• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II METODE PENELITIAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan pengambilan data penelitian Penyusunan Tabel Volume Lokal Tegakan Hutan Alam pada Areal IUPHHK PT. Trisetia Intiga di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah pada bulan November-Januari 2009, sedangkan kegiatan pengolahan data dilakukan di Laboratorium SIG dan Remote Sensing Fakultas Kehutanan IPB pada bulan Januari-Februari 2009.

2.2. Data dan Alat

2.2.1 Data yang digunakan selama penelitian terdiri dari: a. Pohon contoh untuk kelompok jenis meranti

Suku meranti-merantian atau Dipterocarpaceae merupakan sekelompok tumbuhan pantropis yang anggota-anggotanya banyak dimanfaatkan dalam bidang perkayuan. Suku ini praktis semuanya berupa pohon, yang biasanya sangat besar, dengan ketinggian dapat mencapai 70-85m. Hutan Kalimantan merupakan satu pusat keragaman suku ini. Sesuai surat keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No.163/KPTS-II/2003 tentang pengelompokan jenis kayu, beberapa jenis anggota meranti-merantian antara lain: keruing (Dipterocarpus elongatus), mersawa (D. crinitus), bangkirai (Shorea laevis), meranti putih/melapi (S. virescens), meranti kuning (S. macroptera), meranti merah (S. parvifolia), meranti batu (Hopea mengarawan)

b. Pohon contoh untuk kelompok jenis non-meranti

Adapun kelompok jenis non-meranti yaitu termasuk dalam kayu rimba campuran, kayu eboni dan kayu indah. Adapun diantaranya yang termasuk dalam kelompok kayu rimba campuran adalah benuang, jabon, bintangur, keranji, ketapang, kempas, dll. kelompok jenis kayu eboni adalah eboni bergaris, eboni hitam, eboni. Kelompok jenis kayu indah diantaranya adalah ulin, bungur dan rengas.

(2)

2.2.2 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Alat Ukur Lapangan

Alat –alat ukur lapangan yang digunakan selama penelitian ini adalah peta lokasi penelitian, GPS, alat ukur tinggi dijital Haglof, Clinometer, Phi-band, tallysheet, alat ukur jarak dijital Sonin dan Kamera dijital

(a) (b)

(c)

Gambar 1 (a).Sonin, alat ukur jarak dijital (b). Haglof ,alat ukur tinggi dijital (c). GPS Trimble Juno ST.

b. Software

Perangkat lunak utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Minitab14.

(3)

c. Hardware

Perangkat keras atau hardware yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat computer.

2.3 Metode Penelitian

2.3.1 Penentuan Jumlah dan Pemilihan Pohon Contoh.

Untuk menyusun model penduga volume pohon diperlukan sejumlah pohon contoh dari jenis meranti dan non-meranti. Agar mewakili kelas diameter, maka pohon-pohon contoh dipilih sedemikian rupa sehingga setiap kelas diameter terwakili. Data pohon contoh tersebut dibagi menjadi 2 bagian yaitu data untuk tahap penyusunan model dan data untuk validasi model.

Penentuan sampel merupakan kegiatan untuk menentukan pohon-pohon yang dijadikan contoh untuk penyusunan tabel volume. Bustomi, et al. (1998) menyatakan bahwa untuk penyusunan tabel volume diperlukan jumlah pohon contoh yang dikumpulkan dari satu lokasi penelitian minimal 50 pohon contoh. Banyaknya sampel pohon rebah untuk kelompok jenis meranti sebanyak 138 pohon, dimana 89 pohon digunakan untuk menyusun model regresi dan 41 pohon digunakan untuk tujuan uji validasi,sedangkan untuk jenis non-meranti sebanyak 51 pohon contoh digunakan untuk menyusun model regresi dan 36 pohon contoh untuk uji validasi dari model volume terpilih dimana sampel pohon berasal dari lokasi yang sama. Diameter pohon contoh, baik untuk penyusunan model maupun untuk uji validasi model harus tersebar pada setiap kelas diameter. Adapun syarat-syarat pohon yang diambil sebagai sampel antara lain: lurus, tidak menggarpu, bebas dari serangan hama penyakit, batang tidak pecah, setelah tebang.

Pemilihan pohon contoh dilakukan secara purposive sampling dengan memperhatikan penyebaran tegakan dalam kelas diameternya.

2.3.2 Pengukuran dan Pengumpulan Data

a. Memilih pohon-pohon contoh yang memenuhi kriteria sebagaimana diuraikan di atas.

(4)

b. Mengukur diameter setinggi dada (dbh) pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah, atau 20 cm di atas banir untuk tinggi banir lebih dari 1 m. c. Menghitung volume batang rebah dengan cara mengukur peubah-peubah

volume yaitu diameter dan tinggi atau panjang batang. Pekerjaan yang dilakukan adalah:

1) Mengukur panjang batang mulai dari potongan bawah sampai batang bebas cabang. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita ukur. 2) Mengukur diameter setiap seksi dengan panjang 2 meter. Untuk seksi

terakhir panjang seksi sama dengan atau di bawah 2 meter. Pengukuran dilakukan dengan metode Smallian yaitu diameter diukur pada pangkal dan ujung seksi. Letak diameter pangkal seksi pertama adalah 30 cm di atas banir. Pengukuran dilakukan dengan melingkarkan pita diameter pada batang. 

2.3.3 Penentuan Volume Pohon Contoh

Volume pohon dihitung dengan mencari volume semua seksi pohon pada pohon rebah, kemudian semua volume seksi dijumlahkan. Pendugaan volume dapat secara langsung menggunakan peubah-peubah yang dapat diamati dan diukur langsung dilapangan. Peubah-peubah yang digunakan diantaranya adalah :

a. Tinggi bebas cabang (Tbc);

b. Diameter setinggi dada (Dbh);

Penentuan volume dilakukan berdasarkan panjang dan diameter seksi.. Rumus yang digunakan adalah :

Rumus Smallian : V = L x ( Gb + Gu ) / 2 di mana :

V = Volume seksi ( m3) L = Panjang seksi (m )

Gb = Luas penampang lintang potongan bawah (m2)

Gu= Luas penampang lintang potongan atas (m2)

Volume pohon per seksi diketahui dari perhitungan dengan menggunakan rumus Smalian. Volume pohon aktual merupakan jumlah dari volume semua seksi dari satu pohon sampel, atau :

(5)

di mana :

Va = volume aktual pohon (m3)

Vi = volume seksi ke-I dari satu pohon (m3) 2.3.4 Analisis Data

a. Analisa Hubungan Tinggi dengan Diameter

Asumsi dasar yang mendasari penyusunan model penduga volume batang adalah terdapatnya hubungan yang erat antara diameter dan tinggi.

∑ xiyi‐ ∑n xi i 1 ∑ni 1yi ⁄n n i 1 ∑n xi2 i 1 ‐ ∑ 2/ ∑⁄ i 1n yi2‐ ∑ni 1yi 2/ atau dimana: x : Tinggi pohon y : Diameter pohon n : Jumlah pohon covxy : ∑ ∑ ∑ ⁄ ⁄ varx : ∑ ∑ ⁄ ⁄ vary : ∑ ∑ ⁄ ⁄

Hubungan linier sempurna antara nilai y dan x dalam contoh apabila nilai r = +1 atau -1. Bila r mendekati +1 atau -1, hubungan antara kedua peubah itu kuat dan berarti terdapat korelasi yang antara keduanya (Walpole,1993).

Tingkat ketelitian hubungan tinggi pohon dengan diameter ditunjukan oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi sebesar 0,50

merupakan batas minimal yang digunakan dalam menyusun tabel volume yang dianggap cukup seksama. Nilai R2= 50% atau nilai r = 0,7071 mempunyai pengertian bahwa kurang lebih 50% variasi peubah tidak bebas Y (tinggi

(6)

pohon) dapat diterangkan oleh adanya variasi peubah bebas X (diameter setinggi dada).

Suatu uji untuk menyatakan kapan nilai r berada cukup jauh dari nilai ρ adalah melalui pengujian koefisien korelasi dengan uji Z-Fisher (Walpole, 1993).

Dalam uji Z-Fisher ini, dilakukan transformasi nilai-nilai r dan ρ kedalam Z-Fisher.

Dalam penyusunan tabel volume lokal, Sutarahardja (1982) mensyaratkan bahwa nilai ρ harus lebih besar dari 0,7 atau ρ > 0,7 yang berarti pada nilai ρ > 0,7 maka hubungan antara tinggi pohon dengan diameter pohon dianggap cukup kuat, dimana jika ρ > 0,0701 artinya ρ2 adalah > 50 %. Hubungan yang

kuat dengan ρ2 > 50 % tersebut berarti akan menjamin bahwa sekurang-kurangnya 50 % keragaman volume pohon yang disebabkan oleh keragaman tinggi pohon dapat dicakup oleh pengaruh keragaman diameter pohon.

Hipotesa yang digunakan adalah: Ho : ρ = 0,7071 Hi : ρ > 0,7071 Kriteria uji : Zhit = (Zr-Zp) / αzr dimana : Z 0,5 ln1 1 Zρ 0,5 ln 1 1 1⁄ 3

Jika Zhitung > Z tabel maka tolak Ho, ini berarti antara peubah tidak bebas (Y)

dengan peubah bebas (X) memenuhi persyaratan yang diberikan yaitu mempunyai ρ > 0,7071 pada tingkat nyata tertentu, sehingga asumsi yang dimaksud tidak dapat diterima.

b. Penyusunan Persamaan Volume Pohon

Beberapa model persamaan regresi yang akan dipergunakan dalam penyusunan tabel volume ini adalah sebagai berikut:

1. V = aDb (Model Berkhout)

2. V = a + b D2 (Model Kopezky- Gehrhardt) 3. V = a + b D+ c D2 (Model Horenadl-Krenn) 4. V = a Db 10 c D

(7)

dimana:

V : Volume total pohon (m3) D : Diameter setinggi dada (cm) H : Tinggi Pohon (m)

a,b,c : Konstanta c. Pemilihan Model Terbaik

a) Untuk dapat menghasilkan persamaan-persamaan regresi yang dimaksud, maka perlu dihitung nilai-nilai dari koefisien-koefisien regresinya (Sutarahardja, Sumarna dan Witjaksono, 1991).

1. Menghitung koefisien regresi pada penyusunan tabel volume pohon lokal.:

Sebagai contoh untuk model regresi linier sederhana sebagai berikut :

i i X i

Y01 +ε ,dengan penduga modelnya adalah i e i x b b i

y = 0+ 1 + . Besarnya nilai koefisien regresi b1 sebagai

penduga dari β dan besarnya nilai konstanta 1 b0 (intersept) sebagai

penduga dari β dapat dihitung dari nilai-nilai data pohon contoh. 0

JKx JHKxy = 1

β

dan x y 1 0 β β = − dimana :

y = volume pohon dalam m3 x = diameter pohon dalam cm.

2. Koefisien korelasi ( r ) antara volume pohon dengan diameter pohon dapat dihitung dengan rumus (1) tersebut diatas atau dengan rumus :

(

)

JKy JHKxy b

r=

3. Menghitung koefisien regresi pada penyusunan tabel volume pohon standar.

(8)

i i X i X i

Y01 12 2 +ε , dengan penduga modelnya i e i x b i x b b i

y = 0+ 1 1 + 2 2 + . Besarnya nilai-nilai penduga

koefisien-koefisien regresi (b1 b, 2) serta intersept b0 dapat dihitung berdasar

data pohon contoh yang diambil.

2 ) 2 1 ( ) 2 )( 1 ( ) 2 )( 2 1 ( ) 1 )( 2 ( 1 x JHKx JKx JKx y JHKx x JHKx y JHKx JKx b − − =

(

)(

) (

)(

)

(

)(

) (

)

2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 x JHKx JKx JKx y JHKx x JHKx y JHKx JKx b − − = dimana :

( )

n n i i x n i i x JKx 2 11 1 2 1 1 ∑ = − ∑ = =

( )

n n i i x n i i x JKx 2 12 1 2 2 2 ∑ = − ∑ = =

( )( )

n n i x n i x n i x x x JKx ∑ = ∑ = − ∑ = = 11 12 11 2 2 1

( )( )

n n i y n i x n i y x y JKx ∑ = ∑ = − ∑ = = 11 1 11 1

( )( )

n n i y n i x n i y x y JKx ∑ = ∑ = − ∑ = = 1 2 1 12 2 2 2 1 1 0 y b x b x b = − −

Koefisien determinasi ( R2) dari model regresi tersebut dapat dihitung :

(9)

total JK

regresi JK

R2=

Koefisien korelasi berganda (R) dapat diperoleh dari akar koefisien determinasi tersebut diatas.

y JHKx b y JHKx b regresi JK = 1 1 + 2 2

( )

n n i i y n i i y JKy total JK 2 1 1 2 ∑= ∑ = = =

b) Perhitungan simpangan baku (s)

Nilai simpangan baku (s) ditentukan dengan rumus (Draper dan Smith), 1992):

dimana:

S2 = kuadrat tengah sisaan, ei = sisaan ke-i.

Perhitungan simpangan baku menunjukkan bahwa semakin kecil nilainya semakin baik, artinya dugaannya semakin teliti.

c) Perhitungan Nilai PRESS (Predicted Residual Sum of Square).

Setelah beberapa persamaan yang memenuhi syarat ditetapkan, akan sangat baik kalau dilakukan uji validasi untuk memilih persamaan terbaik pada setiap keadaan. Uji validasi ini dapat menggunakan nilai PRESS dari masing-masing persamaan yang dibuat (Draper dan Smith, 1992). Adapun langkah-langkah sebagai berikut:

1) Amatan pertama pada peubah respons maupun peubah peramalannya dihilangkannya.

(10)

3) Menggunakan setiap persamaan regresi yang diperoleh untuk meramalkan Yi oleh Yip (misalnya), sehingga diperoleh simpangan ramalannya untuk semua kemungkinan model regresinya.

4) Mengulangi ketiga langkah diatas namun dengan menghilangkan amatan kedua, ketiga sampai amatan ke-n.

5) Untuk setiap model regresi dihitung jumlah kuadrat simpangan ramalannya.

PRESS

dimana :

= nilai Y pada amatan ke –I,

= nilai dugaan persamaan regresi tanpa mengikutsertakan amatan ke-i.

Perhitungan nilai PRESS berdasarkan rumus diatas cukup rumit dikerjakan,sehingga Weisberg (1985) dalam Kuncahyo (1991) merumuskan nilai PRESS sebagai berikut:

PRESS dimana:

, = nilai sisaan ke-I,

= nilai baris dan lajur ke-I dari hat matrik.

Persamaan terbaik adalah persamaan yang memiliki nilai PRESS yang paling kecil.

d) Analisis Sisaan.

1) Uji visual kenormalan.

Kenormalan sisaan dapat dilihat dengan menampilkan plot hubungan sisaan denganprobability normalnya. Nilai sisaan dinyatakan normal apabila antara nilai sisaan dan probability normalnya membentuk pola garis lurus atau mendekati garis lurus.

(11)

Sifat aditif dapat dilihat dengan menampilkan plot tebaran nilai sisaan dengan nilai dugaan. Asumsi keaditifan model terpenuhi bila tebaran yang dihasilkan tidak membentuk pola (null plot) atau berbentuk acak disekitar nilai sisaan nol (menyerupai pipa horison).

3) Keberartian Persamaan Regresi.

Untuk mengetahui apakah ada hubungan regresi yang nyata antara peubah bebas dengan peubah tak bebasnya dilakukan uji signifikansi F-test yakni dengan cara membandingkan nilai F hitung denga nilai F tabel. Nilai F hit dapat ditentukan dari daftar analisis ragam .

Hipotesis yang digunakan : Ho : βi = 0

Hi : sekurang-kurangnya ada βi ≠0 : I = 1,2,3,..

Kriteria pengujian Fhitung=KTR/KTS. Apabila Fhitung> Ftabel pada taraf nyata 5% dan taraf nyata 1%, maka Ho ditolak, artinya sedikitnya ada satu peubah yang mempengaruhi peubah tak bebas sehingga persamaan regresi yang diuji dapat diterima.

4) Uji pencilan.

Pengamatan pencilan adalah pengamatan yang tidak mengikuti pola dominan pengamatan lainnya. Pengamatan pencilan ini dapat ditentukan dengan menghitung nilai Tresid (ti) dan membandingkannya dengan Table Critical for Studentized Residual (dengan memasukkan nilai pengamatan ke-i yang dicurigai) dan Jacknife Residual ( tanpa memasukkan pengamatan ke – i yang dicurigai). Dengan kaidah jika Tresid > Ttabel maka pengamatan tersebut merupakan pencilan, sedangkan jika T resid ≤ T tabel maka pengamatan tersebut bukan pencilan.

e) Analisa keragaman.

Terhadap persamaan-persamaan regresi tersebut dilakukan pengujian dengan menggunakan analisa keragaman (analysis of variance) untuk melihat signifikasi atau adanya ketergantungan peubah-peubah yang menyusun regresi tersebut.

(12)

Tabel 1 Analisa keragaman pengujian regresi

dimana:

p = banyaknya konstanta (koefisien regresi dan intersept) dan n = sama dengan banyaknya pohon contoh yang digunakan dalam penyusunan regresi tersebut.

Dalam analisa tersebut hipotesa yang diuji adalah : 1) Pada regresi linier sederhana :

H : β 0 lawan H : β 0 2) Pada regresi linier berganda :

H : β 0 dimana i 1,2 H1: Sekurang-kurangnya ada βi≠0

Jika H1 yang diterima, maka regresi tersebut nyata, artinya ada

keterkaitan antara peubah bebas (diameter pohon dan atau tinggi pohon) dengan peubah tidak bebasnya (volume pohon). Dengan kata lain bahwa setiap ada perubahan pada peubah bebasnya akan terjadi perubahan pada peubah tidak bebasnya. Jika H0 yang diterima, maka regresi tersebut tidak

nyata, artinya persamaan regresi tidak dapat untuk menduga volume pohon berdasarkan peubah bebasnya.

d. Validasi Model Terpilih.

Hasil persamaan-persamaan regresi yang telah diuji, baik pada penyusunan regresi untuk tarif volume pohon, maupun pada penyusunan untuk tabel volume pohon standar, perlu dilakukan uji validasi dengan menggunakan pohon contoh yang telah dialokasikan sebelumnya khusus untuk pengujian validasi model. Data pohon contoh tersebut tidak digunakan dalam penyusunan model-model tabel volume diatas. Uji validasi model dapat dengan melihat pada nilai-nilai simpangan agregasinya (agregative deviation), simpangan rata-rata (mean deviation), RMSE (root mean square error), biasnya serta uji beda

Sumber

keragaman Derajat bebas Kuadrat (JK) Jumlah Kuadrat Tengah (KT) F-hitung

Regresi Sisaan Dbr = p-1 Dbs=n-p JKR=b. JHKxy JKS=JKT-JKR KTR=JKR/Dbr KTS=JKS/Dbs KTR/ KTS Total n-1 JKT=JKy

(13)

nyata antara volume yang diduga dengan tabel terhadap volume nyatanya. Uji beda nyata bisa dilakukan dengan cara uji Khi-kuadrat.

Nilai-nilai pengujian validasi model tersebut dapat dihitung dengan rumus-rumus sebagai berikut :

1) Ketelitian

Ketelitian berkaitan denga adanya pengulangan dan menggambarkan sejauh mana kedekatan nilai-nilai pengukuran terhadap nilai rata-ratanya (Van Laar dan Akca dalam Muhdin, 1997). Ketelitian ditunjukan oleh besarnya nilai simpangan baku dari kesalahan dugaan volume(s), yang dinyatakan dengan persamaan:

∑ ⁄ ∑ ⁄

1 100%

dimana:

s : Simpangan baku

Vai : Volume aktual pohon ke-I yang diperoleh dengan cara

penjumlahan volume per seksi

Vi : Volume dugaan pohon ke-I yang diperoleh dengan

menggunakan persamaan volume tertentu n : Jumlah pohon contoh

Nilai simpangan yang lebih kecil menunjukan bahwa model penduga volume itu memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi.

2) Simpangan agregat (agregative deviation)

Simpangan agregat merupakan selisih antara jumlah volume aktual (Va) dan volume dugaan (Vt) yang diperoleh berdasarkan dari tabel volume pohon, sebagai persentase terhadap volume dugaan (Vt). Persamaan yang baik memiliki nilai simpangan agregat (SA) yang berkisar dari -1 sampai +1 (Spurr 1952). Nilai SA dapat dihitung dengan rumus :

⎟⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ∑ = ∑ = − ∑ = = n i Vti n i Vai n i Vti SA 1 1 1

(14)

3) Simpangan rata-rata (mean deviation)

Simpangan rata-rata merupakan rata-rata jumlah dari nilai mutlak selisih antara jumlah volume dugaan (Vt) dan volume aktual (Va), proporsional terhadap jumlah volume dugaan (Vt). Nilai simpangan rata-rata yang baik adalah tidak lebih dari 10 % (Spurr, 1952). Simpangan rata-rata dapat dihitung dengan rumus (Bustomi, dkk. 1998) :

% 100 1 x n n i Vti Vai Vti SR ⎪ ⎪ ⎭ ⎪ ⎪ ⎬ ⎫ ⎪ ⎪ ⎩ ⎪ ⎪ ⎨ ⎧ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ∑ = − = 4) Ketepatan

Ketepatan ialah kombinasi antara bias denga ketelitian di dalam menggambarkan jauh dekatnya nilai-nilai hasil pengamatan terhadap nilai yang sebenarnya (Van Laar dan Akca dalam muhdin, 1997). Ketepatan model ditunjukan oleh nilai root mean square error (RMSE) yang dihitung dengan rumus:

∑ ⁄

100%

dimana:

RMSE : Simpangan baku

Vai : Volume aktual pohon ke-I yang diperoleh dengan cara

penjumlahan volume per seksi

Vi : Volume dugaan pohon ke-I yang diperoleh dengan menggunakan persamaan volume tertentu

n : Jumlah pohon contoh

Nilai RMSE yang lebih kecil menunjukan bahwa model penduga volume itu lebih akurat dalam menduga volume.

5) Bias

Bias (e) adalah kesalahan sistematis yang dapat terjadi karena kesalahan dalam pengukuran, kesalahan teknis pengukuran maupun kesalahan karena alat ukur. Bias dapat dihitung dengan rumus :

(15)

% 100 1 x n i n Vai Vai Vti e ∑ = ⎪ ⎪ ⎭ ⎪⎪ ⎬ ⎫ ⎪ ⎪ ⎩ ⎪⎪ ⎨ ⎧ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − =

6) Uji beda rata-rata Khi-kuadrat (Khi-square test).

Pengujian validasi model persamaan penduga volume pohon, dapat pula dilakukan dengan menggunakan uji X2 (Khi-kuadrat), yaitu alat untuk menguji apakah volume yang diduga dengan tabel volume pohon (Vt) berbeda dengan volume pohon aktualnya (Va). Dalam hal ini hipotesa yang diuji adalah sebagai berikut :

H0 : Vt = Va dan H1 : Vt ≠ Va

Kriterium ujinya adalah :

Kaidah keputusannya adalah sebagai berikut : , , maka terima , , maka terima

Jadi model persamaan regresi untuk penyusunan tabel volume pohon yang baik berdasar pengujian validasi tersebut diatas, adalah apabila :

a) Simpangan agregasi berada diantara -1 sampai + 1 (Spurr, 1952) b) Simpangan rata-rata tidak lebih dari 10 % (Spurr, 1952).

c) Nilai RMSE dan Bias relatif kecil

d) Apabila hasil uji beda antara nilai rata-rata yang diduga dengan tabel volume dengan nilai rata-rata nyata (actual), tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (H0 diterima).

(16)

Gambar

Gambar 1  (a).Sonin, alat ukur jarak dijital (b). Haglof ,alat ukur tinggi dijital        (c)

Referensi

Dokumen terkait

data penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan prinsip kerja sama yang dilakukan siswa dalam percakapan di kelas dapat berupa tindak tutur yang mematuhi maksim

#aun berbentuk lanset, bundar memanjang, ujung tajam, berambut sangat halus atau kadang!kadang tidak berambut, bagian tepi ber+arna putih  bening, +arna permukaan daun bagian

Selain itu juga terdapat kearsipan yang merupakan suatu kegiatan yang diperlukan oleh setiap perusahaan agar dokumen-dokumen yang ada dapat tersusun dengan rapi sehingga

Beliau juga memerintahkan (kita semua) untuk menerapkannya, dimana beliau bersabda, "Dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik." (Riwayat Tirmidzi,

Usia Fakultas pertanian yang masih muda tidak menjadi kendala dalam mencapai rencana-rencana catur darma melainkan dapat menjadi motivasi dosen- dosen yang berada di

Sesuai dengan judul yang ingin penulis kaji, maka yang menjadi objek penelitian ini adalah kompetensi sumber daya manusia, pengendalian akuntansi, dan kualitas

Gambar 4.4 Grafik yang hubungan antar formula masker wajah gel peel-off ekstrak air kering buah apel (Malus domestica L.) terhadap nilai viskositas .... Grafik yang

Untuk mengetahui tinggi bahan isian yang harus digunakan untuk menghasilkan produk  Untuk mengetahui tinggi bahan isian yang harus digunakan untuk menghasilkan produk  dengan