• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender

Wildan Halid

Email: Wildanhalid@gmail.com

Institut Agama Islam Nurul Hakim Nusa Tenggara Barat Abstrak

Konseling pernikahan adalah suatu keniscayaan yang mesti dilaksanakan oleh segenap individu yang akan membina pernikahan bahkan yang sudah menikah sekalipun. Pada zaman yang terus berkembang seperti sekarang ini, individu rentan mengalami stres akibat belum menemukan pasangan yang sesuai dengan harapan, kegagalan dalam membina rumah tangga, dan akhlak pasangan yang buruk disebabkan minimnya pengetahuan agama dan tidak kalah urgennya yaitu keringnya nilai spiritual yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu pentingnya melakukan persiapan sedini mungkin untuk mempersiapkan diri baik yang sifatnya materil maupun immateril seperti bagaimana mengenal calon pasangan bibit bebet dan bobot dari masing-masing pasangan. Sekalipun secara garis besarnya tidak mesti sempurna, tetapi ada hal-hal yang dapat dijadikan prioritas untuk memilih calon pasangan. Mengutip dari sabda Rasulullah bahwa dalam memilih pasangan sangat dianjurkan dengan melihat agamanya. Ketika agamanya bagus maka secara substansi pribadi atau akhlaknya menunjukkan bahwa orang tersebut akan baik. karena orang yang paham agama tentunya akan melaksanakan kewajiban sebagai hamba sang Illahi dan menunaikan hak-hak seorang muslim. Beragama mengejawantahkan kasih sayang dan ini berlaku bagi kedua pasangan serta tanpa melihat perbedaan gender juga berlaku bagi kedua pasangan tanpa melupakan kodrat sebagai lelaki dan perempuan karena masing-masing individu memiliki hak dan kewajiban yang wajib ditunaikan dan tidak boleh lepas dari rasa saling mengerti dan pengertian sebab dalam membina rumah tangga dengan tidak adanya rasa saling mengerti dan pengertian akan kaku dan formal. Jika hal tersebut terjadi maka akan menimbulkan kejenuhan dan tidak menutup kemungkinan menimbulkan perselingkuhan sampai perceraian.

(2)

Pendahuluan

Konseling adalah sebuah upaya atau usaha sadar yang di lakukan oleh ahlinya yaitu mengembalikan individu ke fitrahnya. Konseling merupakan upaya kuratif dan preventif yang dalam pemahaman yang dianut penulis adalah mazhab yang berfaham konseling adalah satu kesatuan dengan kata bimbingan tanpa harus menaruh kata bimbingan, sederhananya konseling pasti bimbingan begitu juga bimbingan pasti konseling.1 Konseling sebuah ilmu yang berdiri di atas berbagai disiplin keilmuan yang masing-masing keilmuan mempunyai peran signifikan terhadap disiplin ilmu konseling karena sejatinya tidak ada keilmuan yang mampu berdiri sendiri tanpa di topang dengan keilmuan yang lain artinya dalam setiap keilmuan yang berbeda tidak ada sekat diantara keilmuan tersebut. Dari berbagai disiplin keilmuan tersebut masing-masing ter-integrasi-interkoneksi sesuai dengan porsi atau kadarnya.

Begitu pula dengan disiplin ilmu konseling secara prosentase maka ilmu psikologi menyumbangkan sumbangsihnya yang paling besar terhadap ilmu konseling karena hampir tujuh puluh persen referensi dari ilmu konseling adalah ilmu psikologi selebihnya ada antropologi, filsafat, sosiologi, kedokteran dan lain sebagainya. Melihat relevansi kehidupan dalam berkeluarga masa ini mengalami perubahan yang begitu drastis baik dari sisi sosial kemasyarakatan maupun sebagai individu itu sendiri ini semua tidak lepas dari perubahan itu sendiri.

Bila melihat dari kompleksitas kehidupan berkeluarga dari sisi pandang ilmu konseling maka sangat diperlukan adanya konseling pernikahan, dengan tujuan mempersiapkan calon pengantin secara matang dalam membina/menjalankan biduk rumah tangga.

1 Hasil diskusi tahun 2014 dengan Dr. Budi Astuti bertempat di UIN SUKA (beliau adalah

(3)

Pembahasan

1. Mengenali Calon Pasangan

Di dalam pernikahan ada dua jiwa, dua karakter, dan dua tempramen berbeda yang dijadikan satu kesatuan yang hidup tanpa sekat atau jarak, masing-masing mempunyai keunikan tersendiri. Perbedaan inilah yang bisa menyatukan dua kehidupan. Meminjam istilah kelistrikan tanpa pertemuan positif dan negatif maka lampu tidak akan menyala. Berangkat dari pemahaman ini perlu kiranya masing-masing pasangan saling mengenal terlebih dahulu atau mengambil langkah-langkah awal menuju jenjang pernikahan diantaranya adalah:

A. Memilih Calon Pasangan

Setiap orang memiliki daya tarik dan selera yang berbeda-beda. Daya tarik bersifat lahir seperti kecantikan atau ketampanan, ada juga daya tarik yang menempel di luar seperti kekayaan, pangkat, jabatan atau popularitas. Kemudian ada juga daya tarik yang bersumber dari dalam diri seseorang, seperti kelemah lembutan, kesetiaan, keramahan, kejujuran dan berbagai ciri kepribadian lainnya2. Selera manusia juga berbeda-beda, ada yang lebih tertarik kepada paras, mempertimbangkan dari aspek harta dan jabatan serta status sosial, di samping ada yang seleranya lebih pada kualitas hatinya.

Agama adalah tuntunan hidup manusia, karena itu tuntunan agama sejalan dengan logika dan perasaan umum manusia. Manusia diciptakan dengan kecenderungan fitrah syahwat yang bersifat universal seperti yang disebutkan dalam QS Ali Imran ayat 14:

َنِم ِةَرَطْنَقُمْلا ِريِطاَنَق ْلاَو َنيِنَبْلاَو ِءاَسِ نلا َنِم ِتاَوَهَّشلا ُّبُح ِساَّنلِل َنِ يُز

ِةاَيَحْلا ُعاَتَم َكِل َذ ۗ ِثْرَحْلاَو ِماَعْ نَْلْاَو ِةَمَّوَسُمْلا ِلْيَخْلاَو ِةَّضِفْلاَو ِبَهَّذلا

ِبآَمْلا ُنْسُح ُهَدْنِع ُهَّللاَو ۖ اَيْ نُّدلا

2 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam’berwawasan gender’(Malang: UIN Malang

(4)

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan Shallallahu alaihi wasallamah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

Setiap manusia tertarik dengan lawan jenis, bangga memiliki anak-anak sukses, senang memiliki harta benda yang bagus, kebun luas dan secara manusiawi menyukai kenikmatan, kebanggaan dan kenyamanan. Ini adalah suatu hal yang wajar karena merupakan fitrah syahwat yang dilekatkan Tuhan kepada manusia. Perlu digaris bawahi bahwa semua itu harus berjalan sesuai koridor agama.

Karakter yang sudah menetap akan membentuk sebuah kepribadian. Menurut Freud, kepribadian berdiri di atas tiga pilar, yaitu id,ego dan super ego, unsur hewani, akal dan moral. Perilaku menurut Freud merupakan interaksi dari ketiga pilar tersebut. Tetapi kesimpulan Freud manusia Adalah Homo Volens, yakni makhluk berkeinginan yang tingkah lakunya dikendalikan oleh keinginan-keinginan yang terpendam di dalam alam bawah sadar, satu kesimpulan yang merendahkan martabat manusia.3

Jadi kepribadian itu berlainan dalam suatu keadaan dan situasi, antara satu periode umur dengan periode lain. Berlainan menurut hubungannya dengan manusia yang satu dengan yang lain, berlainan pula menurut sebab akibat dan motif-motif yang menggerakkan kepribadian itu bertindak. Dalam hal ini, perempuan juga seperti pria, merupakan “kepribadian manusia”, yang menjadi sasaran dari sifat yang berlawanan ini karena adanya banyak faktor dan suasana yang berbolak balik di dalam unsur-unsur “kepribadian”.

Karena kepribadian itu di dalam bahasa merupakan satu kata, tetapi akan keliru sekali bila dibayangkan bahwa kepribadian itu adalah sesuatu yang hanya terdiri dari satu unsur saja, yang berada di bawah satu nama. Karena kepribadian itu merupakan beberapa faktor yang tidak terhitung banyaknya, diantaranya naluri

(5)

pengertian, perasaan dan hubungan timbal balik antara kepribadian dan lingkungan tempat tinggal. Dengan kombinasi yang beraneka ragam tersebut, maka kepribadian berada dalam gerakan yang terus menerus, yang tidak pernah tenang menuju satu arah dalam secercah waktu.4

Jadi di dalam kepribadian tidak hanya satu keinginan saja yang terbit dalam segala waktu dan tempat, artinya dari sumber yang satu banyak keinginan yang terbit karena mencakup beberapa unsur yang bermacam-macam dan tidak pernah stabil. Jika dalam memilih jodoh cenderung dipengaruhi oleh hawa nafsu, maka yang sering terjadi adalah mengejar kenikmatan segera atau bahkan kenikmatan sesaat, bukan pada kebahagiaan yang utuh dan selamanya. Jika dalam memilih lebih dipengaruhi oleh tuntunan nurani dan agama, maka pertimbangannya lebih memilih pada kebahagiaan jangka panjang walau sudah terbayang harus melampui fase-fase kesabaran dalam menghadapi kesulitan dan kepahitan hidup.

Agama, seperti yang dianjurkan oleh nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam memberikan tuntunan dalam memilih pasangan. Ada empat pertimbangan yang secara sosial selalu diperhatikan pada calon pasangan yang akan dipilih yaitu harta, keturunan, kecantikan dan agama. Untuk lebih detailnya penulis menjabarkan sebagai berikut:5

a. Faktor Harta

Salah satu kriteria memilih calon suami atau istri atas dasar kekayaan. Tidaklah salah jika harta menjadi pertimbangan seseorang memilih calon pasangan, karena harta dapat menghantarkan keluarga sejahtera dan terpenuhi kebutuhan finansial dalam rumah tangga. Namun harta benda belum dapat menjamin pasangan suami istri menemukan kebahagiaan hakiki dalam rumah tangga. Harta dapat memberikan manfaat kepada pemiliknya, tetapi seringkali dengan harta seseorang menjadi celaka.

4Abbas Mahmoud Al-Akkad, Wanita Dalam Alqur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h.79 5 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam’berwawasan...,h.82

(6)

Beberapa kasus yang terjadi dalam rumah tangga, ketika harta menjadi alasan memilih calon pasangan, harta dipandang dapat menyelesaikan segalanya termasuk menyelesaikan semua masalah rumah tangga kelak. Tetapi ketika terjadi perubahan, di mana rumah tangga mengalami krisis ekonomi, maka dapat merubah sikap seseorang terhadap pasangannya. Dengan demikian harta memang diperlukan tetapi bukan menjadi tujuan utama seseorang menentukan pasangannya.

Kondisi yang ideal dalam rumah tangga yakni pada diri suami dan istri sebenarnya suatu hal yang tidaklah sepenuhnya bisa diperoleh. Namun tidak akan menghalangi berlangsungnya suatu pernikahan yang bahagia bila kedua belah pihak telah berbulat hati untuk bersatu dalam membina sebuah rumah tangga dengan kesiapan mental guna menanggung segala macam resiko yang akan dihadapi dalam perjalanan pernikahan selanjutnya.6

Di sinilah diperlukan bahkan menjadi suatu kewajiban seorang mukmin untuk terus meningkatkan pengetahuan bagaimana membangun rumah tangga yang harmonis atau sering kita dengar yakni keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah tanpa ada tendensi yang lain dalam artian, refleksi penulis, yaitu berusaha dari hari ke hari untuk terus belajar dan berusaha bagaimana religiusitas dan spritualitas dalam diri seseorang itu bisa seirama. Karena hanya dengan dua kata kunci ini kebahagian dalam rumah tangga bisa dicapai bahkan dalam kehidupan yang lebih luas sekalipun.

Walaupun predikat ideal sukar diperoleh sepenuhnya, alangkah baiknya bila masing-masing pihak selalu saling memahami dan berusaha mendapatkannya di sepanjang jalur kehidupan bersama yang akan dijalani. Taraf kesadaran dan kesabaran yang didukung oleh pengetahuan dan pengalaman hidup yang secukupnya sangat menunjang pencapaian tujuan-tujuan pernikahan yang akan dicapai.

b. Faktor Keturunan

6 Hasan Basri, Keluarga Sakinah ‘Tinjauan Psikologi dan Agama, (Yogyakarta: Pustaka

(7)

Dalam menentukan calon pasangan yang akan dijadikan suami atau istri, salah satunya adalah faktor keturunan. Untuk melihat potensi dan kepribadian seseorang, dapat dilihat dari mana dia berasal, siapa orang tua dan siapa keturunannya. Karena kepribadian adalah nilai bagi stimulus sosial dan kemampuan menampilkan diri secara mengesankan (Hilgard & Marquis). Begitu juga apa yang didefinisikan Stern bahwa kepribadian adalah kehidupan seseorang secara keseluruhan, individual, unik, usaha mencapai tujuan, kemampuan bertahan dan membuka diri serta kemampuan memperoleh pengalaman.7

Membuat pertimbangan dalam memilih pasangan adalah bagian yang penting, faktor keturunan juga sangat berperan bagaimana kepribadian itu terbentuk dan diyakini bahwa memilih pasangan dari faktor hederitas bagian dari syarat untuk mencapai keluarga yang sakinah. Tidaklah keliru jika faktor keturunan menjadi pertimbangan utama dalam memilih pasangan, namun tidak boleh digunakan sebagai kebanggaan dan kesombongan yang menyebabkan sikap eksklusif dalam interaksi sosial di masyarakat.

Kebahagiaan rumah tangga bukan tergantung dari keturunan siapa dia berasal, tetapi semata-mata menjadi pertimbangan bukan sebagai tujuan seseorang termotivasi untuk menikah. Dalam membina rumah tangga yang bahagia bergantung bagaimana masing-masing pasangan saling menerima, saling memahami, saling mengerti dan itu ditentukan oleh kematangan atau kedewasaan berfikir yang di tunjang oleh pengetahuan bagaimana membangun rumah tangga yang harmonis dari masing-masing pasangan.

c. Faktor Kecantikan/Ganteng

Tuhan maha indah dan menciptakan keindahan pada makhluknya, alam semesta ciptaan Tuhan sungguh sangat indah mencerminkan keindahan Sang Pencipta. Manusia juga diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang terindah secara fisik

(8)

dan psikologis. Oleh karena itu manusia didesain Tuhan untuk mengerti keindahan dan bisa menikmati keindahan. Manusia yang mencintai keindahan secara benar pasti dicintai Allah. Karena cinta keindahan juga merupakan sifat Allah;

“Sesungguhnya Allah itu sangat indah menyenangi keindahan”(H.R. Muslim dan Turmuzi dari Ibnu Mas’ud).

Kecantikan atau ganteng bersifat relatif. Setiap orang memiliki selera dan daya tarik yang berbeda terhadap lawan jenisnya. Ini menunjukkan adanya aktualisasi diri terhadap individu yaitu individu mengalami pengalaman puncak yakni sebagai saat-saat tatkala dunia tampak utuh dan orang itu merasa selaras dengannya tetapi berhasil mengaktualisasikan diri tidak sama dengan kesempurnaan (Maslow).8 Ada yang menekankan pada paras, body, serta dari sikap yang luwes.

Tetapi suatu yang bersifat fisik tidak mampu dipertahankan seiring dengan bertambahnya usia dan juga bukan menjadi jaminan mutlak rumah tangga menjadi sakinah. Pengalaman hidup mengajarkan bahwa banyak cinta menjadi dendam, pasangan yang ganteng dan cantik yang awalnya mesra berubah menjadi saling membenci, saling mendendam bahkan saling merusak dan melakukan kekerasan. Artinya di mata kedua pasangan yang sedang dilanda kebencian, maka kecantikan dan kegantengan sama sekali tidak mempunyai nilai bahkan menjadi bahan tambahan bahan bakar kebencian.

Dari tiga pembahasan diatas yaitu harta, keturunan, cantik, dan ganteng bukan menjadi faktor utama dalam memilih pasangan karena ketika yang tiga ini di jadikan faktor utama maka Allah akan mengubah keunggulan faktor yang di anggap positif itu menjadi bernilai negatif. Berkesesuaian dengan apa yang diperingatkan oleh Imam Ja’far Shadik bahwa: Jika seseorang mengawini seorang wanita karena kecantikan

8 Matt Jarvis, Teori-Teori Psikologi Pendekatan Modern Untuk Memahami Perilaku,

(9)

atau hartanya, ia akan mendapatkan apa yang dicari itu. Tapi bila ia mengawininya karena agamanya, Allah pasti akan memberikan kecantikan dan harta.9

d. Faktor Agama

Di akhir hadist Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam berbunyi, pilihlah yang memiliki agama, maka kalian akan beruntung, Hadist tidak menyebutkan orang yang beragama tapi orang yang memiliki agama, disini mengandung substansi, jadi perempuan atau lelaki adalah orang yang beragama secara substansial atau dapat dilihat sifatnya sebagai orang mematuhi agama, artinya secara vertikal ia tidak sanggup untuk sombong.

Secara horizontal orang yang memiliki agama secara substansial akan berusaha secara maksimal menjadikan dirinya bermanfaat kepada manusia dan makhluk lain karena manusia tak lain adalah pengejawantahan kasih sayang Tuhan. Karakteristik orang yang memiliki agama akan terasa dalam berkomunikasi, berinteraksi, bertransaksi yakni substansi agamanya akan terasa menyejukkan, menentramkan, membangun semangat, dan menumbuhkan etos “mengagumkan”.

Dari empat kriteria pembahasan di atas merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia dikarenakan dalam diri manusia terdapat tiga kebutuhan yang saling berhubungan yaitu biologis, sosiologis dan teologis. Di mana dalam hal ini di dasarkan pada makhluk biologis, sosial dan religi. Implikasi dari hal tersebut adalah manusia mempunyai berbagai dimensi kehidupan yaitu bio-psiko-sosio-religius.10 Dengan agama suami dan istri akan menemukan ketenangan yang hakiki karena jaminan rumah tangga semata-mata digantungkan kepada yang Maha Mengatur dan Maha Bijaksana.

9 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam’berwawasan gender’.,h.85

10 Ali Murtadho, Konseling Perkawinan persfektif Agama-Agama, (Semarang:Walisongo

(10)

Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki tersebut, pernikahan sebagaimana yang telah diatur dalam hukum agama maupun negara pada dasarnya merupakan satu proses kehidupan yang penting bagi eksistensi manusia itu sendiri. Pernikahan pada dasarnya merupakan aktivitas hidup yang ditempuh untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia, baik secara fisiologis, psikologis, sosial dan religi.

1) Kafaah (Kesepadanan) dalam menentukan pasangan

Salah satu pertimbangan yang penting dalam menentukan calon pasangan baik suami maupun istri adalah pertimbangan kafaah (kesepadanan). Menurut bahasa, kafaah berarti persamaan atau perbandingan namun yang dimaksud di sini adalah kondisi suami yang setara dengan istrinya dalam kedudukan sosial, agama, moral (akhlak) dan ekonomi. Masyarakat berkeyakinan bahwa kesepadanan antara suami istri menjadi salah satu faktor keharmonisan dalam rumah tangga.

Menurut Ibnu Hazm, tidak ada ukuran kesepadanan dalam perkawinan. Beliau hanya menekankan masalah pernikahan laki-laki baik dengan perempuan pezina atau sebaliknya perempuan baik dengan laki-laki pezina, sebagaimana di sebutkan dalam QS. Al-Nur:3.

ۚ ٌكِرْش ُم ْوََ ٍاَز ََِِّّ اَهُح ِكْنَ ي ََّ ُةَيِناَّزلاَو ًةَكِرْشُم ْوََ ًةَيِناَز ََِِّّ ُحِكْنَ ي ََّ يِناَّزلا

َنيِنِمْؤُمْلا ىَلَع َكِل َذ َمِ رُحَو

Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina,

atau perempuan yang musyrik dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin.

Apakah ukuran yang dimaksud dakam ayat ini berlaku secara umum atau sebuah gambaran bahwa memilih pasangan merupakan ikhtiar sehingga dalam menentukan kriteria sesuai dengan pertimbangan umum. Dalam faktanya, Rsaulullah

(11)

shallallahu alaihi wasallam telah menikahkan para sahabat yang terkadang status sosialnya jauh berbeda baik dari segi kebangsawanan dengan bekas budak, maupun yang kaya dengan yang miskin. Seperti Zainab yang keturunan bangsawan dengan Zaid bin Harisah seorang mantan hamba sahaya (budak) begitu juga dengan sahabat yang lain seperti Miqdad dengan Dzaba’ah yang status sosialnya seperti langit dan bumi.11

Artinya masalah kesepadanan menjadi persoalan pertimbangan khusus dan dengan kriteria yang khusus pula. Ulama kebanyakan atau sebagian besar menegaskan bahwa kafaah dilakukan dengan pertimbangan agama atau akhlaqul karimah sedangkan yang lain seperti kekayaan, kecantikan, ketampanan, kedudukan atau jabatan maupun status sosial bukan menjadi pertimbangan mutlak. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13;

َلِئاَبَ قَو اًبوُع ُش ْم ُكاَنْلَعَجَو ىَثْ نََُو رَكَذ ْنِم ْمُكاَنْقَلَخ اَّنِِ ُساَّنلا اَهُّ يََ اَي

ٌريِبَخ ٌمي ِلَع َهَّللا ٍَِِّ ۚ ْمُكاَقْ تََ ِهَّللا َدْنِع ْمُكَمَرْكََ ٍَِِّ ۚ اوُفَراَعَ تِل

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Dalam ayat ini menjelaskan fitrah manusia yaitu “potensi” yang dimiliki dan diaktualisasikan sebagamana Maslow menggambarkan bahwa manusia yang sudah mengaktualisasikan diri sebagai orang yang sudah terpenuhi semua kebutuhannya dan melakukan apapun yang bisa mereka lakukan yakni dengan respon yang sesuai dengan kodrat atau kapasitas yang memajukan hubungan yang sehat dengan sesama seperti tingkah laku yang sehat, memuaskan dan matang serta perlu diketahui bahwa

(12)

masing-masing kualitas muncul dari kodrat atau kapasitas yang ada pada manusia serta hubungannya dengan kenyataan.12

Maksud dari perkawinan antara lain adalah untuk mempertemukan ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dari berbagai perbedaan suku bangsa maupun perbedaan-perbedaan lainnya seperti warna kulit, bahasa, budaya dan kebiasaan-kebiasaan yang melatari suami istiri agar keduanya saling mengenal berbagai perbedaan tersebut untuk menuju pada satu titik ketaqwaaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena itu kafaah atau kesepadanan bersifat relatif dan kondisional.

Kasus Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menikahkan sahabatnya yang berbeda status sosial sebagaimana uraian di atas, diikuti pula oleh sahabat Hudzaifah yang menikahkan Salim bekas hamba sahaya dengan Hindun binti al-Walid bin Utbah bin Rabi’ah merupakan simbol bahwa Rasulullah melakukan pembongkaran budaya patriarki yang menganut bahwa perempuan berstatus tinggi akan turun derajatnya di masyarakat ketika menikah dengan seorang laki-laki yang berstatus sosial lebih rendah.

Berniat dan beriktikad yang benar dalam membangun rumah tangga adalah keharusan yang mutlak sifatnya. Kita diajarkan bagaimana menjadi seorang yang jujur dalam melaksanakan ajaran agama dalam hal ini khususnya terkait dengan pernikahan yaitu jangan ada tendensi yang lain yang arahnya cenderung negatif, Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam QS. Bayyinah ayat 5 berfirman:

ا وُتْؤُ يَو َة َلََّصلا اوُميِقُيَو َءاَفَ ن ُح َنيِ دلا ُهَل َنيِصِلْخُم َهَّللا اوُدُبْعَ يِل ََِِّّ اوُرِمَُ اَمَو

ِةَمِ يَقْلا ُنيِد َكِل َذَو ۚ َةاَكَّزلا

12 Yustinus Semiun, Kesehatan Mental bagian satu, (Yogyakarta: Kanisius anggota IKAPI,

(13)

Dan mereka tidak diperintahkan kecuali agar supaya beribadah kepada ALLAH dengan tulus ikhlas melaksanakan agama secara jujur,menegakkan shalat,membayar zakat dan demikian itulah agama yang benar.

Niat dan tujuan pernikahan adalah semata-mata manifestasi dari rasa patuh dan tawadhu’ kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharap ridha-Nya, cinta dan kasih sayang-Nya, bukan karena pelampiasan nafsu hewani yang bersifat biologis semata, akan tetapi sebenarnya di dalam hubungan biologis terdapat rahasia besar.13

Dengan demikian kafaah dapat dikondisikan pada pra pengambilan keputusan untuk menikah dan dapat pula dikondisikan secara berproses dalam kehidupan rumah tangga sesuai dengan kondisi dan kebutuhan suami istri maupun kemaslahatan bersama.

Penting untuk diperhatikan bahwa masyarakat muslim berkeyakinan bahwa kesepadanan dalam agama menjadi ukuran utama. Sedangkan proses penyesuaian untuk kesepadanan ini dapat diperhatikan pada uraian pentingnya mengenali calon pasangan sebagai berikut.

A. Pentingnya Mengenali Calon Pasangan

Pentingnya mengenali calon pasangan adalah agar masing-masing dapat memahami dan mengerti kepribadian pasangan dan juga beradaptasi dengan kepribadian yang berbeda. Sebelum orang melakukan transaksi jual beli, apalagi jika membeli sesuatu yang bernilai, pasti terlebih dahulu akan melakukan berbagai pertimbangan, kualitas, kegunaan, harga dan selera pribadi. Jika senang, apalagi berkualitas dan diperlukan, maka harga tidak menjadi masalah. Demikian juga orang dalam melakukan transaksi kontrak kerja, pastilah unsur keuntungan dan keamanan akan menjadi pertimbangan.

Mungkin menjadi bagian dari hakikat manusia untuk memuja tubuh, untuk berusaha memahami lewat akal sehat semesta dan tempat kita di dalamnya, untuk

13 Hamdani Bukron Adzaki, Konseling dan Psikoterafi Islam cet. Ke 6, ( Yogyakarta:

(14)

mencari pasangan dan menghasilkan keturunan, untuk merawat, dan mengasuh keturunan hingga mandiri, dan untuk hidup kooperatif dengan sesama manusia. Setiap manusia memiliki keunikan tertentu yang disebabkan oleh pembentukan gen-gen kelahirannya dan pembentukan pengalaman-pengalaman pribadinya selama ini. Artinya kita tidak punya kemiripan dengan siapapun di dunia ini.14

Beberapa sifat kepribadian diyakini diperoleh lewat proses pembelajaran individu (seperti selera musik, makanan dan lain-lain) sedangkan yang lain ditentukan secara genetis (seperti kondisi emosi), beberapa sifat menampakkan pengaruh dominan bagi hidup manusia (seperti kecerdasan) beberapa lagi hanya memberi pengaruh kecil, namun tetap penting untuk diperhatikan.

Akad nikah adalah kontrak seumur hidup antara dua individu di mana nereka berdua bukan saja akan selalu bersama dalam suka dan duka. Setiap hari akan banyak menghabiskan waktu yang harus dilakukan bersama-sama. Jika mereka tidak mempunyai kesamaan maka kebersamaan dalam waktu yang lama akan melahirkan kebosanan. Oleh karena itu sebelum penanda tanganan kontrak akad nikah, harus benar-benar meneliti unsur-unsur yang akan mendukung kebersamaan dan menandai unsur-unsur resistensi yang apa saja yang bisa mengganggu bahkan bisa menjadi bom waktu.

Dalam pemilihan pasangan ada peranan ilmu. Perasaan cocok sering lebih besar dibanding pertimbangan ilmiah. Jika seorang perempuan dalam pertemuan pertama dengan seorang laki-laki langsung merasa bahwa laki-laki itu terasa ada

feeling untuk menjadi suami, meski ia belum mengetahui secara detail, biasanya feeling itu akan menjadi faktor dominan dalam mempertimbangkan pilihan. Dan ini

adalah termasuk faktor hallo effect yakni langsung tertarik oleh penampilan.

14 Matthew H. Olson. B.R. Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadianedisi ke 8 terj.

(15)

Sementara itu argumen rasional berdasarkan data lengkap tentang berbagai karakteristik memungkinkan dapat memuaskan logika, tetapi mungkin terasa kering, karena pernikahan bukan semata logika, tetapi justru lebih merupakan masalah perasaan. Pasangan yang dari segi infrastruktur logis mestinya bahagia, tetapi pasangan seperti ini justru melewati harinya dengan suasana kering dan membosankan karena hubungan lebih bersifat formal.

Berbeda dengan pasangan yang serba kekurangan, meski hidup dalam kesahajaan, tetapi mereka kaya dengan perasaan, sehingga mereka dapat merasa ramai dalam keberduaan, merasa meriah dalam kesunyian malam, merasa ringan dalam memikul beban, merasa sebentar dalam mengarungi perjalanan panjang walaupun melewati usia 40 tahun perkawinan mereka tetap serasa pengantin baru.

Kehidupan suami istri sebenarnya di mulai sejak pagi hari pertama setelah malam resepsi. Di saat mempelai telah menjalani peristiwa penting yang membahagiakan (malam pertama) dengan penuh kemesraan dan kebahagiaan. Suatu pernikahan adalah mempertemukan dua orang anak cucu Adam yang berbeda jenis kelamin dengan niat yang luhur untuk mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan hidup.

Pernikahan juga mempertemukan dua keluarga besar dalam suatu rumpun baru yang penuh dengan semangat kekeluargaan. Oleh karena setiap pasangan dalam suatu rumah tangga bukan saja sayang dan mengasihi pasangannya tetapi juga segenap sanak keluarga pasangan. Terutama mertua, sikap mengasihi dan mencintai selalu ditunjukkan dengan penuh kelembutan dan keikhlasan hati. Sikap demikian bukan saja menambah kecintaan dari pasangan tetapi juga akan membuahkan hubungan kekeluargaan yang semakin akrab dan penuh hikmah serta kebahagiaan semua pihak.

(16)

B. Hakikat Kepribadiaan

Kepribadian merupakan sekumpulan dari berbagai elemen yang ada pada diri individu, baik elemen itu datangnya dari dalam maupun luar individu itu sendiri yang menjadi ciri khas tersendiri yang dimunculkan di depan umum. Sedangkan kata kepribadian itu sendiri berasal dari kata latin yaitu persona yang artinya topeng. Setiap teori kepribadian tak lain tak bukan adalah upaya mendefinisikan kepribadian di luar seberapa mencolok perbedaan satu definisi dengan definisi lainnya.

a. Tiga Fokus Teori Kepribadian

Kluckhohn dan Murray mengamati jika setiap manusia: (1) mirip setiap manusia yang lain; (2) mirip beberapa manusia yang lain; dan (3) tidak mirip manusia lain manapun. Artinya bahwa:

1. Kita semua mirip semua manusia lain sejauh adanya sebuah hakikat manusia yang mendeskripsikan kemanusiaan kita. Salah satu tugas teoritis kepribadian adalah mendeskripsikan apa yang dimiliki semua manusia pada umumnya, yaitu apa yang dilengkapkan pada kita sejak lahir inilah yang bisa menjelaskan hakikat manusia.

2. Kita mirip beberapa manusia yang lain sejauh kita berbagi sebuah budaya yang sama dengan mereka. Contohnya, mungkin menjadi bagian hakikat manusia untuk memuja tubuh, untuk memahami lewat akal sehat semesta dan tempat kita dalamnya, untuk mencari pasangan dan menghasilkan keturunan, untuk merawat dan mengasuh hingga mandiri, dan hidup secara kooperatif dengan sesama manusia. Namun begitu, budaya tempat kita dibesarkan itulah kemudian yang menentukan bagaimana cara memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.

3. Kita tidak punya kemiripan dengan siapapun di dunia ini, artinya setiap manusia memiliki keunikan tertentu, yang disebabkan oleh pembentukan gen-gen kelahirannya, dan pembentukan pengalaman-pengalaman pribadi.

(17)

b. Faktor Penentu Kepribadian

Penjelasan yang paling awam atau paling umum tentang kepribadian sering didasarkan kepada faktor genetik artinya ini mengimplikasikan sebuah penjelasan berbasis genetik bagi kepribadian karena semua ciri dan sifat sudah ada di dalam darah. Contohnya mata sipit, rambut pirang, tubuh pendek, tinggi atau tempramen yang dimiliki individu.15

Para psikolog modern mempelajari faktor-faktor penentu bagi kepribadian seperti faktor biologi, sosial, budaya, (genetik, sifat-sifat, masyarakat, pembelajaran, pilihan pribadi, mekanisme bawah sadar dan proses-proses kognitif). Para teorisi kepribadian berada di posisi unik dalam psikologi karena berkesempatan untuk mempelajari seluruh kepribadian manusia. Kebanyakan psikolog yang lain hanya menyoroti satu aspek manusia seperti perkembangan anak, usia anak, persepsi, kecerdasan, pembelajaran, motivasi, ingatan atau patologi. Hanya teori kepribadian yang berusaha menghadirkan satu gambaran lengkap tentang manusia.16

Kepribadian adalah pengorganisasian yang dinamis dalam individu, dari sistim psiko fisik yang menentukan wataknya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Para psikolog juga merespon kepribadian adalah satu-kesatuan yang terorganisir dan selalu berinteraksi di dalamnya semua organ tubuh dan jaringan psikologisnya. Dan juga menentukan perilaku serta responnya dengan cara yang membedakannya dari orang lain.17

a) Menuju Jenjang Pernikahan

Proses menuju jenjang pernikahan bagi sebagian orang adalah hal yang mungkin tidak terlalu merepotkan karena ada dukungan finansial yang cukup di keluarga kedua mempelai. Namun di satu sisi menjadi hal yang sangat merepotkan

15 Ibid.,h.4 16 Ibid.,h.11

(18)

bagi kedua belah pihak karena butuh proses yang keras untuk bisa merealisasikan atau sampai ke proses akad karena fakor finansial, serta adanya budaya yang berbeda dalam proses pernikahan di masing-masing daerah, di daerah yang satu misalnya cukup memenuhi rukun selesai dengan acara yang sederhana tanpa memberatkan kedua mempelai maupun keluarga dua belah pihak terlepas dari alasan-alasan tersebut fokus penulis adalah:

1) Kebutuhan-Kebutuhan Individu Terhadap Pernikahan

Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila kebutuhan individu tersebut tidak terpenuhi, maka akan menunjukkan perilaku kecewa, sebaliknya jika kebutuhan terpenuhi, akan memperlihatkan perilaku gembira sebagai manifestasi dari rasa puas.

Bagaimanapun individu tidak bisa melepaskan diri dari kebutuhan. Menurut Maslow hirarki kebutuhan dimulai dari18.

a. Kebutuhan fisiologis yakni makanan dan kehangatan, karena kita tidak bisa hidup tanpa dua hal tersebut.

b. Jika kebutuhan tersebut telah terpenuhi, maka kita akan mencari rasa aman.

c. Saat kita sudah merasa aman, maka kebutuhan berikut yang kita cemaskan.

d. Adalah kebutuhan sosial yaitu menjadi menjadi bagian dari kelompok dan menjalin hubungan dengan orang lain.

e. Ketika kebutuhan sosial sudah terpenuhi, kebutuhan berikutnya yang terpenting adalah kebutuhan untuk dihargai, agar kebutuhan

(19)

itu terpenuhi, kita harus berprestasi, menjadi kompeten dan dapat pengakuan sebagai orang yang berprestasi dan kompeten.

f. Begitu kebutuhan poin e terpenuhi, perhatian kita akan beralih pada pemenuhan kebutuhan intelektual kita, termasuk didalamnya adalah memperoleh pemahaman dan pengetahuan.

g. Kemudian kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan estetis yaitu kebutuhan akan keindahan, kerapian dan keseimbangan.

h. Dan kebutuhan terakhir manusia adalah kebutuhan untuk

mengaktualisasikan diri, yaitu pemenuhan pribadi dan mencapai

potensi diri.

Adapun potensi manusia menurut Imam al Ghazali yang dikembangkan dan dipelihara agar terlindungi dari hal-hal yang dapat mengarah kepada pemenuhan kebutuhan tanpa mengindahkan nilai-nilai dan norma-norma agama, termasuk dalam memenuhi kebutuhan akan pernikahan, potensi tersebut meliputi:

a. Potensi Ruhiyah yakni setiap manusia memiliki potensi ketuhanan yang bersifat halus (latifah) merupakan daya ketuhanan atau qudrah ilahiyah yang dimiliki setiap manusia yang fungsinya untuk mengatur empat potensi psikis yang mencakup rabbaniyah (ketuhanan), syaithaniah (cenderung mengikuti kemauan untuk maksiat kepada Allah), sabuiyah (potensi yang mendorong seseorang untuk bersaing/bermusuhan), dan

bahimiyah (potensi yang memotivasi seseorang berperilaku seperti

binatang).

b. Potensi Nasfiyah, potensi ini dapat mendorong seseorang melakukan kejahatan baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain atau yang disebut dengan hawa nafsu. Potensi ini juga dapat diarahkan yang mendorong seseorang melakukan hal-hal positif, dengan nafsu pula seseorang mendapatkan keutamaan dan ketenangan hidup.

(20)

c. Potensi Qalbiyah yakni merupakan potensi yang dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang. Qalb oleh al Ghazali dibagi menjadi dua macam yaitu berupa fisik atau yang disebut sanubari, terletak di dada bagian kiri, dan berupa metafisik halus (latifah), menampung sifat-sifat rabbani dan

ruhani.

d. Potensi Aqliyah. Dalam Alqur’an di sebutkan kata aqliyah sebanyak 49 dalam bentuk kata kerja yang artinya memahami, mengerti, dan berfikir. Potensi aqliyah meliputi empat macam yakni:

1. Potensi yang berfungsi membedakan manusia dengan binatang 2. Potensi yang dapat menyerap ilmu pengetahuan

3. Potensi yang dapat menyerap pengalaman

4. Potensi yang dapat mengetahui akibat dari sesuatu yang terjadi, dan berfungsi pula untuk mengekang syahwat.19

Potensi manusia tersebut dapat memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan atau mempengaruhi tingkah laku sesseorang. Potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan dan diarahkan karena seseorang memiliki kemauan yang berciri baik dan luhur. Ciri motivasi yang luhur tersebut meliputi: Al mardhiah (motivasi untuk melakukan kebaikan), al radhiyah (motivasi untuk bersikap ikhlas tanpa mengharap pujian atau imbalan), Al muthmainnah (mendorong seseorang untuk membangun keharmonisan), Al kamilah (motivasi menuju kesempurnaan), dan Al

mulhamah (motivasi untuk menjauhi kemaksiatan).

Kebutuhan pernikahan dikaitkan dengan teori Imam al Ghazali di atas, bahwa sebagaimana tujuan pernikahan adalah untuk mewujudkan keluarga sakinah,

mawaddah, dan rahmah, dapat dilakukan dengan menyelaraskan ketiganya yakni

potensi ruhaniyah manusia, motivasi dan tujuan yang akan diraih dalam pernikahan.

(21)

Motivasi seseorang untuk menikah dengan memanfaatkan empat potensi tersebut dapat mempengaruhi terwujudnya keluarga sakinah sebagai tujuan pernikahan20.

Potensi ruhiyah dapat menghantarkan pernikahan seseorang agar menjadikan agama sebagai landasan yang kokoh dalam membangun rumah tangga. Potensi

nafsiyah diarahkan untuk berperilaku positif terhadap keluarga, tidak melakukan

tindakan kekerasan, sikap saling membenci, curiga, dan cemburu yang dapat merusak keharmonisan rumah tangga. Potensi qalbiyah dapat mengendalikan rumah tangga dengan hati yang bersih, terhindar dari perbuatan yang melanggar norma agama dan norma masyarakat, setia dan menyayangi pasangan dengan hati yang tulus ikhlas, peka terhadap masalah rumah tangga sehingga memiliki rasa empati terhadap pasangan dan keluarga.

Potensi aqliyah dikembangkan sebagai sarana untuk menyerap ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan yang sangat penting dalam meningkatkan kedewasaan seseorang, mengambil hikmah setiap peristiwa dalam rumah tangga agar dapat meningkat menuju ke jenjang sakinah yang diharapkan. Potensi aqliyah juga digunakan sebagai pijakan untuk mengetahui dan menganalisis masalah keluarga, faktor-faktor penyebabnya, dampak-dampaknya, sehingga dapat mengambil keputusan keluarga dengan bijak, tidak ada yang terdiskriminasikan dari yang lain.21

2) Hirarki Kebutuhan Individu Terhadap Pernikahan

Manusia diciptakan dengan potensi hidup berpasang-pasangan, di mana satu sama lain saling membutuhkan, sebagaimana uraian di atas, manusia memiliki potensi dan motivasi beragam yang menggambarkan bahwa dalam hal melakukan pernikahan manusia juga memiliki argumentasi tersebut karena berdasarkan macam kebutuhan, berikut hirarki dari kebutuhan akan pernikahan adalah:

20 Mufidah, Psikologikeluarga Islam’berwawasan...,h. 106 21Mufidah, Psikologi Keluarga Islam’berwawasan gender.,h.107

(22)

1. Kebutuhan fisiologis, seperti penyaluran hasrat pemenuhan kebutuhan seksual yang sah dan normal.

2. Kebutuhan psikologis yakni ingin mendapatkan perlindungan, kasih saying, ingin merasa aman, ingin melindungi dan dihargai.

3. Kebutuhan sosial yakni memenuhi tugas sosial dalam suatu adat keluarga yang lazim bahwa menginjak usia dewasa menikah merupakan cerminan dari kematangan sosial.

4. Kebutuhan religi yakni melaksanakan sunnah Rasulullah. Sebagai sebuah tuntunan agama seperti yang di firmankan Allah.

ٍَوُرَّكَذَت ْمُكَّلَعَل ِنْيَجْوَز اَنْقَلَخ ءْيَش ِ لُك ْنِمَو

Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.

ََّ اَّمِمَو ْمِهِسُفْ نََ ْن ِمَو ُضْرَْلْا ُتِبْنُ ت اَّمِم اَهَّلُك َجاَوْزَْلْا َقَلَخ يِذَّلا ٍَاَحْبُس

ٍَوُمَلْعَ ي

Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.

اًجاَوْزََ ْمُكاَنْقَلَخَو

Dan kami jadikan kamu berpasang-pasangan,

Dari empat hirarki kebutuhan tersebut tidak bisa dielakkan bahwa hal tersebut bagian dari sifat-sifat dasar manusia yang harus terpenuhi dalam diri setiap individu melihat dari kacamata disiplin ilmu bimbingan konseling jika salah satu dari empat hal tersebut tidak ada maka ada ketimpangan dalam kepribadian seorang individu atau adanya ke“abnormal”an dalam kepribadian. Maka tugas konselor secara umum dalam melakukan konseling adalah mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu

(23)

membangkitkan potensi-potensi yang ada pada diri individu tersebut agar tidak terjadi abnormalitas dalam pengertian umum ilmu BK.

(24)

Kesimpulan

Melihat dari uraian –uraian tersebut penulis dalam hal ini dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam pernikahan yang terjadi atau yang akan dialami oleh para pasangan rumah tangga begitu kompleks sehingga begitu sangat penting untuk memahami atau mengetahui terlebih dahulu hakikat pernikahan yang penuh makna, tidak hanya dilihat sebagai tempat atau membentuk wadah yang legal untuk kebutuhan seks semata, namun lebih dari itu seperti memahami /mengetahui konsep keluarga, hak dan kewajiban masing-masing pasangan.

Serta lebih dari itu semua, yaitu menanamkan sikap, sifat dan rasa saling pengertian antar pasangan karena tanpa rasa saling pengertian maka biduk rumah tangga akan kaku, sebab itulah hal dasar yang perlu dipahami adalah bagaimana memilih calon pasangan dan kesepadanan dalam menentukan pasangan. Pentingnya mengenali pasangan dan memahami hakikat kepribadian calon pasangan serta memahami pentingnya sebuah kepribadian sebagai faktor penentu dalam pernikahan.

Oleh sebab itu sebelum menuju ke jenjang pernikahan alangkah baiknya masing-masing pasangan harus terlabih dahulu untuk introspeksi diri, apakah untuk menikah sudah fasenya kebutuhan ataukah belum waktunya baik itu dilihat dari dua sisi fisiologis dan psikologis, karena jika tidak dilihat dari dua sisi ini maka perlu dipertanyakan niat dari pasangan apakah hanya mengejar kehalalan semata, tanpa melihat akan ada efek jangka panjang bagi pasangan. Jika dari dua sisi tersebut belum matang maka kemungkinan besar pasangan suami istri sulit bisa bertahan dalam menjalani kehidupan berumah tangga atau bisa bertahan tetapi KDRT begitu besar peluangnya terjadi, maka cita-cita keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah akan sulit dicapai dalam kehidupan rumah tangga.

(25)

Daftar Pustaka

Adzaki, Hamdani Bukron. 2008. Konseling dan Psikoterafi Islam cet. Ke 6 . Yogyakarta: Al-Manar.

Al-Akkad, Abbas Mahmoud. 1976. Wanita Dalam Alqur’an. Jakarta: Bulan Bintang

Al-Ghazali. 1996. Mujmaat Rasa’il al Imam al Ghazali. Bairut: Dar alfikr.

Alwisol. 2014. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Astuti Budi, Hasil diskusi tahun 2014 bertempat di UIN SUKA, beliau adalah akademisi yang konsen di bidang konseling.

Basri, Hasan. 1999. Keluarga Sakinah ‘Tinjauan Psikologi dan Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jarvis, Matt. 2015. Teori-Teori Psikologi ‘ Pendekatan Modern Untuk

Memahami Perilaku, Perasaan, &Pikiran Manusia. Bandung : Nusa Media.

Murtadho. Ali. 2009. Konseling Perkawinan persfektif Agama-Agama. Semarang:Walisongo Press.

Mufidah. 2008. Psikologi Keluarga Islam’berwawasan gender’. Malang: UIN Malang Press.

Olson.Matthew H. B.R. Hergenhahn. 2013. Pengantar Teori-Teori

Kepribadian edisi ke 8 terj. Yudi Santoro. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Semiun, Yustinus. 2010. Kesehatan Mental bagian satu. Yogyakarta: Kanisius anggota IKAPI.

Referensi

Dokumen terkait

Metode separasi fitosterol dengan teknik rekristalisasi pelarut suhu rendah, dengan tahapan sebagai berikut: melarutkan fraksi tidak tersabunkan menggunakan heksana dengan nisbah

Produk yang dihasilkan dari ternak itik Alabio berupa telur (konsumsi dan tetas) telah ditemukan Salmonella dan Aspergillus, sedang pada pakan jadi dan dedak ditemukan

[r]

Pada tahun ini juga Pergerakan Pengakap cawangan Borneo Utara dibawah naungan Pesekutuan Budak - Budak Pengakap Lelaki Britain telah bersedia untuk bertukar haluan untuk menjadi

2 2 Di Indonesia osteomielitis masih Di Indonesia osteomielitis masih merupakan masalah karena tingkat higienis yang masih merupakan masalah karena tingkat higienis yang masih rendah,

Tindak kekerasan rumah tangga yang termasuk di dalam tindakan kekerasan rumah tangga adalah memberikan penderitaan baik secara fisik maupun mental di luar

Bimbingan dan konseling sebagai suatu aktivitas pemberian nasehat dalam bentuk pembicaraan komunikatif antara konselor dan klien dengan tujuan untuk memecahkan masalah

Penyebab kekerasan dalam rumah tangga adalah sikap dan nilai yang salah tentang peran laki-laki dan perempuan, kekuasaan otoritatif dalam keluarga,