• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN PEMBIASAAN IBADAH SHALAT PADA ANAK-ANAK DI DESA SINGA KECAMATAN HERLANG KABUPATEN BULUKUMBA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN PEMBIASAAN IBADAH SHALAT PADA ANAK-ANAK DI DESA SINGA KECAMATAN HERLANG KABUPATEN BULUKUMBA SKRIPSI"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH: SUCI MY ZELLA

105191109616

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/2020 M

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH: SUCI MY ZELLA

105191109616

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/2020 M

(3)

vii

ABSTRAK

SUCI MY ZELLA. 105191109616. 2020. Peranan Orangtua Dalam Menanamkan Pembiasaan Ibadah Shalat Pada Anak-Anak Di Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba. Dibimbing oleh Abd. Rahim Razaq dan Ahmad Nashir. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Peranan Orangtua dalam Menanamkan Pembiasaan Ibadah Shalat Pada Anak-Anak di Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan teknik Observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam tentang realitas sosial dan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek penelitian sehingga tergambar ciri, karakter, sifat dan model dari fenomena tersebut.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa, peran dari orangtua di Desa Singa sudah cukup bagus. Karena melihat dari gambaran pembiasaan ibadah shalat anak di Desa Singa itu ada sebagian yang betul-betul diperhatikan dan dibimbing langsung oleh orangtua, dan ada sebagian lainnya yang kurang diperhatikan, mulai dari kebiasaannya di rumah hingga siapa teman bergaulnya di luar rumah. Karena lembaga pendidikan seperti TPA hanya sebagai wadah untuk anak-anak lebih mengembangkan sifat-sifat dari kebiasaan yang ia sering lakukan di rumah. Dan adapun faktor pendukung orangtua dalam menanamkan pembiasaan ibadah shalat pada anak-anak yaitu adanya sarana prasarana yang memadai, adanya lingkungan yang baik, dan adanya dukungan dari orangtua. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat orangtua yaitu adanya siaran televisi, senangnya anak dalam bermain, kesibukan dari orangtua, dan lingkungan pertemanan.

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 6

A. Tinjauan Tentang Orangtua... 6

1. Pengertian Peranan Orangtua ... 6

2. Tanggung Jawab Orangtua ... 11

3. Peranan Orangtua dalam Menanamkan Kebiasaan Ibadah Shalat pada Anak……..…………....….…...…...……...15

(5)

B. Pembiasaan Ibadah Shalat pada Anak-Anak... 18

1. Pengertian Pembiasaan... 18

2. Pengertian Anak-Anak...………19

3. Perkembangan Anak-Anak...20

4. Bimbingan Ibadah Shalat pada Anak-Anak ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Lokasi dan Objek Peneltian ... 27

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus Penelitian ... 27

D. Sumber Data ... 29

E. Instrumen Penelitian ... 29

F. Teknik Pengumpulan Data ... 31

G. Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34

B. Peranan Orangtua dalam Menanamkan Pembiasaan Ibadah Shalat pada Anak-Anak di Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba...42

C. Gambaran Ibadah Shalat Pada Anak-Anak Di Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba...50

D. Faktor Pendukung Dan Penghambat Peranan Orangtua Dalam Menanamkan Pembiasaan Ibadah Shalat Pada Anak-Anak di Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba...52

BAB V PENUTUP ... 58

(6)

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 64

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keluarga merupakan salah satu lembaga pendidikan yang pertama dan paling utama dalam diri seorang anak, karena seorang anak dilahirkan dan dibesarkan dari sebuah keluarga. Serta akan berkembang menuju dewasa.

Keluarga menjadi wahana untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan sesuatu pada anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera. Keluarga merupakan aspek penting untuk menanamkan karakter pada anak sehingga anak mempunyai karakter yang baik.1

Sebelum mengenal lingkungan masyarakat yang luas dan sebelum mendapat bimbingan dari lingkungan sekolah, seorang anak terlebih dahulu memperoleh bimbingan dari lingkungan keluarga.2 Dalam hal ini orangtua berperan sebagai pendidik dan anak menjadi peserta didik.

Lingkungan pendidikan yang paling dekat dengan anak, konstribusi lingkungan keluarga terhadap kesuksesan pendidikan karakter cukup besar. Dari kedua orangtua, untuk pertama kalinya seorang anak mengalami pembentukan watak (kepribadian) dan mendapatkan pengarahan moral. Moh.Haitami juga mengatakan:

“Kehidupan anak juga lebih banyak dihabiskan dalam pergaulan di lingkungan keluarga. Itulah sebabnya, pendidikan di lingkungan keluarga disebut sebagai tempat pendidikan yang pertama dan utama, serta merupakan peletak fondasi dari watak dan pendidikan setelahnya.”3

1

Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 64.

2

Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam (Pontianak: STAIN Pontianak Press,2009), h. 273.

3

(8)

Lingkungan keluarga menjadi tempat berlangsungnya sosialisasi yang berfungsi dalam pembentukan kepribadian sebagai makhluk individu, makhluk social, dan makhluk keagamaan. Pengalaman hidup bersama di dalam lingkungan keluarga akan memberi andil yang besar bagi pembentukan kepribadian anak.

Keluarga yang harmonis, rukun dan damai akan memengaruhi kondisi psikologis dan karakter seorang anak. Begitupun sebaliknya, anak yang kurang berbakti bahkan melakukan tindakan di luar moral kemanusiaan, dibidani oleh ketidakharmonisan dalam lingkungan keluarga.4

Anak merupakan amanah dari Allah Swt. , maka wajib kita perlakukan dan didik dengan sebaik-baiknya. Mendidik anak dengan baik dan benar berarti menumbuhkembangkan totalitas potensi anak secara wajar. Potensi jasmaniah dan potensi rohaniah anak diupayakan tumbuh dan berkembang secara selaras. serasi dan seimbang. Dalam rangka membentuk anak yang shaleh atau shalihah. yakni anak yang menjalin hubungan baik dengan Allah Swt. dengan sesama makhluk-Nya. maka pokok-pokok yang harus diberikan tiada lain adalah ajaran Islam.

Tidak mudah orangtua bisa menanamkan prinsip keagamaan dalam kepribadian anak. Orangtua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anak sejak kecil, seorang anak harusnya mulai diperkenalkan dan ditanamkan nilai-nilai keagamaan. Mulai dari belajar shalat, mengaji, membaca, menulis serta kefasihan lafal Arab dan bacaan Alquran. Misalnya dalam pelaksanaan shalat yang merupakan kewajiban kita sebagai umat Islam untuk melaksanakannya. Orangtua memiliki peran yang besar dan keberhasilan pendidikan yang didapat pada diri seseorang anak bergantung pada keberhasilan didikan orangtua pada masa anak-anak.

4

Agus Wibowo, Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa

(9)

Anak adalah generasi penerus. Dalam proses perkembangan serta pendidikan, seorang anak harus mendapat bimbingan dari orang lain. Untuk menanamkan nilai nilai keagamaan serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari pada diri anak. maka peran orang tua lah yang sangat menentukan. Hal ini sesuai dengan tujuan Bimbingan dan Konseling Islam yaitu untuk membantu meningkatkan iman. Islam. dan ikhsan individu yang dibimbing hingga menjadi pribadi yang utuh. Dan pada akhirnya diharapkan mereka bisa hidup bahagia di dunia dan akhirat. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. Dalam Q.S At-Tahrim [66] ayat 6:

اَهُّي َاَي

ذَّلا

ا َنْي

اْوُقاْوُنَم

اَن ْمُكْي لْهَاَو ْمُكَسـُفْنَا

َّواًر

ْوُق

ُد

اَه

اَّنلا

اَج حْلاَو ُس

ُةَر

اَحْيَلَع

لَم

ـ

ةَك

َل غ

ظ

َد ش

دا

َّل

ْوُصْعَي

اَم َالله َن

اَم َنْوُلَعْفَيَو ْمُهَرَمَا

َن ْوُرَمْؤُي

.

Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarmya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Tepatnya di Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba, kebanyakan anak-anak yang usia sekitaran 6-10 tahun belum diajarkan untuk membiasakan shalat sejak usia dini. Setelah peneliti melakukan pra-survei di lapangan secara langsung peneliti melihat dan mencermati sekarang ini ketika tiba shalat Ashar dan shalat magrib, banyak anak-anak yang mengikuti shalat berjamaah di masjid Al-Iman Karringa, tetapi setelah proses pembelajaran di TPA selesai, mereka langsung pulang tanpa disuruh untuk tinggal dulu setidaknya diajar untuk shalat berjamaah. Terdapat juga beberapa anak-anak yang masih

(10)

didampingi oleh orangtuanya, karena takut akan mengganggu jamaah yang lain ketika melaksanakan shalat.

Berangkat dari pemaparan sebelumnya, maka kiranya sangat diperlukan di era sekarang ini bagi orangtua untuk menanamkan nilai keagamaan terutama pembiasaan ibadah shalat pada anak sejak usia dini. Karena agar ketika dewasa anak akan cenderung bersikap positif terhadap agamanya. Dari pemaparan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dituangkan dalam skripsi ini yang berjudul “Peranan Orangtua dalam Menanamkan Kebiasaan Ibadah Shalat pada Anak Usia Dini di Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba”.

B. Rumusan masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana peranan orangtua dalam menanamkan pembiasaan ibadah shalat pada anak-anak di Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba ? 2. Bagaimana gambaran ibadah shalat pada anak-anak di Desa Singa Kecamatan

Herlang Kabupaten Bulukumba ?

3. Apakah faktor pendukung dan penghambat orangtua dalam menanamkan pembiasaan ibadah shalat pada anak-anak di Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba ?

C. Tujuan penelitian

(11)

1. Untuk mengetahui peranan orangtua dalam menanamkan pembiasaan ibadah shalat pada anak-anak di Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

2. Untuk mengetahui gambaran ibadah shalat pada anak-anak di Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

3. Untuk mengetahui faktor penghambat orangtua dalam menanamkan pembiasaan ibadah shalat pada anak-anak di Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

D. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Manfaat praktis, yaitu peneliti berusaha agar dapat menemukan metode pembiasaan ibadah shalat pada anak-anak.

2. Manfaat ilmiah, yaitu dalam hal ini agar peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan selain dari yang telah didapatkan di bangku pendidikan/kuliah. 3. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pembelajaran. Khususnya bagi

orangtua sebagai gambaran untuk memperbaiki dan merubah sikap orangtua dalam menanamkan pembiasaan ibadah shalat pada anak-anak di Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

(12)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Tentang Orangtua 1. Pengertian Peranan Orangtua

Peranan orangtua dalam pendidikan anak, jelas dan tegas bahwa mereka adalah pengajar pertama untuk pendidikan untuk anak-anaknya, dari usia bayi hingga dewasa.

Peranan berasal dari kata dasar “Peran” mendapatkan akhiran “an” artinya : Suatu yang menjadi bagian atau memegang peran utama (dalam terjadinya suatu peristiwa). Peranan yaitu bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan5.

Peranan merupakan serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat yang berhubungan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosialnya.Menurut Soekanto bahwa:

“Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan, sedangkan menurut Koentjaraningrat peranan merupakan tingkah laku dari individu yang di pentaskan oleh suatu kedudukan tertentu di mana ia berhadapan dengan individu-individu dalam kedudukan lain..”6

Tugas dari orangtua tidaklah terlepas dari membimbing serta mengajarkan anak pada hal-hal yang baik, sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam keluarga. Sebagaimana kedua orangtua harus berlaku adil pada anak-anaknya.

Orangtua dalam kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti sebagai berikut : Ayah Ibu kandung, Orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli, dsb), orang yang dihormati dan disegani dikampung. 7

5

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. I; Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 667

6

Syamsuddin, sistem pengasuan orang tua agar anak berkualitas,(Cet.

I;Makassar:Alauddin University Press,2014), h. 15

7

Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan islam (Cet. 11; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), h. 35

(13)

Orangtua merupakan pendidikan utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karna dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan,baik pendidikan yang dilakukan orangtua di dalam lingkungan rumah tangga, para guru di dalam lingkungan sekolah dan di masyarakat. Dengan demikian pengertian orangtua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orangtua merupakan bagian dari keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Menurut Khairuddin bahwa:

“Keluarga adalah suatu kelompok sosial yang ayah, ibu, dan anak diikat oleh hubungan emosional.pandangan lain, keluarga merupakan suatu bagian dari masyarakat yang lahir dan secara berangsur-angsur akan melepaskan diri dari ciri-cirinya karna akan tumbuh ke arah pendewasaan yang lebih baik dan teratur.”8

Orangtua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab terletak di tangan kedua orangtua dan tidak bisa dipikulkan kepada orang lain, di dalam keluargalah kali pertama anak-anak mendapat pengalaman dini langsung yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya di kemudian hari baik melalui perkembangan fisik, sosial, mental, emosional dan spiritual dari tiap anggota keluarga.

Tugas utama Orangtua bagi anaknya ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak anaknya di kemudian hari dan pandangan hidup keagamaan, sifat dan tabiat anak sebagian besar di ambil dari kedua orangtuanya. Dalam aliran-aliran klasik pendidikan dibahas tentang kepribadian seseorang, yang

8

(14)

pertama empiris adalah kepribadian yang ditentukan oleh faktor endogen yang dimana ditentukan oleh hereditas atau sifat turun-temurun, kedua empirisme adalah kepribadian yang ditentukan oleh faktor eksogen atau disebabkan oleh faktor lingkungan termaksud peran orangtua,dan terakhir konfergensi adalah gabungan dari keduanya.

Kepribadian seseorang dapat di tentukan dari faktor eksogen atau empirisme karna penciptaan seorang anak lahir dalam keadaan suci dan bertauhid murni, ia mempunyai fitrah untuk beragama dan ia akan di tentukan oleh faktor lingkungannya sendiri.

يِبَأ ْنَع

ِفْلا ىَلَع ُدَلوُي ٍدوُلْوَم ُّلُك َمهلَسَو ِهْيَلَع ُ هاللَّ ىهلَص ُّيِبهنلا َلاَق َلاَق ُهْنَع ُ هاللَّ َيِضَر َةَرْيَرُه

ِةَرْط

ِهِناَسِّجَمُي ْوَأ ِهِناَرِّصَنُي ْوَأ ِهِناَدِّوَهُيُهاَوَبَأَف

)

ور

ه ي

ال

اخب

ير

(

. Artinya :

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi. (H.R Bukhori).

Abu Hurairah aslinya bernama Abd al-Rahman bin shahr (21 SH-57 H), pada penaklukan khaibar (Muharram 7 H/ 628 M) beliau masuk islam, kemudian menjadi sekretaris pribadi dan pelayan Rasul Saw. Beliau banyak kesempatan untuk mengikuti ucapan, sikap dan perbuatan Rasul dan menjadi ahl-Shuffah (yang bertempat tinggal di pavilium masjid nabawi), memusatkan perhatiannya pada tafaqquh fi al-Din , malam hari mengkaji syariah dari Rasulullah Saw. , siang hari berdakwah keberbagai tempat. Meriwayatkan 5364 hadits, ada yang mengatakan juga 5774 hadits.

(15)

Begitu pun dengan orangtua yang tidak hanya dituntut memenuhi kebutuhan jasmani pada anak, tetapi jauh lebih penting yaitu memenuhi kebutuhan rohani pada anak, di antaranya pendidikan agama yang baik dan benar. Termasuk di dalamnya pendidikan ibadah shalat yang merupakan kewajiban umat islam. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. Dalam Q.S At-Tahrim [66] ayat 6:

اَهُّي َاَي

ِذهلا

ا َنْي

اْوُقاْوُنَم

اَن ْمُكْيِلْهَاَو ْمُكَسـُفْنَا

هواًر

ْوُق

ُد

اَه

اهنلا

اَجِحْلاَو ُس

ُةَر

اَحْيَلَع

لَم

ِ ـ

ةَك

َلِغ

ظ

َدِش

دا

هل

ْوُصْعَي

اَم َاللَّ َن

اَم َنْوُلَعْفَيَو ْمُهَرَمَا

َن ْوُرَمْؤُي

.

Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarmya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.9

Keberhasilan pendidikan yang didapat pada diri seseorang bergantung pada keberhasilan pendidikannya pada masa kanak-kanak. Untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari pada diri anak, maka peran orangtualah yang sangat menentukan bagaimana perkembangan anak selanjutnya. Seperti halnya kertas putih yang belum ada coretan sedikitpun dan orangtuanyalah yang berperan aktif mengisi lembaran dari kertas yang masih putih itu.

Masa kanak-kanak merupakan tindakan yang tepat dilakukan oleh orangtua untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan karena masa kanak-kanak merupakan masa yang paling baik dan relatif untuk perkembangan jiwa anak menuju kedewasaan melalui penanaman nilai-nilai keagamaan. Pada masa kanak-kanak tindakan orangtua yang terpenting adalah menerapkan dasar-dasar hidup

9

(16)

beragama, seperti dengan membiasakan anak mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan orangtuanya, agar anaknya tertanam untuk mencintai kegiatan yang dilakukan orang tuanya. Hal ini akan bisa terlaksana apabila adanya hubungan yang harmonis antara sesama anggota keluarga.

Hasan menyatakan model pendidikan agama dalam keluarga dengan cara hidup yang sungguh-sungguh dengan menampilkan penghayatan dan perilaku keagamaan dalam keluarga.menampilkan aspek fisik berupa ibadah dalam keluarga. Aspek sosial berupa hubungan sosial dengan anggota keluarga, lembaga keagamaan.10

Orangtua sebagai pemegang kendali keluarga, memegang peranan dalam pembentukan hubungan dengan anak-anaknya. Hubungan dalam keluarga antara orangtua dengan anak didasarkan atas hubungan alamiah, dilaksanakan dalam bentuk kasih sayang yang murni, rasa kasih sayang antara orangtua dengan anaknya. Rasa kasih sayang yang demikian akan menjadi sumber kekuatan yang mendorongnya untuk selalu memberikan bimbingan dan pertolongan terhadap kebutuhan anak secara wajar.

Keharmonisan suatu keluarga dapat tercipta dari beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu:

a. Komunikasi Interpersonal ini bentuk tingkah laku yang memungkinkan manusia melakukan kontak dengan orang lain,menarik dan menghargai anggota keluarga,sehingga tercipta keselarasan dan keselarasan menuju suasana hangat dan menyenangkan dalam keluarga.

b. Tingkat ekonomi keluarga, dalam penelitian menemukan bahwa semakin tinggi sumber ekonomi akan mendukung tingginya stabilitasbdan kebahagiaan keluarga, tetapi tidak berarti rendahnya tingkat ekonomi keluarga merupakan indikasi tidak bahagianya keluarga.

c. Sikap orang tua (Ayah dan Ibu) orang tua yang bersikap demokratis terhadap anak-anaknyadapat menjadi pendorong perkembangan anak ke arah yang lebih positif.

d. Urutan kelahiran.

10

Syamsuddin, sistem pengasuan orang tua agar anak berkualitas,(Cet. I;Makassar:Alauddin University Press,2014), h. 122

(17)

Bimbingan dan perlakuan yang diberikan orangtua terhadap anak secara berlebihan justru akan membahayakan perkembangan jiwa anak, seperti rasa manja di karenakan terlalu banyak kasih sayang yang diberikan mulai dari kecil sampai remaja, rasa canggung bila berhadapan dengan orang lain, ragu-ragu dalam bertindak, membawa kepada sikap menggantungkan diri kepada orang lain dan sikap negatif lainnya. 11 Secara ideal, dalam sebuah keluarga pasti ada yang disebut ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu dinamakan dengan orangtua di rumah. Kedua orangtua ini seharusnya memiliki tingkat kedewasaan yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan anak-anaknya. Tingkat kedewasaan sangat penting di karenakan dapat mempengaruhi kewibawaan yang mereka miliki. Yang mana kewibawaan ini sangat penting dalam peran pendidikan bagi anak-anaknya.

Peran orangtua sangatlah besar dalam mendidik dan membesarkankan anak-anak mereka untuk menjadi orang yang berguna, dengan sikap seorang ibu yang lemah lembut dalam mendidik dan menyayanginya membuat psikologi anak akan merasa lebih tenang, dan sikap seorang ayah yang selalu berwibawa dan tegas dalam mendidik anak-anaknya akan mampu melahirkan generasi yang tangguh ketika anaknya telah beranjak dewasa.

Selain itu juga, di masa sekarang pendidikan sangat di perlukan untuk seorang anak. Selain pendidikan dari orangtua, sang anak juga harus mendapatkan pendidikan secara formal.

2. Tanggung Jawab Orangtua

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi anak.

11

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), h. 49

(18)

Islam telah mengajarkan kepada umatnya bagaimana tanggung jawab orangtua terhadap anak-anaknya baik di antaranya tentang pendidikan, mengasuh, kasih sayang, perlindungan yang baik, serta melatih jasmani dan rohani dan berbagai aspek yang lainya, sehingga anak dapat tumbuh membentuk generasi yang berakhlatul karimah.

Tanggung jawab orangtua bukan hanya pada saat anaknya berusia balita saja, akan tetapi sampai anak mendapatkan keluarga barunya. Dalam mendidik anaknya orangtua dituntut untuk selalu memberikan teladan yang baik kepada anak dan mendidik dengan hikmah bukan dengan kekerasan. Sebagaimana Firman Allah Swt. dalam Alquran Surah An-Nahl [16] ayat 125:

ُه َكهبَر هنِإ ُُۚنَس ۡحَأ َيِه يِتهلٱِب مُهۡلِد َجَو ِِۖةَنَسَحۡلٱ ِةَظِع ۡوَمۡلٱَو ِةَم ۡكِحۡلٱِب َكِّبَر ِليِبَس ىَلِإ ُع ۡدٱ

َو

ُمَل ۡعَأ

َنيِدَتۡهُمۡلٱِب ُمَل ۡعَأ َوُهَو ۦِهِليِبَس نَع هلَض نَمِب

.

Terjemahnya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Jika kita kembali merujuk kepada literatur agama Islam, maka sesungguhnya setiap orangtua memiliki tanggung jawab terhadap masa depan anak-anak mereka. Adapun tanggung jawab tersebut adalah:

a. Memberikan nama yang baik

Nama yang diberikan kepada anak sangat menentukan kehormatannya di masa depan nanti. Pada hari ketujuh kelahiran anak, orangtua sunnah menyelenggarakan acara Walimatu al-Tasmiyah (upacara selamatan pemberian nama).

b. Memberikan kasih sayang yang tulus c. Memperlakukan anak-anak dengan adil

(19)

e. Menanamkan ajaran agama islam sejak usia dini

f. Memberikan pendidikan yang baik sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. 12

Peran orangtua yang bertanggung jawab terhadap keselamatan para remaja tentunya tidak membiarkan anaknya terlena dengan zaman yang semakin hari semakin modern dan fasilitas-fasilitas yang dapat menenggelamkan anak kepada hal-hal yang tidak baik, dalam mendidik anaknya proses pembiasaan hendaknya perlu diperhatikan oleh orangtua, karena setiap kemajuan yang terjadi pada anak usia dini khususnya mengenai hal kebiasaan, hendaklah diperhatikan dengan sungguh-sungguh.

Kontrol yang baik dengan selalu memberikan pendidikan moral dan agama yang baik diharapkan akan dapat membimbing anak ke jalan yang benar. Harapan orangtua terhadap anak-anaknya tentu saja selalu ideal. Bernalar cerdas, sopan, suka menolong, rendah hati, taat beribadah, patuh pada orang tua, berani, jujur dan sehat.

Sebenarnya, sifat-sifat itu tersimpan dalam diri setiap anak namun terkadang terlambat muncul atau bahkan tidak muncul, karena pada umumnya keteladanan orangtualah yang lebih banyak mempengaruhi pertumbuhan anak. Bagaimana orangtua dapat mendidik anaknya menjadi anak yang shaleh/shalehah dan berbudi pekerti sedangkan orang tuanya jarang menjalankan sesuatu yang mencerminkan keshalehan, ke masjid misalnya. Jadi jangan heran apabila anak malas untuk membiasakan shalat sejak dini baik itu di rumah maupun di masjid, karena orangtuanya sendiri yang tidak memberikan contoh untuk membiasakan shalat kepada anak-anakanya.

12

Tiffany Karla, Kewajiban Orangtua Kepada Anaknya Menurut Pandangan Al-Qur’an, (Jakarta:Amzah Press, 2012), h. 22

(20)

Setiap orang tua mempunyai kewajiban memelihara dan mengembangkan fitrah atau potensi dasar keislaman anak tersebut sehingga tumbuh dan berkembang menjadi anak yang berbakti yang benar-benar mencerminkan akhlakul karimahnya serta menyerahkan diri secara total kepada Allah Swt. Kalau dibiarkan tidak terbina, potensi dasar tersebut akan berkembang ke arah yang bertentangan dengan maksud Allah menciptakannya dan pada akhirnya anak-anak akan menjadi penghuni neraka.

Lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam perkembangan dunia pendidikan. Karena keluarga merupakan awal terjadinya interaksi antara orangtua dan anak, sehingga pendidikan yang pertama dilakukan adalah di lingkungan keluarga. Oleh karena itu, bimbingan dan arahan yang diberikan oleh orangtua akan mempengaruhi tahap perkembangan anaknya, anak harus diberikan kebebasan dalam bekembang sesuai dengan tahap perkembangan yang dilaluinya, untuk itu orangtua harus memahami apa yang menjadi kebutuhan anaknya.

Setiap tahap anak harus melewati sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Interaksi antara orangtua dan anak sangat diperlukan agar dalam keluarga terjalin hubungan yang harmonis. Orangtua harus membimbing dan mengarahkan anaknya agar menjadi anak yang bertanggung jawab dan beretika sesuai dengan norma dan keyakinan dalam keluarganya serta memperhatikan pendidikan akhlak mulia bagi anak ketika usia dini.

Secara normatif maupun tradisi masyarakat, orangtua berkewajiban untuk mendidik dan mengasuh anak-anaknya seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Kebutuhan yang di butuhkan oleh anak-anaknya harus dipenuhi

(21)

oleh orangtua, baik berupa makan, minum, pakaian, rasa kasih sayang, perhatian, rasa aman dan hiburan yang cukup dan lain sebagainya. Anak juga harus mampu selalu terbuka dengan orangtuanya agar dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga sehingga orangtua dan anak bisa saling memahami dan saling mengerti. Ketika tidak ada rasa keterbukaan antara anak dan orangtua maka tidak akan mungkin tercipta keluarga yang harmonis.

Bimbingan dan didikan yang diberikan oleh orangtua akan menjadi bekal anak ketika beranjak dewasa nanti. Untuk itu faktor keluarga sangat menentukan perkembangan anak, sementara itu anak juga harus mengerti dan memahami tugas dan kewajibannya sebagai anak. Jadi, peran anak pun juga mempengaruhi keberhasilan orang tuanya dalam membimbingnya. Sehingga harus saling mengerti dan bekerjasama agar orangtua juga bisa mengarahkan anaknya, sementara anaknya juga harus menjalankan apa yang telah diajarkan orangtuanya demi masa depannya nanti.

3. Peranan Orangtua dalam Menanamkan Pembiasaan Ibadah Shalat pada Anak

Dalam agama islam, shalat bukan saja sebagai salah satu unsur agama Islam sebagaimana amalan-amalan yang lain, akan tetapi merupakan amalan yang pertama kali dihisab. Karena itu kedudukannya demikian penting dalam agama, maka shalat menjadi tempat bertumpu dan bergantung bagi amalan-amalan yang lain, yang kerenanya jika shalat seseorang itu rusak maka menurut agama islam rusaklah seluruh amalannya, dan sebaliknya jika baik, maka baik pula seluruh amalannya. Keterangan barusan menunjukkan pentingnya menunaikan ibadah

(22)

shalat 5 waktu, karena itu sangat diperlukan peran orangtua dalam menanamkan kebiasaan ibadah shalat pada anak sejak dini.

Saat anak berusia 6-10 tahun, itu adalah saat yang paling baik untuk diajar berdoa. Tentu saja menghafalkan terlebih dahulu doa kepada penciptanya, Allah Swt. Karena melalui doa itu, pikiran dan hati mereka kita arahkan kepada-Nya.

Dalam usia ini, di TPA sudah diajarkan mengenai shalat, tata cara berwudhu, latihan membaca dan menghafal doa-doa. Sehingga pada waktu yang telah ditentukan anak bisa melakukan shalat, berwudhu, bisa membaca, dan menghafal doa-doa dengan baik dan benar. Dengan harapan ketika anak dewasa kelak ia bisa mengamalkan dan menerapkan apa yang telah ia pelajari.

Usaha dalam menanamkan kebiasaan ibadah shalat pada anak memang sudah menjadi tangguung jawab orangtua, tetapi tidak semua orangtua mampu untuk mendidiknya sendiri, hal ini bukan berarti orangtua lepas tangan dari permasalahan ini, akan tetapi orangtua mencari bantuan untuk membantu dirinya dalam menyelesaikan permasalahan yang ia hadapi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa cara yang digunakan orangtua dalam menanamkan kebiasaan ibadah shalat pada anak sejak usia dini yaitu dengan cara menasihati. Hal ini dikarenakan anak lebih suka dinasihati. Dengan nasihat yang tulus akan berpengaruh terhadap jiwa anak, sehingga akan meninggalkan bekal yang mendalam.

Ketika sampai pada tahap menanamkan kebiasaan ibadah shalat pada anak yang berusia 6-10 tahun, perlu dicegah dengan sebaik-baiknya mengenai anggapan bahwa agama mempersulit kehidupan, banyak aturan yang harus diketahui, bahwa hukuman dan pembalasan, penuh dengan dosa dan kutukan. Tetapi biarlah imajinasi dan pikiran anak-anak itu ditujukan kepada Tuhan Yang

(23)

Maha Esa, Tuhan berkuasa memberi akal budi, damai sejahtera, dan Tuhan berkuasa memberi kesembuhan bagi manusia.

Dalam hal membimbing anak, orangtua harus mengerti anak sebelum memberikan pemahaman terutama perihal ibadah shalat, oleh karena itu sesring mungkin orangtua harus mengajak anak untuk sharing, dengan demikian anak merasa dihargai oleh kedua orangtuanya. Anak paling menyukai jika ayah dan ibunya memuji serta membanggakan apalagi memberi pujian berupa kata-kata yang baik. Pada saat Ellen G.White ditanya mengenai keluarga, beliau berpesan, lalu diterjemahkan oleh Fathul Mu’in, yaitu:

Para Ibu dan Bapak selalu mendekatkan diri kepada Allah pagi dan petang bersama keluarga, agar dapat belajar bagaimana mengajar anak-anak dengan bijaksana dengan lemah lembut, dan dengan kasih sayang. Jikalau pernah ada satu waktu di mana setiap rumah bisa menjadi tempat sembahyang, sekarang waktunya. Sebab sikap tidak percaya sedang merajalela di mana-mana. Kejahatan makin bertambah. Kejahatan itu mendarah daging di dalam jiwa manusia. Pemberontakan terhadap Allah sudah terjadi di dalam kehidupan manusia. Pada waktu yang sama manusia diperbudak oleh dosa, akhlak berada di bawah kekejaman setan. Betapa pentingnya orangtua mengumpulkan anak-anak di sekeliling mereka sebelum sarapan pagi dan makan siang, untuk bersyukur dan berdoa kepada Allah memohon perlindungan-Nya sepanjang malam, dan untuk meminta kepada-Nya pertolongan dan bimbingan serta pengawasan-Nya sepanjang hari.13

Peran yang diberikan oleh orangtua sangat menentukan keberhasilan anak, untuk itu orangtua harus sadar dan harus berlomba-lomba untuk mendidik anak dengan baik, selain itu orangtua juga perlu memberikan perhatian, nasihat, hukuman dan pendidikan bantuan berupa pendidikan TPA/yang lain, agar anak memiliki pengetahuan yang luas.

Setiap orangtua mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menanamkan pendidikan agama terutama perihal ibadah shalat pada anak, akan tetapi cara

13Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik dan Prakti, (Jogjakarta:

(24)

orangtua dalam memotivasi anaknya yaitu dengan cara memberikan hadiah. Pemberian hadiah yaitu dengan memberikan suatu hal yang berharga kepada anak, seperti apabila anak melakukan perbuatan terpuji. Hal ini tentunya akan menyenangkan hati anak yang akan berdampak positif bagi perkembangan emosi anak dan dapat menanamkan rasa percaya diri dalam jiwa anak serta mendorong mereka untuk semangat belajar lebih baik lagi kedepannya.

B. Pembiasaan Ibadah Shalat pada Anak-Anak 1. Pengertian Kebiasaan

Berbicara tentang pembiasaan, maka juga berbicara tentang tindakan yang dilakukan di sekitar kita sehingga terbentuklah kebiasaan. Begitu pun yang akan dibahas kali ini, dimulai dari pengertian Pembiasaan. Menurut pendapat A.Ridwan Halim:

Pembiasaan adalah tata cara hidup masyarakat atau suatu bangsa dalam waktu yang lama, dan memberikan pedoman bagi masyarakat yang bersangkutan untuk berpikir dan bersikap dalam menghadapi berbagai hal yang terjadi dalam kehidupannya.

Pembiasaan merupakan prosesnya, sedangkan kebiasaan adalah hasil dari pembiasaan itu sendiri. Shalat merupakan simbolis untuk menyadarkan akan kehadiran Tuhan dalam hidup manusia. Sehingga shalat dapat mencegah diri dari segala perbuatan keji dan kotor. Hal ini juga dijelaskan dalam hadits Nabi:

ْنَع

اللَّ ىلص اللَّ ُلوُسَر َلاَق : َلاَق ِههدَج ْنَع ِهيِبَأ ْنَع ٍبْيَعُش ِنْبوِرْمَع

ْمُك َدلوَأاوُرُم ملسو هيلع

ِعِجاَضَملا يِف ْمُهَنْيَباوُقِّرَفَوٍرْشَعُء َنْبَأ ْمُهَواَهيَلَع ْمُهْوُبِرْضاَو َنيِنِس ِعْبَسُءاَنْبَأ ْمُهَوِةَلهصلاِب

ُواَدوُباةَياَوِر(

يِفد

) ةَلهصلا باَتِك

Artinya:

“ Dari ‘Amar bin Syu’aib, dari ayahnya dari kakeknya ra., ia berkata: Rasulullah Saw. Bersabda: “Perintahlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat

(25)

bila berusia sepuluh tahun, dan pisahlah tempat tidur mereka (laki-laki dan perempuan)!”. ”(HR. Abu Dawud dalam kitab shalat).

Hadits ini menjelaskan bahwa orangtua berperan penting dalam membina dan membimbng anaknya untuk menjalankan perintah shalat. Dipaparkan juga bahwa orangtua memberikan pembelajaran shalat kepada anaknya ketika berusia 7 tahun dan pembelajaran tersebut sebagai kebutuhan bagi orangtua. Orangtua mempraktekkannya dengan beberapa pembelajaran, setelah itu anak menirukannya. Orangtua juga diharapkan untuk memrintah anaknya belajar kepada orang lain. Orangtua juga diharuskan memberi upah kepada pengajar yang telah memberikan pendidikan kepada anaknya. 17

2. Pengertian Anak

Anak-Anak atau yang biasa dikenal dengan istilah Anak Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan anak sehingga disebut Golden Age. Anak usia dini sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental. Menurut Rahmad:

Anak usia dini belajar dengan caranya sendiri. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada usia 1-10 tahun.18

Anak-anak merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan perkembangan masa selanjutnya. Masa anak-anak merupakan gambaran manusia sebagai manusia. Perilaku yang berkelainan pada masa dewasa dapat dideteksi pada masa anak-anak. Ada beberapa karakteristik dari anak-anak

17

Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats as-Sajistani, Sunan Abu Dawud, (Riyad: Makatabah al-ma’rif li natsri wa tauzhi’), hadits no.494,juz 1, h.185

18

(26)

yang secara umum sama atau dimiliki anak secara universal. Berikut beberapa karakteristik umum atau sifat anak-anak, yaitu:

a. Anak bersifat unik, artinya sifat anak itu berbeda satu sama lainnya. b. Anak bersifat egosentris, artinya anak lebih cenderung melihat dan

memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. c. Anak bersifat aktif dan energik, artinya anak lazimnya senang

melakukan aktivitas.

d. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.

e. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang, artinya terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat, anak lazimnya menjelajah.

f. Anak bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman. g. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman. 19

3. Perkembangan Anak-Anak

Secara umum, yang dimaksud dengan anak-anak adalah anak yang berusia 1 sampai 10 tahun. Anak yang berada pada rentang usia ini sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun mental. Laju pertumbuhan dan perkembangan setiap anak berbeda-beda tergantung pada lingkungan, stimulasi, dan kepribadiannya masing-masing. Namun, aspek perkembangan anak-anak umumnya meliputi perkembangan fisik, kognitif, bahasa, emosi, dan sosial.

Mengenali 5 aspek perkembangan anak-anak secara lebih dalam, diharapkan para orangtua dapat memberikan bimbingan sesuai dengan tahap perkembangan anak. Berikut kelima aspek penting dalam perkembangan anak-anak yaitu:

a. Aspek Perkembangan Fisik Anak-Anak

Berfokus pada perkembangan fisik ini meliputi pertambahan berat badan, tinggi badan, perkembangan otak,serta keterampilan motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik kasar ditandai dengan aktifnya anak bergerak, melompat, dan berlarian, terutama di usia 4-5 tahun. Semakin bertambah usia anak,maka semakin kuat pula tubuhnya. Bila

19

(27)

perkembangan fisik berjalan dengan baik,maka ia pun semakin piawai menyelaraskan gerakan tubuh dengan minat ataupun kebutuhannya. b. Aspek Perkembangan Kognitif Anak-Anak

Teori perkembangan kognitif yang banyak digunakan saat ini adalah yang dikemukakan oleh Jean Piaget, seorang profesor psikologi Universitas Geneva, Swiss. Ia menyatakan bahwa, Anak-anak memiliki cara berfikir yang berbeda dari orang dewasa. Sebagai bagian dari aspek perkembangan anak usia dini, perkembangan kognitif anak dibagi ke dalam 4 tahap yaitu: Tahap Sensorimotor (0-24 bulan), pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak refleks dan panca inderanya. Tahap Praoperasional (2-6 tahun), pada masa ini anak mulai dapat menerima rangsangan tetapi sangat terbatas. Tahap Operasional Konkret (6-10 tahun), pada masa ini kemampuan mengingat dan berpikir secara logis pada anak sudah meningkat. Tahap Operasional Formal (mulai umur 10 tahun), pada masa ini anak sudah mampu berpikir secara abstrak dan menguasai penalaran.

c. Aspek Perkembangan Bahasa Anak-Anak

Periode kritis dalam perkembangan kemampuan bahasa terjadi sejak bayi baru lahir sampai dengan usia 5 tahun. Kemampuan berbahasa anak tumbuh dan berkembang pesat selama masa pra sekolah. Sebagai salah satu aspek perkembangan anak usia dini, kemampuan berbahasa dapat menjadi indikator seluruh perkembangan anak.

d. Aspek Perkembangan Sosio-Emosional Anak-Anak

Aspek perkembangan anak usia dini sesungguhnya telah dimulai dari sejak bayi dilahirkan. Dari segi emosional misalnya tersenyum atau menghentak-hentakkan kaki saai ia senang. Atau menangis untuk mengekspresikan rasa senang atau rasa tidak puasnya. Pada masa pertumbuhan, anak cenderung mengungkapkan emosinya dengan gerakan otot, seperti melempar, membanting, ataupun memukul barang. Namun, dengan bertambahnya usia, reaksi emosional umumnya akan berubah menjadi verbal atau pengucapan perasaan atau kata-kata tertentu.20

Kedekatan anak dengan orang dewasa merupakan langkah awal menuju tahap-tahap perkembangan sosialnya. Perkembangan sosial mengacu kepada perkembangan kemampuan anak dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan ligkungannya. Pada awalnya anak hanya mengenal orang-orang yang berada di dekatnya, seperti orangtua, kakak atau adik, dan orang lain yang tinggal serumah dengannya. Namun seiring dengan pertambahan usia anak, ia akan mengenal

20

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 162-171

(28)

orang di luar rumah dan perlu diajari aturan-aturan dalam bersosialisasi, seperti sopan santun, disiplin, dan lain sebagainya.

4. Bimbingan Ibadah Shalat pada Anak-Anak

Menanamkan nilai-nilai positif pada anak, bukanlah hal yang sangat mudah. Dimulai dari masa anak-anak,orang tua mulai menanamkan nilai-nilai yang akan membentuk karakter anak saat dewasa nanti. Anak-anak memiliki dunianya sendiri yang harus kita pahami, seperti halnya dengan menanamkan nilai ibadah shalat dan mengaji, orang tua tidak bisa langsung menanamkan ibadah tersebut pada anak sekaligus, orang tua tidak bisa memaksakan anak untuk dapat menerima apa yang diberikan oleh orang tuanya.

Orang tua harus pelan-pelan dan disiplin sejak dini dalam hal menanamkan nilai-nilai spiritual pada anak. Karena pembelajaran shalat dan mengaji untuk anak-anak adalah proses pembiasaan, maka orangtua dapat melatih anak dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Teladan

Memberikan keteladanan dengan cara mengajak anak melaksanakan ibadah mengaji dan shalat secara berjamaah. Orang yang paling banyak diikuti oleh anak dan yang paling kuat pengaruhnya ke dalam jiwa anak adalah orang tuanya. Oleh karena itu, Rasulullah Saw. memerintahkan agar orang tua dapat menjadi teladan yang baik bagi anak-anak mereka. Pada tahap awal, keteladanan yang dapat dicontoh anak adalah lantunan bacaan ayat suci Alquran dan gerakan-gerakan shalat.

2. Melatih Berulang-Ulang

Melatih untuk membiasakan mengaji dan melaksanakan shalat hendaknya dilakukan dengan cara berulang-ulang, semakin sering anak usia dini mendapatkan stimulasi tentang bacaan mengaji dan gerakan shalat, maka semakin semangat pula anak usia dini untuk melaksanakan kedua ibadah ini, mengaji dan shalat.

3. Suasana Nyaman dan Aman

Menghadirkan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi anak dalam menerima seluruh proses pendidikan nilai-nilai ibadah yang diselenggarakan sejak dini.

(29)

5. Tidak membanding-bandingkan anak sendiri dengan anak-anak yang lain. 21

Shalat merupakan suatu kewajiban dari Allah Swt. atas setiap orang mukmin. Ayat Alquran yang mewajibkan shalat antara lain QS. Al-Baqarah [2] ayat 43 :

لـهصلاا ُمْيـِقَاَو

اَو َةو

كهزلااوُت

َنيِعِكاهرلا َعَماوُعَكْراَو َةو

.

Terjemahnya:

Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang yang rukuk.

Shalat digolongkan dalam 2 golongan, antara lain: shalat wajib dan shalat sunnah. Shalat wajib yang terdiri dari shalat subuh, dzuhur, ashar, magrib, dan isya. Merupakan shalat yang wajib dijalankan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Terdapat syarat-syarat wajib shalat, yaitu syarat yang diwajibkan seseorang untuk mengerjakan shalat. adapun syarat wajib shalat adalah:

a. Beragama Islam

b. Sudah baligh dan berakal c. Suci dari hadats

d. Suci seluruh anggota badan, pakaian,dan tempat e. Menutup aurat

f. Menghadap kiblat

g. Masuk waktu yang telah ditentukan untuk melaksanakan shalat h. Mengetahui mana yang rukun, mana yang sunnah.22

Rukun shalat adalah sudut atau sisi yang terkuat dari sebuah bangunan. Menurut isilah fiqh rukun adalah bagian dari suatu ibadah yang tidak dapat digantikan. Karena itu, setiap muslim agar lebih memahami akan rukun-rukun

21

Rini Ismayanti, “Cara Melatih dan Mengenalkan Ibadah Anak Sejak Usia Dini”, tersedia di http://www.hamballah.net/2017/07/03/cara-melatih-dan-mengenalkan-ibadah. html?m=1. (10 Desember 2019)

22

Moh. Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 2012), h. 33.

(30)

shalat sehingga dapat dicapai suatu ibadah yang baik dan sempurna. Rukun-rukun shalat adalah:

a. Berniat

b. Takbiratul ihram

c. Berdiri (bagi yang bisa), dan boleh duduk atau telentang (bagi yang sakit) d. Membaca surah Al-Fatihah pada tiap-tiap raka’at

e. Rukuk dengan tuma’ninah f. I’tidal dengan tuma’ninah

g. Sujud dua kali dengan tuma’ninah

h. Duduk antara dua sujud dengan tuma’ninah i. Duduk tasyahud awal

j. Duduk tasyahud akhir

k. Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir l. Salam

m. Tertib, berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut.23

Shalat bisa dikatakan tidak sah atau batal apabila salah satunya tidak dilaksanakan atau ditinggalkan dengan sengaja.hal-hal yang membatalkan shalat adalah:

a. Berhadats

b. Terkena najis yang tidak dimaafkan

c. Berkata-kata dengan sengaja walaupun dengan 1 huruf yang memberikan peringatan.

d. Terbuka auratnya

e. Mengubah niat, misalnya ingin memutuskan shalat f. Makan dan minum meskipun sedikit

g. Bergerak berturut-turut tiga kali h. Membelakangi kiblat

i. Tertawa terbahak-bahak j. Mendahului imamnya

k. Menambah rukun yang berupa perbuatan seperti rukuk dan sujud l. Murtad, artinya keluar dari Islam.24

Tugas orangtua menanamkan pengalaman shalat pada anak bukanlah mudah, orangtua harus memiliki kesabaran, ketekunan, kedisiplinan dan ketelitian dalam menanamkan kebiasaan shalat pada anak. Ada juga beberapa poin di bawah

23

Ibid., h. 33-34

24

(31)

ini untuk membantu kita sebagai orangtua dalam meringankan kesulitan-kesulitan dan melanjutkan perjuangan dalam mendidik anak:

a. Hendaknya kita mendidik mereka sejak dini. Sebab segala sesuatu dimulai sejak dini tentunya akan lebih mudah.

b. Perhatian yang baik kepada anak pertama merupakan modal bagi anak berikutnya.

c. Menjadikannya sebagai ladang pahala di sisi Allah Swt.

d. Sabar dan terus berusaha menyabarkan diri mengikuti perintah Allah Swt. e. Merendahkan diri sambil memohon kepada Allah Swt.25

Memberikan pendidikan kepada anak-anak, pasti ada faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya. Faktor pendukung implementasi pendidikan shalat yaitu kesungguhan, keteladanan, dan pengawasan orangtua dalam membina anak-anak memahami ajaran shalat, dan melaksanakannya serta dukungan dari masyarakat. Dan faktor pendukung orangtua dalam melakukan peranannya didukung oleh latar belakang pendidikan agama, lingkungan yang religius serta keinginan otangtua yang mempunyai anak shaleh dan shalehah.

Faktor penghambatnya adalah adanya tayangan televisi, kesibukan dan kelengahan orangtua serta tidak maksimalnya dukungan masyarakat. Dan adapun faktor penghambat lainnya yaitu: lemahnya kedisiplinan orangtua dalam mendidik anak, kurangnya kerjasama dari kedua orangtua dalam menanamkan ibadah shalat, dan anggapan orangtua yang tidak ingin membebani anaknya dalam usia yang dianggap masih terlalu dini. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam mengimplementasikan shalat terhadap anak adalah meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan ibadah shalat pada anak.

Pertama, memasukkan anak belajar di taman pendidikan Alquran, dan

25

(32)

memilihkan anak teman bergaul yang baik, serta mengikut sertakan anak untuk meghadiri acara hari-hari besar islam.

Kedua, orang tua dan para pendidik hendaknya memberikan keteladanan yang baik dan pembiasaan pada anak.

Ketiga, orang tua, para pendidik, dan masyarakat diharapkan agar lebih sungguh-sungguh dalam memberikan pengawasan dan bimbingan terhadap anak dalam mengimplementasikan pendidikan ibadah shalat dan pembiasaan mengaji dalam kehidupan sehari-harinya.

Peneliti menyimpulkan bahwa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan ibadah dimulai dari orang tuanya. Seperti kesibukan dan kelengahan orang tua. Adapun cara mendukung pelaksanaan ibadah shalat yaitu dengan cara memberikan pembinaan, pengawasan, dan membiasakan anak untuk melakukan shalat, dan untuk pertumbuhan perkembangannya. Dan bisa orangtua memberikan motivasi yang bersifat materi maupun maknawi. Motivasi juga diharapkan bisa memberi peran yang sangat besar terhadap jiwa anak dan juga terhadap kemajuan gerakannya yang positif dan membangun dalam menyikapi potensi-potensi dan kecondongan-kecondongan yang dimilikinya. Di samping itu, ia juga mendorong anak untuk terus maju ke depan.

(33)

27

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Peneitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Field research (penelitian lapangan), yaitu penelitian di mana peneliti turun langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data yang konkrit yang ada hubungannya dengan judul penelitian. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Berdasarkan pengertian di atas, penggunaan peendekatan kualitatif sangatlah tepat untuk mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan peranan orangtua dalam menanamkan pembiasaan ibadah shalat pada anak-anak, karena metode kualitatif dikembangkan untuk mengkaji manusia dalam kasus-kasus tertentu. Dilakukan dengan mendengar pandangan informan terkait persepsi terhadap fenomena yang akan diteliti secara holistik yaitu dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata untuk menggali data dan informasi yang dibutuhkan.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba. Dan objek penelitian ini adalah orangtua anak-anak. C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus Penelitian

1. Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi Fokus Penelitian ini adalah: a. Peranan Orangtua

b. Pembiasaan Ibadah Shalat c. Anak-Anak

(34)

2. Deskripsi Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi Deskripsi Fokus Penelitian ini, adalah: a. Peranan Orangtua

Peranan orang tua yang di maksud dalam penelitian ini yaitu, orangtua mampu mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Begitu juga di lingkungan masyarakat Desa Singa, masih banyak orangtua yang kurang mengetahui peran dan kewajibannya sebagai orangtua, termasuk dalam hal memberikan pengajaran agama yang tidak dititik beratkan hanya kepada guru TKA/TPA Al-Iman Karringa, Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

b. Pembiasaan Ibadah Shalat

Pembiasaan ibadah shalat yang di maksud dalam penelitian ini yaitu, membiasakan serta mendidik anak untuk terbiasa shalat sejak dini. Berangkat dari pernyataan tersebut, maka peneliti merasa perlu untuk meneliti perihal bagaimana kebiasaan ibadah shalat pada anak usia dini di rumah melalui wawancara dengan orangtua anak, tepatnya di Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

c. Anak-Anak

Anak-Anak yang di maksud dalam penelitian ini, yaitu Anak yang berusia sekitaran 1-10 tahun. Karena anak-anak yang tepatnya di Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba kebanyakan yang berusia 1-10 tahun, sehingga peneliti ingin mengetahui bagaimana perkembangan pembiasaan mereka di rumah melalui orangtuanya.

(35)

D. Sumber Data

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain : 1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini yaitu melakukan wawancara dengan tujuan untuk memperoleh data dari responden yaitu orang tua.

Data primer adalah data yang didapat langsung dari wawancara langsung dari informan.26

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa data primer peneliti diambil dari hasil wawancara peneliti kepada responden, atau orangtua dari anak-anak.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu, data yang didapatkan lewat orang lain atau lewat dokumen yang diperoleh dengan menggunakan literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian.

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.27

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data yang harus betul-betul direncanakan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya sebab penelitian akan berhasil apabila banyak menggunakan

26

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Cet. 27, Bandung: Alfabeta,2007), h. 200.

27

(36)

instrumen agar data tersebut dapat menjawab pertanyaan. Penelitian dan menguji hipotesis, maka peneliti menggunakan beberapa teknik seperti observasi, wawancara, dan Dokumentasi.

1. Observasi

Observasi diartikan sebagai usaha mengamati fenomena-fenomena yang akan diselidiki baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung dengan memfungsikan alat indera sebagai alat pengamatan untuk mendapatkan informasi dan data akan diperlukan tanpa bantuan dan alat lain.

Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja, sistematis mengenai gejala-gejala yang terjadi untuk kemudian dilakukan pencatatan.28

Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang akan diselidiki, misalnya peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian slide, atau rangkaian foto. Dalam menggunakan teknik observasi baik langsung maupun tidak langsung diharapkan memfungsikan setiap alat indera untuk mendapatkan data yang lengkap.

2. Metode Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara merupakan proses interaksi antara

28

P. Joko Subagyo, Metodologi Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta: RinekaCipta, 2004), h. 63.

(37)

peneliti dan informan untuk menemukan informasi atau keterangan dengan cara langsung bertatap muka dan bercakap-cakap secara lisan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan, yang menghubungkan dengan informasi yang diperlukan menggunakan alat panduan wawancara. 3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu, peninggalan tertulis dalam berbagai kegiatan atau kejadian yang dari segi waktu relatif, belum terlalu lama dan teknik pengumpulan data dengan hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya. Dalam hal ini peneliti menggunakan catatan dokumentasi untuk memperkuat hipotesa agar hasil penelitian yang lebih akurat dan dapat di pertanggung jawabkan.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: Riset lapangan, peneliti langsung turun ke lapangan guna mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan proposal ini. Oleh karena itu, data yang dikumpulkan ini bersifat empiris. Kemudian dalam penelitian lapangan ini peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data, sebagai berikut;

1. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.29

2. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yaitu semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.30

29

Nana Syaohdih Sukma dinata. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosda karya, 2010), h. 220

(38)

3. Dokumentasi adalah mencatat semua data secara langsung dari referensi yang membahas tentang objek penelitian.31

Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data berupa catatan, arsip, jumlah penduduk, atau gambar sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba, sebagai lokasi atau tempat penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode/tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab.

Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah dengan model Miles dan Huberman yaitu dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas.

Teknik analisis induktif yaitu, suatu metode penulisan yang berdasarkan pada hal-hal yang bersifat khusus dan hasil analisa tersebut dapat dipakai sebagai kesimpulan yang bersifat umum.32

Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menganalisis data di lapangan yang dikerjakan selama pengumpulan data berlangsung.

30

Andi Prastowo. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. (Jogjakarta: Ar-ruz Media, 2011). h. 330.

31

Burhan Bungin.Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu

social lainnya.(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 121.

32

(39)

2. Menganalisis data yang telah terkumpul atau data yang baru diperoleh. 3. Setelah proses pengumpulan data selesai maka peneliti membuat laporan

peneliti dengan metode deskriptif yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian-kejadian.

Dengan teknik ini, data yang diperoleh akan dipilah-pilah kemudian dilakukan pengelompokan atas data yang sejenis dan selanjutnya dianalisis isinya sesuai dengan informasi yang dibutuhkan secara konkrit dan mendalam.

(40)

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Terbentuknya Desa Singa

Tercatat pada tanggal 4 Februari 1960 sebagai hari dibentuknya Desa Singa ini. Filosofi nama dan lambang singa untuk desa ini dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu:

a) Sejarah (Historis), Singa sebagai simbol perjuangan masyarakat di desa ini sejak zaman kolonial Belanda.

b) Kebudayaan (Kultural), selain menggambarkan tentang kekuatan, masyarakat di desa ini percaya bahwa dengan nama singa, itu akan membawa sumber kekuatan bagi masyarakatnya.133

Desa Singa juga merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Herlang atau biasa disebut dengan Hero Lange Lange. Merupakan kecamatan yang berada di pesisir Timur dari Propinsi Sulawesi Selatan. dan adapun batas-batasnya yaitu:

Utara : Kecamatan Kajang Timur : Teluk Bone

Selatan : Kecamatan Bonto Tiro Barat : Kecamatan Ujung Loe

33

Prof. Dr.Mattulada, narasumber Ahli Sejarah dan Budaya di Bulukumba. Hasil wawancara Kareba Terkini Bulukumba, Pada tanggal 28 Maret 1994.

(41)

Secara geografis Desa Singa Kecamatan Herlang berada di lintang 5°21'38.61" LS sampai 5°27'8.79" LS dan 120°18'29.12 BB sampai 120°26'3.15" BB. Dengan berpusat di Kelurahan Tanuntung.

Daerah ini merupakan salah satu produsen jagung yang melimpah, sehingga bisa ditemukan banyak lahan jagung di kiri kanan jalan ketika sudah memasuki Desa Singa . Selain itu, Desa Singa diapit antara Desa Borong dan Desa Pataro.

a. Visi Pembangunan Desa

Terbangunnya tata kelola pemerintahan desa yang baik, tertib dan mengedepankan kepentingan umum guna mewujudkan Desa Singa yang adil, makmur, sejahtera dan bermartabat.

b. Misi Pembangunan Desa

1) Menyelenggarakan pemerintahan desa yang demokratis, adil, dan amanah serta memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat

2) Mengembangkan perekonomian masyarakat melalui pemanfaatan potensi desa

3) Meningkatkan mutu kesejahteraan masyarakat untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik dan berpendidikan

c. Perangkat Desa Singa Kabupaten Bulukumba Tabel I

Struktur Organisasi Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba  Struktur Organisasi Kepegawaian

(42)

No. Nama Jabatan

1. Rosbiah, S.Pd.,M.Pd. Kepala Desa

2. Rosdiah.S.Sos. Sekretaris Desa

3. Syamsur Kaur Umum

4. Kaswanti Surni Ayu Ningsi A.Md.Pi. Kaur Keuangan

5. Bahaking Kaur Pemerintahan

6. A. Muh. Ramli P

Kaur Pembangunan Pemberdayaan

7. Wildawati Operator

 Struktur Organisasi Kepala Dusun di Desa Singa

No. Nama Jabatan

1. Andi Mappilawa Kepala Dusun I

2. H. Nur Alim,S.Ag. Kepala Dusun II

3. Rahmat Amir Kepala Dusun III

4. Ahmad Syamsur Kepala Dusun IV

 Data pengurus Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

No. Nama Jabatan

1. Arsyad Kasmad, S.Pd,.M.Pd Ketua

2. Mustapa, S.Pd Wakil Ketua

3. H. Mappasulle, S.Pd Sekretaris

4. Andi Jusmiati, S.Pd Anggota

5. Andi Suharta, S.Sos Anggota

(43)

7. Abd. Halim Anggota  Data Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD)

No. Nama Jabatan

1. H. Abd. Waris, S.Pd, MM Ketua

2. A. Alimin Nostip, S.Kep.,M.Kes Wakil Ketua

3. Muh.Said, S.Pd.,M.Si Sekretaris

4. A. Hasmawati Haro Bendahara

5. Andi Arman Jaya, S.Pd Anggota

6. Andi Sumiati, S.P Anggota

(Sumber Data: Kantor Desa Singa, diambil pada tanggal 16 April 2020) 2. Geografis Desa

a. Penduduk Dilihat dari Jumlah Sumber Daya Manusia

Secara umum Desa Singa terletak di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba. Dengan potensi sumber daya manusia sebagai berikut:

Tabel II

Data Penduduk Desa Singa Berdasarkan Sumber Daya Manusia

NO Keterangan SDM yang ada Jumlah

1 Jumlah Laki-Laki 392 Orang

2 Jumlah Perempuan 509 Orang

3 Jumlah Total 901 Orang

4 Jumlah Kepala Keluarga 125 KK

(Sumber Data: Dokumen Pokok Desa Singa, diambil pada tanggal 16 April 2020)

(44)

b. Penduduk Dilihat Dari Pendidikan

Menurut wawancara yang dilakukan penulis di Kantor Desa Singa, Ibu Rosbiah mengatakan bahwa:

"Pendidikan orangtua akan berpengaruh pula terhadap pembiasaan anak-anak untuk shalat sejak usia dini, terlebih orangtua juga merupakan pendidik pertama bagi anak-anaknya."34

Berikut data pendidikan masyarakat Desa Singa Kecamatan Herlang: Tabel III

Data Penduduk Desa Singa Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Keterangan Laki-Laki Perempuan

1. 2.

Usia 6-18 tahun yang tidak sekolah Usia 6-18 tahun yang masih sekolah

10 orang 68 orang 22 orang 89 orang 3. 4. 5.

Usia 18-56 tahun yang hanya tamat SD Usia 18-56 tahun yang hanya tamat SMP

Usia 18-56 tahun yang hanya tamat SMA 100 orang 95 orang 105 orang 130 orang 156 orang 96 orang

6. Tamat S-1 9 orang 14 orang

7. Tamat S-2 5 orang 2 orang

8. Tamat S-3 - -

Jumlah Total 392 orang 509 orang

(Sumber Data: Dokumen Pokok Desa Singa, diambil pada tanggal 16 April 2020)

c. Penduduk Dilihat Dari Pekerjaan

Berikut daftar pekerjaan masyarakat Desa Singa Kecamatan Herlang:

34

(45)

Tabel IV

Data Penduduk Desa Singa Berdasarkan Tingkat Prekonomian

No. Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan

1. Petani 200 orang 123 orang

2. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 6 orang 4 orang 3. Pedagang (Pengusaha Kecil

dan Menengah)

4 orang 10 orang

4. Peternak 20 orang 2 orang

5. Montir 4 orang -

6. Dokter Swasta - -

7. Perawat Swasta 2 orang 5 orang

8. Bidan Swasta - 5 orang

9. TNI 3 orang -

10. POLRI 5 orang -

11. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 5 orang 4 orang

12. Karyawan Perusahaan Swasta - -

13. Karyawan Perusahaan Pemerintah

2 orang -

14. Guru 11 orang 40 orang

15. Tukang Jahit - 7 orang

16. Pelajar/ Mahasiswa 72 orang 120 orang

17. Belum Bekerja 58 orang 189 orang

Jumlah Total 392 orang 509 orang

(Sumber Data: Sensus Penduduk Kantor Desa Singa, diambil pada tanggal 16 April 2020)

(46)

d. Sarana dan Prasarana Desa

Tabel V

Sarana dan Prasarana Di Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

NO

Sarana dan prasarana Volume

1 Perkantoran 1 unit 2 Pertokoan 12 unit 3 TK/PAUD 3 unit 4 SD/MI 3 unit 5 SMP/MTS 1 unit 6 SMA/MA 1 unit 7 Pasar 1 unit 8 Puskesmas 1 unit 9 Posyandu 3 unit

10 Apotik/Tokoh Obat 1 unit

11 Masjid 5 unit

12 Gereja -

13 Pos kamling 1 unit

14 Pos polisi 1 unit

(Sumber Data: Dokumen Desa Singa, 16 April 2020) 3. Kondisi Sosial Budaya Dan Kehidupan Keagamaan

Melihat dari kondisi kehidupan sehari-hari penduduk di Desa Singa, cara bergaulnya juga sama dengan masyarakat pada umumnya, sebagaimana

Gambar

Tabel II
Tabel III
Tabel IV

Referensi

Dokumen terkait

Tässä tutkimuksessa pyrittiin selvittämään MBO:n kriteerien soveltuvuutta rasvamaksan diagnostiikassa sekä miten maksan rasvapitoisuus ja keskivartalon rasvapoolit

[r]

dengan berloncat di lantai. Laintainya diberi angka, konseli yang meloncat sambil ditemani peneliti saat berhitung. Setelah konseli sudah memahami angka 1-20, melakukan

Penelitian ini dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang ukuran perusahaan, leverage ,

Sementara itu, Amerika dibawah pengaruh Bush yang masa jabatannya hampir habis akan kehilangan beberapa sekutu, sementara itu, senat dan parlemen Amerika

Karena itu, Gubernur DKI harus diberi kewenangan lebih besar untuk berkoordinasi langsung dengan kepala daerah yang wilayahnya bersinggungan dengan Jakarta.. Belum lagi

As Caplan (1972) argues, whilst Dalits have suffered caste- based discrimination, exploitation and violence, and continue to face obstacles in attaining full civil, political,

Tuntutan tersebut menyangkut pembaharuan sistem pendidikan, di antaranya pembaharuan kurikulum, yaitu diversifikasi kurikulum untuk melayani peserta didik dan potensi daerah yang