkan kesejahteraan dan keamanan karyawan dapat diupayakan melalui sistem remunerasi yang baik. Dalam rangka menyelenggarakan organisasi yang produktif, Ditjen IKFT menyelenggarakan Layanan Perkantoran yang dimaksudkan untuk menyediakan manajemen perkantoran yang fasilitatif dan akomodatif. Layanan Perkantoran terdiri dari :

a) Pembayaran Gaji dan Tunjangan yang terdiri dari :

 Pembayaran Gaji dan Tunjangan sebanyak 13 Bulan

 Pembayaran Uang Makan dan Uang Lembur sebanyak 12 Bulan

b) Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran yang terdiri dari :

 Penyelenggaraan Perpustakaan/Kearsipan/Dokumentasi untuk 12 Bulan

 Perawatan Gedung Kantor sebanyak 12 Bulan

 Perbaikan Peralatan Kantor sebanyak 12 Bulan

 Pengadaan Peralatan/Perlengkapan Kantor sebanyak 12 Bulan

 Perawatan Kendaraan Bermotor Roda-4 sebanyak 12 Bulan

 Pemeliharaan Kendaraan Bermotor Roda-2 sebanyak 12 Bulan

 Jasa Pos/Giro/Sertifikat sebanyak 12 Bulan

 Langganan Daya dan Jasa sebanyak 12 Bulan

 Operasional Perkantoran dan Pimpinan sebanyak 12 Bulan

 Perjalanan Dalam Rangka Pembinaan Program sebanyak 12 Bulan

 Pengadaan Sarana Gedung/Kendaraan Bermotor sebanyak 12 Bulan Seluruh laporan kegiatan di atas dirangkum dalam 12 Bulan Laporan. Rincian kegiatan Layanan Perkantoran di atas merupakan bentuk

(25)

pelaksanaan kewajiban SetDitjen IKFT dalam memenuhi hak pegawai, yaitu berupa pemenuhan hak remunerasi atas kinerjanya dan pemenuhan hak untuk mendapatkan dukungan sarana dan prasarana kerja yang memadai bagi pelaksanaan tupoksi.

2.3 Arah Kebijakan dan Strategi Sekretariat Direktorat Jenderal

Dalam rangka mendukung kebijakan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil beserta sasaran strategis dan IKU-nya, sebagai unit kerja yang bersifat dukungan terhadap sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil, maka Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil berkewajiban menyukseskan pencapaian sasaran strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil sehingga berdampak positif terhadap Kementerian Perindustrian karena Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil bertindak sebagai pembina industri-industri pilar yang merupakan mata rantai hulu bagi pengembangan industri lainnya, yaitu industri barang modal, industri kecil menengah, industri alat angkut, industri agro, dan industri telematika.

Sebagai penjabaran dari visi dan misi yang telah ditetapkan, dirumuskan berbagai kebijakan sebagai arah/tindakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan, yang tertuang ke dalam Draft Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil 2020-2024. Adapun arah kebijakan dalam Renstra mencakup hal-hal pokok sebagai berikut :

1) Mewujudkan perencanaan yang kredibel.

2) Menjadikan SDM Aparatur yang terampil dan profesional, 3) Mewujudkan tata kelola keuangan yang baik dan benar.

4) Menjadikan organisasi yang handal dalam penanganan hukum dan kerjasama untuk kepentingan industri.

(26)

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 SASARAN

Dalam rangka pencapaian misi, visi, tujuan dan sasaran Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil maka dalam kebijakan Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil disusun 4 (empat) sasaran strategis yang akan dicapai dengan Indikator Kinerja Utama (IKU), sebagaimana yang diuraikan berikut :

Tujuan: Meningkatnya Kualitas Pelayanan Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Sebagaimana peran Setditjen IKFT sebagai pusat administrasi dan koordinasi di lingkungan Ditjen IKFT, maka perlu ada feedback dari customer yang mendapatkan layanan dari Setditjen IKFT. Indikator Kinerja Utama (IKU) dari sasaran ini adalah: 1. Tingkat kepuasan pegawai atas pelayanan Sekretariat Direktorat Jenderal Industri

Kimia, Farmasi, dan Tekstil;

Sasaran I: Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang Profesional dan Berkepribadian

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, Ditjen IKFT secara internal harus didukung oleh SDM Aparatur yang profesional dan kompeten. Dalam menjalankan fungsinya sebagai policy maker, Ditjen IKFT membutuhkan SDM Aparatur yang memiliki kecakapan dalam memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan publik, sementara sebagai public service provider membutuhkan SDM Aparatur yang berorientasi pada pelayanan prima. Indikator Kinerja Utama (IKU) dari sasaran ini adalah:

1) Indeks kompetensi, professional, dan integritas pegawai Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

(27)

Data dan informasi merupakan salah satu elemen penting dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan untuk industri. Pengumpulan dan pengolahan Data dan informasi dilakukan di Setditjen IKFT. Data dan informasi yang disajikan perlu dilakukan pengukuran skala kesesuaian data dan informasi untuk memperoleh gambaran kualitas data dan informasi yang telah diberikan Sekretariat Ditjen IKFT. Indikator Kinerja Utama (IKU) dari sasaran ini adalah:

1. Data dan informasi sesuai dengan kebutuhan pengambil keputusan di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Sasaran III : Tersedianya Regulasi Pembangunan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang Efektif

Ditjen IKFT melaksanakan koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang – undangan dan penelaahan hukum mengenai sumber daya industri, sarana dan prasarana industri, dan pemberdayaan industri, yang diharapkan dapat menunjang Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil. Setelah regulasi ditetapkan perlu dilakukan evaluasi atas penerapan regulasi tersebut. Indikator Kinerja Utama (IKU) dari sasaran ini adalah:

1. Efektifitas Regulasi Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang Efektif

Sasaran IV : Terwujudnya Birokrasi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima

Peningkatan kualitas penganggaran di lingkungan Ditjen IKFT diharapkan dapat menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan dengan memperhatikan penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkeadilan. Indikator Kinerja Utama (IKU) dari sasaran ini adalah:

1. Indeks kepatuhan terhadap regulasi dalam IKPA

2. Nilai laporan keuangan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil 3. Nilai maturitas SPIP direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil 4. Persentase nilai pengelolaan BMN terhadap total aset lancar Direktorat Jenderal

(28)

Sasaran V : Tersusunnya Perencanaan Program, Pengelolaan Keuangan, serta Pengendalian yang Berkualitas dan Akuntabel

Peran pemerintah dalam mendorong kemajuan sektor industri ke depan dilakukan secara terencana serta disusun secara sistematis dalam suatu dokumen perencanaan dan kebijakan-kebijakan yang mendukung tercapainya rencana tersebut. Indikator Kinerja Utama (IKU) dari sasaran ini adalah:

1. Tingkat kesesuaian dokumen perencanaan dengan rencana program dan kegiatan prioritas nasional

2. Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

3.2 INDIKATOR KINERJA

Berdasarkan sasaran strategis diatas, Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil menyusun Rencana Kinerja Tahun 2021 yang disusun dalam rangka pencapaian target jangka menengah. Target tersebut didapatkan dari Draft Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2020 – 2024, dikarenakan Rencana Strategis Kementerian Perindustrian masih dalam tahap penyusunan. Rencana kinerja tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Rencana Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2021

No. Tujuan / Sasaran Strategis (SS) Indikator Tujuan / Indikator Sasaran Stategis Target Satuan Tujuan 1. Meningkatnya kualitas pelayanan Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

1. Tingkat kepuasan pegawai atas pelayanan Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

(29)

Perspektif Pemangku Kepentingan 1. Terwujudnya ASN

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang Profesional dan Berkepribadian

1. Indeks kompetensi, professional, dan integritas pegawai Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

71 Indeks

2. Meningkatnya Kualitas Pelayanan Data dan Informasi Sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

1. Data dan informasi sesuai dengan kebutuhan pengambil keputusan di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

3,1 Skala

Perspektif Internal Proses 1. Tersedianya

Regulasi Pembangunan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang Efektif

1. Efektifitas Regulasi Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang Efektif

74 Persen

Perspektif Pembelajaran Organisasi 1. Terwujudnya

Birokrasi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima

1. Indeks Kepatuhan Terhadap Regulasi

Dalam IKPA 90.50 Indeks 2. Nilai Laporan Keuangan Direktorat

Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

84.00 Nilai 3. Nilai Maturitas SPIP Direktorat Jenderal

Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

3.27 Nilai 4. Persentase Nilai Pengelolaan BMN

Terhadap Total Aset Lancar Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

78.00 Persen

5. Nilai Kearsipan Direktorat Jenderal

Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil 77.00 Nilai 2. Tersusunnya Perencanaan Program, Pengelolaan Keuangan, serta Pengendalian yang Berkualitas dan Akuntabel

1. Tingkat Kesesuaian Dokumen

Perencanaan dengan Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Nasional

96.00 Persen

2. Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kementerian Perindustrian

(30)

3.3 RENCANA AKSI

Dalam rangka mencapai sasaran kuantitatif di atas, Setditjen IKFT telah menyusun kegiatan Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil serta mencapai visi, misi dan sasaran strategis seperti diuraikan diatas, perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana kerja yang dituangkan dalam program dan kegiatan, yaitu program “Penyusunan dan Pengembangan Prserta kegiatan “Penyusunan dan Evaluasi Program Pengembangan industri kimia, farmasi, dan tekstil”. kegiatan ini diharapkan dapat mencapai tujuan yaitu meningkatnya kualitas pelayanan sekretariat direktorat jenderal industri kimia, farmasi dan tekstil. Adapun Kegiatan – Kegiatan tersebut berdasarkan sasaran strategis yang didukung adalah sebagai berikut:

1. Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang Profesional dan Berkepribadian

Kegiatan diklat aparatur, Penyusunan analisa jabatan dan beban kerja pegawai, dan Penyusunan DSP dan DUK dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi pegawai dan menyesuaikan kompetensi pegawai dengan posisi penempatannya.

2. Meningkatnya Kualitas Pelayanan Data dan Informasi Sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil,

Diharapkan kegiatan ini dapat menjadi informasi untuk direktorat teknis di Ditjen IKFT (customer Setditjen IKFT) sehingga memudahkan dalam pengambilan kebijakan pada industri binaannya.

a. Monitoring Penerapan Penurunan Harga Gas Terhadap Sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil,

Kegiatan ini melingkupi verifikasi ke perusahaan dan kajian efektivitas penerapan kebijakan penurunan harga gas terhadap peningkatan nilai tambah dan utilisasi dalam rangka peningkatan daya saing sektor IKFT

b. Pendampingan dan Fasilitasi Peningkatan Ekspor Sektor Industri Kimia, Farmasi,

Kegiatan ini melingkupi (1) Memetakan Produk unggulan Industri yang memiliki potensi ekspor, (2) Mengidentifikasi hambatan negara tujuan ekspor, (3) Pengembangan produk-produk unggulan ekspor, (4) Identifikasi

(31)

kompetitor di negara tujuan ekspor, (5) Benchmark Produk Kompetitor, (6) Profiling segmen pasar luar negeri.

c. Roadmap Pencapaian Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) Industri Kimia, Tekstil, dan Farmasi

Kegiatan ini melingkupi indentifikasi dan analisa industri berdasarkan PDB, ekspor, daya saing, dan supply demand

d. Monitoring dan Evaluasi dalam rangka Akselerasi Investasi Sektor Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil,

Kegiatan ini melingkupi identifikasi izin investasi, pendampingan, serta Forum Koordinasi Debottlenecking/Akselerasi Investasi.

Di sisi lain, untuk penguatan data yang disajikan kepada direktorat teknis Ditjen IKFT, akan dilaksanakan kegiatan Diseminasi Pengembangan Sistem Informasi Ditjen IKFT dan Penyusunan Profil Ditjen IKFT.

3. Tersedianya Regulasi Pembangunan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang Efektif

Kegiatan Pelayanan Hukum dan Kepatuhan Internal seabagi bentuk mencapai sasaran ini.

4. Terwujudnya Birokrasi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima,

Kegiatan Penyusunan Laporan Keuangan untuk mendapatkan data dukung penulisan laporan keuangan agar mencapai nilai laporan keuangan sesuai target, Kegiatan Fasilitasi Tindak Lanjut Penyelesaian Hibah BMN dan Kegiatan Pembinaan Administrasi dan Tata Kelola BMN, bertujuan agar diperolehnya administrasi BMN yang tertib dan akuntabel

Kegiatan Fasilitasi Penyusutan dan Manajemen Kearsipan, Inventarisasi BMN Ditjen IKFT bertujuan agar diterapkannya manajemen arsip untuk menjamin ketersediaan arsip sebagai bahan akuntabilitas kinerja dan alat bukti yang sah

5. Tersusunnya Perencanaan Program, Pengelolaan Keuangan, serta Pengendalian yang Berkualitas dan Akuntabel

Kegaitan Penyusunan Rencana Program, dan Penyusunan Rencana Anggaran, Penyusunan Pedoman Teknis Pelaksanaan DIPA, dan Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi dilaksanakan untuk mencapai sasaran ini.

(32)

3.4 KEBUTUHAN ANGGARAN

Untuk melaksanakan program kegiatan di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil tahun 2021, Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil menetapkan estimasi anggaran sebagai berikut:

Tabel 3.2

Estimasi Anggaran Kegiatan TA 2021

Kode Output Target Pagu

(ribu rupiah)

Usulan Prioritas Nasional

1879.014 Monitoring penerapan penurunan harga gas terhadap sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

1 Dokumen 4.000.000

1879.015 Pendampingan dan Fasilitasi Peningkatan Ekspor sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

50 Perusahaan 4.000.000

1879.016 Kesiapan sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

dalam rangka transformasi industri 4.0

1 Dokumen 4.000.000

1879.017 Roadmap Pencapaian Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) Industri Kimia, Tekstil, dan Farmasi

1 Dokumen Rekomendasi

3.000.000

1879.018 Monitoring dan evaluasi dalam rangka pelaksanaan Investasi Sektor Industri Kimia, Farmasi Dan Tekstil

200 Perusahaan yang difasilitasi

4.000.000

Kegiatan Reguler

1879.950 Layanan Dukungan Manajemen Eselon 1 1 Layanan 21.000.000 1879.951 Layanan Internal (Overhead) 1 Layanan 2.500.000 1879.994 Layanan Perkantoran 1 Layanan 30.930.000

(33)

BAB IV PENUTUP

Dalam rangka implementasi tata kepemerintahan yang baik (good governance) yang salah satunya diwujudkan melalui pelaksanaan reformasi birokrasi, maka Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstilmelaksanakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2012 tentang Pedoman Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Kementerian Perindustrian sebagai instansi induk Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstiljuga telah mewajibkan pelaksanaan SAKIP di lingkungannya, yaitu melalui penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 150 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Akuntabilitas Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Perindustrian. Sejauh ini, Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Teksti ltengah berproses mengimplementasikan amanat tersebut. Dengan sedang disusunnya Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2020 - 2024 yang berlandaskan Undang- Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, maka SAKIP Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil juga akan memuat kerangka strategis jangka menengah yang mengacu kepada Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) dengan akan melakukan penyusunan dokumen-dokumen tahunan yang diharapkan dapat mengawal perumusan dan pelaksanaan program kegiatan dan anggaran. Dokumen tersebut adalah Rencana Kinerja, Penetapan Kinerja, Laporan Evaluasi Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan yang disusun secara triwulanan, dan Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP).

Dokumen Rencana Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2021 ini disusun dengan harapan dapat digunakan sebagai pedoman dalam perumusan dan penganggaran program kegiatan Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil tahun 2021. Sasaran strategis dan target IKU yang termuat didalamnya diharapkan dapat mengarahkan dan mengawal pelaksanaan program kegiatan sehingga dapat mencapai kinerja sebagaimana ditargetkan. Untuk itu,

(34)

Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil mengharapkan dokumen Rencana Kinerja Tahun 2021 ini dapat berhasil guna bagi pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang diwujudkan melalui pelaksanaan tugas pokok dan fungsi berorientasi kinerja menuju tercapainya sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang dapat menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

Gambar

Gambar 1.1 Stuktur Organisasi Sekretariat Ditjen IKFT
Tabel 3.1 Rencana Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Industri  Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2021

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini digunakan pemodelan fisik lereng tanah pasir dengan dan tanpa perkuatan geogrid dengan Rc 74% dengan variabel tetap yaitu kemiringan sudut 46° dan

Evalusi granul kering, hasil kecepatan alir, sudut diam dan kelembaban, serta pengamatan tablet hisap dengan parameter kekerasan, kerapuhan, keseragaman bobot dibandingkan

penelitian dengan tujuan untuk mempelajari proses penguapan nira kental dengan aliran udara pada falling film evaporator serta mengetahui kecepatan penguapan

Tipe fender yang digunakan dan penempatannya pada sisi depan dermaga harus dapat melindungi dan menyerap energi benturan dari semua jenis dan ukuran kapal untuk berbagai

Sedangkan variabel dependen berkaitan perkembangan karier dengan adanya pembantu yang dilambangkan dengan Y. Dengan uji regresi ini maka dapat diketahui tingkat kekuatan

Penyelenggaraan Peradilan Tata Usaha Negara atau penegakan hukum harus dipahami sebagai sarana untuk menjamin adanya suatu proses yang adil, dalam rangka

Penelitian yang dilakukan oleh Rudi dan Nera (2015) mengenai pengaruh profesionalisme, kompetensi, independensi auditor terhadap kualitas audit menunjukan bahwa

Dalam survey diketahui masih ada pejabat yang belum terlibat dalam proses penyusunan anggaran, hal ini menunjukkan bahwa kinerja masih bisa lebih ditingkatkan dengan