TEKNIK PEMBUATAN DAN PERMAINAN SHAKUHACHI
SHAKUHACHI NO TSUKURIKATA TO ENSOU NO HOUHOU
KERTAS KARYA
Dikerjakan
O
L
E
H
INDRI SUHALIM
NIM : 112203025
PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG D-III
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TEKNIK PEMBUATAN DAN PERMAINAN SHAKUHACHI
SHAKUHACHI NO TSUKURIKATA TO ENSOU NO HOUHOU
KERTAS KARYA
Kertas Karya ini diajukan Kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang.
Oleh:
INDRI SUHALIM
NIM : 112203025
PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG D-III
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITA SUMATERA UTARA
MEDAN
TEKNIK PEMBUATAN DAN PERMAINAN SHAKUHACHI
SHAKUHACHI NO TSUKURIKATA TO ENSOU NO HOUHOU
Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian program pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi
salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang studi bahasa jepang. Dikerjakan
Oleh : INDRI SUHALIM
NIM : 112203025
Pembimbing Pembaca
Mhd. Pujiono, S.S, M.Hum.
NIP : 196910112002121001 NIP:197212281999032001 Dr. Diah Syahfitri, M.Lt
PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG D-III
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Disetujui Oleh :
Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara Medan
Program Studi Diploma III Bahasa Jepang
Ketua Program Studi
Zulnaidi, S.S,M.Hum NIP : 196708072005011001
PENGESAHAN Diterima Oleh ;
Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.
Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang Studi Bahasa Jepang.
Pada :
Tanggal :
Hari :
Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara Dekan
NIP : 195110131976031001 Dr. Syahron Lubis, M.A
Panitia Ujian :
No. Nama Tanda Tanggan
1. Zulnaidi, S.S., M.Hum ( )
2. Mhd. Pujiono, S.S., M.Hum ( )
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini yang berjudul “TEKNIK PEMBUATAN DAN PERMAINAN SHAKUHACHI”.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan karena kemampuan penulisan yang terbatas. Tetapi, berkat bantuan beberapa pihak, maka peulis berhasil menyelesaikan kertas karya ini.
Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi dukungan, terutama kepada :
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Zulnaidi, S.S. M.Hum Selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Muhammad Pujiono S.S. M.Hum Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.
4. Ibu Dr. Diah Syahfitri, M.Lt selaku dosen wali juga dosen pembaca yang sudah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan perkuliahan juga kertas karya ini.
5. Bapak dan ibu dosen Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di Jurursan Bahasa Jepang.
6. Kepada staf pembantu jurusan, pak Mistam yang telah membantu segala urusan perkuliahan.
7. Kepada kedua Orang tua yang telah banyak memberi semangat, dukungan moril, material dan pengarahan hidup sehingga penulis menjadi seperti ini. Adinda Rizky Amelia Suhalim dan Rizky Abdullah Suhalim Dan kepada seluruh keluarga dan saudara tercinta.
8. Kepada seluruh teman-teman yang selama ini telah bersama-sama menjalani kehidupan semasa perkuliahan.
10. Kepada sahabat saya Jesika, Yuni dan Lira yang selalu membantu dalam penyelesaian kertas karya ini.
11. Fujo Susilo yang selalu sabar membantu penulis menulis kertas karya ini.
Terima kasih untuk semua yang tidak bisa disebut satu persatu namanya disini. Semoga kertas karya ini dapat bermanfaat.
Medan Penulis
INDRI SUHALIM
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... ... 1
1.2 Tujuan Penulisan ... ... 3
1.3 Batasan Masalah... ... 3
1.4 Metode Penulisan... ... 3
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG ALAT MUSIK SHAKUHACHI DI JEPANG 2.1 Sejarah Shakuhachi ... 4
2.2 Jenis-jenis Sakuhachi ... 6
2.3 Fungsi Sakuhachi di Jepang ... ……… 10
BAB. III. TEKNIK PEMBUATAN DAN PERMAINAN SHAKUHACHI 3.1 Teknik Pembuatan Shakuhaci ... 12
3.2 Teknik Permainan Shakuhaci ... ... 16
BAB. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 23
4.2 Saran ... 24
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Kata musik dalam bahasa Jepang berarti ongaku, menggabungkan on (suara) dengan gaku (musik). Musik Jepang merupakan gabungan dari beragam
musik, baik tradisional maupun modern. Dunia musik Jepang sangat modern ( kinsei Hogaku). Jepang merupakan pasar musik terbesar kedua didunia.
Musik tradisional jepang terbagi dua yaitu : seni musik dan musik yang diterapkan pada drama seni. Seni musik tradisional memiliki beberapa gaya yang
berbeda, pada masing-masing periode sejarah Jepang. Secara umum, musik tradisional Jepang lebih mengutamakan vocal dari pada instrumennya. Selain itu, musik tradisional Jepang sering dikembangkan sebagai bagian dari drama seperti
noh, kabuki, dan bunraku. Pemain profesional dapat menghasilkan nada apapun yang mereka inginkan dari instrumen, dan memainkan bermacam musik Zen asli,
musik ansambel, musik rakyat, musi jazz dan lainya dengan koto , biwa , shakuhachi dan shamisen.
Musik lokal sering muncul diberbagai tempat karaoke. Musik tradisional
Jepang sangat berbeda dari musik barat. Musik tradisional Jepang tidak memiliki beat atau kecepatan nada khusus dan sifatnya tenang. Musiknya berimprovisasi
pada beberapa waktu.
Shakuhachi adalah alat musik seruling bambu yang berasal dari Jepang dan alat musik ini digunakan dengan cara ditiup. Shakuhachi dikenal dengan
delapan shaku. Shaku adalah barang kuno panjang sama dengan 30,3 cm ( 0,994 kaki bahasa Inggris) dan dibagi dalam sepuluh subunit dan hachi yang berarti
Shakuhachi memiliki arti yang berarti Satu Shaku delapan sun. Panjang shakuhachi bervariasi dari sekitar 1,3 Shaku hingga 3,3 Shaku. Panjang standar
dari shakuhachi sekitar 55 cm. Meskipun ukuran berbeda, semua masih disebut sebagai shakuhachi. Sebuah shakuhachi menunjukkan utaguchi nya ( meniup ujung ) dan shakuhachi biasanya terbuat dari ujung akar batang bambu dan
merupakan instrumen yang sangat serbaguna.
Shakuhachi secara tradisional telah dimainkan hampir secara khusus oleh
laki-laki di Jepang. Meskipun situasi ini berubah dengan cepat. Banyak guru musik shakuhachi tradisional menunjukkan bahwa mayoritas siswanya adalah
perempuan.
Genre utama musik shakuhachi adalah 1). honkyoku ( tradisional , solo), 2). sankyoku ( ensemble dengan koto dan shamisen ), 3). shinkyoku ( musik baru
yang terdiri untuk shakuhachi dan koto. Komposisi era pasca Meiji umumnya dipengaruhi oleh musik barat )
Shakuhachi didunia musik Jepang mengalami perkembangan dan
peningkatan. Pada zaman Edo, shakuhachi digunakan sebagai penyebaran agama dan kemudian shakuhachi berkembang digunakan sebagai pengiring lagu-lagu rakyat, lagu-lagu ritual keagamaan. Hingga sekarang ini, shakuhachi telah dikenal
sebagai warisan alat musik tradisional Jepang.
Shakuhachi mempunyai fungsi dan kegunaan yang cukup banyak.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Alasan Pemilihan Judul
Negara Jepang yang terkenal dengan julukan matahari terbit ini dikenal sebagai negara yang maju dalam berbagai macam pencapaian. Hal ini bukan
hanya dalam teknologi saja, namun juga dalam perdagangan industri. Tanpa harus kehilangan nilai-nilai tradisi oleh warisan budaya leluhur mereka. Kemampuan
bangsa ini untuk maju dan berkembang, patut menjadi contoh oleh bangsa-bangsa lainnya, Tradisi yang dilakukan turun temurun ini diberi apresiasi contohnya saja tradisi yang tetap melestarikan dan menjaga tradisi minum teh. Membahas
kebudayaan dan tradisi Jepang yang beraneka ragam, tentu tidak terlepas dari musiknya.
Ciri khas musik tradisional Jepang yang perkembangannya terpaut erat dengan drama, tarian, dan kesenian lain, ialah lebih menonjolnya musik vokalnya daripada musik instrumentalnya. Hampir setiap malam kota-kota besar di Jepang
menjadi tuan rumah bagi sejumlah besar pergelaran musik di ruang-ruang konser yang besarnya bervariasi, dari auditorium raksasa yang dapat memuat 2.000 orang
sampai ruang-ruang yang lebih akrab dengan 100 kursi. Selain musik klasik Barat (termasuk opera), konser rock, dan jazz, musik populer Jepang selalu ramai dikunjungi, sampai penuh (full house), musik tradisional Jepang masih terus
di Jepang dewasa ini suatu jalinan rumit yang mempesonakan yang tidak terlihat di negara-negara Barat.
Di Jepang dewasa ini, orang-orang Jepang dapat menikmati segala jenis musik. Dari musik tradisional Jepang, musik klasik barat, musik pop, musik
rakyat, musik jazz, dan rock.
Musik di Jepang merupakan sebuah proses yang berlangsung terus–menerus dengan menerima berbagai gaya musik asing yang telah dicerna atau dibentuk
kembali sesuai dengan dengan selera orang-orang Jepang. Contoh-contoh dari proses ini menghasikan sejarah alat musik yang telah dianggap sebaghai alat musik tradisional Jepang. Diantaranya adalah koto (alat musik mirip Harpa,
berdawai 13), shamisen (alat musik mirip Harpa, berdawai 30, dan shakuhachi (seruling bambu).
Shakuhachi (seruling bambu) memiliki sejarah yang cukup panjang di Jepang.
Shakuhachi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap musik Jepang dan seni pertunjukannya. Shakuhachi memiliki beberapa Jenis-jenis bentuk yang
mempunyai makna tersendiri. Di Jepang sekarang ini shakuhachi juga mengalami perkembangan yang cukup diakui.
Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk membahas tentang teknik pembuatan dan permainan shakuhachi dan menjadikannya sebagai judul kertas karya ini.
Adapun tujuan penulis memilih judul Kertas Karya ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah shakuhachi 2. Untuk mengetahui jenis-jenis shakuhachi
3. Untuk mengetahui perkembangam shakuhachi di Jepang
4. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang shakuhachi
1.3 Batasan Masalah
Penulis hanya akan memfokuskan pembahasan dalam Kertas Karya ini pada
teknik pembuatan dan permainan alat musik shakuhachi. Untuk mendukung pembahasan ini penulis akan mengemukan juga jenis-jenis, dan fungsi dari alat
musik shakuhachi.
1.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan metode kepustakaan (library research), yakni dengan cara mengumpulkan data atau informasi dengan
membaca buku yang ada yakni berupa buku sebagai referensi yang berkaitan dengan pokok permasalah yang dibahas kemudian dirangkum dan dideskripsikan ke dalam kertas karya ini. Selain itu, penulis juga memanfaatkan informasi
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG ALAT MUSIK SHAKUHACHI DI
JEPANG
2.1 Sejarah Shakuhachi di Jepang
Musik dikenal masyarakat Jepang pada abad ke-7, dan pada masa itu sangat antusias mempelajari musik dari benua Asia. Musik tradisional Jepang juga sering
didengar dan di mainkan oleh para samurai dengan tujuan memperkaya hidup dan pemahaman mereka. Musik tradisional sejak dahulu juga sudah dikenal sebagai
pendamping seni teater di Jepang.
Alat musik shakuhachi pada awalnya diperkenalkan dari Cina ke Jepang pada abad ke-8 dan mengalami perkembangan di awal Priode Edo. Shakuhachi secara
tradisional terbuat dari bambu, tapi versi sekarang ada di juga yang terbuat dari ABS dan kayu keras. Shakuhachi digunakan oleh para biarawan dari sekolah Fuke dari Zen Buddhisme dalam praktek suizen ( meditasi meniup ).
Dalam seni pertunjukan atau teater Jepang biasanya didampingi dengan musik-musik yang berasal dari alat-alat musik tradisional Jepang. Contohnya, alat
musik koto (alat musik mirip Harpa, berdawai 13), shamisen (alat musik mirip Harpa, berdawai 3), dan shakuhachi (seruling bambu). Alat-alat musik tradisional ini sangat populer pada zaman Nara dan Heian. Namun, memasuki zaman Edo
Shakuhachi dibuat dari bambu, di bagian dekat akar, dengan diameter 3.5cm – 4.0cm. Ada 5 lubang, 4 di bagian depan dan 1 di bagian belakang. Sisi dalam
shakuhachi digosok sampai halus, bahkan belakangan ini bagian dalamnya diolesi
shu-urushi (bahan pewarna alam berwarna merah) atau kuro-urushi (bahan
pewarna alam yang berwarna hitam), agar menghasilkan suara yang halus dan
indah. sebelumnya, bagian mulut shakuhachi dipotong menyerong, tetapi sekarang pada bagian mulut dipasangi tanduk rusa atau kerbau supaya lebih
kokoh. Shakuhachi merupakan seruling yang dapat menghasilkan warna suara yang bervariasi dan nada suara yang paling sensitif di antara seruling tradisional Jepang, baik seruling tiup samping (horizontal) maupun seruling tiup depan
(vertikal). Disebabkan ciri khas itu shakuhachi mempunyai posisi tersendiri di dalam alat musik tradisional Jepang
Dinamakan shakuhachi yang berarti 1,8 shaku, mengacu pada ukurannya. Ini adalah bentukan dari dua kata, Shaku berarti shaku, sebuah hitungan kuno untuk lebar 30,3 sentimeter dan dibagi dalam sepuluh sub unit. Hachi berarti delapan, di
sini delapan matahari. Jadi, “Shaku-hachi” berarti “satu Shaku delapan matahari”, panjang standar sebuah shakuhachi sekitar 55 cm. Shakuhachi lain panjangnya
bervariasi dari sekitar 1,3 sampai 3,3 shaku. Meskipun ukuran berbeda, semua masih disebut secara umum sebagai shakuhachi.
Model shakuhachi (seruling Jepang) yang dikenal masyarakat saat ini disebut
fukeshakuhachi, berasal dari zaman pertengahan era Kamakura. Pada zaman
tersebut seorang biksu Zen bernama Kakushin, belajar di negeri Cina dan
bernama Chosin, dan membawa pulang lagu dan alat musiknya ke Jepang. Sejak itu shakuhachi digunakan sebagai alat penyebaran agama oleh biksu-biksu aliran
Hottoha Rinzaisu, salah satu bagian dari aliran Zen. Dari sejarah ini juga bisa diketahui bahwa semua lagu klasik Shakuhachi yang disebut shakuhachi koten honkyaku (lagu klasik khusus Shakuhachi) memuat ajaran agama Budha Zen.
Ukuran panjang fuke-shakuhachi adalah kurang-lebih 54 cm atau dalam satuan ukuran tradisional Jepang yaitu 1 shaku 8 Sun. Namun akhir-akhir ini ukuran
panjang shakuhachi bervariasi dan nada dasar ditentukan berdasarkan ukuran panjang tersebut.
Shakuhachi alat musik tiup dari Jepang yang terbuat dari bambu tapi saat ini
banyak ada yang dibuat dari ABS dan kayu. Shakuhachi sering digunakan oleh para biksu Budha sekte Zen dalam kegiatan “Suizen” yaitu kegiatan meditasi
dengan meniup. Sebenarnya alat musik seperti suling berasal dari China dan diperkenalkan di Jepang pada abad ke 6 pada masa kebangkitan periode Edo. Awalnya alat musik tiup ini dibuat dari bambu, namun seiring perkembangan
shakuhachi dibuat dari kayu dan termoplastik (mirip seperti melamin).
2.2 Jenis-jenis Shakuhchi
Dalam penggolongan alat musik shakuhachi merupakan alat musik yang
serupa dengan suling. Secara umum, perubahan dalam periode sejarah politik atau budaya Jepang membawa tentang seni musik baru yaitu shakuhachi dan musik
yang berubah sesuai dengan waktu dan dapat diklasifikasikan ke dalam lima jenis, masing-masing sesuai dengan jangka waktu tertentu yaitu :
Gagaku Shakuhachi adalah shakuhachi pertama yang tiba di Jepang, yaitu pada abad ke-7. shakuhachi jenis ini memiliki enam lubang, bentuknya ramping
dan sangat halus. Kemudian shakuhachi lima lubag ditemukan. Instrumen ini digunakan dalam orkestra gagaku awal. Beberapa shakuhachi diawetkan dalam
kondisi sangat baik di gudang kekaisaran Shousou di
Pada akhir periode Heian, Kaisar Go Shirakawa megadakan perjamuan tahun baru di Pengadilan Imperial ( 1158 ). Kaisar Go menyatakan di dalam perjamuan,
kaisar memerintahkan untuk menghidupkan kembali shakuhachi, yang sudah lama tidak digunakan. The Taigen Sho dan Zoku Kyôkun Sho sebutan untuk insiden ini. Begitu pula Shinzei Kogakuzu menulis surat gulung, mengatakan tentang
Fujiwara Michinori ( 1159 ), gambaran hidup musisi, termasuk pemain shakuhachi dalam kostum gagaku. Hal ini juga menunjukkan bahwa shakuhachi
gagaku itu digunakan sampai abad ke-12. Tetapi referensi ini terkhir yang jelas untuk shakuhachi yang dimainkan sebagai instrumen gagaku.
Nara.
2. Tempuku
Meskipun tempuku tidak disebut "shakuhachi" seperti biasa dan memiliki perbedaan bentuk pipa, tempuku cukup mirip dalam bentuk dan susunan lubang
sehingga diklasifikasikan sebagai shakuhachi. Tempuku terbuat dari bambu, tipis, dan ringan. Tempuku memiliki lima lubang dan berkembang di daerah Satsuma (Kagoshima) Jepang sekitar abad pertengahan (dari abad 12 sampai abad
ke-15). Saat ini hanya ada beberapa pemain di daerah Kagoshima yang mempertahankan tradisi tersebut. Tempuku adalah jenis shakuhachi kuno yang
diberikan seperti nama sepuluh ( surga ), puku atau fuku ( meniup ), namun saat pemeriksaan pembuatan dan bentuknya menunjukkan kemiripan dengan bentuk
asli shakuhachi dari abad pertengahan .
Shakuhachi jenis ini terbuat dari sepotong hotei chiku bambu tipis yang datar dengan tiga simpul, berukuran sekitar 26 cm. Tempuku ini hampir selalu dibuat
oleh pemainnya sendiri, tapi menariknya ukuran tidak mengikuti akustik atau lebar jari yang ditentukan. ada beberapa variasi instrumen amond sendiri. Corong
dipotong ke dalam, berlawanan dengan shakuhachi tapi sama dengan Dong xiao (seruling bambu vertikal) dari Cina, seperti hitoyogiri. Tetapi, tempuku lebih pendek dari shakuhachi Fuke dan karena itu menghasilkan suara secara
keseluruhan yang menurun lebih tinggi, dan relatif rendah.
Berbeda dengan shakuhachi digunakan dalam gagaku. Shakuhachi dari Abad
Pertengahan ini yang memiliki lima lubang dulunya disebut tempuku, hitoyogiri, dan shakuhachi fuke semua turun dari shakuhachi lima yang ditemukan merupakan produk dari abad pertengahan. Hanya kemudian apakah
masing-masing instrumen berkembang melalui keadaan yang berbeda dan aplikasi, menjadi shakuhachi sama sekali berbeda .
3. Hitoyo giri
Hitoyogiri Shakuhachi juga sering disebut hanya sebagai hitoyogiri. Nama yang berasal dari kenyataan bahwa suling dibangun dari bagian node tunggal (hito
- Satu, yo - simpul, giri - potong) dari bambu. Memiliki lima lubang, hitoyogiri bervariasi dari panjang dan lebarnya. Digunakan selama periode Muromachi (1392 - 1568), tetapi dari akhir abad ke-16 sampai awal abad ke-17, hitoyogiri
meskipun upaya kebangkitan dibuat pada awal abad ke-19, yang shakuhachi hitoyogiri segera menjadi punah untuk semua tujuan praktis. Bahkan samapai
sekitar abad ke-15, tingkat yang instrumen yang bersengketa meningkat,
Karena jenis tertentu shakuhachi terbuat dari gabungan bambu tunggal dan memiliki lima lubang dan itu adalah hitoyogiri dalam arti luas kata . Namun pada
saat ini istilah Hitoyogiri belum digunakan. Selain itu, setidaknya ada lima bentuk seruling digunakan pada saat itu ( terendah yang bernada di hyôjô ). Oleh karena
itu pemain seruling tidak menjadi bingung dengan shakuhachi hityogiri ( selalu bernada pada A4 ) sering ditemukan dalam literatur dan referensi dari periode kemudian .
4. Fuke
Fuke Shakuhachi tanda langsung shakuhachi dari masa kini. Sebagian
besar selama periode Edo, shakuhachi ini tetap dirayakan biarawan komuso didaerah tertentu dari sekte Fuke Buddhisme Zen dan sering disebut sebagai shakuhachi komuso. Waktu itu bahwa sisa akar berat shakuhachi itu digunakan
dalam membuat instrument, seperti tempuku dan hitoyogiri, shakuhachi Fuke juga memiliki lima lubang. Semua tipe shakuhachi disebutkan di atas kecuali shakuhachi gagaku adalah varian yang dianggap dasar bentuk asli yang sama.
Di lihat 100 tahun antara pertengahan abad ke-16, pertengahan abad ke-17 , kita melihat bahwa itu adalah usia di mana shakuhachi Fuke itu baru mulai
muncul. Itu juga merupakan periode penting untuk berbagai genre seni pertunjukan yang berkembang pada periode Edo hingga akhir abad ke-19 perkembangan yang paling penting dalam Periode itu di impor dari shamisen tiga
5. Eksperimental 20th Century Shakuhachi
Eksperimental 20th Century Shakuhachi adalah shakuhachi diproduksi sebagai hasil dari eksperimen di Showa Periode awal (1925 - sekarang). Ini termasuk tujuh dan sembilan shakuhachi yang ditemukan bersama dengan
penemuan yang disebut Ôkaraulo, yang merupakan upaya untuk menggabungkan shakuhachi dan seruling barat inoto satu instrumen. Lubang-lubang tambahan atau
kunci ditambahkan untuk memfasilitasi bermain kromatik setengah-nada.
2.3 Fungsi Shakuhachi di Jepang
Shakuhachi merupakan jenis alat musik tradisional Jepang yang mempunyai beberapa fungsi dan kegunaan. Fungsi dan kegunaan shakuhachi
tentunya disesuaikan dengan zaman dari pertama kali diperkenalkan hingga zaman modren sekarang. Pada awalnya, shakuhachi dibuat dengan tujuan sebagai
agama oleh biksu-biksu aliran Hottoha Rinzaisu, salah satu bagian dari aliran Zen.
Periode Edo (tahun 1600 sampai tahun 1880) ketika ronin ( samurai prajurit yang telah kehilangan tuannya ), menjadi pengemis imam keliling dari sekte Fuke disebut komuso ( imam kekosongan ) . Mereka memainkan shakuhachi
di candi mereka dengan cara menyanyikan sutra, ketika ziarah, dan ketika mengemis untuk sedekah.
untuk melambangkan identitas mereka. Keanggotaan komuso sangat meningkat selama pergolakan politik waktu itu.
Pada abad pertengahan shakuhachi hanya digunakan sebagai pengiring Noh, Kabuki, tari-tarian yang diiringin dengan gendang. Pada abad 16 shakuhachi digunakan sebagai pengiring puisi dan hingga sekarang shakuhaci digunakan
BAB III
TEKNIK PEMBUATAN DAN PERMAINAN SHAKUHACHI
3.1 Teknik Pembuatan Shakuhachi
Shakuhachi adalah seruling bambu Jepang yang tampak sederhana. Dengan hanya lima lubang jari, tajam, tepi bertiup miring. Shakuhachi mampu
memproduksi kedua suara yaitu kesederhanaan dan kompleksitas yang luas. Desainnya efisien menyediakan untuk pemain dengan tingkat halus tone control
yang tidak ditemukan pada suling lainnya. Dengan menyesuaikan meniup angle atau sebagian menutupi lubang jari, skala pentatonik dasar dapat diperluas untuk mencakup slide, halftone, nada seperempat serta microtones halus. Secara historis,
shakuhachi memiliki hubungan ke Zen Buddhisme. Dalam konteks agama, shakuhachi tidak dimainkan untuk hiburan, tetapi sebagai meniup cara Zen.
Kesederhanaan meniup shakuhachi juga dapat ditemukan dalam pengalaman pembuatan shakuhachi. Hal yang paling dasar adalah shakuhachi dapat dibuat dalam beberapa menit. Di bentuk dengan kompleks dan sempurna.
Membuat shakuhachi dapat digunakan sebagai alat untuk berlatih apresiasi dan bertanya-tanya paradoks dalam segala hal. Panduan membuat seruling ini
mencoba untuk menjelaskan pendekatan dasar Shakuhachi untuk konstruksi. Dalam pendekatan ini, penekanannya pada bambu dan bekerja dengan masing-masing bagian tentu yang ditawarkan. Metode ini sangat ideal untuk pemula
karena berkaitan dengan shakuhachi dalam bentuk dasarnya. Langkah sangat membosankan atau dalam pola pikir hiasan mesin seperti tepi bertiup, aplikasi
seharusnya menjadi metode kasar. Banyak pembuat mengalami menemukan kompleksitas dan ini tantangan tak berujung dalam masalah ini.
Ada berbagai kemungkinan mengenai asal-usul shakuhachi. Salah satu penjelasan adalah bahwa enam lubang pada shakuhachi versi kuno adalah dari Cina ke Jepang bersama dengan pengenalan Buddhisme selama periode Nara (
680 - 794 M ). Penjelasan lain adalah bahwa shakuhachi (seruling Jepang) dibuat nenek moyang. Shakuhachi jenis itu disebut hitoyogiri yang pertama dimainkan
oleh biarawan besar Jepang pada abad ke-9 sampai abad ke-11.
Pada abad ke-17, shakuhachi dimainkan oleh pengembara imam disebut komuso ( imam kosong ) yang mengenakan keranjang besar di atas kepala mereka
untuk melambangkan identitas mereka . keanggotaan komuso sangat meningkat selama pergolakan politik waktu itu. Beberapa tertarik dengan peran gratis dan
biarawan komuso mudah untuk berpergian. Sementara itu yang lainnya ditarik oleh perusahaan untuk mengembangkan teknologi Zen dan memanfaatkan musik sebagai sarana untuk pencerahan. Gerakan ini secara bertahap berkembang
menjadi sebuah sekte yang diakui Zen Buddhisme. Ini adalah legenda populer komuso dimana mereka diberikan hak khusus untuk memainkan shakuhachi jika
mereka bertindak sebagai pelapor rahasia bagi pemerintah. Mereka juga mengatakan menggunaan bagian akar padat diseruling mereka sebagai alat pertahanan diri. Ken La Cosse dari San Francisco, membuat Mujitsu Shakuhachi
untuk siswa , guru dan profesional musisi di seluruh dunia .
shakuhachi berkualitas memerlukan kesabaran, perhatian dan penyesuaian halus selama produksi. Alat-alat sederhana yang cukup ditemukan di setiap toko
barang-barang. Berikut adalah daftar alat-alat dasar pembuatan shakuhachi yaitu :
1. Pisau pemotong 2. Pisau bambu Jepang
3. Mata pisau
4. File media diatur kira-kira berdiameter 1 inchi
5. Putaran file kasar kira-kira berdiameter ¼ sampai ½ inchi 6. Bor ( alat untuk melubangi shakuhachi )
7. Bor yang berukuran 3/8 inchi
8. Bor kayu bit, panjangnya kira-kira 3/8 inchi 9. Amplas ( alat untuk menghaluskan shakuhachi )
10.Metrik ( alat untuk mengukur panjangnya shakuhachi ) 11.Kayu pena berdiameter ¼ sampai ½ inchi
12.Baja wol
13.Tuner Elektronik 14.Bambu
Pembuatan Shakuhachi adalah pengalaman yang sederhana. Setiap bagian dari bambu memiliki suara yang unik. Pentingnya untuk mendengarkan itu, mengenalinya, kemudian membantu bersama ke arah suara sendiri. Pembuatan
shakuhachi akan sulit ketika kita mencoba untuk memaksa suara yang telah ditentukan dalam bambu . Seruling terbaik yang mudah dan muncul sebagai hasil
Mari kita mulai, bambu diseleksi sebuah Shakuhachi tradisional terbuat dari bagian akar Medake Jepang ( Phyllostachys bambusoides ) bambu .Hanya
sejumlah kecil dari batang Asyera yang akan menunjukkan semua karakteristik dianggap penting untuk kualitas shakuhachi. Warna, penempatan not, diameter, sentuhan dan kepadatan semua penting di pertimbangkan. Karakteristik ini,
bersama dengan menghasilkan tenaga kerja, mempersiapkan dan pengasahan bambu, paertnambah pada biaya tinggi. Untuk pembuat pemula , mungkin lebih
praktis jika membeli bambu murah. Jika terjadi kesalahan akan mempermudah mereka karena biaya murah. Pembibitan tanaman sering membawa batang murah, pengasahan bambu yang baik dapat membuat shakuhachi mengejutkan. pencarian
untuk batang yang dipotong lebih baik rendah ke tanah.
Simpul lebih mirip bersama-sama dan gunakan bambu yang tebal pada
akhir ini. Juga, sama secara alami meruncing di ujungnya ini dan menyerupai bentuk optimal untuk suara yang bagus. Bor yang digunakan untuk memotong bambu di ukuran menggunakan diagram sebagai panduan. Bor melalui semua
simpul padat dengan panjang bor 3/8 bit. Kemudian simpul dapat diajukan dengan sedikit file bulat yang sedikit kasar. Pada titik ini, tidak menggiling not flush
untuk lubang . Ini dapat disesuaikan setelah lubang yang dibor untuk kualitas suara yang baik. Grind membuka bertiup tepi dan simpul ke 2 cm. Memotong tepi tiupan dengan lubang masih dalam keadaan belum selesai, saatnya untuk
memotong tepi tiupan. Mulai dari ujung bawah, menggambar garis tengah sepanjang bambu sebagai panduan untuk lubang jari dan ujung keselarasan
belakang untuk membuat lebih nyaman. Peniup di ujung harus tajam dan cocok dengan dimensi dalam diagram. Uji pukulan dan membuat penyesuaian yang
diperlukan untuk bermain dengan nyaman dan relatif mudah dan sesuai dengan keinginan Anda. Jika seruling dimainkan dengan satu catatan yang rendah sangat baik, meninggalkan kebosanan dan beralih ke pengeboran jari lubang. Jika Anda
tidak puas dengan suara, beberapa pekerjaan bore sekunder akan dibutuhkan. perlahan menggiling node tunggal atau kombinasi dan uji meniup sering. Hal ini
penting untuk bekerja perlahan dan mendengarkan. Jika overgrind itu lebih rumit untuk menambahkan kembali ke bor. Idenya adalah untuk mendapatkan lubang dekat dengan di mana perlu harus sebelum pengeboran lobang untuk jari.
Kemudian, bor akhir penyesuaian dapat dilakukan. Petunjuknya jika lubang suling anda meruncing seperti diagram (yang ideal) anda mungkin perlu untuk
menggiling bagian bawah 9 cm dan membuka sedikit untuk meningkatkan nada. Jika membosankan silindris, ada grinding diperlukan di bagian bawah
.
3.2 CARA BERMAIN SHAKUHAHI BERDASARKAN UKURANNYA
Komuso berpusat praktek mereka dari pengembangan shakuhachi, yang mereka sebut kisoku mereka ( spiritual napas ) sedemikian rupa bahwa mereka
akan memasuki keadaan tettei ( suara mutlak ) dengan bambu. Tujuannya mereka mungkin paling dinyatakan dalam pepatah komuso, Ichion Jobutsu yang menjadi
Buddha dalam satu suara .
Shakuhachi adalah tradisi aural tanpa musik diajarkan oleh telinga, tetapi
membaratkan, melarang pelaksanaan banyak Buddhis publik ritual termasuk dari komuso. Hal ini mengakibatkan di komuso dipaksa untuk mengajar honkyoku
orang untuk mencari nafkah. Hal ini pada gilirannya menyebabkan perkembangan dari notasi shakuhachi yang menggunakan karakter Jepang untuk menunjukkan ajaran tangan, dasarpelemparan, dan informasi berirama. Meskipun demikian,
nuansa penting tradisi terus diterapkan dari master, guru kepada siswa. Satu catatan terakhir, pada abad ke-17 dimulai, shakuhachi yang mulai termasuk dalam
sekuler / Jepang repertoar klasik ( sankyoku ), musik ensemble untuk koto, shamisen, dan shakuhachi. Shakuhachi dapat dimainkan berdasarkan panjangnya
dan jenisnya yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Honshirabe Dimainkan pada Shakuhachi 2.1
Hon Shirabe berasal dari kuil Fudaiji di Hamamatsu, tetapi pada
pertengahan abad ke-19 guru besar dan pemain Kanetomo Seien ( tahun 1818 sampai tahun 1895 ) telah disesuaikan gaya bermainnya, sudah ditemukan di sekolah sendiri dan daftar lagu untuk shakuhachi dan memberi kami lagu seperti
yang kita kenal sekarang. Karakter yang ditulis untuk hon berarti dasar atau primer dan istilah Shirabe berarti investigasi. Dikatakan bahwa beberapa biarawan
dari sekte Fuke, bernyanyi dengan cara nyanyian sebuah sutra, tapi honkyoku ini sebagai bagian dari praktik Buddhis seluruh hidup mereka. Hon Shirabe dianggap sebagai persiapan untuk yang akan mengikuti. itu adalah bagian pertama yang
dipelajari oleh sebagian besar pemain shakuhachi. Sering waktu digunakan untuk memulai upacara, konser, atau bahkan waktu seseorang latihan sendiri dan sering
hal yang membuat bagian ini sulit digunakan karena kesederhanaannya, struktur suling, dan persyaratan bahwa pelaku 100 % konsentrasi dan siap mencatatan
masing-masing, satu per satu, sementara pada saat yang sama hilang dalam proses dan kosong untuk semua lampiran harus sendiri.
2. Kongoseki Dimainkan pada Shakuhachi kecil 1.6 yang Panjangnya 48 cm
Melodi pertama dalam koleksi ini mungkin adalah yang paling manis, paling sederhana, dan dapat diakses melodi pada CD untuk telinga Barat, contoh lagu
rakyat Jepang yang sangat baik dari periode Meiji dan untuk koto sekitar pergantian abad ke-20 oleh Tateyama Noboru. Hal ini biasanya dilakukan oleh koto / vokalis dan shakuhachi. gaya komposisinya yang disebut shinkyoku yang
liriknya ditulis oleh Janda Sultan Shoken ( 1850-1914 ). Yang judulnya berarti batu keras atau berlian, dan liriknya merujuk metaforis untuk pikiran manusia
sebagai berlian yang kecemerlangan tidak dapat direalisasikan sampai sekarang. Pesan ini ditujukan untuk anak-anak muda sekolah, dan merupakan bagian dari kecenderungan selama awal dekade pemerintahan Mieji, untuk mengadopsi lebih
kompetitif pandangan dunia tentang Western.
3. Daiwagaku Dimainkan pada Shakuhachi 2.8 yang Sangat Panjang
Daiwa Gaku adalah bagian disusun oleh shakuhachi Grand Master Jin Nyodo pada abad ke-20. Lagu ini adalah salah satu dari beberapa honkyoku modern yang diterima ke dalam jajaran honkyoku tradisional yang besar.
Sementara Daiwa Gaku secara harfiah berarti lagu besar, tetapi juga berbicara tentang empat tahapan kehidupan manusia Jin Nyodo mengatakan bahwa
membandingkan dan kontras transisi yang ditemukan dalam kehidupan manusia dengan waktu dan musim. Teknik Kyosui yang digunakan di seluruh bagian
tersebut. Setiap frase ditiup dalam satu nafas kosong dan diizinkan untuk memudar secara alami, karena kualitas alamnya. Kyosui adalah langkah pertama yang alami dimainkan, namun pada kenyataannya, teknik yang sangat sulit untuk
menguasai. Dalam pengertian ini Kyosui dapat dilihat baik sebagai dasar shakuhachi, serta pencapaian tertingginya dari catatan liner dari Ronnie Nyogetsu
Seldin Makoto Shinjitsu - dengan hati penuh kesungguhan ( Lyrichord 7443 1998)
4. Azuma no Kyoku Dimainkan pada Shakuhachi Klasik 1,8 dengan Panjang
56 cm
Selama periode Edo, Hirosaki City ( terletak di Prefektur Aomori di bagian utara
dari Honshu ), digunakan untuk menjadi kota benteng dari Tsugaru Han, pusat shakuhachi honkyoku. Azuma no Kyoku dikatakan telah menjadi bagian dari awal daftar. Pada pertengahan abad ke- 19, Yoshida Iccho. Mengenalkan Grand Master
shakuhachi di sekolah Kinko dan pengaturan nya pada saat akan mendengarnya pada CD. Anda Perlu mencatat untuk melodi mengalir yang indah. Daripada
digunakan dalam pelatihan Zen, sebagian besar lagu honkyoku diperdengar oleh kelana komuso di depan umum untuk banyak orang. Musik dikatakan untuk mewakili kesepian dari ronin yang jauh dari keluarga dan rumahnya. Bahkan,
Azuma kata dalam judul berarti orang-orang timur Jepang, dan mengungkapkan kerinduan untuk timur oleh rakyat Jepang barat.
Horai berasal dari Kokutaiji , sebuah kuil Zen Rinzai terletak di pinggiran kota Toyama di Toyama Prefecture. Honkyoku ini secara tradisional dimainkan pada
hari peringatan kematian pendiri sekte Rinzai. Judul berasal dari Mt. Horai, gunung roh dalam laut timur, yang menurut mitos Cina adalah tanah di mana orang-orang kudus hidup, bebas dari usia tua dan kematian. Awalnya Kokutaiji
bukan kuil komuso, tetapi pada beberapa titik itu menjadi dasar untuk imam komuso. Pada pertengahan abad ke-19, tak lama setelah pemerintah Meiji
menghapuskan sekte Fuke, kelompok yang disebut Myoon Kyokai dibentuk di Kokutaij dan mereka terus bermain honkyoku. Notasi di sebelah kiri adalah di tangan Jin Nyodo ( salah satu guru yang paling penting dari shakuhachi - dan
bagian dari garis keturunan guru saya. Guru saya adalah Ronnie Nyogetsu Reshin Seldin dan Kurahashi Yoshio ) Jin Nyodo belajar honkyoku ini dari dua Kokutaiji
imam komusu Tahara Myogen dan Takagi Myogar.
6. Yamato Choshi 2,8 Shakuhachi
Ada banyak honkyoku dengan " Choshi " dalam judul. Mereka biasanya
berfungsi sebagai preludes, dimaksudkan untuk mendirikan sebuah kesatuan jiwa dengan segala sesuatu, bermain dalam persiapan untuk selanjutnya kinerja
honkyoku. Tradisi shakuhachi zen menyatakan bahwa shakuhachi dapat di mainkan sebanyak anda bermain shakuhachi. Karya ini membantu untuk memperbaharui ini hubungan antara bambu dan orang. Choshi berevolusi menjadi
bentuk yang sekarang selama tahun 1930-an ketika itu adalah bagian dari tur yang repertoar Tani Kyochiku (1882 sampai 1950), seorang biksu professional pemain
ketika sepuluh tahun kemudian ia melakukan untuk Murata. Kyochiku kemudian menamakannya Yamato joshi melodi dari Yamato nama lain untuk Nara .
7. Kyorei dimainkan pada Shakuhachi 2,8
Di antara klasik Koten honkyoku, Kyorei telah datang untuk dianggap sebagai bagian yang paling asal Cina kuno. Meskipun potongan hanya menggunakan lima
pola melodi yang sangat sederhana, dapat dibuat sebagai menyampaikan rasa ketegangan, mengingatkan kita bahwa salah satu cara untuk cukup berpikiran
adalah berlatih sepenuhnya menyadari hal-hal yang kita biasanya mengabaikan. Waktu ke waktu nuansa dan kecelakaan ( baik dan buruk ) yang membuat hidup benar-benar tenang. Perasaan sistematis, perusahaan, dan struktur kokoh yang
menembus bagian ini adalah tanpa sama di repertoar.
8. Come Sunday ( Duke Ellington tahun 1899 sampai 1974 )
Duke dan band komposisi perdana di Carnegie Hall pada tahun 1943 dan pada tahun 1958 itu menjadi kemasyhuran standar Injil Amerika ketika ia merekamnya dengan Mahalia Jackson. Melodi indah cukup tepat untuk shakuhachi tidak hanya
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Negara jepang adalah negara yang memiliki kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Meskipun modernisasi terus berkembang pesat namun
masyarakat Jepang tetap utuh untuk melestarikan kebudayaan mereka khususnya dibidang musik.
Sekarang ini di Jepang, orang-orang Jepang dapat menikmati segala jenis musik. Mulai dari musik modern hingga musik tradisionaln. Membahas musik tradisional tentu tidak terlepas dari proses sejarah sehingga dapat melahirkan alat
musik tradisional asli Jepang Misalnya, koto (alat musik mirip harpa, berdawai 13), shamisen (alat musik mirip harpa, berdawai 3), dan shakuhachi (seruling
jepang).
Shakuhachi adalah alat musik seruling yang berasal dari negara yang disebut negeri matahari atau Jepang. Alat musik ini ditiup seperti seruling pada
umumnya. Shakuhachi pertama kali diperkenalkan dari Cina ke Jepang pada abad ke-8 dan menjalani kebangkitan di Periode Edo awal. Shakuhachi Itu digunakan
oleh para biarawan dari sekolah Fuke dari Zen Buddhisme dalam praktek suizen (meniup meditasi ).
Shakuhachi ialah alat musik seruling yang terbuat dari bambu. Shakuhachi
memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing. Shakuhachi memiliki berbagai jenis, yaitu gagaku, tempuku, hitoyo giri, fuke dan eksperimental 20th Century.
Shakuhachi adalah seruling bambu Jepang yang sederhana. Dengan hanya lima lubang jari, berbentuk tajam, tepi bertiup miring, mampu memproduksi kedua suara yaitu kesederhanaan dan kompleksitas yang luas. desain efisien
menyediakan pemain dengan tingkat halus pengaturan nada yang tidak ditemukan pada suling lainnya. Secara historis, shakuhachi memiliki hubungan ke Zen
Buddhisme. Dalam konteks agama, shakuhachi tidak dimainkan untuk hiburan, tetapi sebagai cara meniup Zen.
Shakuhachi memiliki beberapa fungsi dan kegunaan yang cukup banyak
misalnya,Shakuhachi pada abad ke-17, shakuhachi dimainkan oleh pengembara imam disebut komuso ( imam kosong ) yang mengenakan keranjang besar di atas
kepala mereka untuk melambangkan identitas mereka. komuso sangat meningkat selama pergolakan politik ini waktu. Beberapa tertarik dengan peran gratis dan
biarawan komuso mudah berpergian.
Bunyi pada 1,8 shakuhachi menghasilkan D4 ( D atas tengah C , 293,66 Hz ) sebagai dasar catatan terendah menghasilkan bunyi dengan semua lima lubang jari tertutup , dan sudut bertiup normal. Sebaliknya, shakuhachi 2.4
memiliki dasar A3 ( A dibawah tengah C , 220 Hz ) . jika panjang meningkat , jarak lubang jari juga meningkat , peregangan kedua jari dan teknik. Pemain
4.2Saran
Musik merupakan sesuatu yang bernilai bagi masyarakat Jepang. Sejarah
musik tradisional yang menghasilkan alat-alat musik tradisional membuat masyarakat Jepang semangat dan tetap utuh untuk mempertahankan dan melestarikan kebudayaan warisan nenek moyang mereka. Meskipun banyak
musik-musik dari negara lain masuk ke negara mereka. Hal ini yang harus dicontoh oleh pembaca.
Oleh karena itu, bagi pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Bahasa Jepang, musik-musik tradisional dan alat-alat musk tradisional yang masih dilestarikan sampai sekarang dapat dijadikan motivasi agar pembaca juga
mempunyai semangat yang sama dalam menjaga dan melestarikan budaya-budaya dinegara sendiri.
Setelah mengetahui asal usul shakuhachi maka penulis menyarankan bahwa, sebaiknya shakuhachi lebih diperkenalkan lagi kepada masyarakat di luar Jepang terutama pada generasi muda agar dapat dikenal seperti shamisen.