• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV RESPON MASYARAKAT DESA KARANGSARI KECAMATAN BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN WAJIB BELAJAR SEMBILAN TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV RESPON MASYARAKAT DESA KARANGSARI KECAMATAN BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN WAJIB BELAJAR SEMBILAN TAHUN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BELAJAR SEMBILAN TAHUN

A. Analisis Respon Masyarakat Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan Terhadap Pendidikan Wajib Belajar Sembilan Tahun

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada bab sebelumnya maka peneliti dapat menganalisis beberapa respon masyarakat Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan terhadap pendidikan wajib belajar sembilan tahun adalah sebagai berikut: bahwa masyarakat Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan terhadap pendidikan wajib belajar sembilan tahun memiliki respon yang terbagi menjadi 2 (dua): 1. Respon positif dari masyarakat Desa Karangsari Kecamatan Bojong

Kabupaten Pekalongan yang menganggap pendidikan wajib belajar sembilan tahun pada anak adalah penting.

Respon positif adalah segala anggapan, kesan, pendapat, sikap, komentar, penyimpulan dan tanggapan yang serba positif dalam menggambarkan sesuatu hal yang dipersepsikan.1 Sebagian masyarakat yang dijadikan responden dalam penelitian ini menganggap atau memiliki respon terhadap pendidikan wajib belajar sembilan tahun pada anak adalah

1 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), hlm. 88.

(2)

penting. Hal ini berdasarkan wawancara delapan responden terdapat tujuh orang yang mengatakan bahwa pendidikan pada anak adalah penting. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Slamet Raswono, Khotimul Makmun, Ta’awud, H. Asmuni, H. Bisri, H. Syafi’i, Kholil. Mayoritas masyarakat Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan berpendapat bahwa pendidikan merupakan suatu hal penting yang dapat menunjang kemakmuran dan sesuatu yang dapat menumbuhkan pola pikir lebih maju. Sebetulnya, pendidikan memang merupakan hal yang sangat mendukung perkembangan bangsa, tetapi meskipun masyarakat sadar bahwa peran pendidikan itu penting tapi karena belum banyaknya lahir tokoh-tokoh dan cendekiawan di lingkungan bangsa sendiri. Hal itu menjadikan masyarakat yang masih terlalu minim kesadaran hanya akan menyelesaikan pendidikan sampai pertengahan.

Masyarakat adalah wadah dan wahana pendidikan, medan kehidupan manusia yang majemuk. Dalam konteks pendidikan, masyarakat adalah lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Sebagai salah satu lingkungan terjadinya kegiatan pendidikan, masyarakat mempunyai pengaruh yang besar terhadap berlangsungnya segala kegiatan yang menyangkut masalah pendidikan.

Bagaimanapun juga kemajuan dan keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat yang ada. Tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat, jangan diharapkan pendidikan dapat berkembang dan tumbuh sebagaimana yang diharapkan. Lembaga

(3)

pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah salah satu unsur pelaksana asas pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga dan sekolah sangat terbatas, di masyarakat orang akan meneruskannya hingga akhir hidupnya. Segala pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lingkungan pendidikan keluarga dan lingkungan sekolah akan dapat berkembang dan dirasakan manfaatnya dalam masyarakat.

Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab III prinsip penyelenggaraan pendidikan pasal 4 disebutkan bahwa: ”Pendidikan diselenggarakan dengan memperdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”.

Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sebenarnnya masih belum jelas, tidak sejelas tanggung jawab pendidikan di lingkungan sekolah. Hal ini disebabkan faktor waktu, hubungan, sifat dan isi pergaulan yang terjadi di dalam masyarakat. Waktu pergaulan terbatas, hubungannya hanya pada waktu-waktu tertentu, sifat pergaulannya bebas, dan isinya sangat kompleks dan beraneka ragam. Meskipun demikian, masyarakat mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan pendidikan nasional. Peran masyarakat itu antara lain menciptakan suasana yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan nasional, ikut menyelenggarakan pendidikan non pemerintah (swasta), membantu mengadakan tenaga,

(4)

biaya, sarana, dan prasarana, menyediakan lapangan kerja, membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Peranan masyarakat tersebut dilaksanakan melalui jalur-jalur : perguruan swasta, dunia usaha, kelompok profesi, lembaga swasta nasional lainnya. Oleh karena itu, sebagai salah satu lingkungan terjadinya pendidikan, masyarakat mempunyai pengaruh yang sanga besar terhadap berlangsungnya segala aktivitas yang menyangkut masalah pendidikan. Apalagi bila dilihat dari materi yang digarap, jelas kegiatan pendidikan baik yang termasuk jalur pendidkan sekolah maupun yang jalur pendidikan luar sekolah. Berisikan generasi muda yang akan meneruskan kehidupan masyarakat itu sendiri. Untuk itu bahan apayang akan diberikan kepada anak didik sebagai generasi tadi harus disesuaikan dengan keadaan dan tuntutan masyarakat di mana kegiatan pendidikan berlangsung.

Dalam Pasal 54 Bab XV juga dijelaskan bahwa peran masyarakat dalam pendidikan meliputi :

a. Peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi, profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakat dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.

b. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.

c. Ketentuan mengenai peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

(5)

2. Respon negatif dari masyarakat Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan terhadap pendidikan wajib belajar sembilan tahun yang menganggap pendidikan pada anak tidak begitu penting dan lebih mengutamakan untuk bekerja.

Respon negatif yaitu segala anggapan, kesan, pendapat, sikap, komentar, penyimpulan dan tanggapan yang serba negatif dalam menggambarkan sesuatu yang direspon. Ada juga masyarakat yang dijadikan responden dalam penelitian ini menganggap atau memiliki respon terhadap pendidikan wajib belajar sembilan tahun yang menganggap pendidikan pada anak tidak begitu penting dan lebih mengutamakan untuk bekerja. Hal ini berdasarkan wawancara delapan responden terdapat satu orang yang mengatakan bahwa pendidikan yang penting adalah di sekolah dasar negeri. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Solikhah. Jika dibuat persentase maka dari total responden yang ada maka 1 orang mengatakan bahwa pendidikan wajib belajar sembilan tahun adalah tidak begitu penting dan lebih mengutamakan untuk bekerja.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa respon masyarakat Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan terhadap pendidikan wajib belajar sembilan tahun ada 2 (dua) yakni: pertama, respon positif dari masyarakat Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan terhadap pendidikan wajib belajar sembilan tahun yang menganggap pendidikan pada anak adalah penting. Kedua, respon negatif dari masyarakat Desa Karangsari

(6)

Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan terhadap pendidikan wajib belajar sembilan tahun yang menganggap pendidikan pada anak tidak begitu penting dan lebih mengutamakan untuk bekerja. Pendapat yang mengatakan pendidikan wajib belajar sembilan tahun pada anak di Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan adalah tidak begitu penting hanya didukung oleh 1 orang saja dari responden yang peneliti lakukan wawancara selebihnya menganggap bahwa pendidikan wajib belajar sembilan tahun pada anak di Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan adalah penting sebanyak 7 orang. Maka dapat dikatakan bahwa mayoritas masyarakat Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan berpendapat bahwa pendidikan wajib belajar sembilan tahun pada anak adalah penting.

B. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Respon Masyarakat Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan Terhadap Pendidikan Wajib Belajar Sembilan Tahun

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada bab sebelumnya maka peneliti dapat menganalisis faktor yang mempengaruhi respon masyarakat Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan terhadap pendidikan wajib belajar sembilan tahun adalah sebagai berikut: 1. Faktor sosial ekonomi orang tua

Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan yang dibentuk oleh orang tua maupun anak dengan lingkungan

(7)

sekitarnya. Anak yang sosial ekonaminya rendah cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak pernah mengenal bangku pendidikan sama sekali karena terkendala oleh status ekonomi. Faktor ekonomi atau pendapatan keluarga sangatlah penting guna menunjang pendidikan anak-anaknya untuk melanjutkan sekolah. Kurangnya biaya dan keterbatasan pengetahuan orang tua akan berdampak negatif bagi anak-anaknya yang ingin melanjutkan sekolah ke sekolah lanjutan tingkat atas.

Kehidupan ekonomi masyarakat Desa Karangsari dapat dikatakan memiliki pendapatan yang pas-pasan, mungkin hanya cukup untuk makan sehari-hari dan menyekolahkan anak mereka hingga jenjang Sekolah Menengah Atas. Untuk itu mereka lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk bekerja mencari nafkah atau merantau ke Jakarta dan kota-kota besar lainnya daripada untuk bersekolah.

2. Faktor lingkungan

Dari hasil observasi diketahui bahwa banyak dari pemuda di Desa Karangsari baik laki-laki dan perempuan yang putus sekolah saat SMP dan banyak juga yang tidak lanjut ke SMA. Selain itu kepedulian masyarakat akan bertetangga juga rendah akibat terbentur dengan budaya perkotaan yang individualis.

Dari segi budaya masyarakat Desa Karangsari merupakan masyarakat yang heterogen. Yang datangnya dari banyak daerah di sekitar Karangsari, sehingga berbicara budaya tidak ada sesuatu yang khas. Desa

(8)

Karangsari sebagai salah satu desa yang menyediakan tenaga kerja cukup melimpah. Kondisi lingkungan masyarakat Desa Karangsari adalah sebuah desa dimana masyarakatnya tidak terlalu memikirkan pendidikan, mereka hanya berpikir tentang bekerja untuk meningkatkan taraf hidup ekonomi keluarga mereka. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat lebih cenderung mementingkan bekerja daripada pendidikan.

3. Rendaknya motivasi orang tua dan anak untuk bersekolah

Dalam mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuh kembangkan kepribadian anak. Pendapat tersebut merujuk pada teori Humanistik yang menitik beratkan pendidikan bertumpu pada peserta didik, artinya anak perlu mendapat perhatian dalam membangun sistem pendidikan. Apabila anak telah menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik, berarti mereka sudah tidak menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Kalau gejala ini dibiarkan terus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya.

Anak di Desa Karangsari memiliki motivasi bahwa mereka lebih suka memiliki bekerja membantu orang tua mereka dari pada belajar atau bersekolah. Anak di Desa Karangsari banyak yang memilih bekerja membantu orang tua daripada untuk belajar atau menuntut pendidikan. Mereka beralasan bahwa bekerja lebih menyenangkan daripada harus belajar, karena bekerja bisa mendapatkan uang yang bisa digunakan untuk membantu ekonomi keluarga. Selain itu banyak teman-teman mereka yang

(9)

hanya lulusan masih lulusan sekolah dasar (SD) atau lulusan sekolah menengah pertama (SMP) yang sudah bekerja dan mendapatkan uang, sehingga timbul rasa iri untuk meniru teman-teman mereka yang sudah bekerja dan mendapat uang sendiri sehingga orang tua tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak bisa melarang keinginan anak tersebut.

4. Faktor jumlah anak

Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi tingkat pendidikan pada anak. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, maka ada kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu mementingkat pendidikan secara maksimal pada anak karena perhatian dan waktunya terbagi antara anak yang satu dengan anak yang lainnya

Masyarakat Desa Karangsari memiliki jumlah anak yang relatif banyak ada yang memiliki anak empat, lima bahkan ada yang sampai tujuh. Hal ini menyebabkan masyarakat Desa Karangsari kesusahan untuk membesarkan anak-anak mereka. Untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum sehari-hari saja terkadang mereka mengalami kesusahan, apalagi untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka.

Faktor yang mempengaruhi respon masyarakat Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan terhadap pendidikan wajib belajar sembilan tahun disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua mereka yang kurang memperhatikan keinginan atau pun kehidupannya karena terlalu sibuk dengan kegiatan mereka mencari nafkah untuk keluarga.

(10)

Masyarakat Desa Karangsari memiliki banyak anak, sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja orang tua harus bekerja keras membanting tulang. Hal ini menjadikan masyarakat Desa Karangsari kurang memperharikan pendidikan terhadap anaknya. Mereka lebih cenderung menelantarkan atau membiarkan anak mereka dan sibuk dengan kegiatan mencari nafkah.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menganalisis bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap faktor yang mempengaruhi respon masyarakat Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan terhadap pendidikan wajib belajar sembilan tahun adalah faktor sosial ekonomi. Kehidupan ekonomi masyarakat Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan dapat dikatakan memiliki pendapatan yang pas-pasan, mungkin hanya cukup untuk makan sehari-hari dan menyekolahkan anak mereka. Untuk itu mereka lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk bekerja mencari nafkah daripada berada di rumah, sehingga untuk kebutuhan pendidikan anak-anak mereka kurang diperhatikan.

Pengaruh faktor sosial ekonomi akan mempengaruhi juga tingkat emosional seseorang. Orang yang memiliki sosial ekonomi yang rendah akan memiliki tingkat emosional yang rendah pula, ia akan mudah marah dan mudah tersinggung karena merasa rendah diri dengan keadaan yang ia jalani. Sebaliknya orang yang memiliki sosial ekonomi yang kuat akan memiliki

(11)

tingkat emosional yang relatif stabil, ia tidak mudah marah, merasa tersanjung karena merasa terhormat di mata masyarakat dengan kekayaan yang ia miliki.

Pendidikan yang diberikan orang tua terhadap anak bervariasi. Ada yang pendidikannya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja, sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola pendidikan dari orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi peserta didik. Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam kehidupan anak, tempat belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk sosial, karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama tempat anak dapat berinteraksi. Dari pengalamannya berinteraksi di dalam keluarga ini akan menentukan pula pola perilaku anak tehadap orang lain dalam lingkungannya. Dalam pembentukan kepribadian seorang anak, keluarga mempunyai pengaruh yang besar. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam perkembangan kepribadian seorang anak, salah satu faktor tersebut adalah pola asuh orang tua.

Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyaraka. Dimana suatu tugas tersebut berkaitan dengan mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya baik secara fisik maupun psikologis. Cara orang tua memperlakukan anak-anaknya akan memberikan akibat yang mendalam dan permanen pada kehidupan anak. Juga menemukan bahwa pasangan yang secara emosional lebih terampil

(12)

merupakan pasangan yang paling berhasil dalam membantu anak-anak mereka mengalami perubahan emosi. Pendidikan emosi ini dimulai pada saat-saat paling awal dalam rentang kehidupan manusia, yaitu pada masa kanak-kanak.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

ُءاَنْ بَا ْمُهَو اَهْ يَلَع ْمُه ْوُ بِرْضاَو َْيِْنِس َعْبَس ُءاَنْ بِا ْمُهَو ِةَلاَّصلاِب ْمُكَدَلاْوَا اوُرُم

)دود بىأ هاور( ِع ِجاَضَمْلا ِفِ ْمُهَ نْ يَ ب اْوُ قَّرَ فَو ٍرَشَع

Artinya:

“Suruhlah anak-anak kalian untuk shalat saat mereka berusia tujuh tahun dan

pukullah mereka (jika meninggalkanya) saat berusia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR Abu Daud) 2

Menurut hadits di atas, jika anak sudah mengijak usia tujuh tahun, orang tua wajib menyuruhnya shalat dan membujuknya untuk melakukan kewajiban ini, sembari menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan dan manfaat-manfaatnya, hukuman bagi orang yang meninggalkannya, dan menjelaskan bahwa orang yang tidak melakukan shalat dianggap kafir. Orang tua juga harus menanamkan ke dalam hati anak rasa cinta shalat dan perasaan bahwa dirinya selalu ada dalam pengawasan Allah.

Selain kelima faktor yang mempengaruhi respon masyarakat Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan terhadap pendidikan wajib belajar sembilan tahun, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi antara lain:

1. Pengalaman traumatik. Kejadian-kejadian traumatis masa lalu dapat mempengaruhi perkembangan emosi seseorang, dampaknya jejak rasa

2 Abdullah Ibnu Sa`ad Al Falih, Langkah Praktis Mendidik Anak Sesuai Tahapan Usia, (Bandung : Irshad Baitus Salam, 2007), Cet. I, hlm. 99-100

(13)

takut dan sikap terlalu waspada yang ditimbulkan dapat berlangsung seumur hidup. Kejadian-kejadian traumatis tersebut dapat bersumber dari lingkungan keluarga ataupun lingkungan di luar keluarga.

2. Temperamen. Temperamen dapat didefinisikan sebagai suasana hati yang mencirikan kehidupan emosional kita. Hingga tahap tertentu masing- masing individu memiliki kisaran emosi sendiri-sendiri, temperamen merupakan bawaan sejak lahir, dan merupakan bagian dari genetik yang mempunyai kekuatan hebat dalam rentang kehidupan manusia.

3. Jenis kelamin. Perbedaan jenis kelamin memiliki pengaruh yang berkaitan dengan adanya perbedaan hormonal antara laki- laki dan perempuan, peran jenis maupun tuntutan sosial yang berpengaruh pula terhadap adanya perbedaan karakteristik emosi diantara keduanya.

4. Usia Perkembangan kematangan emosi yang dimiliki seseorang sejalan dengan pertambahan usianya. Hal ini dikarenakan kematangan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan kematangan fisiologis seseorang. Ketika usia semakin tua, kadar hormonal dalam tubuh turut berkurang, sehingga mengakibatkan penurunan pengaruhnya terhadap kondisi emosi. Namun demikian, dalam hal ini tidak menutup kemungkinan seseorang yang sudah tua, kondisi emosinya masih seperti orang muda yang cenderung meledak- ledak. Hal tersebut dapat diakibatkan karena adanya kelainan- kelainan di dalam tubuhnya, khususnya kelainan anggota fisik. Kelainan yang tersebut dapat terjadi

(14)

akibat dari pengaruh makanan yang banyak merangsang terbentuknya kadar hormonal.

5. Perubahan jasmani. Perubahan jasmani ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan petumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidak seimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi peserta didik. Tidak setiap peserta didik dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti ini, lebih-lebih perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormone-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh peserta didik dan seringkali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.

6. Perubahan Interaksi dengan Teman Sebaya. Peserta didik sering kali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk semacam genk. Interaksi antar anggotanya dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Fakor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Gejala ini sebenarnya sehat bagi peserta didik, tetapi tidak jarang menimbulkan konflik atau gangguan emosi pada mereka jika tidak diikuti dengan bimbingan dari orang tua atau orang yang lebih dewasa.

(15)

7. Perubahan Interaksi dengan Sekolah. Sekolah merupakan tempat pendidikan yang sangat diidealkan oleh pererta didik. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru disini amat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi yang positif dan konstruktif.

Kondisi lingkungan masyarakat Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan adalah sebuah desa dimana masyarakatnya tidak terlalu memikirkan pendidikan, mereka hanya berpikir tentang bekerja untuk meningkatkan taraf hidup ekonomi keluarga mereka. Hal inilah yang menyebabkan pola asuh mereka lebih cenderung mengarah kepada pola asuh permisif, yakni membiarkan anak hidup dengan kondisi lingkungan apa adanya tanpa adanya kendali dari orang tua, hal ini dikarenakan orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan dan rutinitasnya sehari-hari dalam mencari nafkah.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor yang paling berpengaruh respon masyarakat Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan terhadap pendidikan wajib belajar sembilan tahun adalah faktor sosial ekonomi. Kehidupan ekonomi masyarakat Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan dapat dikatakan memiliki ekonomi yang pas-pasan, mungkin hanya cukup untuk makan

(16)

sehari-hari dan menyekolahkan anak mereka. Keluarga di Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan rata-rata memiliki anak lebih dari satu, ada buruh yang memiliki anak empat, lima, bahkan hingga delapan. Untuk itulah mereka bekerja keras membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka. Masyarakat Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan disibukkan dengan menghabiskan waktu untuk bekerja, sehingga waktu untuk mengajarkan pendidikan kepada anak mereka sangatlah minim.

Referensi

Dokumen terkait

Analisa teknikal memfokuskan dalam melihat arah pergerakan dengan mempertimbangkan indikator-indikator pasar yang berbeda dengan analisa fundamental, sehingga rekomendasi yang

Cara yang paling tepat untuk mengetahui instrumen tersebut mempunyai kesalahan atau tidak paling tepat untuk mengetahui instrumen tersebut mempunyai kesalahan atau tidak yaitu

1. Keberadaan UKM kerajinan bambu di kampung Pajeleran kelurahan Sukahati telah berlangsung secara turun temurun dari generasi ke generasi, diperkirakan telah ada sejak

1) Peneliti membaca sekritis-kritisnya, secermat-cermatnya, dan seteliti-telitinya seluruh sumber data teks novel-novel Indonesia yang ada. Pembacaan secara hermeneutis

[r]

Representasi citra guru digambarkan dalam tujuh novel Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan berkaitan dengan status profesional tampak hampir secara lengkap

(Di dalam diskusi kelas, penting untuk dibuat aturan yang mana siswa harus berpikir terlebih dahulu/ time thinking sebelum menjawab pertanyaan dari guru. Time thinking

Pengaruh modifikasi alat terhadap hasil belajar keterampilan bermain bolavoli (studi eksperimen terhadap siswa di sma negeri 26 bandung). Universitas Pendidikan Indonesia