• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di Indonesia. Perkembangan industri ini bermula dari dikeluarkannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. berkembang di Indonesia. Perkembangan industri ini bermula dari dikeluarkannya"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri penerbangan merupakan salah satu industri yang saat ini cukup berkembang di Indonesia. Perkembangan industri ini bermula dari dikeluarkannya Undang-Undang No. 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan, yang saat ini telah direvisi menjadi Undang-Undang nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Peraturan perundangan tentang penerbangan inilah yang menjadi salah satu tonggak deregulasi bisnis penerbangan di Indonesia. Iklim industri penerbangan juga semakin berkembang dengan adanya kebijakan pemerintah tahun 1999 tentang sistem perijinan usaha angkutan udara dari sistem tertutup dan selektif menjadi sistem terbuka bagi siapa saja. Kebijakan ini bertujuan untuk mendorong dan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan industri penerbangan nasional.

Sebelum tahun 1999, maskapai niaga berjadwal dalam negeri hanya berjumlah 6 maskapai, khususnya yang telah tergabung dalam International Air Transport Association (IATA). Tetapi kini jumlah keseluruhan maskapai niaga berjadwal di Indonesia tumbuh secara signifikan hingga mencapai 21 maskapai (Kementerian Perhubungan, 2014). Kondisi perkembangan industri penerbangan yang cukup pesat tersebut menyebabkan semua pemain atau perusahaan maskapai di dalam industri perlu untuk terus berinovasi baik dari segi layanan dan teknologi yang digunakan untuk memberikan pelayanan dan keamanan yang lebih baik terhadap konsumen (Ringle, Sarstedt & Zimmermann, 2011; Rhoades & Waguespack, 2008).

(2)

2 Dalam upaya meningkatkan kemampuan bersaing dan meningkatkan pangsa pasar, suatu perusahaan perlu untuk membuat suatu strategi, baik strategi generik maupun strategi utama. Strategi memungkinkan organisasi untuk dapat memperoleh keunggulan kompetitif dari tiga dasar yaitu keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus (Porter, 1980). Dalam industri penerbangan di Indonesia, strategi diferensiasi dan cost leadership merupakan dua hal dominan yang menjadi landasan utama dalam rumusan strategi bersaingnya. Dari kedua jenis strategi generik tersebut lahir dua kategori jenis maskapai yang dominan memperoleh pangsa pasar di Indonesia, kedua jenis kategori maskapai tersebut yaitu maskapai dengan konsep pelayanan Low Cost Carrier (LCC) dan Full Services Carrier (FSC).

Maskapai Penerbangan yang menggunakan strategi konsep pelayanan Low Cost Carrier (LCC) merupakan maskapai yang memiliki struktur biaya yang relatif murah dan menawarkan tarif lebih rendah dibandingkan dengan operator lain. LCC yang juga biasa disebut dengan maskapai penerbangan murah, memiliki biaya operasional relatif rendah karena menawarkan pelayanan standard, menawarkan diskon, anggaran berbasis nilai dari kebutuhan maskapai itu sendiri tanpa adanya tambahan nilai pelayanan yang variatif (ICAO, doc.9626, 2004).

Maskapai yang menggunakan konsep strategi pelayanan Full Service Carrier (FSC) biasanya merupakan maskapai nasional atau maskapai besar tradisional yang beroperasi pada jaringan rute yang relatif luas dan menyediakan berbagai macam layanan termasuk strata kelas pada klasifikasi tempat duduk dalam pesawat, in-flight services entertainment, sejumlah makanan dan minuman

(3)

3 (food and beverages), on-board store, frequent flyer dan ground services seperti menyediakan lounge untuk penumpang kelas premium atau anggota program frequent flyer (ICAO, doc.9626, 2004).

Dilihat dari jenis strategi antara FSC dan LCC, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Maskapai FSC memiliki strategi yang berfokus pada diferensiasi jenis pelayanan yang ditawarkan, sedangkan maskapai LCC cenderung untuk hanya berfokus pada strategi generik Cost Leadership sehingga kurang memperhatikan kualitas pelayanan yang ditawarkan. Walau kedua jenis maskapai penerbangan tersebut memiliki titik perbedaan yang cukup jelas dan segmentasi konsumen yang berbeda, namun tidak dapat dipungkiri bahwa maskapai penerbangan LCC dapat menjadi produk pengganti atau produk subsitusi yang cukup kuat terhadap maskapai yang mengusung konsep FSC. Hal ini terlihat dari fenomena pergerakan penumpang domestik di dunia yang sebelumnya sebagian besar telah dikuasai maskapai FSC, saat ini beralih ke maskapai LCC. (John F. O’Connell, George Williams, 2005).

Berikut grafik berikut ini akan memperlihatkan persentase perbandingan jumlah maskapai yang menggunakan konsep pelayanan FSC dan LCC di Indonesia:

(4)

4

Sumber: Kementerian Perhubungan,2014

Grafik 1.1 Perbandingan Jumlah Maskapai FSC dan LCC di Indonesia

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan maskapai dengan konsep LCC di Indonesia cukup pesat. Semakin berkembangnya jumlah maskapai di Indonesia, berhasil menggeser sebagian besar paradigma pemilihan kebutuhan akomodasi jenis transportasi masyarakat Indonesia. Paradigma masyarakat indonesia yang tadinya memilih akomodasi transportasi darat seperti kereta, bus dan lain-lain, bergeser menjadi cenderung lebih memilih menggunakan akomodasi transportasi maskapai penerbangan. Hal ini terindentifikasi dari semakin luasnya segmentasi masyarakat yang memilih menggunakan maskapai penerbangan sebagai akomodasi alat tranportasinya.

Meluasnya segmentasi konsumen pengguna akomodasi maskapai penerbangan, berkorelasi positif terhadap pertumbuhan penumpang maskapai domestik di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari data pertumbuhan jumlah penumpang maskapai penerbangan domestik yang tergolong cukup signifikan.

(5)

5 Berikut merupakan daftar pertumbuhan penumpang pada masing-masing maskapai di indonesia 5 tahun hingga akhir tahun 2013:

Tabel 1.1 Jumlah Penumpang Penerbangan di Indonesia

MASKAPAI TAHUN PRODUKSI

2009 2010 2011 2012 2013 Lion Air 13.377.826 19.698.493 24.971.795 29.441.502 32.610.168 Garuda Indonesia 8.398.017 9.993.272 13.701.879 15.304.472 16.729.519 Sriwijaya Air 5.464.615 7.016.715 7.382.467 8.100.475 8.606.261 Citilink Indonesia - - - 1.444.830 5.344.920 Wings Air 1.270.853 833.51 1.995.889 2.597.850 3.419.134 Indonesia Airasia 1.454.914 1.062.268 1.306.207 2.170.705 3.023.265 Merpati Nusantara 2.193.009 2.361.755 2.186.174 2.520.971 1.355.555

Trigana Air Service 512.631 581.006 727.657 930.765 804.231

Mandala Airlines 3.552.985 2.349.021 - 130.289 795.89 Batik Air - - - - 772.463 Travel Express 314.166 316.952 316.06 342.876 677.725 Kalstar Aviations 258.403 312.654 579.196 548.402 626.741 Sky Aviation - - - 230.883 349.273 Asi Pujiastuti - - - 274.807 217.916 Transnusa Aviation - - 65.168 202.3s18 185.842 Aviastar Mandiri - 77.147 142.171 179.31 177.012

Indonesia Air Transport 148.071 133.267 18.801 10.566 63.285

Pelita Air Service 36.325 3.059 47.299 5.582 10.235

Travira Air - 7.05 16.699 1.609 787

Batavia Air 6.107.526 6.772.583 6.754.844 6.972.749 -

Pacific Royale - - - 10.503 -

TOTAL 43.089.341 51.518.752 60.212.306 71.421.464 75.770.222

Sumber: Kementerian Perhubungan, 2014

Berdasarkan tabel mengenai Pertumbuhan jumlah penumpang di atas, dapat dilihat bahwa jumlah customer yang menggunakan maskapai LCC cenderung tinggi. Harga murah merupakan senjata utama bagi maskapai LCC yang menjadi daya tarik cukup kuat bagi konsumen Indonesia. Pertumbuhan segmentasi pasar yang signifikan pada maskapai penerbangan LCC, mulai mempengaruhi sustainability dari keberadaan maskapai penerbangan FSC.

(6)

6 PT. Garuda Indonesia sebagai maskapai perintis dan terbesar yang mengimplementaikan strategi FSC, sebaiknya dapat mengkaji efektivitas dari implementasi strategi konsep pelayanan yang ada saat ini. Persaingan ketat dalam lingkup domestik sebaiknya dapat dilawan dengan kualitas pelayanan level eksklusif yang dapat meningkatkan preferensi pilihan masyarakat kelas menengah ke atas untuk tetap memilih terbang dengan maskapai pembawa nama bangsa ini.

Pada tahun 2009 dalam upaya meningkatkan kualitas strategi pelayanannya, PT. Garuda Indonesia meluncurkan konsep pelayanan FSC dengan nama “Garuda Indonesia Experience”. Konsep tersebut merupakan suatu pelayanan yang terintegrasi mulai dari pre journey, pre flight, inflight, post flight, dan post journey yang menyentuh pada 5 aspek Panca Indra konsumen atau yang disebut dengan "5 senses". 5 aspek tersebut adalah sight, sound, scent, taste dan touch. Kelima sentuhan pelayanan Panca Indra tersebut tersaji dalam proses pelayanan Garuda yang menyentuh pada 28 Customer Touch Points. Berikut di bawah ini merupakan alur proses pemberian pelayanan Garuda Indonesia Experience yang menyentuh 5 senses dan 28 Customers Touch Points:

(7)

7

PRE JOURNEY

PRE FLIGHT INFLIGHT POST FLIGHT POST

JOURNEY Unit Concern: JKTCGJ, JKTCG, & JKTCGC 5. Ticket Sales Airport 6. Customer Service

(One Stop Service) 7. Check-in Service 8. Excutive Lounge 9. Boarding Gate 10. Kiosk 1. Website 2. Call centre 3. Social Media 4. Sales office Unit Concern: JKTCGF

11. Cabin Seat Comfort 12. Cabin Comfort Item

& Amenities 13. Cabin Ambience 14. Cabin Cleanliness 15. Lavatory 16. In-Flight Sales 17. Cabin Service 18. On Board catering 19. Inflight Entertainment 20. Reading Material Unit Concern:

JKTCI & JKTOC

21. Arrival Assistance 22. Baggage Delivery 23. Baggage Service 24. Transfer Service Desk Unit Concern: JKTCGF Unit Concern: JKTCGJ, JKTCGG, & JKTCGC 25. Customer Loyalty (GarudaMiles)

26. Gesture, Greeting, Announcement 27. Delay Management

28. Service Recovery

SPECIFIC FOCUS

Sumber: PT. Garuda Indonesia, tbk

Gambar 1.1 Alur Proses Pemberian Pelayanan Garuda Indonesia Experience yang Menyentuh 5 Senses, dan 28 Customers Touch Points

Selain menyajikan tema 5 senses tersebut di atas, konsep Garuda Indonesia Experience juga harus mencakup nilai-nilai dasar seperti tepat waktu dan aman (untuk produk), cepat dan tepat (untuk proses), bersih dan nyaman (untuk kondisi tampilan dalam dan luar pesawat), handal, profesional, dan berkompeten.

Melalui bagan atau alur pelayanan di atas, dapat dilihat bahwa pelayanan full services Garuda yang bertajuk Garuda Indonesia Experience merupakan suatu output dari integrasi koordinasi antar beberapa unit sehingga menjadi satu kesatuan kualitas pelayanan level ekslusif. Adapun unit-unit yang terkait mulai

(8)

8 dari penciptaan konsep pelayanan, implementasi, pengawasan hingga evaluasi adalah Unit Ground Services (JKTCGGA), Unit Inflight Service (JKTCIGA), Unit Cabin Services (JKTCCGA), dan Unit JKTOGL (Line Station Management). Konsep Layanan Garuda Indonesia Experience, merupakan wujud harapan dan ekpektasi PT. Garuda Indonesia, Tbk dalam menghadapi persaingan baik di lingkup domestik maupun internasional. Melalui konsep pelayanan ini, PT. Garuda Indonesia, Tbk berusaha untuk membedakan segmentasi pasar dengan maskapai-maskapai LCC yang hanya berfokus pada efisiensi harga. Namun, tidak dapat dipungkiri iklim persaingan lingkup domestik banyak berkisar pada permasalahan “Adu Tarif” antar maskapai, Hal tersebutlah yang saat ini menjadi dilema bagi maskapai Garuda Indonesia. Perang tarif murah pada awalnya hanya tersegmentasi pada masyarakat dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah, namun saat ini tidak sedikit masyarakat yang memiliki kemampuan lebih dari segi ekonomi, sedikit demi sedikit mulai beralih menggunakan maskapai LCC.

Berangkat dari hal tersebut, diperlukan suatu analisa mengenai Apakah strategi pelayanan yang ditawarkan Garuda dengan konsep yang telah diperbaharui pada tahun 2009 tersebut telah berjalan dengan baik atau belum. Apabila kualitas pelayanan yang ditawarkan ternyata tidak memberikan added value yang sesuai dengan harga yang ditetapkan perusahaan, maka hal tersebut dapat mengancam sustainability PT. Garuda Indonesia dalam persaingan di lingkup domestik.

(9)

9 1.2. Rumusan Masalah

Dalam proses implementasi strategi pelayanan Full Services, terdapat beberapa kendala yang dihadapi PT. Garuda Indonesia, Tbk. Berikut merupakan beberapa kendala tersebut:

1. Salah satu pencapaian yang ingin selalu didapatkan PT. Garuda Indonesia, Tbk adalah angka persentase On Time Performance (OTP) di atas 85% tiap harinya. Karena dengan semakin baiknya atau semakin besarnya persentase angka OTP, akan berbanding positif dengan image PT. Garuda Indonesia, Tbk yang semakin baik di mata Konsumen atau publik.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa unsur-unsur atau bagian dari implementasi pelayanan full services setiap harinya memberi kontribusi yang cukup signifikan terhadap peningkatan angka delay PT. Garuda Indonesia, tbk. Berikut di bawah ini merupakan grafik Data of Delay untuk tahun 2014 dan periode Januari-Agustus 2015 terkait jumlah delay yang disebabkan oleh unsur pelayanan full fervices:

(10)

10

JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

Catering, late deliver, or loading 13 6 11 9 7 20 13 10 16 23 19 28

Baggage processing sorting, etc 3 4 5 0 3 0 3 2 6 4 3 8

Catering Order, late or incorrect order, etc 0 2 0 1 0 2 1 0 0 1 2 0

Boarding, discrepancies, and paging, etc 14 20 7 9 8 9 13 12 8 14 11 25

Check in Error, Passenger, and Baggage 1 4 0 1 4 5 2 3 4 4 4 7

Late Arrival d/t Passenger and Baggage 3 21 11 10 9 13 12 7 6 12 15 23

Cabin Crew Shortage 6 4 9 3 3 3 3 5 4 7 2 9

0 20 40 60 80 100 120 To tal of Dela y Code of Delay DATA OF DELAY 2014

Sumber: Unit JKTOCCGA, PT. Garuda Indonesia, Tbk

Grafik 1.2 Data of Delay 2014

JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

Catering, late deliver, or loading 14 9 10 2 7 4 23 19 13 10 7 14

Baggage processing sorting, etc 8 5 5 5 6 5 7 2 1 3 1 9

Catering Order, late or incorrect order, etc 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

Boarding, discrepancies, and paging, etc 16 18 8 5 16 12 10 5 7 4 6 9

Check in Error, Passenger, and Baggage 10 7 6 2 3 1 6 4 2 4 3 8

Late check in Cong 3 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0

Late check in acc 0 2 3 0 3 0 1 0 0 0 0 0

Late Arrival d/t Passenger and Baggage 16 20 7 10 18 20 17 15 6 4 14 15

Cabin Crew Shortage 11 10 3 3 2 4 10 2 4 2 2 5

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 To tal of De la y Code of delay DATA OF DELAY 2015

Sumber: Unit JKTOCCGA, PT. Garuda Indonesia, Tbk.

(11)

11 Berdasarkan data delay yang terdapat pada grafik, masing-masing bagian dari pelayanan PT. Garuda Indonesia, Tbk memiliki angka yang cukup konsisten kontribusinya terhadap angka delay. Permasalahan seperti catering late deliver or loading, baggage processing sorting, late arrival from previous station due to passenger and baggage handling, dan cabin crew shortage, merupakan 4 penyebab delay yang memiliki kontribusi cukup besar dan konsisten terhadap penyebab delay pada setiap hari operasionalnya.

2. Customes touch point yang membedakan antara konsep pelayanan Full Services Carrier dengan Low Cost Carrier yaitu terletak pada adanya penyediaan hidangan makanan dan minuman (food and beverages/ F&B). Sehingga, dapat dikatakan competitive advantage dari pelayanan full services Garuda di lingkup domestik terletak pada pelayanan penyediaan F&B. Namun, tiap tahunnya customes touch point pembeda dengan maskapai Low Cost Carrier tersebut selalu mendapatkan keluhan atau komplain dari penumpang. Berikut merupakan tabel mengenai jumlah total keluhan atau komplain mengenai Food and Beverages (F&B) tahun 2014 dan 2015:

Tabel 1.2 Tabel Jumlah Keluhan F&B tahun 2014 & 2015

CATEGORY OF COMPLAIN

TOTAL KOMPLAIN

2014 2015

Food & Beverages 456 400

Sumber: Unit JKTCGCGA, PT. Garuda Indonesia, Tbk, 2015.

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa terjadi penurunan keluhan terkait pelayanan F&B dari tahun 2014 ke 2015. Berikut Grafik di bawah ini

(12)

12 merupakan detail root problem dari jumlah complaint terkait F&B tahun 2014 dan 2015:

Sumber: Unit JKTCGCGA, PT. Garuda Indonesia, Tbk, 2015.

Grafik 1.4 Data Complaint F&B 2014

Sumber: Unit JKTCGCGA, PT. Garuda Indonesia, Tbk, 2015.

(13)

13 Apabila dilihat Root cause complaint terkait F&B di atas, terdapat pengulangan kasus pada jenis keluhan yang sama dari 2014 hingga tahun 2015. Hal ini mengindikasikan bahwa corective action atau langkah perbaikan terkait penanganan complaint tersebut belum efektif dilakukan.

Berikut tabel di bawah ini merupakan detail dari complaint atau keluhan dari penumpang terkait pelayanan F&B tahun 2014:

Tabel 1.3 Detail Keluhan Mengenai Pelayanan F&B Tahun 2014

Root Problem Detail Complaint

Food Quality & Taste

▪ Makanan yang disajikan kurang memenuhi selera ▪ Makanan tidak fresh dan seakan berpengawet ▪ The meal taste is strange for foreigners

▪ Fruit was not freh anymore and also no choices on food

▪ Diperhatikan kualitas makanan yang disajikan terutama nasi, karena sering sekali sudah terlanjur keras/kering saat disajikan

Variety of Food

▪ Menunya monoton

▪ Menu makanan harap diberikan variasi tiap saya berangkat selalu pilihan omelet dan nasi goreng

▪ There is no choice for melas and I am very disappointed

▪ Menu Makanan yang disajikan membosankan serta jika bisa disajikan dengan makanan tradisional

Special Meal not on board

▪ Saat beli tiket saya sudah pesan vegetarian meal dan waktu check-in saya ulangi lagi tapi sewaktu di atas pesawat Beijing je Jakata makanan vegetarian saya tidak tersedia

▪ Pilihan makanan yang dipesan tidak ada di pesawat

▪ Request gluten free meals tidak terpenuhi. Mohon kiranya GA lebih peka akan permintaan konsumen karena ini menyangkut kenyamanan seseorang dalam perjalanan

▪ Sistem Garuda dan penyediaan makanan penumpang lebih diitingkatkan. Terlalu sering request vegatrian meal/special meal tidak tersedia di saat penerbangan walapun di sistem sudah ada dan di-print di ticket dan boarding pass.

▪ Third time my ordered meal plan didn’t get registered. My son got his child meal but I didn’t get my vegetarian meal. Same booking but sadly different result. C'mon Garuda you need internal communication upgrade

(14)

14 Dikarenakan keluhan dan permasalahan mengenai F&B services tersebut selalu muncul tiap tahunnya, mengindikasikan bahwa pelayanan Garuda dalam hal F&B belum cukup baik. Hal ini akan berakibat buruk jika tidak ditangani dengan serius. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu analisa mengenai apa yang menjadi root cause penyebab munculnya keluhan yang ada dan diikuti dengan perbaikan secara konsisten dan berkala.

3. Ground Handling Report kestasiunan perihal baggage handling dan check-in services (terkait dengan pelayanan pre and post flight) kurang mencerminkan kondisi real atau actual mengenai permasalahan yang terjadi di lapangan. Hal ini terlihat dari hasil pelaporan yang memperlihatkan bahwa hampir keseluruhan kegiatan ground handling di area domestik mendekati target (100%) tiap bulannya. Berikut merupakan grafik yang memperlihatkan pencapaian target ground handling services report dari tiap stasiun domestik:

97 79 100 87 100 91 100 77 10098 100 95 100 92 97 93 100 98 98 98 100 92 100 81 97 97 100 89 100 90 100 84 100 91 100 96 10098 100 84 100 85 97 79 100 87 100 91 100 77 100 98 100 95 100 92 97 93 100 98 98 98 100 84 100 81 97 98 100 89 100 91 100 84 100 94 100 96 100 98 100 84 100 85 0 20 40 60 80 100 120 T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A AMQ BDJ BDO BEJ BIK BKS BPN BTH BTJ CGK DJB DJJ DPS GTO KDI KOE LOP MDC MKW JOG ENE

(15)

15 100 95 100 86 100 91 100 94 100 87 95 94 100 99 100 99 100 98 100 89 97 97 100 93 100 74 100 87 100 79 98 91 100 97 100 92 100 84 100 83 93 92 100 95 100 86 100 91 100 94 100 87 100 94 100 99 100 99 100 98 100 89 97 97 100 93 100 74 100 87 100 91 98 91 100 97 100 92 95 84 100 83 93 92 0 20 40 60 80 100 120 T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A T A

KNO MLG PDG PGK PKU PKY PLM PLW PNK SOC SRG SUB SOQ TJQ TNJ TTE TRK UPG TKG BMU TIM

SLA Stasiun Domestik Januari & Februari 2015

Sumber: Unit JKTCGFGA, PT. Garuda Indonesia, Tbk

Grafik 1.6 Grafik SLA Stasiun Domestik Maret 2015

Apabila hasil implementasi services tersebut sudah mendekati target 100%, semestinya dibarengi dengan jumlah keluhan yang berkurang atau menurun. Namun pada kondisi real di lapangan masih terdapat banyak keluhan mengenai baggage handling dan check-in services tiap bulannya. Keluhan mengenai baggage handling dan check-in services selalu masuk dalam 10 kategori keluhan atau komplain dari penumpang. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi gap antara hasil laporan ground handling dari branch office dengan hasil nyata yang dirasakan oleh penumpang. Berikut merupakan tabel mengenai jumlah rata-rata dan jenis keluhan mengenai Baggage Handling Services tiap bulannya (Untuk data tahun 2015 diambil hingga bulan Maret, sedangkan untuk tahun 2014 merupakan rata-rata jumlah komplain mulai dari bulan Januari hingga Desember):

(16)

16 Tabel 1.4 Tabel Keluhan Baggage Handling Services 2014 -2015

BAGGAGE HANDLING TAHUN

2014 2015

Baggage Delivery 152 61

Lost Baggage 36 79

Baggage Left Behind 28 47

Damaged Baggage 31 58

Pilfered Baggage 18 16

Total 265 261

Sumber: Unit JKTCGCGA, PT. Garuda Indonesia, Tbk

Tabel 1.5 Tabel Keluhan Check-in Process 2014 -2015

CHECK-IN SERVICES TAHUN

2014 2015

Check-in Process 62 35

Check-in Staff, Skill, and Peofesionalism 117 23

Check-in waiting time 14 4

Late Check-in 4 4

Baggage Allowance 13 3

Total 210 69

Sumber: Unit JKTCGCGA, PT. Garuda Indonesia, Tbk

Berdasar pada data jenis dan jumlah keluhan mengenai layanan bagagge handling dan check-in services tersebut dapat kita simpulkan bahwa permasalahan keluhan yang sama masih terulang. Bahkan di tahun 2015 yang berselang selama 3 bulan terakhir (Januari hingga Maret) sudah memiliki jumlah rata-rata keluhan yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata keluhan di tahun 2014.

Kekurangsesuaian antara data yang dilaporkan dengan yang terjadi di lapangan terlihat dari masih konsistennya laporan keluhan atau complaint mengenai layanan yang terkait dengan baggage handling dan check-in.

(17)

17 sehingga dapat dikatakan bahwa laporan pencapaian target tidak diimbangi dengan berkurangnya keluhan yang sama dari waktu ke waktu.

4. Terdapat beberapa pelayanan yang nilai CSI-nya masih kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari grafik indeks kepuasan penumpang tahun 2014 sebagai berikut: 83.89 83.42 83.24 82.86 82.39 82.32 81.76 78.86 77.42 75.84 63.65 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Boarding Management Baggage Service Food & Beverages Call Center service Executive Lounge GA Sales Office Service

Cabin Amenity Delay

Management In Flight Entertainment Reading Material In Flight Sales IN D E X C S I ATTRIBUTES CSI

Customer Satisfaction Index 2014

Sumber: Unit JKTCMGA PT. Garuda Indonesia, Tbk

Grafik 1.7 Grafik Customer Satifaction Index (CSI) PT. Garuda Indonesia Tahun 2014

Nilai rata-rata CSI tahun 2014 adalah sebesar 84,1 Dapat dilihat bahwa terdapat beberapa pelayanan yang nilai CSI-nya berada di bawah dari nilai rata-rata, pelayanan tersebut meliputi Boarding Management, Baggage Service, Food and Beverage, Call Center Service, Executive Lounge GA, Sales Office service, Cabin Amenity, Delay Management, Inflight Entertainment (IFE), Reading Material, dan Inflight Sales. Dengan masih banyaknya jenis pelayanan yang berada di bawah rata-rata mengindikasikan bahwa pelayanan

(18)

18 tersebut dinilai kurang memuaskan penumpang, dan hal tersebut dapat menjadi boomerang bagi keberlangsungan bisnis Garuda. Customer membayar cukup mahal atas pelayanan yang disajikan garuda, maka sebaiknya pelayanan yang diberikan dapat memberikan tingkat kepuasan maksimal yang ditandai dengan minimnya keluhan yang datang dari customer. Namun, banyaknya jumlah keluhan dan masih banyaknya jenis pelayanan yang berada di bawah rata-rata CSI menggambarkan bahwa permasalahan internal dalam proses operasional implementasi pemberian pelayanan Garuda berdampak negatif terhadap kualitas pelayanan yang dirasakan oleh customer.

Beberapa kendala operasional tersebut di atas, merupakan problematika yang masih menjadi permasalahan harian operasional perusahaan sehingga dibutuhkan suatu langkah perbaikan dan service recovery yang sistematis. Dengan adanya beberapa permasalahan yang terkait dengan penyelenggaraan konsep pelayanan full Services tersebut, dapat berpengaruh terhadap penurunan tingkat kepuasan pelanggan.

Oleh karena itu, perlu untuk mengevaluasi mengenai sampai sejauh mana pelaksanaan layanan full services terutama oleh Direktorat Pelayanan, Apakah telah dilakukan dengan baik? Apakah terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan konsep full services oleh internal dan antar unit di bawah Direktorat Pelayanan yang mengakibatkan munculnya keluhan terkait in-flight services, food & beverage, ground handling yang berhubungan terhadap customer satisfaction? Serta upaya apakah yang dapat dilakukan dalam rangka memperbaiki kinerja pelaksanaan pemberian layanan full services?

(19)

19 1.3. Pertanyaan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas dapat dirumuskan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat penyimpangan dalam proses pelaksanaan strategi pelayanan Full Services oleh Direktorat Pelayanan yang mengakibatkan munculnya keluhan terutama mengenai layanan Food & Beverages, Baggage Handling, Check-in Services, dan Cabin Services?

2. Apakah upaya yang dapat dilakukan oleh Direktorat Pelayanan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kinerja pelaksanaan pemberian layanan Full Services?

1.4. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi penyimpangan dalam proses pelaksanaan strategi pelayanan full services oleh Direktorat Pelayanan yang mengakibatkan munculnya keluhan mengenai layanan Food & Beverages, Baggage Handling, Check-in Services, dan Cabin Services.

2. Merumuskan upaya yang dapat dilakukan oleh Direktorat Pelayanan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kinerja pelaksanaan pemberian layanan full services.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut:

(20)

20 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh implementasi konsep pelayanan ”Full Services” terhadap kemampuan perusahaan untuk tetap bersaing dan mempertahankan pangsa pasarnya.

2. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan literatur dalam bidang strategik manajemen, khususnya mengenai proses implementasi strategi perusahaan.

1.6. Lingkup dan Batasan Masalah

Adapun Ruang lingkup dan batasan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Analisis pelaksanaan strategi pada penelitian ini dilakukan pada level unit

bisnis. Oleh karena itu, Penelitian ini berfokus pada kinerja yang dilakukan oleh 3 unit bisnis sebagai berikut JKTCGFGA, JKTCCPGA & JKTCIGA (Unit yang berada di bawah Direktorat Pelayanan), pada lingkup pelayanan Pre-flight, In-flight, dan Post flight. Analisis mendalam sebagai turunan dari ketiga lingkup pelayanan tersebut meliputi pada empat touch points sebagai berikut Check-in Services, Baggage Services, Cabin Services, dan On Board Food Beverages. Peneliti membatasi permasalahan pada empat touch points tersebut dikarenakan keempat touch points tersebut merupakan jenis pelayanan yang bersentuhan secara langsung terhadap penumpang.

(21)

21 1.7. Kerangka Analisis

Evaluasi Pelaksanaan konsep pelayanan “Full Services” sangat terkait erat dengan kegiatan operasional perusahaan, maka peneliti berusaha mengkaji lebih spesifik dan mendalam pada kinerja yang dilakukan oleh unit bisnis JKTCGFGA, JKTCCPGA & JKTCIGA pada lingkup pelayanan Pre-flight, In-flight, dan Post flight. Berikut merupakan skema analisis penelitian yang akan dilalui oleh peneliti:

(22)

22

Gambar 1.2 Skema Kerangka Analisis Penelitian

Identifikasi Masalah dalam Pelaksanaan Strategi

Analisis Pelaksanaan Strategi menggunakan Teori Thompson & Strickland

Analisis Staffing Organisasi Analisis Kepemimpi nan Internal Analisis Kapabilitas Organisasi Analisis Struktur Organisasi Analisis Alokasi SumberDaya Analisis Kebijakan & Prosedur Analisis Kegiatan Praktis Analisis Sistem Informasi Analisis Sistem Reward Analisis budaya Organisasi

Melakukan Pengukuran Kinerja berdasarkan Key Performance Indicator

Membandingkan antara Prosedur dengan Pelaksanaan kinerja di Unit Pelayanan

Kesimpulan

Menentukan faktor-faktor yang menghambat Proses Pelaksanaan Strategi

(23)

23 1.8. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada Tugas Akhir ini terdiri dari 5 Bab yaitu: 1. Bab I. Pendahuluan

Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang pembuatan tesis, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup, batasan peneltian, kerangka analisis, dan sistematika penulisan. 2. Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tentang konsep dan teori dasar manajemen strategi, analisis yang digunakan, konsep Full Services Carrier, kualitas pelayanan, variabel penerbangan.

3. Bab III. Metodologi Penelitian

Bab ini dibahas tentang metodologi penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data serta profil perusahaan PT. Garuda Indonesia, Tbk.

4. Bab IV. Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang analisis dan pembahasan terhadap pelaksanaan strategi pelayanan Full Service yang sudah diimplementasikan.

5. Bab V. Kesimpulan, Aplikasi Manajerial dan Saran

Bab ini membahas tentang kesimpulan-kesimpulan serta saran yang dapat ditarik dari pembuatan Tesis ini dan kemungkinan pengembangan topik yang bersangkutan.

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Penumpang Penerbangan di Indonesia
Gambar 1.1 Alur Proses Pemberian Pelayanan Garuda Indonesia Experience  yang Menyentuh 5 Senses, dan 28 Customers Touch Points
Grafik 1.2 Data of Delay 2014
Tabel 1.2 Tabel Jumlah Keluhan F&B tahun 2014 & 2015  CATEGORY OF
+6

Referensi

Dokumen terkait

maka dari itu penulis mengkaji lebih lanjut permasalahan ini dalam sebuah penelitian dengan judul Pengaruh Jumlah Kas dan Aset Tetap Terhadap Total Aset pada Perusahaan

Kebutuhan air makin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan ragam kebutuhan yang menuntut sumber daya air dalam jumlah banyak, baik untuk

Maksud dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengambil informasi mengenai sistem yang sedang berjalan dan membangun sistem informasi reservasi kamar pada Hotel Nusantara

Oleh karena itu, permasalahan tadi telah menjadi tujuan berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, hal tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan bahwa

Sektor pariwisata masuk ke dalam ketiga sektor yang paling terdampak Covid-19 ditambah dari paparan beberapa data survei bahwa podcast mengalami peningkatan jumlah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan serta meneliti mengenai variabel-variabel yang dapat

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik studi dokumen, teknik obsevasi dan pengamatan yang mencakup bahan

Solusi dari permasalahan objek penelitian kali ini adalah sebuah sistem layanan berupa aplikasi alarm pengingat minum obat dan jadwal check up berbasis android yang dapat membantu