• Tidak ada hasil yang ditemukan

STABILITAS TANAH MENGGUNAKAN GEOSINTETIK, CERUCUK, DAN BAMBU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STABILITAS TANAH MENGGUNAKAN GEOSINTETIK, CERUCUK, DAN BAMBU"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1 STABILITAS TANAH MENGGUNAKAN GEOSINTETIK, CERUCUK,

DAN BAMBU

1. Stabilitas Tanah Menggunakan Geosintetik

Secara bahasa, Geosynthetics (Geosintetik) terdiri dari kata Geo, yang artinya bumi, dan Sintetik, yang artinya buatan. Sehingga Geosintetik adalah material buatan manusia yang digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan bumi atau tanah.Secara istilah, Geosintetik artinya material buatan manusia, terutama polymer (sejenis plastik), yang digunakan pada pekerjaan-pekerjaan ketekniksipilan yang berhubungan/kontak dengan tanah dan batuan.

Golongan yang termasuk ke dalam Geosintetik ini antara lain : Geotextile, Geomembrane, Geogrid, Geonet, Geomat, Geosynthetic Clay Liner (GCL), Geopipe, Geocomposit, Geocell dan Geofoam.

a. Geotekstil

Pelaksanaan konstruksi jalan di atas lahan basah dengan perkuatan geotextile dapat menghindarkan terjadinya keruntuhan lokal pada tanah lunak karena rendahnya daya dukung tanah. Keuntungan pemasangan geotextile pada pelaksanaan jalan di atas tanah lunak adalah kecepatan dalam pelaksanaan dan biaya yang relatif lebih murah di bandingkan dengan metoda penimbunan konvensional.

Timbunan badan jalan di atas tanah lunak akan mengalami penurunan yang besar dan kemungkinan runtuh akibat kurangnya daya dukung tanah terhadap beban timbunan. Suatu cara untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan cara penggunaan geotextile yang digelar di atas tanah lunak sebelum pelaksanaan timbunan yang berfungsi sebagai perkuatan (reinforcement). Perkuatan dalam kasus ini hanya bersifat sementara sampai dengan kuat dukung (bearing capacity) tanah lunak meningkat hingga cukup untuk mendukung beban di atasnya.

Analisa dengan metoda limit equilibrium akan meninjau tiga modus stabilitas konstruksi timbunan di atas tanah lunak yaitu, stabilitas internal, stabilitas pondasi tanah lunak dan stabilitas keseluruhan konstruksi (overall stability). Untuk keperluan perencanaan, profil kuat geser tanah lunak perlu dimodelkan. Dua model dipergunakan untuk mengidealisasikan kuat geser tanah lunak di bawah timbunan yaitu pada lapisan tanah lunak tebal dan tipis.

(2)

2 Pada lapisan tanah lunak tebal, kuat geser tanah lunak diidealisasikan meningkat sebagai fungsi ke dalaman, sedangkan pada lapisan tanah lunak tipis, kuat geser tanah lunak dianggap tetap. Keseimbangan batas pada stabilitas internal menunjukkan bahwa untuk menghindarkan kerusakan pada konstruksi timbunan, kuat tarik geotextile harus lebih besar dari gaya lateral yang ditimbulkan oleh timbunan di atas tanah lunak. Pendekatan keseimbangan batas pada stabilitas pondasi seperti yang disampaikan pada modus keruntuhan pondasi pada lapisan tanah lunak yang tebal adalah akibat rotasi ( rotational sliding ).

Pada keruntuhan bentuk rotasi dan translasi pada lapisan tanah lunak yang tebal, keseimbangan momen untuk memperoleh kuat tarik geotextile perlu disampaikan. Pemilihan geotextile untuk perkuatan di pengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan external.

Faktor internal geotextile terdiri dari 1. Kuat tarik geotextile

2. sifat perpanjangan (creep) 3. Struktur geotextile

4. Dan daya tahan terhadap faktor lingkungan

Faktor external geotextile terdiri dari jenis bahan timbunan yang berinteraksi dengan geotextile. Struktur geotextile, yaitu jenis anyam (woven) atau niranyam (non-woven) juga mempengaruhi pada pemilihan geotextile untuk perkuatan. Kondisi lingkungan juga memberikan reduksi terhadap kuat tarik geotextile karena reaksi kimia antara geotextile dan lingkungan disekitarnya. Sinar ultraviolet, air laut, kondisi asam atau basa serta mikroorganisme seperti bakteri dapat mengurangi kekuatan geotextile. Waktu pembebanan juga mempengaruhi karena akan terjadi degradasi oleh faktor fatigue dan aging. Untuk menutupi kekurangan tersebut tidak seluruh kuat tarik geotextile yang tersedia dapat dimanfaatkan dalam perencanaan konstruksi perkuatan jalan.

Metode (Cara) Pemasangan Geotextile (Geotekstil) pada proyek jalan :

1. Harus digelar di atas tanah dalam keadaan terhampar tanpa gelombang atau kerutan.

(3)

3 3. Pada daerah pemasangan yang berbentuk kurva (misalnya tikungan jalan),

maka Geotextiledipasang mengikuti / searah kurva.

Gambar 1. Pemasangan geotekstil pada tikungan

4. Jangan membuat overlapping atau jahitan pada daerah yang searah dengan beban roda (beban lalu lintas).

5. Jika Geotextile dipasang untuk terkena langsung sinar matahari maka gunakanlah yang berwarna hitam.

Geotextile (Geotekstil) Woven adalah jenis Geotextile yang teranyam. Bahan dasar pembuatannya biasanya Polypropilene (PP). Untuk mempermudah visualisasi, Geotextile Woven ini mirip dengan karung beras (bukan yang dari bahan goni) tetapi berwarna hitam.

(4)

4

Gambar 2. Geotekstil Woven

Fungsi Geotextile Woven adalah sebagai bahan stabilisasi tanah dasar (terutama tanah dasar lunak), karena Geotextile jenis ini mempunyai tensile strength (kuat tarik) yang lebih tinggi dibandingkan dengan Geotextile Non Woven (sekitar 2 kali lipat untuk gramasi atau berat per m2 yang sama).

Gambar 3. Geotekstil Non-Woven

Geotextile Non Woven berfungsi sebagai : 1. Filter / Penyaring

Sebagai filter, Geotextile Non Woven berfungsi untuk mencegah terbawanya partikel-partikel tanah pada aliran air. Karena sifat Geotextile Non Woven adalah permeable (tembus air) maka air dapat melewati Geotextile tetapi partikel tanah tertahan. Aplikasi sebagai filter biasanya digunakan pada proyek-proyek subdrain (drainase bawah tanah).

(5)

5 Gambar 4. Geotekstil Non-Woven berfungsi sebagai filter

2. Separator / Pemisah

Sebagai separator atau pemisah, Geotextile Non Woven berfungsi untuk mencegah tercampurnya lapisan material yang satu dengan material yang lainnya.

Contoh penggunaan Geotextile sebagai separator adalah pada proyek pembangunan jalan di atas tanah dasar lunak (misalnya berlumpur). Pada proyek ini, Geotextile mencegah naiknya lumpur ke sistem perkerasan, sehingga tidak terjadi pumping effect yang akan mudah merusak perkerasan jalan. Selain itu keberadaan Geotextile juga mempermudah proses pemadatan sistem perkerasan.

Gambar 5. Geotekstil Non-Woven berfungsi sebagai separator

3. Stabilization / Stabilisator

Fungsi Geotextile ini sering disebut juga sebagai Reinforcement / Perkuatan. Misalnya dipakai pada proyek-proyek timbunan tanah, perkuatan lereng dll. Fungsi ini sebenarnya masih menjadi perdebatan dikalangan ahli geoteknik, sebab Geotextile bekerja menggunakan metode membrane effect yang hanya mengandalkan tensile

(6)

6 strength (kuat tarik) sehingga kemungkinan terjadinya penurunan setempat pada timbunan, masih besar, karena kurangnya kekakuan bahan. Apalagi sifat Geotextile yang mudah mulur terutama jika terkena air (terjadi reaksi hidrolisis) menjadikannya rawan sebagai bahan perkuatan lereng.

Gambar 6. Geotekstil Non-Woven berfungsi sebagai stabilisator

4. Lain-lain

Fungi Geotextile yang lain adalah sebagai pengganti karung goni pada proses curing beton untuk mencegah terjadinya retak-retak pada proses pengeringan beton baru.

b. Geogrid

Geogrid adalah salah satu jenis material Geosintetik (Geosynthetic) yang mempunyai bukaan yang cukup besar, dan kekakuan badan yang lebih baik dibanding Geotextile.

(7)

7 Material dasar Geogrid bisa berupa : Polyphropylene, Polyethilene dan Polyesther atau material polymer yang lain.

Berdasarkan bentuk bukaannya (Aperture), maka Geogrid bisa dibagi menjadi :

1. Geogrid Uniaxial

Adalah Geogrid yang mempunyai bentuk bukaan tunggal dalam satu segmen (ruas)

Gambar 8.Geogrid Uniaxial

2. Geogrid Biaxial

Adalah Geogrid yang mempunyai bukaan berbentuk persegi

Gambar 9.Geogrid Biaxial

3. Geogrid Triax

Adalah Geogrid yang mempunyai bukaan berbentuk segitiga

(8)

8 Fungsi Geogrid

Secara umum Geogrid adalah bahan Geosintetik yang berfungsi sebagai Perkuatan (reinforcement) dan Stabilisasi (stabilization), dengan penjelasan detailnya sebagai berikut :

1. Geogrid Uniaxial

Berfungsi sebagai material perkuatan pada sistem konstruksi dinding penahan tanah (Retaining Wall) dan perkuatan lereng (Slope reinforcement)

Gambar 11. Geogrid uniaxial

2. Geogrid Biaxial

Berfungsi sebagai stabilisasi tanah dasar. Seperti pada tanah dasar lunak (soft clay maupun tanah gambut). Metode kerjanya adalah interlocking, artinya mengunci agregat yang ada di atas Geogrid sehingga lapisan agregat tersebut lebih kaku, dan mudah dilakukan pemadatan.

Gambar 12. Geogrid Biaxal

(9)

9 Fungsinya sama dengan Biaxial sebagai material stabilisasi tanah dasar lunak, hanya saja performance nya lebih baik. Hal ini disebabkan bentuk bukaan segitiga lebih kaku sehingga penyebaran beban menjadi lebih merata.

Gambar 13. Geogrid Triax

Metode/prosedur Pemasangan Geogrid TRIAX dan Biaxial

(10)

10 Gambar 14. Site Clearing

2. Kedua, penggelaran atau penghamparan material Geogrid, dengan ketentuan overlapping sebagai berikut :

Konsistensi Tanah Nilai CBR Panjang Overlap

Kaku / Firm > 2 1 ft = 30.48 cm

Lunak / Soft Ground 1 – 2 2 ft = 60.96 cm

Sangat Lunak < 1 3 ft = 91.44 cm

Karena beratnya yang ringan dan ukurannya yang tidak terlalu besar, penghamparan material Geogrid dapat dilaksanakan dengan tenaga manusia.

Gambar 15. Penghamparan Geogrid

(11)

11 3. Ketiga, dilakukan penarikan atau penegangan Geogrid, kemudian dilakukan pemasakan

atau penjangkaran menggunakan besi tulangan dan pemasak. ini dimaksudkan agar Geogrid tidak melengkung saat ditimbun.

Gambar 17. Penjangkaran Geogrid

4. Keempat, penghamparan / penimbunan agregat di atas Geogrid. Penghamparan agregat dilaksanakan dengan cara dituangkan dan diratakan searah dengan arah penghamparan geogrid dan arah overlapping nya.

Catatan :

Ketebalan minimum agregat di atas Geogrid TRIAX adalah 15cm setelah dipadatkan.

Gambar 18. Penimbunan Agregat

5. Kelima, setelah agregat dihampar dan diratakan selajutnya dilakukan pemadatan sampai mencapai nilai kepadatan yang ditetapkan.

(12)

12 Gambar 19. Pemadatan

c. Studi Kasus Penggunaan Geotekstil

1.Ambarawa Southern Ring Road Project (ASSR)

Jalan Lingkar Selatan Ambarawa merupakan Jalan Baru 2 lajur yang melintasi Selatan Kota Ambarawa, dimulai dari Bawen dan berakhir di Ngampin. Dibangun dengan Dana Hibah Bank Dunia 70 % dan sisanya oleh APBN.

Dimulai pada Tanggal 10 Maret 2010 dan direncanakan selesai pada 01 Desember 2011. ASRR merupakan salah satu Strategic Roads Infrastructure Project ( SRIP ) yang berlokasi di Jawa Tengah selain Magelang - Keprekan, Boyolali - Kartasura dan Tegal Brebes Bypass. Tahun ini Jawa Tengah mendapat alokasi dana terbesar SRIP diantara Provinsi di Indonesia.

Latar Belakang Proyek

Meningkatnya jumlah pemakai alat transportasi darat sering tidak diimbangi dengan peningkatan prasarana jalur yang ada. Sehingga dapat menimbulkan kemacetan lalu lintas bagi kendaraan yang melintas. Untuk itu pemerintah Indonesia melalui Dinas Jasa Marga dalam hal ini Kementrian Pekerjaan Umum Propinsi Jawa Tengah berusaha mengatasi masalah tersebut, terutama pada jalur yang menghubungkan Kecamatan Bawen, kabupaten Semarang dengan Kecamatan Ngampin, kabupaten Ambarawa dengan cara pembangunan Jalan dan Jembatan Lingkar Ambarawa.

(13)

13 Untuk meringankan beban lalu lintas dari jalan yang sudah ada, yaitu jalan dua lajur dua arah, akan dibangun jalan baru yang melingkari Kabupaten Ambarawa. Jalan lingkar yang akan dibangun sepanjang 7,3 km ini memiliki lebar 7 m dengan dua lajur dua arah serta 5 jembatan.

Maksud dan Tujuan Proyek

Adapun maksud dan tujuan dari proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan Lingkar Ambarawa ini adalah:

1. Meningkatkan sarana dan prasarana transportasi kendaraan yang melintas pada Jalan Ambarawa-Magelang.

2. Memperlancar arus kendaraan yang melintas dari arah Kabupaten Semarang maupun dari arah Kabupaten Magelang.

3. Meningkatkan kapasitas jembatan yang sesuai dengan kebutuhan kendaraan yang melintas yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna jalan raya Ambarawa-Magelang.

Lokasi Proyek

Proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan Lingkar Ambarawa, khususnya pada pembangunan Jembatan Bejalen berada di Desa Bejalen, Kabupaten Ambarawa, Jawa Tengah.

(14)

14 Proses Konstruksi

Pembangunan ring road ambarawa ialah untuk mengurangi kepadatan dalam kota ambarawa terutama disekitar pasar. Tanjakan dengan kemiringan 5 % terjadi di segmen bukit bawen menuju arah karanganyar dan segmen ngampin dimana dari jalan nasional magelang-ambarawa langsung bertemu dengan oprit Ngampin Overpass ( melewati jalur KA wisata ambarawa bedono ). timbunan di lokasi tersebut mencapai 12 m.

Kendala proyek ini ada di Curah Hujan yang sangat tinggi sehingga memperlambat progress pekerjaan timbunan. Ternyata ada revisi desain sehingga kemiringan tanjakan menjadi 3,885 % dari seharusnya 5 % . perhitungannya seperti ini :

(15)

15 Perkuatan geotextile

Salah satu penanganan kelongsoran pada jalan raya adalah dengan menggunakan geotekstil sebagai bahan perkuatan. Penanganan kelongsoran dengan geotekstil merupakan upaya menstabilkan tanah dasar tersebut.

Pelaksanaan konstruksi jalan diatas tanah lunak dengan perkuatan geotextile dapat menghindarkan terjadinya keruntuhan lokal pada tanah lunak karena rendahnya daya dukung tanah. Keuntungan penggunaan geotextile pada pelaksanaan jalan diatas tanah lunak adalah kecepatan dalam pelaksanaan dan biaya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan metoda penimbunan konvensional.

(16)

16 Gambar 22. Tuntang Overpass di karanganyar

(17)

17 Gambar 24. Pemasangan Woven Geotextile pada Oprit Tambakboyo Overpass.

Penggelaran geotextil berfungsi sebagai matras atau membran agar material timbunan tidak serta merta masuk kedalam lapisan tanah lunak dibawah peil rencana.

Geotekstil disini sebagai alat penyekat antara lapisan tanah lunak sebagai lapisan tanah dasar dengan material-meterial timbunan yang berada diatas membran. Lembaran geotextil yang dipasang ada yaitu jenis Geotextile nonwoven ini kualitasnya lebih baik daripada geotextile jenis woven, oleh karena itulah geotextile jenis ini dipergunakan atau digelar pada daerah struktur jalan yang akan menerima beban dari kendaraau yang lewat diatasnya.

Selain kualitas yang baik, geotextile jenis ini mempunyai harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan geotextile jenis woven.

2. Proyek Jalan Lingkar Luar Trisakti, Banjarmasin

Sebagai studi kasus , pelaksanaan konstruksi jalan di atas tanah lunak dengan perkuatan geotextile di. Jalan Lingkar Luar Trisakti, Banjarmasin yang dibangun di daerah ini dengan kondisi tanah gambut.

Banjarmasin merupakan daerah rawa yang banyak mengandung air, secara umum gambut mengandung air dalam jumlah yang besar. Untuk perencanaan konstruksi jalan pada lahan ini pertama-tama yang harus dilakukan

(18)

18 adalah melakukan pengujian terhadap tanah itu sendiri ( kadar air tanah ). Biasanya setelah pengambilan sampel lalu diuji kembali ke laboratorium untuk mengetahui persentase kadar air yang dikandung oleh tanah tersebut. Setelah itu pengkajian ulang apakah perlu di lakukan penimbunan ulang untuk mendapatkan daya dukung tanah yang baik. Setelah itu dilakukan penentuan pondasi yang cocok kondisi tanah.

Gambar 25. Pembuatan Badan Jalan

(19)

19 Gambar 27.Proses Penyambungan Geotextile dengan Mesin Jahit

Gambar 28. Proyek Jalan Lingkar Luar Trisakti, Banjarmasin – KalSel

Alat berat yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini adalah dump truck sebagai moda pengangkutan material tanah biasa ke lokasi pekerjaan, bulldozer untuk mendorong dan meratakan tanah yang dituang dari dump truck di lokasi, vibro roller sebagai compactor dan alat bantu lain yang mendukung pekerjaan ini.

(20)

20 Gambar 29. Hasil Pemadatan Badan Jalan Setelah Diberi Lapisan Geotextile

Dibawahnya

Gambar 30. Badan Jalan yang Siap Diaspal

3. Studi Kasus Konstruksi dengan perkuatan geotextile di Pulau Setoko dan Nipah di Kepulauan Riau

Sebagai studi kasus , pelaksanaan konstruksi jalan di atas tanah lunak dengan perkuatan geotextile di Pulau Setoko dan Nipah di Kepulauan Riau. Jalan yang dibangun di daerah ini melewati beberapa dataran rendah yang tertutup tanaman

(21)

21 bakau dan terpengaruh pasang surut. Penyelidikan tanah yang dilakukan menunjukkan bahwa lapisan tanah lunak sampai kedalaman 15m di bawah permukaan tanah. Nilai dari hasil pemampatan uji konsolidasi dipergunakan untuk mengontrol penurunan selama pelaksanaan timbunan dengan menggunakan settlement plate yang dipasang dengan interval 50 meter. Pada akhir penimbunan tambahan timbunan sebagai kompensasi terhadap penurunan jangka panjang diberikan untuk menjamin agar permukaan jalan sesuai dengan elevasi rencana.

Gambar 31. Potongan melintang tipikal jalan diatas tanah lunak di pulau Setoko dan Nipah

Daerah Pulau Setoko dan Nipah di Kepulauan Riau merupakan dataran rendah yang jika dilihat dari topografinya berada di bawah garis permukaan laut sehingga keadaan tanah pada daerah ini sangat tergantung pada air pasang laut. Pengaruh air pasang ini menyebabkan kondisi tanah nya yaitu basah atau lunak. Dari hasil pengujian menggunakan pengeboran di dapatkan bahwa pada kedalaman 15 m keadaan tanah masih lunak, sehingga dari hasil analisis yang dilakukan jika diberi pembebanan yang lebih maka tanah akan mengalami kelongsoran.

(22)

22 2. Stabilitas Tanah Menggunakan Cerucuk dan Bambu

Perbaikan (stabilisasi) tanah diperlukan untuk pembangunan pada lahan yang tanah dasarnya memiliki daya dukung yang rendah. Perbaikan tanah tersebut pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan tahanan geser tanahnya. Salah satu cara untuk meningkatkan tahanan geser tanah tersebut adalah dengan menambahkan cerucuk pada tanah sampai melewati bidang gesernya, sesuai dengan teori cerucuk yang telah dikembangkan oleh Mochtar (2000).

Stabilisasi dangkal merupakan teknik stabilisasi yang sering diterapkan di bidang jalan terutama untuk mengubah sifat-sifat tanah dasar (sub grade ) atau lapis fondasi bawah (sub base ) agar dapat memenuhi standar persyaratan teknik. Dengan kemajuan teknologi dibidang geoteknik, saat ini penggunaan stabilisasi dangkal telah berkembang dan digunakan untuk memperbaiki lapisan tanah lunak yang berada di bawah permukaan. Stabilisasi dangkal yang digunakan pada lapisan bawah permukaan ini bertujuan untuk meningkatkan daya dukung tanah yang rendah dan mengurangi sifat kompresibel /mampet serta mengurangi besarnya penurunan timbunan badan jalan.

Mekanisme keruntuhan timbunan di atas tanah lunak dengan berbagai jenis perlakuan terhadap tanah dasar ditunjukkan dalam Gambar 32. Apabila tanah dasar tidak diberikan perkuatan, maka keruntuhan yang terjadi adalah keruntuhan dalam dengan bidang keruntuhan memotong timbunan dan melewati tanah dasar, seperti ditunjukkan dalam Gambar 32 (a). Penggunaan perkuatan geotextile dapat meningkatkan angka keamanan stabilitas timbunan dibandingkan tanah dasar tanpa perkuatan karena kuat tarik geotextile tersebut dapat memberi tahanan momen tambahan pada bidang keruntuhannya (Gambar 32(b)). Perkuatan matras bambu dapat meningkatkan stabilitas timbunan lebih tinggi dibandingkan penggunaan geotextile. Dengan adanya matras bambu, maka bidang kelongsoran yang terjadi tidak dapat memotong matras bambu tersebut.

Lintasan kelongsoran lebih panjang dibandingkan dengan perkuatan geotextile sehingga angka keamanan meningkat (Gambar 32(c)). Penambahan cerucuk pada matras bambu menambah daya dukung tanah dasar karena cerucuk matras bambu mentransfer beban timbunan ke lapisan tanah yang lebih dalam (Gambar 32(d)).

(23)

23 Gambar 32. Pola keruntuhan timbunan dengan berbagai jenis perlakuan terhadap tanah dasar.

Gambar 33. Pada lokasi tersebut matras bambu digunakan sebagai perkuatan tanah dasar di bawah embankment dike pada out fall channel sepanjang1 km. Tanah dasar pada lokasi tersebut berupalempung berlanau sangat lunak hingga lunak sedalaman 27 m, sedangkan timbunan out fallchannel yang dibangun adalah setinggi 3 m. Matras bambu yang digunakan sebanyak 3 lapis. Penggunaan cerucuk matras bambu untuk bangunan pengendali banjir di Boezem Morokrembangan Surabaya ditunjukkan dalam Gambar 33. Pada pekerjaan tersebut, cerucuk matras bambu digunakan untuk perkuatan tanah dasar di bawah timbunan struktur palisade. Tanah dasar pada lokasi tersebut berupa lumpur dan lempung sangat lunak sedalam 12 – 20 m, sedangkan timbunan struktur palisade yang dibangun adalah setinggi 2,5 – 5 m diatas seabed.

(24)

24 Gambar 33. Perkuatan cerucuk matras bambu yang digunakan dalam pembangunan embankment

dike pada tambak

Lorok Out Fall Channel sepanjang 1 km di PLTGU tambak Lorok, Semarang (Irysam, 1996).

Gambar 34. Perkuatan cerucuk matras bambu yang digunakan untuk timbunan struktur Palisade pada bangunan pengendali banjir di Boezem Morokrembangan, Surabaya (Irysam, 2000).

(25)

25 Cerucuk matras bambu juga telah digunakan pada Pelabuhan Ikan Muara Angke Jakarta. Pada lokasi tersebut, cerucuk matras bambu digunakan untuk perkuatan tanah dasar di bawah struktur causeway dan struktur breakwater. Tanah dasar pada lokasi tersebut berupa tanah lempung sangat lunak hingga lunak dengan kedalaman 9 – 14 m, sedangkan timbunan break water yang dibangunadalah setinggi 6,6 m diukur dari seabed dengan ketinggian di atas muka air laut terendah sebesar 3,6 m. Cerucuk bambu yang digunakan dalam pekerjaan tersebut sedalam 6 m, sedangkan matras bambu yang digunakan sebanyak 5 lapis. Penggunaan cerucuk matras bambu pada Pelabuhan Ikan Muara Angke Jakarta ditunjukkan dalam Gambar 35.

Gambar 35. Perkuatan cerucuk matras bambu digunakan dalam struktur Break Water dan Cause-way di pelabuhan ikan Muara Angke, Jakarta Utara (Irsyam, 2000) .

Sebelum dilakukan pengujian trial embankment skala penuh di lapangan, terlebih dahulu dilakukan analisis pendahuluan terhadap trial embankment dengan sistem perkuatan tanah dasar menggunakan cerucuk matras bambu yang akan dikonstruksi tersebut. Analisis pendahuluan dilakukan untuk:

(26)

26 a. Menjamin bahwa tanah dasar kuat memikul beban akibat trial embankment skala

penuh

b. Menjamin bahwa trial embankment skala penuh yang akan dikonstruksi memiliki stabilitas lereng yang cukup

c. Memprediksi penurunan yang akan terjadi pada saat dan setelah dilakukan konstruksi trial embankment

Analisis penurunan tanah dasar mencakup perhitungan penurunan seketika dan penurunan konsolidasi. Analisis penurunan tanah dasar dilakukan dengan metode analitis dan metode elemen hingga. Pada analisis penurunan tanah dasar dengan metode analitis, perhitungan penurunan seketika dilakukan dengan memodelkan tanah sebagai material elastik dan perhitungan penurunan konsolidasi dilakukan menggunakan teori konsolidasi 1 dimensi dari Terzaghi (Terzaghi, 1967).

DAFTAR PUSTAKA

Masyhur Irsyam dan Sugeng Krisna. 2008. Pengujian skala penuh dan analisis perkuatan Cerucuk matras bambu untuk timbunan badan jalan di atas tanah lunak di lokasi tambak oso, Surabaya. Forum Teknik Sipil No. XVIII/1-Januari 2008.

http://www.cartidownload.ro/Diverse/3072764/Stabilisasi_Dangkal_Tanah_Lunak_Untuk_K onstruksi_Timbunan_Jalan_Dengan_Semen-dan-cerucuk. 04/10/2011

http://geotextile.web.id/metode-pemasangan-geotextile.html. 04/12/2011 http://gimbalarmy.blogspot.com/2011/08/bab-ii-tinjauan-umum-proyek.html http://www.skyscrapercity.com/forumdisplay.php?f=1528

Didiek DJARWADI. 2006. Konstruksi Jalan Di Atas Tanah Lunak Dengan Perkuatan Geotextile. International Civil Engineering Conference "Towards Sustainable Civil Engineering Practice" Surabaya, August 25-26, 2006

Gambar

Gambar 1. Pemasangan geotekstil pada tikungan
Gambar 2. Geotekstil Woven
Gambar 5. Geotekstil Non-Woven  berfungsi  sebagai  separator
Gambar 7. Geogrids
+7

Referensi

Dokumen terkait

tidak saja terhadap bahan-bahan perundangan, penulis juga mencari bahan pada buku-buku, jurnal-jurnal, makalah-makalah, laporan-laporan, hasil penelitian, bahan-bahan

7 persen dari kasus spondilitis tuberkulosis mempunyai skipped lesion pada kolom vertebra dan 12% melibatkan tulang lain dan persendian (kecuali spinal), 20% dari kasus

Rencana Kegiatan (RK), merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan dokumen Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan (RAB), karena RAB berisi penjelasan

Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan di antaranya adalah jaringan saraf tiruan backpropagation dapat digunakan dalam melakukan perkiraan biaya perangkat

Proceeding: Research, Innovation, Entrepreneurship and Tourism Conference (RIETC, 2018) Langkawi Tourism Academy @ Kolej Komuniti Langkawi, Kedah, Malaysia. 7 th October,

1) Penerapan strategi pembelajaran aktif teks acak yang telah dilakukan pada siswa kelas X OTKP 1 SMK PGRI 13 Surabaya terhadap kemampuan menyusun teks dialog bahasa Mandarin

Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik diputuskan sebelum terjadi overheating. Jadi disini overload action relatif lebih lama dan mempunyai fungsi

Hasil analisis sidik ragam pada taraf 5% menunjukkan bahwa tidak ada interaksi perlakuan suhu dan jenis isolat namun perlakuan suhu berpengaruh nyata terhadap