• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal. AgriTechno. Publikasi Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal. AgriTechno. Publikasi Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

AgriTechno

Publikasi Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin

ISSN : 1979 - 7362

Volume 5, No. 1

September 2012

(2)

ISSN : 1979 - 7362

Daftar Isi

Uraian Hal

Simulasi Tataguna Lahan Derdasarkan Tingkat Bahaya Erosi Di Sub Daerah Aliran Sungai Jeneberang

Deni Indrowanto, Sitti Nur Faridah Dan Totok Prawitosari……… 1 Uji Kinerja Pembangkit Listrik Sistem Hibrid Tenaga Angin – Matahari Di

Kabupaten Bantaeng

Mistianto, Ahmad Munir dan Abdul Waris……….. 12

Pengaruh Penambahan Lesitin Dan Suhu Conching Terhadap Sifat Reologi Pasta Kakao (Theobroma Cacao L)

Budi Akra, Salengke, Dan Supratomo………. 23

Mempelajari Karakteristik Tingkat Kekerasan Padi Varietas Ciliwung Dan Ciherang Berdasarkan Letak Bulir Pada Malai

Abdul basith, Junaedi Muhidong, dan Supratomo………. 30

Pendugaan Pertumbuhan Bakteri Pada Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus Leopardus) Dan Ikan Baronang (Siganus Guttatus) Selama Penyimpanan

Rina Apriana, Helmi A.Koto, dan Junaedi Muhidong……… 40

Teknologi Pengelolaan Serasah Tebu Dan Pengaruh Kompos Terhadap Tanaman

Iqbal………. 46

Penerapan Sig Untuk Kesesuaian Lahan Tanaman Kacang Tanah Di Kabupaten Gowa

Mahmud Achmad, Ahmad Munir dan Suhardi……… 53

Analisis Finansial Irigasi Airtanah pada Budidaya Padi

Suhardi ... 64

Simulasi Fluktuasi Muka Air Tanah Di Daerah Pesisir Jeneponto

(3)

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK TINGKAT KEKERASAN PADI VARIETAS CILIWUNG DAN CIHERANG BERDASARKAN LETAK BULIR PADA MALAI

Abdul basith1, Junaedi Muhidong2, dan Supratomo2

1

Alumni Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian, Unhas Makassar .

2

Staf Pengajar Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian, Unhas Makassar

ABSTRAK

Beras adalah bahan makanan pokok dibeberapa negara Asia Tenggara, umumnya masyarakat menyukai beras yang bermutu baik dalam hal ini memiliki warna bening, persentase beras kepala tinggi dan kadar amilosa sedang (20-25%). Di Indonesia, mutu beras lebih dikenal berdasarkan cara pengolahan, seperti beras tumbuk atau beras giling, berdasarkan derajat sosoh seperti beras slip, berdasarkan asal daerah seperti beras Ciliwung dan Ciherang yang banyak diminati. Kedua varietas ini mempunyai keunggulan antara lain rasa nasi yang enak, pulen dan kadar amilosa yg baik. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas beras adalah butir rusak dan pecah. Ini diakibatkan oleh perlakuan yang dilakukan saat penggilingan. Pada proses ini besarnya rendemen giling dan kehilangan hasil serta mutu beras hasil penggilingan tergantung pada tingkat kekerasan bulir. Penelitian ini fokus pada perbedaan pola tingkat kekerasan varietas Ciliwung dan Ciherang pada tiap posisi di malai. Ada 2 metode digunakan dalam penelitian ini, yang pertama pengukuran tingkat kekerasan campuran dimana beberapa bulir gabah yang memiliki posisi yang sama dari beberapa malai yang berbeda dari varietas padi yang sama digabungkan. Mengingat jumlah bulir yang digunakan/ digabungkan sangat terbatas sehingga variasi antar bulir yang diperoleh tidak merepresentasikan keadaan sesungguhnya, maka pengukuran yang kedua dilakukan bulir per bulir dari tiap-tiap malai. Pengukuran kedua ini selanjutnya disebut sebagai pengukuran tingkat kekerasan individual. Kadar air dari sampel untuk pengukuran individual juga diuji untuk mengetahui sebarannya, sekaligus untuk melihat apakah ada keterkaitan antara kekerasan individual dan kadar airnya. Hasil penelitian menunjukkan pola tingkat kekerasan varietas Ciherang secara konsisten lebih rendah sepanjang posisi batang malai dan cabang malai daripada varietas Ciliwung. Hal ini menunjukkan pola yang diduga memiliki kontribusi yang signifikan terhadap banyaknya beras patah hasil penggilingan varietas Ciherang yang selalu lebih tinggi dari pada varietas Ciliwung.

Kata Kunci: Kekerasan, padi, ciliwung, ciherang

PENDAHULUAN

Sektor pertanian sebagai titik tolak pembangunan didasarkan pada strategi pembangunan untuk memperbaiki ekonomi dengan pembaharuan dibidang pertanian untuk meningkatkan produksi melalui penerapan teknologi baru disektor pertanian. Padi merupakan bahan makanan pokok pada

berbagai negara sehingga penelitian tentang beras terus mendapat perhatian. Sebagai bahan makanan pokok, konsumen di beberapa negara Asia Tenggara umumnya menyukai beras yang bermutu baik, yang dalam hal ini memiliki warna bening, persentase beras kepala tinggi, dan kadar amilosa sedang (20-25%). Di Indonesia, mutu beras lebih dikenal berdasarkan cara pengolahan, seperti beras Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012)

(4)

tumbuk atau beras giling, berdasarkan derajat sosoh seperti beras slip, berdasarkan asal daerah seperti beras Ciliwung dan Ciherang yang banyak diminati. Kedua varietas ini mempunyai keunggulan antara lain rasa nasi yang enak, pulen dan kadar amilosa yg baik.

Salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas beras adalah butir rusak dan pecah. Ini diakibatkan oleh perlakuan yang dilakukan saat penggilingan. Pada proses ini besarnya rendemen giling dan kehilangan hasil serta mutu beras hasil penggilingan tergantung dari pada tingkat kekerasan bulir. Asma (2009) membuktikan bahwa terdapat perbedaan rendemen beras patah dan menir antara varietas Ciliwung dan Ciherang pada saat digiling dengan menggunakan perlakuan yang sama, termasuk level kadar awal.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami perbedaan kekerasan bulir padi varietas Ciherang dan Ciliwung serta pola tingkat kekerasan bulir menurut posisinya pada malai. Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai informasi untuk petani dan pemulia tanaman tentang tingkat kekerasan bulir padi khususnya varietas Ciliwung dan Ciherang.

METODOLOGI Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2010. Bertempat di Laboratorium Processing Program Studi Teknik Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisa Tekstur TA-XT plus, software Microsoft Excel dan Exponent 32, timbangan digital dan oven, plat kayu ini berfungsi sebagai landasan bulir gabah saat ditekan.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dua jenis varietas gabah, Ciherang

dan Ciliwung yang diperoleh dari Kabupaten Soppeng serta Kabupaten Maros.

Prosedur Penelitian

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat kekerasan yang konsisten antara Varietas Ciherang dan Ciliwung, maka pengukurannya dilakukan dengan menggabungkan beberapa bulir (5 bulir) yang berasal dari posisi yang sama dari lima malai berbeda. Pengukuran ini selanjutnya disebut sebagai pengukuran tingkat kekerasan campuran. Mengingat jumlah bulir yang digunakan/ digabungkan sangat terbatas sehingga variasi antar bulir yang diperoleh tidak merepresentasikan keadaan sesungguhnya, maka pengukuran yang kedua dilakukan bulir per bulir dari tiap-tiap malai. Pengukuran kedua ini selanjutnya disebut sebagai pengukuran tingkat kekerasan individual. Kadar dari sampel untuk pengukuran individual juga diuji untuk mengetahui sebarannya, sekaligus untuk melihat apakah ada keterkaitan antara kekerasan individual dan kadar airnya.

Prosedur Pengukuran Tingkat Kekerasan Campuran

1. Sampel berasal dari petani yang dipanen pada bulan agustus 2009, jumlah malai yang diambil per varietas sebanyak 100 malai.

2. Malai-malai tersebut disimpan dalam amplop plastik menurut varietasnya. Kadar air gabah pada malai-malai tersebut dibiarkan setimbang, tanpa perlakuan pengeringan khusus. Hal ini dimaksudkan agar tingkat kekerasan gabah terkait murni ditentukan oleh karakteristik gabahnya, tanpa pengaruh perlakukan lainnya.

3. Malai yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 50 batang atau separuh dari sampel yang ada, dari masing-masing varietas. Penentuan jumlah batang malai ini erat kaitannya dengan frekuensi Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012)

(5)

pengukuran yang akan dilakukan. Bulir-bulir gabah tersebut dipisahkan berdasarkan posisinya pada malai kemudian digabungkan pada satu amplop. Posisi gabah diatur menurut gambar berikut.

4. mempersiapkan alat analisa tekstur dengan meletakkan plat kayu persegi empat yang telah dipersiapkan sebelumnya dan mengaktifkan software Texture Exponent 32 pada komputer. 5. Meletakkan bulir gabah keatas plat kayu

dan melakukan uji tekstur dengan metode kompresi/ tekanan (compression test). Pengujian dilakukan terhadap 5 bulir dari tiap posisi

Gambar 1. Urutan posisi gabah pada malai

6. Menyimpan data mentah dari hasil pengukuran kedalam komputer dan mencatat data Force, Distance serta Time. Data ini digunakan untuk menghitung energi yang diperlukan memecahkan gabah.

7. Hasil observasi (energi) tadi diplot kedalam grafik menggunakan software Microsoft Excel. Rumus energi yang dimaksud adalah: Dimana; e = Energy (Nm/sec) F = Force (gaya) (N ) D = Distance (jarak) (m) T = Time (waktu) (sec)

8. Nilai rata-rata energi yang dibutuhkan untuk meretakkan/ mematahkan bulir gabah dihitung dengan rumus sederhana berikut:

Dimana;

kebutuhan energi X1… = nilai pengukuran energi individual

n = jumlah data, dalam hal ini 5

Prosedur Pengukuran Tingkat Kekerasan Individual

1. Sampel yang digunakan adalah gabah siap panen yang berumur 120 hari dan diperoleh dari Kelurahan Manorang Salo, Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng. Sampel berasal dari petani yang dipanen pada bulan Juni 2010. Jumlah malai yang diambil per varietas sebanyak 50 malai.

2. Malai-malai tersebut langsung dimasukkan kedalam amplop plastik menurut varietasnya masing-masing. Kadar air gabah pada malai-malai tersebut dibiarkan setimbang dengan kondisi lingkungan, tanpa perlakuan pengeringan khusus.

3. Malai yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah dua batang, masing-masing satu batang dari tiap varietas. Bulir dari tiap posisi dipisahkan untuk dilakukan pengukuran tingkat kekerasan.

4. Penomoran pada bulir diberikan dari 1 sampai 5 terhitung dari ujung tiap posisi sedangkan posisi itu sendiri terhitung dari atas ke bawah malai (Gambar 2).

5. Mempersiapkan alat analisa tekstur dengan meletakkan plat kayu persegi

Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012)

(6)

empat yang telah dipersiapkan sebelumnya dan mengaktifkan software Texture Exponent 32 pada komputer. 6. Meletakkan bulir gabah keatas plat kayu

dan melakukan uji tekstur dengan metode kompresi/ tekanan (compression test). Pengujian dilakukan terhadap 5 bulir dari tiap posisi.

7. Menyimpan data mentah dari hasil pengukuran kedalam computer dan mencatat data Force, Distance serta Time. Data ini digunakan untuk menghitung energi yang diperlukan memecahkan gabah.

8. Hasil observasi tadi diplot kedalam grafik menggunakan software Microsoft Excel. 9. Menghitung kadar air dari bulir pada

posisi yang sama. 10. Menghitung rata-rata.

Prosedur Pengukuran Kadar Air Individual

Pengukuran kadar air dilakukan dengan metode pengovenan dengan prosedur sebagai berikut :

1. Menyiapkan bahan yang akan diukur kadar airnya.

2. Bahan tersebut dipisahkan ke atas almunium foil menurut posisi, kemudian ditimbang sebagai berat awal. Setelah itu bahan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 1050C selama kurang lebih 24 jam. 3. Bahan dikeluarkan dari oven kemudian

ditimbang untuk mendapatkan berat akhirnya.

4. Selanjutnya menghitung kadar airnya.

Dimana;

m = kadar air basis basah (%)

a = berat awal (g) b = berat akhir (g)

Parameter Observasi

Hasil pengukuran yang diperoleh berupa grafik hubungan antara Force (massa), Distance (panjang) dan Time (waktu). Dari grafik hasil pengukuran diperoleh informasi total energi dan pola tingkat kekerasan pada tiap malai dari kedua varietas padi tersebut.

Analisa Data

Hasil observasi akan diplot ke dalam grafik untuk menvisualisasikan perbedaan tingkat kekerasan antara bulir padi menurut posisinya pada malai.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ada dua tingkat kekerasan yang akan diuraikan mendetail berikut ini, yaitu tingkat kekerasan campuran dan individual. Campuran di sini dimaksudkan sebagai gabungan beberapa bulir gabah yang memiliki posisi yang sama dari beberapa malai yang berbeda dari varietas padi yang sama. Sedangkan individual berarti hasil pengukuran individual bulir padi dari satu posisi pada individual malai. Perilaku energi yang dibutuhkan untuk meretakkan bulir gabah dari kedua bentuk pengukuran ini disajikan berikut ini.

Sebaran Tingkat kekerasan Campuran Varietas Ciliwung

Berikut ini adalah grafik pola perbedaan energi yang dibutuhkan untuk meretakkan bulir tiap posisi pada malai padi varietas ciliwung campuran;

Gambar 2 menunjukkan sebaran tingkat kekerasan, yang direfleksikan dengan energi, yang dievaluasi dengan menggunakan model polinomial tidak dapat menggambarkan adanya tren hubungan antara posisi bulir pada malai varietas Ciliwung dengan tingkat kekerasannya, koefisien determinasi (R2) sangat kecil yakni 0.090. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keseragaman kekerasan bulir Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012)

(7)

antar posisi cukup baik. Keseragaman ini nampak sepanjang cabang malai dan batang malai.

Gambar 2. Pola Energi pada Tiap Posisi Bulir 1 & 2 Varietas Ciliwung Campuran

Varietas Ciherang

Observasi yang telah dilakukan juga untuk varietas Ciherang. Hasilnya ditunjukkan pada Gambar 3. Dibandingkan dengan varietas Ciliwung, pola tingkat kekerasan bulir antar posisi bulir lebih nampak pada varietas Ciherang ini, R2 sebesar 0.612 dan 0.357. Rata-rata energi yang dibutuhkan oleh bulir yang berada pada posisi yang paling jauh dari batang malai konsisten lebih tinggi dari pada bulir kedua terjauh dari batang malai.

Indikasi lainnya yang ditunjukkan varietas Ciherang adalah semakin dekat posisi bulir ke arah batang malai dan semakin jauh dari ujung atas batang malai, tingkat kekerasannya semakin turun. Hal ini dapat dilihat pada tingkat kekerasan rata-rata untuk bulir-bulir yang ada pada posisi kedua dari ujung cabang malai dan posisi ke 6, 7 dan 8 ke arah bawah batang malai. Pola ini diduga memiliki kontribusi yang signifikan terhadap tingkat beras patah hasil penggilingan varietas Ciherang yang selalu lebih tinggi dari pada varietas Ciliwung sebagaimana ditemukan oleh Asma (2009).

Gambar 3. Perbedaan Energi pada Tiap Posisi Bulir 1 & 2 Varietas Ciherang Campuran

Varietas Ciliwung vs Varietas Ciherang

Untuk melihat perbandingan tingkat kekerasan rata-rata antara varietas Ciliwung dan Ciherang, berikut ini disajikan Gambar 4 yang memperlihatkan perbandingan tingkat kekerasan varietas Ciherang secara konsisten lebih rendah dari pada varietas Ciliwung sepanjang posisi pada batang malai.

Gambar 4. Grafik hubungan antara rata-rata energi bulir pada tiap posisi varietas Ciliwung dan Ciherang campuran.

Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012)

(8)

Sebaran Tingkat kekerasan Individual

Gambar 5 menunujukkan pola perbedaan energi yang dibutuhkan untuk meretakkan bulir tiap posisi pada malai padi varietas Ciliwung dan Ciherang individual;

Gambar 5. Pola Energi pada Tiap Posisi cabang malai varietas Ciliwung & Ciherang Individual

Varietas Ciliwung

Gambar 5 menunjukkan pola sebaran tingkat kekerasan, direfleksikan dengan energi, yang dievaluasi dengan menggunakan model polinomial tidak dapat menggambarkan adanya tren hubungan antara energi pada tiap

posisi cabang malai. Rendahnmya nilai R2

sebesar 0.228 menunjukkan bahwa total tingkat keseragaman kekerasan bulir pada tiap cabang malai cukup baik.

Varietas Ciherang

Gambar 5 menunjukkan tren hubungan antara total energi dan posisi cabang malai

dengan nilai R2 = 0.716 pada varietas

Ciherang individual. Seperti yang terlihat pada posisi 5, 6, 7 dan 8, tingkat kekerasan mengalami penurunan. Ini berarti semakin jauh cabang malai dari ujung atas batang tingkat kekerasannya semakin menurun, mengindikasikan pada posisi tersebut tingkat beras patah varietas Ciherang individual lebih tinggi dibandingkan varietas Ciliwung individual.

Varietas Ciliwung vs Varietas Ciherang

Untuk melihat perbandingan tingkat kekerasan rata-rata posisi bulir pada cabang malai antara varietas Ciliwung dan Ciherang, Gambar 6 memperlihatkan perbandingan tersebut. Dari gambar ini, nampak bahwa tingkat kekerasan varietas Ciherang secara konsisten lebih rendah dari pada varietas Ciliwung sepanjang posisi bulir pada cabang malai.

Gambar 6. Grafik hubungan antara rata-rata energi bulir varietas Ciliwung dan Ciherang individual

Sebaran Kadar Air Varietas Ciliwung Dan Ciherang Individual

Pengukuran kadar air hanya dilakukan pada metode individual menngunakan metode oven pada pelaksanaanya.

Gambar 7. Perbedaan sebaran kadar air varietas ciliwung dan ciherang Individual

Gambar 10 adalah hasil uji kadar air varietas ciliwung dan ciherang individual yang menunjukkan adanya pola kadar air yang berbeda. Dimana pada pola varietas Ciliwung Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012)

(9)

terlihat konsisten sedangkan pada ciherang terlihat pola yang semakin rendah. Hasil pengukuran ini dapat dijelaskan bahwa pada varietas ciliwung memiliki kadar air yang cenderung tinggi pada hampir disetiap posisinya. Sementara varietas ciherang yang terlihat tidak konsisten pada penyebaran kadar airnya dan cenderung menunjukkan penurunan. Hal ini sejalan dengan Soemardi dan Ridwan Thahir (1991) bahwa, dalam proses penggilingan gabah, rendahnya rendemen dan tingginya kadar beras pecah masih menjadi masalah di Indonesia. Hal ini antara lain disebabkan karena kondisi mutu gabah yang kurang optimal. Mutu gabah saat digiling terutama ditentukan oleh kadar air gabah. Kadar air gabah yang terlalu rendah menyebabkan banyaknya gabah yang retak, sehingga meningkatkan jumlah beras patah saat penggilingan. Dengan demikian, tinggi rendahnya kadar air dalam gabah saat digiling akan mempengaruhi mutu beras yang dihasilkan. Selanjutnya mutu beras akan menentukan nilai jual kepada konsumen.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Dari kedua metode yang dilakukan dalam penelitian ini, metode campuran dan individual tidak bisa menunjukkan adanya pola atau tren tingkat kekerasan bulir untuk varietas Ciliwung. Seabliknya pola yang konsisten ditunjukkan pada varietas Ciherang.

2. Tingkat kekerasan varietas Ciherang secara konsisten sepanjang posisi batang malai dan cabang malai lebih rendah daripada varietas Ciliwung.

3. Tingkat kekerasan pada posisi bulir yang jauh dari pucuk batang malai untuk varietas Ciherang nampak semakin lebih rendah dari pada posisi pada bagian ujung batang malai.

4. Pengukuran tingkat kekerasan dengan metode individual lebih memberikan gambaran pola sebaran tingkat kekerasan yang lebih baik daripada metode pencampuran.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim A, 2009., Kep. Bersama Dirjen Bina Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Hasil Pertanian, Departemen Pertanian RI Dan Kepala Bulog. Bulog Jakarta, Indonesia. Anonim B, 2009. Sistem Standarisasi

Pertanian, Pusat Standarisasi dan

Akreditasi, Jakarta.

Anonim C, 2010. Texture Analyzer. http://duniaanalitika.wordpress.com/2009/

12/16/texture-analyzer/.Diakses pada tanggal 5 april 2010.

Anonim D, 1983. Aplikasi Teknik Nuklir, Bidang Pertanian dan Biologi, Risalah Pertemuan Ilmiah Jakarta. Tgl. 9 – 11 juni 1982. Diselenggarakan Oleh Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi – BATAN. Jakarta.

Andrizal, MM. 2003. Penuntun Praktis Penggilingan Padi. Direktoral Jendral Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Jakarta.

Damardjati dan Purwani, 1991. Mutu Beras Dalam Padi, Edisi Ke-3. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Darwis S.N., 1979. Agronomi tanaman padi.

Dalam BATAN 1983. Aplikasi Teknik Nuklir, Bidang Pertanian dan Biologi, Risalah Pertemuan Ilmiah Jakarta. Tgl. 9 – 11 juni 1982. Diselenggarakan Oleh Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi – BATAN. Jakarta.

Hadiwyoto dan Soehardi, 1980. Penanganan Lepas Panen I. Dep. P dan K. RI. PT. Gramedia. Jakarta.

Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012)

(10)

Hanny, 2002. Beras Makanan Pokok Sumber Protein.http://www.gizi.net/cgi-bin / berita /fullnews. cgi? newsid1028376933,9249, Diakses pada tangga 14 agustus 2010. Instron., 2008. Food Texture Analysis

http://www.instron.com/ diakses pada tanggal 16 maret 2010.

Judith A. Abbott and D. Roger Harker., 2005 Texture. The Holticulture and Food Reseacrh Institute of New Zealand Ltd. Rosenthal, Andrew J., 1999. Food Texture;

Measurement and Perception, Aspen Publichers, inc. Oxford. United Kingdom. Soemardi dan Ridwan Thahir. 1991 .

Penangan Pascapanen Padi. Bogor.

Taib, Gunaif., Gumbira Said, dan Sutedja Kiratmadja, 1998. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian. Cetakan I. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabel Data pengukuran tingkat kekerasan varietas Ciliwung campuran bulir 1 dan 2.

Ciliwung bulir 1 campuran

Posisi F (N) D (m) T (dtk) E (Nm/dtk) 1 4.088 0.479 0.32 6.119225 2 2.6513 0.351 0.235 3.960027 3 2.2661 0.321 0.215 3.38334 4 2.7161 0.366 0.245 4.057521 5 2.6114 0.351 0.235 3.900431 6 2.7404 0.389 0.26 4.10006 7 3.916 0.486 0.325 5.855926 8 3.8671 0.441 0.295 5.780987

Ciliwung bulir 2 campuran

Posisi F (N) D (m) T (dtk) E (Nm/dtk) 1 3.4398 0.464 0.31 5.148604 2 1.2067 0.321 0.215 1.801631 3 2.4186 0.351 0.235 3.612462 4 2.9221 0.306 0.205 4.361769 5 3.8303 0.404 0.27 5.731264 6 1.3012 0.306 0.205 1.942279 7 3.3857 0.366 0.245 5.057821 8 2.5462 0.366 0.245 3.803711

Lampiran 2: Tabel Data pengukuran tingkat kekerasan varietas Ciherang campuran bulir 1 dan 2.

Ciherang bulir 1 campuran

Posisi F (N) D (m) T (dtk) E (Nm/dtk) 1 2.0186 0.344 0.23 3.019123 2 2.0182 0.321 0.215 3.01322 3 1.9465 0.374 0.25 2.911964 4 3.2115 0.366 0.245 4.797588 5 3.0877 0.321 0.215 4.610008 6 2.5399 0.396 0.265 3.795473 7 1.6301 0.321 0.215 2.433777 8 2.2337 0.419 0.28 3.342573

Ciherang bulir 2 campuran

Posisi F (N) D (m) T (dtk) E (Nm/dtk) 1 2.0495 0.321 0.215 3.059951 2 2.6546 0.374 0.25 3.971282 3 2.3981 0.344 0.23 3.586723 4 1.5797 0.224 0.15 2.359019 5 2.1249 0.269 0.18 3.175545 6 2.2742 0.344 0.23 3.401412 7 1.7336 0.269 0.18 2.590769 8 0.9414 0.246 0.165 1.403542

Lampiran 3: Tabel Data rata-rata energi bulir 1 dan 2 Ciliwung campuran.

Posisi Rerata Bulir

Ciliwung Rerata Bulir Ciherang 1 5.6339145 3.039537 2 2.880829 3.492251 3 3.497901 3.2493435 4 4.209645 3.5783035 5 4.8158475 3.8927765 6 3.0211695 3.5984425 7 5.4568735 2.512273 8 4.792349 2.3730575

Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012)

(11)

Lampiran 4: Tabel Data pengukuran tingkat kekerasan varietas Ciliwung campuran.

ciliwung bulir 1 individual Posisi F (N) D (m) T (dtk) E (Nm/dtk) 1 2.3983 0.531 0.355 3.587316 2 2.6586 0.486 0.325 3.97563 3 3.1908 0.374 0.25 4.773437 4 2.2676 0.636 0.435 3.315388 5 2.2244 0.299 0.2 3.325478 6 2.754 0.374 0.25 4.119984 7 2.6914 0.329 0.22 4.024866 8 2.3982 0.321 0.215 3.580568

ciliwung bulir 2 individual Posisi F (N) D (m) T (dtk) E (Nm/dtk) 1 2.8451 0.501 0.355 4.015197 2 2.9142 0.456 0.305 4.356968 3 2.6968 0.329 0.22 4.032942 4 2.4659 0.366 0.245 3.683753 5 2.7919 0.381 0.255 4.171427 6 3.1426 0.419 0.28 4.702676 7 2.4556 0.314 0.21 3.671707 8 4.0539 0.434 0.29 6.066871

ciliwung bulir 3 individual Posisi F (N) D (m) T (dtk) E (Nm/dtk) 1 2.2515 0.539 0.36 3.370996 2 2.7825 0.501 0.335 4.161291 3 2.6321 0.381 0.255 3.932667 4 2.6282 0.314 0.21 3.929785 5 2.158 0.314 0.21 3.226724 6 2.9767 0.434 0.29 4.454786 7 2.5117 0.329 0.22 3.756133 8 2.3502 0.336 0.225 3.509632

ciliwung bulir 4 individual Posisi F (N) D (m) T (dtk) E (Nm/dtk) 1 2.2261 0.381 0.255 3.326055 2 2.0662 0.374 0.25 3.091035 3 1.9739 0.314 0.21 2.95145 4 2.8801 0.381 0.255 4.303208 5 2.5776 0.336 0.226 3.832184 6 2.6451 0.456 0.305 3.954641 7 1.8278 0.314 0.216 2.65708 8 2.714 0.306 0.205 4.051141

ciliwung bulir 5 individual Posisi F (N) D (m) T (dtk) E (Nm/dtk) 1 3.2616 0.621 0.415 4.880611 2 2.4703 0.411 0.275 3.691976 3 2.8319 0.389 0.26 4.236958 4 2.0161 0.284 0.19 3.013539 5 2.7598 0.396 0.265 4.124078 6 3.0135 0.344 0.23 4.507148 7 2.8524 0.381 0.255 4.261821 8 2.8462 0.344 0.23 4.256925

Lampiran 5: Tabel Data pengukuran tingkat kekerasan varietas Ciherang campuran.

Ciherang bulir 1 individual

Posisi F (N) D (m) T (dtk) E (Nm/dtk) 1 2.6315 0.441 0.295 3.933869 2 1.9935 0.336 0.225 2.97696 3 2.2573 0.276 0.185 3.367648 4 2.1151 0.299 0.2 3.162075 5 2.0217 0.344 0.23 3.02376 6 1.8891 0.299 0.2 2.824205 7 1.9465 0.374 0.25 2.911964 8 1.1453 0.216 0.145 1.706102

ciherang bulir 2 individual

Posisi F (N) D (m) T (dtk) E (Nm/dtk) 1 1.2114 0.261 0.175 1.806717 2 1.0666 0.336 0.225 1.592789 3 2.5575 0.321 0.215 3.818407 4 2.6248 0.329 0.22 3.925269 5 2.1195 0.366 0.245 3.166273 6 2.0604 0.336 0.225 3.076864 7 2.1885 0.366 0.245 3.269351 8 2.4638 0.396 0.265 3.681754

Ciherang bulir 3 individual

Posisi F (N) D (m) T (dtk) E (Nm/dtk) 1 2.6036 0.389 0.26 3.895386 2 2.4097 0.374 0.25 3.604911 3 2.1387 0.381 0.255 3.195469 4 1.988 0.284 0.19 2.971537 5 2.308 0.299 0.2 3.45046 6 1.8116 0.306 0.205 2.704144 7 2.0046 0.306 0.205 2.992232 8 2.3841 0.321 0.215 3.559517

Ciherang bulir 4 individual

Posisi F (N) D (m) T (dtk) E (Nm/dtk) 1 2.9964 0.471 0.315 4.480331 2 2.459 0.344 0.23 3.677809 3 2.1105 0.366 0.245 3.152829 4 2.5351 0.359 0.24 3.792087 5 2.0992 0.314 0.21 3.138804 6 0.5717 0.209 0.14 0.853466 7 1.1364 0.209 0.14 1.696483 8 1.9866 0.276 0.185 2.963792

Ciherang bulir 5 individual

Posisi F (N) D (m) T (dtk) E (Nm/dtk) 1 1.8951 0.306 0.205 2.828783 2 2.5131 0.326 0.22 3.723957 3 1.9781 0.299 0.2 2.95726 4 2.5085 0.419 0.28 3.753791 5 2.3989 0.374 0.25 3.588754 6 2.3308 0.366 0.245 3.48193 7 0.6669 0.224 0.15 0.995904 8 0.8649 0.209 0.14 1.291172

Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012)

(12)

Lampiran 6: Tabel data rata-rata energi bulir 1 dan 2 ciliwung campuran

Bulir Rerata Posisi Ciliwung Rerata Posisi Ciherang 1 3.837833375 2.988322875 2 4.337692625 3.042178 3 3.79275175 3.296707 4 3.52084925 2.969450125 5 4.121632 2.827693875

Lampiran 7: Tabel Data hasil pengukuran kadar air varietas ciliwung dan ciherang individual

Kadar air ciherang

Posisi aw ak M KA (%) 1 0.149 0.114 0.234899 23.48993 2 0.144 0.121 0.159722 15.97222 3 0.144 0.114 0.208333 20.83333 4 0.142 0.107 0.246479 24.64789 5 0.141 0.108 0.234043 23.40426 6 0.146 0.115 0.212329 21.23288 7 0.147 0.109 0.258503 25.85034 8 0.146 0.119 0.184932 18.49315

kadar air ciliwung

posisi aw ak M KA (%) 1 0.144 0.119 0.173611 17.36111 2 0.145 0.114 0.213793 21.37931 3 0.146 0.117 0.19863 19.86301 4 0.141 0.109 0.22695 22.69504 5 0.143 0.116 0.188811 18.88112 6 0.139 0.112 0.194245 19.42446 7 0.134 0.108 0.19403 19.40299 8 0.148 0.114 0.22973 22.97297

Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012)

Gambar

Gambar 1. Urutan posisi gabah pada  malai
Gambar 2. Pola Energi pada Tiap Posisi  Bulir 1 & 2  Varietas Ciliwung  Campuran
Gambar 5. Pola Energi pada Tiap Posisi  cabang malai varietas Ciliwung &

Referensi

Dokumen terkait

Dalam membuat pergerakan animasi karakter yang serupa dengan pergerakan manuasia, maka diperlukan proses tracking dari model referensi kemudian hasil tracking

Dalam penelitian ini dilakukan sintesis material konduktor ionik dengan beberapa variasi jenis zat aditif dan variasi konsentrasi yang diharapkan mampu menstabilkan sol

Dengan mengacu kepada Surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor R/863/M.PAN-RB/12/2013, dapat dilakukan pengisian formasi jabatan dari

[r]

Kedalaman, kecepatan aliran dan ketinggian sedimen pada sungai model Shazy Shabayek sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya kecepatan aliran lateral yang masuk ke

Kus (41 tahun) dengan keluhan tinnitus tanpa vertigo dan pendengaran menurun sejak empat hari sebelumnya, didiagnosis SNHL telinga kiri dengan PTA 93,75 dB

Kegunaan penelitian ini adalah: 1.Kegunaan Teoritis: Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang bimbingan

Divisi GerM SMMC bekerjasama dengan SMA Negeri 1 Medan menyelenggarakan kegiatan Pelatihan dan Diskusi Ramadhan (PDR) 1439 H pada tanggal 30 Mei-1 Juni 2018 bertempat di Smansa