• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Belimbing Manis (Averrhoa carambola L)

Tanaman belimbing berasal dari Sri Lanka dan banyak terdapat di daerah Asia Tenggara, Brazil, Ghana dan Guyana. Belimbing bukan buah musiman. Panen dapat dilakukan 3-4 kali setahun. Pada umumnya belimbing ditanam dalam bentuk kultur pekarangan (home yard gardening), yaitu diusahakan sebagai usaha sambilan sebagai tanaman peneduh di halaman-halaman rumah. Di kawasan Amerika, buah belimbing dikenal dengan sebutan star fruits, dan jenis belimbing yang populer dan digemari masyarakat adalah belimbing Florida.

Dalam taksonomi tumbuhan, belimbing diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

2) Divisi : Spermatphyta (tumbuhan berbiji) 3) Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup) 4) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) 5) Ordo : Oxalidales

6) Famili : Oxalidaceae 7) Genus : Averrhoa

8) Spesies : Averrhoa carambola L. (belimbing manis)

Gambar 1. Belimbing (Averrhoa carambola L) varietas Dewa

Buah belimbing mempunyai kandungan gizi cukup tinggi yang bermanfaat bagi tubuh. Dalam 100 gram buah belimbing yang matang mengandung :

Energi : 35 kal Protein : 50 gram Lemak : 70 gram Karbohidrat : 7,70 gram Kalsium : 8 mg Serat : 0,90 gram Vitamin A : 18 RE Vitamin C : 33 Mg Niacin : 0,40 gram

(2)

4

Buah belimbing manis termasuk buah buni yang berbentuk oval atau elipsoidal segi lima. Cita rasa buah ditentukan oleh kematangannya. Buah yang matang dipohon akan memiliki rasa yang lebih enak, berwarna kuning dengan permukaan kulit yang halus dan mengkilat. Berbeda dengan buah yang diperam, warna buah akan menjadi pucat, permukaan kulit buah menjadi keriput sehingga menyebabkan penurunan mutu buah.

B. Pengemasan

Pengemasan buah-buahan dan sayuran adalah suatu usaha menempatkan komoditas tersebut ke dalam suatu wadah yang memenuhi syarat, dengan maksud agar mutunya tetap atau hanya mengalami sedikit penurunan, pada akhirnya saat diterima oleh konsumen nilai pasarnya tetap tinggi. Bahan dan bentuk kemasan memberikan andil yang besar terhadap pemasaran buah-buahan dan sayuran segar apabila mampu menahan kehilangan air (Griffin dan Sacharow 1980)

Beberapa sifat kemasan yang diinginkan selama distribusi adalah yang sesuai dengan sifat produk yang akan dikemas, mempunyai kekuatan yang cukup untuk bertahan dari resiko kerusakan selama pengangkutan dan penyimpanan, memiliki lubang ventilasi yang cukup (bagi produk tertentu yang membutuhkan), menyediakan informasi yang memungkinkan identifikasi produk yang dikemas, tempat produsen dan tujuan pengiriman, serta dapat dibongkar dengan mudah tanpa menggunakan buku penunjuk secara khusus (Paine dan Paine 1983).

Menurut Purwadaria (1992) perancangan kemasan selama pengangkutan ditujukan untuk meredam goncangan selama perjalanan yang dapat mengakibatkan kememaran dan penurunan kekerasan hasil hortikultura. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kemasan yaitu jenis, sifat, tekstur dan dimensi bahan kemasan; komoditas yang diangkut, sifat fisik, bentuk, ukuran, dan struktur; dan pola susunan produk dalam kemasan, biaya pengangkutan dibandingkan dengan harga komoditas, permintaan waktu, jarak dan keadaan jalan yang dilintasi.

Dewasa ini untuk mengemas hasil pertanian sering digunakan kemasan kertas yang berjenis karton bergelombang (Corrugated box). Tingkat pemakaian karton bergelombang ini mencapai 40% dari keseluruhan konsumsi kertas di dunia ( Hidayat et all. 2008). Karton gelombang ialah karton yang terbuat dari satu atau beberapa lapisan medium bergelombang (flutting medium) dengan kertas lainer sebagai penyekat dan pelapisnya. Keduanya kemudian direkatkan didalam mesin corrugator, yaitu mesin penggelombang kertas. Kualitas karton gelombang ditentukan oleh jumlah gramatur kertas pelapis, ketahanan retak (bursting strength) dan ketahanan tekan tepi (edge crush resistance). Kemasan ini memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1. Mempunyai bobot yang lebih ringan untuk material yang mempunyai kekuatan yang sama dan biaya yang lebih murah

2. Mempunyai permukaan yang halus 3. Mempunyai sifat meredam yang baik. 4. Mudah dicetak atau diberi label

5. Mudah untuk dirakit atau dibongkar dalam penyimpanan 6. Mudah didaur ulang dan digunakan kembali

Kekurangan dari kemasan ini ialah kekuatannya akan berkurang pada kondisi udara yang lembab (Peleg 1985). Umumnya masyarakat menggunakan kardus karton karena sirkulasi udaranya rendah sehingga produk akan lebih bertahan lama dan tidak cepat layu.

(3)

5

Kertas bergelombang antara permukaan pada papan karton bergelombang disebut fluting atau media bergelombang. Kualitas terbaik dari fluting adalah yang terbuat dari serat kayu dengan metode pengolahan pulp secara khusus. Umumnya terdapat 4 (empat) jenis utama dari papan karton bergelombang, yaitu:

1. Single-faced board

Papan ini terbuat dari satu permukaan pipih dengan sebuah medium bergelombang atau fluting. Material ini hanya digunakan untuk membuat produk kardus.

2. Single-wall atau Double-faced board

Papan ini terbuat dari dua permukaan dengan satu bagian yang bergelombang ditengahnya. Hampir 90% dari semua kardus terbuat dari papan karton bergelombang jenis ini.

3. Double-wall board

Terbuat dari dua permukaan dan dua media bergelombang dengan penuh pembatas ditengahnya. Sehingga lapisannya berjumlah 5 buah. Tingkatan ini sering digunakan untuk pengemasan dalam skala ekspor.

4. Tripple-wall board

Tingkatan ini memiliki tiga media bergelombang sehingga seluruh lapisannya berjumlah 7 lapisan. Hanya sebagian pabrik yang membuat jenis ini, yang mana sering digunakan untuk aplikasi industri yang sangat berat.

Di Indonesia jenis yang lazim digunakan adalah single wall dan double wall. Penggunaan corrugated box ditentukan oleh berat bahan, sifat bahan (self stacking atau tidak), fragile atau tidak, menggunakan inner karton atau tidak. Berdasarkan dimensi alur dan bagian karton yang datar, sera jumlah alur untuk satuan panjang tertentu maka terdapat berbagai jenis karton yang dalam istilah perdagangan disebut flute. Setiap flute mempunyai ketahanan terhadap getaran, tekanan, kerapuhan, tumpukan dan daya jatuh yang berbda-beda. Arah peletakan alur dapat horizontal atau vertikal, sehingga dikenal flute A horizontal atau flute A vertikal, flute B horizontal atau flute B vertikal dan seterusnya ditunjukkan oleh Gambar 2

.

Gambar 2.

Jenis-jenis flute

Karton gelombang memiliki banyak tipe kemasan. Peleg (1985) menyatakan bahwa terdapat beberapa tipe kemasan karton gelombang yang umum di gunakan yaitu:

(4)

6

1. Regular Slotted Container (RSC)

Regular Slotted Container (RSC) biasa disebut wadah celah teratur karena kedua tutup sama panjang dan bertemu ditengah pada saat ditutup (Gambar 3). Kemasan ini merupakan tipe yang paling banyak di gunakan sebagai kemasan distribusi produk holtikultura dari kedua tipe yang lain karena memiliki konstruksi yang sederhana dan lebih ekonomis.

Gambar 3. Karton gelombang tipe Regular Slotted Container (RSC) 2. Half Telescopic Container (HTC)

Kemasan ini terdiri dari dua wadah yang ditumpuk dimana satu kotak sedikit lebih kecil dari kota yang lainnya sehingga memungkinkan agar kotak yang lebih kecil itu dimasukkan ke dalam kotak yang lainnya. Keunggulan dari kemasan ini ialah dapat menyesuaikan dengan tinggi atau panjang barang yang dibawa, selain itu ketebalan karton gelombang di keempat sisinya memberikan perlindungan dan kekuatan pada produk meskipun kemasan ditumpuk-tumpuk. Kemasan ini banyak digunakan pada palletized products seperti lemari es dan mesin cuci. Bentuk dari kemasan ini dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah:

Gambar 4. Karton gelombang tipe Half Telescopic Container (HTC) 3. Full Telescopic Container (FTC)

Kemasan ini terdiri dari dua wadah tertutup yang terpisah wadah bagian atas dan wadah bagian bawah. Wadah penutup yang dalam hingga ke bagian bawah memberikan tambahan ketebalan papan pada semua panel samping dan bawah. Ini memberikan kuat tekan yang baik untuk penumpukan barang rapuh dan tinggi.

"Gaya Desain" mengacu pada penggabungan dari flaps di panel samping, bukan pada atas atau bawah kotak. Keuntungannya adalah bagian atas dan bawah rata cocok untuk kertas, buku dan produk sejenis.Bentuk dari kemasan ini dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah

:

(5)

7

C. Bahan Pengisi Kemasan

Selama transportasi dan penyimpanan, kemasan dan bahan segar akan menghadapi beberapa bahaya, baik dari segi mekanis, lingkungan ataupun biologi. Bahaya mekanis dapat dinyatakan sebagai bahaya yang disebabkan oleh tumbukan, getaran, kompresi dan tusukan. Kerusakan tumbukan dapat terjadi jika kemasan jatuh atau terlempar. Buah didalamnya akan bergerak dan bersentuhan antara sesama buah dan antara buah dengan kemasan yang mengakibatkan kerusakan.

Untuk mengurangi efek tersebut pada produk, kemasan harus dibuat tidak bergerak dan membagi beban yang ada pada setiap bagian dan memberikan bantalan. Efek merugikan dari getaran termasuk luka lecet yang disebabkan karena perpindahan relatif produk dari kemasan dan dari produk yang lain bisa dikurangi dengan menahan tiap bagian produk. Kerusakan kompresi terjadi selama penumpukan kemasan. Kemasan kaku yang terlampau penuh atau cacat dapat menyebabkan gaya kompresi yang ada dari penumpukan lebih banyak dilanjutkan kepada produk daripada kemasannya. Hasilnya, produk menjadi memar, keparahannya tergantung kepada besarnya gaya yang terjadi dan tingkat kematangan dari produk.

Beberapa dari kerusakan ini dapat diminimalisir dengan menghindari adanya ruang kosong yang terdapat didalam kemasan serta melindungi tekanan dan gesekan antara sesama produk ataupun antara produk dengan kemasan selama kegiatan transportasi. Bahan yang digunakan untuk mengisi ruang tersebut sering disebut dengan istilah bahan pengisi kemasan. Bahan ini dapat mengurangi sebagian besar kerusakan yang terjadi selama transportasi. Selain itu bahan ini dapat juga menjadi alat penyekat antar produk, sebagai bahan pelapis dinding kemasan, atau sebagai bahan pengganjal untuk melindungi buah atau sayur terhadap pergeseran dengan dinding kemasan atau sebagai bahan pengisi disela-sela antara setiap komoditas yang dikemas untuk mencegah terjadinya pergeseran letak komoditas. Bahan yang umum digunakan adalah merang atau jerami, daun-daun kering, pelepah batang pisang, kertas koran atau kertas lainnya dan sebagainya.

D. Transportasi

Goncangan yang terjadi selama pengangkutan baik dijalan raya maupun di rel kereta dapat mengakibatkan kememaran, susut berat, dan memperpendek masa simpan (Puwadaria 1997). Hal ini terutama terjadi pada pengangkutan produk hortikultura yang tidak dikemas. Meskipun kemasan dapat meredam efek guncangan namun daya redamnya tergantung pada jenis kemasan serta tebal bahan kemasan, susunan komoditas didalam kemasan, dan susunan kemasan dalam pengangkutan. Perlakuan yang kurang sempurna selama pengangkutan mengakibatkan jumlah kerusakan pada komoditas pada waktu sampai ditempat tujuan mencapai lebih kurang 30-50%.

Pengangkutan melalui jalan darat pada umumnya menggunakan truk ataupun pick up tanpa pendingin. Menurut Purwadaria (1992) untuk pengangkutan antar pulau yang berjarak tempuh lebih dari 5 jam sebaiknya menggunakan kereta api dengan gerbong pendingin.

(6)

8

E. Kerusakan Mekanis

Penanganan pasca panen harus ditangani secara hati-hati untuk memperoleh buah-buahan yang segar dan mempunyai mutu yang tinggi. Penanganan secara kasar dapat mempengaruhi mutu produk secara langsung. Mutu buah-buahan tersebut ditentukan oleh sifat fisik mekanis, morfologis, dan fisiologis. Sifat fisik morfologis meliputi panjang, diameter, volume, dan bobot. Sifat fisiologis dipengaruhi oleh laju respirasi, sedangkan mekanis merupakan ketahanan buah terhadap benturan dan goresan.

Kerusakan mekanis pada produk pertanian dapat disebabkan oleh gaya-gaya luar (statik ataupun dinamis) dan gaya-gaya dalam yang disebabkan oleh perubahan fisik bahan tersebut. Perubahan fisik dapat disebabkan oleh perubahan kadar air, temperatur, biologis, dan kimia. Kerusakan mekanis dapat terjadi karena buah menerima pembebanan, baik berupa tekanan ataupun pukulan.

Kerusakan mekanis yang terjadi selama pengangkutan dapat terjadi karena tumpukan buah yang terlalu tinggi. Hal tersebut mengakibatkan tekanan yang besar terhadap buah yang terdapat pada lapisan bawah sehingga meningkatkan kerusakan akibat kompresi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kerusakan mekanik buah antara lain : 1. Gaya-gaya luar

Tingkat kerusakan mekanis yang terjadi dipengaruhi oleh besarnya gaya luar (beban) yang mengenai buah. Kerusakan akan semakin tinggi jika gaya luar (beban) yang diterima oleh buah semakin besar.

Buah tersusun dari sel-sel yang memiliki sifat viskoelastis yang memberikan respon terhadap gaya. Respon terhadap gaya gantung dari sifat pembebanan. Sifat pembebanan terdiri dari dua macam, yaitu pembebanan yang bersifat statis dan pembebanan yang bersifat dinamis atau berubah-rubah terhadap waktu.

Pembebanan dinamis terjadi pada tumpukan buah yang mengalami getaran selama pengangkutan. Sedangkan pembebanan statis terjadi pada saat buah menanggung beban gaya yang tetap seperti penumpukan buah pada waktu penyimpanan.

2. Sifat mekanis buah

Sifat mekanis yaitu respon bahan yang sesuai dengan perilakunya apabila diberi gaya. Sifat mekanis bahan dipelajari dalam ilmu reologi. Secara reologi, sifat mekanis buah dapat dinyatakan dalam tiga bentuk parameter yaitu gaya, deformasi, dan waktu.

F. Simulasi Transportasi Hasil Pertanian

Pengangkutan merupakan mata rantai yang penting dalam penanganan, penyimpanan, dan distribusi buah-buahan serta sayuran. Pengangkutan dilakukan untuk menyampaikan komoditas hasil pertanian secara cepat dari produsen ke konsumen.

Di Indonesia perhubungan lewat darat sangat dominan terhadap pengangkutan buah yang hendak dipasarkan selanjutnya. Alat angkut yang umum digunakan adalah truk, mobil bak terbuka atau sejenisnya, dan menggunakan kereta api (Sutuhu 2004). Dalam kondisi jalan yang sebenarnya, permukaan jalan ternyata memiliki permukaan yang tidak rata. Permukaan jalan yang tidak rata ini menyebabkan produk mengalami berbagai guncangan ketika ditransportasikan. Besarnya guncangan yang terjadi bergantung kepada kondisi jalan yang dilalui. Ketidakrataan ini disebut amplitudo dan tingkat kekerapan terjadinya guncangan akibat ketidakrataan jalan tersebut dinamakan frekuensi. Kondisi transportasi yang buruk ini dan penanganan yang tidak tepat pada komoditi (buah dan sayuran) yang ditransportasikan dapat

(7)

9

menyebabkan kerugian berupa turunnya kualitas komoditi yang akan disampaikan ke tangan konsumen. Penurunan kualitas yang sering terjadi adalah kerusakan mekanis pada buah dan sayuran.

Untuk memperoleh gambaran mengenai kerusakan mekanis yang dialami oleh komoditi pertanian akibat guncangan selama transportasi, Purwadaria dkk (1992) telah merancang alat simulasi transportasi yang dapat mewakili pengaruh guncangan yang terjadi pada kondisi jalan yang sebenarnya. Alat simulasi ini telah disesuaikan dengan jalan yang terdapat di dalam dan luar kota. Dasar yang membedakan antara jalan dalam dan luar kota adalah besarnya amplitude yang terukur. Jalan dalam kota memiliki amplitudo yang lebih rendah dibandingkan jalan luar kota, jalan buruk, dan jalan berbatu. Pada simulasi pengangkutan dengan menggunakan truk guncangan yang dominan adalah guncangan pada arah vertikal. Sedangkan guncangan pada kereta api adalah guncangan horizontal. Guncangan lain berupa puntiran dan bantingan diabaikan karena jumlah frekuensinya kecil sekali (Soedibyo 1992).

Pradnyawati (2006) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh kemasan dan goncangan terhadap mutu fisik jambu biji selama transportasi. Jenis kemasan yang digunakan adalah keranjang bambu dengan bahan pengisi daun pisang, kardus karton dengan bahan pengisi kertas koran cacah, dan kardus karton dengan bahan pembungkus kertas koran. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat kerusakan mekanis yang tertinggi dialami oleh jambu biji dalam kemasan keranjang bambu dengan bahan pengisi daun pisang. Sedangkan tingkat kerusakan mekanis terendah dialami oleh jambu biji dalam kemasan kardus karton dengan bahan pembungkus koran.

Kusumah (2007) pernah mengkaji pengaruh kemasan dan suhu terhadap mutu fisik mentimun selama transportasi. Penelitian ini menggunakan empat kemasan yang berbeda untuk mengupas mentimun yang akan ditransportasikan. Simulasi penggetaran dilakukan selama tiga jam. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat kerusakan mekanis tertinggi dialami oleh mentimun dalam peti kayu dengan nilai kerusakan sebesar 40.915% dan yang terendah dialami oleh mentimun dalam kemasan kardus dengan nilai kerusakan sebesar 26.1%

Hasil penelitian Darmawati (1994) Dampak goncangan terhadap jeruk dalam kemasan karton bergelombang di atas meja simulator dengan kompresor yang dilakukan selama 8 jam dengan frekuensi 6 Hz dan amplitudo 5 cm menghasilkan kerusakan buah sebesar 5.74%. Kondisi tersebut setara dengan 2490 km jalan beraspal dan 904 km jalan berbatu atau mewakili transportasi antar pulau (pulau Jawa dan Sumatra).

Gambar

Gambar 1. Belimbing (Averrhoa carambola L) varietas Dewa
Gambar 3. Karton gelombang tipe Regular Slotted Container (RSC)  2.  Half Telescopic Container (HTC)

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat sampai saat ini belum ada suatu ketentuan atau standard kesehatan dipanti rehabilitasi dari Departemen Kesehatan maupun Departemen Sosial maka pengelolah panti

d) Membuat alat pengumpul data, instrument penilaian dan lembar observasi. Pelaksanaan tindakan ini disesuaikan dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Adapun

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa proses adopsi inovasi petani kelapa sawit rakyat terhadap pupuk kompos Biotrikom di Desa Rantau Bais Kecamatan Tanah Putih

Kegiatan preservasi dan konservasi yang telah dilakukan Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta untuk mencegah kerusakan dan memperbaiki kerusakan bahan pustaka meliputi

Setelah data yang berbentuk nilai biner tersebut diterima oleh mikrokontroller maka data hasil output per frekuensi tersebut akan diletakkan secara berurutan di dalam memori

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Rencana Kerja SMK !lus 0n#$adah 'ambun Selatan disusun dengan mempertimbangkan keadaan sekolah, harapan masyarakat dan tantangan dalam lingkungna strategis pendidikan

Seperti telah dibahas sebelumnya, datum geodetik yang digunakan dalam perjanjian batas wilayah laut antara Indonesia dengan Negara tetangga tidak