• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 VERIFIKASI DAN VALIDASI MODEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 VERIFIKASI DAN VALIDASI MODEL"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4

VERIFIKASI DAN VALIDASI MODEL

1.1 Verifikasi Model

Verifikasi model diperlukan untuk mengetahui apakah model telah dikodekan dengan benar dan konsisten. Berbeda dengan validasi, tes ini tidak memerlukan perbandingan antara model dan sistem nyata. Verifikasi ditujukan untuk menjawab pertanyaan apakah model telah dibuat dengan transisi yang benar dari konsep ke spesifikasi . Verifkasi model digunakan untuk memastikan apakah model yang dibuat sudah berjalan sesuai dengan perspesi modeler. Suatu model dapat dikatakan ”verified” ketika model tersebut dapat dijalankan secara independent oleh kelompok yang berbeda pada komputer yang berbeda untuk mengetahui apakah hasil dari simulasi model sesuai dengan hasil yang diperoleh. Tujuan dari tes verifikasi ini adalah untuk mengetahui apakah model simulasi komputer ” berjalan sebagaimana yang diinginkan” (house dan Mcleod, 1997 p.66). Greenberger et al.,(1976 p.70) menjelaskan verifikasi sebagai test ” apakah model telah disintesis persis sebagaimana yang diharapkan”. Tiga jenis tes akan dijelaskan: (i) pengkodean model (ii) dimensi analisis, dan (iii) pemeriksaan kesalahan numerik.

4.1.1 Pengujian Pengkodean Model

Tujuan dari pengujian pengkodeaan model adalah untuk membuat model mudah untuk dimengerti oleh siapapun baik ketika membuat model atau pengembangan model. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengambil satu bagian dari model yang output nya diketahui berasal dari input yang telah diketahui. Dalam hal ini, penulis mengambil bagian dari model kebutuhan obat ARV . Laju infeksi dan symptome HIV AIDS serta laju meninggal HIV AIDS adalah variabel model epidemi penyakit HIV AIDS merupakan input laju masuk populasi yang menggunakan ARV per tahun pada model kebutuhan obat ARV. Jika input tersebut dipisahkan dari model kebutuhan obat

(2)

ARV , maka terjadi link yang tidak berjalan, dengan demikian pengokodeaan dalam model ini sudah benar.

INPUT

?

#

# Total Populasi yangmenggunakan ARV

Laju masuk yang menggunakan ART per tahun Fraksi populasi yang menggunakan ARV laju meninggal dengan ARV per

tahun Laju LFU dan stop

dengan ARV per tahun

laju Populasi ARV yang meninggal per

tahun

Fraksi Populasi ARV yang LFU dan Stop

per tahun Populasi yang

menggunakan ARV

Laju Infeksi Symptome Rate

Laju kelahiran anak HIV Positip Laju infeksi IDU

symptome rate IDU

Laju infeksi dan symptome populasi

HIV AIDS Laju infeksi dan symptome populasi

HIV AIDS

Laju meninggal HIV

Positip tanpa AIDS Laju meninggal AIDS

Laju kematian anak

HIV Positip laju meninggal IDUHIV positip tanpa AIDS laju meninggal IDU

AIDS laju meninggal HIV

AIDS laju meninggal HIV

AIDS

Populasi yang menggunakan ARV

Gambar 4.1 Pengujian pengkodean model

4.1.2 Analisa Dimensi

Dalam analisa dimensi , penulis melakukan verifikasi dengan melihat apakah unit dimensi yang digunakan sudah sesuai dengan variabel yang diwakilinya, sebagai contoh untuk model penyakit HIV AIDS , dimensi laju infeksi ,symptome rate dan laju aids yang digunakan adalah (ppl/year) . Dalam model inventory , variabel pemberian obat di rumah sakit adalah botol/mo, untuk inventory di rumah sakit, gudang propinsi dan gudang pusat

(3)

adalah botol. Dimensi tersebut sesuai dengan dimensi variabel dari sistem yang sebenarnya.

4.1.3 Numerical Method Dependent Error

Pengujian dilakukan dengan menguji metode yang digunakan. Metode yang digunakan dalam simulasi ini adalah 3rd Order Runge Kuta (Fixed Step) .Simulasi dengan 2nd order Runge Kuta ( Fixed Step ) dan 4th order Runge Kuta (fixed step) tidak menghasilkan perubahan yang siginificant. Pengujian dengan timestep. Timestep yang digunakan adalah 30 (da). Dengan merubah timestep menjadi 45 (da) dan 60 (da) tidak menghasilkan perubahan yang significant. Hasil dari pengujian ini menunjukkan model telah robust.

4.1.4 Model Dependent Error

Kesalahan dalam formulasi model menyebabkan model sangat bergantung pada

integration method dan timestep. Dengan menguji perubahan integration method dan timestep, model tetap menunjukkan behaviour (struktur perilaku ) yang sama.

4.2 Validasi Model

Validasi model digunakan untuk menguji apakah output dari simulasi yang dihasilkan sudah sesuai dengan persepsi modeler atau sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau perilaku struktur dari sistem mempunyai karakteristik yang sama dengan keadaan nyata.

4.2.1 Direct Structure Test 4.2.1.1 Direct Extreme Condition

Direct Extreme Condition dilakukan dengan mengubah jumlah awal populasi

rentan pada model epidemi penyakit HIV AIDS menjadi 0. Hasil dari running powersim menunjukkan pertumbuhan populasi HIV/AIDS yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan model 8, tetapi struktur perilaku sistem tetap sama yaitu tumbuh secara exponensial.

(4)

TEST KONDISI EXTREME 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 Model 8 Extreme Condition

Grafik 4.1 Test kondisi extreme dengan jumlah awal populasi rentan = 0 pada model epidemi penyakit HIV/AIDS

Selanjutnya dilakukan juga pengujian dengan mengubah jumlah awal dari populasi HIV+ menjadi 0. Jika tidak ada orang yang terinfeksi HIV+ maka diharapakan stok populasi HIV+ tetap 0 sepanjang waktu, begitu juga dengan populasi AIDS.

Jan 01 Jan 01 Jan 01 Jan 01 Jan 01 Jan 01 Jan 01 Jan 01 Jan 01 Jan 01 1989199019911992199319941995199619971998199920002001200220032004200520062007 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 ppl P o p u la si H IV P o si ti p

Non-commercial use only!

Grafik 4.2 Tes kondisi extreme jumlah awal populasi HIV+ = 0 pada model epidemi penyakit HIV/AIDS

(5)

Jika jumlah kontak sexual beresiko berubah menjadi 0, maka populasi HIV+ akan tumbuh menurun dan mengalami penurunan menuju titik 0 , sedangkan populasi AIDS tumbuh diawal kemudian selanjutnya akan mengalami penurunan dan pada akhirnya tetap.

Test extreme Condition terhadap populasi HIV+ (jumlah kontak sexual beresiko menjadi 0)

Jan 01 Jul 01 Jan 01 Jul 01 Jan 01 Jul 01 Jan 01 Jul 01 Jan 01 Jul 01 Jan 01 Jul 01 Jan 01 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 0.5 1.0 1.5 2.0 ppl P op u la s i H IV P os iti p

Non-commercial use only!

Grafik 4.3 Tes kondisi extreme jumlah kontak sexual beresiko menjadi 0 terhadap populasi HIV+ pada model epidemi penyakit HIV/AIDS

Test extreme Condition terhadap populasi AIDS (jumlah kontak sexual beresiko menjadi 0)

Jan 01 Jul 01 Jan 01 Jul 01 Jan 01 Jul 01 Jan 01 Jul 01 Jan 01 Jul 01 Jan 01 Jul 01 Jan 01 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 0.00 0.05 0.10 0.15 ppl P op u la s i A ID S

Non-commercial use only!

Grafik 4.4 Test kondisi extreme jumlah kontak sexual beresiko menjadi 0 terhadap populasi AIDS pada model epidemi penyakit HIV/AIDS

1.2.1.2 Boundary Adequacy

Pengujian boundary adequacy dalam model ini dilakukan pada model epidemi penyakit HIV AIDS yaitu dengan mengubah jumlah awal populasi HIV+ yang merupakan faktor yang mempengaruhi model. Jika tidak ada populasi awal orang yang

(6)

HIV+ maka model tidak mengalami perubahan apapun, tetapi dengan adanya populasi awal orang yang HIV+ maka model mengalami perubahan yang significant.

4.2.1.3 Uji Konfirmasi Dan Parameter Struktur Empiris

Dalam uji konfirmasi dan parameter struktur empiris, struktur model dibandingkan secara kuantitatif atau kualitatif dengan informasi yang berkaitan dengan sistem nyata. Bentuk struktur model dan persamaan dibandingkan dengan struktur dan hubungannya di dunia nyata. Penulis telah melakukan hal tersebut pada tahap pembuatan model epidemi penyakit HIV AIDS, model kebutuhan ARV dan model inventory. Model dibandingkan dengan referensi mode dan data dari keadaan yang sebenarnya, sehingga uji konfirmasi dan parameter empiris sudah sesuai.

4.2.1.4 Face Validity

Ford menggambarkan test face validity sebagai uji akal sehat (Ford, 1999). Kami telah melakukan tes face validity untuk melihat apakah parameter dan struktur model masuk akal. Semua variabel yang digunakan dalam model seperti populasi rentan, populasi HIV+, populasi AIDS , populasi anak HIV+, populasi HIV+ IDU, populasi HIV AIDS yang eligible ARV, populasi yang menggunakan ARV, inventory di rumah sakit, inventory di gudang propinsi dan inventory di gudang pusat merupakan variabel utama dalam model epidemi penyakit HIV AIDS, model kebutuhan ARV dan model inventory. Semua mengalir menunju ke arah yang tepat, parameter yang harus positif seperti laju kelahiran, laju infeksi, laju meninggal memiliki nilai positif di seluruh simulasi, begitu juga laju pemberiaan obat di rumah sakit, laju pengiriman DO dari gudang propinsi dan laju pengiriman QO di gudang pusat.

1.2.2 Test Orientasi Perilaku Struktur 4.2.2.1 Test Extreme Condition

Extreme condition juga dapat dipelajari dalam test perilaku struktur. Model yang

diuji untuk test extreme condition ini adalah Model 1 pada model epidemi penyakit HIV AIDS yang terdiri dari stok populasi rentan dan stok populasi HIV+. Perilaku struktur

(7)

dari model 1 adalah Populasi rentan akan menurun dengan semakin bertambahnya populasi HIV+. Test ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh perubahan angka variable terhadap terhadap perilaku struktur. Test dilakukan dengan mengubah jumlah awal populasi HIV+ dari 2 penderita menjadi 100,000 penderita, hasil dari running simulasi model, titik equilibirium antara populasi rentan dan populasi HIV+ didapatkan pada tahun 1997. Pada test ini populasi rentan akan menurun dan mendekati 0. Dengan test ini diperoleh kesimpulan bahwa semakin banyak populasi HIV+, maka semakin sedikit populasi rentan.

Test Extreme Condition Orientasi Perilaku struktur

89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 ppl

Populasi HIV Positip Populasi Rentan

Non-commercial use only!

Grafik 4.5 Test extreme condition orientasi perilaku struktur model 1 4.2.2.2 Analisa Sensitivitas

Analisa sensitivitas digunakan untuk menentukan variabel yang sensitif terhadap model yaitu yang memiliki pengaruh besar pada perilaku sistem ketika ada variable yang sedikit berubah. Analisa sensitivitas penting baik dalam validasi model dan dalam penggunaan model. Dalam validasi model, tujuan dari analisa sensitivitas adalah untuk menentukan seberapa sensitif model terhadap perubahan data. Sedangkan dalam penggunaan model ,analisa sensitivitas bertujuan untuk menemukan perubahan dalam sistem yang memiliki pengaruh yang diinginkan pada perilaku sistem. Richardson dan Pugh (1981) menyebutkan tiga jenis model sensitivitas (bukan tiga jenis analisis, tapi tiga jenis hasil):1) Sensitivitas Numerik, terjadi jika ada perubahan dalam asumsi perubahan nilai numerik. 2) Sensitivitas Perilaku, terjadi jika ada perubahan dalam asumsi akan mengubah pola perilaku model. 3) Sensitivitas Policy, terjadi jika ada asumsi berbeda menyebabkan rekomendasi kebijkan yang berbeda.

(8)

4.2.2.2.1 Sensitivitas Numerik

Tes sensitivitas numerik dilakukan pada total populasi HIV/AIDS dalam model epidemi penyakit HIV/AIDS jika terdapat perubahan pada jumlah kontak sexual beresiko dan tingkat infectivity. Dengan adanya perubahan penurunan jumlah kontak sexual beresiko pada tahun 2004- 2008 sebesar 20% ,maka total populasi HIV/AIDS tumbuh mencapai 37,073 orang pada tahun 2008. Sedangkan jika perubahan penurunan jumlah kontak sexual beresiko sebesar 30% pada tahun 2004 - 2008, maka populasi HIV AIDS tumbuh mencapai 32,399 pada tahun 2008.

Sensitivitas Populasi HIV AIDS Terhadap Perubahan Jumlah Kontak Sexual Beresiko

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 Penurunan jumlah kontak sexual beresiko 20% Penurunan jumlah kontak sexual beresiko 30% Grafik 4.6 Sensitivitas Populasi HIV/AIDS

terhadap perubahan jumlah kontak sexual beresiko

Sementara itu jika ada perubahan penurunan tingkat infectivity dari tahun 2004 - 2008 sebesar 5% maka populasi HIV/AIDS akan tumbuh mencapai 46,091 penderita pada tahun 2008 sedangkan jika penurunan tingkat infectivity sebesar 10% maka populasi HIV AIDS akan tumbuh mencpai 42,784 pada tahun 2008.

(9)

Sensitivitas Populasi HIV AIDS terhadap Tingkat Infectivity 0 10000 20000 30000 40000 50000 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 Perubahan penurunan tingkat infectivity 5% Perubahan penurunan tingkat infectivity 10%

Grafik 4.7 Sensitivitas populasi HIV/AIDS terhadap perubahan tingkat infectivity

Pengujian sensitivitas numerik dilakukan juga untuk service level di rumah sakit jika terdapat perubahan penurunan inventory buffer rumah sakit sebesar 1 bulan dan 2 bulan dari tahun 2006 – 2008. Dengan penurunan inventory buffer rumah sakit sebesar 1 bulan maka service level akan berubah menjadi 0.99 pada tahun 2007 dan 2008. sedangkan dengan penurunan sebesar 2 bulan , maka service level akan berubah menjadi 0.49 dan 0.50.

Sensitivitas service level

terhadap inventory buffer rumah sakit

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.91 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 Perubahan penurunan inventory buffer rumah sakit 1 bulan

Perubahan penurunan inventory buffer rumah sakit 2 bulan

Grafik 4.8 Sensitivitas service level rumah sakit terhadap perubahan inventory buffer rumah sakit

(10)

4.2.2.2.2 Sensitivitas Perilaku

Pengujian sensitivitas perilaku dilakukan dengan mengubah periode QO (Quarterly Order) oleh Subdit AIDS untuk pengisian obat ARV ke gudang propinsi dari 3 bulan menjadi 1 bulan. Hasil running powersim menunjukkan perubahan perilaku inventory gudang propinsi menjadi seperti perilaku inventory di rumah sakit

STRUKTUR PERILAKU INVENTORY DI GUDANG PROPINSI

89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 0 2,000 4,000 6,000 8,000 botol In v e n to ry G u d a n g P rop in s i

Non-commercial use only!

Grafik 4.9 Sensitivitas perilaku inventory di gudang propinsi terhadap perubahan QO

4.2.2.2.3 Sensitivitas Policy

Sensitivitas policy terjadi jika perubahan asumsi menyebabkan rekomendasi

policy yang berbeda. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan merubah periode pemesanan rumah sakit dari setiap bulan menjadi 2 bulan dan periode pengisian gudang propinsi dari 3 bulan menjadi 4 bulan. Perubahan asumsi tersebut mempengaruhi service level policy yang dihasilkan rumah sakit.

(11)

SERVICE LEVEL DI RUMAH SAKIT 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 se rv ice le ve L r um ah sa kit

Non-com m ercial us e only!

Grafik 4.10 Sensitivitas policy service level akibat perubahan periode pengisian gudang propinsi

STRUKTUR PERILAKU SUPPLY DAN DEMAND DI RUMAH SAKIT

89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 0 500 1,000 1,500 botol/m o

Pem berian obat di RS Penerim aan DO

Non-commercial use only!

Grafik 4.11 Sensitivitas policy supply dan demand di rumah sakit akibat perubahan periode pengisian gudang propinsi

4.2.2.3 Test Struktur Perilaku

4.2.2.3.1 Memotong Reinforcing Loop

Dengan memotong reinforcing loop dari Populasi HIV+ ke Populasi HIV pembuat penularan seperti gambar dibawah ini, menyebabkan populasi HIV pembuat

(12)

penularan hanya dipengaruhi oleh jumlah kontak sexual beresiko , sehingga struktur perilaku dari populasi HIV+ akan berubah.

Jumlah kontak sexual beresiko

Populasi HIV pembuat penularan Tingkat inventivity

Populasi Rentan Populasi HIV Positip

Laju Infeksi Masa Jendela

Porsi Populasi Rentan aliran masuk Laju

dew asa

Gambar 4.2 Test perilaku struktur pemotongan reinforching loop populasi HIV+

Test Struktur Perilaku Pemotongan Reinforching Loop

89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 2 3 4 5 ppl P o p u la s i H IV P o s iti p

Non-commercial use only!

Grafik 4.12 Perilaku struktur populasi HIV+ akibat pemotongan reinforching loop Pengujian test perilaku struktur juga dilakukan dengan memotong reinforcing loop Inventory RS ke DO RS, hal ini menyebabkan perubahan perilaku struktur dari inventory rumah sakit.

(13)

INVENTORY RS Penerimaan DO Pesanan RS Inventory Buffer rumah sakit kebutuhan ARV QTY DO RS Adjustment inventory time rumah sakit

Gambar 4.3 Tes perilaku struktur pemotongan reinforching loop inventory RS

STRUKTUR PERILAKU INVENTORY DI RUMAH SAKIT

89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 0 3,000 6,000 9,000 botol INVE NT O R Y R S

Non-commercial use only!

Grafik 4.13 Perilaku struktur inventory RS akibat pemotongan reinforching loop

1.3 Analisa Kebijakan

Dengan memperpanjang simulasi sampai tahun 2025 sebagai perencanaan kebijakan dimasa depan untuk pengambilan keputusan baik perencanaan program penanggulangan HIV AIDS maupun kebijakan inventory desentralisasi obat ARV

(14)

4.3.1 Analisa Program Penanggulangan HIV/AIDS

Analisa kebijakan berhubungan dengan kebijakan yang diambil dimasa yang akan datang. Berdasarkan pengalaman dari Kamboja dan Thailand, keberhasilan program penanggulangan HIV/AIDS khususnya dalam kebijakan penggunaan kondom mampu mengurangi tingkat infectivity lebih dari 75%. Sedangkan berdasarkan pengalaman Uganda, keberhasilan program pengendalian penyakit HIV/AIDS dapat menurunkan jumlah kontak sexual beresiko sebesar 50%. Dalam hal ini untuk Propinsi Jawa Timur diasumsikan tingkat infectivity menurun dari tahun 2009 sampai tahun 2013 sebesar 50%, tahun 2014 sampai tahun 2017 menurun sebesar 60%, tahun 2018 sampai tahun 2021 menurun sebesar 65% dan dari tahun 2022 sampai tahun 2025 menurun sebesar 70%. Sedangkan jumlah kontak sexual beresiko diasumsikan turun sebesar 30% dari tahun 2009 sampai tahun 2013, tahun 2014 sampai tahun 2018 turun sebesar 40%, tahun 2019 sampai tahun 2025 turun sebesar 25% . Variabel dampak program penanggulangan HIV AIDS kemudian ditambahkan kedalam model epidemi penyakit HIV AIDS sehingga formula dari tingkat infectivity menjadi (0.002165-(0.002165 x dampak program terhadap tingkat infectivity'). Sedangkan formula jumlah kontak sexual beresiko berubah menjadi (340<<ppl/ppl/yr>> - (340<<ppl/ppl/yr>> x dampak program terhadap Jumlah kontak sexual beresiko)).

Fraksi ibu hamil HIV+ diasumsikan masih mengalami peningkatan dari dari tahun 2009 sampai tahun 2014. begitu juga dengan HIV Prevalance IDU dan fraksi populasi IDU. Pengaruh program PMTCT (Prevention Mother to Child Transmission) mempunyai dampak terhadap fraksi ibu hamil HIV+ dari tahun 2015 - 2025. Diasumsikan fraksi ibu hamil HIV+ mengalami penurunan sebesar 25% dari tahun 2015 -2019 dan dari tahun 2020 – 2025 mengalami penurunan sebesari 30%. Sedangkan penanggulangan pada kelompok IDU, diasumsikan menurunkan HIV prevalance dikelompok IDU dan fraksi populasi IDU sebesar 25% dari tahun 2015-2019. dan penurunan sebesar 30% dari tahun 2020-2025. Dampak program penanggulangan HIV/AIDS tersebut kemudian ditambahkan sebagai variabel baru dalam model epidemi penyakit HIV/AIDS. Hasil dari running powersim menghasilkan jumlah populasi

(15)

HIV/AIDS pada tahun 2025 sebanyak 194,441 penderita dan mengalami titik tertinggi pada tahun 2022 sebanyak 200,191 penderita.

Dampak kebijakan penanggulangan HIV AIDS

89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 0102 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 0 50,000 100,000 150,000 200,000 ppl T ot a l P op u la s i H IV A ID S

Non-commercial use only!

Grafik 4.14 Dampak kebijakan penaggulangan HIV/AIDS terhadap Populasi HIV/AIDS di Propinsi Jawa Timur ( 1989- 2025)

4.3.1 Analisa Kebijakan Inventory

Berdasarkan hasil program penanggulangan penyakit kemudian dilakukan perubahan kebijakan inventory buffer pada tahun 2013 untuk rumah sakit menjadi 2.5 bulan, inventory gudang propinsi 4 bulan dan inventory gudang pusat 15 bulan tetap menghasilkan service level rumah sakit 100% dan menghasilkan biaya inventory yang minimum.

(16)

SERVICE LEVEL DI RUMAH SAKIT

Jan

Fe bMarMayAprJunAugSe pJulNovO ctDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cFe bJanMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulNovO ctDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulNovO ctDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMayMarAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprAugJunSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunSe pAugJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pNovJulO ctDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cFe bJanMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMayMarAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pNovO ctJulDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe c

198919901991199219931994199519961997199819992000200120022003200420052006200720082009201020112012201320142015201620172018201920202021202220232024 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 se rv ic e le ve L ru m ah s ak it

Non-commercial use only!

Grafik 4.15 Service Level di rumah sakit dengan perubahan kebijakan buffer inventory

STRUKTUR PRILAKU PEMBERIAN OBAT DI RUMAH SAKIT

Jan

FebMayMarAprAugJunSepOctNovDecJulFebJanMarMayAprJunAugSepNovOctJulDecJanFebMarMayAprSepJunAugNovDecJulOctFebMarMayJanAprAugSepJunNovOctDecJulJanFebMarMayAprSepAugJunNovOctDecJulJanFebMarMayAprSepJunAugDecJulNovOctFebJanMarMayAprAugJunSepDecOctNovFebJulJanMarMayAprJunAugSepDecOctNovFebJulJanMarMayAprJunAugSepDecOctNovFebJulJanMayMarAprJunAugSepNovJulOctDecJanFebMarMayAprJunAugSepNovDecJulOctJanFebMarMayAprSepJunAugNovDecJulOctFebMarMayJanAprSepAugJunNovJulDecOctJanFebMarMayAprAugJunSepNovDecOctJulFebJanMarMayAprAugJunSepOctNovDecJulFebJanMarMayAprJunAugSepDecNovOctFebJulJanMarMayAprJunAugSepNovDecOctJulFebJanMarMayAprJunAugSepNovJulOctDecMayJanMarFebAprJunAugSepNovOctDecJulMarMayFebJanAprJunAugSepNovJulOctDecMayJanFebMarAprJunAugSepNovOctDecJulJanFebMarMayAprAugJunSepOctNovDecJulFebJanMarMayAprAugJunSepOctNovDecJulFebJanMarMayAprAugJunSepOctNovDecJulFebJanMarMayAprJunAugSepNovOctDecJulJanFebMarMayAprJunAugSepNovDecOctJulJanFebMarMayAprJunAugSepNovJulOctDecMayFebMarJanAprJunAugSepNovOctDecJulMarMayFebJanAprJunAugSepJulOctNovDecFebMayJanMarAprJunAugSepOctNovDecFebJulJanMarMayAprAugJunSepOctNovDecJulFebJanMarMayAprAugJunSepOctNovDecFebJulJanMarMayAprJunSepAugNovOctJulDecJanFebMarMayAprJunAugSepNovDecOctJulFebMarMayJanAprJunAugSepNovDecOctJulJanFebMarMayAprJunAugSepNovJulOctDec 198919901991199219931994199519961997199819992000200120022003200420052006200720082009201020112012201320142015201620172018201920202021202220232024 0 2,000 4,000 6,000 8,000 botol/mo Pemberian obat di RS kebutuhan ARV

Non-commercial use only! Grafik 4.16 Struktur pemberian obat di rumah sakit setelah perubahan

(17)

Struktur Perilaku Inventory Cost

Jan

Fe bMayMarAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cFe bJanMarMayAprJunAugSe pJulNovO ctDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunSe pAugO ctNovJulDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pNovO ctJulDe cFe bJanMarMayAprJunAugSe pNovO ctJulDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulNovO ctDe cFe bJanMayMarAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMayMarAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMayMarAprJunAugSe pJulO ctNovDe cFe bJanMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprAugJunSe pJulNovO ctDe cJanFe bMarMayAprAugJunSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pNovO ctJulDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cFe bJanMarMayAprJunAugSe pJulNovO ctDe cMarFe bJanMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMayMarAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMayMarAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pNovJulO ctDe cFe bJanMarMayAprJunAugSe pJulNovO ctDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pNovJulO ctDe cFe bJanMarMayAprJunAugSe pNovDe cO ctJulJanFe bMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cFe bJanMayMarAprJunAugSe pJulO ctNovDe cFe bJanMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprAugJunSe pJulNovO ctDe cJanFe bMarMayAprAugJunSe pJulO ctNovDe cJanFe bMarMayAprJunAugSe pNovJulO ctDe cJanFe bMarMayAprJunSe pAugNovO ctJulDe cFe bJanMarMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe cFe bJanMarMayAprJunAugSe pJulNovO ctDe cMarJanFe bMayAprJunAugSe pJulO ctNovDe c 198919901991199219931994199519961997199819992000200120022003200420052006200720082009201020112012201320142015201620172018201920202021202220232024 0 500,000,000 1,000,000,000 1,500,000,000 rp in ve nt or y co st

Non-commercial use only!

Grafik 4.17 Struktur perilaku inventory cost setelah perubahan kebijakan buffer inventory

Gambar

Gambar 4.1 Pengujian pengkodean model
Grafik 4.2  Tes kondisi extreme jumlah awal populasi HIV+  = 0 pada model epidemi  penyakit HIV/AIDS
Grafik 4.3 Tes kondisi extreme jumlah kontak sexual beresiko menjadi 0 terhadap  populasi HIV+ pada model epidemi penyakit HIV/AIDS
Grafik 4.5 Test extreme condition orientasi perilaku struktur model 1 4.2.2.2 Analisa Sensitivitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumbangan yang diberikan Organizational Climate terhadap work engagement adalah sebesar 27,8 persen, hal ini menunjukkan

Berdasarkan penelitian yang menggunakan tepung daun kelor dan tepung kecambah kedelai yang diolah menjadi cookies, menghasilkan formulasi terbaik dengan penambahan

Selanjutnya komputer yang berada di cabang, di kota lain yang perlu membuka data pusat cukup melakukan login dengan memilih opsi internet (tersedia di ACCURATE terbaru), mengetikkan

EM4 mengandung inokulum mikroorganisme yang sangat efektif untuk mendegradasi sampah organik dengan cepat, demikian juga pada cacing tanah rakus terhadap bahan organik, juga

23 Metode induktif ini penulis gunakan untuk menyimpulkan data-data yang bersifat khusus, yaitu meliputi tentang prosedur persyaratan dan pengelolaan BNI iB Oto di BNI

Penggunaan berbagai level kadar air substrat dan dosis inokulum jamur tiram putih untuk biokonversi rumput Kume kering mengakibatkan terjadi perubahan kandungan komponen

Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar tetap kering untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur; 2). Saat menstruasi  biasakan mengganti

Analisa data menyimpulkan adanya zona kecepatan rendah bagian atas dari kerak bumi yang berkaitan dengan penggeseran gelombang langsung P diinterpretasikan sebagai ketebalan