ANALISIS KERAGAAN USAHA BUDIDAYA PEMBESARAN
IKAN KERAPU MACAN Epinephelus fuscoguttatus DAN
IKAN KERAPU BEBEK Chromileptes altivelis
DALAM SISTEM KARAMBA JARING APUNG
DI KAWASAN SEA FARMING PULAU PANGGANG,
KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU
SKRIPSI
LORA SEPWINTA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
iv
ABSTRAK
LORA SEPWINTA. Analisis Keragaan Usaha Budidaya Pembesaran Ikan
Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus dan Ikan Kerapu Bebek Chromileptes altivelis dalam Sistem Karamba Jaring Apung di Kawasan Sea Farming Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh IIS
DIATIN dan IRZAL EFFENDI.
Pulau Panggang, Kepulauan Seribu merupakan salah satu wilayah pengembangan sea-farming di Indonesia yang mengembangkan usaha budidaya pembesaran ikan kerapu macan dan kerapu bebek dengan mayoritas pembudidaya menggunakan sistem karamba jaring apung. Pembudidaya kerapu tergabung dalam kelompok Sea Farming, yang merupakan kelompok pembudidaya yang dibina oleh PKSPL-IPB, dan mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu. Semua anggota kelompok ini telah mendapat pelatihan mengenai cara berbudidaya ikan kerapu.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis keragaan usaha pembesaran kerapu dari sisi teknis dan finansial. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Satuan kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembudidaya yang melakukan usaha pembesaran kerapu macan dan atau bebek. Pengamatan dilakukan pada ikan berukuran 100-200 gram, 200-300 gram, 300-400 gram, 300-400-500 gram dan up 500 gram yang tergabung dalam kelompok Sea Farming di Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. Sumber data yang digunakan berupadata primer dan data sekunder.Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Metode pengambilan data dilakukan secara langsung meliputi bobot tubuh, panjang tubuh, jumlah ikan awal, jumlah ikan akhir, jumlah pakan dan pengamatan kualitas air.
Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen usaha budidaya yang dilakukan di Pulau Panggang kurang baik, melihat hasil analisis teknis budidaya yang diperoleh kecil untuk parameter SR, SGR dan FCR yaitu sebesar 36% untuk SR kerapu macan, 57% untuk SR kerapu bebek, SGR kerapu macan sebesar 4,49%, SGR kerapu bebek 4,05%, FCR kerapu macan sebesar 12,2 dan FCR kerapu bebek sebesar 8,5. Secara analisis usaha, kegiatan usaha pembesaran kerapu macan di Pulau Panggang merugi namun untuk kerapu bebek masih tetap untung sebesar Rp 8.051.137,00. Akan tetapi jika pembudidaya melakukan perbaikan dan optimalisasi sesuai hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka secara analisis finansial usaha budidaya kerapu macan dikatakan layak dan memberikan tambahan nilai keuntungan sebesar 379,8%.
Kata kunci : Kerapu macan, kerapu bebek, karamba jaring apung, budidaya pembesaran, kelayakan usaha.
v
ABSTRACT
LORA SEPWINTA. The Analysis of Brown Marbled Grouper
Epinephelus fuscoguttatus and Polka Dot Grouper Chromileptes altivelis Rearing Aquaculture Business Condition in Floating Net Cage at Sea Farming Area Panggang Island, Kepulauan Seribu District Administration. Supervised by IIS
DIATIN and IRZAL EFFENDI.
Panggang island, Kepulauan Seribu is well-known as one of sea farming development area in Indonesia which developing grouper fish rearing aquaculture business, specially brown marbled grouper and polka dot grouper, using the floating net system. The grouper fish farmers is grouped as a Sea Farming group which supervised by PKSPL-IPB and supported by Kepulauan Seribu District Government.
The purpose of this research is to analyze of grouper fish rearing aquaculture business in technical condition and financial aspect. The method used is case study. Unit case in this research is fish farmer who has the job to brown marbled grouper farm and polka dot grouper farm. The observation did for grouper in size range 100-200 g, 200-300g, 300-400g, 400-500g and more than 500g which is in the group of Sea Farming. Primary data and secondary data is the source of data in this research. The sampling methods that used in the research is purposive sampling methods. Methods of data retrival is performed directly to surface of weight, length, number of fish in the early, the final number of fish, feed quantity and water quality.
The research shows that the management of cultural business in Panggang island is not good enough, refers to the result of cultural technical analysis that showing small value for some parameters such as SR, SGR and FCR. The SR value for brown marbled grouper is 36% and 57% for polka dot grouper, SGR for brown marbled grouper is 4,49% and 4,05% for polka dot grouper, FCR for brown marbled grouper is 12,2 and 8,5 for polka dot grouper. The result for brown marbled grouper cash flow in Panggang island showed that the business is lose out but the result for polka dot grouper cashflow showed that the business is profitable for Rp 8.051.137,00. On the other hand, if fish farmers repaired technical aspects and used optimalization input for grouper fish rearing aquaculture is resulted brown marbled grouper aquaculture business in this research the result from financial analysis suitable to manage it and will give increasing profit for 379,8%.
Key words : Brown Marbled Grouper, Polka Dot Grouper, Floating Net Cage, rearing aquaculture, bussines feasibility.
ANALISIS KERAGAAN USAHA BUDIDAYA PEMBESARAN
IKAN KERAPU MACAN Epinephelus fuscoguttatus DAN
IKAN KERAPU BEBEK Chromileptes altivelis
DALAM SISTEM KARAMBA JARING APUNG
DI KAWASAN SEA FARMING PULAU PANGGANG,
KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU
LORA SEPWINTA
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
ANALISIS KERAGAAN USAHA BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN KERAPU MACAN Epinephelus fuscoguttatus DAN IKAN KERAPU BEBEK Chromileptes altivelis DALAM SISTEM KARAMBA JARING APUNG DI KAWASAN SEA FARMING PULAU PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya-karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis yang telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Bogor, November 2011
Lora Sepwinta C14070061
vii
Judul : Analisis Keragaan Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus dan Ikan Kerapu Bebek Chromileptes altivelis dalam Sistem Karamba Jaring Apung di Kawasan Sea Farming Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu
Nama : Lora Sepwinta NRP : C14070061
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Iis Diatin, MM Ir. Irzal Effendi, M.Si
NIP. 19630908 199902 2 001 NIP. 19640330 198903 1 003
Diketahui,
Ketua Departemen Budidaya Perairan
Dr. Odang Carman NIP 19591222 198601 1 001
ii viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Analisis Keragaan Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus dan Ikan Kerapu Bebek Chromileptes altivelis dalam Sistem Karamba Jaring Apung di Kawasan Sea Farming Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu” dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ir. Iis Diatin, M.M. dan Ir. Irzal Effendi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing atas arahan dan masukan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini, Drs. Agus Oman Sudrajat selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dr. M. Agus Suprayudi, M.Si. selaku Dosen Penguji Tamu yang telah memberikan banyak masukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Disamping itu penulis menyampaikan penghargaan kepada Balai Sea-Farming PKSPL IPB dan para Anggota Kelompok Sea-Farming yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian pada unit produksi mereka. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Ayahanda Sutarno, Ibunda Puji Astuti dan Keluarga Besar Sastra Kartadji atas dukungan, doa, motivasi, materi dan kasih sayangnya, kepada Norihiko Zikrie, Ari Nado, Rani Rehulina Tarigan, Aryadiani Astika, Masagus Zulhafiz dan Bang Cepot atas segala bantuan dan kerjasama dalam proses penelitian dan penyusunan skipsi.
Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya serta bagi pembaca pada umumnya.
iii ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Lora Sepwinta, dilahirkan di Purbalingga pada tanggal 2 September 1989 sebagai anak tunggal dari ayah Sutarno dan ibu Puji Astuti. Pendidikan formal yang pernah dilalui penulis adalah SMA N 1 Purbalingga dan lulus pada 2007. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) dan memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah Magang Mandiri di Balai Budidaya Air Tawar Purbalingga dan Praktek Lapangan Akuakultur (PLA) dengan menyusun laporan “Pembenihan
Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di Balai Budidaya Laut Batam”.
Penulis juga pernah menjadi Asisten mata kuliah Fisika Kimia Perairan pada 2010-2011 (S1) dan Manajemen Marikultur 2011 (S1 dan D3). Selain itu penulis juga aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan periode 2009/2010, pengurus Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) periode 2009/2011, Kakak Asuh Pro-KA IPB periode 2007/2009, anggota Paduan Suara Endeavour FPIK periode 2008/2010 dan freelance jurnalis harian online BOGORnews 2011.Penulis pernah mendapatkan pendaanan DIKTI pada Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M) pada 2010 dengan judul “Papercraft : Permainan Edukatif untuk Anak Kreatif”.
Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Analisis Keragaan Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Kerapu
Macan Epinephelus fuscoguttatus dan Ikan Kerapu Bebek Chromileptes altivelis dalam Sistem Karamba Jaring Apung di Kawasan Sea Farming Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu”.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………. . viii
DAFTAR GAMBAR ……….. ix
DAFTAR LAMPIRAN ……… x
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaan Umum Komoditas Ikan Kerapu ... 5
2.2 Kerapu Macan dan Kerapu Bebek ... 5
2.3 Ekologi dan Kebutuhan Lingkungan ... 7
2.4 Penyakit Ikan Kerapu ... 8
2.5 Karamba Jaring Apung ... 8
2.6 Manajemen dan Budidaya Kerapu ... 9
2.7 Analisis Finansial ... 10
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ... 13
3.2 Metode Penelitian ... 13
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 13
3.4 Metode Pengambilan Sampel Pembudidaya ... 14
3.5 Metode Pengambilan Data ... 15
3.6 Pengamatan dan Perhitungan Data ... 15
3.6.1 Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate, SR) ... 16
3.6.2 Laju Pertumbuhan... 16
3.6.2.1 Pertumbuhan Panjang (P)……… .... 17
3.6.2.2 Laju Pertumbuhan Spesifik (Specific Growth Rate, SGR) ... 18
3.6.3 Feed Convertion Ratio (FCR) ... 18
3.6.4 Uji Kualitas Air ... 19
3.7 Analisis Data ... 21
3.7.1 Analisis Fungsi Produksi ... 21
3.7.2 Analisis Finansial ... 24
3.7.2.1 Analisis Usaha ... 25
3.7.2.2 Analisis Kriteria Investasi ... 26
3.7.3 Analisis Sensitivitas ... 28
3.8 Batasan dan Pengukuran ... 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Budidaya ... 30
vii
4.2.1 Tingkat Kelangsungan Hidup ... 32
4.2.2 Laju Pertumbuhan Spesifik ... 34
4.2.3 Feed Convertion Ratio (FCR) ... 36
4.2.4 Kualitas Air... 38
4.3 Analisis Usaha Kerapu Macan dan Kerapu Bebek ... 40
4.4 Faktor Produksi Kerapu Macan ... 43
4.4.1 Analisis Pendugaan Fungsi Produksi ... 45
4.4.2 Analisis Efisiensi Penggunaan Input ... 50
4.4.3 Analisis Kriteria Investasi dan Analisis Sensitivitas……... 53
4.3.4 Hubungan Analisis Hasil Teknis dan Analisis Finansial….. 58
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……… 60
5.2 Saran……….. 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
viii
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Standar Penggunaan Jenis dan Dosis Anastesi, Desinfeksi dan
Obat-obatan pada Pembesaran Ikan Kerapu……… 10 2. Lama Pengalaman Berbudidaya Kerapu Responden………... 31 3. Tingkat Pendidikan Responden………. .. 31 4. Hubungan Pertambahan Bobot dan Pertambahan Panjang Tubuh…….. 36 5. Persentase Pemberian Pakan Rucah untuk Ikan Kerapu………. 38 6. Hasil Pengamatan Kualitas Air di Pulau Panggang
Periode April-Juli 2011……… 39 7. Analisis Usaha Pembesaran Kerapu Macan dan Kerapu Bebek
di Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu…….... 41 8. Rata-rata Input Per Musim Tanam dari Usaha Pembesaran
Kerapu Macan pada Kondisi Aktual di Pulau Panggang Tahun 2011 ... 45 9. Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode
Kuadrat Terkecil pada Usaha Pembesaran Kerapu Macan
di Pulau Panggang……….. . 46 10. Nilai NVM, Input dan Output yang Efisien, serta Nilai Rasio NVM
dan Pxi pada Usaha Pembesaran Kerapu Macan di Pulau Panggang
Tahun 2011………. .. 50
11. Investasi, Total Biaya, Penerimaan, Keuntungan dan Analisis Usaha Budidaya Pembesaran Kerapu Macan di Pulau Panggang per Tahun
pada Kondisi Aktual dan Optimal……… 52 12. Kriteria Investasi pada Optimal Sebelum dan Setelah Kenaikan Harga
Pakan……….…. . 56
13. Kriteria Investasi pada Optimal Skenario 1 Sebelum dan Setelah
Kenaikan Harga Pakan……….………….. . 57 14. Kriteria Investasi pada Optimal Skenario 2 Sebelum dan Setelah
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)……… 6
2. Kerapu Bebek (Chromileptes altivelis)………... 7
3. Tingkat Kelangsungan Hidup Kerapu Macan dan Kerapu Bebek Periode April-Juli 2011 di Pulau Panggang………... 33
4. Laju Pertumbuhan Spesifik Kerapu Macan dan Kerapu Bebek Periode April – Juli 2011di Pulau Panggang……….….. 35
5. FCR Kerapu Macan dan Kerapu Bebek Periode April – Juli 2011 di Pulau Panggang………... 37
6. Tata Letak Satu Unit KJA 6 Petakan……….... .. . 44
7. Peralatan Uji DO Winkler………… ... . 66
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian……… 64
2. Peta Lokasi Stasiun Pengamatan Kualitas Air... ... 65
3. Cara Pengukuran Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen, DO) ... 66
4. Cara Pengukuran Nitrogen Amonia Total (Total Amonia Nitrogen, TAN)………. ... 67
5. Karakteristik Pembudidaya Kerapu di Pulau Panggang ... 68
6. Kuisioner Masyarakat Pulau Panggang……… 69
7. Hasil Sampling Pertumbuhan Bobot Tubuh Kerapu Macan ... 71
8. Hasil Sampling Pertumbuhan Bobot Tubuh Kerapu Bebek ... 71
9. Hasil Sampling Pertumbuhan Panjang Tubuh Kerapu Macan ……… .. 72
10. Hasil Sampling Pertumbuhan Panjang Tubuh Kerapu Bebek ……… . 72
11. Perhitungan Nilai SGR Kerapu Macan……….. ... 73
12. Perhitungan Nilai SGR Kerapu Bebek………... 73
13. Perhitungan Nilai FCR Kerapu Macan……….. ... 73
14. Perhitungan Nilai FCR Kerapu Bebek……….. ... 73
15. Nilai Investasi dan Penyusutan pada Usaha Pembesaran Kerapu Dalam Kondisi Aktual dengan Ukuran KJA 214 m3 (6 petakan @ berukuran 3x3m) Tahun 2011….. ... 74
16. Nilai Investasi dan Penyusutan pada Usaha Pembesaran Kerapu Dalam Kondisi Aktual dengan Ukuran KJA 149 m3 (4 petakan @ berukuran 3x3m) Tahun 2011……….. ... 75
17. Perhitungan Analisis Usaha Aktual Kerapu Macan dan Kerapu Bebek di Pulau Panggang Tahun 2011………. 76
18. Data Produksi, Faktor Produksi, Harga dan Nilai Beli Produksi Per Musim Tanam pada Usaha Pembesaran Kerapu Macan di Pulau Panggang. ... 77
19. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Kerapu Macan Dengan Metode Kuadrat Terkecil……….. 79
20. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Kerapu Macan dengan Minitab 15……… ……..……… 79
21. Contoh Perhitungan Input Produksi Kerapu Macan…………..….. 81
22. Nilai VIF dan Nilai Toleransi untuk Setiap Varibel Input…………... 82
23. Analisis Usaha Pembesaran Kerapu Macan di Pulau Panggang pada Kondisi Aktual dan Optimal……….. 83
xi
24. Kenaikan Harga Pakan Rucah 5 Tahun Terakhir……… 84 25. Cashflow pada Usaha Pembesaran Kerapu Macan Kondisi Optimal… 85 26. Cashflow pada Usaha Pembesaran Kerapu Macan Kondisi Optimal
Skenario 1……….. 87
27. Cashflow pada Usaha Pembesaran Kerapu Macan Kondisi Optimal
Skenario 2……… 89
28. Cashflow pada Usaha Pembesaran Kerapu Macan Kondisi Optimal
dengan Asumsi Kenaikan Harga Pakan Sebesar 20%... 91 29. Cashflow pada Usaha Pembesaran Kerapu Macan Kondisi Optimal
Skenario 1 dengan Asumsi Kenaikan Pakan Sebesar 20%... 93 30. Cashflow pada Usaha Pembesaran Kerapu Macan Kondisi Optimal
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan pendapatan golongan masyarakat menengah ke atas, gaya hidup dan tradisi masyarakat keturunan Tionghoa menjadi pemacu meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat akan ikan komoditas penting khususnya ikan kerapu. Penyediaan ikan untuk konsumsi dari 2008 hingga 2010 meningkat 7,65% atau 33,07 Per Kapita dan tercatat total produksi budidaya laut Pulau Jawa tahun 2009 sebesar 259 ton dari jenis ikan kerapu sedangkan tingkat konsumsi ikan oleh masyarakat 30,47 Per Kapita (KKP 2011). Untuk mencukupi permintaan penduduk akan stok ikan kerapu maka diperlukan produksi ikan yang berasal dari budidaya laut sebagai kegiatan antara menuju sea-farming. Sea-farming adalah kegiatan pemeliharaan ikan dari hulu ke hilir secara utuh dan melibatkan berbagai kegiatan yang terkait. Menurut Ahmad (2002) sea-farming merupakan usaha yang sangat menjanjikan, mengingat keunggulan komparatif dalam bentuk sumber daya lahan dan hayati yang dimiliki serta kondisi iklim tropis Indonesia.
Salah satu wilayah pengembangan sea-farming di Indonesia adalah Pulau Panggang-Kepulauan Seribu, yang mengembangkan usaha pembesaran ikan kerapu dengan mayoritas pembudidaya menggunakan karamba jaring apung. Pulau Panggang merupakan daerah terlindung karang dan masyarakatnya memiliki minat untuk menerapkan konsep sea-farming ini.
Mayoritas penduduk Pulau Panggang bermatapencaharian utama sebagai nelayan, sedangkan budidaya merupakan pekerjaan sampingan. Menurut Soesilo dan Budiman (2002), budidaya ikan kerapu dapat mengatrol tingkat kesejahteraan nelayan. Namun peningkatan kesejahteraan nelayan atau masyarakat di Pulau Panggang hanya sekitar 22% melihat rata-rata tingkat kekayaan masyarakat masih tergolong kelas menengah ke bawah serta masyarakat yang dapat menempuh pendidikan tinggi tergolong sedikit yaitu sebesar 0,56% dari total jumlah penduduk di pulau ini dengan mayoritas tingkat pendidikan tertinggi hanya dicapai pada tingkat SD yaitu sebesar 41,88% (Anonim, 2010). Pencatatan data produksi budidaya yang dilakukan hampir tidak ada. Padahal seharusnya
2 pembudidaya dapat mengontrol kondisi usaha budidayanya dari hasil pencatatan data produksi dan bisa mengetahui kebutuhan-kebutuhan pendukung yang diperlukan dalam usaha budidaya seperti pakan, obat dan vitamin agar kegiatan budidaya berlangsung secara efektif dan efisien.
Ada salah satu kelompok pembudidaya kerapu di Pulau Panggang yang tergabung dalam kelompok Sea Farming, yang merupakan kelompok pembudidaya bentukan PKSPL-IPB, dan mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu. Kelompok Sea Farming telah berdiri sejak tahun 2006. Anggotanya merupakan masyarakat yang memiliki minat terhadap budidaya, memiliki karamba,dan mengikuti pelatihan budidaya. Jumlah anggota Sea Farming hingga tahun 2011 tercatat sebanyak 74 orang dengan jumlah anggota aktif sebanyak 43 orang. Masyarakat yang sudah menjadi anggota Kelompok Sea Farming akan mendapat pinjaman benih dan baru dibayar saat panen dengan sejumlah uang secara lunas. Pinjaman benih pada tahap pertama sebanyak 200 ekor, dan akan bertambah kelipatannya ketika anggota membayar pinjaman sebelumnya. Hingga saat ini rata-rata anggota mendapat pinjaman benih sebanyak 400 ekor ikan kerapu macan dan 200 ekor ikan kerapu bebek. Anggota Sea Farming mayoritas bermatapencaharian utama sebagai nelayan, sehingga memiliki kesulitan pembagian jam kerja sebagai nelayan dan sebagai pembudidaya. Manajemen pemberian pakan kerapu yang telah dilakukan selama ini terlihat kurang sebab pakan yang diberikan hanya pakan rucah yang ketersediannya tergantung dari keadaan alam, selain itu jumlah dan frekuensi pemberian pakan tidak menentu. Manajemen kualitas air yang dilakukan selama ini pun terlihat sangat kurang, tidak ada pengecekan kualitas air kontinu oleh anggota, hal ini disebabkan oleh keterbatasan alat dan pengetahuan anggota. Data jumlah ikan mati selama pemeliharaan, jumlah pakan yang digunakan, lama budidaya tidak diketahui secara pasti oleh anggota sebab pencatatan data produksi mayoritas tidak dilakukan oleh anggota.
Rendahnya tingkat peningkatan kesejahteraan masyarakat pembudidaya kerapu di Pulau Panggang menjadi hal yang patut dipertanyakan. Pembudidaya yang sudah mendapat pelatihan mengenai cara membudidayakan ikan kerapu seharusnya sudah paham akan cara berbudidaya yang baik dan benar. Akan tetapi
3 hasil budidaya berupa output ikan kerapu konsumsi yang siap untuk dijual saat panen masih berjumlah sedikit sehingga hasil dari usaha budidaya ini tidak terlalu berpengaruh untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan mereka. Oleh karena itu diperlukan suatu evaluasi terhadap kegiatan budidaya kerapu yang telah dilakukan selama ini. Evaluasi dilakukan dengan menganalisis keragaan dari sisi teknis dan sisi finansial. Analisis finansial diperlukan agar dapat diketahui berapa besar profit yang diperoleh dari kegiatan budidaya yang telah dilakukan selama ini, apakah memiliki nilai profit yang tinggi, sebanding atau sebenarnya tidak memiliki nilai profit, melihat kurang jelasnya pembagian fungsi uang yang keluar-masuk dari sisi budidaya atau dari sisi pekerjaan lainnya (nelayan tangkap).
Analisis keragaan ini dilakukan dengan melihat bagaimana kinerja usaha pembesaran ikan kerapu yang telah dijalankan selama ini. Kinerja usaha pembesaran kerapu menghasilkan output berupa ikan konsumsi, dimana output tersebut akan berkaitan dengan besar profit usaha yang diperoleh. Kinerja usaha pembesaran dipengaruhi oleh faktor produksi atau input yang digunakan. Pencapaian keuntungan maksimum dengan biaya minimum dapat dicapai apabila penggunaan input (faktor produksi) digunakan secara optimal. Optimalisasi diterapakan sesuai dengan konsep pengembangan budidaya atau akuakultur yaitu efisiensi, produktifitas, intensifikasi dan sustainability. Agar diperoleh suatu sistem budidaya yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan dan memiliki nilai tambah terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis keragaan usaha budidaya pembesaran kerapu dengan :
1. Menganalisis aspek teknis budidaya ikan kerapu dengan cara menghitung tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik dan nilai FCR serta menghitung input optimal yang digunakan dalam kegiatan pembesaran ikan kerapu macan
2. Menganalisis kelayakan finansial dengan menghitung analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), analisis Payback
4 Period (PP), analisis Break Even Point (BEP), analisis kriteria investasi dan analisis sensitivitas.
Kegunaan dari penelitian ini antara lain :
1. Bagi mahasiswa, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor serta melatih kemampuan teknis dan analisis dalam menangani permasalahan di bidang perikanan khususnya budidaya ikan kerapu
2. Bagi pembudidaya ikan kerapu, dapat digunakan sebagai masukan atau informasi dalam upaya peningkatan produksi
3. Bagi pemerintah, sebagai pertimbangan untuk menentukan suatu arah kebijakan bagi pengembangan sektor perikanan laut, misalnya arah kebijakan ekonomi
4. Sebagai referensi tambahan bagi penelitian yang berkaitan dengan permasalahan tersebut di masa yang akan datang
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Komoditas Ikan Kerapu
Ikan kerapu merupakan jenis ikan demersal yang menyukai hidup di perairan karang, diantaranya celah-celah karang atau di dalam gua di dasar perairan (Soesilo dan Budiman 2002). Secara umum, ikan kerapu memiliki kepala yang besar, mulut lebar, dan tubuhya ditutupi sisik-sisik kecil. Bagian tepi operculum, bergerigi dan terdapat duri-duri pada operculum. Letak dua sirip punggungnya (yang pertama berbentuk duri-duri), terpisah. Semua jenis kerapu mempunyai tiga duri pada sirip dubur dan tiga duri pada bagian tepi operculum (Ghufran 2001).
Ikan kerapu di alam tergolong karnivora yang memakan ikan, udang dan crustacea. Ikan dari golongan serranidae ini mempunyai lebih dari 46 spesies yang hidup tersebar dengan tipe habitat yang beragam dan hanya beberapa jenis yang telah dibudidayakan. Ikan kerapu dinamakan sebagai grouper diperdagangan internasional dan dipasarkan dalam keadaan hidup (Sunyoto dan Mustahal 2002).
Ikan kerapu bersifat hermaphrodit protogynous (hermaprodit protogini), yang berarti setelah mencapai ukuran dewasa, akan berganti kelamin (charger sex) dari betina menjadi jantan. Selain itu ikan kerapu tergolong jenis ikan yang bersifat hermaphrodit synchroni, yaitu di dalam satu gonad satu individu ikan, terdapat sel seks betina dan sel seks jantan yang dapat masak dalam waktu yang sama, sehingga ikan dapat mengadakan pembuahan sendiri dan dapat pula tidak. Ikan kerapu merupakan ikan berukuran besar, yang dapat mencapai 450 kg atau lebih per ekor (Ghufran 2001).
2.2 Kerapu Macan dan Kerapu Bebek
Dari 46 jenis kerapu atau grouper, yang tergolong dalam tujuh genus dan hidup tersebar di laut dengan tipe habitat beragam, hanya ada enam jenis yang saat ini dipandang memiliki nilai ekonomis penting yaitu kerapu bebek, kerapu sunu, kerapu lumpur, kerapu macan, kerapu batik dan kerapu lodi (Ghufran 2001). Komoditas dalam penelitian ini termasuk kedalam jenis ikan kerapu yang memiliki nilai ekonomis penting tersebut yaitu kerapu macan dan kerapu bebek.
6 1) Kerapu Macan
Bentuk kerapu macan mirip dengan kerapu lumpur, tetapi dengan badan agak lebar. Dalam masyarakat internasional dikenal dengan sebutan flower atau carpet cod (Ghufran 2001). Kerapu macan memiliki mulut lebar serong ke atas dengan bibir bawah menonjol ke atas dan sirip ekor yang umumnya membulat (rounded). Gambar ikan kerapu macan dapat dilihat pada Gambar 3.
Sumber : http://o-nlinenews.blogspot.com/p/kerapu-macan.html
Gambar 1. Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Taksonomi ikan kerapu macan menurut Kordi K, 2005 adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Class : Pisces Ordo : Perciformes Famili : Serranidae Genus : Epinephelus
Species : Epinepheus fuscoguttatus
2) Kerapu Bebek
Kerapu bebek sering disebut sebagai kerapu tikus, di pasaran Internasional dikenal dengan nama polka dot grouper, namun ada pula yang menyebutnya hump backed rocked. Ikan kerapu bebek ini berbentuk pipih dan warna dasar kulit tubuhnya abu-abu dengan bintik-bintik hitam di seluruh permukaan tubuh. Kepala berukuran kecil. Dengan moncong agak meruncing. Kepala yang kecil mirip bebek menyebabkan jenis ikan ini popular disebut kerapu bebek, namun ada pula yang menyebutnya sebagai kerapu tikus, karena bentuk moncongnya yang meruncing menyerupai moncong tikus (Gambar 2).
7
Sumber : http://tipspetani.blogspot.com/2010/05/pembesaran-ikan-kerapu-bebek.html
Gambar 2. Kerapu Bebek (Chromileptes. altivelis)
Taksonomi ikan kerapu bebek menurut Samoilys & Pollard (2000) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Serrendae Genus : Chromileptes Spesies : C. altivelis
Ikan kerapu bebek dikategorikan sebagai ikan konsumsi bila bobot tubuhnya telah mencapai 0,5-2,0 kg per ekor. Selain dijual sebagai ikan konsumsi, ikan kerapu bebek juga dapat dijual sebagai ikan hias dengan nama grace kelly. Ikan kerapu bebek memiliki bentuk sirip yang membulat. Sirip punggung tersusun dari 10 jari-jari keras dan 19 jari-jari lunak. Pada sirip dubur, terdapat 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari lunak. Ikan ini bisa mencapai panjang tubuh 70 cm atau lebih, namun yang dikonsumsi, umumnya berukuran 30-50 cm. kerapu bebek tergolong ikan buas yang memangsa ikan-ikan dan hewan-hewan kecil lainnya. Ikan kerapu bebek merupakan salah satu ikan laut komersial yang telah dibudidayakan baik dengan tujuan pembenihan maupun pembesaran (Ghufran 2001).
2.3 Ekologi dan Kebutuhan Lingkungan
Dalam siklus hidupnya, pada umumnya ikan kerapu muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7 – 40 m. Telur dan larva ikan kerapu bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat demersal. Habitat
8 favorit larva dan ikan kerapu macan muda adalah perairan pantai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun.
Parameter-parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu macan yaitu temperatur antara 24-31oC, salinitas antara 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut > 3,5 ppm dan derajat keasaman (pH) antara 7,8 – 8. Jika terjadi perubahan pH yang tidak terlalu mendadak, ikan kerapu dapat mentolerir perubahan tersebut dengan batas maksimal toleransi pH adalah 11 dan batas minimal adalah 4 . Perairan dengan kondisi seperti ini, pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang (Asmawi 1986).
2.4 Penyakit Ikan Kerapu
Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu macan dalam KJA adalah ikan buntal, burung, dan penyu, sedangkan jenis penyakit infeksi yang sering menyerang ikan kerapu adalah:
(a) penyakit akibat serangan parasit, seperti : parasit crustacea dan flatworm (b) penyakit akibat protozoa, seperti : cryptocariniasis dan broollynelliasis (c) penyakit akibat jamur (fungi), seperti : saprolegniasis dan ichthyosporidosis (d) penyakit akibat serangan bakteri
(e) penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN (Viral Neorotic Nerveus) (Ghufran 2001).
2.5 Karamba Jaring Apung
Karamba jaring apung adalah sistem teknologi budidaya berupa jaring yang mengapung dilengkapi beberapa komponen seperti rangka, kantong jaring, pelampung, jalan inspeksi, rumah jaga dan jangkar (Krisanti dan Imran 2005). Komoditas yang akan dibudidayakan mempengaruhi konstruksi karamba jaring apung. Selain itu dipengaruhi pula oleh faktor kondisi lingkungan, metode budidaya, sifat bahan, dan keterampilan tenaga setempat. Secara ideal bahan yang digunakan untuk karamba jaring apung harus kuat, ringan, tahan cuaca dan korosi, mudah dikerjakan dan diperbaiki, bebas gesekan, tekstur halus agar tidak melukai ikan. Tata letak karamba jaring apung harus diperhitungkan berdasarkan arah dan kekuatan arus karena bentuk karamba jaring apung sangat dipengaruhi arus (Kordi 2005).
9 Untuk pemeliharaan kerapu cocok digunakan karamba jaring apung dengan banyak sudut seperti segienam, segidelapan, atau segiempat. Hal ini dikarenakan semua spesies kerapu cenderung hidup bersembunyi, berbaring di dasar perairan di bawah naungan (Achmad et al. 1995). Karamba pembesaran kerapu terbuat dari jaring PE yang bermata jaring 1,5 -2 inchi dengan ukuran karamba 3m x 3m x3m (Kordi 2005).
Budidaya ikan kerapu dapat dilakukan menggunakan teknologi KJA (karamba jaring apung), atau pun menggunakan teknologi jaring tancap. Metode KJA merupakan teknik akuakultur yang paling produktif. Beberapa keuntungan yang dimiliki metode KJA, yaitu tingginya padat penebaran, jumlah dan mutu air yang selalu memadai, tidak diperlukannya pengolahan tanah, mudahnya pengendalian gangguan pemangsa, dan mudahnya pemanenan (Kordi K 2005).
2.6 Manajemen Budidaya Kerapu
Budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh manajemen pakan dan manajemen kualitas air. Menurut Akbar (2001), Ikan kerapu adalah jenis ikan buas (karnivora). Sifat kanibalnya muncul apabila kekurangan pakan, terutama terlihat pada ikan kerapu stadia awal. Dari pengamatan isi perut ikan kerapu kecil diketahui kandungan di dalamnya didominasi oleh golongan krustacea (uang-udangan dan kepiting) sebanyak 83% dan ikan-ikanan sebesar 17%. Namun semakin besar ukuran ikan kerapu, komposisi isi perutnya cenderung didominasi oleh ikan-ikanan. Jenis udang krosok (Parapeneus sp.), udang dogol (Metapenaeus sp.), dan udang jerbung (Penaeus merguiensis). Sementara dari kelompok ikan-ikanan yang ditemui pada umumnya adalah ikan teri (Stelopterus sp.), beronang (Sinagus sp.), tembang (Sardinella sp.), belanak (Mugil sp.), jenaha (Luthanus sp.), dan cumi-cumi (Loligo sp.) dalam jumlah kecil. Oleh karena itu perlu diperhatikan waktu pemberian pakan (feeding time), dosis pemberian (feeding rate), cara pemberian pakan (feeding method) dan frekuensi pemberian pakan (feeding frequency). Pakan yang diberikan berupa pakan rucah dan pakan pellet dengan metode at satiation yaitu pakan diberikan kepada ikan sampai kenyang sebanyak 2 kali sehari sebanyak 6-7,5% pakan rucah dan 3-5% pakan pellet untuk ikan ukuran 500-1200 gram (SNI 01-6488.4-2000).
10 Pemeriksaan kualitas air menurut SNI 01-6488.4-2000 minimum dilakukan 2 kali seminggu. Cara pengukuran kualitas air (suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut) dilakukan dengan menggunakan termometer untuk mengukur suhu, refractometer untuk mengukur salinitas, pH meter atau kertas lakmus untuk mengukur pH, DO meter untuk mengukur oksigen terlarut dan water quality test kit untuk mengukur kualitas air lainnya sesuai dengan petunjuk kerja masing-masing alat yang digunakan. Dalam kegiatan usaha pembesaran kerapu juga menggunakan anastesi, desinfektan dan obat-obatan menurut SNI 01-6488.4-2000 (Tabel 1).
Tabel 1. Standar Penggunaan Jenis dan Dosis Anastesi, Desinfektan dan Obat-obatan pada Pembesaran Ikan Kerapu
Jenis Dosis Keterangan
Treflan 1 ppm Dioleskan
Acriflavin 5 – 10 ppm Perendaman 1 – 2 jam
Prefuran 1 ppm Perendaman 30 – 60 menit
Methilyne blue 3 – 5 ppm Perendaman 30 – 60 menit Vitamin C 2 – 4 g/kg pakan Pencampuran dalam pakan Multivitamin 3 – 5 g/kg pakan Pencampuran dalam pakan
Sumber : SNI 01-6488.4-2000
Perawatan KJA pun perlu dilakukan dalam usaha pembesaran kerapu. Pengecekan jaring dan waring yang digunakan diperlukan agar ikan tidak dapat lolos dari dalam jaring atau waring yang rusak. Pembersihan jaring dan waring dapat dilakukan dengan penyemprotan air dan penjemuran atau hanya dengan penjemuran saja (Darmansah 2009).
2.7 Analisis Finansial
Analisis finansial adalah analisis yang dilakukan terhadap suatu proyek, dimana proyek dilihat dari sudut badan atau orang yang menanamkan uangnya dalam proyek maupun yang memiliki kepentingan terhadap jalannya proyek. Analisis finansial ini penting untuk memperhitungkan insentif bagi badan maupun orang-orang yang terlibat di dalam proyek (Soekartawi 2003).
Asumsi perhitungan analisa finansial diperoleh dari data teknis yang kemudian direpresentasikan ke dalam fungsi produksi. Fungsi produksi ialah
11 hubungan fisik antara variable yang dijelaskan (Y) dan variable yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Hubungan fisik antara X dan Y ini sering disebut factor relationship (FR) dan dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi 2003) :
Y = f (X1, X2, X3,………..Xn)………..(1)
dimana :
Y = produk atau variabel yang dijelaskan
Xn = faktor produksi atau variabel yang menjelaskan
Model fungsi produksi yang digunakan adalah faktor produksi Cobb-Douglas. Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut variabel dependen, yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara regresi dimana variasi Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. dengan demikian, kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas. Secara matematik, fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi 2003) :
Y = aX1b1X2b2………….Xnbneu………..(2)
dimana :
Y = variabel yang dijelaskan X = variabel yang menjelaskan a, b = besaran yang diduga
u = kesalahan (disturbance term) e = logaritma natural, e = 2,718 n = 1,2,3…………..dan seterusnya
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan (2), persamaan tersebut dapat diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Logaritma dari persamaan di atas adalah :
lnY = ln a + b1lnX1 + b2lnX2 ………..+ bnlnXn + u
Pada persamaan (2) terlihat bahwa nilai b1 dan b2 adalah tetap walau pun variabel yang terlibat telah dilogaritmakan. Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukan elastisitas X terhadap Y
12 (Soekartawi 2003).
Model Cobb-Douglas mempunyai kelebihan dari fungsi produksi yang lain karena pangkat dari fungsi menunjukan besarnya elastisitas produksi, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat produksi yang optimum dari pemakaian faktor-faktor produksi. Pengertian elastisitas produksi (Ep) adalah persentase perubahan output sebagai akibat dari persentase perubahan input (Soekartawi 2003).
Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linear, maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum fungsi ini digunakan (Soekartawi 2003). Persyaratan ini antara lain :
a) Tidak ada nilai pengamatan bernilai nol, sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).
b) Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan. Artinya, kalau fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan; dan bila diperlukan analisi yang memerlukan lebih dari satu model katakanlah dua model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut. c) Tiap variabel X adalah perfect competition.
d) Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim sudah tercakup pada faktor kesalahan, u.
Penggunaan faktor produksi berdasarkan pada prinsip optimalisasi. Prinsip optimalisasi pengunaan faktor produksi adalah bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut secara efisien. Dalam ilmu ekonomi, pengertian efisiensi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: (1) efisiensi teknis, (2) efisiensi alokatif (efisiensi harga), dan (3) efisiensi ekonomi. Penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Efisiensi harga terjadi jika nilai dari produk marginal sama dengan faktor produksi bersangkutan dan dikatakan efisiensi ekonomi jika usaha mencapai efisiensi teknis sekaligus mencapai efisiensi harga (Soekartawi 2003).
13
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada April sampai dengan Juli 2011 di Kawasan Sea Farming Pulau Panggang Kepulauan Seribu, Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Teknologi dan Manajemen Produksi Akuakultur. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus mengenai subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik dari keseluruhan personalitas (Nazir, 1998). Penelitian dengan studi kasus adalah memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat-sifat, dan karakter yang khas dari unit yang dianalisis.
Menurut Soeratno dan Arsyad (1999), metode penelitian dengan menggunakan studi kasus, menunjukkan bahwa penelitian dilakukan dalam lingkup yang terbatas, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan. Studi kasus digunakan sebagai metode dalam penelitian ini, karena metode ini paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di daerah penelitian. Satuan kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembudidaya yang melakukan usaha pembesaran kerapu di kawasan Sea Farming Kelurahan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data text. Data text adalah data yang diperoleh dalam bentuk alphabet dan angka numerik (Fauzi, 2001). Jenis data text digunakan untuk faktor produksi, biaya investasi, dan jumlah produksi yang dihasilkan. Parameter faktor produksi yang diamati ialah kelangsungan hidup, laju pertumbuhan, efisiensi pemberian pakan, kualitas air dan penyakit.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui pengamatan secara langsung di
14 lapangan (KJA masyarakat Pulau Panggang) dangan cara mengikuti secara langsung kegiatan yang dilakukan pembudidaya, wawancara dan pengisian kuisioner. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik pembudidaya, teknis produksi, input dan output produksi, penerimaan, biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap dan biaya penyusutan.
Data sekunder diperlukan sebagai penunjang data primer yang telah didapatkan. Data sekunder yang diperlukan adalah data kualitas air, Laporan Tahunan Pulau Panggang, standar nasional produksi ikan kerapu, statistik perikanan Indonesia dan produksi ikan kerapu di daerah-daerah lain. Data sekunder ini diperoleh melalui informasi dari instansi dan lembaga terkait seperti PKSPL IPB, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Jakarta, Kantor Kelurahan Pulau Panggang, Badan Pusat Statistik Jakarta dan literatur-literatur.
3.4 Metode Pengambilan Sampel Pembudidaya
Metode pengambilan sampel pembudidaya (responden) ikan kerapu macan dan ikan kerapu bebek dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu anggota populasi dipilih untuk memenuhi tujuan tertentu menggandalkan logika atas kaidah-kaidah yang berlaku yang didasari pertimbangan peneliti. Metode pengambilan sampel yang representatif pada dasarnya menyangkut masalah sampai manakah ciri-ciri yang terdapat pada sampel yang terbatas itu benar-benar menggambarkan keadaan sebenarnya dari keseluruhan populasi (Soeratno dan Arsyad, 1999). Responden yang diambil berjumlah 20 orang pembudidaya kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu dari total pembudidaya yang termasuk dalam kelompok Sea-farming sebanyak 74 orang. Responden yang dipilih merupakan individu yang dianggap memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Pembudidaya masih aktif melakukan usaha pembesaran kerapu dan memiliki pengalaman dalam kegiatan pembesaran minimal 1 tahun
2. Memiliki size ikan yang digunakan dalam penelitian yaitu ukuran 100-200 gram, 100-200-300 gram, 300-400 gram, 400-500 gram dan up 500 gram. Alasan pengambilan ukuran ikan yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 5 kelas ukuran dikarenakan ketersediaan ukuran ikan secara umum yang
15 dimiliki oleh responden pada saat dilakukan survey lapang adalah ikan pada selang ukuran 100 gram hingga up 500 gram. Selain itu digunakan untuk pemenuhan kebutuhan tujuan penelitian pada aspek analisis teknis budidaya pada ukuran kelas yang berbeda agar dapat diketahui kondisi budidaya ikan kerapu pada tiap ukuran tersebut.
3.5 Metode Pengambilan Data
Pengukuran secara langsung beberapa parameter digunakan dalam metode pengambilan data. Parameter-parameter tersebut ialah bobot ikan, panjang tubuh ikan, biomassa ikan, luas wadah budidaya yang digunakan, banyaknya pakan yang digunakan, banyaknya obat yang digunakan dan pengukurun kualitas pada beberapa titik yang berbeda untuk mengetahui pengaruh perbedaan tempat terhadap kinerja usaha pembesaran ikan kerapu. Pengambilan kualitas air dilakukan dibeberapa titik sampel pada air permukaan. Titik sampel pengambilan kualitas air ditentu Contoh titik pengukuran kualitas air yang diambil yaitu sebagai berikut :
1. Titik A yaitu perairan yang berada di tengah wilayah terlindung karang (berada pada sekitar titik S 05o44'27,7''/E 106o35'53,5")
2. Titik B yaitu perairan yang berada di pinggir dekat karang (berada pada sekitar titik S 05o 44'16,1"/E 106o35'49,2")
3. Titik C yaitu perairan yang berada di luar wilayah terlindung karang (berada pada sekitar titik S 05o 44'23,9"/E 106o 35'25,5").
Alasan pengambilan letak titik pengukuran di sekitar daerah karang berhubungan dengan letak karamba pembudidaya yang menjadi responden dalam penelitian ini terletak di sekitar wilayah tersebut. Peta pengambilan sampel kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.6 Pengamatan dan Perhitungan Data
Pengamatan dilakukan secara langsung di lapang dengan melakukan pencatatan hasil dan kemudian dilakukan perhitungan hasil data yang diperoleh. Pengamatan secara langsung dilakukan untuk parameter suhu dan pH. Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan thermometer pada air permukaan. Sedangkan pengukuran nilai pH menggunakan kertas lakmus. Pengamatan secara
16 langsung juga dilakukan untuk parameter salinitas dengan menggunakan alat refraktometer di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Air sampel yang telah diambil dan disimpan pada botol sampel dengan diberi pendingin atau es agar kualitas air tetap terjaga. Data yang telah diperoleh selanjutnya dicatat pada worksheet.
Perhitungan data dilakukan untuk parameter kelangsungan hidup (Survival Rate, SR), laju pertumbuhan panjang (P), laju pertumbuhan spesifik (Specific Growth Rate, SGR), feed convertion ratio (FCR), uji oksigen terlarut (Dissolved Oksigen, DO), uji nitrogen amonia total (Total Amonia Nitrogen, TAN) dan uji kecepatan arus. Data yang diperlukan untuk perhitungan SR, P, SGR dan FCR adalah bobot tubuh, panjang tubuh, jumlah ikan awal dan akhir, jumlah pakan yang digunakan dan lama pemeliharaan. Pengambilan sampel yang digunakan berjumlah 10 ekor ikan dari tiap responden. Pengambilan sampel ikan menggunakan serok dari petakan KJA yang digunakan sebagai wadah budidaya dengan melakukan pengangkatan sebagian bagian jaring yang digunakan. Pengangkatan bagian jaring dilakukan dengan menggunakan bambu. Sampel ikan diambil secara acak dari tiap petakan KJA yang sama dari setiap responden untuk tiap sampling. Pengukuran bobot tubuh dan jumlah pakan menggunakan timbangan jarum yang sebelumnya dikalibrasi terlebih dahulu. Pembudidaya mempunyai takaran wadah pemberian pakan yang digunakan sebagai acuan dari banyaknya pakan yang diberikan. Wadah ditimbang berat kotor dan berat bersih untuk mengetahui takaran pemberian pakan yang diberikan selama kegiatan budidaya berlangsung. Pengukuran panjang tubuh menggunakan penggaris. Cara pengukuran panjang tubuh yaitu mengukur jarak antara ujung mulut sampai dengan ujung sirip ekor menggunakan penggaris dalam satuan sentimeter (cm).
3.6.1 Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate, SR)
Tingkat kelangsungan hidup digunakan untuk mengetahui baik-buruknya usaha budidaya yang telah dilakukan dengan melihat banyaknya jumlah ikan awal dan jumlah ikan akhir hasil budidaya. Untuk mengetahui jumlah ikan awal dilakukan dengan wawancara, sedangkan jumlah ikan selama penelitian dan jumlah ikan akhir diketahui dengan wawancara dan penghitungan langsung saat
17 sampling jika sampling berlangsung bersamaan dengan kegiatan pencucian ikan responden. Penghitungan jumlah ikan dilakukan setiap pencucian ikan yaitu seminggu sekali yang mayoritas dilakukan pada hari Jumat. Tingkat kelangsungan hidup dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dalam yang mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ialah genetika ikan. Sedangkan faktor luar yang mempengaruhinya ialah manajemen kualitas air dan manajemen pakan. Secara ekonomis, usaha perikanan selalu berbanding lurus dengan mortalitas. Mortalitas menunjukan nilai yang berbanding terbalik dengan tingkat kelangsungan hidup (SR), yang berarti jika mortalitas rendah maka SR tinggi dan keuntungan yang diperoleh pun lebih besar. Penghitungan tingkat kelangsungan hidup menggunakan rumus :
% 100 x No Nt SR= ... (3) Ket:
Nt = Populasi ikan ke-t (hari ke-112) No = Populasi ikan ke-0
3.6.2 Laju Pertumbuhan
Laju pertumbuhan mempengaruhi besar biaya operasional yang digunakan dalam usaha budidaya. Laju pertumbuhan yang lambat menyebabkan biaya operasional menjadi tinggi sehingga kurang menguntungkan secara ekonomis. Laju pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal budidaya yaitu kualitas air, pakan, vitamin, obat-obatan hingga cara perlakuan pembudidaya itu sendiri terhadap usaha budidayanya.
3.6.2.1 Pertumbuhan Panjang (P)
Pertumbuhan panjang (P) dapat digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan ikan. Penghitungan panjang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara bobot dengan panjang tubuh selama pemeliharaan. Ikan dengan pertumbuhan panjang tubuh tinggi namun pertambahan bobotnya rendah, namun ada juga sebaliknya pertumbuhan panjang badan rendah namun pertambahan bobot rendah atau dapat dikatakan ikan mengalami obesitas. Data panjang tubuh ikan diperoleh dengan mengukur panjang total yaitu panjang tubuh ikan dari
18 mulut hingga ekor ikan sampel dari tiap responden. Penghitungan pertambahan panjang atau selisih panjang selama waktu pemeliharaan menggunakan rumus :
P = Pt – Po... (4) Ket:
Pt = Panjang rata-rata ikan ke-t Po = Panjang rata-rata ikan ke-0
3.6.2.2 Laju Pertumbuhan Spesifik (Specific Growth Rate, SGR)
Laju pertumbuhan spesifik digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan harian tiap individu usaha budidaya ikan kerapu. Ukuran ikan yang diambil sampelnya pada penelitian ini adalah ikan berukuran 100 gram hingga up 500 gram dan kemudian dikelaskan menurut bobot tubuh yang dimiliki pada selang tersebut. Penghitungan SGR dilakukan secara kumulatif dari tiap kelas bobot yang ada. Lama pemeliharaan adalah periode sampling yaitu 28 hari. Acuan bobot rata-rata ikan hari ke-0 adalah bobot rata-rata-rata-rata ikan pada sampling pertama yang dilakukan dalam penelitian ini. Pertumbuhan spesifik atau laju pertumbuhan harian diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus :
% 100 ] 1 [ x Wo Wt SGR = t − ... (5) Ket:
Wt = Bobot rata-rata ikan ke-t Wo = Bobot rata-rata ikan ke-0 t = Lama pemeliharaan
3.6.3 Feed Convertion Ratio (FCR)
Feed Convertion Ratio ialah suatu ukuran yang digunakan untuk menentukan banyaknya pakan yang diberikan untuk menghasilkan 1 Kg daging. Semakin kecil nilai FCR menunjukan pakan yang diberikan dikonsumsi dengan benar oleh ikan. Nilai FCR juga dipengaruhi oleh manajemen pemberian pakan yang dilakukan. Sifat ikan dan jenis pakan yang diberikan harus diperhatikan agar nutrisi pakan tidak hilang atau leaching (berkurangnya kadar nutrisi pakan oleh air).
19 Ba Bo Bt Pa FCR + − = ...………(6) Ket:
Bt = Biomassa ikan ke-t (akhir) Bo = Biomassa ikan ke-0 (awal) Ba = Biomassa ikan mati
Pa = Jumlah pakan yang diberikan
3.6.4 Uji Kualitas Air
Parameter uji kualitas air yang diamati ialah pH, suhu, DO, TAN dan kekuatan arus. Pengukuran parameter pH dan suhu dilakukan dapat diketahui secara langsung saat pengamatan. Sedangkan untuk parameter DO, TAN dan kekuatan arus harus melalui tahap perhitungan melalui rumus agar diperoleh hasilnya.
a) DO
Dissolved oksigen (DO) atau oksigen terlarut ialah jumlah kadar oksigen di dalam air. Seperti manusia, ikan pun memerlukan oksigen untuk dapat mempertahankan hidupnya. Pengamatan DO dapat dilakukan menggunakan DOmeter atau DO winkler. Pemilihan cara pengamatan menggunakan DO winkler disebabkan oleh pengamatan dilakukan di lapang dan pengamatan DO harus dilakukan langsung atau tidak terlalu lama dari proses pengambilan air sampel yang berpengaruh terhadap keakuratan hasil. Penghitungan DO menggunakan rumus sebagai berikut :
) ( 8000 l volumeboto en volumereag l volumeboto el volumesamp Ntitranx mltitraanx DO − − = ... (7) b) TAN
Total Amonia Nitrogen atau TAN pada suatu perairan diperlukan untuk membantu proses metabolisme organisme perairan. Kadar TAN yang terlalu tinggi menunjukan kondisi perairan telah tercemar. Semakin kecil kadar TAN suatu perairan, semakin baik kondisi perairan tersebut. Namun, bukan berarti kadar TAN yang terlalu rendah pun baik bagi perairan, sebab ikan membutuhkan ammonia untuk metabolisme tubuh.
20 Perhitungan TAN atau Total Amonia Nitrogen dilakukan menggunakan rumus :
TAN= ... …..(8)
c) Kekuatan arus
Arus laut adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertical (gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke samping). Kecepatan arus air berpengaruh terhadap layak tidaknya suatu kawasan digunakan untuk budidaya, khususnya dalam sistem karamba jaring apung. Menurut Sunyoto (1996) bahwa perairan yang memiliki kecepatan arus lebih dari 4 m/s termasuk dalam kategori sesuai untuk usaha budidaya ikan kerapu dalam keramba jaring apung. Pengamatan kecepatan arus dapat dilakukan dengan menggunakan metode Floating droudge atau metode bola pingpong. Dalam penelitian ini pengamatan kecepatan arus dilakukan dengan metode Floating droudge sederhana. Arus diukur dengan menggunakan alat yang sederhana yakni botol air mineral, tali tambang ukuran 2 mm, meteran, stopwatch yang ada di hand phone serta alat tulis untuk mencatat hasil. Pertama botol diikat mengunakan tali, kemudian ukur panjang jalur yang akan dipakai. Panjang yang digunakan sepanjang 1 meter dan diukur menggunakan meteran, jadi hasil yang di dapat dalam meter per detik. Setelah siap, botol yang diikat tali tersebut dilemparkan ke atas permukaan air dan stopwatch mulai dinyalakan. Botol dibiarkan terbawa arus sampai jarak 1 meter yang telah diukur tadi. Apabila botol telah terbawa arus sepanjang 1 meter maka stopwatch dimatikan dan dicatat hasilnya. Proses ini dilakukan di atas KJA. Perhitungan arus dilakukan menggunakan rumus :
t s
V = ... (9) Ket:
V = Kecepatan arus (m/s)
s = Jarak yang ditempuh Floating droudge dari saat menyentuh air sampai menegang (m)
21
3.7 Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diimplementasikan. Data dan informasi yang telah terkumpul ditabulasikan untuk selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus-rumus perhitungan data teknis yang kemudian hasilnya digunakan sebagai acuan pada analisis fungsi produksi model Cobb-Douglas dan analisis finansial.
3.7.1 Analisis Fungsi Produksi
Analisis fungsi produksi dilakukan dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi model Cobb-Douglas. Analisis fungsi produksi digunakan pada analisis fungsi produksi kerapu macan. Fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan untuk menduga hubungan antara produksi pembesaran kerapu dengan penggunaan faktor-faktor produksinya. Asumsi penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan ialah hasil dari analisa teknis. A Model pendugaan dari persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut :
Y = aX1b1X2b2X3b3X4b4X5b5 X6b6... (10) Model pendugaan tersebut didasarkan pada kegiatan budidaya selama satu siklus produksi (9 bulan). Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan diatas, maka persamaan tersebut diubah ke dalam bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut menjadi :
LnY = ln a + b1lnX1 + b2lnX2 + b3lnX3 + b4lnX4+ b5lnX5……..………….……..(11) Dimana :
Y = Produksi kerapu (ekor/m2) X1 = Luas KJA (m2)
X2 = Benih Kerapu (ekor/m2)
X3 = Pakan Rucah (Kg)
X4 = Tenaga Kerja Operasional (Jam Kerja)
X5 = Tenaga Kerja Pemeliharaan (Jam Kerja)
Ketepatan model yang digunakan sebagai alat analisis diuji dengan menggunakan uji statistik sebagai berikut :
1) Uji statistik t, digunakan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing faktor produksi (Xi) sebagai variabel bebas mempengaruhi produksi
22 (Y) sebagai variabel tidak bebas. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut :
H0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh) H1 : bi ≠ 0 (ada pengaruh) t hitung = (bi – 0)/Sbi
Keterangan : Sbi = standard error dari b bi = koefisien regresi • Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima, artinya X1 tidak berpengaruh
nyata terhadap Y.
• Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak, artinya X1 berpengaruh nyata
terhadap Y.
2) Uji statistik f, digunakan untuk mengetahui faktor produksi (X1)
secara bersama mempengaruhi output (Y). Hipotesis yang diuji adalah : H0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh)
H1 : bi ≠ 0 (ada pengaruh)
F hitung = ⁄ ……..……… ……….………...(12) Keterangan :
JKR = Jumlah Kuadrat Regresi JKD = Jumlah Kuadrat Residual n = Jumlah Sampel
k = Jumlah Variabel
• Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, artinya faktor produksi
secara simultan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.
• Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak, artinya faktor produksi secara
simultan berpengaruh nyata terhadap produksi.
Pada analisis fungsi produksi, selain digunakan analisis kriteria statistik juga dilakukan analisis kriteria ekonometrik untuk menguji ketepatan model yang digunakan. Analisis kriteria ekonometrik dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi memenuhi asumsi normalitas, multikolinearitas, homoskedastisitas, dan autokorelasi.
Menurut Santoso (2000), normalitas adalah suatu kondisi dalam model regresi dimana nilai Y (variabel dependent) didistribusikan secara
23 normal terhadap nilai X (variabel independent). Suatu model regresi yang baik harus memenuhi asumsi normalitas ini.
Menurut Santoso (2000), multikolinearitas adalah problem dalam suatu model regresi yang diakibatkan adanya korelasi antar variabel independent.
Beberapa cara untuk mengatasi problem multikolinearitas diantaranya dengan menambah jumlah sampel dan mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi tinggi.
Homoskedastisitas adalah asumsi dalam model regresi dimana variasi disekitar garis regresi seharusnya konstan untuk setiap nilai X (Santoso, 2000). Bila asumsi ini tidak terpenuhi berarti model regresi mengalami problem heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas adalah masalah yang terjadi pada model regresi apabila terjadi asumsi variance error term konstan untuk setiap nilai pada variabel penjelas dilanggar. Masalah heteroskedastisitas ini sering terjadi pada data cross-section. Cara mengatasi masalah heteroskedastisitas ini diantarnya adalah dengan :
a) Menggunakan Weight Least Square Regression (nilai variabel dibagi dengan nilai variabel yang dianggap menyebabkan heteroskedastisitas).
b) Menggunakan fungsi log untuk variabel penjelas yang mengakibatkan heteroskedastisitas.
Autokorelasi adalah masalah dalam model regresi linear karena adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi ini biasanya terjadi pada model regresi yang menggunakan data time series atau berdasarkan waktu berkala (Santoso, 2000).
Analisis Return to Scale (RTS) sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan usaha yang sedang diteliti tersebut berada dalam kondisi increasing, constant, atau decreasing return to scale. Analisis RTS ini dilakukan dengan menjumlahkan besaran elastisitas (bi). Berdasarkan persamaan 1 maka :
24 a. Jika b1 + b2 + b3 + b4 < 1, maka usaha berada dalam keadaan decreasing return to scale. Artinya apabila faktor produksi yang digunakan ditambahkan maka besarnya penambahan output akan lebih kecil dari proporsi penambahan input.
b. Jika b1 + b2 + b3 + b4 = 1, maka usaha berada dalam keadaan constant return to scale, dimana penambahan proporsi input yang digunakan akan sama dengan penambahan proporsi output yang dihasilkan. c. Jika b1 + b2 + b3 + b4 > 1, maka usaha berada dalam keadaan increasing return to scale, dimana proporsi penambahan output yang dihasilkan akan lebih besar dari penambahan proporsi input.
Tingkat alokasi input yang optimal dapat diketahui melalui analisis dari fungsi keuntungan, yaitu :
Π = TR – TC atau Π = PyY – PxiXi ... (14) Keuntungan maksimum pada usaha pembesaran kerapu dapat tercapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan usaha terhadap faktor produksi sama dengan nol, yaitu :
Π = PyY – PxiXi = 0 Py (dy/dxi) = Pxi PyPMxi = Pxi NPMxi = Pxi = 1... (15) 3.7.2 Analisis Finansial
Analisis finansial adalah analisis yang dilakukan terhadap suatu proyek, dimana proyek dilihat dari sudut badan atau orang yang menanamkan uangnya dalam proyek maupun yang memiliki kepentingan terhadap jalannya proyek. Analisis finansial digunakan untuk menganalisis kegiatan budidaya kerapu macan dan kerapu bebek. Analisis finansial ini penting untuk memperhitungkan insentif bagi badan maupun orang-orang yang terlibat di dalam proyek.
25
i=0
3.7.2.1 Analisis Usaha
Analisis usaha merupakan bagian dari analisis finansial yang digunakan untuk menghitung besarnya keutungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha dalam waktu satu tahun. Asumsi penghitungan analisa usaha diperoleh dari analisa teknis. Analisis usaha ini terdiri dari analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), analisis payback period (PP), dan analisis break even point (BEP).
a. Analisis Pendapatan Usaha
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output yang terlibat di dalam usaha dan besar keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha. Secara matematis konsep pendapatan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Π = Y.Py – ∑n Xi . Pxi ... (16)
Dimana :
Π = Pendapatan (Rp per musim) Y = Total Produksi (Kg per musim) Xi = Jumlah input i yang digunakan (unit)
Py = Harga persatuan output (Rp)
Pyi = Harga persatuan input (Rp)
Py.Y = Penerimaan total (Rp)
Px.ΣXi = Biaya Total (Rp)
b. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C)
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan.
Secara matematis analisis imbangan penerimaan dan biaya dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1995)
R/C = ... (17) Dimana :
26 TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp) Dengan kriteria usaha
R/C > 1, usaha menguntungkan R/C = 1, usaha impas
R/C = 1, usaha rugi
c. Payback period (PP)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menutupi investasi yang ditanamkan pada suatu usaha (Husnan, 1998). Metode payback period secara sistematis dinyatakan dalam rumus berikut:
Payback Period = X 1 tahun ……….(18) d. Analisis Break Event Point (BEP)
Break Event Point merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan output produksi sama dengan biaya produksi. Pada kondisi Break Event Point ini pengusaha mengalami impas. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan agar suatu perusahaan tidak rugi (Husnan, 1998). Selain itu BEP dapat dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan sebagai pedoman dalam mengendalikan operasi yang sedang berjalan. BEP dapat dihitung dengan persamaan matematis seperti ini:
BEP (Nilai Produksi) = / …………..(19)
BEP (Volume Produksi) = ………..(20)
Dimana:
TFC = Biaya tetap total (Rp)
AVC = Biaya variabel rata-rata (Rp) Py = Harga komoditas (Rp/kg)
3.7.2.2 Analisis Kriteria Investasi
Analisis kriteria investasi penting dilakukan untuk mengetahui besar manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Indikator yang biasa digunakan untuk analisis kriteria investasi diantaranya adalah :
27 a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan didapatkan pada masa yang akan datang. NPV ini pada dasarnya merupakan kombinasi pengertian present value penerimaan dan present value pengeluaran (Husnan, 1998). Secara matematis NPV dinyatakan dalam rumus berikut :
NPV = Σi=0nB C …...……...………... (21)
Dengan kriteria usaha sebagai berikut : - NPV < 0 , usaha tidak layak
- NPV = 0 , usaha tersebut memberikan hasil yang sama dengan modal yang digunakan (impas)
- NPV > 0 , usaha layak untuk dijalankan karena akan dapat menghasilkan keuntungan
Keterangan:
Bt = manfaat unit usaha pada tahun t (Rp)
Ct = Biaya usaha pada tahun ke t (Rp) i = Discount rate (%)
t = umur proyek (3 tahun)
b. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C adalah perbandingan antara jumlah nilai sekarang dari keuntungan bersih pada tahun-tahun yang mana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih bernilai negatif (Kadariah et al, 1976). Secara matematis Net B/C dinyatakan dengan rumus :
Net B/C = ………...(22)
Syarat : Bt – Ct > 0 Ct – Bt < 0 Dengan kriteria usaha :
28 tidak layak
- Net B/C > 1, berarti usaha itu akan mendatangkan keuntungan, sehingga usaha ini dapat dilaksanakan.
Keterangan :
Bt = Benefit sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp) Ct = Biaya sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp)
t = Umur Proyek (3 tahun) i = Discount rate (%)
c. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV pada proyek sama dengan nol (Kadariah et al, 1976). Secara matematis IRR dinyatakan dengan rumus:
IRR = i + ….…………...………….. (23)
IRR ≥ i (discount rate), berarti usaha dapat dilaksanakan
IRR < i (discount rate), berarti usaha lebih baik tidak dilaksanakan Keterangan :
i’ = discount rate yang menghasilkan NPV+ (%) i” = discount rate yang menghasilkan NPV- (%) NPV’ = NPV pada tingkat bunga i’(Rp)
NPV” = NPV pada tingkat bunga i”(Rp)
3.7.3 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah suatu unsur kemudian menentukan pengaruh dari perubahan tersebut pada hasil analisis, unsur yang digunakan pada analisis sensitivitas usaha pembesaran ikan kerapu ini adalah unsur pakan. Pakan merupakan faktor produksi yang utama, sehingga perubahannya akan sangat berpengaruh pada kelangsungan usaha. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kenaikan harga pakan tertinggi selama 5 tahun terakhir.
29
3.8 Batasan dan Pengukuran
a) Variabel yang dijelaskan (output) dalam analisis fungsi produksi dalam penelitian ini adalah kerapu macan dengan size 100-200 gram, 200-300 gram, 300-400 gram, 400-500 gram, dan up 500 gram.
b) Variabel yang menjelaskan (input) dalam analisis fungsi produksi dalam penelitian ini terdiri atas jumlah benih (ekor), pakan rucah (Kg), t e n a g a k e r j a o p e r a s i o n a l ( J a m k e r j a ) , tenaga kerja pemeliharaan (Jam kerja), obat-obatan (ml) dan BBM (l). Variabel input ini dihitung per m2. c) Umur proyek dalam penelitian ini ditetapkan selama 3 tahun dan
merupakan umur teknis terlama dari komponen investasi yaitu jaring yang digunakan.
d) Optimalisasi dengan menggunakan metode Cobb-Douglas dan kelayakan usaha dengan analisis kelayakan finansial.
e) Analisis sensitivitas dengan menaikan harga pakan sebesar kenaikan harga pakan tertinggi selama 5 tahun terakhir.