• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI. Oleh : Noerini Rachmawati NIM. ST Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI. Oleh : Noerini Rachmawati NIM. ST Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG

MOBILISASI DINI PADA PASIEN

BANGSAL ANGGREK RSUD dr

MANGUN SUMARSO WONOGIRI

Untuk Memenuhi

PROGRAM STUDI S

STIKES KUSUMA HUSADA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN

MOBILISASI DINI PADA PASIEN POST APPENDIKTOMI DI

BANGSAL ANGGREK RSUD dr.SOEDIRAN

MANGUN SUMARSO WONOGIRI

NASKAH PUBLIKASI

emenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Noerini Rachmawati NIM. ST14045

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

PELAKSANAAN

KTOMI DI

.SOEDIRAN

(2)
(3)

FAKTOR-FAKTOR YANG

MOBILISASI DINI PADA PASIEN

BANGSAL ANGGREK RSUD dr

MANGUN SUMARSO WONOGIRI

Untuk Memenuhi

PROGRAM STUDI S

STIKES KUSUMA HUSADA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN

MOBILISASI DINI PADA PASIEN POST APPENDIKTOMI DI

BANGSAL ANGGREK RSUD dr.SOEDIRAN

MANGUN SUMARSO WONOGIRI

NASKAH PUBLIKASI

emenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Noerini Rachmawati NIM. ST14045

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

PELAKSANAAN

KTOMI DI

.SOEDIRAN

(4)
(5)

1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini

pada Pasien Post Appendiktomi di Bangsal Anggrek RSUDdr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

Noerini Rachmawati1), Wahyu Rima Agustin2), Fakhrudin Nasrul Sani2)

1)

Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2)

Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Appendiksitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab penyakit abdomen akut yang sering terjadi di negara berkembang. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Wonogiri didapatkan data bahwa 4 dari 5 pasien mengatakan takut untuk bergerak dalam waktu 1 x 24 jam setelah mengalami operasi appendiksitis dikarena merasa nyeri, takut jahitannya lepas dan takut lukanya tidak kunjung sembuh. Pelaksanaan mobilisasi dini sering tidak dihiraukan karena berbagai faktor yang membuat seseorang tidak melakukannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pasien post appendiktomi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang telah melakukan appendiktomi di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu 19 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Pada penelitian ini data yang disajikan adalah frekuensi dari karakteistik responden yang meliputi jenis kelamin, umur, dan faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor kondisi kesehatan (suhu, TD, pernafasan, Hb, nyeri), pengetahuan dan dukungan sosial mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan perawat dan tenaga medis lainnya mampu memberikan motivasi terhadap pasien dan keluarga dalam latihan mobilisasi dini.

Kata Kunci : Appendiksitis, Appendiktomi, Mobilisasi Dini Noerini Rachmawati

(6)

2

Factors Associated with Early Mobilization of Patients Staying at Anggrek Ward of dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public

Hospital of Wonogiri after Appendectomy

ABSTRACT

Appendicitis refers to inflammation of the vermiform appendix and is supposed to be the cause of acute abdominal pain. This disease commonly occurs in developing countries. A previous study conducted in Regional Public Hospital of Wonogiri indicates that four of five patients were afraid of making movements in 1 x 24 hours after undergoing appendectomy due to the pain, fear of surgical knot loosening, and that of unrelieved pain. The implementation of early mobilization is often ignored because of several factors. This research aims at investigating the factors influencing the early mobilization of patients after appendectomy.

This research belongs to descriptive research. The population includes all patients who underwent appendectomy at dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri. Samples comprising 19 respondents meeting inclusion criteria were selected using purposive sampling method. Descriptive analysis was applied to analyze the data presenting frequencies of respondents’ characteristics including gender, age, and other factors contributing to the early mobilization.

The research findings demonstrate that factors of health conditions (temperature, blood pressure, respiration, hemoglobin (Hb), and pain), knowledge, and social support give influence to the implementation of the early mobilization. It is expected that nurses and other medical personnel give motivation to patients and their family when implementing the early mobilization.

Keywords : appendicitis, appendectomy, early mobilization

PENDAHULUAN

Appendiksitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab penyakit abdomen akut yang sering terjadi di negara berkembang, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki - laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki - laki berusia antara 10 sampai 30 tahun. Salah satu kelainan atau penyakit yang terjadi dalam sistem pencernaan yang membutuhkan

pembedahan secara khusus adalah Appendiksitis (Primariawan, 2010).

Prevalensi tindakan operasi di Amerika serikat tahun 2009 dari 27 juta orang yang menjalani operasi setiap pelayanan kesehatan, pasien dengan infeksi pada daerah operasi abdomen akan menjalani perawatan dua kali lebih lama di rumah sakit daripada yang tidak mengalami infeksi. Kurangnya mobilisasi dini dapat menimbulkan lamanya hari perawatan dari pasien dengan laparatomi, selain itu kurangnya mobilisasi dini pada

(7)

3 pasien pasca operasi laparatomi dapat

menimbulkan adanya infeksi (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010). Penyakit appendiksitis merupakan penyakit dengan urutan keempat terbanyak pada tahun 2006 di Indonesia. Data yang dirilis oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 2008 jumlah penderita appendiksitis di indonesia mencapai 591.819 orang dan meningkat pada tahun 2009 sebesar 596.132 orang. Kelompok usia yang umumnya mengalami appendiksiitis yaitu pada usia antara 10 - 30 tahun. Insiden laki - laki lebih tinggi dibandingkan perempuan (Eylin, 2009). Laporan Departemen Kesehatan (Depkes) mengenai kejadian laparatomi atas indikasi appendiksitis meningkat dari 162 pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan 1.281 kasus pada tahun 2007. Berdasarkan Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009, tindakan bedah menempati urutan ke 11 dari 50 pertama penyakit di rumah sakit se-Indonesia dengan persentase 12,8% yang diperkirakan 32% diantaranya merupakan tindakan bedah laparatomi (Hajidah & Haskas, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati dalam Hajidah & Haskas (2014), menemukan bahwa ada pengaruh mobilisasi dini dengan pemulihan peristaltik usus pada klien

pasca operasi laparatomi di Ruang Perawatan Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian lain dilakukan oleh Isrofi menemukan bahwa mobilisasi dini 2 jam pasca operasi lebih efektif dari pada mobilisasi 6 jam pasca operasi terhadap pemulihan peristaltik usus pasien pasca operasi apendictomy dengan anastesi subarchnoid blok di RSI Jemursari Surabaya.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Wonogiri bulan Juni 2015 didapatkan data bahwa 4 dari 5 pasien mengatakan takut untuk bergerak dalam waktu 1 x 24 jam setelah mengalami operasi appendiksitis dikarena merasa nyeri, takut jahitannya lepas dan takut lukanya tidak kunjung sembuh. Pelaksanaan mobilisasi dini sering tidak dihiraukan karena berbagai faktor yang membuat seseorang tidak melakukannya sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor – faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post Appendiktomi di bangsal Anggrek RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri”

METODOLOGI

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif observasional yaitu mendiskripsikan (memaparkan)

(8)

4

peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini. Penelitian ini akan mendiskripsikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post operasi appendiktomi (Nursalam, 2014).Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang telah melakukan appendiktomi di RSUD DR. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan didapatkan data bahwa dalam 3 bulan diperkirakan terdapat 20 pasien yang melakukan operasi appediktomi.penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel purposive

sampling yaitu responden dipilih

berdasarkan atas kriteria yang ditetapkan oleh peneliti sehingga didapatkan 19 responden.

Alat penelitan yang digunakan meliputi kuesioner dan lembar

checklisttentang faktor-faktor yang

mempengaruhi mobilisasi dini. Kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini di ambil dari penelitian yang dilakukan oleh Yanti (2010) di RSUP H. Adam Malik Medan dengan berpedoman pada tinjauan pustaka. Kuesioner tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini responden terdiri dari 24 pertanyaan dalam bentuk pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak (dikotomi), meliputi emosi (pernyataan

no. 1,5,9,13,17,21,24), gaya hidup (pernyataan no. 2,6,10,14), dukungan sosial (pernyataan no. 3,7,11,15,19), pengetahuan (pernyataan no. 4,8,12,16,18,20,22,23). Kriteria pernyataan negatif yaitu no. 1,10,14,19,24 untuk jawaban ya nilainya 0 dan jawaban tidak nilainya 1. Sedangkan pertanyaan positif jawaban ya nilainya 1 dan jawaban tidak nilainya 0. Nilai terendah adalah 12 dan tertinggi adalah 24.

Faktor kondisi kesehatan pasien diidentifikasikan dengan 5 pemeriksaan meliputi: suhu, tekanan darah, frekuensi pernafasan Hb dengan kategori normal 2 dan abnormal 1, nyeri: kategori skala nyeri 1-5 (tidak nyeri sampai dengan nyeri sedang) adalah 2 dan skala nyeri 6-10 (nyeri hebat sampai dengan paling hebat) adalah 1. Untuk lembar checklist pemeriksaan kondisi kesehatan terdapat 5 item setiap item masing-masing nilai terendah diberi skor 1 dan nilai tertinggi diberi skor 2 sehingga nilai tertinggi adalah 10 dan nilai terendah adalah 1.

Pelaksanaan mobilisasi dini diidentifikasi melalui lembar observasi dengan 5 objek pengamatan (1-5) yang dilakukan peneliti untuk mengamati pelaksanaan mobilisasi dengan memilih tanda checklist pada kolom “ya” jika tahapan mobilisasi dilaksanakan dan idak” jika tahapan mobilisasi tidak

(9)

5 terlaksana. Nilai 1 untuk jawaban ya dan

nilai 0 untuk jawaban tidak, nilai tertinggi adalah ≥ 3 dan terendah 0-2.Uji

realibilitas pada instrumen ini

sebelumnya sudah diujikan oleh Yanti (2010) di RSUP H. Adam Malik Medan yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetasan. Untuk faktor kondisi kesehatan pasien dan kuesioner faktor emosi, gaya hidup, dukungan sosial dan pengetahuan pasien diuji dengan menggunakan Cronbach

Alpha. Untuk lembar checklist faktor

kondisi kesehatan pasien diperoleh hasil 0,737 dan untuk kuesioner emosi, gaya hidup, dukungan sosial dan pengetahuan hasil yang diperoleh 0,755 hasil ini dinyatakan sudah reliabel dan layak untuk dilakukan penelitian.

Analisis data Univariat penelitian data disajikan dalam bentuk frekuensi karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, umur. Analisis bivariat digunakan Uji chi-square, hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya proporsi faktor yang mempengaruhi pelaksanaan ambulasi dini pada masing-masing variabel yang diteliti dengan menggunakan program SPSS v.18 for

windows. Analisis Multivariat digunakan

untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan ambulasi dini pada pasien post operasi appendiktomi dengan menggunakan

analisis statistik regresi linier. Analisis regresi linier digunakan untuk melihat pengaruh sejumlah variabel independen terhadap variabel dependen yang berupa variabel binominal atau juga untuk memprediksi nilai suatu variabel dependen (yang berupa nominal) berdasarkan nilai-nilai variabel independen (Dahlan, 2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin,umur, tingkat pendidikan, mekanisme koping dalam bentuk tabel serta deskripsi.

Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,

Pendidikan dan Pekerjaan (n=19)

Kategori F % 1. Umur 12-16 Tahun 17-25 Tahun 26-35 Tahun 36-45 Tahun 2 6 8 3 10.5 31.6 42.1 15.8 2. Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 10 9 52.6 47.4 3. Pendidikan Tidak Sekolah SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi 4 1 6 5 3 21.1 5.3 31.6 26.3 15.8 4. Pekerjaan Tidak Bekerja Petani Buruh 4 2 21.1 15.8

(10)

6 Swasta Karyawan 2 3 7 15.8 10.5 36.8 N=19 Distribusi responden berdasarkan umur diketahui jumlah paling sedikit berumur 12-16 tahun sebanyak 2 responden (10%) dan yang paling banyak berumur 26-35 tahun sebanyak 8 responden (42,1%). Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin diketahui jumlah paling sedikit berjenis kelamin perempuan sebanyak 9 responden (47,4%) dan paling banyak berjenis kelamin laki-laki sebanyak 10 responden (52,6%). Distribusi responden berdasakan tingkat pendidikan diketahui jumlah paling sedikit berpendidikan SD sebanyak 1 responden (5,3%) dan paling banyak berpendidikan SLTP sebanyak 6 responden (31,6%). Distribusi responden berdasarkan pekerjaan diketahui jumlah paling sedikit bekerja di swasta sebanyak 2 responden (10,5%) dan paling banyak bekerja sebagai karyawan sebanyak 7 responden (36,8%).

2. Analisis Bivariat Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasien Post Operasi Appendiktomi

a. Analisis Faktor Kondisi Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Tabel 2 Analisis Uji Chi-Square Faktor Kondisi Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi

Dini Kategori F % P-value Normal 19 100.0 .000 Tidak Normal 0 0 Total 19 100.0

Faktor kondisi kesehatan (suhu, tekanan darah, pernafasan, Hb, nyeri) terhadap pelaksanaan mobilisasi dini diketahui 19 (100%) responden memiliki kondisi kesehatan yang normal dengan p-value 0,000 (p-value

<0,05).

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Yanti (2010) yang memperlihatkan bahwa kondisi kesehatan yang normal tidak mempengaruhi pelaksanaan ambulasi dini pasien paska operasi. Pada penelitian ini mayoritas semua responden tidak mengalami suhu yang abnormal atau demam, sehingga melihat dari kondisi kesehatan pasien seharusnya memungkinkan untuk melakukan ambulasi dini. Dalam masa hospitalisasi, pasien sering memilih untuk tetap ditempat tidur sepanjang hari, meskipun kondisi mereka

(11)

7 mungkin membolehkan untuk

melakukan aktifitas pergerakan lain (Berger & Williams, 1992 dalam Yanti 2010).

Tekanan darah pasien juga berpengaruh terhadap kondisi kesehatannya. Memperhatikan pusing sementara adalah tindakan pencegahan yang penting saat mempersiapkan pasien untuk ambulasi. Bedrest jangka pendek, terutama setelah cidera atau tindakan pembedahan dapat disertai dengan hipotensi. Hipotensi dapat menyebabkan pasien kurang melakukan aktivitas seperti ambulasi (Perry & Potter, 2009). Tekanan darah pada semua responden adalah normal sehingga peneliti meyakini bahwa mobilisasi dini dapat dilakukan oleh semua responden.

Frekuensi pernafasan yang abnormal misalkan pada pasien dispnea selama latihan ambulasi tidak akan tahan melakukan ambulasi seperti pada pasien yang tidak mengalaminya, pada pasien lemah tidak mampu meneruskan aktivitas latihan karena energi besar diperlukan untuk menyelesaikan latihan menyebabkan kelelahan dan kelemahan yang menyeluruh. Hasil penelitian rata-rata frekuensi pernafasan responden berkisar

antara 12-20 x/mnt sehingga masih dalam kondisi normal dan tidak ada responden yang mengalami sesak nafas.

Menurut pendapat Kozier & Erb (2010) menyatakan bahwa perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem saraf berupa penurunan koordinasi, perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit sehingga mengakibatkan berkurangnya kemampuan seseorang untuk melakukan aktivias dan latihan. Hal ini juga sependapat dengan Perry & Potter (2009) yang menyatakan bahwa seseorang yang mengalami sakit kepala ringan, pusing, kelemahan, kelelahan, kehilangan energi, dispnue dan hampir pingsan kurang mampu untuk melakukan aktivias seperti ambulasi. Kelelahan yang berlebihan bisa menyebabkan pasien jatuh atau mengalami ketidakseimbangan pada saat latihan.

Nyeri yang dirasakan pada responden berintensitas ringan sampai sedang sehingga tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap mobilisasi paska appendiktomi. Menurut Brunner & Suddarth (2002) yang menyatkan kebanyakan pasien merasa takut

(12)

8

untuk bergerak setelah paska operasi karena merasa nyeri pada luka bekas operasi. Menurut Sjamsuhidajat & Jong (2005) menyatakan bahwa pasien menjadi ragu-ragu untuk melakukan batuk, nafas dalam, mengganti posisi, ambulasi atau melakukan latihan yang diperlukan. Masalah lain yang sering terjadi adalah ketika pasien merasa terlalu sakit atau nyeri, faktor lain yang menyebabkan mereka tidak mau melakukan mobilisasi dini dan memilih untuk istirahat ditempat tidur (Kozier & Erb, 2010). Pada penelitian ini responden mendapatkan terapi analgetik setelah pembedahan untuk mengurangi nyeri sehingga nyeri yang dirasakan tidak berat. Menurut Brunner & Suddarth (2002) beberapa pasien menyatakan bahwa nyerinya lebih ringan dibanding sebelum pembedahan dan hanya memerlukan jumlah analgetik yang sedikit, harus diupayakan segala usaha untuk mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan.

b. Analisis Faktor Emosi Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Tabel 3 Analisis Uji Chi-Square Faktor Emosi Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Kategori F % P-value Tidak Stabil 6 31.6 .342 Stabil 13 68.4 Total 19 100

Hasil penelitian faktor emosi terhadap pelaksanaan mobilisasi dini diketahui sebagian besar responden emosinya stabil sebanyak 13 responden (68,4%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh yanti (2010) yaitu tidak ada pengaruh antara emosi dengan pelaksanaan ambulasi dini pasien paska operasi. Menurut Kozier & Erb (2010) yang menyatakan bahwa kondisi psikologis seseorang dapat memudahkan perubahan perilaku yang dapat menurunkan kemampuan ambulasi yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak nyaman, tidak termotivasi dan harga diri yang rendah akan mudah mengalami perubahan dalam ambulasi.

Hal ini didukung Perry & Potter (2009) menyatakan bahwa pasien paska operasi tidak bersemangat karena kurang

(13)

9 motivasi untuk melaksanakan

ambulasi, penampilan luka, balutan yang tebal akan mengancam konsep diri pasien. Efek pembedahan seperti jaringan parut yang tidak beraturan dapat menimbulkan perubahan citra diri pasien secara permanen, menimbulkan perasaan pasien kurang sempurna sehingga pasien merasa cemas dengan keadaannya dan tidak termotivasi untuk melakukan aktivitas latihan. c. Analisis Gaya Hidup Terhadap

Pelaksanaan Mobilisasi Dini Tabel 4 Analisis Uji Chi-Square Gaya Hidup Terhadap Pelaksanaan

Mobilisasi Dini

Kategori F % P-value Negatif 4 21.1 .750 Positif 15 78.9

Total 19 100.0

Hasil penelitian faktor gaya hidup terhadap pelaksanaan mobilisasi dini diketahui sebagian besar responden memiliki gaya hidup positif sebanyak 15 responden (78,9%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh yanti (2010) yaitu tidak ada pengaruh gaya hidup terhadap pelaksanaan ambulasi dini pasien paska operasi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan gaya hidup yang positif tidak

mempunyai pengaruh signifikan dengan pelaksanaan mobilisasi karena dengan gaya hidup positif belum tentu pasien merasa lebih mudah untuk melakukan mobilisasi dini. Gaya hidup juga mempengaruhi mobilitas, tingkat kesehatan seseorang dapat dilihat dari gaya hidupnya dalam melakukan aktivitas dan mendefinisikan aktivitas sebagai suatu yang mencakup kerja, pola hidup yang positif seperti makan yang teratur, latihan yang teratur, istirahat yang cukup (Oldmeadow, 2006).

d. Analisis Faktor Dukungan Sosial Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Tabel 5 Analisis Uji Chi-Square Faktor Dukungan Sosial Terhadap

Pelaksanaan Mobilisasi Dini Kategori F % P-value Ada 19 100.0 .002 Tidak

Ada 0 0 Total 19 100.0

Hasil penelitian faktor dukungan sosial terhadap pelaksanaan mobilisasi dini diketahui semua responden mendapatkan dukungan sosial sebanyak 19 responden (100%). Hal ini sesuai dengan pernyataan Hoeman (2001), bahwa perlu adanya keluarga, orang terdekat

(14)

10

dan perawat yang memberikan dukungan dan bantuan pada pasien dalam melakukan latihan ambulasi dini dapat memfasilitasi proses penyembuhan. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Oldmeadow et al (2006) yang menyatakan bahwa dukungan sosial yaitu keluarga, orang terdekat dan perawat sangat mempengaruhi untuk membantu pasien melaksanakan latihan mobilisasi.

e. Analisis Faktor Pengetahuan Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Tabel 6 Analisis Uji Chi-Square Faktor Pengetahuan Terhadap

Pelaksanaan Mobilisasi Dini Kategori F % P-value Pengetahuan Baik 19 100 .001 Pengetahuan Kurang 0 0 Total 19 100

Hasil penelitian faktor pengetahuan terhadap pelaksanaan mobilisasi dini diketahui semua responden berpengetahuan baik. Menurut Brunner & Suddarth (2002) menyatakan bahwa pasien yang sudah diajarkan mengenai gangguan muskuloskeletal akanmengalami peningkatan alternatif penanganan. Informasi

mengenai apa yang diharapkan termasuk sensasi selama dan setelah penanganan misalnya adanya balutan dapat memberanikan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan dan penerapan perawatan. Pada penelitian ini responden semua berpengetahuan baik sehingga mobilisasi dini dapat dilaksanakan dengan optimal. 3. Analisis Multivariat

Tabel 7 Analisis Uji Regression Faktor Mobilisasi Dini (n=19) Kategori Koefisien Regresi P-value Emosi .749 .063 Gaya hidup -1.208 .562 Dukungan Sosial Pengetahuan 1.429 .649 .002 001 Kondisi Kesehatan .650 .000 Constant 11.571 .259

Berdasarkan Tabel 4.7 faktor mobilisasi dini diketahui yang mempunyai pengaruh signifikan yaitu faktor dukungan sosial, pengetahuan dan kondisi kesehatan karena memiliki p-value < 0,05 secara bertahap di dalam uji regresi linier, maka didapatkan hanya 3 variabel yang masuk sebagai prediktor yaitu faktor pengetahuan sebesar (0.649), faktor kondisi

(15)

11 kesehatan (suhu, tekanan darah,

pernafasan, Hb, nyeri) sebesar (0.650) dan faktor yang paling berpengaruh yaitu faktor dukungan sosial sebesar (1.429).

SIMPULAN

1. Hasil uji statistik chi-square

tabulasi silang menunjukkan tidak ada pengaruh signifikan antara faktor emosi dan gaya hidup terhadap pelaksanaan mobilisasi dini dengan nilai p-value > 0,005. Terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor kondisi kesehatan: suhu, tekanan darah, pernafasan dengan nilai p-value 0.000, dukungan sosial dengan nilai

p-value 0.002 dan pengetahuan

dengan nilai p-value < 0,001. Hasil uji statistik regresi linier menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor kondisi kesehatan p-value 0.000 < 0.05, dukungan sosial dengan nilai p-value 0.002 dan pengetahuan dengan nilai p-value < 0,001 terhadap mobilisasi dini pasien post operasi appendiktomi. Ketiga faktor yang berpengaruh terdapat faktor yang paling dominan terhadap mobilisasi dini pasien post operasi appendiktomi yaitu faktor dukungan sosial

dengan koefisien regresi sebesar 1.429. Dari beberapa faktor yang diidentifikasi diketahui bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara faktor emosi dan gaya hidup terhadap pelaksanaan mobilisasi dinipasien post operasi appendiktomi.

DAFTAR PUSTAKA

Ajidah & yusran Haskas. (2014). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Peristaltik Usus pada Pasien Pasca Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Jurnal KesehatanSTIKes Nani

Hasanuddin Makassar. vol.3 no. 6

Tahun 2014 ISSN:2302-1721.

Craven F.R & Hirnle J.C. (2009).

Fundamental of Nursing Human, Health and Function (edisi ke

6).USA: Lippincott william&

wilkins.

Dahlan, S. (2013). Statistik Untuk

Kedokteran dan Kesehatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A.A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi dan Proses Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika

Hoeman, S.P. (2011). Rehabilitation

Nursing (Process Application & out comes (3 th edition).United States Of America : Mosby Inc.

Jitowiyono & Kristiyanasari. (2010).

Asuhan Keperawatan Post Operasi Pendekatan Nanda, NIC NOC.

(16)

12

Kozier. Erb, Berman. Snyder. (2010).

Buku Ajar Fondamental

Keperawatan :Konsep, Proses & Praktik, Volume : 1, Edisi : 7.

Jakarta: EGC.

Oldmeadow,B.L et al. (2006). No Rest for the Wounded: Early Ambulation After Hip Surgery Accelerates Recovery. http:// proquest. umi. com/ pqdweb?did=1682638771&Fmt=3 &clienttld=6392&RQT=309&Vna me=PQD

Perry.GA & Potter A.P. (2006). Clinical

Nursing Skills & Techniques

(edition 6). USA : Mosby.

Sjamsuhidayat & De Jong. (2005). Buku

Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta :

EGC.

Yanty, Nova Mega. (2009). Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan ambulasi dini pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah di RINDU D3 RSUP H.Adam Malik Medan. Skripsi. Universitas Sumatra Utara

Gambar

Tabel 1 Karakteristik Responden  Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,
Tabel 2 Analisis Uji Chi-Square   Faktor Kondisi Kesehatan  Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi
Tabel 6 Analisis Uji Chi-Square   Faktor Pengetahuan Terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Kami menyadari bahwa kehadiran seri buku ini turut membantu Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam memberikan informasi baru bagi mayarakat di

Oleh karena itu secara akademik penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya dan penulisan ini disusun berdasarkan literature-literatur yang berkaitan dengan

Pencegahan sekunder merupakan pencegahan tahap kedua, dimana pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang spesifik untuk mencegah terjadinya

Melihat angka kejadian plebitis yang tinggi, dan pentingnya pengetahuan perawat dalam mencegah kejadian plebitis dan motivasi perawat dalam melakukan tindakan

Sewaktu remaja, saya suka bercerita tentang ha- rapan dari Firman Allah. Saya sering mengabar sendirian. Tapi, sewaktu mengabar dengan orang lain, saya banyak belajar. Misalnya,

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nilai koefisien determinasi berganda adalah 0,274 atau 27,4% nilai ini menunjukkan bahwa 27,4% Transparansi (Y) dipengaruhi oleh Dewan Komisaris Independen (X1), Kepemilikan

surat dakwaan JPU tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP karena itu harus dinyatakan batal karena uraian JPU tidak jelas dan lengkap