• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) adalah lembaga keuangan khusus milik Pemerintah Republik Indonesia yang berdiri berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiyaaan Ekspor Indonesia. Indonesia Eximbank didirikan untuk melakukan Pembiayaan Ekspor Nasional (PEN) yang diberikan dalam bentuk pembiayaan, penjaminan, asuransi, dan jasa konsultasi (Achdiat, 2014).

Visi Indonesia Eximbank yaitu menjadi lembaga yang terpercaya dan mampu mendorong peningkatan kinerja ekspor nasional melalui penyediaan pembiayaan, penjaminan, asuransi, dan jasa konsultasi yang terencana dan berkesinambungan. Misi Indonesia Eximbank sendiri adalah membantu peningkatan dan pengembangan produk ekspor nasional yang unggul dan berdaya saing tinggi melalui pemberian pembiayaan dan penjaminan di dalam dan di luar negeri serta penyediaan asuransi ekspor dan jasa konsultasi bagi eksportir serta turut mendorong pengembangan usaha kecil dan menengah untuk mengembangkan produk yang berorientasi ekspor (Achdiat, 2014).

(2)

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencapai visi dan misi Indonesia Eximbank terletak pada sumber daya manusia (SDM). SDM merupakan suatu sumber daya yang sangat dibutuhkan oleh suatu organisasi karena SDM adalah sumber yang berperan aktif terhadap jalannya suatu organisasi dan proses pengambilan keputusan (Sutrisno, 2009). Berdasarkan pendapat tersebut, maka manajemen Indonesia Eximbank perlu memberi perhatian pada aspek SDM sebagai salah satu tonggak dalam strategi pertumbuhan perusahaan untuk meningkatkan karyawan yang berkualitas.

Schultz (dalam Helmi, 1996) menyatakan bahwa, ada beberapa faktor yang menentukan kualitas perilaku karyawan yaitu salah satunya adalah disiplin kerja. Begitu juga menurut Sutrisno (2009) menjelaskan bahwa, disiplin karyawan yang baik akan mempercepat pencapaian tujuan organisasi, sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan organisasi. Menurut beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa melalui disiplin kerja yang tinggi, karyawan diharapkan akan mengerjakan dan menyelesaikan tugasnya sehari-hari secara professional, handal, dan terpercaya sehingga berdampak pada kemajuan perusahaan.

Selain itu, karyawan yang melakukan tindakan indisiplin akan berdampak buruk pada dirinya sendiri, salah satunya adalah pengurangan pada nilai performance

(3)

terdapat sanksi yang akan didapatkan oleh tiap pegawai, pada kenyataannya masih ada beberapa karyawan Indonesia Eximbank yang tidak mengikuti peraturan perusahaan yang telah ditetapkan.

Salah satu perilaku indisipliner karyawan Indonesia Eximbank adalah ketidaktaatan pada peraturan kerja, dimana beberapa karyawan Indonesia Eximbank melanggar peraturan perusahaan seperti peraturan perjalanan dinas. Didalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa seluruh pegawai Indonesia Eximbank dalam melakukan perjalanan dinas harus menggunakan transportasi udara dengan kelas penerbangan ekonomi dan menginap di hotel bintang empat, tetapi pada kenyataannya masih terdapat karyawan yang menggunakan kelas bisnis dalam menggunakan transportasi udara dan menginap di hotel bintang lima.

Tidak hanya itu, berdasarkan data yang didapatkan dari divisi SDM dari jumlah karyawan Indonesia Eximbank yang tercatat sebanyak 364 pada bulan Februari 2016, 371 pada bulan Maret 2016, dan 373 karyawan pada bulan April 2016, presentase keterlambatan karyawan yaitu:

Tabel 1.1 Persentase Kehadiran Karyawan Indonesia Eximbank bulan Februari 2016 – April 2016

Jumlah karyawan (%) 

Bulan  Tidak Terlambat  Datang Terlambat  Pulang Cepat 

Februari  25.55%  62.09%  30.77% 

Maret   35.58%  59.57%  31.54% 

April  29.49%  66.22%  34.32% 

(4)

Pada Tabel 1.1 tersebut terlihat bahwa dalam periode antara bulan Februari 2016 sampai dengan April 2016 diketahui persentase dari karyawan yang terlambat datang cukup tinggi dimana rata-rata tingkat keterlambatan karyawan dalam periode tersebut adalah 62,63%. Selanjutnya, persentase dari karyawan yang pulang lebih cepat dari jam seharusnya rata-rata sekitar 32,21% dari total jumlah karyawan. Dari tabel 1.1 diatas dapat diketahui bahwa dari sisi disiplin waktu, karyawan Eximbank memiliki disiplin waktu yang rendah.

Menurut Sagir (1985) menyatakan bahwa, indikator dari disiplin kerja adalah dalam segi penggunaan waktu yang efektif diantaranya ketepatan waktu dalam menaati jam masuk kerja dan dalam menyelesaikan tugas. Selain itu, peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa responden yang merupakan karyawan dari Eximbank. Berdasarkan hasil wawancara awal terhadap beberapa karyawan untuk menanyakan mengenai keterlambatan dan keberadaannya di food court sekitar kantor ketika sudah diatas pukul 08.00. Subyek dengan inisial A (laki-laki, 33 tahun), menyatakan bahwa:

“Santai lah masih pagi gini, sarapan dulu, gak ada yang nyari ini.” (wawancara pribadi 20 Maret 2015).

Selanjutnya subyek dengan inisial C (perempuan, 25 tahun), menyatakan bahwa:

Iya neh hadeh telat gw, kesiangan, mana macet banget di jalan.” (wawancara pribadi 26 Februari 2015).

Berdasarkan wawancara awal dengan subyek A dan C, terlihat bahwa subyek A dan C menunda untuk masuk tepat waktu. Hal ini menandakan bahwa subyek A

(5)

dan C dalam wawancara ini tidak mengikuti peraturan kerja dan perilaku ketidakdisiplinan tersebut bisa mengganggu kelancaran dalam bekerja. Rivai (2004) menyatakan bahwa ketaatan pada peraturan kerja dilakukan demi kenyamanan dan kelancaran dalam bekerja. Hal ini dapat dilihat melalui besarnya tanggung jawab karyawan terhadap besarnya pelanggaran yang dilakukan.

Berbeda dengan subyek dengan inisial B (laki-laki, 27 tahun) yang menyatakan bahwa:

“Iya nih laper euy gak sempet sarapan, dateng jam 7 langsung ngerjain kerjaan yang kemaren belom selesai, paling nanti makannya beli somay nyuuruh office boytrus makan sambil kerja, gak enak udah mau jam 8, ntar telat lg.” (wawancara pribadi 18 Februari 2015).

Berdasarkan wawancara dengan subyek B, terlihat bahwa subyek B datang satu jam lebih awal dari jam masuk kerja dan langsung mengerjakan pekerjaan dan memilih untuk menunda pemenuhan kebutuhannya akan sarapan. Hal ini menunjukan bahwa ia berusaha untuk mengikuti peraturan dan disiplin kerja yang baik dari subyek B.

Berdasarkan ketiga hasil wawancara diatas, terlihat bahwa subyek dengan inisial A, B, dan C memiliki perilaku yang berbeda dalam mengikuti aturan kerja yang ditetapkan di Indonesia Eximbank. Terdapat karyawan yang disiplin dalam hal ketepatan waktu datang yaitu subyek B dan juga karyawan yang tidak disiplin dalam hal ketepatan waktu datang yang dilakukan oleh subyek A dan C.

(6)

Beberapa fakta diatas menunjukkan bahwa terdapat perilaku ketidak disiplinan pada karyawan Indonesia Eximbank. Rivai (2004) menyatakan bahwa, disiplin kerja ditunjukkan oleh beberapa komponen, yaitu frekuensi kehadiran, tingkat kewaspadaan, ketaatan pada standar kerja, ketaatan pada peraturan kerja, dan etika kerja.

Disiplin kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah komitmen organisasi. Minner (1992) menjelaskan bahwa, disiplin kerja yang ditandai oleh tingginya turn-over dan ketidakhadiran karyawan yang dapat menurunkan produktivitas dipengaruhi oleh komitmen organisasi. Karyawan yang kurang berkomitmen akan terlihat menarik diri dari organisasinya melalui ketidakhadiran dan turn-over (Mathius & Jackson dalam Arishanti, 2009). Sebaliknya, anggota yang memiliki komitmen yang tinggi pada organisasi akan memberikan sumbangan terhadap organisasi dalam hal stabilitas tenaga kerja (Steers& Mowday, 1974).

Hal tersebut dapat dilihat juga dari hasil beberapa penelitian, salah satunya adalah penelitian dari Kusumaningrum (2015), yang berjudul hubungan antara komitmen organisasi dengan disiplin kerja pada pegawai Universitas Esa Unggul, yang menyatakan terdapat hubungan positif antara komitmen organisasi dengan disiplin kerja pada pegawai Universitas Esa Unggul. Selain itu, penelitian yang dilakukan Haryanto (2010), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komitmen organisasi dan disiplin kerja karyawan pada karyawan

(7)

negeri sipil. Hasil penelitian menunjukan semakin tinggi komitmen organisasi seorang karyawan, maka ada kecenderungan semakin tinggi juga disiplin karyawan itu sendiri, begitu pula sebaliknya.

Meyer dan Smith (1993) berpendapat bahwa, komitmen organisasi adalah kondisi psikologis yang merupakan karakteristik hubungan karyawan dengan organisasi dan keterlibatan karyawan untuk memutuskan tetap menjadi bagian dari organisasi. Dengan kata lain komitmen organisasi adalah suatu sikap dan perilaku individu untuk menyelaraskan perilakunya dengan kebutuhan dan tujuan organisasi tersebut.

Menurut Meyer dan Allen (1991), organizational commitment dapat dibagi kedalam tiga dimensi yaitu, affective commitment, continuance commitment, dan

normative commitment. Karyawan yang merasa bahagia menjadi bagian dari perusahaan, merasa memiliki organisasi, dan merasa menjadi bagian dari keluarga serta merasa memiliki keberartian didalam organisasi bisa dikatakan bahwa karyawan tersebut memiliki affective commitment.

Sedangkan karyawan yang merasa bahwa meninggalkan perusahaan karena terdapat resiko yang besar karena langkanya peluang pekerjaan maka karyawan tersebut memiliki continuance commitment. Terakhir, karyawan yang merasa memiliki kewajiban terhadap orang-orang didalam perusahaan ataupun merasa

(8)

berhutang kepada organisasi dikatakan bahwa karyawan tersebut memiliki

normatiave commitment.

Organizational commitment merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena komitmen karyawan yang tinggi dapat mengurangi absensi dan turnover dari karyawan, dan dapat menciptakan job satisfaction (Knight dan Kennedy, 2005). Dengan kata lain, komitmen organisasi yang rendah berdampak kepada turnover, tingginya absensi, meningkatnya kelambanan kerja, dan kurangnya intensitas bertahan di dalam organisasi. Sebaliknya anggota yang memiliki komitmen yang tinggi pada organisasi akan memberikan sumbangan terhadap organisasi dalam hal stabilitas tenaga kerja (Steers, 1977).

Berdasarkan uraian fenomena diatas maka peneliti tertarik mengambil judul: “Hubungan Komitmen Organisasi Dengan Disiplin Kerja Karyawan Indonesia Eximbank”.

B. Identifikasi Masalah

Indonesia Eximbank sebagai salah satu lembaga keuangan negara, telah memiliki tujuan yang jelas berupa visi dan misi yang hanya dapat dicapai apabila kinerja karyawan efisien, berkualitas, dan sesuai dengan tuntutan, serta aturan-aturan yang diatur oleh perusahaan. Karyawan yang berkualitas menjadi hal utama yang diinginkan perusahaan dan terus dikembangkan melalui berbagai program

(9)

pengembangan karyawan. Kualitas karyawan Indonesia Eximbank dituntut untuk memiliki kedisiplinan tinggi dalam bekerja sehingga semua tugas-tugas keseharian dalam perusahaan dapat diselesaikan secara profesional, handal, dan terpercaya.

Namun dalam kenyataannya, masih terdapat permasalahan di Indonesia Eximbank terkait tingginya tingkat absensi karyawan, tingginya keterlambatan jam masuk kerja, karyawan yang pulang lebih cepat dari jam kerja, dan ketidak taatan dalam menaati peraturan kerja yang telah diterapkan perusahaan. Berdasarkan data absensi SDM Indonesia Eximbank tercatat bahwa dalam periode antara bulan Februari 2016 sampai dengan April 2016 diketahui persentase dari karyawan yang terlambat datang dan pulang lebih cepat cukup tinggi.

Begitu pula dengan ketidak taatan terhadap peraturan kerja seperti penggunaan kelas transportasi udara dengan kelas penerbangan ekonomi dan menginap di hotel bintang empat sebagaiamana yang diatur dalam peraturan perjalanan dinas bagi karyawan Indonesia Eximbank tetapi pada kenyataannya masih terdapat karyawan yang menggunakan kelas bisnis dalam menggunakan transportasi udara dan menginap di hotel bintang lima.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ketidakdisiplinan kerja karyawan adalah komitmen organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang rendah akan mengakibatkan tingginya absensi, kelambanan kerja, dan berkurangnya intensitas untuk bertahan di dalam organisasi yang berdampak pada turn-over. Sebaliknya, dengan adanya komitmen organisasi yang tinggi, perilaku karyawan

(10)

akan selaras dengan tuntutan organisasi sehingga mereka mau menaati peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan dan bekerja secara optimal.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka peneliti tertarik untuk menguji hubungan antara komitmen organisasi dan disiplin kerja pada karyawan Indonesia Eximbank.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui hubungan antara komitmen organisasi dengan disiplin kerja pada karyawan Indonesia Eximbank.

2. Mengetahui tinggi rendahnya disiplin kerja pada karyawan Indonesia Eximbank.

3. Mengetahui gambaran disiplin kerja pada karyawan Indonesia Eximbank berdasarkan data penunjang.

(11)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis:

a. Diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk keilmuan psikologi khususnya psikologi industri dan organisasi

b. Diharapkan dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan disiplin kerja dan komitmen organisasi.

2. Manfaat Praktis:

a. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan solusi dalam mengambil kebijakan untuk menumbuhkan komitmen organisasi yang berdampak pada disiplin kerjakaryawan.

b. Bagi karyawan, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan disiplin kerja karyawan secara langsung maupun tidak langsung sehingga akan berpengaruh kepada penilaian kinerja dan berdampak pada kesejahteraan setiap karyawan.

(12)

B. Kerangka Berpikir

Indonesia Eximbank sebagai salah satu lembaga keuangan yang didirikan pada tahun 2009 memiliki tujuan yang jelas berupa visi dan misi yang terus diupayakan ketercapaiannya dengan menghasilkan kinerja yang optimal sesuai dengan tuntutan, serta aturan-aturan yang diterapkan perusahaan. Sejak karyawan bersedia bergabung dengan organisasi diharapkan peraturan-peraturan tersebut telah dipahami, dimengerti, dan dilaksanakan oleh para karyawan.

Karyawan yang tidak menaati peraturan perusahaan dimana salah satunya adalah ketidaktaatan pada peraturan perjalanan dinas seperti penggunaan kelas transportasi udara dengan kelas penerbangan bisnis dan menginap di hotel bintang lima serta ketidak taatan pada peraturan pada jam kerja karyawan sebagaimana yang dijelaskan pada identifikasi masalah yang menggambarkan rendahnya tingkat kedisiplinan karyawan. Dengan disiplin kerja yang rendah akan berdampak pada keoptimalan kerja karyawan dalam mencapai tujuan organisasi. Sebaliknya, karyawan yang memiliki disiplin tinggi akan hadir tepat waktu, taat pada prosedur yang berlaku, bertanggung jawab atas tugasnya, bekerja dengan teliti, serta bekerja dengan etis dan diharapkan produktivitas pun akan tinggi.

Tinggi rendahnya disiplin kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah komitmen organisasi. Dengan adanya komitmen organisasi yang tinggi, perilaku karyawan akan selaras dengan tuntutan organisasi sehingga mereka

(13)

mau menaati peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan dan bekerja secara optimal. Sebaliknya, karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang rendah dapat mengakibatkan ketidakdisiplinan pada karyawan seperti tingginya tingkat absensi, kelambanan kerja, dan berkurangnya intensitas untuk bertahan di dalam organisasi yang berdampak pada turn-over.

Kemudian, perilaku karyawan yang menunjukkan adanya komitmen terhadap organisasi juga dapat dilihat dari adanya kelekatan emosional antara karyawan dengan organisasi (affective commitment), adanya kesadaran mengenai kerugian yang akan dihadapi jika meninggalkan organisasi (continuance commitment), dan adanya kesadaran mengenai tanggung jawab di organisasi (normative commitment).

Adanya affective commitment berdampak kepada karyawan yaitu karyawan merasa bahagia menjadi bagian dari perusahaan, kerikatan emosional, dan keberartian dirinya pada perusahaan. Selanjutnya, adanya continuance commitment pada karyawan akan membuat karyawan merasa bekerja merupakan kebutuhan dirinya, merasa sedikit pilihan bila meninggalkan perusahaan, dan tingginya risiko jika meninggalkan perusahaan. Sedangkan, Normative commitment akan berdampak kepada loyalitas karyawan dan nilai moral pada perusahaan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa karyawan yang memiliki komitmen organisasi akan meningkatkan keterlibatan dirinya terhadap pencapaian tujuan perusahaan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotannya dalam perusahaan karena besarnya keuntungan yang dirasakan dan kesadaran akan

(14)

kerugian yang dihadapi apabila meninggalkan pekerjaannya. Dengan adanya komitmen organisasi tersebut diharapkan karyawan akan secara langsung bertanggung jawab pada pekerjaannya dan menaati seluruh peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan atau berperilaku disiplin kerja karena tingginya kepedulian terhadap pencapaian tujuan perusahaan sehingga produktivitas yang dihasilkan akan dinilai baik pula oleh perusahaan, atasan, maupun dengan rekan kerja. Uraian kerangka berfikir ini dapat dilihat dalam gambar 1.1sebagai berikut:

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Komitmen Organisasi dan Disiplin Kerja Karyawan Indonesia Eximbank

C. Hipotesa Penelitian

Terdapat hubungan positif yang signifikan antara komitmen organisasi dengan disiplin kerja pada karyawan Indonesia Eximbank.

 

Karyawan Indonesia Eximbank

Disiplin Kerja 1. Kehadiran

2. Ketaatan pada peraturan kerja 3. Ketaatan pada standar kerja 4. Tingkat kewaspadaan tinggi 5. Bekerja etis

Komitmen Organisasi 1. Komponen Affective 2. Komponen Continuance 3. Komponen Normative

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Komitmen Organisasi dan Disiplin Kerja  Karyawan Indonesia Eximbank

Referensi

Dokumen terkait

Gaya kepemimpinan merupakan salah satu pola tingkah laku kepemimpinan yang harus dimiliki sesorang pemimpin dalam mempimpin suatu lembaga organisasi. Gaya

Berdasarkan hasil analisis data penelitian tentang pengaruh keaktifan mahasiswa dalam organisasi terhadap prestasi belajar mahasiswa jurusan pendidikan ekonomi FE Unesa

Perubahan garis pantai akibat abrasi di Kabupaten Gianyar dapat diketahui melalui citra satelit Landsat 7 tahun 2002 dan Landsat 8 tahun 2017 dengan menggunakan metode

Subyek penelitian adalah data sekunder berupa rekam medik pasien rawat inap dengan diagnosis infeksi saluran kemih yang menggunakan pengobatan antibiotik golongan sefalosporin

Pendhok keris gaya Surakarta sebagian besar memiliki bentuk dengan penerapan ragam hias yang cukup bervariatif, dimana konsep dasar ragam hias adalah memiliki

Di Jawa Barat sendiri, Pekan Olahraga Daerah (PORDA) XII- 2014 yang dilaksanakan di Kabupaten Bekasi Merupakan Momentum yang sangat berharga menyongsong PON ke

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dicapai dari keseluruhan proses pembuatan dan pengujian terhadap trainer aliran bahan bakar sistem injeksi pada sepeda motor Honda Beat FI

Untuk mengetahui apakah korelasi antara variabel X dengan variabel Y tinggi sedang atau rendah, terlihat dalam Nilai Pearson Correlation tersebut sebesar 0,597 berada