262
Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Ikan Betutu (Oxyeleotris
marmorata) di Sungai Ulim Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh,
Indonesia
Length Weight Relationship and Condition Factors of Marble Goby
(Oxyeleotris marmorata) in Ulim River, Pidie Jaya District, Aceh Province,
Indonesia
Muhammad Nasir*, Zainal A. Muchlisin, Abdullah A. Muhammadar
Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh. Email: nasirodc0604@gmail.com
ABSTRACT
The objective of the present study was to evaluate the length weight relationship of the marble goby (Oxyeleotris marmorata) in Ulim River, Pidie Jaya District, Aceh Province, Indonesia. The sampling was conducted at three sampling locations during February to May 2016. The Linear Allometric Model (LAM) and Relative weight condition factors were performed in this study. The study b value ranged between 2.70 to 2.74 indicate a negative allometric growth pattern. The relative weight condition factor was tended to 100. It means that the Ulim Rivers is still in good condition.
Keywords: Marble goby, linear allometrict model, negative allometric, Relative weight condition factor
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan panjang berat dan factor kondisi ikan betutu (Oxyeleotris marmorata) di Sungai Ulim Kabupaten Pidie Jaya. Penelitian ini menggunakan metode survey eksploratif pada tiga lokasi sampling selama Februari 2016 sampai Mei 2016 sebanyak 12 kali sampling. Model yang digunakan adalah Linear Allometric dan Faktor kondisi berat relative. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata nilai b berkisar 2,70 sampai 2.74 memunjukkan pola pertumbuhan allometric negative dan factor kondisi berat relatif mendekai 100, bermakna kondisi perairan masih dalam kondisi yang seimbang.
Kata kunci: Betutu, LAM, allometrik negative, Faktor kondisi berat relatif
PENDAHULUAN
Ikan betutu (Oxyeleotris marmorata) merupakan salah satu jenis ikan air tawar dari familia Eleotrididae berukuran sedang dan dapat dibedakan dari anggota familia Gobiidae oleh sirip perutnya yang terpisah dan adanya enam jari tulang penguat tutup insang. Terdapat tiga spesies ikan betutu yang telah diketahui, yaitu O. marmarata, O. uropthalmoides dan O. uropthalmus (Kottelat et al., 1993). Ikan betutu dikenal juga dengan sebutan ikan malas atau sleeper fish umumnya hidup di perairan tawar dan estuary (Astuty et al., 2000).
Ikan betutu merupakan salah satu ikan air tawar yang hidup di perairan umum dan saat ini sudah mulai dibudidayakan dan merupakan salah satu komoditas ekspor yang mempunyai
263
nilai ekonomis tinggi (Muchlisin, 2013). Negera tujuan ekspor ikan betutu antara lain Jepang dan Singapura.
Provinsi Aceh memiliki potensi ikan betutu (Muchlisin dan Siti-Azizah, 2009), dan salah satunya terdapat di perairan Sungai atau Sungai Ulim, Kabupaten Pidie Jaya. Namun informasi tentang bioekologi ikan betutu di Sungai Ulim masih belum pernah dikaji. Informasi bioekologi ikan penting diketahui dalam kaitan untuk menyusun rencana pengelolaan dan pengembangan budidaya (Muchlisin et al., 2010a) dan salah satu informasi dasar yang perlu diketahui adalah pola pertumbuhan alaminya, yaitu melalui analisis hubungan panjang berat (Muchlisin et al., 2010b). Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan panjang berat dan factor kondisi ikan betutu di Sungai Ulim, Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh.
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat
Penelitian ini bertempat di Sungai Ulim pada dua lokasi yaitu di Desa Gugrong, Meunasah Kumbang dan Balee Ulim, Kabupaten Pidie Jaya (Gambar 1). Sampling dilaksanakan pada pertengahan Februari 2016 sampai Mei 2016 dan pengamatan kebiasaan makan akan dilaksanakan di Laboratorium Kelautan dan Perikanan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala.
Gambar 1. Peta sebagian wilayah Kecamatan Ulim yang menunjukkan lokasi penelitian (bulatan merah)
Sampling
Penelitian ini menggunakan metode survey eksploratif. Dari tiga lokasi yang disampling hanya dua lokasi saja yang berhasil tertangkap ikan betutu, yaitu di Desa Meunasah Kumbang dan Desa Balee Ulim. Ikan sampel ditangkap dengan menggunakan pancing, bubu dan jala. Sampling dilakukan sebanyak 12 kali dengan selang waktu setiap 7 hari. Ikan yang
264
tertangkap diukur panjang totalnya (cm) dan ditimbang beratnya (g), selanjutnya diawetkan dengan formalin 10%.
Analisis Hubungan Panjang Berat
Hubungan panjang berat ikan menggunakan Linear Allometric Model (LAM), berdasarkan De-Robertis dan William (2008): W = e0, 56 (aLb)
Dimana, W= berat ikan (g), L= panjang total ikan (mm), a dan b adalah koefisien regresi.
Faktor Kondisi
Faktor kondisi berat relatif dihitung dengan menggunakan rumus Rypel and Richter (2008): Wr = (W/Ws) x 100
Dimana, Wr= berat relatif, W= berat tiap-tiap ikan, dan Ws= berat standar yang diprediksi, dimana Ws= aLb.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HasilKisaran panjang total dan berat ikan betutu di Sungai Meunasah Kumbang adalah 6,4-12,9 cm dan 3,93- 30,33 gram, di Balee Ulim adalah 6,8- 11,5 cm dan 5,2- 19,9 gram. Secara umum ikan betutu yang ditemukan di Sungai Balee Ulim memiliki ukuran lebih besar dibandingkan di Meunasah kumbang (Tabel 1).
Berdasarkan hasil analisis, nilai b di Sungai Meunasah Kumbang adalah 2,75 dan nilai b di Sungai Balee Ulim adalah 2,68. Selanjutnya, kisaran nilai berat relatif (Wr) di Sungai Meunasah Kumbang adalah 67-116,2 dan kisaran nilai Wr di Sungai Balee Ulim adalah 84-112. Dengan demikian nilai b pada Sungai Meunasah Kumbang dan Sungai Balee Ulim menunjukkan allometrik negatif yang bermakna pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan bobot tubuh ikan (Gambar 1) dan (Gambar 2). Adapun pola pertumbuhan yang telah dianalisis menunjukkan kemiripan antara pola yang diprediksi dengan pola yang sesungguhnya (observasi) (Gambar 3) dan (Gambar 4). Koefisien determinasi pada kedua lokasi adalah 0.95, dimana 95% varian dapat dijelaskan oleh model yang digunakan dan hal ini juga bermakna bahwa 95% pertambahan bobot disebabkan oleh pertambahan panjang.
Tabel 1. Parameter yang diukur pada ikan betutu.
No Parameter Meunasah Kumbang Balee Ulim
1 Panjang total (cm) 6,4 - 12,9 6,8 - 11,5 2 Berat ikan yang diukur, W (g) 3,93 - 30,33 5,2 - 19,9 3 Berat prediksi, Ws (g) 3,9 - 27,1 4,6 - 19,7
4 Berat relatif, Wr 67,2 - 116,2 84 - 112
5 Koefisien determinasi (r2) 0,95 0,95
265
Gambar 1. Koefesien regresi (b) ikan betutu di Meunasah Kumbang
Gambar 2. Koefesien regresi (b) ikan betutu di Balee Ulim.
Gambar 3. Pola pertumbuhan observasi vs prediksi ikan betutu Meunasah Kumbang
y = 2.7457x - 3.7098 R² = 0.9465 1 1.5 2 2.5 3 3.5 1.8 1.9 2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 L n W Ln TL y = 2.7068x - 3.6686 R² = 0.9467 1 1.5 2 2.5 3 3.5 1.8 1.9 2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 L n W Ln TL 0 5 10 15 20 25 30 35 6 7 8 9 10 11 12 13 14 B er a t ( g ra m ) Panjang (cm) Observasi Prediksi
266
Gambar 4. Pola pertumbuhan observasi vs prediksi ikan betutu di Balee Ulim.
Pembahasan
Berdasarkan perhitungan hubungan panjang-berat dengan ikan betutu (O. mrmorata) dari ketiga lokasi penelitian secara umum memiliki nilai koefesien b lebih kecil dari 3 sehingga menunjukkan pola pertumbuhan alometrik negatif, artinya bahwa pertumbuhaan panjang ikan lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan bobotnya. Pola pertumbuhan allometrik negative juga telah dilaporkan pada beberapa spesies ikan dari perairan Aceh misalnya, ikan depik Rasbora tawarensis dan ikan kawan Poropuntius tawarensis (Muchlisin et al., 2010b), ikan keureling Tor tambra (Muchlisin et al., 2015) dan ikan julung-julung Dermogenys sp. (Zuliani et al., 2016) dan Zenarchopterus dispar (Fadhil et al., 2016). Pola pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain ketersediaan makan dan kondisi perairan. Muchlisin et al. (2010b) menjelaskan bahwa koefesiensi b dipengaruhi oleh perilaku ikan, ikan perenang aktif menunjukkan nilai b lebih rendah dibandingkan dengan ikan perenang pasif, mungkin hal ini mungkin terkait dengan alokasi energi yang dikeluarkan untuk pergerakan dan pertumbuhannya.
Hasil analisis nilai berat relatif (Wr), didapatkan nilai rerata factor kondisi berat relatif adalah sebesar 101,05 untuk ikan dari Meunasah Kumbang dan 100,97 dari Balee Ulim, dan kedua lokasi menunjukan nilai faktor kondisi mendekati 100. Hal ini mengindikasikan bahwa perairan di mana ikan betutu hidup menyediakan stok makanan yang cukup terhadap populasi ikan yang hidup pada habitat tersebut dan kepadatan predator masih seimbang (Rypel dan Richter, 2008). Menurut Anderson dan Neuman (1996) jika nilai berat relative berada dibawah 100 menunjukkan adanya masalah seperti kurangnya ketersediaan mangsa atau tingginya kepadatan predator, dan sebaliknya jika berada di atas 100 hal ini menunjukkan ketersediaan mangsa tinggi atau kepadatan predator rendah. Lebih lanjut Murphy et al. (1991) dan Blackwell et al. (2000) menyatakan bahwa bahwa selain ketersediaan makanan, faktor lingkungan perairan dan manajemen sumberdaya perikanan juga dapat mempengaruhi faktor kondisi.
KESIMPULAN
Hasil analisis hubungan panjang dan berat menunjukkan ikan betutu O. marmorata memiliki pola pertumbuhan alometrik negatif dan factor kondisi berat relative mendekati 100 menunjukkan adanya keseimbangan kepadatan predator dan prey dan dengan demikian dapat disimpulkan juga bahwa perairan Sungai Ulim masih tergolong baik dan masih dalam keadaan stabil. 0 5 10 15 20 25 6 7 8 9 10 11 12 B er a t ( g ra m ) Panjang (cm) Observasi Prediksi
267
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, R. O., R.M. Neumann. 1996. Length, weight and associated structure indices. In: Fisheries techniques, 2nd edn. B. R. Murphy and D. W. Willis (Eds). American Fisheries Society, Bethesda, MD, pp. 447–482.
Astuty, S., S. Diana, Iskandar. 2000. Studi biologi ikan betutu (Oxyeleotris marmorata) di perairan Waduk Cirata. Jurnal Bionatura, 2(1): 21-22.
Blackwell, B.G., M.L. Brownand, D.W. Willis. 2000. Relative weight (Wr) status and currentuse in fisheries assessment and managemen. Revies in Fisheries Science, 8: 1-44.
De-Robertis, A., K. William. 2008. Weight-length relationships in fisheries studies: the standard allometric model should be applied with caution. Trans Am Fish Soc 137: 707-719.
Fadhil, R., Z. A. Muchlisin, W. Sari. 2016. Hubungan panjang - berat dan morfometrik ikan julung-julung (Zenarchopterus Dispar) yang tertangkap di Perairan Pantai Utara Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah, 1(1): 146-159.
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater fishes of western Indonesia and Sulawesi.Periplus Edition Ltd., Singapore.
Muchlisin, Z.A., M.N. Siti-Azizah. 2009. Diversity and distribution of freshwater fishes in Aceh waters, Northern Sumatera, Indonesia. International Journal of Zoological Research, 5(2): 62-79.
Muchlisin, Z.A., M. Musman, M.N. Siti-Azizah. 2010a. Spawning seasons of Rasbora tawarensis in Lake Laut Tawar, Aceh Province, Indonesia. Reproductive Biologi and Endocrinology, 8:49.
Muchlisin, Z.A., M. Musman, M.N. Siti-Azizah. 2010b. Length-weight relationships and condition factors of two threatened fishes, Rasbora tawarensis and Poropuntius tawarensis, endemic to Lake Laut Tawar, Aceh Province, Indonesia. Journal of Applied Ichthyology, 26: 949-953.
Muchlisin, Z.A. 2013. Potency of freshwater fishes in Aceh waters as a basis for aquaculture development program. Jurnal Iktiologi Indonesia, 13(1): 91-96.
Muchlisin, Z.A., , A. S. Batubara, M. N. Siti-Azizah, M. Adlim, A. Hendri, N. Fadli, A. A. Muhammadar, S. Sugianto. 2015. Feeding habit and length weight relationship of keureling fish, Tor tambra Valenciennes, 1842 (Cyprinidae) from the western region of Aceh Province, Indonesia. Biodiversitas, 16(1): 89-94.
Murphy, B.R., M.L. Brown, T.A. Springer. 1991. The relative weight (Wr) index in fisheries management: status and needs. Fisheries, 16 (2): 30-38.
Rypel, A.L., Richter, T.J. 2008. Emperical percentile standard weight equation for the Blacktail Redhorse. North American Journal of Fisheries Management, 28: 1843-1846.
Zuliani, Z., Z. A. Muchlisin, N. Nurfadillah. 2016. Kebiasaan makanan dan hubungan panjang berat ikan julung - julung (Dermogenys sp.) di Sungai Alur Hitam Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah, 1(1): 12-24.