• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA

PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Dalam masa pembangunan pertanian yang bertujuan meningkatkan hasil-hasil pertanian (terutama bahan pangan pokok) untuk mencukupi kebutuhan pangan yang bergizi bagi semua penduduk Indonesia dan selebihnya untuk kepentingan ekspor dalam rangka perolehan devisa guna pembiayaan kelanjutan pembangunan berbagai bidang, keberhasilan pembangunan pertanian tersebut tidak terlepas dari ada atau tersedianya tanah yang berpengairan baik, pengolahan tanah dan air yang seimbang, di samping faktor-faktor lainnya yang merupakan faktor sekunder (pupuk, bibit unggul, obat-obatan pemberantas hama, dan lain-lain). Tanah, air dan tenaga para petani merupakan faktor yang primer, sebab walaupun tersedianya faktor-faktor sekunder yang melimpah tetapi tanpa ada atau tersedianya faktor-faktor yang primer, pertanian tidak dapat terlaksana (Kartasapoetra dan Mul, 1994).

Hingga seperampat pertama abad 20, pengembangan irigasi berkelanjutan merupakan bagian dari pengembangan kemanusiaan. Pengembangan aspek fisik irigasi (bangunan berikut jaringan irigasi) berada dalam kedudukan yang sama penting dengan aspek pengolalaan. Untuk dapat mengikuti tuntutan pengembangan irigasi berkelanjutan secara benar, diperlukan penelaahan kembali keseluruhan makna arti irigasi sebagai ilmu, teknologi dan juga dalam teknik pemakaian sehari-hari (Pusposutardjo, 2001).

(2)

tanaman. Meskipun demikian, suatu defenisi yang lebih umum dan termasuk irigasi adalah penggunaan air pada tanah untuk setiap jumlah delapan kegunaan berikut ini:

1. Menambah air ke dalam tanah untuk menyediakan cairan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanam-tanaman.

2. Untuk menyediakan jaminan panen pada saat musim kemarau yang pendek. 3. Untuk mendinginkan tanah dan atmosfir, sehingga menimbulkan lingkungan

yang baik untuk pertumbuhan tanam-tanaman. 4. Untuk mengurangi bahaya pembekuan.

5. Untuk mencuci atau mengurangi garam dalam tanah. 6. Untuk mengurangi bahaya erosi tanah.

7. Untuk melunakkan pembajakan dan gumpalan tanah.

8. Untuk memperlambat pembentukan tunas dengan pendinginan karena penguapan (Hansen. dkk, 1992).

Kegiatan-kegiatan keirigasian selalu menumbuhkan kerjasama antar petani pembangunan dan pemeliharaan bangunan pengairan dan saluran. Pembagian air antar hamparan sawah dan antar petak sawah dalam hamparan yang sama membutuhkan kerjasama yang terorganisasi secara baik diantara petani di jaringan irigasi yang bersangkutan (Siskel dan Hutapea, 1995).

Wadah Perkumpulan Petani Pemakai Air merupakan himpunan bagi petani pemakai air yang bersifat sosial-ekonomi, budaya, dan berwawasan lingkungan. P3A dibentuk dari, oleh, dan untuk petani pemakai air secara demokratis, yang pengurus dan anggotanya terdiri dari unsur petani pemakai air. P3A dalam satu daerah pelayanan sekunder tertentu dapat bergabung sampai terbentuk GP3A.

(3)

GP3A dalam satu daerah irigasi tertentu dapat bergabung sampai terbentuk Induk P3A (IP3A) (Annonimus a, 2010).

Adapun maksud atau tujuan P3A, yaitu:

a. Agar pengelolaan air pengairan bagi kepentingan bersama dapat dilakukan secara mantap, tertib dan teratur melalui perkumpulan, karena perkumpulan dapat mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang mengikat dan memuaskan para anggotanya;

b. Dengan adanya ketentuan-ketentuan tersebut (yang pada dasarnya disepakati bersama oleh para anggotanya), perkumpulan-perkumpulan dengan didukung kewajiban-kewajiban para anggotanya akan dapat melaksanakan dan meningkatkan pemeliharaan jaringan pengairan dalam wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya secara mantap dan teratur dan dengan penuh tanggungjawab;

c. Agar dengan adanya perkumpulan, para petani anggotanya dapat dengan tenang dan bergairah melaksanakan usaha taninya karena selain kebutuhan air pengairan tercukupi, juga dalam pelaksanaan usaha taninya itu akan dapat menyesuaikan dengan perkembangan teknologi pertanian dan pengairan

(Kartasapoetra dan Mul, 1994).

Kerjasama dalam mengelola air irigasi dalam wadah P3A sangat diharapkan sehingga dapat membantu para anggotanya yaitu para petani pedesaan dalam menerapkan teknologi yang ada pada lahannya. Adapun kegiatan yang dilakukan P3A merupakan kewajiban yang harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku seperti; gotong rotong, membersihkan saluran irigasi, membuat bedengan irigasi sesuai dengan kebutuhan petani (Wahyuni, 1999).

(4)

Tugas pokok P3A dapat dijelaskan lebih lanjut secara terperinci menjadi sebagai berikut:

a. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan-perbaikan jaringan pengairan tersier dan pedesaan;

b. Membuat peraturan dan ketentuan pebagian air pengairan serta pengamanan jaringan-jaringan pengairan agar terhindar dari perusahaan si pembutuh air pengairan yang hanya mementingkan diri sendiri;

c. Mengatasi dan menyelesaikan pelbagai masalah yang timbul dan terjadi di antara para anggota petani pemakai air pengairan di dalam pengelolaan air pengairan;

d. Mengumpulkan dan mengurus iuran pembiayaan bagi kegiatan eksploitasi dan pemeliharaan bangunan dan jaringan pengairan dari para anggota petani pemakai air pengairan yang telah mereka sepakati bersama pada musyawarah di antara mereka;

e. Sebagai badan masyarakat mewujudkan peransertanya kepada pemerintah melaksanakan kewajiban-kewajiban pemerintah dalam rangka kegiatan yang menyangkut persoalan-persoalan pengairan dan pertanian

(Kartasapoetra dan Mul, 1994).

Usaha pengelolaan air untuk menunjang produksi pangan tidaklah semata-mata suatu kegiatan teknis belaka, air yang diperlukan diatur oleh manusia supaya pemberiannya kepada lahan tepat jumlah dan tepat waktunya. Berhasil tidaknya usaha itu tentu tergantung pada tekhnologi yang dipergunakan. Dengan tekhnologi manapun, untuk mengelola jaringan irigasi dengan baik perlu dilaksanakan serangkaian kegiatan yang menyangkut seluruh aspek pemeliharaan saluran atau

(5)

memperbaiki bendungan sampai pada menyelesaikan konflik mengenai pembagian air, semuanya itu menuntut adanya suatu organisasi petani pamakai air (P3A) yang kuat (Ambler, 1992).

Landasan Teori

Salah satu faktor dari pada usaha peningkatan produksi pangan khususnya padi adalah tersedianya air irigasi di sawah-sawah sesuai dengan kebutuhan. Jika penyediaan air irigasi dilakukan dengan tepat dan benar maka dapat menunjang peningkatan produksi padi sehingga kebutuhan pangan nasional dapat terpenuhi. Pengembangan irigasi untuk menunjang peningkatan produksi pangan dan kenaikan penghasilan petani juga telah menjadi program pemerintah. Untuk itu jaringan irigasi, baik saluran pembawa maupun saluran pembuang dan bangunan irigasinya harus dapat beroperasi dengan baik (Mawardi, 2007).

Irigasi mempunyai peranan penting terhadap pertanian. Pertama, menyediakan air bagi tanaman yang membantu mengatur melembabkan tanah. Kedua, membantu menyuburkan tanah melalui zat-zat yang dibawa air. Ketiga, penggunaan pupuk dan obat lebih efektif. Keempat, menekan pertumbuhan gulma. Kelima, mempermudah pengolahan tanah (Isnaini, 2006).

Salah satu temuan dari kegiatan penelitian terhadap proyek-proyek irigasi sederhana yang disebut “Action Research Program” (ARP) adalah, bahwa petani kurang berpartisipasi dalam operasi dan pemeliharaan jaringan pemerintah. Kurangnya rasa tanggung jawab petani yang mengakibatkan rendahnya partisipasi petani disebabkan karena sarana fisik jaringan irigasi tersebut sering kurang sesuai dengan keinginan petani. Rekomendasi ARP menyebutkan, bahwa dalam proses

(6)

pembangunan irigasi, petani perlu berpartisipasi sejak tahap perencanaan, pelaksanaan konstruksi sampai kepada operasi dan pemeliharaannya, sehingga rasa memiliki di kalangan petani akan tumbuh terhadap jaringan yang telah dibangun tersebut (Ambler, 1992).

Melalui kebijakan pengelolaan irigasi yang selama ini hanya ditangani pemerintah pada awalnya dapat memberikan dampak yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dengan tercapainya swasembada pangan, khususnya beras pada tahun 1984. Namun keberhasilan tersebut tidak berkelanjutan mengingat dukungan prasarana irigasi banyak yang menurun kuantitas, kualitas maupun fungsinya, apalagi setelah Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1997. Penurunan fungsi prasarana irigasi tersebut antara lain disebabkan bahwa selama ini anggapan pengembangan irigasi menjadi tanggung jawab pemerintah, sehingga sebagian petani berpendapat bahwa mereka tidak turut bertanggung jawab (Direktorat Pengelolaan Air, 2008).

Peraturan Pemerintahan nomor 77 tahun 2001 pasal 4 tentang Irigasi, menjelaskan bahwa pengelolaan irigasi diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat petani dan dengan menempatkan perkumpulan petani pemakai air sebagai pengambilan keputusan dan pelaku utama dalam pengelolaan irigasi yang menjadi tanggung jawabnya (Isnaini, 2006).

Perkumpulan petani pemakai air (P3A) merupakan organisasi sosial dari para petani, yang bertindak dan bernaung pada golongan atau partai politik, merupakan organisasi yang bergerak di bidang pertanian, khususnya dalam kegiatan pengelolaan air pengairan sehubungan dengan kepentingan-kepentingan melangsungkan usahatani bersama (Kartasapoetra dan Mul, 1994).

(7)

Partisipasi anggota merupakan unsur-unsur utama dalam memacu kegiatan dan untuk mempertahankan ikatan pemersatu P3A yang merupakan organisasi berwatak sosial yang dibentuk oleh anggota untuk menggapai manfaat tertentu melalaui partisipasi. Oleh karena itu P3A harus memiliki kegiatan tertentu untuk menjabarkan bentuk-bentuk partisipasi dan memacu manfaat bersama. Diharapkan manfaat tersebut dapat mendistribusikan secara adil dan merata sesuai dengan kontribusi dalam aneka kegiatan yang dilakukan (Lubis, 1999).

Pemerintah juga telah menyerahkan agar dana untuk pemeliharaan dan kelangsungan fungsi dari jaringan irigasi dibiayai oleh anggota P3A tersebut (Asnawi, 1992).

Dana dari iuran ini akan dipergunakan untuk pemeliharaan irigasi. Jika suatu daerah pungutan iurannya tinggi, maka makin tinggi pula dana yang tersedia untuk pemeliharaan dan sebaliknya. Jadi diharapkan petani mempunyai kesadaran untuk membayar iuran, dimana dana untuk pemeliharaan irigasi tergantung pada iuran anggota (Kuswanto, 1993).

Sebagai represtasi dari petani pada lahan beririgasi, P3A/GP3A merupakan lembaga pelaksana strategis agar pemanfaatan, pengelolaan, dan pemeliharaan sarana irigasi dapat dilaksanakan demi kepentingan bersama dalam mewujudkan kesejahteraan petani dan meningkatkan pendapatan. Secara teknis, lahan beririgasi harus diatur pembagiannya sesuai dengan kebutuhan/kepentingan bersama. Oleh karena itu mutlak diperlukan adanya wadah koordinasi dan komunikasi agar semua petani mendapatkan fasilitas air irigasi secara adil dan merata. Lembaga ini juga dimaksudkan sebagai jalur transfer teknologi budidaya pertanian dan program-program pembangunan dari pemerintah. Aktifitas lembaga

(8)

ini mutlak harus dikembangkan sebagai penguatan (empowerment) bagi pihak petani pemanfaat. Pada pengembangannya lembaga P3A dapat dikembangkan menjadi lembaga kooperasi sebagai wujud kemandirian usahatani dan partisipasi aktif dalam pengelolaan irigasi (Anonimous b, 2010).

Partisipasi

Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung kepada organisasi yang mereka pilih. Agar dapat berinteraksi secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan. Dengan berpartisipasi setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan. Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan. Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan (Anonimous c, 2010).

Ada tiga unsur penting partisipasi:

1. Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.

(9)

2. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok.

3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai anggota artinya ada rasa “sense of belongingness” (Anonimous c, 2010).

Partisipasi yang efektif, indikator-indikator kuantitatif dari partisipasi mencakup:

- Perubahan-perubahan positif dalam layanan-layanan local - Jumlah pertemuan dan jumlah peserta

- Proporsi berbagai bagian dari kehadiran masyarakat - Jumlah orang yang dipengaruhi oleh isu yang diurus - Jumlah pemimpin lokal yang memegang peranan

- Jumlah warga lokal yang memegang peranan dalam proyek

- Jumlah warga lokal dalam berbagai aspek proyek dan pada waktu yang berbeda-beda (Anonimous d, 2010).

Kegiatan partisipasi melibatkan peran serta petani dan kelompok P3A sejak persiapan awal sampai dengan pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan. Keterlibatan tersebut tercermin dari mulai penyusunan rencana usaha kegiatan kelompok (RUKK), penyusunan rencana anggaran biaya, pembagian kewajiban dalam pembiayaan (sharing), pengesahan rencana usaha kegiatan kelompok/proposal, dan pelaksanaan kegiatan fisik di lapangan, pemantauan serta pengawasan (Direktorat Pengelolaan Air, 2008).

(10)

Tujuan pengelolaan irigasi partisipatif adalah :

1. Meningkatkan rasa kebersamaan, rasa memiliki dan rasa tanggung jawab dalam pengelolaan irigasi antara pemerintah; pemerintah daerah dan P3A/GP3A sejak dari pemikiran awal sampai dengan pengambilan keputusan. 2. Terpenuhinya pelayanan irigasi yang memenuhi harapan petani melalui upaya

peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan irigasi yang berkelanjutan (Direktorat Pengelolaan Air, 2008).

Kerangka Pemikiran

Organisasi P3A dibentuk dari, oleh, dan untuk petani pemakai air secara demokratis, yang pengurus dan anggotanya terdiri dari unsur petani pemakai air. Wadah Perkumpulan Petani Pemakai Air merupakan himpunan bagi petani pemakai air yang bersifat sosial-ekonomi, budaya, dan berwawasan lingkungan. Wadah ini dibentuk dengan tujuan untuk mendukung dan meningkatkan hasil-hasil pertanian, dengan perlunya sarana dan prasarana pertanian yang salah satunya melalui irigasi.

Keberadaan P3A sebagai organisasi petani dapat meningkatkan kemampuan petani dalam mengelola jaringan irigasi. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, diperlukan partisipasi petani dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Partisipasi anggota P3A adalah ikutsertanya anggota P3A dalam kegiatan gotong-royong, membayar iuran pelayanan irigasi (IPAIR), serta pemeliharaan saluran.

Partisipasi dalam pembayaran IPAIR dapat dilihat dari besarnya IPAIR dan ketepatan waktu dalam membayar IPAIR. Partisipasi dalam gotong-royong

(11)

meliputi, pemeliharaan rutin dan pemeliharaan mendadak. Partisipasi dalam pemeliharaan saluran meliputi, pengamanan, pembersihan saluran, pencegahan dan perbaikan saluran.

Partisipasi organisasi P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi diduga memiliki hubungan dengan pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga dalam penelitian ini adalah seluruh pendapatan bersih dalam bentuk uang yang diperoleh dari usaha tani per petani.

Kegiatan organisasi P3A dalam pelaksanaannya tentu memiliki masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Seperti terjadinya konflik dalam pembagian air irigasi ke petak-petak sawah petani. Sehingga dibutuhkan upaya-upaya yang dilakukan oleh pengurus dengan bantuan anggota maupun pemerintah untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut.

(12)

PARTISIPASI DALAM KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI GOTONG-ROYONG - Pemeliharaan rutin - Pemeliharaan mendadak

Untuk lebih mangarahkan penelitian dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

ORGANISASI P3A MASALAH PENDAPATAN UPAYA Keterangan: : Ada hubungan : Terdapat : Berpartisipasi

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran PETANI PEMELIHARAAN SALURAN - Pengamanan - Pembersihan saluran - Pencegahan - Perbaikan saluran PEMBAYARAN IPAIR - Besar IPAIR - Ketepatan waktu membayaran IPAIR

(13)

Hipotesis Penelitian

1. Tingkat partisipasi organisasi P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah penelitian adalah tinggi.

2. Ada hubungan tingkat partisipasi petani anggota P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dengan pendapatan usahatani padi sawah.

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran PETANI  PEMELIHARAAN SALURAN -  Pengamanan -  Pembersihan saluran -  Pencegahan  -  Perbaikan saluran PEMBAYARAN IPAIR -  Besar IPAIR -  Ketepatan waktu membayaran IPAIR

Referensi

Dokumen terkait

penyimpanan yang terbaik untuk gigi yang avulsi adalah media kultur sel seperti HBSS karena dapat menjaga sel-sel ligamen periodontal tetap hidup selama 24

Kegiatan perawatan pada Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty berdasarkan metode ISMO diperlukan sembilan kali inspection , enam kali small repair , dan dua

Konsolidasi eksternal yang bertujuan agar memperlancar jalan PDI-P dalam melakukan program kampanye ataupun semua acara yang bersifat untuk umum, ditempuh PDI-P Kota Tegal

Web GIS Simantan adalah sistem yang dibangun untuk memudahkan Penilai kesehatan hutan dalam menyimpan data yang telah diperoleh, membantu pengguna data dalam

Lele Sangkuriang merupakan ikan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6) lele

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Identifikasi Pola Aliran Sungai Bawah Tanah Daerah Karst di Desa Gebangharjo Kecamatan Pracimantoro

Adapun capaian kinerja provinsi terhadap target nasional yang belum mencapai target tergambar pada tabel dibawah.. Adapun secara umum, faktor pendukung keberhasilan

Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) KBRI Berlin tahun 2015 - 2019, merupakan salah satu perwujudan dari komitmen KBRI Berlin, sebagai salah satu instansi pemerintah yang